Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan tepat waktu.
Salah satu tujuan kami menulis laporan kerja praktek ini adalah untuk
memenuhi salah satu persyaratan kurikulum bagi mahasiswa program studi
Teknik Sipil Universitas Madura. Laporan yang kami susun ini berdasarkan data-
data yang valid yang diperoleh dari instansi yang berwenang di tempat kami
melakukan praktek kerja lapangan.
1. PT. ASRI KARYA LESTARI dan PT. DUA PUTRI KEDATON (DPK) yang
sudah mengizinkan penulis melakukan praktek kerja lapangan di proyek
pembangunan Jalan dan Jembatan Lingkar Selatan (JLS) Kabupaten Sampang.
2. Bapak Ahmad Fauzi, S.T. selaku pembimbing penulis selama melakukan
praktek kerja lapangan.
3. Bapak Dedy Asmaroni, S.T., M.T., selaku kepala program studi Teknik Sipil
Universitas Madura.
4. Bapak Ahmad Fatoni, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing penulis selama
penyusunan laporan kerja praktek ini.
5. Semua pihak terkait yang penulis temui di tempat praktek kerja lapangan, dan
6. Orang tua serta keluarga besar penulis sebagai pendukung utama segala
kegiatan yang penulis lakukan.
1
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna serta banyak
kesalahan dalam penulisan karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Namun, penulis tetap berharap laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca. Demi kemajuan penulis, penulis juga mengharapkan adanya
masukan berupa saran ataupun kritik yang bersifat membangun. Terima kasih.
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN II - LOGBOOK
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
7
diwilayah kabupaten, serta jalan stratgegis nasional. Pembangunan Jalan
Lingkar Selatan (JLS) menggunakan metode pelaksanaan yang mengacu pada
spesifikasi umum Bina Marga tahun 2018 (revisi 2). Perencanaan Jalan
Lingkar Selatan (JLS) dilakukan dengan menggunakan metode Manual Desain
Perkerasan Jalan Tahun 2017. Pembangunan JLS ini dilakukan agar kendaraan
besar yang melewati Kabupaten Sampang nantinya bisa melewati jalan ini
sehingga mengurangi beban jalan perkotaan.Penelitian ini membahas tentang
konstruksi jalan yang direncanakan menggunakan perkerasan lentur (flexible
pavement). Oleh karena itu, kami membahas mengenai “Metode Pelaksanaan,
Perencanaan, dan Pengawasan Pada Proyek Pembangunan Jalan dan
Jembatan Lingkar Selatan (JLS) Kabupaten Sampang (Studi Kasus: STA
0+250 – STA 0+450)” yang dituangkan ke dalam laporan Kerja Praktek
Lapangan.
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
8
2. Metode Pelaksanaan pekerjaan mengacu pada spesifikasi umum Bina
Marga Tahun 2018 (Revisi 2) untuk pekerjaan konstruksi Jalan dan
Jembatan.
3. Perencanaan perkerasan jalan menggunakan Metode Manual Desain
Perkerasan Jalan Tahun 2017 (Revisi MDP 2017).
4. Tidak membahas waktu, biaya, dan mutu.
5. Metode pengawasan hanya pada spesifikasi pekerjaan.
1. Tujuan
Kegiatan Kerja Praktek ini dilakukan dengan beberapa tujuan, diantaranya:
a. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan pembangunan
Jalan dan Jembatan Lingkar Selatan (JLS) pada sta 0+250 – 0+450.
b. Untuk mengetahui ketebalan lapisan perkerasan dengan pe-
rencanaan menurut Manual Desain Perkerasan (MDP).
c. Untuk mengetahui metode pengawasan pada proyek Pembangunan
Jalan dan Jembatan Lingkar Selatan (JLS).
d. Untuk mengetahui permasalahan dan solusi yang terjadi pada saat
pembangunan jalan berlangsung.
