Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROGRAM KULIAH : Semester ke/tahun ke Jumlah minggu Jam/minggu Jadwal kuliah : Hari Waktu Ruang
PRASYARAT: 1. Statika 2. Mekanika Bahan 3. Teknologi Bahan Konstruksi BERLANJUT KE : 1. Konstruksi Beton II
KEMAMPUAN DASAR YANG PERLU DIMILIKI SEBELUM MENGIKUTI KULIAH : Menguasai dasar-dasar statika dan mekanika kekuatan material Menguasai sifat-sifat karakteristik bahan beton dan baja.
ISI KULIAH :
Studi mengenai kekuatan, perilaku dan disain elemen beton bertulang dengan penekanan pada : pengaruh karakteristik material beton pada perilaku elemen, kriteria disain, elemen lentur balok persegi, balok T, perencanaan geser dan torsi (disesuaikan dengan standar SNI beton yang berlaku), pengantar pada Konstruksi Beton II Tugas : PR, Latihan-latihan
5
BUKU RUJUKAN :
1. Winter, G., dan Nilson, A.H., 2. Wang, C.K., and Salmon, C.G 3. Nawy, G. Perencanaan Beton Bertulang , Pradnya Paramita, Jakarta, 1993. Reinforced Concrete Design, 4th ed., Harper & Row, N.Y.,1985. Perencanaan Struktur Beton bertulang, Suatu Pendekatan Dasar, PT. Eresco. Struktur Beton Bertulang, (Standar Baru SNI T-15- 1991), PT.Gramedia Pustaka Utama, 1999.
5. SK SNI 03 2847- Tata Cara Perhitungan Struktur 2002 Beton untuk Bangunan Gedung, BSN.
6
HASIL BELAJAR YANG DIHARAPKAN : Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menganalisis dan merencanakan penulangan lentur penulangan elemen balok persegi, balok T, penulangan geser dan torsi yang disesuaikan dengan Standar Beton yang berlaku.
SISTEM PENILAIAN :
PR + Kehadiran 10 % Quiz UTS UAS Bonus 15 % 30 % 45 % 5 10%
8
Konstruksi Beton I
PERTEMUAN 1
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
z z z z
Konstruksi Beton I
Langkah/proses analisis dan disain struktur bangunan yang umum dilakukan : z Pemodelan sistem struktur untuk analisis struktur z Preliminary disain/disain awal dimensi elemen struktur z Penetapan beban-beban yang bekerja dan kombinasi pembebanannya z Analisis struktur untuk menentukan gaya-gaya dalam yang bekerja pada setiap elemen struktur z Analisis dan disain dari setiap elemen struktur sesuai dengan kriteria disain yang diinginankan
Konstruksi Beton I 10
Konstruksi Beton I
11
z Daya layan yang baik : defleksi dan deformasi tidak terlalu besar ( < deformasi ijin) z Kekuatan yang cukup : struktur mampu menahan beban puncak (maksimum) selama usia bangunan. Struktur harus mempunyai perilaku daktail dalam memikul beban-beban luar, terutama untuk struktur yang direncanakan memikul beban gempa kuat. z Fungsi : unsur estetika dan pemanfaatan bangunan harus dipenuh z Ekonomis : biaya konstruksi yang meliputi biaya struktur dan pondasi, arsitektur/finishing, elektrikal & mekanikal, plumbing, dll, dilakukan se-ekonomis mungkin tanpa mengabaikan aspek-aspek teknis maupun spesikasi yang disyaratkan.
Konstruksi Beton I
home
12
PERTEMUAN 2
Konstruksi Beton I
b. Perencanaan struktur
Dalam perencanaan struktur beton bertulang harus dipenuhi syarat syarat berikut: 1. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku. 2. Analisis dengan komputer, harus disertai dengan penjelasan mengenai prinsip cara kerja program, data masukan serta penjelasan mengenai data keluaran. 3. Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis teoritis. 4. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekakuan unsur unsurnya.
Konstruksi Beton I 3
c. Keamanan Struktur :
Struktur harus aman (kuat) terhadap beban atau efek beban yang bekerja selama masa layan (penggunaan) bangunan, seperti : 1. beban mati 2. beban hidup 3. beban gempa 4. beban angin, dll.
Konstruksi Beton I
Bila intensitas dan efek beban yang bekerja pada struktur diketahui dengan pasti, maka struktur dapat didisain aman dengan cara memberikan kapasitas kekuatan yang sedikit lebih besar daripada efek beban. Tetapi intensitas beban yang bekerja tsb sangat sulit ditentukan dengan pasti (adanya ketidakpastian), spt : menetapkan besarnya beban hidup atau beban gempa yang bekerja. Ketidakpastian juga terjadi dalam hal menentukan kekuatan elemen dari struktur yang menahan beban tsb, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal spt : - mutu material beton yang tidak seragam, - pelaksanaan yang kurang baik, - variasi dari elemen-elemen struktur.
Konstruksi Beton I 5
Untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian diatas digunakanlah faktor keamanan atau angka keamanan (safety factor), dengan kekuatan struktur dibuat sama atau lebih besar dari perkalian antara angka keamanan dengan beban kerja. Angka keamanan ini digunakan untuk menjamin bahwa kapasitas struktur selalu lebih besar daripada efek dan kombinasi beban yang bekerja. Angka keamanan dalam SNI-2002 terbagi dalam 2 (dua) bagian yaitu : 1. faktor keamanan untuk beban (faktor beban) yang bekerja 2. faktor reduksi kekuatan dari elemen struktur
Konstruksi Beton I 6
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
Contoh :
lantai dan tangga rumah tinggal lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, restoran, hotel dan asrama lantai ruang olahraga lantai ruang dansa tangga, bordes tangga : 200 kg/m2 : 250 kg/m2 : 400 kg/m2 : 500 kg/m2 : 300 kg/m2
Konstruksi Beton I
10
Konstruksi Beton I
11
P = V 2 / 16
[ kg/m2]
Konstruksi Beton I
12
e. Faktor Beban :
z Suatu struktur dapat dikatakan aman (kuat), apabila kapasitas kekuatan (kuat rencana) lebih besar daripada berbagai kombinasi efek beban yang bekerja. z Kuat rencana (design strength) : merupakan besarnya kuat nominal dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan () yang lebih kecil dari 1. z Kuat nominal : merupakan kekuatan maksimum teoritis bahan. z Kuat perlu : merupakan kekuatan suatu komponen struktur yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor dengan berbagai kombinasi efek beban. z Apabila kuat rencana kuat perlu struktur kuat (aman)
Konstruksi Beton I 14
Prosedur dan asumsi dalam perencanaan serta besarnya beban rencana mengikuti ketentuan berikut ini:
1. Ketentuan mengenai perencanaan dalam SK-SNI-2002 didasarkan pada asumsi bahwa struktur direncanakan untuk memikul semua beban kerjanya. 2. Beban kerja diambil berdasarkan SNI 03-1727-1989-F, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung, atau penggantinya. 3. Dalam perencanaan terhadap beban angin dan gempa, seluruh bagian struktur yang membentuk kesatuan harus direncanakan berdasarkan SK-SNI-2002 dan juga harus memenuhi SNI 03-17261989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung atau penggantinya. 4. Harus pula diperhatikan pengaruh dari gaya prategang, beban kran, vibrasi, kejut, susut, perubahan suhu, rangkak, perbedaan penurunan fondasi, dan beban khusus lainnya yang mungkin bekerja.
