Anda di halaman 1dari 153

STRUKTUR BETON I

Mukhlis Islam, ST., MT.


Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Bengkulu
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Mahasiswa Program studi Teknik Sipil
mampu mengetahui aspek-aspek,
memahami prosedur dan asumsi serta
mendesain elemen lentur struktur beton
dengan penulangan lentur, geser dan torsi
POKOK BAHASAN I

PENDAHULUAN DAN PENGENALAN


ASUMSI DASAR DESAIN STRUKTUR
BETON
Definisi Dasar
• Struktur, beton, beton bertulang
• Mengapa struktur beton bertulang?
• Kelebihan:
– Fleksibel bentuk dan dimensi
– Raw material yang mudah dan murah
– Estetis
– Ketahanan relatif terhadap lingkungan agresif
– Ketahanan relatif terhadap api/kebakaran
– Metode konstruksi relatif mudah dan site adjustable
• Kekurangan:
– Perlu supervisi yang lebih ketat
– Waktu konstruksi relatif lebih lama
– Bobot struktur lebih tinggi
– Dimensi relatif lebih besar
– Cenderung getas (brittle) jika tidak diberikan pendetailan yang
baik
Sejarah Beton Bertulang
• Telah digunakan sejak jaman yunani dan
romawi kuno
• Digunakan intensif sejak awal abad 19
• Mulai dikenali kelebihan dan kekurangannya
• Mulai diperkenalkannya struktur beton
bertulang
Istilah-istilah dasar
Istilah-istilah dasar (ctd)
Istilah-istilah dasar (ctd)
Istilah-istilah dasar (ctd)
Istilah-istilah dasar (ctd)
Istilah-istilah dasar (ctd)
Hipotesis Dasar
• Beton polos terdiri atas susunan semen, air,
aggregat kasar dan halus serta bahan tambah
• Beton segar dapat dibentuk sesuai dengan
acuannya (bekistingnya)
• Mempunyai kuat tekan yang tinggi
• Mempunyai kuat tarik yang sangat rendah
• Perkuatan perlu diberikan pada bagian tarik
elemen struktur beton
• Perkuatan tarik diberikan dalam bentuk
penulangan
Hipotesis Dasar (Ctd)
• Beton bersifat nonhomogen dan ortotropik,
berbeda dengan sifat kebanyakan bahan sintetik
lain yang bersifat homogen dan isotropik
• Diperlukan pendekatan khusus dalam
analisisnya
• Sifat nonhomogen dikompensasikan dengan
kemampuan dibentuk sesuai dengan keinginan
• Hasil akhir dapat menjadi struktur yang handal,
kuat dan mampu menjadi struktur utama
Analisis Vs. Desain Penampang
• Tujuan analisis dan/atau desain: Menentukan proporsi
elemen struktur (dimensi dan pendetailan penulangan)
untuk menghasilkan elemen struktur yang handal
(memenuhi semua limit state, efisien dan ekonomis)
• Banyak parameter yang harus ditinjau dalam
menentukan elemen struktur beton, mulai dari
dimensi, ketersediaan material dan metode konstruksi
• Penampang struktur harus ditrial (coba-coba) untuk
dapat dianalisis
• Dalam desain dilakukan penyesuaian (adjustement)
dari hasil penampang trial
• Desain merupakan proses analisis yang berulang
Tipe dan Propertis Penulangan
• Propertis penulangan yang penting dalam
desain struktur beton bertulang:
– Modulus elastisitas
– Tegangan Leleh
– Kuat tarik ultimit
– Grade baja
– Ukuran/diameter
Tipe dan Propertis Penulangan (Ctd)
• Baja diasumsikan elastoplastis, dengan modulus
elastisitas = 200x10^3 MPa
• Tegangan leleh baja bervariasi dari 240 Mpa sampai
dengan 550 Mpa
• Jenis permukaan tulangan polos dan ulir
• Terdiri dari P6, P8, P10, P12 dan P14, serta D13, D16,
D19, D22, D25, D28, D31, D33, D43, D56. P = Plain, D =
Deformed
• Belakangan mulai digunakan teknologi wiremesh untuk
slab
• Tugas: Buat resume persyaratan baja tulangan dari SNI
Beton Indonesia 2002
Jarak Penulangan dan Selimut Beton
• Disyaratkan untuk mencegah keropos
(Honeycomb)
• Untuk memastikan beton segar masuk diantara
penulangan
• Untuk memastikan development tegangan
lekatan yang baik / cukup antara beton dan
penulangan
• TUGAS: Buat resume persyaratan selimut beton
(pelindung beton untuk tulangan) dan jarak
antara tulangan (spasi) dari SNI Beton Indonesia
2002
Sistem Struktur Beton Bertulang
• Sistem struktur beton bertulang merupakan
gabungan elemen-elemen struktur yang
diproporsionalkan dari sisi arsitektur dan
engineering yang mampu menjalankan
fungsinya dengan handal, ekonomis, effisien
dan menarik
Sistem Struktur Beton Bertulang (Ctd)
• Sistem struktur beton bertulang dasar secara
umum terdiri atas elemen-elemen dasar dengan
kategori:
– Slab Lantai
– Balok anak/bagi/joist/spandrel
– Balok induk/utama
– Kolom
– Dinding
– Pondasi
• Tidak semua elemen dasar tersebut harus ada
untuk membentuk sistem struktur yang baik
Prosedur Umum Desain Struktur
Beton Bertulang
• Identifikasi cakupan, bentuk, fungsi, kondisi, pembebanan
dan lingkungan sekitar struktur, material yang tersedia,
spesifikasi khusus serta peraturan yang berlaku
• analisis dan penentuan awal sistem, bentuk, elemen dan
dimensi struktur (preliminary design)
• Pemodelan dan analisis struktur
• Rekapitulasi hasil analisis struktur
• Detail desain
• Remodelling dan reanalisis struktur jika ada perbedaan
signifikan antara detail desain dan preliminary
design/detail desain tahap sebelumnya (trial and error)
• Pendetailan dan drafting (penggambaran)
• CONTOH ILUSRASI DESAIN DAN PENDETAILAN:
MISDESIGN, MISCALCULATION, BAD
ENGINEERING JUDGMENT, POOR
SUPERVISION AND WORKMANSHIP,
OR MERELY BAD LUCK???
SIAPA YANG BERTANGGUNG
JAWAB???
POKOK BAHASAN 2

