Anda di halaman 1dari 167

Suherman

(Ir, M.Eng, Ph.D Spesialis Manajemen Aset Jalan)



30 Agustus 2012
Kelompok Bidang Keahlian Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bandung
P
K
P

2

Module 2
P
K
P

2

DAFTAR ISI
DEFINISI PERKERASAN KAKU
KOMPONEN DASAR PERKERASAN KAKU
2.1 KRITERIA KONSTRUKSI PERKERASAN
2.2 PRINSIP PERKERASAN KAKU
2.3 JENIS PERKERASAN KAKU
2.4 STRUKTUR PERKERASAN KAKU
2.5 TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
2.6 OVERLAY AC DIATAS PERKERASAN KAKU
2.7 PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
2.8 JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU

P
K
P

2

LEARNING OUTCOMES
1. Jelaskan (describe) kriteria dan prinsip
konstruksi perkerasan kaku;
2. Identitifikasi (identify) jenis dan struktur
perkerasan kaku;
3. Jelaskan (explain) tegangan pada
perkerasan kaku;
4. Rencanakan (design) panjang, diameter
dan jarak batang ruji dan batang
pengikat sambungan.


P
K
P

2

Perkerasan beton semen adalah struktur yang
terdiri atas pelat beton semen yang
bersambung (tidak menerus) tanpa atau
dengan tulangan, atau menerus dengan
tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah
atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis
permukaan beraspal.
Mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat
menyebarkan beban pada bidang yang luas
dan menghasilkan tegangan yang rendah pada
lapisan-lapisan di bawahnya.
DEFINISI PERKERASAN KAKU
P
K
P

2

KOMPONEN DASAR PERKERASAN KAKU
2.1. KRITERIA KONSTRUKSI PERKERASAN
Referensi: Sukanto (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

NO KRITERIA LENTUR KAKU KOMPOSIT
1 Kenyamanan Memuaskan pemakai Bising kurang baik
untuk lalu lintas
Cukup baik
2 Ketahanan Kurang kuat Kuat Kuat
3 Kekakuan Kurang Lebih Tinggi Tinggi
4 Jumlah lapisan Lebih banyak Cukup Cukup
5 Kelas konstruksi Kelas tinggi Kelas tinggi Kelas tinggi
6 Keawetan Kurang awet Awet Awet
7 Pemeliharaan Sering/berat Kecil/ringan Kecil/ringan
8 Kemampuan penyebaran
gaya ke bawah
Kurang effektif Effektif Effektif
9 Tebal lapisan Lebih tebal Tipis Lebih tipis
10 Biaya konstruksi Awal tinggi, pemeliharaan
tinggi, total tinggi
Awal tinggi,
pemeliharaan
rendah, total rendah
Awal tinggi,
pemeliharaan
rendah, total rendah
11 Kemudahan dalam overlay Mudah Cukup Cukup
2.1. KRITERIA KONSTRUKSI PERKERASAN
P
K
P

2

Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku
1 Komponen
Konstruksi
Multi-layer, terdiri atas:
Lapis Permukaan (Surface
Course)
Lapis Pondasi Atas (Base
Course)
Lapis Pondasi Bawah
(Subbase Course) Tanah
Dasar (Subgrade)

Single-layer system, terdiri atas:
Pelat beton multi tinggi,
sebagai surface base
Subbase (lean concrete atau
granular material) tidak
berfungsi sebagai lapisan
struktur
Tanah dasar (subgrade)
2 Kemampuan
penyebaran
beban
Kemampuan penyebaran beban pelat beton lebih besar, karena
modulus elastisitas (E) pelat beton yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan perkerasan lentur.

Pelat beton setebal 25 cm (dengan flexural strenght fx=45 kg/cm
2
)
setara dengan perkerasan lentur dengan tebal total 55 cm,
mempunyai kapasitas beban 8 juta ESAL.

2.1. KRITERIA KONSTRUKSI PERKERASAN
Referensi: Sukanto (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

3 Ketahanan
terhadap
pelapukan/
oksidasi
Konstruksi semen relatif lebih sedikit mengandung bahan-bahan
organik (C) dibandingkan dengan aspal, sehingga perkerasan
beton semen lebih tahan terhadap oksidasi (penuaan/ageing) dari
pada perkerasan aspal.
4 Kebutuhan
pemeliharaan
Pemeliharaan perkerasan kaku lebih kecil/jarang dari pada
perkerasan flexible. Kegiatan pemeliharaan perkerasan beton
dilakukan dalam rangka menghambat kerusakan konstruksi yang
diakibatkan dari proses pelapukan (penurunan) dan proses keausan
karena pemakaian.
5 Biaya
konstruksi
Pada saat ini biaya kedua jenis perkerasan tersebut relatif hampir
sama, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
Dengan beban lalu lintas dan daya dukung tanah dasar yang
sama, maka ketebalan konstruksi perkerasan kaku jauh lebih tipis
dari perkerasan lentur.
Konstruksi perkerasan beton mempunyai biaya investasi awal
yang tinggi namun biaya pemeliharaan yang lebih rendah
dibandingkan dengan perkerasan lentur.
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku
2.2. PRINSIP PERKERASAN KAKU
Perkerasan beton mempunyai kekakuan atau modulus
elastisitas yang tinggi dari perkerasan lentur.
Beban yang diterima sebagian besar ditahan oleh pelat
beton dan hanya sebagian kecil ditahan oleh tanah dasar.
Tebal pelat beton diharapkan mampu memikul tegangan
yang ditimbulkan oleh beban roda kendaraan, perubahan
suhu dan kadar air serta perubahan volume yang terjadi
pada lapisan dibawahnya.
Untuk memikul pengulangan pembebanan lalu lintas sesuai
dengan konfigurasi dan beban sumbu, perhitungan tebal
pelat beton diterapkan prinsip kelelahan (fatigue).


Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.2. PRINSIP PERKERASAN KAKU
Perkerasan kaku didesain atas dasar:
a. Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dalam
modulus reaksi tanah dasar (k);
b. Lapisan pondasi bawah pada struktur perkerasan ini
dimaksudkan untuk mendapatkan keseragaman
daya dukung di bawah pelat beton;
c. Kekuatan beton yang dinyatakan dalam kekuatan
lentur tarik (flexural strenght), mengingat
keruntuhan pada perkerasan kaku berupa retakan
oleh tegangan lentur tarik yang berlebihan.


Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.2. PRINSIP PERKERASAN KAKU
Gambar 2.1: Distribusi beban pada perkerasan kaku
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.3. JENIS PERKERASAN KAKU
Berdasarkan susunan lapisannya, jenis-jenis perkerasan
kaku dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
a. Perkerasan Beton Semen
Merupakan perkerasan kaku dengan pelat beton yang
terletak diatas lapis pondasi bawah.
1. Perkerasan beton semen bersambung tanpa
tulangan;
2. Perkerasan beton semen bersambung dengan
tulangan;
3. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan;
4. Perkerasan beton semen pratekan.


Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.3. JENIS PERKERASAN KAKU
1. Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa Tulangan
(Jointed Plain Concrete Pavement JPCP)
Tidak menggunakan tulangan;
Umumnya jarak sambungan pelat beton berkisar 4
m sampai 7 m;
Ketebalan lapisan perkerasan pelat beton berkisar
200 mm sampai 400 mm;
Sambungan pelaksanaan (construction joint) dan
sambungan muai (expantion joint) harus dipasang
pada setiap sambungan;

Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.3. JENIS PERKERASAN KAKU
Tampak Atas
Sambungan Memanjang
Tie Bar
Tipikal Spasi
(3,7 6,1) m
Arah
Lalu-lintas
Dowel
Tampak Samping
Sambungan Melintang
Lapisan Pondasi Bawah
Tanah Dasar
Gambar 2.2: Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa Tulangan (JPCP)
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.3. JENIS PERKERASAN KAKU
2. Perkerasan Beton Semen Bersambung Dengan
Tulangan (Jointed Reinforced Concrete Pavement
JRCP)
Terdiri dari beberapa panel-panel pelat beton;
Diperkuat dengan tulangan besi, untuk
mengendalikan retak;
Jarak sambungan dapat dibuat sampai dengan 15
meter;
Keuntungan lebih nyaman untuk kendaraan karena
spasi sambungan yang panjang;
Kekurangan permasalahan kinerja untuk jangka
waktu yang panjang.

Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.3. JENIS PERKERASAN KAKU
Tampak Atas
Sambungan Memanjang
Tipikal Spasi
( s/d 15) m
Dowel
Tampak Samping
Sambungan Melintang
Lapisan Pondasi Bawah
Tanah Dasar
Gambar 2.3: Perkerasan Beton Semen Bersambung Dengan Tulangan (JRCP)
Tipikal Spasi Retak
( s/d 4,6) m
Arah
Lalu-lintas
Tulangan Beton
Retak pada tengah panel
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.3. JENIS PERKERASAN KAKU
3. Perkerasan Beton Semen Menerus Dengan Tulangan
(Continously Reinforced Concrete Pavement CRCP)
Tidak menggunakan sambungan sepanjang
jalannya;
Diperkuat dengan tulangan pelat beton, untuk
mengendalikan retak;
Retak umumnya terjadi pada jarak spasi tertentu
sesuai dengan spasi spasi tulangan pelat beton yang
dipasang;


Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.3. JENIS PERKERASAN KAKU
Tampak Atas
Sambungan Memanjang
Tampak Samping
Lapisan Pondasi Bawah
Tanah Dasar
Gambar 2.4: Perkerasan Beton Semen Menerus Dengan Tulangan (CRCP)
Tipikal Spasi Retak
( 1,1 s/d 2,4 ) m
Arah
Lalu-lintas
Tulangan Beton
Retak pada panel beton
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.3. JENIS PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Continously Reinforced Concrete Pavement
2.3. JENIS PERKERASAN KAKU
4. Perkerasan Pracetak Beton Semen Pratekan (Panel
Presstressed Concrete Pavement PPCP)
Digunakan panel-panel pracetak yang kemudian disusun
dan dilakukan penarikan tegangan pada kabel yang
menghubungkan panel pracetak tersebut (post tention);
Sistem pracetak dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya retakan pada pelat beton;
Keuntungannya adalah menghemat waktu pelaksanaan
dan juga mengurangi tebal pelat beton semen;
Lebih tahan lama dan menghemat biaya pemeliharaan
dibandingkan dengan jenis lainnya.

Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.3. JENIS PERKERASAN KAKU
Gambar 2.5: Tipikal Perkerasan Pracetak Beton Semen Pratekan
Arah
Lalu-lintas
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Sambungan dengan pelindung besi
Panel penarikan lengan Panel dasar
Kantung tandon
3 m
5 6 m
2.3. JENIS PERKERASAN KAKU
b. Perkerasan Komposit
Merupakan perkerasan kaku dengan pelat beton
sebagai lapis pondasi dan aspal beton (Asphalt
Concrete - AC) sebagai lapis permukaan yang
bersifat struktural;
Lapisan aspal beton tersebut dihitung sebagai
bagian yang ikut memikul beban;
Penentuan tebal lapis aspal beton dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Tentukan terlebih dahulu tebal pelat beton yang
dibutuhkan dengan menganggap perkerasan
seluruhnya terdiri dari beton semen;
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.3. JENIS PERKERASAN KAKU
b. Tebal pelat beton dikurangi sebesar 10 mm
untuk setiap 25 mm tebal aspal beton;
c. Ketentuan tebal minimum pelat beton adalah
150 mm dan untuk mencegah retak refleksi
(akibat celah sambungan dan retak pada pelat
beton) disarankan tebal minimum aspal beton
100 mm.
Catatan:
Jenis perkerasan beton semen yang umumnya
digunakan di Indonesia adalah jenis perkerasan beton
semen bersambung tanpa tulangan (JPCP) dengan
tebal antara 200 mm hingga 270 mm.

Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Gambar 2.6: Struktur Perkerasan Kaku
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
a. Pelat Beton Semen (Concrete Base)
Terletak di atas lapisan pondasi bawah;
Mutu beton yang umumnya digunakan adalah
mempunyai nilai Flexural Strength (f
x
) > 45 kg/cm
2
atau
beton K375 K425;
Tidak diizinkan terjadi kelekatan atau friksi antara
lapisan pondasi bawah dengan pelat beton, dapat
dicegah dengan bond breaker sebagai berikut:
Terbuat dari plastik;
Permukaan lapis beton kurus tidak boleh dibuat
bertekstur kasar;
Pemasangan plastik harus dihindari adanya rongga
udara dibawah plastik yang akan menyebabkan
sambungan yang tidak merata.


Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Bond Breaker
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Pelat Beton Semen
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Pelat Beton Semen
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Pelat Beton Semen
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
b. Lapis Beton Kurus ( Lean C oncrete)
Pelat beton diletakkan di atas lapisan beton kurus;
Lapisan beton kurus diperlukan untuk:
Mencegah penyerapan air semen oleh tanah dasar;
Segera melindungi tanah dasar terhadap air hujan;
Mendapatkan permukaan lantai kerja yang cukup
rata, kuat dan seragam;
Dapat dilewati kendaraan kerja;
Menaikkan daya dukung dan keseragaman tanah
dasar.
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Lean Concrete
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
c. Pondasi Bawah ( sub base)
Terletak diantara tanah dasar (sub grade) dengan
lapisan beton semen (lapisan permukaan);
Fungsi lapisan pondasi bawah adalah:
Mencegah pumping tanah dasar;
Mendapatkan lantai kerja yang rata, kuat dan
seragam;
Melindungi tanah dasar terhadap air hujan;
Mengurangi pengaruh perubahan volume tanah
dasar.
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
d. Lapisan Tanah Dasar( sub grade)
Daya dukung tanah dasar (CBR) tidak terlalu
memegang peranan karena tingkat kekakuan beton
semen 10 kali perkerasan aspal beton;
Parameter yang digunakan adalah Modulus Reaksi
Tanah Dasar (k), ditetapkan dilapangan dengan
pengujian pelate bearing.
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Sub Grade
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
e. Sambungan
Berfungsi untuk mengendalikan/mengarahkan retak
dari pelat beton akibat susut (shrinkage) dan lenting
(warping) agar teratur, baik bentuk maupun lokasinya
sesuai yang direncankan;
Dipasang tulangan sambungan dan pada setiap celah
sambungan harus diisi dengan joint sealent yang
bersifat thermoplastic;
Joint sealent dapat dilakukan dengan pengecoran panas
maupun dingin, antara lain rubber asphalt, coal tars
atau rubber tars;
Dilakukan sesegera mungkin, agar celah tidak terisi
kotoran/bahan lain;
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Joint Sealent
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Berdasarkan
letaknya:
Sambungan melintang
(Transverse Joint)
Sambungan/Joint
Sambungan
memanjang
(Longitudinal Joint)
1. Sambungan muai (expansion joint);
2. Sambungan susut (contraction joint);
3. Sambungan pelaksanaan (construction joint)
1. Sambungan lenting (warping joint);
2. Sambungan pelaksanaan (construction joint)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
e. Sambungan
Sambungan Melintang/Transverse Joint :
Sambungan susut (contraction joint), dibuat
dengan cara melakukan penggergajian (saw
cutting) sedalam tebal pelat;
Sambungan pelaksanaan (construction joint),
dibuat dengan cara memasang bekisting
melintang dan dowel antara pelat yang dicor
sebelumnya dengan pelat yang dicor berikutnya.
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Contraction Joint
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Sambungan pada bidang yang diperlemah;
Untuk mengalihkan tegangan tarik akibat
suhu, kelembaban, gesekan sehingga akan
mencegah retak;
Ditempatkan pada jarak yang tidak
melebihi perbandingan 3 : 2 dari panjang
dan lebar pelat beton;
Selebar 4 6 mm dengan kedalaman lebih
kurang dari tebal pelat beton.
Contraction Joint
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Tujuan:
Untuk memberikan
kemungkinan susut
dari pelat beton
sehubungan dengan
turunnya temperatur
pelat beton dibawah
temperatur pada saat
konstruksi
Pergerakan dibatasi oleh gesekan subgrade;
Disain menyertakan panjang pelat beton yang
diberikan oleh:




Dimana: S
c
= tegangan tarik yang diijinkan
= 0,8 kg/cm
2

W = unit berat dari beton
= 2.400 kg/cm
3
F = koefisien gesekan subgrade
= 1,5
L
c
= 4,3 m
Jarak maksimum adalah 4,5 meter
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Contraction Joint
Contraction Joint
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Contraction Joint
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Contraction Joint
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Expansion Joint
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Tujuan:
Untuk memberikan
kemungkinan muai
dari pelat beton
sehubungan dengan
naiknya temperatur
pada saat konstruksi
Disain mempertimbangkan:
Disediakan disepanjang arah memanjang;
Meliputi dalam menentukan jarak
sambungan untuk suatu sambungan muai/
expansion joint yang diberikan, semisal 2,5
cm.

Expansion Joint
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

f. Tulangan
Dalam struktur perkerasan kaku terdapat 2 jenis
tulangan yaitu:
Tulangan pelat beton, untuk memperkuat pelat
beton tersebut terhadap retak susut;
Tulangan sambungan, untuk menyambung
kembali bagian-bagian pelat beton yang putus
akibat retak.
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
P
K
P

2

Tulangan Pelat Beton:
Berbentuk lembaran anyaman (dibuat secara
fabrikasi);
Penempatan pada tebal pelat beton di sebelah
atas;
Berfungsi memegang retak agar tidak terbuka.
Jadi bukan menahan momen atau gaya lintang
sehingga tidak mengurangi tebal pelat.
Dengan adanya tulangan pelat beton, maka jarak
sambungan melintang dapat dibuat lebih jauh (2-3
kali lipat) sehingga lebih nyaman dan mengurangi
biaya pemeliharaan sambungan melintang.
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
Tulangan Lembaran Ayaman
P
K
P

2

2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Tulangan Sambungan Melintang (disebut Dowel/ruji):
Berfungsi sebagai sliding devices pada saat terjadinya
penyusutan pelat beton, dan load transfer devices;
Berbentuk polos, berukuran besar (biasanya dipakai
diameter 25 32 mm), dan bekas potongan harus rapi;
Satu ujung dibuat lekat (bonded) dengan pelat beton, dan
pada ujung alinnya dibuat tidak lekat/licin (dengan cara
dicat atau dibungkus plastik tipis atau dilapisi gemuk);
Penempatan ditengah-tengah tebal pelat dan sejajar
sumbu jalan.
Kadang-kadang pelat beton didisain tanpa dowel, maka
dalam hal ini fungsi load transfer dialihkan kepada
improvement subgrade.
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Dowel/Ruji
No. Tebal pelat beton, h (mm) Diameter ruji (mm)
1
125 < h s 140 20
2
140 < h s 160 24
3
160 < h s 190 28
4
190 < h s 220 33
5
220 < h s 250 36
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Dowel/Ruji
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Dowel/Ruji
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Dowel/Ruji
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Tujuan:
Mentransfer beban
lalu lintar secara
efektif antara dua
pelat beton dan
menjaga dua pelat
beton pada ketinggian
yang sama
Analisis Bradbury memberikan kapasitas
beban transfer dari 1 (satu) dowel/ruji dalam
shear, bending dan bearing sebagai berikut:
(1)
(2)