Konstruksi Beton I
15
f. Ketentuan mengenai kekuatan dan kemampuan layan (SK-SNI-2002) 1) Struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan SK-SNI-2002 2) Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam SK-SNI-2002 untuk menjamin tercapainya perilaku struktur yang cukup baik pada tingkat beban kerja.
Konstruksi Beton I
16
(1)
(2)
(3)
17
Kombinasi beban juga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang penuhdan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya, yaitu: U = 0,9 D 1,6 W (4)
Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L, dan W, kuat perlu U tidak boleh kurang dari pers. 2. 3. Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai: U = 1,2 D + 1,0 L 1,0 E (5)
Konstruksi Beton I
18
atau U = 0,9 D 1,0 E (6) dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI 03-1726-1989-F, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung, atau penggantinya. 4. Bila ketahanan terhadap tekanan tanah H diperhitungkan dalam perencanaan, maka pada persamaan 3, 4 dan 6 ditambahkan 1,6H, kecuali bahwa pada keadaan dimana aksi struktur akibat H mengurangi pengaruh W atau E, maka beban H tidak perlu ditambahkan pada persamaan 4 dan 6.
Konstruksi Beton I
19
5. Bila ketahanan terhadap pembebanan akibat berat dan tekanan fluida, F, yang berat jenisnya dapat ditentukan dengan baik, dan ketinggian maksimumnya terkontrol, diperhitungkan dalam perencanaan, maka beban tersebut harus dikalikan dengan faktor beban 1,4, dan ditambahkan pada persamaan 1, yaitu: U = 1,4 (D + F) (7)
Untuk kombinasi beban lainnya, beban F tersebut harus dikalikan dengan faktor beban 1,2 dan ditambahkan pada persamaan 2.
Konstruksi Beton I
20
6. Bila ketahanan terhadap pengaruh kejut diperhitungkan dalam perencanaan maka pengaruh tersebut harus disertakan pada perhitungan beban hidup L. 7. Bila pengaruh struktural T dari perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut, ekspansi beton, atau perubahan suhu sangat menentukan dalam perencanaan, maka kuat perlu U minimum harus sama dengan: U = 1,2(D +T ) + 1,6L + 0,5(A atau R) (8)
Konstruksi Beton I
21
h. Kuat rencana (SK-SNI 2002, Pasal 11.3) Kuat rencana suatu komponen struktur, sambungannya dengan komponen struktur lain, dan penampangnya, sehubungan dengan perilaku lentur, beban normal, geser, dan torsi, harus diambil sebagai hasil kali kuat nominal, yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi dari tata cara ini, dengan suatu
Konstruksi Beton I
22
(1) Lentur, tanpa beban aksial ...................... .0,80 (2) Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur. (a) Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur ..........0,80 (b) Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur : Komponen struktur dengan tulangan spiral ..0,70 Komponen struktur lainnya............................0,65 (3) Geser dan torsi ...............................................0,75 (4) Tumpuan pada beton ..0,65 (5) Beton polos struktural .0,55
Konstruksi Beton I
23
M R = . M n M u
dimana : MR = Momen Rencana penampang lentur Mn = Momen Nominal penampang lentur Mu = Momen ultimate akibat beban terfaktor = faktor reduksi kekuatan, = 0,80
Konstruksi Beton I
24
V R = . V n V u
dimana : VR = Geser Rencana penampang Vn = Geser Nominal penampang Vu = Geser Ultimate akibat beban terfaktor = faktor reduksi kekuatan, = 0,75
Konstruksi Beton I
25
PR = . Pn Pu
dimana : PR = Gaya aksial Rencana penampang Pn = Gaya aksial Nominal penampang Pu = Gaya aksial ultimate akibat beban terfaktor = faktor reduksi kekuatan, = 0,70 (tulangan spiral) = 0,65 (tulangan lainnya)
Konstruksi Beton I
home
26
PERTEMUAN 3
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
Teori Elastis (Teori Beban Kerja) Penampang suatu elemen struktur di-disain berdasarkan asumsi hubungan tegangan-regangan yang linier dimana tegangan yang terjadi pada baja tulangan dan beton tidak melewati tegangan yang diijinkan. Tegangan ijin ditetapkan dari tegangan leleh material untuk baja dan tegangan hancur untuk beton dibagi dengan nilai faktor keamanan tertentu.
Garis netral
regangan tegangan
Konstruksi Beton I
Kriteria Disain :
dimana :
.....(3.1)
= Tegangan yang bekerja akibat beban yang bekerja = Tegangan yang diijinkan, dimana :
max
SF
Konstruksi Beton I
Teori Ultimate (Teori Kekuatan Batas) Dalam teori ultimate (kekuatan batas), penampang suatu elemen struktur di-disain dengan memperhitungkan tegangan yang tidak linier untuk mencapai tegangan batasnya (maksimum).
0,85.fc
C
Garis netral
jd T Mn
regangan
tegangan
Tegangan batas (ultimate) diperoleh saat beban batas yaitu beban yang bekerja di-kali-kan dengan faktor pembebanannya.
Konstruksi Beton I
M R = . M n M u
.....(3.2)
dimana : MR = Momen Rencana penampang lentur Mn = Momen Nominal/Maksimum penampang lentur = C. jd = T. jd Mu = Momen ultimate akibat beban terfaktor = 1,2 MD + 1,6 ML = faktor reduksi kekuatan, = 0,80 Faktor beban : 1,2 dan 1,6
Konstruksi Beton I 6
Konstruksi Beton I
home
10
PERTEMUAN KE 4
Konstruksi Beton I
c. beton-normal beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m3 sampai 2500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah d. beton polos beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi kurang dari ketentuan minimum e. beton pracetak elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan
Konstruksi Beton I
f. kuat tekan beton yang disyaratkan ( fc) kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur (benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk dipakai dalam perencanaan struktur beton, dinyatakan dalam satuan MPa. g. kuat tarik belah ( fct ) kuat tarik beton yang ditentukan berdasarkan kuat tekanbelah silinder beton yang ditekan pada sisi panjangnya h. modulus elastisitas ( E ) rasio tegangan normal tarik atau tekan terhadap regangan yang timbul akibat tegangan tersebut. Nilai rasio ini berlaku untuk tegangan di bawah batas proporsional material.
Konstruksi Beton I
i. tulangan
batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur beton, tidak termasuk tendon prategang,kecuali bila secara khusus diikut sertakan j. tulangan polos batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak bersirip dan tidak berukir k. tulangan ulir batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi bersirip atau berukir
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
4. Perlindungan tulangan terhadap korosi Untuk perlindungan tulangan di dalam beton terhadap korosi, konsentrasi ion klorida maksimum yang dapat larut dalam air pada beton keras umur 28 hingga 42 hari tidak boleh melebihi batasan yang diberikan pada Tabel 3.
Konstruksi Beton I
Konstruksi Beton I
12
Konstruksi Beton I
13
Konstruksi Beton I
14
Konstruksi Beton I
15
Konstruksi Beton I
16
Konstruksi Beton I
17
Untuk beton normal Ec dapat diambil sebesar : 2) Modulus elastisitas untuk tulangan non-prategang Es boleh diambil sebesar 200.000 MPa. 3) Modulus elastisitas untuk tendon prategang, Es, ditentukan melalui pengujian atau dari data pabrik.
Konstruksi Beton I
18
Konstruksi Beton I
19
Konstruksi Beton I
20
Konstruksi Beton I
21
Konstruksi Beton I
22
Konstruksi Beton I
23
Konstruksi Beton I
24
Konstruksi Beton I
25
Konstruksi Beton I
26
Konstruksi Beton I
27
Konstruksi Beton I
28
Konstruksi Beton I
29
Konstruksi Beton I
30
Konstruksi Beton I
31
home
Konstruksi Beton I 32
PERTEMUAN KE 5
Gbr.5-1. Keruntuhan pada balok beton bertulang dengan variasi panjang bentang
Konstruksi Beton Bertulang I 3
a. Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung
Asumsi pertama, merupakan prinsip Bernoulli, dimana regangan longitudinal pada beton dan baja pada setiap titik pada penampang proporsional terhadap jaraknya ke garis netral. Asumsi kedua, menyatakan bahwa kurva teganganregangan baja diketahui dengan baik. Digunakan tegangan-regangan bi-linear. Asumsi ketiga, karena nilai kuat tarik beton dibawah garis netral kecil, sehingga dapat diabaikan. Asumsi keempat, kurva tegangan beton diambil pada kondisi yang memberikan distribusi tegangan maksimum
Gbr. 5-3. Distribusi regangan dan tegangan pada penampang sesuai dengan peningkatan beban sampai tegangan maksimum
10
Gbr. 5-4. Distribusi tegangan maksimum pada daerah tekan dari penampang balok persegi.
11
Total gaya tekan pada beton adalah : Lengan momen internal adalah :
C = k1 .k 3 . f c' .b.c
(d k 2 . c )
dimana : c = kedalaman/tinggi garis netral Nilai parameter k1, k2, k3 dan beton diberikan pada tabel berikut :
12
b. Blok Tegangan Segi-empat Ekivalen : Untuk keperluan praktis diusulkan untuk mengganti blok tegangan tekan aktual menjadi blok tegangan segi-empat ekivalen., sbb : Besarnya tegangan pada penampang ekivalen menjadi : 0,85.fc dan tingginya adalah a, dimana : untuk fc 30 MPa a/c = 1 = 0,85
Konstruksi Beton Bertulang I 13
Resultante gaya tekan aktual dan blok tegangan ekivalen harus sama dan punya titik tangkap yang sama, sehingga nilai-nilai tsb harus memenuhi :
k 2 . c = 0,5.a
Nilai k1.k3 dan k2 yang diperoleh dari pers. diatas kemudian dibandingkan dengan nilai aktualnya. Ternyata nilai yang diperoleh hampir sama dengan nilai yang diperoleh dari eksperimen, seperti grafik berikut :
14
1 = 0,85
16
ACI merekomendasikan nilai regangan beton maksimum (cu) yang digunakan adalah 0,003 pada serat ekstrim dari beton.
Gbr.5-6. Regangan beton pada serat ekstrim pada penampang persegi : perbandingan nilai ACI dengan hasil eksperimen
Konstruksi Beton Bertulang I 17
Nilai kekuatan lentur dari balok beton tidak terlalu berubah terhadap regangan beton maksimum
Gbr. 5-7. Kurva momen-regangan dari balok beton didasarkan pada test tekan silinder home
Konstruksi Beton Bertulang I 18
VI. Analisis Penampang Balok dengan Tulangan Tunggal. Balok merupakan elemen struktur yang memikul beban luar yang menyebabkan momen lentur dan gaya geser sepanjang bentang balok tersebut.
... (6.1)
Jarak antara gaya-gaya internal atau jarak lengan momen, adalah : jd = d 0,5.a ...(6.3) Kapasitas momen nominal penampang adalah :
M n = T . jd = C. jd
Konstruksi Beton Bertulang I
...(6.4)
Terdapat 3 tipe kemungkinan keruntuhan balok yaitu : a. Keruntuhan Tarik (Tension Failure/Under-reinforced) b. Keruntuhan Tekan (Compression Failure/Over-reinforced) c. Keruntuhan Seimbang (Balanced Failure)
As . f y 0,85. f .b
' c
...(6.5)
...(6.6a) ...(6.6b)
As = b.d
dan
. f y
f
' c
d c = c 0,003
d c ; s = 0,003. c
Konstruksi Beton Bertulang I
...(6.8)
f s = s . E s = 0,003.
Atau, karena a = 1.c , maka :
d c . Es c
...(6.9)
f s = 0,003.
1 .d a
a . E s . As
. Es
...(6.10)
1 .d a
a
...(6.11) ...(6.12)
0,85. f 2 2 . a + a . d . d =0 1 0,003.E . s
Kapasitas momen nominal penampang adalah :
...(6.13)
Es d cb = 0 , 003 cb
0,003.E s cb = .d 0,003.E s + f y
dan :
0,003.E s ab = . 1 .d 0,003.E s + f y
Konstruksi Beton Bertulang I
10
dimana : ab = tinggi blok tegangan pada keruntuhan seimbang Keseimbangan internal penampang : C = T
...(6.16)
b = As/b.d
0,85. f c' . ab b = f y .d
...(6.17)
...(6.18)
11
...(6.19)
Secara umum, ketika dari suatu penampang balok berbeda dari b, tipe keruntuhan dapat ditentukan tergantung dari nilai , apakah < b atau > b.
Jika Jika Jika : < b : = b : > b ; Keruntuhan Tarik ; Keruntuhan Seimbang ; Keruntuhan Tekan
12
Gbr.6-4. memperlihatkan profil regangan pada ketiga kondisi baja tulangan pada penampang balok
Contoh Soal :
Suatu penampang balok beton bertulang, mempunyai lebar, b = 250 mm dan tinggi efektif, d = 460 mm. Beton mempunyai kuat tekan, fc = 21 MPa dan kuat leleh baja tulangan, fy = 280 MPa. Modulus elastisitas baja, Es = 200.000 MPa. Hitung : Kapasitas momen penampang, Mn dan Mu untuk luas penampang, As sebagai berikut : (1). As = 9 D19 , (2). As = 18 D19, dan (3). pada keruntuhan seimbang.
Solusi :
b = 0,85. 0,85.
Keruntuhan Tarik
As . f y M n = As . f y . d 0,59. f ' .b c 2552. 280 M n = 2552. 280. 460 0,59. 21. 250 = 271.316.336 N .mm
M n = 271.32 kN .m
(2). Untuk As = 18 D19 = 5104 mm2 As 5104 = = = 0,04438 > b b.d 250 . 460
Keruntuhan Tekan
a 2 + 686,21176.a 268308,8013 = 0
16
Dari pers. kuadrat dalam a tersebut , diperoleh nilai : a1 = 278,21 mm (dipakai ) dan a2 = - 964,42 mm (tidak dipakai) Tegangan pada baja tulangan, fs :
f s = 0,003.
