Anda di halaman 1dari 17

BETON

PRATEGANG
Kemampuan Layan
dan Pendimensian
KEMAMPUAN LAYAN
Tahap paling awal dari perencanaan struktur beton prategang adalah menetapkan
parameter-parameter perencanaan. Parameter-parameter tersebut diantaranya:
1. Geometri penampang (Penentuan simensi yang tepat berdasar peraturan yg
berlaku, SNI 2002)
2. Kualitas bahan
• Nilai kuat tekan beton (fc’)
• modulus elastisitas beton Ec
• regangan batas beton su
• tegangan tarik baja fp
• tegangan leleh baja fy
• modulus elastisitas baja Es
• hubungan diagram tegangan-regangan
• serta karakteristik mekanis seperti relaksasi, rangkak, kelelahan
3. Sistem struktur
penyelesaian statika dari struktur yang akan didesain. Contohnya, pada
struktur balok harus ditentukan terlebih dahulu apakah sistem struktur
3
sederhana, menerus, atau kantilever
4. Metoda perencanaan
KEMAMPUAN LAYAN
Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam perencanaan beton prategang adalah
persyaratan kekuatan dan kemampuan layan.
1. Persyaratan kekuatan : persyaratan kekuatan lentur, geser, puntir, dan lain-lain.
2. Persyaratan kemampuan layan: kombinasi beban, lendutan jangka pendek dan
panjang, perubahan bentuk struktur, dan retak.
Persyaratan kekuatan dan daya layan lebih banyak ditentukan oleh besarnya gaya
prategang. Untuk menetapkan besarnya gaya prategang, harus ditentukan terlebih dahulu
section properties seperti:
• Momen inersia I,
• Momen tahanan W
• Eksentrisitas penampang e
• Batas-batas tegangan tekan dan tarik.
Parameter-parameter tersebut membatasi retak dan lendutan. Pada struktur beton
prategang, sebelum terjadi retak, lendutan dapat diprediksi secara akurat. Hal ini
4
disebabkan, pada beban kerja, umumnya penampang didesain untuk tidak mengalami
retak sehingga perhitungan lendutan dapat dilakukan dengan mudah dan lengkap.
KETENTUAN KEMAMPUAN LAYAN
SNI 2002 menetapkan bahwa semua komponen struktur beton (baik prategang
maupun bertulang) harus direncanakan dengan kekuatan yang cukup dan membatasi
lendutan yang dapat memperlemah struktur serta mengurangi kemampuan layan. SNI
2002 menentapkan bahwa:
1. Lendutan seketika dari komponen struktur harus dihitung dengan metode atau
formula standar untuk lendutan elastis. Momen inersia penampang bruto bisa
digunakan untuk penampang yang tidak retak.
2. Lendutan jangka panjang tambahan harus dihitung dengan memperhatikan
pengaruh tegangan dalam beton dan baja akibat beban tetap. Perhitungan lendutan
harus mencakup pengaruh susut, rangkak, dan relaksasi baja.
3. Lendutan tidak boleh melebihi batas yang ditetapkan sebagai berikut:
5
LENDUTAN

6
PENDIMENSIAN PENAMPANG
Untuk menentukan dimensi penampang struktur beton prategang, hal yang harus
dipertimbangkan:
1. sistem struktur (panjang bentang, sistem statika, dan lain-lain)
2. beban yang bekerja (beban mati, beban hidup, dan lain-lain)
3. kualitas bahan (mutu beton dan baja), dan lain-lain

7
BALOK
Pendimensian komponen horizontal (terutama balok dan pelat) beton prategang lebih
banyak ditentukan oleh rasio panjang bentang dan tinggi penampang. Disamping itu,
faktor- faktor berikut juga membatasi pendimensian penampang:
 Sifat dan besarnya beban hidup,
 Karakteristik dari redaman (damping) pada balok yang bergetar,
 Kondisi batas (boundary conditions) yang menyangkut hubungan komponen
beton prategang dengan komponen lain dalam suatu sistem struktur,
 Nilai modulus elastisitas beton, kuat tekan beton, dan lain-lain; karena nilainya
bergantung pada usia beton

8
PENDIMENSIAN BALOK PRATEGANG BERDASAR
PENGALAMAN
Pendimensian awal penampang balok dilakukan disamping dari pengalaman,
referensi dari komponen beton bertulang dapat digunakan. SNI 2002 menetapkan
tebal minimum balok non-prategang bila lendutan tidak dihitung dan tidak menahan
atau tidak disatukan dengan partisi atau konstruksi lain yang mungkin akan rusak oleh
lendutan yang besar.
 L/16 untuk balok dengan dua tumpuan sederhana.
 L/18,5 untuk balok dengan satu ujung menerus.
 L/21 untuk balok dengan kedua ujung menerus.
 L/8 untuk balok kantilever.

