Anda di halaman 1dari 33

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


Jl. Syutan Syahrir No. 5 Telp. (05320) 21034 Fax. (0532) 22011
Pangkalan Bun – Kalimantan Tengah

URAIAN SINGKAT PEKERJAAN

K/L/D/I : Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat

SKPD : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Kabupaten Kotawaringin Barat

Nama PA : Dr. Ir. M. Hasyim Muallim, MT

Nama PPK : Herto, ST

Program : Penyelenggaraan Jalan

Kegiatan : Penyelenggaraan Jalan Kabupaten/Kota

Sub Kegiatan : Pembangunan Jembatan

Pekerjaan : Pembangunan Jembatan RT. 01 Desa Natai Baru

Lokasi : Kecamatan Arut Selatan

Nilai Pagu : Rp. 976.745.000,00

Nilai HPS : Rp. 976.745.000,00

TAHUN ANGGARAN
2023
A. UMUM
1. Pendahuluan
Jembatan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan
unsur penting dalam pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara,
dalam pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, wilayah negara, dan
fungsi masyarakat serta dalam memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Jembatan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai
peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan
budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan
pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan
pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan
nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta
membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan
nasional.
Pada setiap pembangunan proyek konstruksi jembatan sebagai
Penyedia Jasa diharuskan memahami secara menyeluruh tentang bagaimana
tahapan pelaksanaan proyek yang akan dilaksanakan. Dimana setiap proyek
memiliki kondisi dan kesulitan yang berbeda – beda sehingga perlu tata cara
pelaksanaan yang berbeda pula. Sedangkan dalam kontrak kerja Penyedia
Jasa diberikan batas waktu tertentu untuk menyelesaikan proyek secara tepat
waktu. Disamping itu biaya pelaksanaan dan mutu hasil kerja turut
dipertimbangkan agar tercapai target penyelesaian yang optimal. Oleh karena
itu sebagai acuan Penyedia Jasa dalam melaksanakan pekerjaan perlu
memahami tahapan metode pelaksanaan konstruksi yang tepat dan
berkesinambungan dengan mempelajari rincian volume yang terdapat di
Daftar Kuantitas Dan Harga serta Gambar Kerja yang tersedia.

2. Maksud, Tujuan dan Sasaran


a. Maksud dari Kegiatan adalah melakukan Pembangunan Jembatan RT.
01 Desa Natai Baru Kecamatan Arut Selatan.
b. Tujuan dari Kegiatan Pembangunan Jembatan adalah : dalam rangka
memberikan kelancaran bagi lalu lintas yang melayani mobilitas barang
dan jasa dari dan ke pusat – pusat aktivitas masyarakat dan pemerintahan
khususnya lokasi aktivitas yang berada di sekitar ruas jalan tersebut.
c. Sasaran dari Kegiatan Pembangunan Jembatan untuk meningkatkan
sarana dan prasarana infrastruktur jalan yang mana sebagai akses jalan
penghubung antar desa, kecamatan dan kabupaten.

3. Ruang Lingkup Kegiatan


a. Data Pekerjaan
K/L/D/I : Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat
SKPD : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Nama PA : Dr. Ir. M. Hasyim Muallim, MT
Nama PPK : Herto, ST
Kegiatan : Penyelenggaraan Jalan Kabupaten/Kota
Sub Kegiatan : Pembangunan Jembatan
Pekerjaan : Pembangunan Jembatan RT. 01 Desa Natai Baru
Lokasi : Kecamatan Arut Selatan
Biaya pekerjaan : Rp. 976.745.000,-
Jangka Waktu : 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender
Tahun Anggaran : 2023
b. Uraian Pekerjaan yang dilaksanakan
Spesifikasi teknis pekerjaan yang digunakan sesuai dengan jenis
pekerjaan yang direncanakan. Secara garis besar lingkup pekerjaan yang
dilaksanakan dalam pelaksanaan Pekerjaan pada Sub Kegiatan
Pembangunan Jembatan terbagi menjadi beberapa sub item pekerjaan.
Berikut dapat dijabarkan item-item pekerjaan adalah sebagai berikut :

DIVISI 1 – UMUM
Seksi 1.2 Mobilisasi
Seksi Ls Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi (SMKK)

DIVISI 3 – PEKERJAAN TANAH


Seksi 3.1.(1) Galian Biasa
Seksi 3.2.2a Timbunan Pilihan Dari Sumber Galian

DIVISI 6 – PERKERASAN ASPAL


Seksi 6.1.(2a) Lapis Perekat - Aspal Cair
Seksi 6.3.(4a) Lataston Lapis Aus (HRS-WC)
DIVISI 7 – STRUKTUR
Seksi 7.1 (7a) Beton strukur, Fc’25 MPa
Seksi 7.1 (10) Beton, fc’10 Mpa
Seksi 7.3 (1) Baja Tulangan U 24 Polos
Seksi 7.13.(1) Sandaran (Railing)
Seksi 7.15.(8) Pembongkaran Jembatan Kayu
Seksi 7.16.(3b) Pipa Drainase PVC diameter 60 mm

DIVISI 8 – REHABILITASI JEMBATAN


Seksi 8.7.(3b) Pengecatan pada elemen sandaran dan/atau
pagar pengaman 160 mikron

DIVISI 9 – PEKERJAAN HARIAN & PEKERJAAN LAIN-LAIN


Seksi 9.2.(5) Patok Pengarah
B. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Bagan Alir Pekerjaan

SPMK PERSIAPAN
1. Job Mix Formula
2. Material dan Penyimpanan
3. Jadwal Pelaksanaan
4. Pengukuran Lapangan (MC-0)
5. Identifikasi dan kelengkapan K3
6. Mobilisasi Personil Tidak Sesuai
7. Mobilisasi Peralatan
8. Mobilisasi Tenaga Kerja
Perhitungan Ulang