1 .d a
a
. f y M n = .b.d . f y 1 0,59. f ' c 0,036946.280 2 M n = 0,036946.250.460 .280 1 0,59. 21 = 388.192.090 N .mm = 388,192 kN .m
2
18
Mu
Gbr. 6-5. Kapasitas momen penampang dari penulangan tunggal dengan variasi rasio tulangan.
Konstruksi Beton Bertulang I 19
Pada keruntuhan tekan : Kapasitas momen penampang hanya meningkat sedikit dengan peningkatan luas baja tulangan
Whitney (1937), mengusulkan rumus-rumus berikut untuk menentukan kapasitas Momen Penampang :
< b
> b
dimana :
As . f y ; M n = As . f y . d 0,59. ' f c .b
; M n = 0,333.b.d 2 . f y
f c' b = 0,456. fy
home
Konstruksi Beton Bertulang I 20
Pembatasan baja tulangan maksimum untuk penampang balok dengan penulangan tunggal :
max 0,75. b
dimana :
...(7.1)
...(7.2)
atau :
...(7.3)
Pada setiap penampang dari suatu komponen struktur lentur, dimana berdasarkan analisis diperlukan tulangan tarik, maka luas As yang ada tidak boleh kurang dari:
...(7.4)
...(7.5)
diperoleh :
a max
.d
..(7.6)
M u = . M n M u = . As . f y . (d 0,5.a )
...(7.7a)
...(7.7b) ...(7.7c)
dimana :
As = b.d
dan
. f y
f c'
5
Untuk keperluan praktis, telah banyak dikembangkan tabel2 dan grafik untuk membantu melakukan disain tulangan penampang Tabel 7-1. berikut memberikan nilai-nilai maksimum dari max, max amax/d untuk berbagai variasi mutu beton Jika diperoleh nilai , dan a/d lebih kecil dari nilai pada tabel tsb, berarti luas tulangan balok mencukupi (keruntuhan tarik)
Gbr. 7-1. berikut memperlihatkan hubungan max dan max terhadap kuat leleh baja, fy, untuk berbagai mutu beton.
Gbr. 7-1. Hubungan antara max dan max terhadap kuat leleh baja, fy, untuk berbagai mutu beton.
Konstruksi Beton Bertulang I 7
.....(7.8)
0.45 0.4
Mu/bd2.fc'
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Gbr.7-3, memperlihatkan suatu grafik untuk disain dari penampang balok dengan tulangan tunggal. Dari grafik tsb, jika diketahui Mu, fc dan fy, dapat ditentukan nilai
Gbr. 7-3. Kurva disain tulangan untuk penampang balok tulangan tunggal
10
Contoh Soal :
Suatu penampang balok beton bertulang dengan tulangan tunggal, mempunyai lebar, b = 300 mm, memikul beban momen lentur akibat beban mati, MD = 85 kN.m dan akibat beban hidup, ML = 121 kN.m Dengan menggunakan mutu beton, fc = 21 MPa dan mutu baja fy = 414 MPa, disainlah penampang balok tersebut untuk : (1). tinggi minimum, (2). pada tinggi efektif, d = 700 mm dan (3). pada tinggi balok , h = 760 mm dengan menggunakan metoda coba-coba (trial and error)
Solusi :
11
(1). Tinggi minimum Ketinggian balok akan minimum, jika digunakan maksimum :
= max
= 0,016264
d = 428 mm
diperoleh nilai As = .b.d = 2088,3 mm2 > As.min = 355 mm2 ..OK As.min = 434 mm2
12
2 0,085973962. + 0,000521992 = 0
dan
..OK
13
Gbr. 7-4. Perhitungan rasio tulangan yang benar untuk suatu penampang balok dan kapasitas momen penampang
14
(3). Tinggi total balok , h = 760 mm Luas tulangan balok akan ditentukan dengan cara coba-coba : Asumsikan tebal selimut beton = 50 mm, dengan satu baris tulangan utama D-25, dan tulangan geser, dia.10. Tinggi efektif, d = 760 50 10 25/2 = 687,5 mm
Asumsi : j = 0,87; diperoleh : a = 178,75 a/d = 0,26
Tabel 7-1, diperoleh bahwa 0,26 < 0,377 = amax/d penampang dengan keruntuhan tarik
Dari rumus : Mu = .As.fy.jd , dapat ditentukan luas baja tulangan :
Dari luas tulangan yang diperoleh, dapat dihitung lagi nilai a/d, sbb
Kapasitas momen penampang balok : Mu = .As.fy.jd = 0,8.1472.414.0,917.687,5 = 307,355 kN.m > Mu (aktual)
home
16
PERTEMUAN KE 8
Home
PERTEMUAN KE 9
Gambar 9.1, memperlihatkan penampang dengan penulangan rangkap pada kondisi maksimum Pada kondisi momen maksimum, tulangan tekan dan tarik
dapat leleh ataupun belum leleh, tergantung dari luas tulangan dan posisi tulangannya.
Gambar 9.1, Penampang dengan penulangan rangkap pada kondisi momen maksimum
Konstruksi Beton Bertulang I 2
Untuk analisis penampang dengan tulangan rangkap ini, dapat dilakukan dengan asumsi bahwa semua tulangan (tarik dan tekan) sudah leleh ( fs = fs = fy ) pada kondisi momen maksimum.
dimana fs = tegangan baja tulangan tarik, fs = tegangan baja tulangan tekan dan fy = tegangan baja pada kondisi leleh (yield)
Gaya tekan pada baja tulangan : Gaya tarik pada baja tulangan :
Ts = As f y
C = Cc + C s = T
diperoleh :
( A a=
As' . f y
...( 9.4)
0,85. f c' . b
Untuk mengetahui apakah baja tulangan sudah leleh atau belum, dapat digunakan diagram segitiga regangan. Baja tulangan sudah leleh apabila regangan yang terjadi apabila : s fy/Es
Konstruksi Beton Bertulang I 4
...( 9.5)
1 .d a d c s = 0,003. = 0,003. c a
f s' = f y
dan
...( 9.6)
jika
fy a 1 . d ' 0,003. a Es
0,003.
...( 9.7)
fs = f y
jika
1 . d a
a
fy Es
...( 9.8)
Jika kondisi diatas dipenuhi, maka asumsi bahwa semua baja tulangan sudah leleh benar, dan dengan mengambil momen terhadap baja tulangan tarik, akan diperoleh :
...( 9.9)
Jika baja tulangan belum leleh, maka nilai a yang diperoleh dari pers. (9-4) tidak benar (tidak bisa dipakai), maka tegangan baja aktual dan nilai a dapat ditentukan dari persamaan keseimbangan dan diagram regangan, sbb :
...( 9.10)
atau f y
atau f y
...( 9.11)
f s = s . E s = 0,003
1 .d a
a
. Es
...( 9.12)
...( 9.13)
Sama halnya pada penampang tulangan tunggal, keruntuhan tarik dan keruntuhan tekan dapat pula terjadi pada penampang dengan tulangan rangkap, Pada keruntuhan tarik, baja tulangan tarik sudah leleh, tetapi pada keruntuhan tekan, baja tulangan tarik belum leleh (masih kondisi elastis) Pada kedua tipe keruntuhan, baja tulangan tekan dapat leleh atau belum leleh.