9
PENDIMENSIAN BALOK PRATEGANG BERDASAR
PENGALAMAN
Dalam banyak situasi desain, panjang bentang adalah hal pertama yang
ditetapkan, karena menyangkut banyak faktor. Dengan mengetahui rasio panjang
bentang terhadap tinggi penampang maka bisa dilakukan pendimensian penampang.
Jika tinggi penampang diperoleh maka dimensi lainnya bisa ditetapkan. Untuk balok
dengan penampang persegi, lebar balok dapat diambil ½ - 2/3 kali tingginya. Untuk
balok dengan bentuk lain seperti I, L, dan T atau box girder, dimensi-dimensi yang
lain bisa ditetapkan bila tinggi penampang diketahui. Dari pengalaman Lin (1982),
untuk balok I dengan tumpuan sederhana dan panjang bentang sampai 60 meter, rasio
panjang bentang terhadap tinggi penampang adalah antara 20 – 28.
Untuk Balok T mempunyai rasio panjang bentang terhadap tinggi penampang
yang lebih kecil, yaitu antara 18 – 25. Balok box girder dapat didesain dengan rasio
antara 22 – 30. Untuk struktur dengan tumpuan menerus, rasio tersebut dapat
dikurangi. Tetapi pada dasarnya rasio-rasio yang disebutkan tadi hanyalah untuk
perkiraan awal. Pemenuhan terhadap persyaratan-persyaratan desain seperti kekuatan,
kemampuan layan, keawetan, ketahanan terhadap api, dan lain-lain yang lebih 10
menentukan.
PENDIMENSIAN BALOK PRATEGANG BERDASAR
PENGALAMAN
Untuk balok yang tidak retak, Gilbert (1990) mempunyai pendekatan rasio
panjang bentang terhadap tinggi penampang balok dengan memasukkan unsur
beban hidup, yaitu:

11
PENDIMENSIAN PELAT PRATEGANG BERDASAR
PENGALAMAN
Untuk pendimensian awal pelat beton prategang, pendekatan rasio panjang
bentang terhadap tinggi penampang juga biasa digunakan. Keterbatasan dari metode
ini adalah ketidaktahuan perencana terhadap faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya seperti karakteristik beban hidup, getaran, dan lain-lain.
Perkiraan tebal pelat dengan menggunakan rasio panjang bentang terhadap tinggi
(tebal)
penampang untuk struktur dengan tumpuan sederhana dan menerus dapat
dilihat pada tabel di bawah ini (Lin, 1982).
SNI 2002 tidak secara khusus memberikan perkiraan rasio panjang bentang
terhadap tinggi (tebal) pelat. Post Tensioning Institute (1977) menerapkan rasio
panjang bentang terhadap tebal pelat.

12
PENDIMENSIAN PELAT PRATEGANG BERDASAR
PENGALAMAN
Perkiraan rasio panjang bentang terhadap tinggi pelat (Lin, 1982)

13
PENDIMENSIAN PELAT PRATEGANG BERDASAR
PENGALAMAN
Rasio panjang bentang terhadap tebal pelat (PTI, 1977)

14
PENDIMENSIAN PELAT PRATEGANG BERDASAR
PENGALAMAN
Untuk pelat beton bertulang, Gilbert (1990) mengusulkan untuk menggunakan
persamaan rasio panjang bentang terhadap tebal pelat sebagai berikut:

15
PENDIMENSIAN KOLOM PRATEGANG BERDASAR
PENGALAMAN
Tidak seperti komponen struktur horizontal, komponen struktur vertikal seperti
kolom dan dinding sangat sulit untuk diperkirakan dimensi awalnya. Disamping
faktor karakteristik strukturnya, banyak faktor lain yang mempengaruhi
pendimensian kolom, terutama faktor arsitektural (keindahan). Pendimensian dari
segi struktur lebih banyak ditentukan dari pengalaman. Dari pengalaman tersebut
dilakukan perhitungan-perhitungan untuk menentukan apakan dimensi kolom yang
dipilih sudah memenuhi semua persyaratan desain struktur.

16
THANKS!
17

Anda mungkin juga menyukai