Pengecekan Kuantitas dan


Gambar Rencana Justifikasi Teknis

SHOP DRAWING Addendum

PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan Tanah
2. Pekerjaan Perkerasan Aspal
3. Pekerjaan Struktur
4. Pekerjaan Pemeliharaan Jembatan
5. Pekerjaan Harian & Pekerjaan Lain-
Lain

DOKUMEN ADMINISTRASI
1. Back Up Data Quantity
2. Back Up Data Quality
3. Asbuild Drawing
4. Foto Dokumentasi
5. Laporan Harian, Mingguan, dan
Bulanan
6. Dan Dokumen lain yang
dipersyaratkan

PHO Masa Pemeliharaan

Selesai
2. Bagan Organisasi Pelaksana

DIREKTUR PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

ADMINISTRASI DIREKSI TEKNIS


LOGISTIK/SUPPLY PEKERJAAN
PELAKSANA LAPANGAN
PETUGAS K3

MANDOR
KEPALA TUKANG
TUKANG
OPERATOR
SOPIR
PEKERJA

3. Keamanan Proyek
a. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap segi keamanan dan
menyerahkan tertib peraturan dan organisasi untuk mendapatkan
persetujuan Direksi. Tidak ada pembayaran tambahan dalam hal ini
semua biaya sudah termasuk dalam harga Kontrak bersangkutan maupun
Direksi. Sistim pengawasan keamanan harus dilaksanakan sesuai dengan
program yang disetujui dan berpegang pada hukum/peraturan yang
berlaku di Indonesia.
b. Penyedia Jasa diwajibkan menjaga keamanan terhadap barang-barang
milik proyek, Kontraktor, Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di
lapangan baik terhadap pencurian maupun pengerusakan.
c. Bila terjadi kehilangan atau pengerusakan barang – barang atau
pekerjaan, tetap menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan tidak dapat
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah atau pengunduran waktu
pelaksanaan.
d. Apabila terjadi kebakaran, Penyedia Jasa bertanggung jawab atas
akibatnya. Untuk itu Kontraktor harus menyediakan alat – alat pemadam
kebakaran yang siap dipakai, ditempatkan di tempat-tempat yang strategis
dan mudah dicapai.
4. Alat – Alat Pelaksanaan
a. Untuk kelancaran pekerjaan, sebagai Penyedia Jasa Konstruksi
diwajibkan :
 Mendatangkan bahan – bahan yang diperlukan untuk bangunan
tersebut tepat pada waktunya dengan kualitas yang dapat diterima
direksi.
 Menyediakan tenaga kerja/pembantu lengkap dengan alat – alat yang
diperlukan.
b. Untuk semua Peralatan Kerja harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan
semua peralatan kerja harus dalam kondisi baik dan layak digunakan.
Peralatan kerja yang digunakan harus sesuai dengan pekerjaan yang
dilaksanakan.
c. Semua alat – alat untuk pelaksanaan pekerjaan, baik berupa alat – alat
kecil maupun yang besar, harus disediakan dalam keadaan baik dan siap
pakai sebelum pekerjaan fisik bersangkutan dimulai.
d. Memobilisasi sumber daya manusia, material, dan peralatan sesuai
dengan kebutuhan yang diatur dalam dokumen kontrak
e. Demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa
pada saat akhir kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan
dan perlengkapan dari tanah milik pemerintah atau masyarakat dan
pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula
sebelum pekerjaan dimulai.

5. Susunan Personil Lapangan


a. Penyedia Jasa akan menempatkan personil di lapangan sesuai dengan
data personel manajerial yang cakap dan bertanggung jawab penuh
terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penetapan ini harus dikuatkan dengan
surat pengangkatan resmi dari Penyedia Jasa ditujukan kepada Pemberi
Tugas dan Pengawas serta Pengelola Teknis Proyek.
b. Personil di lapangan yang Penyedia Jasa berikan mempunyai
pengalaman kerja yang sesuai dengan data personel manajerial.
c. Penyedia Jasa juga wajib memberitahukan secara tertulis kepada
Pengelola Teknis Proyek dan Pengawas, Susunan Organisasi Lapangan
lengkap dengan nama dan jabatannya masing-masing.

d. Bila di kemudian hari menurut pendapat Pengelola Teknis Proyek dan


Pengawas, Pelaksana kurang mampu melaksanakan tugasnya, maka
Penyedia Jasa akan memberitahu secara tertulis untuk mengganti
Pelaksana.

6. Jadwal Pelaksanaan
a. Penyedia Jasa wajib membuat Rencana Pelaksanaan secara terperinci
berupa Bar Chart dan S-Curve.
b. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Pengawas setelah SPMK diterima Kontraktor. Rencana Kerja
yang telah disetujui oleh Pengawas akan diserahkan kepada Pemberi
Tugas.
c. Penyedia Jasa wajib memberikan salinan Rencana Kerja yang telah
disahkan oleh Pemberi Tugas, dalam 4 (empat) rangkap kepada Direksi
Teknis yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan (Prestasi
Kerja). Direksi Teknis akan menilai prestasi pekerjaan Penyedia Jasa
berdasarkan grafik Rencana Kerja tersebut.

7. DIVISI 1 – Umum
a. Seksi 1.2 Mobilisasi
Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi adalah semua
kegiatan yang berhubungan dengan transportasi peralatan yang akan
dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan. Penyedia Jasa harus
sudah bisa memperhitungkan semua biaya yang diperlukan dalam
rangkaian kegiatan untuk mendatangkan peralatan dan
mengembalikannya nanti bila pekerjaan telah selesai. Mata pembayaran
yang diterapkan dalam kegiatan mobilisasi dan demobilisasi adalah
Lumpsum.
1) Prinsip Dasar
Lingkup kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam kontrak ini
tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang dilaksanakan,
sebagaimana disyaratkan pada bagian-bagian lain dari dokumen
kontrak, dan secara umum Penyedia Jasa harus memenuhi
ketentuan berikut :
 Mampu memobilisasi sumber daya manusia, material, dan
peralatan sesuai dengan kebutuhan yang diatur dalam dokumen
kontrak.
 Menyediakan lahan yang dapat digunakan sebagai kantor
lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang, dan sebagainya.
2) Mobilisasi Personil
Penyedia Jasa harus memobilisasi personil sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Mobilisasi personil dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. Untuk tenaga
inti harus mengacu pada daftar personel inti (key personnel)
yang dilampirkan dalam berkas penawaran.
 Mobilisasi Kepala Penyedia Jasa (General Superintendant) yang
memenuhi jaminan kualifikasi (sertifikasi) menurut cakupan
pekerjaannya (pembangunan, pemeliharaan berkala, atau
pemeliharaan rutin jalan/jembatan).
 Dalam pengadaan tenaga kerja dengan kemampuan dan
keahlian sesuai dengan yang diperlukan, maka prioritas harus
diberikan kepada pekerja setempat.
3) Mobilisasi Fasilitas Kantor dan Peralatan
Penyedia Jasa harus memobilisasi fasilitas dan peralatan sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut:
 Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/ kendaraan
mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh Dinas Lalu
Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR), Kepolisian dan instansi
terkait lainnya.
 Menyediakan lahan yang diperlukan untuk basecamp
pelaksanaan pekerjaan di sekitar lokasi proyek, digunakan untuk
kantor proyek, gudang dan sebagainya yang telah disebutkan
dalam kontrak.
 Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar
peralatan yang tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi
asal ke lokasi pekerjaan yang akan menggunakan peralatan
tersebut sesuai kontrak.
 Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak
akan digunakan lagi, maka alat berat tersebut segera
dikembalikan.
 Untuk pengangkutan alat – alat berat, maka jembatan diperkuat.
 Penyedia Jasa melaksanakan operasional dan pemeliharaan
kendaraan/peralatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
pabrik pembuatnya dan tidak mencemari tanah dan air.
4) Mobilisasi Material
Penyedia jasa harus memobilisasi material sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut :
 Menyediakan fasilitas quari yang diusahakan dekat dengan
lokasi proyek dan sudah mengikuti aturan perizinan yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan instansi terkait.
 Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi
pelaksanaan fisik.
 Pengajuan izin menggunakan quari kepada Pemerintah Daerah.
 Material yang akan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan
terlebih dahulu diambil contohnya untuk diuji keandalannya di
laboratorium, apabila tidak memenuhi syarat, segera
diperintahkan untuk diangkut ke luar lokasi proyek dalam waktu
3 x 24 jam.
5) Periode Mobilisasi
Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan yang terdaftar harus
diselesaikan sesuai jadwal pekerjaan, dan sudah harus dimulai
selambat – lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung mulai
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
6) Program Mobilisasi
Pelaksanaan mobilisasi harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah penandatanganan kontrak,
Penyedia Jasa melaksanakan Rapat Pra Pelaksanaan (Pre
Construction Meeting/PCM) yang dihadiri Pemilik, Direksi
Pekerjaan, Direksi Teknis dan Penyedia Jasa untuk membahas
semua hal baik teknis maupun non teknis dalam proyek ini.
 Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah PCM, Penyedia Jasa
menyerahkan program mobilisasi (termasuk program perkuatan
jembatan, bila ada) dan jadwal pelaksanaan pekerjaan kepada
Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.
 Program mobilisasi menetapkan waktu untuk semua kegiatan
mobilisasi yang mencakup informasi tambahan sebagai
berikut :
– Lokasi basecamp Penyedia Jasa dengan denah lokasi
umum dan denah rinci di lapangan yang menunjukkan lokasi
kantor Penyedia Jasa, bengkel, gudang, mesin pemecah
batu, UPA, dan laboratorium jika fasilitas tersebut termasuk
dalam kontrak.
– Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal
dari semua peralatan yang tercantum dalam daftar peralatan
yang diusulkan dalam penawaran, serta usulan cara
pengangkutan dan jadwal kedatangannya di lapangan.
– Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang
diusulkan dalam penawaran harus memperoleh persetujuan
dari Direksi Pekerjaan.
– Suatu daftar detail yang menunjukkan struktur yang
memerlukan perkuatan agar aman dilewati alat – alat berat,
berisi usulan metode pelaksanaan dan jadwal.
– Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan
balok (bar chart) yang menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi
utama dan suatu kurva kemajuan untuk menyatakan
persentase kemajuan mobilisasi.
7) Demobilisasi
Kegiatan demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh
Penyedia Jasa pada saat akhir kontrak termasuk pemindahan
semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik
pemerintah atau masyarakat dan pengembalian kondisi tempat kerja
menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.
8) Pengukuran Lokasi Pekerjaan
Penyedia Jasa diwajibkan melakukan Pengukuran Persiapan Lokasi
dengan termasuk dalam pekerjaan pengukuran persiapan ini adalah:
 Pengukuran site plan.
 Pemasangan patok - patok.
 Volume pekerjaan tersebut dalam pasal terdahulu merupakan
batasan minimal yang harus dipenuhi dan dimaksudkan sebagai
garis pelaksanaan dan pegangan Penyedia Jasa.
 Penyedia Jasa Bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan
pekerjaan menurut bentuk ukuran – ukuran dan mutu yang
tercantum dalam rencana kerja dan Syarat – syarat pekerjaan
ini.
 Penyedia Jasa berkewajiban mencocokkan ukuran – ukuran
satu sama lain dan segera melaporkan kepada Direksi bilamana
terdapat ketidak cocokan ukuran – ukuran didalam gambar –
gambar rencana kerja dan Syarat – syarat pekerjaan ini, dan
tidak diperkenangkan membetulkan kesalahan – kesalahan
ukuran/ gambar – gambar sebelum berkonsultasi dengan Direksi
Teknis.
 Apabila terdapat ketidaksesuaian ukuran – ukuran, maka
pengukuran bersama dijadikan patokan.
 Letak titik duga (titik nol) sebagaimana dinyatakan dalam gambar
atau sesuai kesepakatan dalam peninjauan lokasi.
 Titik peil ini harus ditetapkan dengan membuat patok permanen
yang selama dalam pelaksanaan tidak boleh bergesar/berubah.
Untuk selanjutnya patok permanen tersebut harus menjadi dasar
bagi setiap ukuran dan kedalaman.
9) Pembuatan Papan Nama Proyek
Penyedia Jasa diwajibkan membuat papan Nama Proyek ditulis dan
dicetak rapih.

b. Seksi Ls Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi


(SMKK)
1) Pakta Komitmen Keselamatan Konstruksi
 Memenuhi ketentuan Keselamatan Konstruksi;
 Menggunakan tenaga kerja kompeten bersertifikat;
 Menggunakan peralatan yang memenuhi standar kelaikan;
 Menggunakan material yang memenuhi standar mutu;
 Menggunakan teknologi yang memenuhi standar kelaikan;
 Melaksanakan Standar Operasi dan Prosedur (SOP); dan
 Memenuhi 9 (sembilan) komponen biaya penerapan SMKK
2) Penyedia Jasa harus menyiapkan peralatan keselamatan kerja yang
berguna meminimalisir resiko kecelakaan yang terjadi selama
pelaksanaan pekerjaan. Peralatan keselamatan kerja yang
digunakan harus sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan.
Karena Peralatan kerja merupakan kewajiban yang harus dipenuhi
oleh pihak Penyedia Jasa maka dari itu Penyedia Jasa wajib
membuat Rancangan Ketentuan keselamatan Kerja (K3) dalam
pelaksanaannya.
3). Penyediaan sarana pendukung K3, seperti :
 Rambu – rambu K3.
 Papan waktu pelaksanaan pekerjaan.
 Pengurusan Jamsostek.
 Koordinasi pelaksanaan sistem manejemen K3 dengan instansi
terkait.
 Penyediaan Satuan Pengaman Proyek.
 Penetapan Pengendalian Risiko K3 dengan memakai APD
(helm, sepatu safety, sarung tangan,masker,dan kacamata
kerja)
4) Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa
pemeliharaan, Penyedia Jasa bertanggung jawab atas keselamatan
dan keamanan pekerja, material dan peralatan teknis serta
konstruksi.
5) Wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi
dengan memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan
keselamatan kerja yang berlaku (Jamsostek).
6) Menyediakan obat – obatan menurut syarat – syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap
digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan
musibah bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
7). Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu
bekerja dan di lokasi harus disediakan Alat Pelindung Diri (APD)
berupa safety belt, safety helmet, masker/kedok las terutama
untuk dipakai pada pekerjaan yang beresiko tertimpa benda keras.
8) Bilamana terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan yang
memerlukan perawatan serius, Penyedia Jasa harus segera
membawa korban ke Rumah Sakit terdekat dan melaporkan kejadian
tersebut pada Pemberi Tugas.
9) Penyediaan data alamat dan telepon serta nama petugas yang dapat
dihubungi dari instansi terkait, seperti :
 Polsek.
 Koramil.
 Kecamatan.
 Kelurahan.
 Pemadam kebakaran.
 Rumah Sakit atau Poliklinik.
10) Pemantauan dan evaluasi
Pengendalian pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan
mengacu pada kegiatan yang dilaksanakan pada bagian Operasi
keselamatan konstruksi berdasarkan upaya pengendalian pada
bagian Perencanaan keselamatan konstruksi dan Dukungan
keselamatan konstuksi. Peningkatan kinerja keselamatan konstruksi
dilakukan dengan melakukan pemantauan, pengawasan, pelatihan
dan pembahasan rapat SMK3 secara periodik serta dengan
melaksanakan audit secara menyeluruh dimulai pada tahap
pelaksanaan serta penyelesaian proyek.
11) Identifikasi Bahaya
No. Jenis /tipe Pekerjaan Indentifikasi Jenis Bahaya & Risiko Tingkat
K3 Resiko

1 PEKERJAAN PERSIAPAN  Alat terguling saat mobilisasi – 8


(UMUM) luka berat

a. Mobilisasi dan  Kecelakaan lalu lintas saat


Demobilisasi mobilisasi – luka berat

2 PEKERJAAN TANAH  Kecelakaan lalu lintas saat 15


memotong lokasi galian –
a. Galian Biasa luka berat
b. Timbunan Pilihan dari  Terkena alat mesin pemotong –
Sumber Galian luka berat
 Terkena debu material sesak
napas
 Tertabrak alat berat – luka
berat
 Tertabrak Dump Truck - luka
berat

3 PEKERJAAN  Terluka
Tertimpaakibat material
material – luka berat 12
STRUKTUR (serpihan batu besar)
a. Beton Mutu Rendah fc’  Resiko kecelakaan lalu
10 Mpa lintas (tidak dipasang
b. Beton Mutu Sedang rambu, kecelakaan
Fc’25 Mpa pekerja)
c. Baja Tulangan U 24  Terkena debu material –
Polos sesak napas
d. Sandaran (Railing)  Terkena debu material –
e. Pembongkaran sesak napas
Jembatan Kayu
f. Pipa Drainase PVC
diameter 60 mm
4 PEKERJAAN  Terkena debu material – 8
REHABILITASI sesak napas
JEMBATAN  Terkena debu material – sesak
a. Pengecatan pada napas
elemen sandaran dan/atau
pagar pengaman 160
mikron

5 PEKERJAAN ASPAL  Tertabrak alat berat – luka


a. Lapis resap berat
pengikat - aspal cair
 Tertabrak Dump Truck - luka
berat
b. Lataston Lapis Aus
(HRS-WC) (gradasi  Tertimpa material – luka berat 12
senjang/semi
 Tersiram material panas –
senjang)
luka berat/bakar
 Terkena debu material – sesak
napas

6 PEKERJAAN HARIAN &  Terluka akibat material 12


PEKERJAAN LAIN-LAIN (serpihan batu besar)
Patok Pengarah  Resiko kecelakaan lalu
lintas (tidak dipasang
rambu, kecelakaan
pekerja)
 Terkena debu material –
sesak napas
 Terkena debu material –
sesak napas
8. DIVISI 3 – Pekerjaan Tanah
a. Seksi 3.1.(1) Galian Biasa
Pekerjaan galian biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak
diklasifikasikan sebabagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan
(borrow excavation), galian perkerasan beraspal, galian perkerasan
berbutir dan galian beton. Pelaksanaan galian biasa ini prosedurnya
sebagai berikut :
1) Pengukuran dan pemasangan bowplank atau penentuan kedalaman
galian. Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur
theodolit dengan mempedomani hasil rekayasa yang ttelah ditentukan
oleh pihak Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas. Pemasangan
bowplank dilakukan setelah hasil dari pengukuran disetujui ileh pihak
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
2) Penggalian dengan menggunakan Alat Berat
Pekerjaan penggalian dilaksanakan setelah pemasangan bowplank
dalam hal ini penentuan kedalaman galian. Tanah yang digali oleh
Excavator langsung dimuat ke Dump Truck, kemudian diangkut keluar
lokasi proyek.
a. Dasar untuk perhitungan analisa dari pekerjaan ini :
Asumsi :
- Menggunakan alat berat (cara mekanik)
- Kapasitas kerja sesuai kapasitas alat yang disyaratkan
- Kedalaman sesuai petunjuk Direksi Teknis.
b. Urutan kerja/Metode kerja :
- Penggalian tanah dilakukan di sisi kiri dan kanan aspal
eksisting guna memasukan Lapis Pondasi Agregat Kelas B
dan Lapis Pondasi Agregat Kelas A
- Tanah yang digali dikumpulkan umumnya berada disisi jalan
(kiri/kanan jalan)
- Penggalian menggunakan alat berat (Excavator)
- Selanjutnya material hasil galian dimasukan kedalam Dump
Truck
- Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi
proyek sejauh 1 (satu) km atau atas petunjuk Direksi Teknis
dan Konsultan Pengawas.
Gambar 1. Galian Pelebaran Jalan Gambar 2. Metode Galian Tanah

b. Seksi 3.2.2a Timbunan Pilihan Dari Sumber Galian


Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah laterit atau bahan berbutir yang disetujui untuk
pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur
dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi
timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
1) Pengajuan Kesiapan Kerja
 Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan
Seksi dari Spesifikasi ini, Penyedia Jasa harus menyerahkan
pengajuan kesiapan di bawah ini kepada Direksi Pekerjaan
sebelum setiap persetujuan untuk memulai pekerjaan disetujui
oleh Direksi Pekerjaan:
 Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan
permukaan yang telah dipersiapkan untuk penghamparan
timbunan
 Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan
pada permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan
dihampar cukup memadai, bilamana diperlukan.
 Dua contoh masing – masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu
contoh harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan
selama Periode Kontrak
 Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang
diusulkan untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil
pengujian laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat
bahan tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
 Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam
bentuk tertulis kepada Direksi Pekerjaan segera setelah
selesainya setiap ruas pekerjaan, dan sebelum mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan, tidak diperkenankan
menghampar bahan lain di atas pekerjaan timbunan sebelumnya
2). Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
 Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu mempersiapkan
gambar design dari data-data awal yang diambil pada saat joint
survey dan gambar design lokasi ini diajukan dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan terlebih dahulu yaitu dengan gambar
penampang melintang yang menunjukkan elevasi permukaan tiap
titik.
 Sebelum material didatangkan dari quarry yang telah disepakati
bersama – sama dengan Direksi, diadakan pengujian sample
material selected terlebih dahulu. Dan setelah pengujian material
telah disetujui oleh Direksi dan kemudian dituangkan ke dalam
report hasil investigasi dan menjadi pegangan untuk pelaksanaan
pengiriman material untuk pekerjaan.
 Setelah itu, material dari quarry dikirim ke lokasi dengan memakai
dump truk, dan pada lokasi telah tersedia peralatan
penghamparan dan pemadatan serta water tank untuk menjaga
pada saat penghamparan material tetap dalam kadar air yang
telah disepakati bersama dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
 Material dihampar dengan Motor Grader secara per layer dengan
tebal hampar maksimum 20 cm dan kemudian diikuti dengan
pemadatan oleh Vibro Roller yang juga telah disepakati jumlah
lintasan pemadatan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Kemudian, apabila penghamparan dilaksanakan pada saat terik
matahari yang mengakibatkan material menjadi kering dan
terburai oleh hembusan angina maka segera dilakukan
penyiraman air dengan water tank.
 Kemudian setelah penghamparan telah tercapai 200 m’ maka
dilakukan test kepadatan dengan menggunakan alat Sandcone.
 Jika hasil test sudah sesuai lanjutkan pekerjaan lain.
3). Peralatan Yang Digunakan
 Motor Grader
 Vibro Roller
 Dump Truck

9. DIVISI 6 – Perkerasan Aspal


a. Seksi 6.1.(2a) Lapis Perekat - Aspal Cair
Pekerjaan ini digunakan sebagai Lapis Resap Pengikat antara Lapis
Pondasi Agregat Kelas A dengan konstruksi diatasnya, sebelum dilakukan
penyemprotan aspal dipanaskan pada tangki Aspal Sprayer dan dicampur
dengan Karosin setelah aspal mencapai suhu yang telah ditetapkan sesuai
spesifikasi setelah itu aspal Lapis Resap Pengikat disemprotkan ke Lapis
Pondasi Agregat Klas A dengan ketebalan 0,4 s/d 1,3 liter / meter persegi.
Dikerjakan secara mekanik dengan urutan kerja sebagai berikut Aspal dan
minyak Flux dicampur dan dipanaskan sehingga menjadi campuran aspal
cair Permukaan yang akan dilapis dibersihkan dari debu dan kotoran dengan
Air Compresor. Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt Sprayer
ke atas permukaan yang akan dilapis. Angkutan Aspal dan Minyak tanah
menggunakan Dump Truck. Lapis Resap Pengikat ini dilaksanakan
pada daerah badan jalan diatas LPA klas A yang sebelumya dipadatkan
sekali lagi dengan tandem roller sebelum penghamparan HRS Base serta
dibersihkan dengan compressor baru disemprot Lapis Resap Pengikat.
 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal
pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan
lapisan beraspal berikutnya. Dan dihampar diatas permukaan yang
beraspal.
 Tahapan dan Cara Pelaksanaan

Mulai

Pencampuran Aspal & Kerosin Pembersihan Lokasi


Menggunakan Air Compresor

Penyemprotas Campuran
Aspal Cair/Sprayer

Selesai

Gambar 27. Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Resap Pengikat

 Analisa Pengerahan Alat & Material


Alat yang dikerahkan Material yang dikerahkan
 Asphalt Sprayer  Asphalt
 Air Compresor  Kerosin/Minyak Tanah
 Asphalt Distributor  Bahan Lainnya
 Dump Truck
 Alat bantu

 Analisa Pengerahan Personil & K3


Personil yang dikerahkan Aspek K3
 Pelaksana  Memasang Rambu Peringatan :
 Petugas K3L Rambu Peringatan :
 Tenaga Kerja “HATI-HATI ADA PEKERJAAN
PENGASPALAN”
 Menggukana alat pelindung diri
(APD)
- Sarung Tangan
- Helm
- Sepatu Safety
 Pengendalian Mutu
 Mutu yang diharapkan :
Lapisan yang telah terhampar sesuai dengan rencana
 Pengendalian Mutu :
Tiap 200 m ada 5 penampang, masing 1 penampang ada 3 kertas uji

b. Seksi 6.3.(3a) Lataston Lapis Aus (HRS-WC)


Pencampuran dilakukan dengan Asphal Mixing Plant, diangkut dengan
dump truck dan dihampar dengan asphal finisher, dipadatkan dengan
tandem Roller dan Pneumatic Tyre Roller. serta dirapikan oleh pekerja
dengan alat bantu. Dilaksanakan sesuai dengan rencana dan atas
persetujuan pihak Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet
untuk lapis perata, lapis pondasi atau lapis campuran aspal yang
terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur di AMP, serta
menghampar dan memadatkan campuran tersebut diatas pondasi
atau permukaan jalan yang telah disiapkan.
 Tahapan Dan Cara Pelaksanaan
Mulai

Persiapan Alat dan Material

Pencampuran Aspal + Agregat + Filler + Aditif

Pengangkutan Campuran Aspal ke Lokasi

Penghamparan

Pemadatan

Selesai

Gambar. Pelaksanaan Pekerjaan Lataston Lapis Pondasi (HRS-WC)

 Analisa Pengerahan Alat & Material


a) Alat yang digunakan
 AMP+Laboratorium
 Wheel Loader
 Dump Truck
 Asphalt Finisher
 Tandem Roller
 Pneumatic Tire Roller
 Alat Bantu
b) Material yang dikerahkan
 Asphalt
 Agregat Kasar
 Agregat Halus
 Filler
 Kerosin/Minyak Tanah
 Analisa Pengerahan Personil & K3
a) Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3
 Tenaga Kerja
b) Aspek K3 :
 Memasang rambu peringatan
c) Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety
d) Pengendalian Mutu
 Permukaan yang rata sesuai spesifikasi yang disyaratkan
 Elevasi sesuai dengan yang direncanakan
 Campuran aspal sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan
10. Divisi 7 – Struktur
a. Beton Mutu Sedang Fc’ 20Mpa
Minimal dengan kuat tekan silinder fc' = 20 MPa, artinya mempunyai kuat tekan
hancur karakteristik sebesar 20 MPa pada benda uji silinder dengan diameter
150 mm dan tinggi 300 mm, saat umur beton 28 hari. Kuat tekan tersebut di
atas adalah lebih kurang setara dengan mutu beton K-250 pada NI-2, yaitu kuat
tekan hancur karakteristik sebesar 250 kg/cm2 pada benda uji kubus dengan
sisi 150 mm, saat umur beton 28 hari. Kuat tekan karakteristik adalah kuat tekan
beton yang sudah memperhitungkan adanya deviasi secara statistik pada
sejumlah benda uji beton, baik itu silinder maupun kubus, sesuai dengan
SKSNI-T15-1991, atau NI-2-1971 dalam hal benda uji kubus.

Untuk mutu beton fc’ > 20 Mpa atau K250 seluruh komponen bahan beton harus
ditakar menurut berat. Untuk mutu beton fc’ < 20 MPa atau K250 diizinkan
ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga
kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau
kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus ditimbang beratnya secara
terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.

Pihak Kami sekurang-kurangnya dua minggu sebelum memulai pekerjaan


beton membuat adukan percobaan (trial mixes) dengan menggunakan contoh
bahan-bahan beton (semen, agregat, air dan bahan tambahan) yang akan
digunakan nantinya, untuk menunjukkan bahwa campuran tersebut memenuhi
kriteria untuk mencaai mutu kerja kinerja beton yang diisyaratkan.
Urutan pelaksanaan pekerjaan Beton F’c 20 Mpa (K-250) adalah sebagai
berikut :
1. Pengajuan Job Mix Design
2. Trial campuran beton sesuai dengan Job Mix Design
3. Beton secepat mungkin dicorkan setelah pengadukan, dan dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pengendapan agregat maupun
bergesernya posisi tulangan atau acuan. Pengecoran dilaksanakan
secara kontinyu dalam satu elemen struktur atau diantara siar
pelaksanaan (construction joint) yang telah disetujui.
4. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum
acuan/bekisting dan pemasangan baja tulangan selesai diperiksa dan
mendapat persetujuan Manajemen konstruksi. Sebelum pengecoran
dimulai, maka tempat yang akan dicor terlebih dahulu dibersihkan dari
segala kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lainlain) dan dibasahi
dengan air semen.
5. Pengecoran dilakukan secara berlapis dan kontinyu, atau dengan
metode pengecoran yang diusulkan Pihak Kami dan disetujui oleh
Manajemen Konstruksi , dengan memperhatikan cara atau urutan
pengecoran terutama untuk volume pengecoran yang besar (beton
massa), agar tidak terjadi cold joint dan juga menghindari
kemungkinan degradasi atau kerusakan beton akibat panas hindrasi
yang ditimbulkan. Untuk itu, sebelum pengecoran dilaksanakan, Pihak
Kami menyampaikan usaha prosedur pengecoran yang optimum
kepada Manajemen Konstruksi, untuk mendapatkan persetujuan
Manajemen Konstruksi .
6. Selama proses pengecoran, perlu dilakukan uji slump dan pengambilan
contoh benda uji, dengan disaksikan persetujuan dari Manajemen
Konstruksi. Prosedur uji slump, jumlah dan cara pengambilan contoh
benda uji dan contoh cetakannya sesuai dengan SKSNl, dan terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari Manajemen
7. untuk pengecoran dengan mutu beton yang sama, yang diambil minimal
1 buah benda uji setiap 5 m3 pengecoran beton untuk volume
pengecoran yang kurang dari 300 m3, atau minimal 1 buah setiap 10 m3
pengecoran beton untuk volume pengecoran yang lebih dari 300 m3,
dalam bentuk silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
8. Selama pengecoran berlangsung, beton dipadatkan dengan memakai
vibrator, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan
maupun posisi tulangan. Pihak Kami menyediakan vibrator dalam
jumlah yang cukup untuk menjamin efisiensi pekerjaan tanpa adanya
penundaan. Pemadatan beton secara berlebihan sehingga
menyebabkan pengendapan agregat, kebocoran acuan dan lain
sebagainya, dihindarkan.
9. Beton pada umumnya dicor secara berlapis. Lapisan-lapisan ini masing
- masing dipadatkan, dan dijaga sedemikian rupa supaya mempunyai
ikatan yang baik satu sama lain.
10. Beton dirawat (curing) dan dilindungi selama berlangsungnya proses
pengerasan terhadap panas matahari, angin, hujan atau aliran air dan
pengeringan sebelum waktunya.
11. Semua permukaan beton yang terbuka dijaga tetap basah selama
minimal 14 hari, dengan cara menyemprotkan air atau
menggenangkan air pada permukaan beton tersebut, atau dengan cara
lain yang diusulkan Pihak Kami. Metode curing lebih dahulu diusulkan
dan mendapatkan persetujuan Manajemen Konstruksi, sebelum proses
pengerasan beton.
12. Untuk pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan
perlindungan atas beton diperhatikan. Pihak Kami bertanggung jawab
atas retaknya beton karena kelalaian dalam melaksanakan pekerjaan
curing ini.

b. Beton Mutu Rendah Fc’ 10 Mpa


Urutan pelaksanaan pekerjaan Beton F’c 10 Mpa (K-125) adalah sebagai
berikut :
1. Beton secepat mungkin dicorkan setelah pengadukan, dan dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pengendapan agregat maupun
bergesernya posisi tulangan atau acuan. Pengecoran dilaksanakan
secara kontinyu dalam satu elemen struktur atau diantara siar
pelaksanaan (construction joint) yang telah disetujui.
2. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum
acuan/bekisting dan pemasangan baja tulangan selesai diperiksa dan
mendapat persetujuan Manajemen konstruksi. Sebelum pengecoran
dimulai, maka tempat yang akan dicor terlebih dahulu dibersihkan dari
segala kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lainlain) dan dibasahi
dengan air semen.
3. Pengecoran dilakukan secara berlapis dan kontinyu, atau dengan
metode pengecoran yang diusulkan Pihak Kami dan disetujui oleh
Manajemen Konstruksi , dengan memperhatikan cara atau urutan
pengecoran terutama untuk volume pengecoran yang besar (beton
massa), agar tidak terjadi cold joint dan juga menghindari
kemungkinan degradasi atau kerusakan beton akibat panas hindrasi
yang ditimbulkan. Untuk itu, sebelum pengecoran dilaksanakan, Pihak
Kami menyampaikan usaha prosedur pengecoran yang optimum
kepada Manajemen Konstruksi, untuk mendapatkan persetujuan
Manajemen Konstruksi .
4. Selama proses pengecoran, perlu dilakukan uji slump dan pengambilan
contoh benda uji, dengan disaksikan persetujuan dari Manajemen
Konstruksi. Prosedur uji slump, jumlah dan cara pengambilan contoh
benda uji dan contoh cetakannya sesuai dengan SKSNl, dan terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari Manajemen
5. Selama pengecoran berlangsung, beton dipadatkan dengan memakai
vibrator, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan
maupun posisi tulangan. Pihak Kami menyediakan vibrator dalam
jumlah yang cukup untuk menjamin efisiensi pekerjaan tanpa adanya
penundaan. Pemadatan beton secara berlebihan sehingga
menyebabkan pengendapan agregat, kebocoran acuan dan lain
sebagainya, dihindarkan.
6. Beton pada umumnya dicor secara berlapis. Lapisan-lapisan ini masing
- masing dipadatkan, dan dijaga sedemikian rupa supaya mempunyai
ikatan yang baik satu sama lain.
7. Beton dirawat (curing) dan dilindungi selama berlangsungnya proses
pengerasan terhadap panas matahari, angin, hujan atau aliran air dan
pengeringan sebelum waktunya.
8. Semua permukaan beton yang terbuka dijaga tetap basah selama
minimal 14 hari, dengan cara menyemprotkan air atau
menggenangkan air pada permukaan beton tersebut, atau dengan cara
lain yang diusulkan Pihak Kami. Metode curing lebih dahulu diusulkan
dan mendapatkan persetujuan Manajemen Konstruksi, sebelum proses
pengerasan beton.
9. Untuk pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan
perlindungan atas beton diperhatikan. Pihak Kami bertanggung jawab
atas retaknya beton karena kelalaian dalam melaksanakan pekerjaan
curing ini.

c. Baja Tulangan U 24 Polos


Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan
sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

Adapun prosedur pelaksanaan pekerjaan Baja Tulangan BJ U24 :


1. Sebelum penyetelan dan pemasangan baja tulangan dimulai, Pihak
Kami membuat rencana kerja pemotongan dan pembengkokan baja
tulangan (bar bending schedule), yang sebelumnya diserahkan kepada
Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan.
2. Tulangan bebas dari kotoran-kotoran seperti lemak, karet lepas, tanah,
serta bahan-bahan atau kotoran yang bisa mengurangi daya letaknya.
3. Pembengkokan baja tulangan dilakukan secara hati-hati dan teliti,
sesuai dengan aturan dalam SKSNI. Pembengkokan tersebut
dilakukan oleh tenaga yang ahli, dengan menggunakan alat-alat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat, patah dan retak-
retak pada batang baja.
4. Pemasangan dan penyetalan tulangan berdasarkan peil-peil yang
sesuai dengan gambar, dan sudah diperhitungkan mengenai toleransi
penurunannya. Pemasangan dilakukan dengan menggunakan
pengganjal jarak selimut beton (beton decking) untuk mendapatkan
tebal selimut yang sesuai dengan gambar. Apabila hal tersebut tidak
tercantum di dalam gambar atau dalam spesifikasi, maka dapat
dipakai ketentuan dalam peraturan yang berlaku. Yang dimaksud
dengan selimut beton adalah jarak minimum yang terdapat antara
permukaan dari setiap besi beton termasuk begel terhadap permukaan
beton yang terkecil atau terdekat untuk setiap bagian dari masing-
masing pekerjaan beton.

Adapun ketebalan selimut beton minimum yang disyaratkan adalah :


KONDISI Minimum
(mm)
A Seluruh beton yang di cor 75
dan berhubungan langsung dengan
tanah.
B Balok pondasi, pelat pondasi, poer 50
pondasi,
C pondasikolom
Balok, diatasyang
lantaiberhubungan
kerja. atau 50
terkena langsung dengan cuaca.
D Balok, kolom yang tidak berhubungan 40
atau
E tidak
Pelat,terkena langsung beton
dinding dengan cuaca.
yang 40
berhubungan/
terkena langsung dengan cuaca.
F Pelat, dinding beton yang tidak 25
berhubungan
atau tidak terkena langsung

5. Tulangan dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama


pengecoran tidak akan berubah tempatnya.
6. Ketebalan selimut beton dibuat dengan pengganjal yang umum
dipakai dalam praktek, seperti terbuat dari beton (dengan mutu paling
sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor), dengan jumlah
minimum 4 buah setiap m2 cetakan atau lantai kerja, atau seperti yang
diinstruksikan oleh Manajemen Konstruksi, dan tersebar merata.

11. Laporan - Laporan


a. Penyedia Jasa harus menyerahkan laporan - laporan tertulis sesuai
petunjuk Direksi dalam Formulir yang ditentukan.
b. Rencana Kerja Harian, Mingguan dan Bulanan Penyedia Jasa harus
diserahkan pada Direksi. Rencana Mingguan yang sudah disetujui oleh
Direksi setiap akhir Mingguan dan untuk Minggu berikutnya. Rencana
tersebut harus sudah termasuk pekerjaan tanah,pekerjaan konstruksi
lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, pengadaan
bahan, pengangkutan dan peralatan dan lain-lain yang diminta Direksi.
Penyedia Jasa harus menyerahkan rangkap rencana kerja harian secara
tertulis semua kemajuan yang sudah disetujui oleh Direksi setiap hari
maupun untuk hari-hari berikutnya. Rencana kerja harus mencakup
pekerjaan tanah, pekerjaan konstruksi dan kegiatan lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

c. Rapat Bersama Untuk membicarakan Kemajuan Pekerjaan Rapat tetap


antara Direksi dengan Penyedia Jasa diadakan seminggu sekali pada
waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Maksud dari rapat ini
membicarakan kemajuan pekerjaan yang sedang dilakukan,pekerjaan
yang diusulkan untuk minggu selanjutnya dan membahas permasalahan
yang timbul agar dapat segera diperoleh solusinya untuk diselesaikan.
d. Laporan-laporan harus berisi hal-hal sebagai berikut :
 Laporan bulanan, mingguan dan harian yang berisi kemajuan
pekerjaan fisik setiap macam pekerjaan yang tercantum dalam
Anggaran Biaya dan estimasi kemajuan kerja, inventarisasi prasarana
dan sarana harian yang digunakan, personal serta jumlah tenaga
kerja, waktu kerja, persoalan – persoalan yang timbul selama
pekerjaan berlangsung, serta langkah – langkah penyelesaian yang
telah dilakukan
 Gambar shop drawing berisi tentang gambar pengukuran awal
existing sebelum memulai pekerjaan dari titik start project sampai
dengan titik akhir project yang dilakukan bersama dengan tim direksi
teknis/supervisi dan pihak – pihak yang bersangkutan dengan
pelaksanaan pekerjaan tersebut.
 Gambar asbuild drawing berisi tentang gambar pengukuran akhir
pekerjaan setelah selesai dilaksanakan yang dilakukan dan diukur
bersama dengan tim direksi teknis / supervisi.
 Back up data volume berisi tentang volume akhir dari setiap macam
pekerjaan yang tercantum dalam Anggaran Biaya setelah pekerjaan
selesai dilaksanakan yang dilakukan dan diukur bersama dengan tim
direksi teknis/supervisi.
 Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan ini memuat dari hasil pekerjaan
yang telah dikerjakan dan diserahkan sesuai dengan item pekerjaan
pada tim direksi teknis/supervisi.

C. PENUTUP
Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan mengikat
pula :
1. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh
Pemberi Tugas termasuk juga gambar – gambar detail yang diselesaikan oleh
Kontraktor dan sudah disahkan/disetujui oleh pengawas.
2. Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS).
3. Surat Perintah Kerja (SPK).
4. Surat Penawaran beserta lampiran – lampirannya.
5. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule).
6. Kontrak / Surat Perjanjian Pemborongan.
7. Instruksi – instruksi Direksi dan Pengawas.

Anda mungkin juga menyukai