Contoh Soal :
Suatu balok beton bertulang dengan penulangan rangkap, mempunyai lebar, b = 280 mm, d = 510 mm, d = 50 mm, As = 645 mm2, As = 2581 mm2, Es = 200.000 MPa, dan fy = 275 MPa. Hitung : Kapasitas momen penampang balok jika : 1). fc = 21 MPa dan 2). fc = 35 MPa.
Solusi :
( A a=
As' . f y
0,85. f c' . b
Konstruksi Beton Bertulang I 9
( A a=
As' . f y
0,85. f c' . b
Nilai 1 = 0,85 ; diperoleh : c = a/1 = 125,3 mm Regangan leleh baja adalah : y = fy/Es = 275/200.000 = 0,00138
' fy 125,3 50 c d ' = 0,003 = 0,00180 > s = 0,003. 125,3 c Es
f s' = f y
fs = f y
Konstruksi Beton Bertulang I 10
( A a=
As' . f y
0,85. f c' . b
11
Nilai 1 = 0,81 ; diperoleh : c = a/1 = 63,91/0,81 = 78,90 mm Regangan leleh baja adalah : y = fy/Es = 275/200.000 = 0,00138 Regangan-regangan yang terjadi pada baja tulangan :
' fy c d 78,90 50 ' = 0,003 = 0,0011 < s = 0,003. c 78,90 Es
12
Nilai aktual dari s (dalam fungsi a) dapat dihitung dari diagram regangan, dan tegangan baja tulangan tekan pada kondisi elastis, diperoleh :
' . a d a 0,81. 50 ' ' 1 .200.000 = 600 f s = s . E s = 0,003 a a
C = Cc + C s = T
f s' = 600
14
Dari contoh diatas, dapat dicatat bahwa dengan menaikkan mutu beton dari fc = 21 MPa menjadi fc = 35 MPa, kapasitas momen penampang yang diperoleh tidak banyak bertambah, dan tipe keruntuhan balok merupakan keruntuhan tarik. Jika baja tulangan tekan tidak digunakan pada penampang tersebut, kedua tipe balok akan tetap memberikan tipe keruntuhan tarik, dan kapasitas momen penampang adalah 309 kN.m (untuk fc = 21 MPa) dan 331 kN.m (untuk fc = 35 MPa)
Dapat disimpulkan bahwa, dengan adanya baja tulangan tekan, tidak banyak menambah kapasitas momen penampang seperti yang diiharapkan, dan balok akan mengalami keruntuhan tarik ketika < b home
Konstruksi Beton Bertulang I 15
PERTEMUAN KE 10
Baja tulangan tekan digunakan dalam disain penampang balok dengan alasan sebagai berikut : 1. Ketika ketinggian balok yang digunakan tidak cukup, sementara kapasitas momen maksimum telah menggunakan max.
Kapasitas momen dapat ditingkatkan dengan menggunakan baja tulangan tekan dan penambahan baja tulangan tarik.
2. Baja tulangan tekan dapat meningkatkan daktilitas penampang balok. 3. Baja tulangan tekan dapat mengurangi defleksi balok 4. Untuk mengantisipasi kemungkinan momen lentur berubah tanda yang disebabkan oleh kombinasi beban luar.
Konstruksi Beton Bertulang I 2
Momen tahanan disain dari balok dengan tulangan rangkap, pada kondisi semua baja tulangan sudah leleh adalah :
] ...( 10-1)
...( 10-2)
dimana :
( A a=
As' . f y
0,85. f c' . b
[(
]
3
...( 10-3)
Pers. (10.1), (10.2) dan (10.3) digunakan untuk kondisi baja tulangan tekan sudah leleh. Agar baja tulangan tekan leleh, maka :
' ' fy a d . c d ' 1 s = 0,003. = 0,003. c a Es
diperoleh :
...( 10-4)
Dari pers. (10-2) dan pers. (10.4), agar baja tulangan tekan leleh, maka :
(A
As' . f y
atau :
. 1 . d '
...( 10-5)
Jika baja tulangan belum leleh, maka tegangan pada baja tulangan tekan harus ditentukan dengan menggunakan diagram regangan. Besarnya tegangan pada baja tulangan tekan adalah :
' a d . 1 f s' = s' . E s = 0,003 Es a
Konstruksi Beton Bertulang I
...( 10-6)
...( 10-7)
dimana :
...( 10-8)
Pers (10-1) (10- 8) diatas juga dengan asumsi baja tulangan tarik sudah leleh. Baja tulangan tarik leleh merupakan suatu hal yang penting untuk menghindari keruntuhan brittle (keruntuhan getas).
Untuk kondisi seimbang (balanced), dimana baja tulangan tarik leleh dan regangan beton pada serat ekstrim adalah 0,003 dicapai secara bersamaan. Dari segitiga regangan (kondisi seimbang), diperoleh :
fy d cb 1 .d ab = 0,003. = s = 0,003. cb ab Es
0,003.E s 600 . 1 .d = . 1 .d ab = 0,003.E s + f y 600 + f y
Dari keseimbangan internal penampang : ...( 10-9)
ab
( .f =
b
' . f s' .d
' c
...( 10-10)
0,85. f
Pada kondisi seimbang, fs dihitung dari pers. (10-6) dengan a = ab dari pers (10-10), atau sama dengan fy, yang memberikan nilai paling kecil
1 .d '
ab
' f ' +. s fy
...( 10-12)
dimana fs diberikan oleh pers. (10-11) atau fy, yang memberikan nilai terkecil. Suku pertama dari pers. (10-12) sama persis dengan b pada balok dengan tulangan tunggal. Pada balok dengan tulangan rangkap, agar terjadi keruntuhan tarik (tulangan tarik leleh), maka < b, yang diberikan oleh pers. (10-12).
Untuk disain, agar baja tulangan tarik sudah leleh dan keruntuhan yang terjadi tidak getas (brittle), direkomendasikan rasio tulangan dari baja tulangan tarik pada balok tulangan rangkap tidak boleh melebihi 0,75 b, sehingga :
' f 600 c 0,75 0,85.1 . . f y 600 + f y ' f + '. s f y
...( 10-13)
10
Contoh Soal 1:
As h As b 60 Suatu penampang balok beton bertulang, dengan lebar b = 280 mm, d = 510 mm, d = 60 mm, fc = 21 MPa, Es = 200.000 MPa, fy = 275 MPa, memikul momen akibat beban mati sebesar MD = 169 kN.m dan akibat 60 beban hidup sebesar, ML = 215 kN.m. Hitung besarnya luas tulangan yang diperlukan untuk kasus berikut :
1). = 0,5 b dari balok dengan tulangan tunggal 2). luas dari tulangan tekan minimum
Solusi :
Momen Ultimate Perlu : Mu Mu = 1,2 MD + 1,6 ML = 1,2 .(169) + 1,6.(215) = 546,8 kN.m
Konstruksi Beton Bertulang I 11
diperoleh :
( A a=
As' . f y
0,85. f c' . b
[(
As' =
dan
Regangan leleh : y
y =
fy Es
' f + '. s fy
14
275 21 600 = 0,75 + 0,02038. 275 600 + 275 0,85.0,85. 275 . = 0,04366 > 0,03928 ..... OK !
