Anda di halaman 1dari 13

Jembatan Konvensional

• Disusun Oleh :
Kelompok 1 :
– Indah Febrianti / F 111 10 025
– Agus Priyono / F 111 10 032
– Ahmad Furqon / F 111 10 038
– Fildayani / F 111 10 042
– Rafael yusuf / F 111 10 050
– Yanuar Putra Chandra / F 111 10 055
– Sadly Hidayat / F 111 10 057
PENDAHULUAN

PENGERTIAN UMUM

Jembatan adalah bagian dari jalan yang merupakan bangunan layanan lalu
lintas (untuk melewatkan lalu lintas), dan keberadaannya sangat diperlukan untuk
menghubungkan ruas jalan yang terputus oleh suatu rintangan seperti sungai, lembah,
gorong-gorong, saluran-saluran (air, pipa, kabel, dll.), jalan atau lalu lintas lainnya

Adapun fungsinya adalah sama dengan jalan yang melintasinya yakni


merupakan prasarana penghubung atau meneruskan pergerakan lalu lintas barang dan
jasa, secara langsung dan ekonomis sehingga akan menambah nilai efisiensi produksi
barang dan jasa tersebut, di samping itu jalan dan jembatan mempunyai arti yang cukup
penting dalam pertahanan dan keamanan untuk menjaga teritorial wilayah negara dan juga
kesatuan bangsa serta keadilan sosial.
PEMBAHASAN

JEMBATAN KONVENSIONAL

Jembatan konvensional atau kadang disebut juga jembatan beton (non


prategang) merupakan jembatan yang konstruksinya terbuat dari material
utama bersumber dari beton.
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari agregat alam seperti
kerikil, pasir, dan bahan perekatBahan perekat yang biasa dipakai adalah air
dan semen. Secara umum, beton dibagi dalam dua bagian yaitu:
- Beton bertulang
- Beton tidak bertulang

Secara umum konstruksi jembatan dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu :


a. Struktur Atas
b. Struktur Bawah
c. Jalan Pendekat
d. Bangunan Pengaman
Struktur Atas
Struktur Atas jembatan adalah bagian dari elemen-elemen
konstruksi yang dirancang untuk memindahkan beban-beban yang diterima
oleh lantai jembatan hingga ke perletakan, sedangkan lantai jembatan adalah
bagian jembatan yang langsung menerima beban lalu lintas kendaraan dan
pejalan kaki.
Struktur atas terdiri atas :
• Struktur tumpuan atau perletakan
• Gelagar
• Balok diafragma / ikatan melintang
• Struktur lantai jembatan / kendaraan
• Konstruksi trotoar + kerb
• Pipa Sandaran + Tiang sandaran
• Pertambatan arah melintang dan memanjang
Struktur Bawah
Struktur Bawah sebuah jembatan adalah bagian dari elemen-elemen
struktur yang dirancang untuk menerima beban konstruksi diatasnya dan
dilimpahkan langsung (berdiri langsung) pada tanah dasar atau bagian-bagian
konstruksi jembatan yang menyangga jenis-jenis yang sama dan memberikan
jenis reaksi yang sama pula.
Struktur bawah terdiri atas :
• Pondasi
Yaitu bagian-bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan
langsung ke tanah dasar / lapisan tanah keras.
• Bangunan bawah (pangkul jembatan / abutmen, pilar)
Yaitu bagian-bagian dari sebuah jembatan yang memindahkan
beban-beban dari perletakan ke pondasi dan biasanya juga
difungsikan sebagai bangunan penahan tanah.
PONDASI DALAM JEMBATAN KONVENSIONAL

PONDASI SUMURAN

Pondasi ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum
digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang
dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm. Pekerjaan ini mencakup
penyediaan dan penurunan dinding sumuran yang dicor di tempat atau pracetak yang
terdiri unit-unit beton pracetak. Penurunan dilakukan dengan menggali sedikit demi
sedikit di bawah dasarnya.

a. Jenis pondasi sumuran b. Bentuk detail pondasi sumuran


PONDASI TIANG BOR (bored pile)

Jenis pondasi ini prinsip kerjanya hampir sama dengan pondasi tiang pancang.
Perbedaannya terletak pada cara pemasangannya, kalau tiang pancang masuk kedalam tanah
dengan kekuatan tumbukan sehingga menimbulkan suara yang keras, tetapi lain halnya dengan
bored pile yang suaranya tidak mengganggu lingkungan, sehingga jenis pondasi ini banyak
digunakan di daerah perkotaan dalam pembangunan apartemen, mall, dan gedung pencakar langit.