PEMBEBANAN DAN KONSEP DESAIN


KEHANDALAN DAN KEAMANAN
STRUKTUR BETON
• Banyak faktor yang mempengaruhi kehandalan struktur
beton, antara lain kualitas desain, workmanship, mutu
material penyusun, besaran pembebanan yang terjadi,
serta lingkungan.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas struktur
diharapkan memenuhi kondisi minimum yang
diinginkan.
• Ada kemungkinan faktor-faktor tersebut tidak
memenuhi kondisi yang diinginkan
• Akan mengakibatkan kinerja/kualitas struktur
menurun/tidak sesuai yang diinginkan sehingga
struktur tidak aman.
KEHANDALAN DAN KEAMANAN
STRUKTUR BETON (Ctd)
• Dalam desain struktur, perlu ada jaminan keamanan.
• Untuk mengkompensasikan kemungkinan tidak
terpenuhinya kondisi minimum yang mempengaruhi
kualistas struktur dengan tetap menjamin keamanan
struktur, perlu diberikan sebuah faktor keamanan.
• Secara umum dengan cara meningkatkan asumsi efek
beban yang bekerja dengan faktor beban dan
mereduksi kapasitas aktual elemen struktur (kuat
nominal) dengan faktor reduksi (menjadi kuat rencana)
• Secara matematis digambarkan sebagai:
KEHANDALAN DAN KEAMANAN
STRUKTUR BETON (Ctd)
• Besaran faktor ditentukan oleh SK SNI 03
2002 sebagai berikut:
KEHANDALAN DAN KEAMANAN
STRUKTUR BETON (Ctd)
KEHANDALAN DAN KEAMANAN
STRUKTUR BETON (Ctd)
Pembebanan dan Faktor Beban
• Beban yang bekerja pada struktur terdiri dari beberapa
tipe yaitu beban mati (D), beban hidup (L), beban
hidup atap (A), beban hujan (R), beban angin (W),
beban gempa (E), beban akibat tekanan tanah (H),
beban akibat tekanan fluida (F), beban akibat
settlement, rangkak, susut, ekspansi beton dan
perubahan suhu (T), beban impak/benturan (P)
• Beban pada struktur merupakan gabungan dari
beberapa beban yang bekerja secara simultan,
dinamakan kombinasi beban
• Besaran faktor tergantung pada kombinasi beban
yang bekerja.
Pembebanan dan Faktor Beban (Ctd)
• Faktor beban dan kombinasi pembebanan
ditentukan oleh SK SNI 03 2002 sebagai
berikut:
Pembebanan dan Faktor Beban (Ctd)
Pembebanan dan Faktor Beban (Ctd)
Pembebanan dan Faktor Beban (Ctd)
Pembebanan dan Faktor Beban (Ctd)
POKOK BAHASAN III