(2). Tulangan tekan minimum
Untuk disain ini, kontribusi dari beton tekan harus maksimum, dapat digunakan pembatasan maksimum tulangan. Dengan asumsi tulangan tekan sudah leleh, maka :
' f 600 ' c + = 0,75 0,85.1 . . 600 + f f y y 21 600 ' + = 0,75 0,85.0,85. . + 275 600 275
atau :
( A a=
As' . f y
0,85. f c' . b
( 4051,24 + 0,75. A =
[(
222,91 0,013756.As' ' ' 510 4051,24 + 0,75.As As . 275. 6 2 546,8x10 = 0,8. + A' . 275. (510 60) s
16
546,8 x10 6 = 0,8. 1114091 68,75. As' . 398,545 0,006878. As' +123750. As' = 355212318,1 + 70949,85. As' + 0,37829. As'
[(
)(
( )
(A )
' 2 s
diperoleh : As = 1016 mm2 dan : As = 4051,24 + 0,75.(1016) = 4813,24 mm2 Check : apakah tulangan tekan sudah leleh atau belum ?. a = 222,91 0,013756.(1016) = 208,93 mm c = a/1 = 245,8 mm
' c d 245,8 60 s' = 0,003. = 0,003. = 0,002268 > 0,001375 c 245,8
Persamaan disain dengan tulangan tekan, tidak memperhitungkan luas dari beton yang ditempati oleh baja tulangan tekan. Jika hal ini diperhitungkan, maka luas tulangan tekan yang diperoleh harus ditambah dengan 0,85.fc.As/ fy. Dari contoh soal : diperoleh As = 1016 mm2, maka harus ditingkat kan menjadi : 0,85. 21.1016
1016 +
275
= 1093,59 mm 2
Disamping rumus-rumus yang telah diturunkan untuk disain balok dengan penulangan rangkap, dapat juga digunakan cara pendekatan dengan hasil cukup baik. Pada balok dengan tulangan rangkap, dua gaya tekan internal Cc dan Cs mempunyai titik tangkap berdekatan. Jika titik tangkap dari kedua gaya tersebut C = Cc + Cs dapat ditentukan, maka kapasitas momen disain dapat ditentukan sbb : Mu = . As.fy. jd , dimana jd merupakan lengan momen antara C dan T.
Konstruksi Beton Bertulang I 18
Contoh Soal 2:
Penampang balok pada contoh soal 1, dengan 60 lebar b = 280 mm, d = 510 mm, d = 60 mm, fc = 21 MPa, Es = 200.000 MPa, fy = 275 MPa, Diketahui : As = 5608,7 mm2 dan As = 2909,78 mm2 Perkirakan besarnya kapasitas momen ultimate, Mu penampang, untuk : 60 1). Momen lentur positif 2). Momen lentur negatif
As d As b
Solusi :
1). Momen lentur positif, dimana As = 5608,7 mm2 dan As = 2909,78 mm2 Tinggi blok tegangan :
( A a=
As' . f y
19
0,85. f c' . b
( A a=
As' . f y
0,85. f c' . b
Regangan leleh :
y =
Hasil pengecekan regangan pada tulangan tekan dan tarik, kedua tulangan telah leleh. Jarak lengan momen ke titik tangkap beton tekan, adalah : (d 0,5.a) = 510 0,5.(148,5) = 435,75 mm Jarak lengan momen ke titik tangkap tulangan tekan, adalah : (d d ) = 510 60 = 450 mm Sehingga jarak lengan momen ke titik tangkap resultan gaya tekan adalah antara 435,75 mm < jd < 450 mm, dan nilai paling konservatif adalah jd = 435,75 mm
20
home
Konstruksi Beton Bertulang I 22
PERTEMUAN KE 11
Gbr 11-1. memperlihatkan penampang balok T, pada kondisi momen maksimum. Tinggi garis netral biasanya kecil, karena besarnya luas penampang flens, sehingga akan terjadi keruntuhan tarik ( fs = fy ) Garis netral dapat berlokasi di bagian flens atau web (badan)
Analisis dapat dilakukan dengan asumsi bahwa : c < hf (garis netral berada pada flens), dimana hf = tebal bagian flens. Keseimbangan internal penampang : C = T
0,85. f c' . a.b = As . f y . f y . d As . f y .d a= = = ' ' 0,85. f c .b 0,85. f c . 0,85 . f y As dan = = dimana : '
b. d fc
...( 11- 1)
. d c = = 1,18. 1 1
a
...( 11- 2)
Jika c < hf , maka garis netral berada di bagian flens (sesuai asumsi)
M n = As . f y .(d 0,5.a )
...( 11- 3)
Jika garis netral jatuh pada bagian flens, maka analisis dapat dilakukan sebagai balok persegi biasa dengan lebar b Rasio tulangan seimbang dapat dihitung sbb :
Jika < b atau a < ab , maka baja tulangan tarik sudah leleh. Pada banyak kasus praktis, garis netral berada pada bagian flens dan tulangan tarik sudah leleh.
Jika c = 1,18 .d/1 > hf , garis netral akan berada pada bagian web (badan), maka nilai a dan c yang diperoleh dari pers. (11-1) dan (11-2) menjadi tidak benar.
Keseimbangan internal penampang untuk garis netral jatuh pada bagian web : C = T , diperoleh :
dimana : bw = lebar web (badan) balok. Resultan gaya tekan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : Bagian segi-4 diatas web (badan) dan dua segi-4 kiri dan kanan flens.
Konstruksi Beton Bertulang I 5
...( 11- 5 ) dimana a , ditentukan dari pers. (11- 4) Dari diagram regangan, dapat di-cek apakah tulangan tarik sudah leleh atau belum. Baja tulangan tarik akan leleh apabila :
1 .d a f y d c s = 0,003. = 0,003. c a Es
...( 11- 6 )
Jika tulangan tarik belum leleh, nilai fy harus diganti dengan fs, dan ditentukan dari pers. berikut :
f s = s . E s = 0,003
1 .d a
a
. Es
...( 11- 7 )
6
Contoh Soal :
Hitunglah besarnya kapasitas momen maksimum dari penampang balok T, dengan b = 810 mm, bw = 200 mm, d = 310 mm, As = 1935 mm2, Es = 200.000 MPa, fy = 400 MPa dan fc = 21 MPa, jika : 1). hf = 100 mm dan 2). hf = 50 cm.
Solusi :
1). Tebal flens, hf = 100 mm. Asumsi baja tulangan tarik sudah leleh, fs = fy dan garis netral berada pada flens.