(3)
Dimana:
P = kapasitas transfer beban dari 1 (satu)
batang dowel dalam shear, bending dan
bearing.
d = diameter dari batang dowel (cm)
L
d
= panjang dari batang dowel (cm)
o = lebar sambungan
F
s
, F
f
dan F
b
= tegangan yang diijinkan

Perencanaan
mempertimbangkan:
Batang baja bulat
polos;
Ujung satu lekat
dan ujung lainnya
bebas
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Desain prosedur
Tahap 1
Hitung panjang batang dowel yang akan
dipasang pada pelat beton semen L
d
dengan
menyamakan persamaan (2) = (3), dan
diperoleh:






Tahap 2
Hitung kapasitas transfer beban P
s
, P
f
dan P
b

untuk 1 (satu) batang dowel dengan panjang
L
d






Tahap 3
Asumsi kapasitas beban batang dowel adalah
40% beban roda, hitung faktor kapasitas
beban f sebagai berikut:






2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Desain prosedur
Tahap 4
Jarak efektif yang dapat mentransfer beban
secara efektif diberikan oleh 1,8 l, dimana l
adalah jari-jari kekakuan relatif;
Asumsikan variasi linier dari faktor
kapasitas;
Asumsikan jarak antara dowel dan tentukan
faktor kapasitas ;
Faktor kapasitas aktual harus lebih besar
dari faktor kapasitas yang diperlukan;
Jika tidak, lakukan iterasi satu kali lagi
dengan jarak dowel yang baru.




2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Rencanakan ukuran dan jarak batang-batang
dowel pada suatu sambungan muai/
expansion joint dari perkerasan beton semen
dengan ketebalan 25cm. Diberikan jari-jari
kekakuan relatif sebesar 80 cm, disain beban
roda 5.000 kg, kapasitas beban dari sistem
dowel adalah 40 persen dari disain beban
roda, lebar sambungan adalah 2,0 cm dan
tegangan yang diijinkan dari shears, bending
dan bearing pada batang dowel berturut-turut
adalah 1.000, 1.400 dan 100 kg/cm
2
.




Contoh:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Diberikan: P= 5.000 kg, l= 80 cm, h= 25 cm, o=
2,0 cm, F
s
= 1.000 kg/cm
2
, F
f
= 1.400 kg/cm
2
dan
F
b
= 100 kg/cm
2
, asumsikan diameter= 2,5 cm.
Tahap 1: panjang dari batang dowel L
d
:





Penyelesaian untuk L
d
dengan trial and error.
1. Berikan L
d
= 45,00, maka L
d
= 40,95;
2. Berikan L
d
= 40,95, maka L
d
= 40,52;
3. Berikan L
d
= 40,50, maka L
d
= 40,46;
Panjang minimum dari batang dowel adalah L
d
+
o = 40,5+2,0=42,5 cm, sehingga memberikan
panjang 45 cm dan diameter 2,5 cm. Oleh
karena itu L
d
= 45,0-2,0=43,0 cm
Jawaban:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Tahap 2: Hitung kapasitas transfer beban dari
1 (satu) batang dowel.








Oleh karena itu, diperlukan kapasitas transfer
beban:
Jawaban:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Tahap 3: Hitung jarak yang diperlukan: jarak
efektif dari transfer beban = 1,8 x l =
1,80 x 80 = 144 cm.
Asumsikan jarak 35 cm, kapasitas
aktual adalah:





Asumsikan jarak 30 cm, kapasitas
adalah:

Jawaban:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Jadi, harus mempertimbangkan nilai 2,92,
lebih besar dan lebih dekat terhadap nilai
2,77

Oleh karena itu memberikan diameter 2,5 cm
mild steal batang dowel dengan panjang 45
cm dengan jarak 30 cm dari as ke as.








Jawaban:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Rencanakan ukuran dan jarak batang-batang
dowel pada suatu sambungan muai/
expansion joint dari perkerasan beton semen
dengan ketebalan 20 cm. Diberikan jari-jari
kekakuan relatif sebesar 90 cm, disain beban
roda 4.000 kg, kapasitas beban dari sistem
dowel adalah 40 persen dari disain beban
roda, lebar sambungan adalah 3,0 cm dan
tegangan yang diijinkan dari geser/shears,
moment/bending dan daya dukung/bearing
pada batang dowel berturut-turut adalah
1.000, 1.500 dan 100 kg/cm
2
.





Soal:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Diberikan: P= 4.000 kg, l= 90 cm, h= 20 cm, o=
3,0 cm, F
s
= 1.000 kg/cm
2
, F
f
= 1.500
kg/cm
2
dan F
b
= 100 kg/cm
2
,
asumsikan diameter= 2,5 cm.
Tahap 1: panjang dari batang dowel L
d
:





Penyelesaian untuk L
d
dengan trial and
error, L
d
adalah 39,5 cmm. Panjang minimum
dari batang dowel adalah L
d
+o= 39,5 + 3,0 =
42,5 cm, sehingga memberikan panjang 45 cm
dan diameter 2,5 cm. Oleh karena itu L
d
= 45
3 = 42 cm.
Jawaban:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Tahap 2: Hitung kapasitas transfer beban dari
1 (satu) batang dowel.







Oleh karena itu, diperlukan kapasitas traansfer
beban:
Jawaban:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Tahap 3: Hitung jarak yang diperlukan: jarak
efektif dari transfer beban = 1,8 x l =
1,80 x 90 = 162 cm.
Asumsikan jarak 35 cm, kapasitas
aktual adalah:





Asumsikan jarak 40 cm, kapasitas
adalah:

Jawaban:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Dowel/Ruji
Jadi, harus mempertimbangkan nilai 2,52,
lebih besar dan lebih dekat terhadap nilai
2,335.

Oleh karena itu memberikan diameter 2,5 cm
mild steal batang dowel dengan panjang 45
cm dengan jarak 40 cm dari as ke as.