ELEMEN STRUKTUR LENTUR


Pendahuluan
• Tambahkan definisi balok
• Bertujuan untuk menghasilkan elemen dengan penampang yang tidak
akan menderita retak berlebihan dibawah beban layan dan memiliki
kekuatan dan keamanan yang cukup dalam meneruskan beban atau
tegangan tanpa terjadinya kegagalan.
• Asumsi asumsi yang digunakan dalam analisis dan desain elemen lentur:
– Penampang yang datar sebelum menderita tegangan lentur tetap mendatar
setelah mendapat tegangan
– Kurva tegangan-regangan untuk baja tulangan diketahui
– Kuat tarik beton diabaikan
– Kurva tegangan-regangan beton yang mendefinisikan besaran dan distribusi
tegangan tekan diketahui
• Konstanta-konstanta yang diasumsikan untuk digunakan dalam analasis
adalah:
– Modulus elastisitas baja = 200.000 MPa
– Regangan hancur beton = 0.003
Batasan Rasio Penulangan Lentur
Balok
• Komponen struktural lentur meneruskan beban melalui gaya
dalam (internal forces) momen lentur yang terdiri dari
komponen tarik dan tekan
• Komponen struktural pada balok yang meneruskan gaya dalam
(internal forces): tekan beton dan tarik baja
• Kondisi kegagalan pada balok terbagi 3 masing-masing dengan
karakteristik kegagalan yang khas:
– Kegagalan berimbang (balanced failure, balance reinforced)
– Kegagalan tekan (compression failure, over reinforced)
– Kegagalan tarik (tension failure, under reinforced)
• Elemen lentur diharapkan berada pada kondisi menuju tension
failure
Batasan Rasio Penulangan Lentur
Balok (Ctd)
• Tujuan dikondisikannya kedalam tension failured adalah
agar didapatkan struktur lentur yang ductile.
• Untuk mendapatkan struktur ductile perlu dipastikan
kegagalan terjadi pada tarik baja
• Didapatkan dengan memastikan komponen tarik baja lebih
lemah dari tekan beton
• Didapatkan dengan membatasi besaran penulangan 
underreinforced
• Desain yang mengarah pada compression failured
(overreinforced) selain tidak memberikan sifat ductile juga
tidak efektif
• Peningkatan kapasitas lentur dengan penambahan luas
penulangan tidak sebanding sebagaimana underreinforced
Batasan Rasio Penulangan Lentur
Balok (Ctd)
Ekivalensi Blok Persegi
• Bertujuan untuk memudahkan pengertian
internal forces pada balok dibawah beban lentur
• Untuk memudahkan penyusunan prosedur
analisis dan desain elemen lentur tanpa
kehilangan akurasi dalam perhitungan gaya tekan
beton dan kuat lentur balok
• Besaran section tekan beton dengan distribusi
tegangan parabolis (dari kurva kuat tekan beton)
diekivalensikan dengan besaran section tekan
beton dengan distribusi blok persegi,
sebagaimana gambar berikut:
Ekivalensi Blok Persegi (Ctd)
Ekivalensi Blok Persegi (Ctd)
• Dari analisis kesetimbangan pada gambar
diatas, dapat diturunkan persamaan sebagai
berikut:
Ekivalensi Blok Persegi (Ctd)
• Dari penelitian dan penurunan persamaan
secara empiris, didapatkan hubungan antara
tinggi tekan parabolis (c) dengan tinggi tekan
blok persegi (a) sebagai berikut:
Ekivalensi Blok Persegi (Ctd)
• Kondisi kegagalan tarik terjadi jika nilai c<cb dan
fs>fy
• Kondisi tersebut didapatkan jika rasio tulangan
terpasang lebih kecil daripada rasio tulangan
balanced, atau dengan kata lain luas tulangan
terpasang lebih kecil daripada luas tulangan
balanced
• Persamaan rasio tulangan balanced didapatkan
dengan memperhatikan gambar distribusi
tegangan-regangan balok diatas sbb:
Ekivalensi Blok Persegi (Ctd)
Analisis Balok Bertulangan Tunggal
START Diket.: b, h, d’, No
d, As, f’c, fy,

Yes
Luasan tulangan
kurang, perbesar
luas tulangan

Jika f’c > 30 MPa, tetapi tidak


boleh lebih kecil dari 0,65

Yes No

Balok Underreinforced
Luasan tulangan (As)
terlalu besar
(overrinforced), kurangi
luas tulangan atau
perbesar penampang
balok

END
Analisis Balok Bertulangan Tunggal
Contoh/tugas:
Penampang balok dengan b = 250 mm, h = 550 mm,
dengan tulangan sengkang Φ10mm. Hitung
kapasitas momen nominal dan momen rencana
jika :
• fy = 400 MPa, tulangan tarik 4D29, f’c = 20 MPa
• fy = 400 MPa, tulangan tarik 4D29, f’c = 35 MPa
• fy = 400 MPa, tulangan tarik 8D29, f’c = 35 MPa
Desain Balok Bertulangan Tunggal
• Desain balok bertulangan tunggal bertujuan untuk
mencari proporsi parameter-parameter yang
menentukan performance (kinerja) struktur balok
beton bertulang
• Parameter-parameter yang dimaksud adalah b, h, f’c,
fy, As
• Performance yang dimaksud adalah semua limit state
yang ditinjau (kekuatan, kehandalan, durabilitas,
kemampulayanan dll)
• Seluruh parameter-parameter yang terlibat memiliki
sifat saling mempengaruhi / saling ketergantungan
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Parameter-parameter yang ditinjau ditaksir
dengan batasan-batasan dan metode tertentu,
yang selanjutnya dikontrol dengan analisis
balok beton bertulang untuk memberikan
verifikasi terpenuhinya limit state
• Proses desain merupakan proses iteratif untuk
mendapatkan proporsi yang memenuhi
batasan-batasan dan ekonomis
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Secara umum ada 2 kondisi awal dalam desain balok
beton bertulang yang membedakan motode desain,
batasan-batasan dan penentuan parameter-
parameternya
• Kondisi awal I : dimensi balok (b & h) telah
ditentukan/dibatasi untuk kepentingan lain (estetika,
utilitas, berat struktur, tinggi bangunan, dsb)
• Pada kondisi ini, parmeter bebas yang didesain adalah
luas tulangan (As) dan mutu material (f’c dan fy) untuk
memenuhi limit state yang ditentukan
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Kondisi awal II : dimensi balok tidak dibatasi /
bebas
• Pada kondisi ini, seluruh parameter
merupakan parameter bebas yang dapat
ditentukan sendiri
• Seluruh parameter dapat didesain sedemikian
sehingga didapatkan proporsi yang paling baik
dan ekonomis
• Dengan membatasi rasio penulangan
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Desain balok jika dimensi telah diketahui / dibatasi menggunakan
persamaan yang didapatkan sebagai berikut:
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Desain balok beton bertulang jika dimensi telah
diketahui/dibatasi dengan metode I memiliki
kelemahan yaitu tidak ada guidance dalam pendekatan
nilai lengan momen (Jd) yang menjadikan pendekatan
awal cukup kasar, sedangkan besaran penulangan (As)
sangat sensitif terhadap perubahan Jd.
• Hal ini kemungkinan besar akan menyebabkan proses
desain membutuhkan proses coba-coba (trial and
error) yang lebih panjang.
• Kelebihan metode ini adalah proses perhitungan yang
pendek dan sederhana untuk tiap proses trial.
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Prosedur desain jika dimensi dibatasi dengan metode I adalah
sebagai berikut:
START Diket.: b, h, d’,
d, f’c, fy, Mr

No

Yes Luasan tulangan


No kurang, perbesar
luas tulangan
Balok Underreinforced

Luasan tulangan (As)


terlalu besar
(overrinforced), kurangi
luas tulangan atau
perbesar penampang
END balok
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Contoh desain balok dengan metode I:
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Desain balok beton bertulang jika dimensi
telah diketahui/dibatasi dengan metode II
memiliki kelemahan yaitu perhitungan yang
harus dilakukan sedikit lebih kompleks dan
panjang.
• Namun perhitungan akan memberikan hasil
yang akurat, sehingga kemungkinan proses
coba-coba (trial and error) sangat kecil
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Prosedur desain jika dimensi dibatasi dengan metode II adalah
sebagai berikut:
START Diket.: b, h, d’,
d, f’c, fy, Mr

Yes Yes
Luasan tulangan
Balok Underreinforced kurang, perbesar
No luas tulangan
No
Luasan tulangan (As)
terlalu besar
(overrinforced), kurangi
luas tulangan atau
perbesar penampang
END balok
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Contoh desain balok dengan metode II
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Jika dimensi belum ditentukan/dibatasi, desain
balok beton bertulang memiliki fleksibilitas yang
tinggi untuk mendapatkan proporsi yang paling
ekonomis
• Proporsi yang ekonomis biasanya
dipertimbangkan dari sisi rasio penulangan
• Common practice dalam desain, proporsi yang
ekonomis biasanya didapatkan dari nilai rasio
penulangan yang setengah dari rasio maksimum
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Prosedur desain jika dimensi tidak dibatasi adalah sebagai berikut:

START Diket.: b, h, d’,


d, f’c, fy, Mr

Taksir nilai rasio Pilih nilai b dan d yang


(ρ perlu) yang proporsional dan memenuhi syarat
memenuhi syarat dari persamaan sebelumnya

Yes Yes
Luasan tulangan
Balok Underreinforced kurang, perbesar
No luas tulangan
No
Luasan tulangan (As)
terlalu besar
(overrinforced), kurangi
luas tulangan atau
perbesar penampang
END balok
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
• Contoh desain balok dengan dimensi tidak dibatasi:
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Desain Balok Bertulangan Tunggal
(Ctd)
Plat Satu Arah
• Plat / slab adalah struktur yang meneruskan
beban dengan internal forces berupa momen
lentur (bending moment) dan gaya geser (shear
force)
• Berdasarkan orientasi bending momen,
dikategorikan dalam plat satu arah dan plat dua
arah
• Perbedaan slab dan balok ada pada rasio antara
tinggi tekan efektif (d) terhadap lebar penampang
(b)
Plat Satu Arah (Ctd)
• Rasio d/b slab jauh lebih kecil daripada balok
• Menyebabkan efek geser pada struktur plat / slab
sangat kecil / tidak perlu diberikan penulangan
geser
• Tujuan desain, prosedur analisis dan desain,
asumsi asumsi, dasar teori, penyederhanaan,
persamaan matematis dan batasan-batasan yang
digunakan dalam struktur slab beton bertulang
sama dengan struktur balok bertulangan tunggal
Plat Satu Arah (Ctd)
• Perbedaan dalam analisis dan desain antara balok
bertulangan tunggal dan plat satu arah adalah pada lebar
penampang, dimana pada analisis dan desain plat satu
arah, lebar penampang dianggap 1 unit (satuan)
• Perbedaan yang lain adalah pada designasi /penandaan
jumlah tulangan yang digunakan, jika pada balok
disebutkan jumlah dan diameter penulangan, pada slab
disebutkan diameter dan jarak as ke as tulangan
• Misal, pada balok disebutkan 4D13, artinya dipasang
tulangan ulir (deform) diameter 13 mm sebanyak 4 buah
• Misal pada plat disebutkan D13-150, artinya dipasang
tulangan ulir (deform) diameter 13 mm dengan jarak as ke
as sebesar 150 mm
Analisis Plat Satu Arah
Diket.: b (asumsi
START No
1 unit), h, d’, d,
As, f’c, fy,
Yes
Luasan tulangan
kurang, perbesar
luas tulangan

Jika f’c > 30 MPa, tetapi tidak


boleh lebih kecil dari 0,65

Yes No

Plat Underreinforced
Luasan tulangan (As)
terlalu besar
(overrinforced), kurangi
luas tulangan atau
perbesar penampang
balok

END
Analisis Plat Satu Arah
Contoh soal analisis plat:
Diketahui plat satu arah dengan tebal 120 mm,
selimut beton 20 mm dengan penulangan
P10-120, fy = 240 MPa, f’c = 25 MPa. Tentukan
kapasitas momen lentur nominal dan
kapasitas momen lentur rencana
Analisis Plat Satu Arah
Analisis Plat Satu Arah
Desain Plat Satu Arah

START Diket.: b, h, d’,


d, f’c, fy, Mr

Yes Yes
Luasan tulangan
Balok Underreinforced kurang, perbesar
No luas tulangan
No
Luasan tulangan (As)
terlalu besar
(overrinforced), kurangi
luas tulangan atau
perbesar penampang
END balok
Desain Plat Satu Arah
Contoh soal desain plat:
Plat satu arah dengan bentang 3 m yang ditumpu
sederhana (sendi-rol), dibebani dengan beban
hidup sebesar 2,5 kN/m2 dan beban mati berupa
berat sendiri, pasir setebal 2 cm, specie setebal 1
cm dan penutup lantai setebal 1 cm. Jika berat
beton = 24 kN/m3, pasir = 18 kN/m3, specie dan
penutup lantai = 23 kN/m3 serta tebal plat
dibatasi 12 cm, desainlah penulangan lentur plat
tersebut. Gunakan f’c = 30 MPa, fy = 240 MPa
dan diameter tulangan = 10 mm.
Desain Plat Satu Arah
Desain Plat Satu Arah
Desain Plat Satu Arah
Desain Plat Satu Arah
Desain Plat Satu Arah
Desain Plat Satu Arah
Balok Bertulangan Rangkap
• Merupakan struktur balok beton bertulang, dimana
selain diberikan penulangan tarik, juga diberikan
penulangan tekan
• Selalu bertitik tolak dari dimensi yang telah
ditentukan/dibatasi
• Biasanya diaplikasikan pada daerah tumpuan balok,
dimana balok tidak mampu meneruskan momen
negatif tumpuan bahkan setelah rasio penulangan
diperbesar dan telah dilakukan redistribusi
• Jika ada pembatasan dalam dimensi balok yang
diijinkan (dengan alasan arsitektural, mekanikal
dan/atau utilitas lain dalam gedung/struktur)
• Sebagaimana diketahui bahwa pada kasus normal,
momen tumpuan balok biasanya jauh lebih besar
daripada momen lapangan
Balok Bertulangan Rangkap (Ctd)
• Dalam analisis balok bertulangan rangkap,
kapasitas momen dihitung melalui dua bagian
• Bagian pertama dianalisis kapasitas momen hasil
kopel dari proporsi luas tulangan tarik saja dan
tekan beton, mirip dengan analisis balok
bertulangan tunggal
• Bagian kedua dianalisis kapasitas momen hasil
kopel dari sisa proporsi luas tulangan tarik dan
tulangan tekan dengan luasan yang sama
• Kapasitas momen nominal balok merupakan hasil
penjumlahan dari kapasitas kedua momen hasil
kopel tersebut
Balok Bertulangan Rangkap (Ctd)
a. Penampang melintang
b. Regangan
c. Kopel momen 1, balok bertulangan tunggal
d. Kopel momen 2, kontribusi penulangan tekan