As . f y
M n = As . f y .(d 0,5.a )
s > y
2). Tebal flens, hf = 50 mm. Asumsi baja tulangan tarik sudah leleh, fs = fy dan garis netral berada pada flens.
As . f y
0,85. f c' . bw 1935. 400. 0,85. 21.50.(810 200 ) a= = 64,31 mm 0,85. 21. 200
c = a/1 = 64,31/0,85 = 75,66 mm
Konstruksi Beton Bertulang I 9
a=
64,31 50 Mn = 0,85.21.64,31.200.310 + 0,85.21.(810 200).50.310 2 2 ,16 = 218 ,95 kN.m = 63,79 + 155
Check tulangan tarik sudah leleh atau belum :
s > y
Tulangan tekan dapat juga diberikan pada bagian flens, dengan menambahkan As.fs dalam persamaan yang ada. Tegangan yang bekerja pada baja tulangan tekan ini dapat ditentukan dengan menggunakan diagram regangan.
b As d As
bw home
Konstruksi Beton Bertulang I 11
PERTEMUAN KE 12
Disain balok T, tergantung dari posisi garis netralnya : Jika kedalaman garis netral < tebal flens, dimana :
. d c = = 1,18. hf 1 1
a
f c' Penampang di-disain sebagai balok persegi biasa dengan lebar b
.. dan ..
. f y
. d c = = 1,18. > hf 1 1
a
Disain dapat dilakukan dengan menggunakan pers. disain dari balok dengan tulangan rangkap, sbb : Baja tulangan tarik dapat dianggap terdiri dari : - Asf : melawan beton tekan pada bagian konsol flens - (As Asf) : melawan beton tekan pada bagian web/badan Maka, dengan asumsi tulangan tarik sudah leleh, akan diperoleh pers. keseimbangan berikut :
... ( 12- 1)
(A
a=
(A
Asf ). f y
'
... ( 12- 2)
0,85. f c . bw
=
c=
As
b. d
As . f y 0,85 . f c' . b. 1
Mu As = a . f y . d 2
Konstruksi Beton Bertulang I
c > hf
Ya, balok T
balok T Tentukan : a
Asf =
0,85 . f c' h f . (b bw ) fy
(A
Asf )=
M u2
. f y . d a 2
hf M u1 = Asf . f y . d 2
ab =
(A
Asf ). f y
0,85. f c' . bw
M u 2 = M u M u1
tidak
(a ab ) =
ya
ya
Pers. momen penampang dari balok T, ekivalen dengan pers. momen penampang dari balok dengan tulangan rangkap, dimana bagian konsol flens beton ekivalen dengan Asf, seperti pada gambar 12.1
Gambar 12.1. Penampang balok T ekivalen dengan balok persegi dengan tulangan rangkap
+ f
home
Konstruksi Beton Bertulang I 9
PERTEMUAN KE 13
Gambar 13-1 . Gaya Geser pada balok diatas 2 tumpuan akibat beban merata
Konstruksi Beton Bertulang I 2
Balok tinggi dengan a/d < 1/2 Balok pendek dengan 1 < a/d < 2,5 Balok sedang dengan 2,5 < a/d < 6 Balok panjang dengan a/d > 6
Jenis III
Jenis IV
Gbr.13-3. Jenis keruntuhan balok beton bertulang dengan variasi panjang bentang
Konstruksi Beton Bertulang I 5
Gaya luar transversal V, akan dipikul oleh kombinasi dari : 1. Gaya geser sepanjang bagian tekan balok, Vc 2. Gaya dowel sepanjang retak oleh tulangan lentur, Vd 3. Komponen vertikal dari gaya geser miring, sepanjang retak miring yang diberikan oleh interlocking aggregate, Va Keseimbangan gaya : V
= Vc + Vd + Va
......(13 1)
Dalam perencanaan geser, gaya geser yang diperhitungkan adalah : - Gaya geser pada bagian tekan balok, Vc - Gaya geser yang disumbangkan oleh tulangan geser, Vs
VR = .Vn Vu
......(13 2)
dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Vn adalah kuat geser nominal yang dihitung dari:
......(13 3)
dengan Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton dan Vs adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser. A. Kuat geser Vc yang disumbangkan oleh beton dapat ditentukan sebagai berikut :
(1). Untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan lentur berlaku,
......(13 4)
......(13 5)
(3) Untuk komponen struktur yang mengalami gaya tarik aksial yang besar,
......(13 - 6)
10
B. Kuat geser yang disumbangkan oleh tulangan geser (1) Tulangan geser dapat terdiri dari: a) Sengkang yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur, b) Jaring kawat baja las dengan kawat-kawat yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur, c) Spiral, sengkang ikat bundar atau persegi.
11
(2) Untuk komponen struktur non-prategang, tulangan geser dapat juga terdiri dari : a) Sengkang yang membuat sudut 45 atau lebih terhadap tulangan tarik longitudinal. b) Tulangan longitudinal dengan bagian yang ditekuk untuk mendapatkan sudut sebesar 30 atau lebih terhadap tulangan tarik longitudinal. c) Kombinasi dari sengkang dan tulangan longitudinal yang ditekuk. d) Spiral.
12
13
Bila (Vu - Vc) > 2/3 fc.bw.d , maka penampang harus diperbesar Bila (Vu - Vc) 2/3 fc.bw.d , tentukan jumlah tulangan geser untuk menahan kelebihan tegangan.
a) Bila digunakan tulangan geser yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur, maka :
......(13 - 7)
14
(c) Bila tulangan geser terdiri dari satu batang tunggal atau satu kelompok batang-batang tulangan sejajar,yang semuanya ditekuk miring pada jarak yang sama dari tumpuan, maka :
......(13 - 9)
15
(A . f
v
.d )
Vu V c
......(13 - 10)
b. sengkang miring :
(A . f . d ).(sin + cos )
v y
Vu V c
Konstruksi Beton Bertulang I
......(13 - 11)
16
(3) Bila Vu < Vc dan Vu > 1/2 Vc, digunakan tulangan geser minimum. (4) Bila Vu < 1/2 Vc, tidak perlu tulangan geser
17
18
19
E. Tulangan Geser Minimum Luas tulangan geser minimum untuk komponen struktur prategang dan komponen struktur nonprategang harus dihitung dari:
home
Konstruksi Beton Bertulang I 20
PERTEMUAN KE 14
(+)
(+)
(b) untuk komponen struktur non-prategang yang dibebani gaya tarik atau tekan aksial:
......(14 2)
dimana : Acp : luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm2 pcp : keliling luar penampang beton, mm. Nu : beban aksial terfaktor yang terjadi bersamaan dengan Vu, diambil positif untuk tekan, negatif untuk tarik, dan memperhitungkan pengaruh tarik akibat rangkak dan susut, N Ag : luas bruto penampang, mm2. Untuk penampang berongga, Ag : luas beton saja dan tidak termasuk luas rongga.
......(14 3)
2) untuk komponen struktur non-prategang yang dibebani gaya aksial tarik atau tekan:
......(14 4)
dimana : ph : keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm Aoh : luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm2
10
(b) Jika tebal dinding bervariasi di seputar garis keliling penampang berongga, maka pers. (14-6) harus dievaluasi pada lokasi dimana ruas kiri pers. (14-6) mencapai nilai maksimum. (c) Jika tebal dinding adalah kurang daripada Aoh /ph, maka nilai suku kedua pada pers. (14-6) harus diambil sebesar
......(14 7)
dengan t adalah tebal dinding penampang berongga pada lokasi dimana tegangannya sedang diperiksa.
Konstruksi Beton Bertulang I 11
(d) Kuat leleh rencana untuk tulangan puntir nonprategang tidak boleh melebihi 400 MPa. (e) Tulangan yang dibutuhkan untuk menahan puntir harus ditentukan dari:
......(14 8)
dengan Tu adalah momen puntir terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Tn adalah kuat momen puntir nominal penampang.
12
(f) Tulangan sengkang untuk puntir harus direncanakan berdasarkan persamaan berikut :
......(14 9)
dengan Ao, kecuali ditentukan berdasarkan analisis, dapat diambil sebesar 0,85Aoh. Nilai tidak boleh kurang daripada 30o dan tidak boleh lebih besar daripada 60o.
13
(g) Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk menahan puntir tidak boleh kurang daripada:
......(14 10)
dengan adalah nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam pers. (14-9) dan At /s harus dihitung dari pers. (14-9),
14
(h) Tulangan untuk menahan puntir harus disediakan sebagai tambahan terhadap tulangan yang diperlukan untuk menahan gaya-gaya geser, lentur, dan aksial yang bekerja secara kombinasi dengan gaya puntir. Dalam hal ini, persyaratan yang lebih ketat untuk spasi dan penempatan tulangan harus dipenuhi.
15
16
(2) Tulangan sengkang puntir harus diangkur dengan cara-cara berikut: a) menggunakan kait standar 135o, dipasang di sekeliling tulangan longitudinal, b) atau untuk daerah dimana beton yang berada di sekitar angkur dikekang terhadap spalling oleh bagian sayap penampang atau pelat atau komponen struktur sejenis. (3) Tulangan puntir longitudinal harus mempunyai panjang penyaluran yang cukup dikedua ujungnya. (4) Pada penampang berongga, jarak dari garis tengah tulangan sengkang puntir ke permukaan dalam bagian dinding rongga tidak boleh kurang daripada 0,5 Aoh /ph.
17
18
(c) Bilamana diperlukan tulangan puntir, maka luas total minimum tulangan puntir longitudinal harus dihitung dengan ketentuan:
......(14 12)
19
(c) Tulangan puntir harus dipasang melebihi jarak minimal (bt + d) di luar daerah dimana tulangan puntir dibutuhkan secara teoritis. dimana : bt : lebar bagian penampang yang dibatasi oleh sengkang tertutup yang menahan puntir
21
8. Langkah-langkah disain untuk balok yang dibebani TORSI, GESER dan MOMEN
Langkah 1 : Tentukan gaya geser, momen dan diagram torsi. Pilih b dan d berdasarkan momen Mu. Check defleksi dan rubah d jika dibutuhkan. Dimensi penampang dapat dirubah jika penampang tidak kuat terhadap geser. Penampang persegi sangat baik untuk menahan momen torsi. Langkah 2 : Torsi dapat diabaikan jika :
2 . f c' Acp
Tu <
12
. p cp
.(a)
22
perbesar dimensi penampang Penampang kritis dari torsi dan geser berada sejarak d dari muka tumpuan
23
Langkah 4 : Tentukan luas tulangan untuk momen lentur, dan luas tulangan geser untuk geser vertikal. Luas penulangan geser dapat dituliskan dalam bentuk Av /s (luas tulangan geser per unit panjang), sehingga dapat dikombinasikan dengan luas tulangan geser yang dibutuhkan untuk torsi.
24
Hitung : Hitung :
Vs =
Vu
Vc
.(d)
Av Vs = s f y .d
.(e)
At Tu = s 2. . f yv . Ao. cot
.(f)
Gunakan = 45o dan fyv < 400 MPa. Ao sama dengan 0,85 kali luas yang dibatasi oleh sengkang terluar.
Konstruksi Beton Bertulang I 25
Langkah 6 : Untuk ukuran sengkang tertentu, jumlahkan luas tulangan yang dibutuhkan untuk geser dan torsi. Untuk sengkang dengan 2 kaki :
Av , total s
Av 2. At = + s s
.(g)
Tentukan ukuran tulangan, dan hitung jarak sengkang yang dibutuhkan. Spasi tulangan tidak boleh melebihi ph/8 atau 300 mm. Jika hanya dibutuhkan sengkang dengan 2 kaki, hanya sengkang terluar yang harus tertutup. Tulangan puntir harus dipasang melebihi jarak minimal (bt + d) di luar daerah dimana tulangan puntir dibutuhkan secara teoritis.
Konstruksi Beton Bertulang I 26
27
Jika baja tulangan sengkang dan longitudinal mempunyai mutu yang sama dan diambil 45o, maka pers. diatas dapat ditulis :
At Al = p h . s
Konstruksi Beton Bertulang I
.(j)
28
Tulangan longitudinal harus di-distribusikan merata sekeliling penampang balok, harus mempunyai diameter minimum 1/24 spasi sengkang atau 10 mm.
Langkah 9 :
Gabungkan tulangan longitudinal untuk torsi dan tulangan lentur dan tentukan tulangan
Konstruksi Beton Bertulang I 29
l =3 m d Vu
30
Solusi :
1. Tentukan tinggi minimum balok (dimana lendutan tak perlu dihitung)
h min
l 3000 = = = 375 mm 8 8
diperoleh : 1 = 0,0123 (dipakai ) dan 2 = 0,0937 (tdk dipakai) As = . b. d = 0,0123 x 200 x 360 = 885,6 mm2
Konstruksi Beton Bertulang I 31
Tu <
12
. p cp
25 . 200.360 = 60 kN Vc = 6
Konstruksi Beton Bertulang I 32
0,036 At Av = = 0,0445 mm 2 / mm s 2s
33
10,56
0,072
0,45
0,972
..OK
Spasi maksimum untuk tulangan torsi longitudinal adalah 300 mm, maka Al dibagi menjadi 3 bagian (atas , tengah dan bawah )
35
diperoleh :
396
db = 1/24 . 75 mm = 3,125 mm
Gunakan 2 bh tulangan diameter 10 mm, As = 157 mm2 > 132 mm2 untuk tulangan bawah dan tengah Untuk tulangan atas, tulangan longitudinal dan lentur dikombinasikan dari As = 885,6 mm2 menjadi As = 885,6 mm2 + 132 mm2 = 1017,6 mm2 Gunakan tulangan D22, diperoleh n = 3bh Ambil tulangan 3D22, dengan As = 1140 mm2 OK
36
Detail penulangan
Kesimpulan :
Tulangan Lentur + Torsi : 3D22 Tulangan geser : D10-100 Tulangan Torsi : 2D10 (bawah dan tengah) home
Konstruksi Beton Bertulang I 38