• Disusun Oleh :
Kelompok 1 :
– Indah Febrianti / F 111 10 025
– Agus Priyono / F 111 10 032
– Ahmad Furqon / F 111 10 038
– Fildayani / F 111 10 042
– Rafael yusuf / F 111 10 050
– Yanuar Putra Chandra / F 111 10 055
– Sadly Hidayat / F 111 10 057
PENDAHULUAN
PENGERTIAN UMUM
Jembatan adalah bagian dari jalan yang merupakan bangunan layanan lalu
lintas (untuk melewatkan lalu lintas), dan keberadaannya sangat diperlukan untuk
menghubungkan ruas jalan yang terputus oleh suatu rintangan seperti sungai, lembah,
gorong-gorong, saluran-saluran (air, pipa, kabel, dll.), jalan atau lalu lintas lainnya
JEMBATAN KONVENSIONAL
PONDASI SUMURAN
Pondasi ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum
digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang
dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm. Pekerjaan ini mencakup
penyediaan dan penurunan dinding sumuran yang dicor di tempat atau pracetak yang
terdiri unit-unit beton pracetak. Penurunan dilakukan dengan menggali sedikit demi
sedikit di bawah dasarnya.
Jenis pondasi ini prinsip kerjanya hampir sama dengan pondasi tiang pancang.
Perbedaannya terletak pada cara pemasangannya, kalau tiang pancang masuk kedalam tanah
dengan kekuatan tumbukan sehingga menimbulkan suara yang keras, tetapi lain halnya dengan
bored pile yang suaranya tidak mengganggu lingkungan, sehingga jenis pondasi ini banyak
digunakan di daerah perkotaan dalam pembangunan apartemen, mall, dan gedung pencakar langit.
Beban Primer
Beban Primer adalah beban yang merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada setiap
perencanaan jembatan. Yang termasuk beban primer adalah :
- Beban Mati
- Beban Hidup
- Beban kejut
- Gaya akibat tekanan tanah
Beban Sekunder
Beban sekunder terdiri dari beban – beban tambahan yang diperhitungkan sebagai gaya tambahan pada
konstruksi jembatan, berupa :
- Beban Angin
- Gaya akibat keadaan suhu
- Gaya Akibat rangka dan susut
- Gaya Rem
- Gaya akibat gempa bumi
- Gaya akibat gesekan pada tumpuan-tumpuan bergerak (traksi)
Beban Khusus
Diterapkan pada jenis – jenis jembatan dengan fungsi pelayanan khusus dan untuk jembatan dengan
kondisi lapangan yang khusus pula. Yang termasuk beban khusus adalah:
- Gaya Sentrifugal
- Gaya tumbuk pad jembatan layang
- Beban dan gaya selama pelaksanaan
- Gaya akibat aliran air dan tumbukan benda – benda hanyutan
- Gaya angkat
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
2. TAHAPAN PERENCANAAN
Setelah dilakukan studi kelayakan tahap berikutnya adalah
praperencanaan, ini dimaksud agar didapatkan hasil yang maksimal
3. SURVEI DATA
Data adalah unsur yang sangat penting dalam sebuah desain, maka
keputusan dalam pengambilan dan pengumpulan data merupakan hal yang
harus diperhatikan dan memerlukan kejelian dan ketelitian agar mendapatkan
data yang akurat.
METODE PELAKSANAAN
1. Perencanaan Struktur Bawah
Struktur bawah berfungsi menerima/memikul beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian
menyalurkannya ke pondasi. Beban-beban tersebut selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah
Untuk mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan harus diketahui terlebih dahulu mengenai keadaan, susunan
dan sifat lapisan tanah serta daya dukungnya. Masalah-masalah teknik yang sering dijumpai oleh ahli-ahli teknik sipil adalah
dalam menentukan daya dukung dan kemungkinan penurunan/settlement yang terjadi.
- Penyelidikan Tanah
- Pekerjaan Pondasi
Pekerjaan Abutmen
2. Perencanaan Struktur Atas
Struktur atas merupakan bagian atas suatu jembatan yang berfungsi menampung beban-beban yang
ditimbulkan oleh lalu lintas orang dan kendaraan maupun lainnya, yang kemudian menyalurkannya ke bangunan
bawah.
Pada Proyek Pembangunan Jembatan Vinolia ini struktur atas direncanakan menggunakan Beton
Bertulang (Beton T).
- Pekerjaan Perancah dan Bekisting