Pelaksanaan tiang bor


PEMBEBANAN JEMBATAN KONVENSIONAL
Analisa suatu struktur selalu direncanakan berdasarkan pembebanan yang memungkinkan berlaku pada
struktur itu. Umumnya, pembebanan pada jembatan jalan raya di Indonesia direncanakan menurut Pedoman
Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya SKBI–1.3.28.1987 dan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan 1992,
Direktorat Jendral Bina Marga. Adapun jenis pembebanan yang harus diperhitungkan dalam perencanaan jembatan jalan
raya adalah :

Beban Primer
Beban Primer adalah beban yang merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada setiap
perencanaan jembatan. Yang termasuk beban primer adalah :
- Beban Mati
- Beban Hidup
- Beban kejut
- Gaya akibat tekanan tanah
Beban Sekunder
Beban sekunder terdiri dari beban – beban tambahan yang diperhitungkan sebagai gaya tambahan pada
konstruksi jembatan, berupa :
- Beban Angin
- Gaya akibat keadaan suhu
- Gaya Akibat rangka dan susut
- Gaya Rem
- Gaya akibat gempa bumi
- Gaya akibat gesekan pada tumpuan-tumpuan bergerak (traksi)
Beban Khusus
Diterapkan pada jenis – jenis jembatan dengan fungsi pelayanan khusus dan untuk jembatan dengan
kondisi lapangan yang khusus pula. Yang termasuk beban khusus adalah:
- Gaya Sentrifugal
- Gaya tumbuk pad jembatan layang
- Beban dan gaya selama pelaksanaan
- Gaya akibat aliran air dan tumbukan benda – benda hanyutan
- Gaya angkat
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN

1. PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN


* Pemilihan Lokasi/Alinyemen
* Penentuan Kondisi Eksternal
* Stabilitas Konstruksi
* Ekonomis

2. TAHAPAN PERENCANAAN
Setelah dilakukan studi kelayakan tahap berikutnya adalah
praperencanaan, ini dimaksud agar didapatkan hasil yang maksimal

3. SURVEI DATA
Data adalah unsur yang sangat penting dalam sebuah desain, maka
keputusan dalam pengambilan dan pengumpulan data merupakan hal yang
harus diperhatikan dan memerlukan kejelian dan ketelitian agar mendapatkan
data yang akurat.
METODE PELAKSANAAN
1. Perencanaan Struktur Bawah
Struktur bawah berfungsi menerima/memikul beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian
menyalurkannya ke pondasi. Beban-beban tersebut selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah
Untuk mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan harus diketahui terlebih dahulu mengenai keadaan, susunan
dan sifat lapisan tanah serta daya dukungnya. Masalah-masalah teknik yang sering dijumpai oleh ahli-ahli teknik sipil adalah
dalam menentukan daya dukung dan kemungkinan penurunan/settlement yang terjadi.
- Penyelidikan Tanah
- Pekerjaan Pondasi

Pekerjaan penulangan pondasi Pekerjaan Pengecoran Pondasi

- Pekerjaan Abutment (Kepala Jembutan)

Pekerjaan Abutmen
2. Perencanaan Struktur Atas

Struktur atas merupakan bagian atas suatu jembatan yang berfungsi menampung beban-beban yang
ditimbulkan oleh lalu lintas orang dan kendaraan maupun lainnya, yang kemudian menyalurkannya ke bangunan
bawah.
Pada Proyek Pembangunan Jembatan Vinolia ini struktur atas direncanakan menggunakan Beton
Bertulang (Beton T).
- Pekerjaan Perancah dan Bekisting

Pekerjaan Perancah Pekerjaan Bekisting

Perancah dan Bekisting Balok dan Plat Jembatan Pekerjaan Pengecoran


- Pekerjaan Sandaran (Railling)
Pekerjaan sandaran (railing) meliputi pekerjaan bekisting, penulangan, pemasangan pipa
pegangan, dan pengecoran. Semua pekerjaan pada pekerjaan sandaran (railling) harus
dikerjakan sesuai dengan yang direncanakan dan syarat-syarat yang telah ada

- Pekerjaan Oprit Jembatan


Pekerjaan oprit pertama kali yaitu proses pemadatan tanah. Tanah dipadatkan
bertujuan agar tanah dapat menahan titik as pada roda transportasi. Pekerjaan oprit meliputi
pembuatan plat injak, pemadatan material, dan pengaspalan jalan. Pemadatan material dengan
menggunakan alat berat yang disebut Pad Foot Roller. Pemadatan dilakukan beberapa kali
lintasan sampai material benar-benar padat.

Proses Pemadatan Tanah Oprit


SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai