Anda di halaman 1dari 45

ASSESSMENT KERUSAKAN DAN UPAYA

PERBAIKAN KONSTRUKSI JALAN RAYA


AKIBAT GEMPA BUMI

Dr. Muhammad Isya, MT.


PENGANTAR
• Good highway are so interwoven with every phase of our
daily activities that it is imposible to image what life would
be like whithout them (Wright, 2004)

• Prasarana Transportasi merupakan infrastruktur dasar


dalam memajukan perekonomian dan pengembangan
wilayah (Tamin, 2008).

• Transportasi diperlukan:
- di semua tempat/wilayah
- di segala waktu
- di segala cuaca
- untuk semua manusia
Definisi Jalan Raya (UU no 38/2004)
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang
meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
BAB III
PERAN, PENGELOMPOKAN, DAN BAGIAN-BAGIAN JALAN
Bagian Pertama
Peran Jalan
Pasal 5
(1) Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai
peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(2) Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan
urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
(3) Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan
menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik
Indonesia.

UU No. 38/2004
JENIS PERKERASAN JALAN RAYA
• Perkerasan lentur

• Perkerasan kaku

• Perkerasan komposit
TYPICAL STRUKTUR PERKERASAN LENTUR
TYPICAL STRUKTUR PERKERASAN KAKU
PERBANDINGAN ANTARA PERKERASAN LENTUR DAN KAKU
PERBANDINGAN ANTARA PERKERASAN LENTUR DAN KAKU
PENYEBAB KERUSAKAN JALAN RAYA

• Alamiah/Normal
- faktor usia
- faktor beban
- faktor gagal konstruksi
- faktor lingkungan
- faktor material

• Bencana Alam
– Banjir
– Gempa bumi
– Tsunami
– dll.
Kerusakan jalan akibat gempa bumi
DAMPAK AKIBAT GEMPA UNTUK JALAN
• JEPANG (2011)
Jepang

Rural Japan Road, 2008

National Highway
Kanetsu Expressway,
2004

Kashiwazaki Highway, 2007


Miyanmar (Maret 2011)
Meksiko (April 2010)
Subulussalam (September 2011)
Padang (2009)
Palu dan Donggala (29 September 2018)
Jalan Raya
Jembatan
Fasilitas Publik
apa harus dilakukan bila hal tersebut terjadi
(Khusus untuk Jalan Raya)
Yang harus dilakukan:

Mudah, cepat dan ekonomis


Pendataan

Penilaian

Tindakan
Pendataan

• Personil
• Peralatan dan Perlengkapan
• Pendataan berkaitan dengan: Lokasi (Ruas
jalan, STA) dan type atau tingkat kerusakan
per penampang melintang jalan.
Bagian-bagian jalan yang rusak
1. Perkerasan jalan
2. Bahu jalan
3. Saluran drainase
4. Tebing jalan, dan
5. Bangunan Pelengkap jalan

3 1 2

4
PENILAIAN KONSTRUKSI JALAN

• Kerusakan struktural

REKONSTRUKSI

• Kerusakan non struktural

PEMELIHARAAN
UPAYA PERBAIKAN
Perkerasan Lentur
• Penutupan retakan. Penutupan retakan (crack sealing)
adalah proses pembersihan dan penutupan retakan
perkerasan aspal. Cara ini digunakan untuk mengisi
retakan memanjang dan melintang.
• Perawatan permukaan (Surface treatment). Aspal
untuk perawatan permukaan terdiri dari lapis tipis
beton aspal untuk memulihkan kondisi permukaan
yang ada.
• Penambalan (patching). Digunakan campuran material
aspal panas, campuran aspal dingin, atau modifikasi.
UPAYA PERBAIKAN
Bahu Jalan

• Meratakan permukaan dan memadatkan bahu


jalan;
• Menambah material untuk bagian-bagian
cekungan;
• Melakukan hal yang sama dengan perkerasan
untuk bahu jalan dengan material yang sama
dengan perkerasan jalan.
UPAYA PERBAIKAN
Saluran Drainase
Mengembalikan fungsi drainase dengan:

• Memindahkan material jika drainase tertimbun


longsoran tebing.
• Memperbaiki pasangan batu atau beton cor bila
terjadi retak dan patahan pada saluran drainase
dengan pasangan;
• Menutup daerah-daerah yang potensial menjadi
genangan air.
UPAYA PERBAIKAN
Tebing Jalan

• Memindahkan material longsoran bila terjadi


longsoran pada tebing bagian atas jalan;
• Merencanakan penanganan bila terlihat adanya
potensi longsoran susulan pada tebing jalan;
• Menutup permukaan tebing dengan vegetasi
untuk membantu menghambat aliran air di
permukaan tebing hingga mengurangi potensi
longsoran.
UPAYA PERBAIKAN
Perkerasan Kaku

Perkerasan jalan beton semen atau rigid


pavement tingkat perbaikannya atau
pemeliharaannya jauh lebih sulit atau lebih
tinggi dari pada konstruksi perkerasan fleksibel.
Komponen utamanya  Pelat beton mutu
tinggi kekerasannya tingkat tinggi
UPAYA PERBAIKAN KERUSAKAN PERKERASAN BETON SEMEN

Perkeresan beton semen atau perkerasan kaku


tidak perlu terlalu sering pemeliharaan akibat
kerusakan, karena konstruksinya relatif lebih
kuat/awet/tidak mudah rusak dibandingkan
perkerasan lentur.
Salah satu kerusakan konstruksi atau yang perlu mendapat
perhatian dalam hal pemeliharaan/ perbaikan pada jalan beton
semen adalah terjadinya retak–retak pada pelat beton yang
merupakan komponen utama dari jalan beton semen tersebut.
Secara umum retak dibagi dalam 2 (dua) klasifikasi yaitu:
1. Retak non struktural, (lebar <1mm) beban lalu lintas pada
bagian retak tersebut masih bisa dipikul oleh interlocking
agregat pada penampang beton yang retak tersebut.
Tindakan pemeliharaan/perbaikan dapat dilakukan dengan
menutup retak tersebut dengan bahan sealent.
2. Retak struktural, (lebar >1mm) beban lalu lintas yang melintas
pada bagian yang mengalami retak tersebut sudah tidak bisa
dipikul oleh interlocking agregat pada penampang beton yang
retak tersebut.
Tindakan pemeliharaan/perbaikan dapat dilakukan dalam
bentuk penyambungan kembali dengan bahan atau
metode khusus.
PENYEBAB RETAK
Untuk dapat melakukan perbaikan/pemeliharaan retak, maka perlu
pemahaman secara umum tentang beberapa penyebab retak, antara lain:

a. Retak karena keterlambatan pelaksanaan pembuatan joint (saw


cutting)  retak struktural
b. Retak karena dowel kurang sempurna baik dari segi bentuk
maupun posisinya  retak struktural
c. Retak karena terjadinya lekatan atau friksi antara lapis pelat
beton dengan lantai kerja atau Cement Treated Subbase (CTBS)
 retak non stuktural
d. Retak karena getaran finisher atau screed terlalu keras yang
tersalurkan oleh bekesting  retak non struktural
e. Retak karena perawatan atau curing yang kurang sempurna
retak non struktural
f. Retak karena lendutan atau settlement di daerah timbunan pada
umumnya atau tanah lunak  retak struktural
g. Retak karena sambungan pelaksanaan (construction joint) yang
menyimpang  retak stuktural
CARA PERBAIKAN RETAK

Cara perbaikan retak tergantung pada jenis retak (non struktural atau
struktural) serta penyebab retak

a. Perbaikan retak non struktural


Perbaikan ini lebih ditekankan pada tertutupnya kembali (bukan
menyambung) retak sehingga permukaan beton semen
khususnya pada bagian retak tetap kedap air.

Cara perbaikannya dilakukan dengan cara membuat takikan V,


hasil takikan V itu dibersihkan dengan blower, selanjutnya
mengisi celah retak sebisa mungkin (biasanya dengan tekanan)
dengan bahan yang biasa digunakan sebagai bahan joint sealent
misalnya SIKAFLEX 1-A atau yang sejenis.
b. Perbaikan retak struktural
Perbaikan ini lebih ditujukan kepada pengembalian konstruksi
pelat beton secara struktural seperti sebelum rusak; dengan
cara menyambung kembali, sehingga penampang beton semen
pada bidang retak mempunyai kapasitas kekuatan struktural
kembali seperti semula baik terhadap gaya lintang maupun
momen.
Secara skematis, penyambungan retak struktural dilakukan
sebagaimana tampak pada gambar berikut:

Sambung permukaan retak dengan


bahan perekat/glue misalnya jenis
“Sikadur”.

Buat lubang injeksi dengan bor 0,5 mm


sedalam 5-7,5 mm, dengan jarak 20 cm.
Pasang pipa sambungan tembaga
diameter 5mm dan dilengkapi
penutupnya

Injeksikan bahan penyambung expoxy


(misalnya sikadur 732) melalui lubang-
lubang pipa yang sudah terpasang.
PEMELIHARAAN / PERBAIKAN PERKERASAN BETON
SEMEN DENGAN OVERLAY AC
Berdasarkan fungsinya terdapat 2 jenis overlay AC/aspal beton
(hot-mix asphalt) di atas perkerasan beton semen yaitu:
 Overlay non stuktural, untuk memperbaiki permukaan beton
semen yang sudah aus.
 Overlay struktural, untuk menambah kekuatan perkerasan
beton semen yang sudah ada, atau perkerasan komposit.
1. Overlay non – struktural
Karena overlay bersifat non struktural, maka harus
dipergunakan overlay tipis (1-2cm). Aspal yang digunakan
harus mempunyai kelekatan tinggi (aspal polymer) dengan
gradasi agregat seragam. Dalam pelaksanaannya perlu usaha
untuk mengatasi penurunan suhu yang cepat dari campuran
yang sudah dihampar sehinnga menyulitkan pemadatan.
2. Overlay perkerasan lama
Berdasarkan pengalaman di luar negeri (Amerika Serikat),
biasanya keputusan overlay AC diambil setelah
mempertimbangkan beberapa opsi perbaikan perkerasan
beton semen berikut ini:
 Full depth repair di bagian perkerasan yang retak
 Partial depth repairs pada sambungan-sambungan
 Diamond Grinding untuk memperbaiki kekasaran permukaan
 Stabilization of slabs dengan mengisi rongga-rongga pada
lapis pondasi bawah
 Concrette overlay
Apabila kerusakan sangat parah, maka opsi selain AC adalah
rekonstruksi (removal).
 Persyaratan utama permukaan yang akan di overlay AC adalah
harus rata, padat dan seragam (uniform).
 Penyemprotan Lapis Perekat (Tack Coating) diperlukan untuk
permukaan pelat beton yang akan di overlay.

Penyiapan permukaan beton yang akan di overlay AC meliputi:


 Cracking and seating, dimaksudkan untuk memperpendek jarak
retak dengan membuat retak-retak baru.
 Cracking dilakukan untuk perkerasan beton tanpa tulangan
dengan menggunakan special drop hammer, sedangkan seating
dilakukan dengan mesin gilas konvensional.
 Breaking and seating, prosesnya mirip dengan cracking and
seating tetapi dilakukan terhadap perkerasan beton dengan
tulangan. Diperlukan usaha yang lebih besar karena
dimaksudkan juga menghancurkan bonding antara beton dengan
tulangannya. Peralatan yang digunakan sama seperti untuk
cracking and seating.
 Rubblizing, adalah penghancuran perkerasan beton semen
secara total sehingga terbentuk pechan-pecahan berukuran 25
75 cm, kemudian dipadatkan dengan mesin gilas khusus,
misalnya “Z” roller. Peralatan yang digunakan untuk rubblizing
adalah multiple-head beraker atau resonant breaker.
 Undersealing, untuk mengisi rongga yang terjadi di bawa
perkerasan beton semen. Dilakukan dengan memompakan
aspal cair melalui lobang bor pada plat beton.
 Saw cutting and sealing, dilakukan apabila perkerasan beton
lama masih baik secara struktural, dan dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya kerusakan akibat reflection crack pada
joint. Dalam hal ini cara-cara perbaikan seperti diuraikan di atas
tidak diperlukan. Saw cutting and sealing dilakukan dengan
menggergaji permukaan aspal di atas joint (melintang maupun
mamanjang) kemudian mengisinya dengan selaer (rubberized
asphalt) yang harus dilaksanakan sebelum jalan dibuka untuk
lalu lintas.
KESIMPULAN dan SARAN
• Langkah awal dalam pengambilan kebijakan
penanganan terhadap kerusakan prasarana jalan akibat
gempa bumi adalah pendataan
• Hasil telaahan kerusakan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu kerusakan secara struktural dan
kerusakan non struktural
• Penanganan pemeliharaan dapat dilakukan untuk
perkerasan yang rusak secara nonstruktural ataupun
yang rusak secara struktural namun hanya pada lokasi-
lokasi tertentu (tidak menerus)
• Untuk kerusakan struktural dan menimpa menyeluruh
atau sebagian besar dari panjang jalan, maka harus
dilakukan rekonstruksi
REFERENSI
Hardiyatmo, H. C., 2007, Pemeliharaan Jalan Raya,
Gadjah Mada University Press, Jogjakarta
Hendarsin, S. L., 2000, Perencanaan Teknik Jalan Raya,
Politeknik Negeri Bandung, Bandung.
Sukirman, S., 2003, Campuran Aspal Panas, Granit,
Jakarta
Tamin, O. Z., 2008, Perencanaan, Pemodelan dan
Rekayasa Transportasi, ITB, Bandung
Wright, P.H., and K.K. Dixon, 2004, Highway Engineering,
John Wiley and Sons, India.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 38/2004 tentang Jalan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai