Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi merupakan salah satu bagian dari kebutuhan dan
kepentingan manusia yang disebabkan adanya perpindahan obyek dari
suatu tempet ke tempat yang lain, baik berupa manusia maupun barang
yang semakin harinya bertambah. Jalan merupakan prasarana perhubungan
darat yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Kondisi
jalan yang baik akan memperlancar lalu lintas barang dan jasa. Oleh
karena itu, diperlukan suatu pembangunan dan peningkatan jalan guna
memperlancar lalu lintas sekitar.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan suatu
daerah, maka kebutuhan pada daerah tersebut pun akan bertambah juga,
oleh karena itu diperlukan pembangunan jalan. Pembangunan jalan di
daerah kebun sayur merupakan jalan yang menghubungkan daerah kenten
menuju arah bandara dengan panjang 6.65 km. Dengan adannya
pembangunan jalan tersebut dapat menunjang kelancaran
kelancar an transportasi dan
perekonomian yang mempermudah menuju daerah
daer ah tersebut. Jalan tersebut
t ersebut
nantinya termasuk jenis jalan arteri, yang merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan utama dan kecepatan rata-rata tinggi.
Proyek pembangunan jalan daerah kebun sayur – pangeran ayin
dilakukan menggunakan lapisan aspal AC BASE- BC -WC dengan
panjang 6.65 km yang terdiri dari 2 jalur dengan lebar jalan 7 meter dan
lebar bahu jalan 2 meter. Pembangunan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan
Umum divisi Bina Marga, yang meliputi pemeliharan, peningkatan dan
pembangunan jalan khususnya jalan baru. Pembangunan jalan tersebut
dilakukan agar dapat menghindari kemacetan dan peningkatan kapasitas
kendaraan serta memudahkan akses menuju bandara.

1
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dalam melakukan kerja praktek yaitu
untuk :
1. Menambah ilmu pengetahuan yang di dapat selama kerja praktek yang
dapat diterapkan di perkuliahan
2. Mendapatkan pengalaman agar dapat siap menghadapi lingkungan
kerja
3. Mendapatkan informasi tahapan pelaksanaan pada paket pembangunan
jalan akses bandara-kebun sayur-pangeran ayin.

1.3 Batasan Masalah


Dalam pembuatan laporan ini, penulis hanya membatasi mengenai
pekerjaan pelapisan aspal berupa AC-Base, AC-BC, AC-WC, pada proyek
pembangunan jalan akses bandara jalan kebun sayur-pangeran ayin.
Pembatasan masalah ini dikarenakan terbatasnya waktu, sehingga penulis
hanya mengambil sebagian kecil dari pekerjaan proyek tersebut.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, mengenai data-data
sebagai bahan penyusun laporan di peroleh dari :
1. Studi Pustaka
- Berdasarkan hasil studi dan dokumentasi atau buku-buku referensi
bidang teknik baik berupa buku cetak maupun e-book yang
berhubungan dengan masalah konstruksi jalan raya
- Dokumen-dokumen proyek yang berhubungan dengan sistem
administrasi, perencanaan dan pendanaan proyek.
2. Studi Lapangan
- Pengamatan langsun di lapangan (observasi).

2
- Penjelasan lisan maupun tertulis dari pelaksana proyek.
- Tanya jawab secara langsung dengan pelaksana proyek.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan terdiri dari bab-bab yang tebagi menjadi
beberapa sub bab, yang penguraiannya
penguraiannya sebagai berikut.
 Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang
lingkup masalah, metode pengumpulan data, sistematika penulisan.

 Bab II Umum
Bab ini terdiri dari uraian proyek, data kegiatan proyek (baik data
umum maupun data teknis proyek), uraian struktur organisasi
proyek.

 Bab III Tinjauan Pustaka


Bab ini menjelaskan uraian singkat mengenai jalan,aspal serta
menjelaskan juga bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam
pelaksanaan proyek di lapangan.

 Bab IV Pembahasan
Bab ini membahas mengenai teknis pelaksanaan pekerjaan aspal
AC-Base, AC-Binder Course dan AC- Wearing Course.

 Bab V Kesimpulan dan Saran


Bab ini merupakan penutup dari semua pembahasan yang berisi
kesimpulan dan saran dari laporan yang sudah dibuat penulis.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Uraian Proyek


Pekerjaan yang dilaksanakan dalam proyek ini adalah lapis pondasi yang
terdiri dari agregat kelas B dan agregat kelas A, perkerasan aspal AC – Base yang
sebagai lapisan pondasi aspal, AC – BC (Asphalt Concrete – Binder Course) dan
lapisan aus atau lapisan aspal paling atas yang menggunakan AC – WC (Asphalt
Concrete – Wearing Course).

2.2 Data Kegiatan


2.2.1 Data Umum Proyek

Nama Kegiatan : Pembangunan Jalan Wilayah II Prov.


Prov. Sumatera
Selatan
Paket Kegiatan : Pembangunan Jalan Akses Bandara-Kebun Sayur-
Pangeran Ayin
Lokasi Kegiatan : Kota Palembang-Sumatera Selatan
Sumber Dana : APBD Prov. Sumatera Selatan
Panjang Fungsional : 6.65 km
Panjang Efektif : 5.246 km
Tahun Anggaran : 2014-2015
No SPMK : 1195/SPMK/WIL.II/PU.BM/X/2014
1195/SPMK/WIL.II/PU.BM/X/2014
Tanggal SPMK : 9 Oktober 2014
Waktu Pelaksanaan : 420 Hari Kalender
Waktu Pemeliharaan : 180 Hari Kalender
Periode Kontrak : 9 Oktober 2014 s/d 02 Desember 2015
PHO : 2 Desember 2016
FHO : 30 Mei 2016

4
2.2.2 Data Teknis Proyek
Jenis Pekerjaan : Pembangunan Jalan
Status Jalan : Jalan Nasional
Kelas Jalan : Arteri
Panjang Jalan : 6.65 km
Lebar Median : 2-3 m
Lebar Bahu :2 m
Lebar Jalan : 19 m

2.2.3 Data Kontraktor Pelaksana


Nama Kontraktor : ISTAKA-TRA (KSO)
Nomor Kontrak : 621/1166/Wil.II/PU.BM/X/2014
Nilai Kontrak : Rp. 58.758.284.000

2.2.4 Data Konsultan Pengawas


Nama Konsultan : CV. Cipta Giri Mulia
Nomor Kontrak : 700/3671/KPA/KTR/PWS/2014
Tanggal Kontrak : 20 Juni 2014
Tanggal SPMK : 20 Juni 2014
Nilai Kontrak : 00,-

2.3 Lokasi Proyek

5
Gambar 2.1 Peta Lokasi

Gambar 2.2 Denah Proyek

2.4 Struktur Organisasi dan Urauan tugas

6
Struktur organisasi proyek merupakan susunan yang terdiri dari
fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan
untuk mencapai suatu sasaran.
Penggambaran suatu organisasi dapat dibuat dalam bentuk bagan.
Adapun keuntungan pengguna badan organisasi proyek sebagai berikut :
a. Dapat diperlihatkan karateristik utama dalam organisasi yang bersangkutan.
b. Memperlihatkan gambaran pekerjaan dan hubungan-hubungan yang ada di
dalam organisasi
c. Dapat digunakan untuk merumuskan rencana kerja yang ideal sebagai
pedoman untuk mengetahui siapa untuk mengetahui siapa bawahan dan siapa
atasan.

2.4.1 Unit Organisasi Kontraktor Pelaksana


1. Project Manager
a. Melaksanakn pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak.
b. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek awal sampai
selesai.
c. Memotivasi seuruh staffnya agar bekerja sesuai dengan ketentuan dan
sesuai dengan tugas masing-masing.
d. Mengkoordinir seluruh pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dari mulai
awal pekerjaan hingga akhir pelaksanaan
e. Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan proyek baik teknis
maupun non teknis kepada kepala cabang

2. Kepala ADM. dan Keuangan


a. Pembuatan laporan keuangan/laporan kas Bank Proyek.
b. Ketepatan/kelengkapan pengiriman laporan-laporan ke Wilayah (kas
bank, transistoris, daftar hutang dan lain-lain).
c. Melaksanakan verifikasi pemeriksaan bukti-bukti yang akan dibayar.
d. Mengisi data-data kepegawaian dan kepersonaliaan dan lain-lain.
e. Menyimpan data-data kepegawaian karyawan di tingkat proyek.

7
1. Lapis Permukaan
Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.
Fungsi lapis permukaan meliputi:
a. Struktural :
Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang
diterima oleh perkerasan, baik beban vertikan maupun beban
horizontal (gaya geser). Untuk hal ini persyaratan yang dituntut adalah
kuat,kokoh, dan stabil.
b. Non Struktural :
1. Lapis Kedap Air, Mencegah masuknya air ke dalam lapisan
perkerasan yang ada di bawahnya.
2. Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat
berjalan dan memperoleh kenyamanan yang cukup
3. Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia
koefisien gerak (skid resistance)yang cukup untuk menjamin
tersedianya keamanan lalu lintas.
4. Sebagai Lapisan aus, yaitu yang dapat aus selanjutnya dapat
diganti lagi dengan yang baru.

Lapis permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi dua
lapisan, yaitu:
1. Lapis Aus (Wearing Course)
Lapis aus (Wearing Course) merupakan bagian dari lapis
permukaan yang terletak di atas lapis antara (binder course).
2. Lapis Antara ( Binder Course)
Lapis antara (Binder Couse) merupakan bagian dari lapis
permukaan yang terletak di antara lapis pondasi atas (base
course) dengan lapis aus (wearing course).

12
2. Lapis Pondasi Atas (Base Course)
Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak
antara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan tanah
apabila tidak menggunakan lapis pondasi bawah. Fungsi lapis ini
adalah :
a. Lapis Pendukung bagi lapis permukaan.
b. Pemikul beban horizontal dan vertikal.
c. Lapis perkerasa bagi pondasi bawah
3. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapisan pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara
lapis pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis ini adalah :
a. Penyebar beban roda.
b. Lapis peresapan
c. Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis pondasi.
d. Lapis pertama pada pembuatan perkerasan.
4. Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai
tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi
perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah
lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang
mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang
berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Lapisan
tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya
baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah
yang distabilisasi dan lain lain.

13
3.1.2 Konstruksi Perkerasan Kaku ( Rigid Pavement)
Konstruksi perkerasan kaku adalah perkerasan yang menggunakan
semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Pelat beton dengan atau
tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapisan
pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
3.1.3 Konstruksi Perkerasan Komposit (C omposite Pavement)
Konstruksi perkerasan komposit adalah perkerasan kaku yang
dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur
diatas permukaan kaku, atau perkerasan kaku di atas perkerasan lentur.

3.2 Kriteria Konstruksi Perkerasan Lentur


Perkerasan lentur mempunyai kriteria dalam konstruksi yang harus
di penuhi, yaitu :
a. Syarat-syarat berlalu lintas
 Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan
permukaan jalan, sehingga kendaraan tidak mudah slip.
 Permukaan tidak mengkilap dan silau jika terkena sinar matahari.
 Permukaan yang rata, tidak bergelombang, dan tidak berlubang
 Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah akibat beban
yang berkerja di atasnya

b. Syarat-syarat kekuatan struktural


dari segi kemampuan jalan mempunyai syarat kekuatan struktur,
yaitu :
 Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan
bawahnya
 Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di
atasnya dapat cepat dialirkan.

14
dengan baik) dengan selimut aspal yang tebal. Campuran ini
mempergunakan bahan tambahan berupa fiber selulosa yang berfungsi
untuk menstabilisasi kadar aspal yang tinggi. Lapisan ini terutama
digunakan untuk jalan dengan beban lalu lintas berat.

3.4 Definisi dan Jenis-Jenis Aspal


3.4.1 Definisi Aspal
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan
senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor.
Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat
viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila
dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia
belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa
karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom
karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang
juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom
lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10%
hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah
renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas
aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya
besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten.

3.4.2 Fungsi Aspal


Fungsi aspal antara lain adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu
lintas.
b. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
c. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang
diletakan di atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.

20
d. Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas
jalan yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi
pengikat.
e. Sebagai pengisi ruang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan
filler.

3.4.3 Jenis Aspal


Aspal yang digunakan sebagai bahan untuk jalan pembuatan jalan terbagi
atas dua jenis yaitu:
Menurut sifat kekerasannya dapat berupa:
a. Aspal Buatan
Jenis aspal ini dibuat dari proses pengolahan minya bumi, jadi
bahan baku yang dibuat untuk aspal pada umumnya adalah minyak bumi
yang banyak mengandung aspal. Jenis dari aspal buatan antara lain
adalah sebagai berikut:

1) Aspal Keras
Aspal keras bahan pembuatan AC. Aspal yang digunakan berupa
aspal keras penetrasi 60 atau penetrasi 80 yang memenuhi persyaratan.
Jenis aspal keras :
(a) Aspal penetrasi rendah 40 / 55, digunakan untuk kasus: Jalan
dengan volume lalu lintas tinggi.
(b) Aspal penetrasi rendah 60 / 70, digunakan untuk kasus : Jalan
dengan volume lalu lintas sedang atau tinggi, dan daerah dengan
cuaca iklim panas.
(c) Aspal penetrasi tinggi 80 / 100, digunakan untuk kasus : Jalan
dengan volume lalu lintas sedang / rendah, dan daerah dengan
cuaca iklim dingin.
(d) Aspal penetrasi tinggi 100 / 110, digunakan untuk kasus : Jalan
dengan volume lalu lintas rendah, dan daerah dengan cuaca iklim
dingin.

21
2) Aspal Cair
Aspal cair digunakan untuk keperluan lapis resap pengikat (prime
coat) digunakan aspal cair jenis MC – 30, MC – 70, MC – 250 atau aspal
emulsi jenis CMS, MS. Untuk lapis pengikat (tack coat) digunakan aspal
cair jenis RC – 70, RC – 250.

3) Aspal emulsi
Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras
ke dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi sehingga
diperoleh partikel aspal yang bermuatan listrik positif (kationik), negatif
(anionik) atau tidak bermuatan listrik (nonionik).

b. Aspal Alam
Aspal alam ditemukan di Pulau Buton (Sulawesi Tenggara
Indonesia), Perancis, Swiss, dan Amerika Latin. Menurut sifat
kekerasannya aspal tersebut di atas dapat diperingkat sebagai berikut:
1) Batuan (rock asphalt)/aspal gunung ontoh aspal buton (butas) sebagai
bahan lapis keras.
2) Plastis ( Trinidad Lake Aspalt-TLA) / aspal danau.
3) Cair ( Bermuda Lake Ashalt-BLA).

Menurut tingkat kemurniannya, dapat diperingkat sebagai berikut :


1) Murni dan Hampir murni (BLA).
2) Tercampur dengan mineral (Rock Asphalt Buton, Prancis dan Swiss).

22
Setelah selesai pemadatan pertama maka dilakukan pemadatan tahapan
kedua temperatur hamparan yang sudah digilas pada tahap pertama akan
menurun. Proses pengerjaan pemadatan kedua sama dengan proses
pemadatan pertama hanya saja passing dan alat yang digunakan berbeda
yaitu dengan menggunakan tire roller yang dilakukan passing kurang lebih
10 passing untuk satu lebar jalan. Tire roller biasanya terdapat penyempot
air di bagian atas ban hal ini dilakukan agar aspal tidak menempel pada
permukaan ban karet.

Gambar 4.11 Pemadatan tahap kedua menggunakan Tire Roller

Dan pada tahapan ketiga yaitu pemadatan terakhir (finisher rolling)


dilakukan setelah pemadatan kedua selesai. Tahapan ini dilakukan dengan
menggunakan alat tandem roller yang dilakukan sebanyak 2 passing dengan
kecepatan 5-8 km/jam untuk mendapatkan permukaan yang halus.

39
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil tinjauan dan pengamatan selama kerja praktek dalam


Pelaksanaan Pekerjaan jalan di daerah Kebun Sayur-Pangeran Ayin, maka penulis
mencoba mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk Mendapatkan lapisan aspal yang baik maka pada saat dilapangan perlu
dilakukan pengawasan yang ketat sehingga pekerjaan yang dilakukan bisa
mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Untuk mendapatkan kualitas campuran yang baik maka dalam pencampuran


aspal harus sesuai dengan Job Mix Formula dengan banyak faktor yang
benar-benar diawasi antara lain adalah kualitas bahan yang digunakan, proses
pada AMP, proses pemadatan dilapangan, proses pemadatan sampai proses
pemeliharaan pemadatan.

3. Pada saat pengerjaan campuran di AMP haruslah diawasi dengan ketat,


ukuran agregat dan campuran aspal yang digunakan harus sesuai dengan
pekerjaan pengaspalan AC

40
Foto Pelaksanaan AC-Base Course

Pekerjaan Pelaksanaan AC-


Base Course 0%

Lapisan Agregat A

Pekerjaan AC-Base Course


50%

Tahapan Pekerjaan AC-Base

Pekerjaan AC-Base Course


100%

Hasil Akhir Pekerjaan AC-Base

41
Pekerjaan AC-WC 0%

Lapisan AC-BC

Pekerjaan AC-WC 50%

Tahapan Pekerjaan AC-WC

Pekerjaan AC-WC 100%

Hasil Akhir Pekerjaan AC-WC

43
DAFTAR PUSTAKA

Busrodin Drs, (1997). Pengaspalan, Direktorat Jendral Bina Marga, Bandung.

L. Hendarsin, Shirlen. 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya. Bandung :


Politeknik Negeri Bandung.

Nabar, Darmansyah, Drs. 1998. Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat.
Palembang : Universitas Sriwijaya

Sukirman, Silvia. 1995. Perencanaan Lentur Jalan Raya. Jakarta : Nova

Sukirman, Silvia 2003. Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta

44
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Kartu Asistensi
2. Surat Pengajuan Judul
3. Surat Balasan PKL
4. Foto Pelaksanaan
5. Jadwal Pelaksanaan
6. Grafik Penanganan Kerja
7. Gambar Tipikal Jalan
8. Long Section

45

Anda mungkin juga menyukai