Anda di halaman 1dari 19

d. Tiang Pancang Komposit.

Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang
berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang. Kadang-kadang pondasi
tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan
yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa
perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan
sambungan menyebabkan cara ini diabaikan.

1. Water Proofed Steel and Wood Pile


Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah permukaan air
tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah mengetahui bahwa kayu akan tahan
lama/awet bila terendam air, karena itu bahan kayu disini diletakan di bagian bawah yang
mana selalu terletak dibawah air tanah.
Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang pancang ini menerima gaya
horizontal yang permanen. Adapun cara pelaksanaanya secara singkat sebagai berikut:
a. Casing dan core (inti) dipancang bersama-sama dalam tanah hingga mencapai kedalaman
yang telah ditentukan untuk meletakan tiang pancang kayu tersebut dan ini harus terletak
dibawah muka air tanah yang terendah.
b. Kemudian core ditarik keatas dan tiang pancang kayu dimasukan dalam casing dan terus
dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras.
c. Secara mencapai lapisan tanah keras pemancangan dihentikan dan core ditarik keluar dari
casing. Kemudian beton dicor kedalam casing sampai penuh terus dipadatkan dengan
menumbukkan core ke dalam casing.

2. Composite Dropped in – Shell and Wood Pile


Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe diatas hanya bedanya di sini memakai shell
yang terbuat dari bahan logam tipis permukaannya di beri alur spiral. Secara singkat
pelaksanaanya sebagai berikut:
a. Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai kedalaman yang telah ditentukan
di bawah muka air tanah.
b. Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik keluar dari casing dan tiang
pancang kayu dimasukkan dalam casing terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah
keras. Pada pemancangan tiang pancang kayu ini harus diperhatikan benar-benar agar kepala
tiang tidak rusak atau pecah.
c. Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi dari casing.
d. Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan dalam casing. Pada ujung
bagian bawah shell dipasang tulangan berbentuk sangkar yang mana tulangan ini dibentuk
sedemikian rupa sehingga dapat masuk pada ujung atas tiang pancang kayu tersebut.
e. Beton kemudian dicor kedalam shell. Setelah shell cukup penuh dan padat casing ditarik
keluar sambil shell yang telah terisi beton tadi ditahan terisi beton tadi ditahan dengan cara
meletakkan core diujung atas shell.

3. Composit Ungased – Concrete and Wood Pile.


Dasar pemilihan tiang composit tipe ini adalah:
 Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan
cast in place concrete pile, sedangkan kalau menggunakan precast concrete pile terlalu
panjang, akibatnya akan susah dalam transport dan mahal.
 Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan tiang pancang kayu akan
memerlukan galian yang cukup dalam agar tiang pancang kayu tersebut selalu berada
dibawah permukaan air tanah terendah.
Adapun prinsip pelaksanaan tiang composite ini adalah sebagai berikut:
a. Casing baja dan core dipancang bersama-sama dalam tanah sehingga sampai pda kedalaman
tertentu (di bawah m.a.t)
b. Core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan casing terus dipancang
sampai kelapisan tanah keras.
c. Setelah sampai pada lapisa tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing dan beton sebagian
dicor dalam casing. Kemudian core dimasukkan lagi dalam casing.
d. Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak tertentu sehingga
terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti bola diatas tiang pancang kayu tersebut.
e. Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi sampai padat setinggi
beberapa sentimeter diatas permukaan tanah. Kemudian beton ditekan dengan core kembali
sedangkan casing ditarik keatas sampai keluar dari tanah.
f. Tiang pancang composit telah selesai.
Tiang pancang composit seperti ini sering dibuat oleh The Mac Arthur Concrete Pile Corp.
4. Composite Dropped – Shell and Pipe Pile
Dasar pemilihan tipe tiang seperti ini adalah:
 Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan cast in place concrete.
 Muka air tanah terendah terlalu dalam kalai digunakan tiang composit yang bagian bawahnya
terbuat dari kayu.
Cara pelaksanaan tiang tipe ini adalah sebagai berikut:
a. Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing seluruhnya masuk dalam tanah.
Kemudian core ditarik.
b. Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan dalam casing terus
dipancang dengan pertolongan core sampai ke tanah keras.
c. Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik keatas kembali.
d. Kemudian sheel yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam casing hingga bertumpu
pada penumpu yang terletak diujung atas tiang pipa baja. Bila diperlukan pembesian maka
besi tulngan dimasukkan dalam shell dan kemudian beton dicor sampai padat.
e. Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing ditarik keluar dari
tanah. Lubang disekeliling shell diisi dengan tanah atau pasir. Variasi lain pada tipe tiang ini
dapat pula dipakai tiang pemancang baja H sebagai ganti dari tiang pipa.

5. Franki Composite Pile


Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya disini pada
bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil H dari baja.
Adapun cara pelaksanaan tiang composit ini adalah sebagai berikut:
a. Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa baja dipancang
dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah keras. Cara pemasangan ini sama seperti
pada tiang franki biasa.

b. Setelah pemancangan sampai pada kedalaman yang telah direncanakan, pipa diisi lagi dengan
beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer sambil pipa ditarik lagi ke atas sedikit sehingga
terjadi bentuk beton seperti bola.
c. Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai bertumpu pada bola
beton pipa ditarik keluar dari tanah.
d. Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan kerikil atau pasir.
2. Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian besar, yaitu:

a. Tiang pancang pracetak


Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor didalam acuan
beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Tiang
pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari :
1. Cara penumbukan
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara
penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).
2. Cara penggetaran
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara penggetaran
oleh alat penggetar (vibrator).
3. Cara penanaman
Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman tertentu, lalu
tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi dengan tanah.
Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan :
a. Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah sebelumnya lalu tiang
dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.
b. Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan tanah dari bagian dalam
tiang.
c. Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan kedalam tanah dengan
memberikan tekanan pada tiang.
d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang keluar dari ujung
serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan kedalam tanah.

b. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)


Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik penggaliannya
terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
1. Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah kemudian pipa baja
tersebut dicor dengan beton.
2. Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan antara lain :
a. Penggalian dengan tenaga manusia
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia adalah
penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan cara
konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam, yang pada
umumnya hanya mampu dilakukan pada kedalaman tertentu.
b. Penggalian dengan tenaga mesin
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah penggalian
lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki kemampuan lebih
baik dan lebih canggih.

B. Alat Pancang Tiang


Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat pemukul yang
dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang hanya
dijatuhkan. Skema dari berbagai macam alat pemukul diperlihatkan dalam Gambar 2.4a
sampai dengan 2.4d. Pada gambar terebut diperlihatkan pula alat-alat perlengkapan pada
kepala tiang dalam pemancangan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala
tiang yang kadang-kadang dibentuk dalam geometri tertutup.

1. Pemukul Jatuh (drop hammer)


Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Pemberat
ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk tiang. Pemakaian alat
tipe ini membuat pelaksanaan pemancangan berjalan lambat, sehingga alat ini hanya dipakai
pada volume pekerjaan pemancangan yang kecil.

2. Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)


Pemukul aksi
tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik oleh udara atau uap yang
terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan oleh beratnya sendiri. Energi pemukul
aksi tunggal adalah sama dengan berat ram dikalikan tinggi jatuh (Gambar 2.4a).

(a) (b)
(c) (d)

Gambar 2.4 Skema pemukul tiang : (a) Pemukul aksi tunggal (single acting hammer), (b)
Pemukul aksi double (double acting hammer), (c) Pemukul diesel (diesel hammer), (d)
Pemukul getar (vibratory hammer) ( Hardiyatmo,H.c., 2002 )

3. Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)


Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram dan untuk
mempercepat gerakan ke bawahnya (Gambar 2.4b). Kecepatan pukulan dan energi output
biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.

4. Pemukul Diesel (diesel hammer)


Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi bahan bakar.
Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan menggunakan bahan bakar
minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan adalah jumlah benturan dari ram
ditambah energi hasil dari ledakan (Gambar 2.4c).
5. Pemukul Getar (vibratory hammer)
Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi tinggi
(Gambar 2.4d).

C. Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang


Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi
teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam
penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu
sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.
Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan tiang pancang:
1. Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar yang diperoleh dari
penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung kemungkinan nilai daya dukung yang
diizinkan pada berbagai kedalaman, dengan memperhatikan faktor aman terhadap keruntuhan
daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi harus tidak berlebihan.

2. Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini dilakukan dengan jalan
memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan terhadap daya dukung tanah
yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap erosi permukaan
tanah, pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah yang lebih besar daya
dukungnya berada dekat dengan kedalaman minimum yang dibutuhkan
tersebut,dipertimbangkan untuk meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam yang
daya dukung tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan dasar pondasi yang sedikit lebih
dalam akan mengurangi dimensi pondasi, dengan demikian dapat menghemat biaya
pembuatan pelat betonnya.

3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan dipertimbangkan
terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya dukung
ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan, dimensi pondasi
diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat.

Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :


A. Pekerjaan Persiapan
1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat tiang tersebut
dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda dengan jelas pada
tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1
meter.

2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hati-hati sekali


guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.

3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan tiang
dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final set).

4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi


stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.

5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.

6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya bila level
kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan
belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan pada batang
pertama.

b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian sehingga sisi-
sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel menjadi satu.

c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat

d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.


7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang
pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang
ditentukan.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan tanah
keras/final set yang ditentukan.

9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.

B. Proses Pengangkatan
1. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan )
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan tiang beton,
baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke penyusunan lapangan.
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang adalah 1/5 L.
Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada bentangan, haruslah
sama dengan momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang
sama.
Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah dalam tanda
pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa kawat yang terdapat pada tiang
beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas dapat dilihat oleh gambar.

2. Pengangkatan dengan satu tumpuan


Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan dipancang oleh
mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah ditentukan di lapangan.
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah jarak antara
kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini, haruslah
diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan
nilai momen yang sama.
C. Proses Pemancangan
1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik
pancang yang telah ditentukan.

2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.

3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah
dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.

4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah ditentukan.

5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil diperiksa
dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan
dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada dasar driving lead agar posisi
tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
6. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu ke atas
helmet yang terpasang diatas kepala tiang.

D. Quality Control
1. Kondisi fisik tiang

a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak


b. Umur beton telah memenuhi syarat
c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
2. Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan berlangsung.
Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal
dibatasi tidak leboh dari 75 mm.
3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjang tiang
untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap
setengah meter.
4. Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai perhitungan.

D. Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek


Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam
(Hardiyatmo, 2002), yaitu :
1. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan
oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang lunak
yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar atau
lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak mengakibatkan
penurunan berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan
keras yang berada dibawah ujung tiang (Gambar 2.6a).
2. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh
perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya (Gambar 2.9b). Tahanan gesek
dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya diperhitungkan pada hitungan kapasitas
tiang.
E. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Sondir
Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT)
seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes yang
sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan
pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga
mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari
tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam
merencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari tiang pancang sebelum
pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang.
Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As ........................................................... (2.1)
dimana :
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs = Kapasitas tahanan kulit.
qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab = Luas di ujung tiang.
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As = Luas kulit tiang pancang.

Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu) dipakai Metode Aoki dan De
Alencar.
Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit dari data
Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh sebagai berikut :
dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah ujung tiang dan Fb
adalah faktor empirik tergantung pada tipe tanah.Tahanan kulit persatuan luas (f) diprediksi
sebagai berikut :

dimana :
qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.
Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tanah.
Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tanah.
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik αs diberikan pada
Tabel 2.2
Tabel 2.1 Faktor empirik Fb dan Fs (Titi & Farsakh, 1999 )
Tipe Tiang Pancang Fb Fs
Tiang Bor 3,5 7,0
Baja 1,75 3,5
Beton Pratekan 1,75 3,5
Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ( Titi dan Farsakh, 1999)
Tipe Tanah αs (%) Tipe αs (%) Tipe αs (%)
Tanah Tanah
Pasir 1,4 Pasir 2,2 Lempung 2,4
berlanau berpasir
Pasir 2,0 Pasir 2,8 Lempung 2,8
kelanauan berlanau berpasir
dengan dengan
lempung lanau
Pasir 2,4 Lanau 3,0 Lempung 3,0
kelanauan berlanau
dengan dengan
lempung pasir
Pasir 2,8 Lanau 3,0 Lempung 4,0
berlempung berlempun berlanau
dengan g dengan
lanau pasir
Pasir 3,0 Lanau 3,4 Lempung 6,0
berlempung berlempun
g

Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0 persen dan nilai
αs untuk lempung = 1,4 persen.
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian sondir
dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.
Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11) ........................................................ (2.4)
dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.

Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus

dimana :
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.

F. Faktor Aman
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi kapasitas
ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan maksud :
a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang digunakan.

b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas tanah.

c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban yang bekerja.
d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau kelompok
masih tetap dalam batas-batas toleransi.

e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih dalam batas
toleransi.
Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak pengujian-pengujian beban tiang, baik
tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai sedang (600 mm), penurunan
akibat beban bekerja (working load) yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman
yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977).
Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang ijin (Qa) dengan memperhatikan
keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Qu) dibagi dengan faktor aman
(SF) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang telah banyak digunakan untuk
perancangan pondasi tiang pancang, sebagai berikut :

Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer
dan koef. Restitusi
Tipe Hammer Efficiency, E
Single and double acting hammer 0.7 - 0.8
Diesel Hammer 0.8 - 0.9
drop Hammer 0.7 - 0.9

Pile Material Coefficient of restitution, n


Cast iron hammer and concrette pile ( whitout cap ) 0.4 - 0.5
Wood cushion on steel pile 0.3 - 0.4
Wooden pile 0.25 - 0.3

Pemakaian pondasi tiang pancang beton mempunyai keuntungan dan kerugian antara lain
adalah sebagai berikut:
Keuntungannya yaitu:
1. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih dapat
diandalkan. Lebih-lebih karena pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat.
2. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
3. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang sehingga mempermudah
pengawasan pekerjaan konstruksi.
4. Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kerugiannya yaitu:
1. Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada daerah yang
berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan masalah disekitarnya.
2. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
3. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit dan
memerlukan alat penyambung khusus.
4. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan
waktu yang lama.
Metode pelaksanaan:
1. Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.
2. Pengangkatan tiang.
3. Pemeriksaan kelurusan tiang.
4. Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.

Perbandingan Jenis Pondasi Dalam (Deep Foundation) Berdasarkan Metode


Konstruksinya
Pengeboran (Drilled)
Kelebihan:
1. Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar.
2. Cocok untuk pondasi yang berdiameter besar.
3. Pondasi dapat dicetak sesuai kebutuhan.
Kekurangan:
1. Pekerjaan agak rumit karena pondasi dicetak di lapangan.
2. Lebih banyak memerlukan alat bantu seperti mesin bor, casing, cleaning bucket dan alat
bantu pengeboran sehingga mengeluarkan biaya yang lebih besar.
3. Rentan terhadap pengaruh tanah dan lumpur di dalam lubang.
4. Waktu pengerjaan lebih lama.

Pemancangan
Kelebihan:
1. Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
2. Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
3. Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
4. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
5. Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kekurangan:
1. Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan.
2. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
3. Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada pondasi.
4. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungan sulit dan
memerlukan alat penyambung khusus.
5. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan
waktu yang lama.
Tekan (Pressed)
Kelebihan:
1. Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar.
2. Tidak menimbulkan kerusakan pada pondasi akibat benturan.
3. Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
4. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
5. Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
6. Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
7. Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
Kekurangan:
1. Bila panjang tiang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit dan memerlukan
alat penyambung khusus.
2. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan
waktu yang lama.
3. Tidak cocok untuk pondasi dengan diameter yang agak besar.
4. Memerlukan mesin hydraulic press untuk menekan pondasi.
Perhitungan efisiensi kelompok tiang pancang dihitung sesuai dengan jenis, dimensi,
jarak, jumlah, dan susunan kelompok tiang pancang yang digunakan. Alasan penggunaan
pondasi tiang pancang ini adalah:
1. Pengerjaannya relatif cepat dan pelaksanaannya juga relatif lebih mudah.
2. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada tipe pondasi dalam yang lain (bored pile).
3. Kualitas tiang pancang terjamin. Tiang pancang yang digunakan merupakan hasil pabrikasi,
sehingga kualitas bahan yang digunakan dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan serta
kualitasnya seragam karena dibuat massal. (Kontrol kualitas/kondisi fisik tiang pancang dapat
dilakukan sebelum tiang pancang digunakan).
4. Dapat langsung diketahui daya dukung tiang pancangnya, pemancangan yang menggunakan
drop hammer dihentikan bila telah mencapai tanah keras/final set yang ditentukan
(kalendering). Sedangkan bila menggunakan Hydrolic Static Pile Driver (HSPD),terdapat
dial pembebanan yang menunjukkan tekanan hidrolik terdiri dari empat silinder untuk
menekan tiang pancang ke dalam tanah sampai ditemui kedalaman tanah keras.

Anda mungkin juga menyukai