Jawaban:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Tulangan Sambungan Memanjang (disebut Tie
bar/batang pengikat):
Berfungsi sebagai rotation devices/hinge (engsel),
bukan sebagai sliding devices;
Berbentuk ulir/deformed, berukuran kecil (biasa
dipakai diameter 12 14 mm);
Kedua ujung dibuat lekat (bonded) dengan pelat
beton;
Penempatan ditengah-tengah tebal pelat dan
tegak lurus sumbu jalan.
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 106 Juli 2005
P
K
P

2

Tie Bar
Tie Bar
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Tujuan:
Berlawanan dengan
batang dowel, batang tie
bukan untuk meneruskan
beban, namun berfungsi
sebagai sarana untuk
mengikat dua pelat
beton.
Karena itu batang tie
harus dibentuk atau
dipasang dan
ditempatkan kedalam
pelat beton agar dapat
berfungsi dengan baik.
Batang tie lebih kecil dari
batang dowel dan
ditempatkan pada
interval yang lebih besar,
dipasang sepanjang
sambungan memanjang
Tahap 1:
Diameter dan jarak pertama kali ditentukan
dengan menyamakan totak friksi sub grade
dengan total tegangan tarik untuk satuan
panjang ( satu meter). Oleh karena luas batang
per satu meter dalam cm
2
diberikan oleh:




Dimana: b adalah lebar dari pelat perkerasan
(m), h adalah tebal dari perkerasan (cm), W
adalah unit berat dari beton (asumsikan 2.400
kg/cm
2
),
100 x
Tie Bar
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Tujuan:
Berlawanan dengan
batang dowel, batang tie
bukan untuk meneruskan
beban, namun berfungsi
sebagai sarana untuk
mengikat dua plat beton.
Karena itu batang tie
harus dibentuk atau
dipasang dan
ditempatkan kedalam
plat beton agar dapat
berfungsi dengan baik.
Batang tie lebih kecil dari
batang dowel dan
ditempatkan pada
interval yang lebih besar,
dipasang sepanjang
sambungan memanjang
f adalah koefisien friksi (asumsikan 1,5) dan S
s

adalah working tensile stress yang diijinkan
dalam baja (asumsikan 1.750 kg/cm
2
).
Asumsikan dalam perencaanaan diameter
batang 0,8 sampai 1,5 cm.


Tie Bar
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Tujuan:
Berlawanan dengan
batang dowel, batang tie
bukan untuk meneruskan
beban, namun berfungsi
sebagai sarana untuk
mengikat dua plat beton.
Karena itu batang tie
harus dibentuk atau
dipasang dan
ditempatkan kedalam
plat beton agar dapat
berfungsi dengan baik.
Batang tie lebih kecil dari
batang dowel dan
ditempatkan pada
interval yang lebih besar,
dipasang sepanjang
sambungan memanjang
Tahap 2:
Panjang dari batang tie adalah dua kali
panjang yang diperlukan untuk membentuk
bond stress sama dengan working tensile
stress dan diberikan oleh:




Dimana: d adalah diameter dari batang, S
s

adalah tensile stress yang diijinkan (kg/cm
2
),
dan S
b
adalah bond stress yang diijinkan dan
dapat diasumsikan untuk batang polos dan ulir
berturut-turut 17,5 kg/cm
2
dan 24,6 kg/cm
2
.

Tie Bar
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Rencanakan panjang dan jarak batang
pengikat, diberikan keterbalan perkerasan
adalah 18 cm dan lebar dari jalan adalah 7,2 m
dengan 1 (satu) sambungan longitudinal. Berat
isi/Unit weight dari beton adalah 2.400
kg/cm
2
, koefisien friksi 1,5, tegangan tarik
/working tensile stress yang diijinkan adalah
1.750 kg/cm
2
dan tegangan batas/bond stress
dari bar deformed adalah 24,6 kg/cm
2






Contoh:
(1)
Tie Bar
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Diberikan: h= 18 cm, b= 7,2/2= 3,6 m, Ss=
1.750 kg /cm
2
, f= 1,5, W= 2.400
kg/cm
2
dan S
b
= 24,6 kg/cm
2.

asumsikan diameter= 1,0 cm.

Tahap 1: diameter dan jarak:



Asumsikan diameter= 1,0 cm, maka A=1/4td=
0,785 cm
2
. oleh karena itu jarak adalah:


Tetapkan 55 cm.
Jawaban:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

P
K
P

2

Tie Bar
Tahap 2: panjang dari batang



Gunakan diameter 1,0 cm tie bar/batang
pengikat dengan panjang 36,0 cm dengan
jarak 55,0 cm dari as ke as.
Jawaban:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Tie Bar
Rencanakan panjang dan jarak tie bar,
diberikan keterbalan perkerasan adalah 20 cm
dan lebar dari jalan adalah 7 m dengan 1
(satu) sambungan longitudinal. Unit weight
dari beton adalah 2.400 kg/cm
2
, koefisien
friksi 1,5, working tensile stress yang diijinkan
adalah 1.750 kg/cm
2
dan bond stress dari
deformed bar/batang ulir adalah 24,6 kg/cm
2






Soal:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

P
K
P

2

Tie Bar
Diberikan: h= 20 cm, b= 7/2= 3,5 cm, Ss=
1.750 kg kg/cm
2
, f= 1,5, W= 2.400
kg/cm
2
dan S
b
= 24,6 kg/cm
2.

asumsikan diameter= 1,0 cm.

Tahap 1: diameter dan jarak:



Asumsikan diameter= 1,0 cm, maka A=1/4td=
0,785 cm
2
. oleh karena itu jarak adalah:


Dibulatkan 55 cm.
Jawaban:
(1)
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

P
K
P

2

Tie Bar
Tahap 2: panjang dari batang



Gunakan diameter 1,0 cm tie bar dengan
panjang 36,0 cm dengan jarak 55,0 cm dari as
ke as.
Jawaban:
(1)
2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Tegangan-Tegangan Akibat Suhu
1. Tegangan-tegangan akibat suhu
dikembangkan pada perkerasan beton semen
akibat variasi suhu pada pelat beton;
2. Hal ini disebabkan oleh:
Variasi harian yang menghasilkan suatu
gradien suhu sepanjang tebal dari pelat;
Variasi musiman yang menghasilkan
perubahan secara keseluruhan pada suhu
pelat.
3. Yang pertama akan menghasilkan tegangan
lenting/ warping stresses;
4. Dan berikutnya tegangan friksi/frictional
stresses



Tegangan-tegangan
akibat suhu
2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Tegangan lenting/Warping stress pada bagian
tengah, tepi dan ujung dinyatakan berturut-
turut o
ti
, o
te
dan o
tc
.




(1)
Warping Stress
2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Dimana: E adalah modulus elastisitas
beton dalam kg/cm
2
(3x10
5
), c adalah
koefisien thermal beton per
o
c (1x10
-7
), t
adalah perbedaan terperatur antara
bagian atas dan bawah plat, Cx dan Cy
adalah koefisien yang didasarkan pada
Lx/l pada luasan yang ditentukan dan Ly/l
sudut tegak lurus terhadap areal yang
ditentukan, adalah ratio posisson
(0,15), a adalah jari-jari dari luasan beton
dan l adalah jari-jari kakakuan relatif.




(1)
Warping Stress
2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006
P
K
P

2

Frictional stress, o
f
dalam kg/cm
2
diberikan
oleh persamaan:







Dimana: W adalah unit weight beton dalam
kg/cm
2
(2400), f adalah koefisien friksi sub
grade (1,5) dal L adalah panjang dari plat
beton dalam meter (7).

o
f
=(2400x1,5x7)/(2x10
4
)= 1,26 kg/cm
2



(2)
Frictional Stress
2.4. STRUKTUR PERKERASAN KAKU
Referensi: Chapter 29 Rigid Pavement Design, NPTEL May 2006

P
K
P

2

Kesimpulan
Perencanaan perkerasan kaku yang didasarkan kepada
analisis Westergaard memerlukan:
1. Modulus reaksi sub grade;
2. Jari-jari kekakuan relatif;
3. Jari-jari distribusi beban roda.

Untuk perencanaan kritis perlu mempertimbangkan:
1. Frictional stress;
2. Warping stress.

Jenis sambungan yang berbeda diperlukan seperti:
1. Expansion joint;
2. Contraction joint.





2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

Lokasi Tegangan Kritis
1. Karena pelat perkerasan beton semen
memiliki panjang dan lebar yang
terbatas, baik karakter istik maupun
intensitas tegangan maksimum yang
disebabkan oleh penerapan beban lalu
lintas yang diberikan tergantung pada
lokasi beban dipermukaan perkerasan;
2. Terdapat tiga lokasi tipikal, katakanlah
tengah/interior, tepi/edge dan
ujung/corner, dimana ketiga lokasi
tersebut dikatakan sebagai lokasi
beban kritis.


2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

Tegangan-tegangan
yang terjadi pada
perkerasan kaku
(1)
Tegangan akibat
pembebanan oleh
roda (lalu lintas)
Pembebanan ujung
Pembebanan pinggir
Pembebanan tengah
Lokasi Tegangan Kritis
2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

Tegangan-tegangan
yang terjadi pada
perkerasan kaku
Tegangan tegangan
beban roda
persamaan tegangan
Westergaard
1. Pelat beton semen diasumsikan
homogen;
2. Mempunyai sifat-sifat elastis yang
seragam dengan reaksi vertikal sub grade
secara proposional terhadap defleksi;
3. Westergaard mengembangkan hubungan
hubungan untuk tegangan pada daerah
pinggir, ujung dan tengah
Lokasi Tegangan Kritis
2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

Tegangan
(stress) yang
diakibatkan
oleh
Pembebanan
ujung
Dimana:
o
c
= tegangan maximum, disebabkan pembebanan ujung (kg/cm
2
)
P = beban roda (kg)
H = tebal pelat (cm)
A
1
= a\ 2 (cm)
A = jari-jari roda (cm)
L = jari-jari kekakuan relatif
E = modulus Young dari beton (kg/cm
2
)
K = modulus reaksi tanah dasar (kg/cm
2
)
= poisson ration dari beton
2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

Tegangan yang
diakibatkan
oleh
Pembebanan
pinggir
Dimana:
o
e
= tegangan maximum, disebabkan pembebanan pinggir (kg/cm
2
)
P = beban roda (kg)
H = tebal pelat (cm)
A = jari-jari roda (cm)
L = jari-jari kekakuan relatif

2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

Tegangan yang
diakibatkan
oleh
Pembebanan
tengah
Dimana:
o
i
= tegangan maximum, disebabkan pembebanan tengah (kg/cm
2
)
P = beban roda (kg)
H = tebal pelat (cm)
A = jari-jari roda (cm)
L = jari-jari kekakuan relatif

2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

Tegangan-tegangan
yang terjadi pada
perkerasan kaku
(1)
Tegangan akibat
pembebanan oleh
roda (lalu lintas)
Pembebanan ujung
o
C
= 14,7 kg/cm
Pembebanan pinggir
o
e
= 14,4 kg/cm
Pembebanan tengah
o
i
= 12,1 kg/cm
Lokasi Tegangan Kritis
2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

Tegangan-tegangan
yang terjadi pada
perkerasan kaku
(2)
Tegangan akibat
perubahan temperatur
dan kadar air
Pengembangan
Penyusutan
2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

Tegangan yang
diakibatkan oleh
Perubahan temperatur
dan kadar air o
Tegangan-tegangan
yang terjadi pada
perkerasan kaku
(3)
Tegangan akibat
perubahan volume
lapisan pondasi akibat
frost action
2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

Di Indonesia, bisa diabaikan
karena boleh dikatakan frost
action hampir tidak ada.
2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

Tegangan-tegangan
yang terjadi pada
perkerasan kaku
(4)
Tegangan akibat
timbulnya gejala
pumping
Dapat diatasi dengan menggunakan subbase
Pumping adalah pengocokan butiran-butiran sub
grade atau sub base pada daerah sambungan
(basah atau kering) akibat gerakan vertikal pelat
beton karena beban lalu lintas. Kejadian ini
mengakibatkan turunnya daya dukung lapisan
bawah tersebut.
2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

2.5. TEGANGAN PADA PERKERASAN KAKU
Referensi: Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl.HEng. MIHT
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Pelapisan ulang beton aspal AC di atas perkerasan beton
semen berfungsi sebagai:
a. Pelapisan Ulang Non-Struktural
Dimaksudkan untuk memperbaiki permukaan
beton semen yang sudah aus;
Tebal pelapisan ulang AC tersebut tipis ( 1 2 cm)
dan campuran tersebut harus mempunyai sifat
kelekatan aspal yang tinggi.
b. Pelapisan Ulang Struktur
Dimaksudkan untuk menambah kekuatan
perkerasan beton semen yang sudah ada;
Akan terbentuk struktur perkerasan baru yang
bersifat komposit.

Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
P
K
P

2

Biasanya keputusan penggunaan overlay AC diambil
setelah mempertimbangkan beberapa opsi perbaikan
perkerasan kaku sebagai berikut:
a. Full depth repair di bagian perkerasan yang rusak;
b. Partial depth repair pada sambungan sambungan;
c. Diamond grinding untuk memperbaiki kekasaran
permukaan;
d. Stabilization of slabs dengan mengisi rongga-
rongga pada lapisan pondasi bawah;
e. Concrete overlay

Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

Apabila kerusakan sangat eksesif, maka satu-satunya
opsi selain AC overlay adalah rekonstruksi (removal).
Persyaratan utama permukaan yang akan dioverlay AC
adalah bahwa permukaan harus rata, padat, dan
seragam.
Penyemprotan lapis perekat ( tack coating) diperlukan
untuk permukaan pelat beton yang akan di overlay.
Perlu diperhatikan, bukan lapis resap pengikat (prime
coat) yang diperlukan
2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Referensi: International Groving & Grinding Association, 2009
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Referensi: International Groving & Grinding Association, 2009
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Referensi: International Groving & Grinding Association, 2009
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Referensi: International Groving & Grinding Association, 2009
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Referensi: JICA (undated), PENGELOLAAN JALAN
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Referensi: International Groving & Grinding Association, 2009
P
K
P

2

2.6. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN KAKU
Referensi: International Groving & Grinding Association, 2009
2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

a. Persiapan Lapangan
Jalan lama adalah lapen + sand sheet dengan kondisi
lapangan mulai dari rusak ringan sampai dengan rusak
berat (tanah dasar terlihat karena tergerus oleh air
hujan) atau dikenal berlobang-lobang.
Setelah pengukuran, pematokan dan penentuan elevasi
rencana jalan, maka dilakukan pembersihan badan jalan
dari kotoran termasuk pembersihan badan jalan dari
gundukan tanah.
Konstruksi perkerasan kaku terdiri dari dua bagian
utama yaitu cement treated sub base (CTSB) dengan
persyaratan mutu K125 (non struktural) yang berfungsi
sebagai lapisan leveling (perataan) dan untuk mencegah
pumping action.
2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

Sedangkan untuk lapisan atas (pelat beton)
digunakan beton dengan persyaratan mutu K350.
Untuk menjaga konsistensi campuran, kemudian
keseragaman pelaksanaan, serta kebersihan
pekerjaan dan terjaminnya mutu beton, maka
digunakan beton ready mix.
2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

b. Pelaksanaan
Cement Treated Sub Base (CTSB):
Seluruh lebar jalan ditutup;
Dilakukan penentuan/penyesuaian elevasi rencana
ketinggian CTSB berdasarkan hasil pengukuran dan
pematokan;
Badan jalan dibasuh/disiram dengan air terlebih
dahulu agar tidak terjadi penyerapan air semen dari
CTSB yang akan digelar;
Pemasangan bekesting melintang dengan ukuran
selebar jalur lalu-lintas serta memperhatikan panjang
lahan pengecoran yang disesuaikan dengan
kemampuan kerja per hari, berdasarkan kapasitas
truck mixer (8 truck @ 5 m
3
perhari).
2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

Ketebalan CTSB yang digelar tidak sama;
Bentuk akhir atau bagian atas CTSB harus rata
karena diperuntukan sebagai landasan untuk
meletakkan pelat beton;
Setelah selesai kemudian dilakukan proses curing
dengan menebarkan karung goni yang dibasahi
selama seminggu, guna mencegah terjadinya
retakan-retakan;
2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

Persiapan di Base Camp
Ukuran pelat beton yang dikerjakan adalah lebar
4 m dan panjang 5 m.
Arah lalu-lintas
Arah lalu-lintas
0,05 m
0,05 m
As
jalan
0,05 m 0,05 m
5 m 5 m 5 m
0,5 m
0,5 m
4 m
4 m
Gambar 2.7: Tampak atas dimensi dan jarak antar plat beton
2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
Ukuran ketebalan mal melintang dibuat miring
mengikuti kemiringan melintang normal jalan
sebesar 2%;
Ukuran mal memanjang mengikuti ketinggian
ketinggian pada kedua ujung mal melintang;

P
K
P

2

2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
0,28 m
0,30 m
0,20 m
4,00 m
AS JALAN
LOBANG DOWEL
2 %
Panjang pelat beton 5,00 m
T
e
b
a
l

p
e
l
a
t

LOBANG TIE BAR
0,84 m
Gambar 2.8: Tampak mal memanjang
Gambar 2.7: Tampak mal melintang
P
K
P

2

2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
1 3 7 5
2 4 8 6
1 3 7 5
2 4 8 6
1 3 7 5
5,0 m
5,0 m
5,0 m
5,0 m
5,0 m
4,0 m 4,0 m
0,5 m 0,5 m
Dowel
Tie bar
Keterangan:
1. Cor tahap pertama
2. Cor tahap kedua
3. Cor tahap ketiga
4. Cor tahap keempat
5. Cor tahap kelima
6. Cor tahap keenam
7. Cor tahap ketujuh
Gambar 2.9: Proses tahapan pengecoran pelat beton
P
K
P

2

2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
T
e
b
a
l

p
e
l
a
t

Aspal
0,5 cm
panjang dowel dibungkus plastik
Dowel | 25 (polos)
Gambar 2.10: Posisi dowel pada sambungan melintang
P
K
P

2

2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
h h/3
h/4
0,5 cm
Tie bar | 12 (ulir)
L (tie bar) = 120 cm
Gambar 2.11: Posisi tie bar dan lidah dalam sambungan memanjang
P
K
P

2

2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
Persiapan di Lapangan
Pemasangan mal kotak dilakukan di atas CTSB hanya
pada satu sisi jalan saja;
Pemasangan plastik dengan maksud sebagai breaker
di atas lapisan CTSB agar tidak terjadi pelekatan
antara CTSB dan plat beton, plastik ini juga dilekatkan
pada mal kotak slab dan secara rapat melekat pada
CTSB;
Pemasangan dowel (ruji) pada mal melintang dan tie
bar (batang pengikat) pada mal memanjang, selalu
dilakukan pengecekan agar tetap tegak lurus
terhadap bidang mal melintang/memanjang;
P
K
P

2

2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
Proses Pelaksanaan Pengecoran
Beton ready mix yang berasal dari truck mixer
dituang kedalam kotak mal yang telah disiapkan lalu
diratakan , proses perataan dan pemadatan dapat
terjadi karena alat vibrating screed;
Kotak yang pertama dicor kemudian pengecoran
dilanjutkan pada kotak yang ketiga, lihat Gambar 2.9;
Setelah slab beton selesai dipadatkan oleh vibrating
screed, maka pelat beton tersebut ditutupi dengan
atap plastik untuk menghindari sinar matahari secara
langsung, mencegah terjadinya retak rambut;
P
K
P

2

2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
Pembuatan alur (grooving) dilakukan setelah
beton dalam keadaan setengah mengeras kurang
lebih 3 4 jam sesudah pengecoran;
Pada hari kedua setelah pengecoran dilakukan
proses curing dengan menggelar karung goni di
atas plat beton dan disiram air 3 kali sehari
selama seminggu;
Pada hari ketiga setelah pengecoran maka mal
samping dibuka dilanjutkan dengan pemasangan
mal memanjang (samping) tanpa memasang mal
melintang karena plat beton yang sudah dicor
berfungsi sebagai mal melintang;
P
K
P

2

2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
Setelah mal memanjang selesai dipasang
dilanjutkan dengan menggelar/memasang plastik
di atas CTSB;
Kemudian sebagai pemisah antara dua plat beton
dilekatkan gabus (Styro foam) dengan tebal 0,5
cm untuk membentuk deletasi (celah) untuk muai
dan susut plat beton;
Demikian sistem pengecoran dilakukan pada satu
sisi jalan dengan lebar 4,0 m dan diselesaikan
sesuai dengan panjang rencana jalan;
P
K
P

2

2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
Kemudian pengecoran dilakukan untuk sisi jalan yang
lainnya dengan cara yang sama hanya pada sisi
memanjang plat beton yang sudah di cor diletakkan
di atasnya besi siku sebagai landasan/rel vibrating
screed ketika ditarik dan bergerak dari ujung satu ke
ujung lain, agar tidak terhadi kerusakan pada
permukaan plat beton yang sudah di cor;
Kemudian sebagai pemisah antara dua plat beton
dilekatkan gabus (Styro foam) dengan tebal 0,5 cm
untuk membentuk deletasi (celah) untuk muai dan
susut plat beton;
Kemudian pada saat pengecoran akan dilakukan,
disisipkan gabus di antara kedua plat beton pada sisi
sambungan memanjang agar tidak terjadi lekatan dan
membuat dilatasi.;
P
K
P

2

2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
Kendali Mutu
Pengendalian mutu mulai dari proses
pencampuran di batching plant dilakuan oleh
pengawas teknik, PU maupun perusahaan,
komposisi dan berat masing-maing agregat sesuai
dengan job mix formula;
Sedangkan pada pengecoran lapangan dilakukan
pengambilan sampel 2 kubus tiap 5 m
3
, lalu
dilakukan perendaman di lokasi pekerjaan;
Kemudian dilakukan pengetesan terhadap kuat
tekan kubus beton dengan umur 7, 14 dan 28 hari
P
K
P

2

2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

Pengambilan Sample
2.7. PEMBANGUNAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

Pengambilan Sample
2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

Jenis kerusakan
berdasarkan model
kerusanakan
Deformasi (Deformation)
Retak (Cracking)
Kerusakan pengisi sambungan
(Joint seal defects)
Rompal/gompal (Spalling)
Kerusakan bagian tepi pelat
(Edge drop-off)
Kerusakan tekstur permukaan
(Surface texture defects)
Berlubang
(Pothole)
2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

Deformasi (Deformation)
Adalah penurunan
permukaan perkerasan
beton semen sebagai
akibat terjadinya retak
atau pergerakan diantara
pelat beton
Amblas (Depression)
Patahan (Faulting)
Pemompaan (Pumping)
.... (Rocking)
2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

Amblas(Depression)
Penurunan permanen
permukaan pelat beton
dan umumnya terletak
disepanjang retakan atau
sambungan
2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

Patahan (Faulting)
Terjadinya perbedaan
ketinggian antara pelat
beton, yang diakibatkan
oleh penurunan pada
sambungan atau retakan
2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

Pemompaan (Pumping)
Proses keluarnya air dan
butiran-butiran tanah dasar
atau pondasi bawah
melalui sambungan dan
retakan atau pada bagian
pinggir pelat beton
2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

...... (Rocking)
Sebuah fenomena, dimana
terjadinya pergerakan
vertikal pada sambungan
atau retakan yang
disebabkan oleh
pergerakan dan beban lalu
lintas
2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Barnabas P. L (2008), MAJALAH TEKNIK JALAN & TRANSPORTASI
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

2.8. JENIS KERUSAKAN PERKERASAN KAKU
Referensi: Maintenance Technical Advisory Guide
P
K
P

2

P
K
P

2

1. Jelaskan (describe) kriteria dan prinsip
konstruksi perkerasan kaku;
2. Identitifikasi (identify) jenis dan
struktur perkerasan kaku;
3. Jelaskan (explain) tegangan pada
perkerasan kaku;
4. Rencanakan (design) panjang,
diameter dan jarak batang ruji dan
batang pengikat sambungan.


Review: Learning Outcomes
P
K
P

2

Soal - Kuis
1. Salah satu kriteria dari perkerasan
beton semen adalah single-layer
system. Jelaskan (describe) apa yang
dimaksud dengan single-layer system
tersebut.
2. jelaskan (describe) prinsip perkerasan
beton semen sehubungan dengan
parameter perencanaan modulus
rekasi tanah dasar (k), lapis pondasi
bawah, lean concrete dan pelat beton.

P
K
P

2

Soal - Kuis
3. Jelaskan (explain) tegangan-tegangan
yang terjadi pada suatu pelat
perkerasan beton semen.
4. Rencanakan (design) ukuran dan jarak
batang-batang ruji pada suatu
sambungan muai perkerasan beton
semen dengan ketebalan 27,0 cm.
Diberikan jari-jari kekakuan relatif
sebesar 90 cm, rencana beban roda
sebesar 7,0 ton,

P
K
P

2

Soal - Kuis
4. kapasitas beban dari sistem beban
batang-batang ruji adalah 50% dari
rencana beban roda, lebar sambungan
adalah 2,5 cm dan tegangan yang
diijinkan untuk shear, bending dan
bearing pada batang ruji berturut-
turut sebesar 1.100, 1.500 dan 120
kg/cm
2
.

P
K
P

2

Soal - Kuis
5. Rencanakan (design) panjang dan jarak
batang-batang pengikat, jika diberikan
ketebalan perkerasan beton semen
adalah 25,0 cm dan lebar dari jalan
adalah 8.0 meter dengan 1 (satu)
sambungan memanjang. Unit weight
dari beton adalah 2.500 kg/cm
2
,
koefisien friksi 1,5, working tensile stress
yang diijinkan adalah 1.800 kg/cm
2
dan
bond stress dari batang ulir adalah 25
kg/cm
2
.

P
K
P

2

SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai