Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi merupakan salah satu bagian dari kebutuhan dan
kepentingan manusia yang disebabkan adanya perpindahan obyek dari
suatu tempet ke tempat yang lain, baik berupa manusia maupun barang
yang semakin harinya bertambah. Jalan merupakan prasarana perhubungan
darat yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Kondisi
jalan yang baik akan memperlancar lalu lintas barang dan jasa. Oleh karena
itu, diperlukan suatu peningkatan jalan guna memperlancar lalu lintas
sekitar.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan suatu
daerah, maka kebutuhan pada daerah tersebut pun akan bertambah juga,
oleh karena itu diperlukan peningkatan jalan. Peningkatan Jalan Evakuasi
merupakan jalan alternatif ke jalan By Pass dengan panjang 1 km. Dengan
adannya peningkatan jalan tersebut diharapkan dapat dapat menunjang
kelancaran transportasi dan perekonomian. Jalan tersebut nantinya termasuk
jenis jalan arteri, yang merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan utama dan kecepatan rata-rata tinggi.
Proyek Peningkatan Jalan Evakuasi (HRS Ke ACWC Dan Pekerjaan
Trotoar) dilakukan menggunakan lapisan aspal AC -WC dengan panjang 1
km yang terdiri dari 2 jalur dengan lebar jalan 7 meter dan lebar bahu jalan
2 meter. Pembangunan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Cirebon, yang meliputi pemeliharan, peningkatan dan
pembangunan jalan. Peningkatan jalan tersebut dilakukan agar dapat
menghindari kemacetan dan peningkatan kapasitas kendaraan serta
memudahkan para pengguna jalan.

1
2

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dalam melakukan kerja praktek yaitu
untuk :
a. Maksud
- Menambah ilmu pengetahuan yang di dapat selama kerja
praktek yang dapat diterapkan di perkuliahan
- Mendapatkan pengalaman agar dapat siap menghadapi
lingkungan kerja
b. Tujuan
- Mendapatkan informasi tahapan pelaksanaan pada paket
pekerjaan Peningkatan Jalan Evakuasi (HRS Ke ACWC Dan
Pekerjaan Trotoar) pada PT. TELAGA GELANG INDONESIA

1.3 Batasan Masalah


Dalam pembuatan laporan ini, penulis hanya membatasi mengenai
pekerjaan pelapisan aspal berupa AC-WC, pada proyek Peningkatan Jalan
Evakuasi (HRS Ke ACWC Dan Pekerjaan Trotoar). Pembatasan masalah
ini dikarenakan terbatasnya waktu, sehingga penulis hanya mengambil
sebagian kecil dari pekerjaan proyek tersebut.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, mengenai data-data
sebagai bahan penyusun laporan di peroleh dari :
1. Studi Pustaka
- Berdasarkan hasil studi dan dokumentasi atau buku-buku referensi
bidang teknik baik berupa buku cetak maupun e-book yang
berhubungan dengan masalah konstruksi jalan raya
- Dokumen-dokumen proyek yang berhubungan dengan sistem
administrasi, perencanaan dan pendanaan proyek.
2. Studi Lapangan
3

- Pengamatan langsun di lapangan (observasi).


- Penjelasan lisan maupun tertulis dari pelaksana proyek.
- Tanya jawab secara langsung dengan pelaksana proyek.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan terdiri dari bab-bab yang tebagi menjadi
beberapa sub bab, yang penguraiannya sebagai berikut.
 Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup
masalah, metode pengumpulan data, sistematika penulisan.

 Bab II Gambaran Umum Proyek


Bab ini terdiri dari uraian proyek, data kegiatan proyek (baik data
umum maupun data teknis proyek), uraian struktur organisasi
proyek.

 Bab III Tinjauan Pustaka


Bab ini menjelaskan uraian singkat mengenai jalan,aspal serta
menjelaskan juga bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam
pelaksanaan proyek di lapangan.

 Bab IV Pembahasan
Bab ini membahas mengenai teknis pelaksanaan pekerjaan aspal
AC- Wearing Course.

 Bab V Kesimpulan dan Saran


Bab ini merupakan penutup dari semua pembahasan yang berisi
kesimpulan dan saran dari laporan yang sudah dibuat penulis.
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Uraian Proyek


Pekerjaan yang dilaksanakan dalam proyek ini adalah lapis pondasi yang
terdiri dari agregat kelas B dan agregat kelas A, perkerasan aspal AC – Base yang
sebagai lapisan pondasi aspal, AC – BC (Asphalt Concrete – Binder Course) dan
lapisan aus atau lapisan aspal paling atas yang menggunakan AC – WC (Asphalt
Concrete – Wearing Course).

2.2 Data Kegiatan


2.2.1 Data Umum Proyek

Nama Kegiatan : Peningkatan Jalan Evakuasi


(HRS ke ACWC dan Pekerjaan Trotoar)
Paket Kegiatan : Peningkatan Jalan Evakuasi
(HRS ke ACWC dan Pekerjaan Trotoar)
Lokasi Kegiatan : Kota Cirebon – Jawa Barat
Sumber Dana : APBD Kota Cirebon
Panjang : 1 km
Tahun Anggaran : 2018
No SPMK : 03/PPK/DAK.04-EVK/DPUPR/VII/2018
Nilai Kontrak : Rp. 5.893.835.700,-
Tanggal SPMK : 18 Juli 2018
Waktu Pelaksanaan : 160 Hari Kalender
Waktu Pemeliharaan : 180 Hari Kalender
Periode Kontrak : 18 Juli s/d 24 Desember 2018

4
5

2.2.2 Data Teknis Proyek

Jenis Pekerjaan : Peningkatan Jalan


Status Jalan : Jalan Kota
Kelas Jalan : Arteri
Panjang Jalan : 1 km
Lebar Median : 2-3 m
Lebar Bahu :2 m
Lebar Jalan : 10 m

2.2.3 Data Kontraktor Pelaksana


Nama Kontraktor : PT. TELAGA GELANG INDONESIA
Nomor Kontrak : 03/PPK/DAK.04-EVK/DPUPR/VII/2018
Nilai Kontrak : Rp. 5.893.835.700

2.3 Lokasi Proyek

Gambar 2.1 Peta Lokasi


6

Gambar 2.2 Denah Proyek

2.4 Struktur Organisasi dan Uraian tugas


Struktur organisasi proyek merupakan susunan yang terdiri dari
fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan
untuk mencapai suatu sasaran.
Penggambaran suatu organisasi dapat dibuat dalam bentuk bagan.
Adapun keuntungan pengguna badan organisasi proyek sebagai berikut :
a. Dapat diperlihatkan karateristik utama dalam organisasi yang bersangkutan.
b. Memperlihatkan gambaran pekerjaan dan hubungan-hubungan yang ada di
dalam organisasi
c. Dapat digunakan untuk merumuskan rencana kerja yang ideal sebagai
pedoman untuk mengetahui siapa untuk mengetahui siapa bawahan dan siapa
atasan.

2.4.1 Unit Organisasi Kontraktor Pelaksana


1. Project Manager
a. Melaksanakn pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak.
b. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek awal sampai
selesai.
7

c. Memotivasi seuruh staffnya agar bekerja sesuai dengan ketentuan dan


sesuai dengan tugas masing-masing.
d. Mengkoordinir seluruh pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dari mulai
awal pekerjaan hingga akhir pelaksanaan
e. Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan proyek baik teknis
maupun non teknis kepada kepala cabang

2. Kepala ADM. dan Keuangan


a. Pembuatan laporan keuangan/laporan kas Bank Proyek.
b. Ketepatan/kelengkapan pengiriman laporan-laporan ke Wilayah (kas
bank, transistoris, daftar hutang dan lain-lain).
c. Melaksanakan verifikasi pemeriksaan bukti-bukti yang akan dibayar.
d. Mengisi data-data kepegawaian dan kepersonaliaan dan lain-lain.
e. Menyimpan data-data kepegawaian karyawan di tingkat proyek.
f. Mengadakan opname kas setiap akhir bulan.

3. Surveyor
a. Melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek.
b. Membuat gambar kerja yang diperlukan dalam proyek.
c. Memberikan dan bertanggung jawab atas semua data-data pengukuran
lapangan.

4. Pelaksana Jalan
a. Melaksanakan pekerjaan harian di lapangan.
b. Mengkoordinasikan pekerjaan agar bekerja efektif dan efisien.
c. Melaksanakan pekerjaan harian sesuai dokumen kontrak.
8

5. Logistik & Gudang


a. Melakukan pembelian barang / alat sesuai dengan tingkatan proyek
dengan mengambil pemasok yang sudah termasuk dalam daftar
pemasok terseleksi.
b. Membuat/mengadakan daftar suplier terseleksi / terpakai perorangan
dan daftar supplier terpakai badan dari Wilayah serta melaporkannya
ke Wilayah.
c. Menyediakan tempat yang layak dan memelihara dengan baik, barang
langsung maupun barang / alat yang dipasok pelanggan.
d. Memberi label keterangan pada setiap barang dan mencatat keluar
masuknya barang-barang gudang.

6. Mekanik
a. Mengelola peralatan Proyek dan kendaraan sehingga bisa menyediakan
alat-alat / kendaraan dalam jumlah yang cukup / memadai pada waktu
yang diperlukan dengan biaya murah.
b. Melakukan pemeliharaan sesuai jadwal pemeliharaan peralatan
terhadap alat-alat berat dan ringan dan pembuatan laporannya.
c. Membuat data pemakaian alat.
d. Mengoperasikan alat yang ada di proyek untuk menunjang pelaksanaan
proyek.
e. Melaksanakan kegiatan kerja di bidang peralatan / kendaraan sesuai
dengan rencana yang disyahkan.

7. Logistik
a. Mengontrol perincian bahan dan peralatan sebagaimana yang telah
direncanakan.
b. menyimpan serta mengamankan dengan benar terhadap bahan dan
peralatan yang ada di proyek.
9

c. memonitor dan melaporkan penggunaan sisa bahan dan peralatan yang


ada di proyek.
d. membuat daftar permintaan bahan dan alat sesuai kebutuhan lapangan.
e. melakukan pendataan secara rinci atas kebutuhan bahan dn peralatan

STRUKTUR ORGANISASI PT. TELAGA GELANG INDONESIA

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Kontraktor


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan adalah bagian jalan yang diperkeras dengan lapis
konstruksi tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan serta
kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas di atasnya ke
tanah dasar secara aman. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkersan yang
terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa
pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar
perkerasan jalan sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan
tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari penyusun perkerasan jalan
sangat diperlukan (Silvia Sukirman, 2003). Perkerasan jalan terdiri dari
beberapa jenis, Perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit

3.1.1 Perkerasan Lentur


Konstruksi Perkersan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan
diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi
menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan bawah.

Gambar 3.1 Lapisan Perkerasan Lentur

10
11

1. Lapis Permukaan
Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.
Fungsi lapis permukaan meliputi:
a. Struktural :
Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang
diterima oleh perkerasan, baik beban vertikan maupun beban horizontal
(gaya geser). Untuk hal ini persyaratan yang dituntut adalah
kuat,kokoh, dan stabil.
b. Non Struktural :
1. Lapis Kedap Air, Mencegah masuknya air ke dalam lapisan
perkerasan yang ada di bawahnya.
2. Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat
berjalan dan memperoleh kenyamanan yang cukup
3. Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia
koefisien gerak (skid resistance)yang cukup untuk menjamin
tersedianya keamanan lalu lintas.
4. Sebagai Lapisan aus, yaitu yang dapat aus selanjutnya dapat
diganti lagi dengan yang baru.

Lapis permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi dua lapisan,
yaitu:
1. Lapis Aus (Wearing Course)
Lapis aus (Wearing Course) merupakan bagian dari lapis
permukaan yang terletak di atas lapis antara (binder course).
2. Lapis Antara ( Binder Course)
Lapis antara (Binder Couse) merupakan bagian dari lapis
permukaan yang terletak di antara lapis pondasi atas (base
course) dengan lapis aus (wearing course).
12

2. Lapis Pondasi Atas (Base Course)


Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak
antara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan tanah
apabila tidak menggunakan lapis pondasi bawah. Fungsi lapis ini
adalah :
a. Lapis Pendukung bagi lapis permukaan.
b. Pemikul beban horizontal dan vertikal.
c. Lapis perkerasa bagi pondasi bawah
3. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapisan pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara
lapis pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis ini adalah :
a. Penyebar beban roda.
b. Lapis peresapan
c. Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis pondasi.
d. Lapis pertama pada pembuatan perkerasan.
4. Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai
tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi
perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah
lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang
mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang
berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Lapisan
tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya
baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah
yang distabilisasi dan lain lain.

3.1.2 Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)


Konstruksi perkerasan kaku adalah perkerasan yang menggunakan
semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Pelat beton dengan atau
13

tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapisan
pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.

3.1.3 Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)


Konstruksi perkerasan komposit adalah perkerasan kaku yang
dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur
diatas permukaan kaku, atau perkerasan kaku di atas perkerasan lentur.

3.2 Kriteria Konstruksi Perkerasan Lentur


Perkerasan lentur mempunyai kriteria dalam konstruksi yang harus
di penuhi, yaitu :
a. Syarat-syarat berlalu lintas
 Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan
permukaan jalan, sehingga kendaraan tidak mudah slip.
 Permukaan tidak mengkilap dan silau jika terkena sinar matahari.
 Permukaan yang rata, tidak bergelombang, dan tidak berlubang
 Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah akibat beban
yang berkerja di atasnya

b. Syarat-syarat kekuatan struktural


dari segi kemampuan jalan mempunyai syarat kekuatan struktur,
yaitu :
 Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan
bawahnya
 Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di
atasnya dapat cepat dialirkan.
 Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan
deformasi yang berarti.
 Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan lalu
lintas ke tanah dasar.
14

3.3 Pengertian Aspal


Aspal beton adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran antara batuan
(agregat kasar dan agregat halus) dengan bahan ikat aspal yang mempunyai
persyaratan tertentu, dimana kedua material sebelum dicampur secara
homogen, harus dipanaskan terlebih daluhu. Karena dicampur dalam keadaan
panas, maka sering disebut sebagai hotmix. Semua pekerjaan pencampuran
hotmix dilakukan di pabrik pencampuran yang disebut sebagai Asphalt
Mixing Plant (AMP).
Konstruksi jalan terdiri dari beberapa lapis, antara lain : subgrade, sub base
course, base course, dan surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk lapis
perkerasan jalan juga terdiri dari beberapa jenis,yaitu : lapis pondasi, lapis aus
satu dan lapis pondasi aus dua.

3.3.1 Karateristik Beton Aspal


Dalam proses perencanaan campuran harus memperhatikan karateristik
campuran aspal beton, yang meliputi :
1. Stabilitas
Stabilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu
mendukung beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentu. Stabilitas
campuran diperoleh dari gaya gesekan antar partikel (internal friction),
gaya penguncian (interlocking), dan gaya adhesi yang baik antara batuan
dan aspal. Gaya gaya tersebut dipengaruhi oleh kekerasan permukaan
batuan, ukuran gradasi, bentuk butiran, kadar aspal, dan tingkat kepadatan
campuran.

2. Durabilitas
Aspal beton yang dimaksud agar perkerasan mempunyai daya tahan
terhadap cuaca dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang
mendukung durabilitas meliputi kadar aspal yang tinggi, gradasi yang
rapat, dan tingkat kepadatan yang sempurna.
15

3. Fleksibilitas
Fleksibilitas yang dimaksud adalah kemampuan yang mampu
menanggulangi lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang
tanpa mengalami perubahan bentuk. Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai
dengan menggunakan gradasi yang relatif terbuka dan penambahan kadar
aspal tertentu sehingga dapat menambah ketahanan terhadap pembebanan.

4. Kekesatan/Tahanan Gesek (Skid Resistance)


Tahanan gesek yaitu kemampuan permukaan beton aspal, terutama
pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan,
sehingga kendaraan tidak tergelincir, ataupun slip.
Faktor-faktor untuk mendapatkan kekesatan jalan sama dengan
untuk mendapatkan stabilitas yang tinggi, yaitu kekasaran permukaan dan
butiran-butiran agregat, luas bidang kontak antar butir atau bentuk butir,
gradasi agregat, kepadatan campuran, dan tebal aspal.

5. Ketahanan Terhadap Kelelahan (Fatique Resistance)


Ketahanan terhadap kelelahan yaitu kemampuan beton aspal
menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya
kelelahan berupa alur dan retak. Hal ini dapat tercapai jika
mempergunakan kadar aspal yang tinggi.

6. Kedap Air (Impermeabilitas)


Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat
dimasuki air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan udara
dapat mengakibatkan percepatan proses penuaan aspal dan pengelupasan
selimut aspal dan permukaan agregat. Jumlah pori yang tersisa setelah
beton aspal dipadatkan dapat menjadi indikator kekedapan air campuran.
Tingkat impermeabilitas beton aspal berbanding terbalik dengan tingkat
durabilitasnya.
16

7. Mudah Dilaksanakan (Workability)


Merupakan kemampuan campuran beton aspal untuk mudah
dihamparkan dan dipadatkan. Tingkat kemudahan dalam pelaksanaan
menentukan tingkat efisiensi pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi
tingkat kemudahan dalam proses penghamparan dan pemadatan adalah
viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur, dan
gradasi serta kondisi agregat. Revisi atau koreksi terhadap rancangan
campuran dapat dilakukan jika ditemukan kesukaran dalam pelaksanaan.

3.3.2 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari aspal beton


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas aspal beton antara lain :
a. Penimbunan agregat yang dapat menyebabkan terjadinya segredasi dan
degredasi serta kontaminasi, jika tidak mengikuti proses yang benar.
b. Over heating (temperatur pemanasan terlalu tinggi) baik untuk agregat
maupun untuk aspal.
c. Underheating (temperatur pemanasan terlalu rendah) baik untuk agregat
maupun untuk aspal.
d. campuran rencana yang tidak tepat.
e. Agregat yang basah, karena penyimpanan yang tidak benar.
f. Komponen pabrik pencampur mengalami kerusakan yang tidak diketahui.
g. Pengaturan masing-masing komponen tidak memenuhi persyaratan yang
diminta.
h. Penimbangan yang tidak terkontrol dengan baik.
i. Penghamparan yang kurang baik.
j. Tebal pengahamparan yang terlalu tebal.
i. pemuatan ke truk pengangkut (dump truck) yang kurang baik.
k. Alat pemadatan dan proses pemadatan yang tidak baik.
l. Temperatur penghamparan dan pemadatan yang tidak baik.
17

m. Jangka waktu dari proses pemadatan sampai jalan dibuka untuk lalu lintas
umum terlalu cepat.

3.3.3 Jenis Aspal Beton


1. Laston (Lapisan Aspal Beton)
Laston (lapisan aspal beton) merupakan beton aspal bergradasi
menerus yang umum digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas
berat. Laston dikenal pula dengan nama AC (Ashalt Concrete).
Karateristik beton aspal yang terpenting dalam campuran ini adalah
stabilitas. Tebal nominal minimun laston yaitu 4-6 cm.
Berdasarkan fungsinya laston mempunyai tiga macam bagian, yaitu :
a. Laston sebagai lapisan aus atau disebut juga dengan AC-WC (Asphalt
Concrete-Wearing Course), dengan tebal nominal minimum 4 cm.
b. Laston sebagai lapisan pengikat atau AC-BC ( Asphalt Concrete-Binder
Course), dengan tebal nominal minimumnya 5 cm.
c. Laston sebagai lapisan pondasi atau disebut juga dengan AC-Base
(Asphalt Concrete-Base), dengan tebal nominal minimumnya 6 cm.

2. Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton)


Lataston merupakan aspal beton bergradasi senjang (ukuran butir
agregatnya tidak menerus, atau ada bagian ukuran yang tidak ada, jika ada
hanya sedikit), biasanya disebut juga dengan HRS (Hot Rolled Sheet).
Karateristik aspal beton yang terpenting pada campuran ini adalah
durabilitas dan fleksibilitas. Sesuai dengan fungsinya lataston memiliki 2
macam campuran, lataston sebagai lapisan aus dan lataston sebagai lapisan
pondasi.

3. Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir)


18

Latasir adalah aspal beton untuk jalan-jalan dengan lalu lintas


ringan, khususnya untuk daerah yang dimana agregat kasarnya tidak atau
sukar diperoleh.
Lapisan ini khusus mempunyai ketahanan alur (rutting) rendah,
Latasir biasa disebut sebagai SS (Sand Sheet) atau HRSS (Hot Rolled Sand
Sheet). Sesuai gradasi agregatnya, campuran latasir dapat dibedakan
menjadi 2 :
a. Latasir kelas A dikenal dengan nama HRSS-A atau SS-A, dengan tebal
nominal minimum HRSS-A yaitu 1.5 cm
b. Latasir Kelas B dikenal dengan nama HRSS-B atau SS-B dengan tebal
minimal 2 cm. Gradasi agregat HRSS-B lebih kasar dari HRSS-A.

4. Lapisan Perata
Lapisan perata adalah aspal beton yang digunakan sebagai lapisan
perata dan pembentuk penampang melintang pada permukaan jalan
lama. Semua jenis campuran aspal beton dapat digunakan, tetapi untuk
membedakan dengan campuran untuk lapisan perkerasan jalan baru.
Maka, setiap jenis campuran aspal beton tersebut ditambah huruf L
yang artinya leveling seperti AC-WC(L), AC-BC(L), AC-Base(L),
HRS-WC(L)

5. Split Mastic Asphalt (SMA)


Split mastic asphalt yaitu aspal beton bergradasi terbuka (distribusi
butir agregatnya sedemikian rupa sehingga pori-porinya tidak terisi
dengan baik) dengan selimut aspal yang tebal. Campuran ini
mempergunakan bahan tambahan berupa fiber selulosa yang berfungsi
untuk menstabilisasi kadar aspal yang tinggi. Lapisan ini terutama
digunakan untuk jalan dengan beban lalu lintas berat.

3.4 Definisi dan Jenis-Jenis Aspal


19

3.4.1 Definisi Aspal


Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan
senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor.
Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat
viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila
dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia
belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa
karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom
karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang
juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom
lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10%
hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik
besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas
aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya
besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten.

3.4.2 Fungsi Aspal


Fungsi aspal antara lain adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu
lintas.
b. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
c. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang
diletakan di atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.
d. Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas
jalan yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi
pengikat.
e. Sebagai pengisi ruang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan
filler.

3.4.3 Jenis Aspal


20

Aspal yang digunakan sebagai bahan untuk jalan pembuatan jalan terbagi
atas dua jenis yaitu:
Menurut sifat kekerasannya dapat berupa:
a. Aspal Buatan
Jenis aspal ini dibuat dari proses pengolahan minya bumi, jadi bahan
baku yang dibuat untuk aspal pada umumnya adalah minyak bumi yang
banyak mengandung aspal. Jenis dari aspal buatan antara lain adalah
sebagai berikut:

1) Aspal Keras
Aspal keras bahan pembuatan AC. Aspal yang digunakan berupa
aspal keras penetrasi 60 atau penetrasi 80 yang memenuhi persyaratan.
Jenis aspal keras :
(a) Aspal penetrasi rendah 40 / 55, digunakan untuk kasus: Jalan
dengan volume lalu lintas tinggi.
(b) Aspal penetrasi rendah 60 / 70, digunakan untuk kasus : Jalan
dengan volume lalu lintas sedang atau tinggi, dan daerah dengan
cuaca iklim panas.
(c) Aspal penetrasi tinggi 80 / 100, digunakan untuk kasus : Jalan
dengan volume lalu lintas sedang / rendah, dan daerah dengan
cuaca iklim dingin.
(d) Aspal penetrasi tinggi 100 / 110, digunakan untuk kasus : Jalan
dengan volume lalu lintas rendah, dan daerah dengan cuaca iklim
dingin.

2) Aspal Cair
Aspal cair digunakan untuk keperluan lapis resap pengikat (prime
coat) digunakan aspal cair jenis MC – 30, MC – 70, MC – 250 atau aspal
emulsi jenis CMS, MS. Untuk lapis pengikat (tack coat) digunakan aspal
cair jenis RC – 70, RC – 250.

3) Aspal emulsi
21

Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras


ke dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi sehingga
diperoleh partikel aspal yang bermuatan listrik positif (kationik), negatif
(anionik) atau tidak bermuatan listrik (nonionik).

b. Aspal Alam
Aspal alam ditemukan di Pulau Buton (Sulawesi Tenggara
Indonesia), Perancis, Swiss, dan Amerika Latin. Menurut sifat
kekerasannya aspal tersebut di atas dapat diperingkat sebagai berikut:
1) Batuan (rock asphalt)/aspal gunung ontoh aspal buton (butas) sebagai
bahan lapis keras.
2) Plastis ( Trinidad Lake Aspalt-TLA) / aspal danau.
3) Cair ( Bermuda Lake Ashalt-BLA).

Menurut tingkat kemurniannya, dapat diperingkat sebagai berikut :


1) Murni dan Hampir murni (BLA).
2) Tercampur dengan mineral (Rock Asphalt Buton, Prancis dan Swiss).

3.5 Peralatan

Dalam melaksanakan dan menjalankan pekerjaan di lapangan, maka di


perlukan suatu unit alat berat yang dapat membantu menyelesaikan masalah
pekerjaan di lapangan. Alat berat yang di gunakan bertujuan untuk memenuhi
ketepatan waktu penyelesaian dan pencapaian kualitas pekerjaan yang di
isyaratkan sesuai dengan rencana. Menurut fungsinya yang dipakai dalam
proyek Peningkatan Jalan Evakuasi (HRS ke AWCW dan Pekerjaan Trotoar)
adalah sebagai berikut:

3.5.1 Asphalt Mixing Plant (AMP)


Asphalt Mixing Plant adalah seperangkat peralatan mekanik dimana agregat
dipanaskan, dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk menghasilkan
campuran beraspal panas yang memenuhi persyaratan tertentu. Suhu pada alat
22

pencampuran ini berkisar antara 160oC. Jenis AMP yang ada di lokasi
merupakan jenis AMP pencampuran drum (drum mix).

Gambar 3.2 AMP jenis pencampuran drum (drum mix)

Gambar 3.3 Aggregate Cold Bin


23

3.5.2 Peralatan Pekerjaan Tanah, Penghamparan dan Pemadatan Agregat


Ada beberapa alat berat yang dipakai antara lain :
a. Excavator
Excavator adalah tipe peralatan yang dapat digunakan untuk
pekerjaan-pekerjaan seperti :
1) Menggali
2) Memuat
3) Mengangkat material
4) Membuat saluran air atau pipa.

Gambar 3.4 Excavator

b. Motor Grader
Motor Grader merupakan sebuah alat perata yang mempunyai
bermacam-macam kegunaan. Pada umumnya grader digunakan dalam
24

proyek pembangunan jalan dan perawatan jalan.


Motor grader mempunyai fungsi bermacam-macam, antara lain :
1) Meratakan dan membentuk permukaan tanah
2) Menyebarkan material ringan
3) Mengupas tanah
4) Membersihkan lereng
5) Membuat saluran berbentuk “ V “

Gambar 3.4 Motor Grader

3.5.3 Peralatan Pengangkutan


a. Dump Truck
Dump truck adalah alat yang digunakan untuk memperlancar
pengangkutan material dari AMP ke lokasi pekerjaan khususnya untuk
pengangkutan Hot Mix agar sampai kelokasi pekerjaan, sehingga pada
waktu penghamparan tidak ada gangguan, dump truk biasa dipakai juga
25

buat menganggut aggregat A dan B serta tanah timbunan dan galian.


Biasanya kapasitas angkut dump truck adalah 12 ton, sedangkan tipe dump
truck yang biasa dipakai pada proyek jalan adalah dump truck yang sistem
penumpahannya kebelakang atau real dump truck.

Gambar 3.5 Dump Truck

3.5.4 Peralatan Penyiraman


a.Water Tank Truck
sebelum pemadatan dilakukan hamparan material di siram air
menggunakan alat ini, tangki memiliki kapasitas tertentu untuk menampung
air.
26

Gambar 3.6 Water Tank Truck

3.5.5 Peralatan Pemadatan Tanah


a.Vibrator Roller
Vibrator Roller atau bisa juga disebut compactor biasa digunakan
untuk pemadatan tanah/jalan, yang mana roller drum bisa bergetar dan
berputar untuk memperbesar efek pemadatan.

Gambar 3.7 Vibrator Roller


27

b. Tandem Roller
Tandem Roller (kapasitas 8-10 ton) termasuk sebagai alat pemadatan.
Biasanya di pakai untuk penggilas akhir yang artinya fungsi alat ini adalah
untuk meratakan permukaan, tandem roller tidak digunakan untuk
permukaan keras dan tajam karena dapat merusak roda.

Gambar 3.8 Tandem Roller

3.5.6 Peralatan Pengaspalan


a. Aspahlt Sprayer
Pada umumnya, alat penyemprotan aspal diberikan untuk memberikan
lapis pengikat (tack coat) atau lapis resap pengikat (prime coat) pada
permukaan yang akan diberi lapis aspal diatasnya dengan tujuan untuk
mengikat lapis perkerasan baru dengan lapis perkerasan lama.
28

Gambar 3.9 Aspahlt Sprayer


b. Tire Roller
Tire Roller (kapasitas 10-20 ton) adalah alat berat yang terdiri dari roda-
roda ban karet yang dipompa, susunan dari roda bagian muka roda
belakang selang-seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda
bagian muka maka akan digilas oleh roda bagian belakangnya. Alat ini
baik sekali digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai “penggilas
antara”. Alat ini dipakai biasanya untuk mendapatkan permukaan yang
halus.

Gambar 3.10 Tire Roller


29

c. Asphalt Finisher
Alat ini berfungsi untuk menghamparkan proses material (material
yang telah diproses) dari mixing plant, dan untuk mendapatkan lapisan
yang merata. Paver dengan dengan roda ban sebaiknya digunakan jika
pengaspalan jalan alat tersebut sering di pindahkan. Sedangkan paver
dengan roda crawler akan lebih menguntungkan jika kondisi jalan yang
akan dibangun menanjak atau menurun hal ini karena crawler lebih stabil.

Gambar 3.11 Asphalt Finisher


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan ini merupakan pekerjaan yang dilakukan sebelum
pekerjaan pengaspalan dilakukan. Pekerjaan persiapan ini meliputi pengecekan
terhadap agregat A apakah telah siap jika dilakukan pengaspalan, pekerjaan
desain mix formula (DMF), pekerjaan pembersihan agregat A dengan
compressor, pekerjaan prime coat dan seterusnya.

4.1.2 Pekerjaan Pembersihan Agregat A


Setelah pekerjaan agregat A selesai dan akan dilaksanaan pekerjaan
prime coat terlebih dahulu dilaksanakan pekerjaan pembersihan pada lapisan
agregat A yaitu dengan cara mengkompres untuk membuang partikel –
partikel kecil dan tanah yang tertempel pada agregat A yang akan menggangu
mutu dari pekerjaan prime coat. Alat yang digunakan berupa compressor
mesin yang di Derek oleh mobil pik-up, pelaksanaan kompresor ini dilakukan
dengan berarah maju meninggalkan tempat awal pekerjaan, untuk membuang
tanah yang menempel pada agregat menggunakan sekop.

4.2 Pekerjaan Lapisan AC-Base


4.2.1 Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
Lapis resap pengikat adalah lapisan penghubung antara lapisan
pondasi atas dengan lapisan AC. Pekerjaan ini dilakukan jika pemadatan dan
daya dukung lapisan pondasi atas telah memenuhi syarat atau hasil pengujian
CBR tidak boleh kurang dari 80%. Konstruksi perkerasan dibersihkan dengan
menggunakan air compressor dan dilakukan prime coat dengan asphalt
sprayer sehingga tidak tedapat lagi sesuatu yang dapat mengurangi hasil
maksimal yang diharapkan.

29
31

Tujuan dari prime coat ini yaitu :


1. Mengisi lubang-lubang kecil pada bagian pondasi atas.
2. Menutup atau melapiskan partikel yang terlepas sehingga permukaan
menjadi lebih keras.
3. Membantu membersihkan ikatan yang baik antara lapisan pondasi atas
dengan lapisan AC yang akan dihamparkan.

Sehingga memberikan suatu sifat yang kedap air dari permukaan pondasi
atas agar tidak dapat masuk yang dapat mengakibatkan hancurnya lapisan
tanah dasar pada saat lapisan permukaan belum dilapisi. Aspal panas prime
coat dihasilkan dengan memanaskan aspal penetrasi 60/70 sebanyak 30% dari
keseluruhan campuran.
Permukaan pondasi yang telah dilalui lapisan prime coat secara merat
sebenarnya tidak boleh dilalui oleh kendaraan ataupun pejalan kaki selama 24
jam karena akan menyebabkan prime coat tersebut diabaikan.