Analisis Balok Bertulangan Rangkap
Analisis Balok Bertulangan Rangkap
Analisis Balok Bertulangan Rangkap
• Pada balok bertulangan rangkap, kontrol
regangan dan tegangan tulangan harus dilakukan
• Tidak ada jaminan bahwa tulangan tekan selalu
leleh
• Semakin besar tinggi blok tekanbeton (a) atau
semakin besar c, regangan tul. tekan akan
semakin besar dan mencapai leleh
• Pemeriksaan regangan dan tegangan baja tekan
serta kapasitas momen balok jika tulangan tekan
belum leleh dilakukan dengan persamaan berikut
Analisis Balok Bertulangan Rangkap
CONTOH ANALISIS BALOK
BERTULANGAN RANGKAP
Balok persegi bertulangan rangkap dengan lebar
b = 280 mm, h = 550 mm, d’ = 50 mm, As’ =
645 mm2, As = 2580 mm2, Es = 2x105 MPa, fy =
280 MPa. Hitung kapasitas momen nominal
balok jika:
1) F’c = 20 MPa
2) F’c = 35 MPa
Desain Balok Bertulangan Rangkap
Desain balok bertulangan rangkap mempunyai beberapa tujuan
utama:
1. Meningkatkan kapasitas momen lentur balok jika kapasitas
yang dibutuhkan cukup besar dan dimensi penampang (b &
h) dibatasi, sehingga walaupun telah diberikan penulangan
hingga ρmax, kapasitas momen belum terpenuhi.
2. Meningkatkan daktilitas balok. Dapat dilihat bahwa dengan
adanya penulangan tekan, kapasitas tekan yang hanya dipikul
oleh blok tekan beton pada penulangan tunggal, terbantu
dengan adanya penulangan tekan. Hal ini akan menyebabkan
kopel tekan menjadi semakin kuat daripada kopel tarik, dan
membawa derajat penulangan balok lebih jauh kedalam
kondisi underreinforced.
Desain Balok Bertulangan Rangkap
3. Mengurangi defleksi (lendutan) balok jangka pendek, dengan
mereduksi besaran tegangan yang harus dipikul oleh blok
tekan beton.
4. Mereduksi defleksi (lendutan) jangka panjang akibat efek
rayapan (creep) dengan mentransfer tegangan tambahan
akibat rayapan pada penulangan tekan.
5. Pada struktur yang kemungkinan menderita gaya lateral yang
cukup besar (misal pada gedung di daerah rawan gempa),
balok dengan penulangan rangkap, khususnya pada daerah
tumpuan, mempunyai kelebihan yaitu kapasitas momen
lentur balik yang cukup besar (kapasitas momen lentur
positif dan negatif hampir sama), dimana posisi tulangan
tarik dan tekan dapat bertukar pada kejadian beban bolak
balik.
Desain Balok Bertulangan Rangkap
• Dengan mengasumsikan tulangan tarik dan tekan mengalami
leleh, kapasitas momen nominal diketahui sebagai:
Desain Balok Bertulangan Rangkap
• Persamaan diatas didasarkan pada asumsi bahwa tulangan
tekan telah leleh. Asumsi ini harus dikontrol dengan
persamaan yang didapatkan dari diagram regangan sebagai
berikut:

• Tulangan tekan leleh jika:


Desain Balok Bertulangan Rangkap
• Untuk mendapatkan tulangan tekan yang leleh, persyaratan
dibawah harus terpenuhi:

• Catatan: dalam desain, tidak ada ketentuan yang


mengharuskan tulangan tekan sudah leleh pada kapasitas
ultimit balok bertulangan rangkap
Desain Balok Bertulangan Rangkap
• Jika dari kontrol diketahui bahwa tulangan tekan belum leleh,
perhitungan harus dikoreksi dengan mengganti nilai teganagn
leleh baja tekan (fy) menjadi tegangan aktual baja tekan (fs’)
yang didapatkan sebagai berikut:

• Dengan persamaan kapasitas momen menjadi

• dimana
Desain Balok Bertulangan Rangkap
• Seluruh persamaan desain balok bertulangan rangkap diatas
diturunkan dengan asumsi tulangan tarik telah mengalami
leleh. Asumsi ini harus terpenuhi karena kelelehan tulangan
tarik bersifat esensial untuk menjamin daktilitas struktur dan
keruntuhan getas (tidak seperti tulangan tekan dimana
diperbolehkan tegangan belum mencapai leleh). Pada kondisi
berimbang (balanced) dimana keruntuhan tarik dan tekan
terjadi bersamaan, dari diagram regangan didapatkan:
Desain Balok Bertulangan Rangkap
• Dari persamaan kesetimbangan:
Desain Balok Bertulangan Rangkap
• Sehingga untuk keruntuhan balanced, fs’ dihitung dengan:
Desain Balok Bertulangan Rangkap
• Dengan menyamakan persamaan tinggi tekan beton:
Desain Balok Bertulangan Rangkap
• Dari persamaan rasio penulangan balanced untuk balok
bertulangan rangkap diatas, dapat dilihat bahwa suku
pertama merupakan persyaratan penulangan balanced yang
sama dengan persyaratan pada balok bertulangan tunggal.
• Suku kedua merupakan persyaratan tambahan untuk
penyeimbang tulangan tekan.
• Keruntuhan balanced pada struktur balok bertulangan
rangkap didapatkan dengan rasio yang lebih tinggi daripada
balok bertulangan tunggal.
• Untuk menjamin daktilitas, maka sebagaimana balok
bertulangan tunggal, juga diberlakukan batasan sebagai
berikut:
Untuk balok bertulangan
rangkap
CONTOH DESAIN BALOK
BERTULANGAN RANGKAP
Sebuah balok bertulangan rangkap dengan
dimensi b = 280 mm, h = 550 mm, f’c = 20
MPa, fy = 280 MPa, E = 2x105 MPa, akan
meneruskan momen lentur ultimit sebesar
240 MPa, sehingga momen lentur rencana
Mr= 240/0,8 = 300 kNm. Hitung penulangan
yang diperlukan jika untuk mendapatkan
daktilitas yang baik disyaratkan ρ - ρ’ dibatasi
sebesar 0,5 ρmax balok bertulangan tunggal.
CONTOH DESAIN BALOK
BERTULANGAN RANGKAP
Sebuah balok bertulangan rangkap dengan
dimensi b = 280 mm, h = 550 mm, f’c = 20
MPa, fy = 280 MPa, E = 2x105 MPa, akan
meneruskan momen lentur rencana Mr= 500
kNm. Hitung penulangan yang diperlukan
sedemikian sehingga tulangan tekan yang
digunakan adalah minimum.
Desain balok beton bertulangan rangkap dengan tujuan
utama meningkatkan kapasitas momen lentur, dengan cara
menggunakan tulangan tarik maksimum dan tulangan tekan
minimum untuk mendapatkan penampang yang ekonomis
GESER BALOK
KONSEP TEGANGAN GESER
• Untuk balok, selain tegangan lentur, juga terdapat
mekanisme tegangan geser yang berfungsi untuk
meneruskan beban ke struktur selanjutnya.
• Transfer geser pada balok terjadi melalui
mekanisme tegangan tekan dan tarik pada balok.
• Kegagalan geser hampir pasti merupakan
kegagalan non daktail.
• Kegagalan geser harus benar-benar dihindari.
• Untuk gedung tahan gempa, kegagalan geser
tidak boleh terjadi
KONSEP TEGANGAN GESER
• Mekanisme terbentuknya tegangan geser

Anda mungkin juga menyukai