Gambar 4.1 Pelaksanaan Pekerjaan Prime Coat

4.2.2 Pengangkutan
Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat dari
logam yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit air
sabun, minyak bakar yang tipis, minyak parafin, atau larutan kapur untuk
32

mencegah melekatnya campuran aspal pada bak. Setiap genangan minyak


pada lantai bak truk hasil penyemprotan sebelumnya harus dibuang sebelum
campuran aspal dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus ditutup dengan
kanvas / terpal atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang
sedemikian rupa agar dapat melindungi campuran aspal terhadap cuaca.
Bilamana dianggap perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh
penutup harus diikat kencang agar campuran aspal yang tiba di lapangan pada
temperatur yang disyaratkan. Jumlah truk untuk mengangkut campuran aspal
harus cukup dan dikelola sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar
dapat beroperasi secara menerus dengan kecepatan yang disetujui.
Penghampar yang sering berhenti dan berjalan lagi akan menghasilkan
permukaan yang tidak rata sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi
pengendara serta mengurangi umur rencana akibat beban dinamis. Kontraktor
tidak diijinkan memulai penghamparan sampai minimum terdapat tiga truk di
lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan penghampar.

Gambar 4.2 Pengisian Aspal ke Asphalt Finisher

4.2.3 Pekerjaan Penghamparan AC-Base


33

AC-Base adalah campuran aspal panas yang bernilai struktural, terletak


paling bawah, dengan karateristik ukuran maksimum agregat sebesar
37.5mm, tebal lapisan padat minimum 6,0cm dengan toleransi tebal untuk
tiap lapisan campuran beraspal tidak lebih dari 5.0cm. difunsikan sebagai
lapisan pondasi menyangga lapisan di atasnya.
AC-Base merupakan lapis perkerasan beraspal yang terletak di bawah
lapis AC-BC. Lapis perkerasan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca
luar, tetapi harus memiliki stabilitas untuk menahan beban lalu lintas yang
disebarkan melalui roda kendaraan.
AC-Base memiliki beberapa fungsi antara lain
a. memberi dukungan terhadap lapisan permukaan.
b. mengurangi regangan dan tegangan
c. menyebarkan dan meneruskan beban konstruksi jalan di bawahnya.

Gambar 4.3 AC-Base

4.3 Pekerjaan Lapisan AC-BC (Asphalt Concrete-Binder Course)


34

4.3.1 Pekerjaan Lapis Pengikat (Tack Coat)


Setelah pekerjaan ac-base selesai maka dilakukan pekerjaan pembersihan
permukaan jalan dari debu dan kerikil dengan menggunakan compressor,
kemudian barulah dilakukan pekerjaan penyemprotan lapis pengikat (Tack
Coat). Tujuan dilakukannya pelapisan tack coat adalah untuk menambah daya
ikat antara jalan existing /AC-Base dengan campuran aspal baru / AC-BC.
Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan
diukur dan di tandai dengan cat. Distributor aspal mulai bergerak kira-kira 5
meter sebelum daerah yang akan di semprot. Kecepatan laju dijaga konstan
sampai melalui titik akhir dicek apakah telah merata, untuk lapis perekat
disemprotkan hanya sebentar sebelum penghamparan lapis aspal di atasnya
untuk memperoleh kondisi kelengketan yang tepat.

Gambar 4.4 Pekerjaan Tack Coat

4.3.2 Pekerjaan Penghamparan AC-BC


Pekerjaan lapisan AC-BC dimulai dengan diangkutnya aspal dari AMP
dan suhu waktu dibawa dari AMP biasanya antara 140oC-160oC. Setibanya
dilapangan secara perlahan-lahan diruangkan ke bak mekanis Asphalt
Finisher untuk dihamparkan pada permukaan Base Course yang telah di Tack
Coat sebelumnya. Suhu aspal sewaktu penghamparan antara 140oC-160oC
35

dengan tebal penghamparan 6.2cm (biasanya penyusutan 20%-25%) untuk


mencapai ketebalan aspal 5cm.
Ketebalan penghamparan dapat di ukur dengan penyetelan yang terdapat
pada bagian samping belakang pada bagian asphalt finisher. Pehamparan
dilakukan searah dengan sumbu memanjang jalan dan kecepatan jalan
Asphalt Finisher 90m/jam.

Gambar 4.5 Pekerjaan Penghamparan AC-BC

4.3.3 Pekerjaan Pemadatan


Pekerjaan pemadatan tahap pertama (break down rolling) dapat
dilakukang setelah aggregat aspal yang telah dihamparkan turun
tempraturnya turun antara 110oC-125oC. Saat pemadatan pertama dilihat
bagian penghamparan yang tidak rata atau kekurangan aspal, jika ada maka
aspal dapat ditambah dengan menggunakan sekop. Pemadatan Pertama
dilakukan dengan Tandem Roller (kapasitas 8-10 ton) sebanyak 2 passing
dengan kecepatan 5,8 km/jam.
36

Gambar 4.6 Pemadatan Pertama dengan Tandem Roller

Pemadatan tahap kedua (Secondary Rolling) dilaksanakan setelah


pemadatan tahap pertama selesai. Pemadatan tahap kedua dimulai pada
temperatur 90oC. Penggilasan tahap kedua dengan Tire Roller (yang beratnya
10-20ton), dengan kecepatan 5-8km/jam sebanyak 12 passing. Pekerjaan
dilakukan searah dengan sumbu memanjang jalan, dimulai pada bagian tepi
dan akhirnya kebagian tengah.

Gambar 4.7 Pemadatan Kedua TireRoller


37

Pemadatan tahap ketiga (finishing roller) dilakukan setelah pemadatan


tahap kedua selesai. Pemadatan tahap ketiga dilakukan dengan tandem roller
(kapasitas 8-10ton) sebanyak 2 passing dengan kecepatan 5-8km/jam. Ketika
pemadatan berlangsung roda alat gilas harus selalu basah agar tidak terjadi
lekatan antara aspal dengan kendaraan.

4.4 Pekerjaan Lapisan AC-WC (Wearing Course)


4.4.1 Pekerjaan Lapis Pengikat (Tack Coat)
Setelah Pekerjaan AC-BC selesai maka yang harus dilakukan adalah
penyemprotan kembali ke permukaan AC-BC dengan merata seperti yang
dilakukan pada saat pengerjaan Tack Coat di AC-BC.

4.8 Pekerjaan Tack Coat

4.4.2 Pekerjaan Penghamparan AC-WC


AC-WC merupakan lapisan aspal yang paling atas dan mempunyai
lapisan yang paling halus dibandingkan jenis lapisan aspal lainnya. Pada
campuran aspal bergradasi menerus tersebut mempunyai sedikit rongga
dalam struktur aggregatnya. Untuk pekerjaan ini ketebalan penghamparan 5.2
cm(biasanya penyusutan 20%-25%) sehingga ketebalan padat yang didapat 4
cm sesuai dengan ketebelan yang ditentukan dari proyek.
38

Gambar 4.9 Penghamparan AC-WC

4.4.3 Pekerjaan Pemadatan


Setelah pekerjaan penghamparan selesai maka dilakukan pemadatan.
Pekerjaan ini adalah tahapan akhir dari rangkaian pekerjaan lapisan
perkerasan lentur, pekerjaan ini dilakukan secara berulang agar mendapatkan
hasil yang maksimal.
Pemadatan yang dilakukan seperti pada lapisan sebelumnya yang
dilakukan dalam 3 tahapan. Pemadatan tahap pertama dilakukan Setelah
agregat aspal yang telah dihamparkan temperaturnya turun dengan suhu yang
telah ditentukan.. Pemadatan pertama dilakukan menggunakan tandem roller
dengan passing 2 kali kecepatan tetap 5,8km/jam
39

Gambar 4.10 Pekerjaan pemadatan tahap pertama


Setelah selesai pemadatan pertama maka dilakukan pemadatan tahapan
kedua temperatur hamparan yang sudah digilas pada tahap pertama akan
menurun. Proses pengerjaan pemadatan kedua sama dengan proses
pemadatan pertama hanya saja passing dan alat yang digunakan berbeda yaitu
dengan menggunakan tire roller yang dilakukan passing kurang lebih 10
passing untuk satu lebar jalan. Tire roller biasanya terdapat penyempot air di
bagian atas ban hal ini dilakukan agar aspal tidak menempel pada permukaan
ban karet.

Gambar 4.11 Pemadatan tahap kedua menggunakan Tire Roller


40

Dan pada tahapan ketiga yaitu pemadatan terakhir (finisher rolling)


dilakukan setelah pemadatan kedua selesai. Tahapan ini dilakukan dengan
menggunakan alat tandem roller yang dilakukan sebanyak 2 passing dengan
kecepatan 5-8 km/jam untuk mendapatkan permukaan yang halus.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil tinjauan dan pengamatan selama kerja praktek dalam Pelaksanaan
Peningkatan Jalan Evakuasi (HRS Ke ACWC Dan Pekerjaan Trotoar), maka
penulis mencoba mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk Mendapatkan lapisan aspal yang baik maka pada saat dilapangan perlu
dilakukan pengawasan yang ketat sehingga pekerjaan yang dilakukan bisa
mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Untuk mendapatkan kualitas campuran yang baik maka dalam pencampuran


aspal harus sesuai dengan Job Mix Formula dengan banyak faktor yang benar-
benar diawasi antara lain adalah kualitas bahan yang digunakan, proses pada
AMP, proses pemadatan dilapangan, proses pemadatan sampai proses
pemeliharaan pemadatan.

3. Pada saat pengerjaan campuran di AMP haruslah diawasi dengan ketat, ukuran
agregat dan campuran aspal yang digunakan harus sesuai dengan pekerjaan
pengaspalan AC

39
42

Foto Pelaksanaan AC-Base Course

Pekerjaan Pelaksanaan
AC-Base Course 0%

Lapisan Agregat A

Pekerjaan AC-Base Course


50%

Tahapan Pekerjaan AC-Base

Pekerjaan AC-Base Course


100%

Hasil Akhir Pekerjaan AC-Base


43

Foto Pelaksanaan AC-BC

Pekerjaan AC-BC 0%

Lapisan AC-Base

Pekerjaan AC-BC 50%

Tahapan Pekerjaan AC-BC

Pekerjaan AC-BC 100%

Hasil Akhir Pekerjaan AC-BC


44

Pekerjaan AC-WC 0%

Lapisan AC-BC

Pekerjaan AC-WC 50%

Tahapan Pekerjaan AC-WC

Pekerjaan AC-WC 100%

Hasil Akhir Pekerjaan AC-WC


45

DAFTAR PUSTAKA

Busrodin Drs, (1997). Pengaspalan, Direktorat Jendral Bina Marga, Bandung.

L. Hendarsin, Shirlen. 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya. Bandung : Politeknik


Negeri Bandung.

Nabar, Darmansyah, Drs. 1998. Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat.
Palembang : Universitas Sriwijaya

Sukirman, Silvia. 1995. Perencanaan Lentur Jalan Raya. Jakarta : Nova

Sukirman, Silvia 2003. Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta


46

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Kartu Asistensi
2. Surat Pengajuan Judul
3. Surat Balasan KP
4. Foto Pelaksanaan
5. Jadwal Pelaksanaan

Anda mungkin juga menyukai