2. Manfaat
a. Memberikan manfaat dalam penerapan teori-teori yang diperoleh
di bangku kuliah dengan praktek yang nyata di dunia kerja dan
masyarakat.
b. Untuk menambah ilmu serta pengalaman agar dapat mengetahui
proses yang diterapkan langsung di lapangan pada proyek
Pembangunan Jalan dan Jembatan Lingkar Selatan (JLS).
c. Untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat
sehingga menghemat waktu perjalanan pengendara dan biaya
operasional kendaraan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
1. Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi
(perkerasan) dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen
sebagai bahan ikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan
diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah.
Pada perkerasan kaku daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari
pelat beton.
2. Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas
tanah dasar yang telah dipampatkan dan menggunakan aspal sebagai
bahan ikatnya. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima
beban lalu-lintas dan menyebarkan ke lapisan di bawahnya.
3. Perkerasan Komposit
Perkerasan komposit adalah kombinasi antara perkerasan kaku dengan
perkerasan lentur. Perkerasan lentur di atas perkerasan kaku, atau
perkerasan kaku di atas perkerasan lentur. (Sukirman, 1992)
B. Spesifikasi Jalan
Pada Pembangunan Jalan dan Jembatan Lingkar Selatan (JLS) ini
digunakan spesifikasi umum Bina Marga tahun 2018 untuk pekerjaan
konstruksi jalan dan jembatan (revisi 2).
C. Jenis Jalan
Jalan sesuai peruntukannya menurut UU RI Nomor 2 tahun 2022
terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan khusus tidak diperuntukkan
bagi lalu lintas umum, tetapi untuk kepentingan lalu lintas sendiri/tertentu
yang diselenggarakan oleh selain Penyelenggara Jalan. Sedangkan jalan
umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelasnya dengan
penjelasan sebagai berikut:
11
1. Jalan umum menurut sistem, antara lain:
a. Sistem jaringan jalan primer, merupakan sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud
pusat-pusat kegiatan.
b. Sistem jaringan jalan sekunder, merupakan sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan. (UU RI Nomor 38
Tahun 2004 tentang Jalan, hal. 6).
2. Jalan umum menurut fungsi, antara lain:
12
kegiatan nasional, antara pusat kegiatan nasional dan pusat
kegiatan wilayah, dan pusat kegiatan nasional dan/atau pusat
kegiatan wilayah dengan bandar udara pengumpul dan pelabuhan
utama.
b. Jalan Provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan
ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan
jalan strategis provinsi yang pembangunannya diprioritaskan
untuk melayani kepentingan provinsi berdasarkan pertimbangan
untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan
keamanan.
c. Jalan Kabupaten, merupakan jalan kolektor dan jalan lokal dalam
sistem jaringan jalan primer (tidak termasuk Jalan Nasional dan
Jalan Provinsi) yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar
ibukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan pusat desa, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal,
antar desa, dan poros desa. Jalan ini juga meliputi jalan umum
dalam sitem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten
serta jalan strategis kabupaten.
d. Jalan Kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan
antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang
berada di dalam kota, dan merupakan jalan poros desa dalam
wilayah kota.
e. Jalan Desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan
kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa serta jalan
lingkungan di dalam desa. (UU RI Nomor 38 Tahun 2004, hal. 8).
13
4. Jalan umum menurut kelas
a. Jalan Kelas I
Jalan kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.550 mm,
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm, ukuran tinggi tidak
melebihi 4.200 mm, dan ukuran muatan sumbu terberat sebesar 10
ton.
b. Jalan Kelas II
Jalan kelas II adalah jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan
yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.550 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm,
ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 mm, dan ukuran muatan sumbu
terberat sebesar 8 ton.
14
D. Struktur Perkerasan Jalan Lentur
Gambar struktur perkerasan lentur sebagai berikut:
15
2. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Lapis pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara
lapis permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar
bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah). Bahan-bahan untuk
lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk
digunakan sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan
dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan
teknik.
16
Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:
17
E. Lapisan Aspal
Gambar lapisan aspal terdapat 3 lapisan, sebagai berikut :
https://dwikusumadpu.wordpress.com/2014/02/09/mengenal-konstruksi-lapisan-
aspal/)
18
2. Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC)/Lapis Aspal Beton Lapis
Antara
AC-BC merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah lapisan
aus dan diatas lapisan pondasi. Lapisan ini tidak berhubungan
langsung dengan cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan
keakuan yang cukup untuk mengurangi tegangan/regangan akibat
beban lalu lintas yang akan diteruskan ke lapisan di bawahnya yaitu
Base dan Sub Grade (Tanah Dasar). Karakteristik yang terpenting
pada campuran ini adalah stabilitas.
F. CTB
Cement Treated Base (CTB) adalah salah satu lapisan perkerasan
dalam pembangunan jalan yang materialnya berasal dari campuran agregat
halus dan kasar, air, serta semen. Campuran ini kemudian diolah
menggunakan alat khusus yang biasanya disebut dengan Batching Plant
sehingga hasilnya berupa beton setengah basah atau biasa disebut dengan
semi beton karena CTB memiliki kadar air yang tergolong minimum dan
mutu beton yang rendah.
19
Pada Manual Perkerasan Jalan (REVISI Juni 2017) Nomor
04/SE/Db/2017, dijelaskan juga bahwa CTB merupakan campuran agregat
berbutir dengan semen dan air dalam proses tertentu, dan digunakan
sebagai lapis pondasi. Lapis pondasi untuk jalan yang melayani lalu lintas
sedang dan berat disarankan menggunakan CTB karena dapat menghemat
secara signifikan dibandingkan dengan lapis pondasi berbutir. Biasanya
digunakan untuk dasar perkerasan jalan tol, jalan raya, area parkir, bandar
udara, tempat penumpukan material, dan gudang.
20
G. Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Jalan Lentur dengan Metode
Manual Desain Perkerasan Jalan Tahun 2017
Perencanaan tebal lapis perkerasan jalan lentur dengan menggunakan
metode Manual Desain Perkerasan Jalan (REVISI Juni 2017) Nomor
04/SE/Db/2017 adalah:
1. Umur Rencana
21
Umur rencana untuk perkerasan baru dinyatakan pada Tabel 2.1
berikut ini.
Umur
Jenis
Elemen Perkerasan Rencana
Perkerasan
(tahun)
Lapisan aspal dan lapisan berbutir 20
Fondasi Jalan
Semua perkerasan untuk daerah yang tidak
dimungkinkan pelapisan ulang (overlay),
seperti:
Perkerasan jalan perkotaan, underpasss, jembatan,
lentur terowongan.
Semua perkerasan untuk daerah yang tidak 40
dimungkinkan pelapisan ulang (overlay),
seperti:
jalan perkotaan, underpasss, jembatan,
terowongan.
Perkerasan Lapis fondasi atas, lapis fondasi bawah, lapis
kaku beton semen, dan fondasi jalan.
Jalan tanpa Minimum
Semua elemen (termasuk fondasi jalan)
penutup 10
Sumber: MDP 2017 No. 04/SF/Db/2017 (Umur Rencana 2-1)
22
2. Analisis Lalu Lintas
a. Volume Lalu Lintas
Parameter yang penting dalam analisis struktur
perkerasan adalah lalu lintas yang diperlukan untuk
menghitung beban lalu lintas rencana yang dipikul oleh
perkerasan selama umur rencana. Beban dihitung dari volume
lalu lintas pada tahun survei yang selanjutnya diproyeksikan
kedepan sepanjang umur rencana. Volume tahun pertama
adalah volume lalu lintas sepanjang tahun pertama setelah
perkerasan diperkirakan selesai dibangun atau di-rehabilitasi.
23
terdapat kesalahan data, harus dilakukan perhitungan lalu
lintas khusus sebelum perenanaan akhir dilakukan.
c. Jenis Kendaraan
Sistem klasifikasi kendaraan dinyatakan dalam
Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas (Pdt-19-2004-B).
beban gandar kendaraan penumpang dan kendaraan ringan
sampai sedang cukup kecil sehingga berpotensi menimbulkan
kerusakan struktural pada perkerasan. Hanya kendaraan niaga
dengan jumlah roda enam atau lebih yang perlu diperhitung-
kan dalam analisis.
24
d. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas
Faktor pertumbuhan lalu lintas berdasarkan data-data
pertumbuhan series (historical growth data) atau formulasi
korelasi dengan faktor pertumbuhan lain yang berlaku. Jika
tidak tersedia data, maka Tabel 2.3 dapat digunakan (2015-
2035).
Rata-rata
Jawa Sumatera Kalimantan
Indonesia
Arteri dan
4,80 4,83 5,14 4,75
perkotaan
Kolektor
3,50 3,50 3,50 3,50
rural
Jalan desa 1,00 1,00 1,00 1,00
Sumber: MDP 2017 No. 04/SF/Db/2017 (Lalu Lintas 4-2)
25
e. Lalu Lintas Pada Lajur Rencana
Lajur rencana adalah salah satu lajur lalu lintas dari
suatu ruas jalan yang menampung lalu lintas kendaraan niaga
(truk dan bus) paling besar. Beban lalu lintas pada lajur
rencana dinyatakan dalam kumulatif beban gandar standar
(ESA) dengan mem-perhitungkan faktor distribusi arah (DD)
dan faktor distribusi kendaraan niaga (DL).
26
f. Faktor Ekuivalen Beban/VDF (Vehicle Damage Factor)
Dalam desain perkerasan, beban lalu lintas dikonversi
ke beban standar (ESA) dengan menggunakan Faktor Ekivalen
Beban (Vehicle Damage Factor). Analisis struktur perkerasan
dilakukan berdasarkan jumlah kumulatif ESA pada lajur
rencana sepanjang umur rencana.
27
Tabel 2.5 Nilai VDF masing-masing jenis kendaraan niaga
28
g. Beban Sumbu Standar Kumulatif/CESAL (Cummulative
Equi-valent Single Axle Load)
Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative
Equivalent Single Axle Load (CESAL) merupakan jumlah
kumulatif beban sumbu lalu lintas desain pada lajur desain
selama umur rencana.
29
Tabel 2.6 Pemilihan Jenis Perkerasan
30
4. Desain Pondasi Jalan
Dalam mendesain pondasi jalan, penentuan daya dukung tanah dasar
secara akurat dan desain pondasi perkerasan merupakan syarat penting
untuk menghasilkan perkerasan berkinerja baik. Oleh sebab itu,
persiapan tanah dasar yang benar mutlak dilakukan dan dengan
demikian harus menjadi perhatian kontraktor pelaksana dan pengawas
lapangan supaya menghasilkan pondasi jalan yang baik dan memenuhi
standar.
31
Tabel 2.7 Bagan Desain Perkerasan Lentur Opsi Biaya Minimum Dengan CTB
F1² F2 F3 F4 F5
Untuk lalu lintas di bawah
Lihat Bagan Desain 4 untuk alternatif
10 juta ESA5 lihat bagan
perkerasan kaku
desain 3A - 3B dan 3C
Repetisi beban sumbu
kumulatif 20 tahun pada > 10 - 30 > 30 - 50 > 50 - 100 > 100 - 200 > 200 - 500
lajur
Jenis permukaan berpengikat AC AC
Jenis lapis Fondasi Cement Treated Base (CTB)
AC WC 40 40 40 50 50
AC BC 60 60 60 60 60
AC BC atau AC Base 75 100 125 160 220
CTB 150 150 150 150 150
Fondasi Agregat Kelas A 150 150 150 150 150
32
H. Metode pengawasan
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai interaksi langsung antara
individu-individu dalam organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan
organisasi.
1. Fungsi pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan salah satu dari fungsi
manajemen dimana kegiatan ini harus dilakukan secara terus menerus
atau secara berkala, selama proses pelaksanaan berjalan dalam rangka
menentukan tingkat keberhasilan baik dalam pelaksanaan maupun
perencanaan.
33
pengawas melalui sistem kontrak. Ada dua macam tugas konsultan
supervisi :
a. Assistance Concept
Konsultan sebagai pembantu pemimpin proyek dan memberikan
advice untuk tindakan supervisi.
b. Task Concept
Sebagai Direksi/Engineer yang melakukan tugas supervisi
langsung kepada kontraktor, sebagaimana diatur dalam kontrak.
Tugas dan Tindakan pengawasan tidak berarti hanya
menyalahkan orang lain, tetapi juga mencarikan dan memutuskan
alternatif terbaik dalam tindakan pencegahan dan perbaikan atas
ketidaksesuaian yang terjadi. Harus dipahami bahwa tidakan
pengawasan tidak hanya bersifat check dan monitoring, tetapi juga
merupakan Tindakan mengenai adanya jangkauan yang lebih luas
dalam pengendalian. Pada dasarnya pengawasan memiliki dua fungsi
yan sangat penting yaitu:
a. Fungsi pemantauan
Dengan pemantauan yang baik terhadap semua kegiatan proyek
akan memaksa unsur-unsur pelaksana untuk bekerja secara cakap
dan jujur. Pemantauan yang baik akan menjadi motivasi utama
untuk mencapai performa yang tinggi, misalnya dengan memberi
penjelasan kepada pekerja mengenai apa saja yang harus mereka
lakukan untuk mencapai performa yang telah dicapainya, seingga
masing-masing mengetahui sejauh mana prestasi yang telah
dicapai.
b. Fungsi manjerial
Pada proyek-proyek yang komplek dan mudah terjadi perubahan
(dinamis) pemakaian pengendalian dan sistem informasi yang
baik akan memudahkan manajer untuk segera mengetahui
bagian-bagian pekerjaan yang mengalami kejanggalan atau
34
memiliki performa yang kurang baik. Dengan demikian dapat
segera dilakukan usaha untuk mengatasi atau menimalkan
kejanggalan tersebut. (Modul Tata Cara Pengawasan, Pusdiklat
SDA Dan Konstruksi, hal 1-3).
35
BAB III
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
36
Gambar 3.1 Penghamparan CTB
37
B. Pengujian Core Drill dan Sand Cone
Uji core drill bertujuan untuk mengetahui ketebalan lapisan CTB
dan dilakukan pengecekan apakah ketebalan sesuai dengan yang di-
rencanakan. Pengujian ini juga berfungsi untuk mengetahui karakteristik
campuran perkerasan. Pengujian tersebut akan dilakukan saat usia lapisan
CTB berumur minimum 7 hari dan telah dilakukan curing.
Sampel diambil dengan mesin core drill dengan motor listrik dan
diberi label sesuai dengan lokasi pengambilan sampel.
38
Gambar 3.4 Core Drill Test CTB
39
Gambar 3.6 Penyemprotan Prime Coat
40
Suhu minimal yang diizinkan saat pemadatan awal dengan tandem
roller yaitu sebesar 120℃. Sedangkan untuk pemadatan kedua dengan
pneumatic tire roller suhu yang diizinkan minimal sebesar 110℃
41
Setelah sampel diambil dan diberi label, sampel akan dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan pengecekan dan dialukan pengujian seperti
uji marshal.
42
Gambar 3.10 Penyemprotan Tack Coat
43
Gambar 3.12 Pemadatan AC-BC dengan Tandem Roller
44
Gambar 3.14 Core Drill Test Lapisan AC-BC
45
Gambar 3.16 Pemadatan AC-WC dengan Tandem Roller
46
Gambar 3.17 Core Drill Test AC-WC
K. Pekerjaan Pelengkap
1. Pekerjaan Bahu Jalan
Pekerjaan bahu jalan pada STA 0+250 sampai 0+450 dihampar
saat pekerjaan lapisan AC-WC sudah selesai dilakukan. Agregat
dihampar dengan menggunakan excavator dengan bantuan pekerja.
Tebal bahu jalan disesuaikan dengan tinggi lapisan perkerasan dengan
lebar 0,95 m dan dipadatkan dengan tandem roller sehingga
mendapatkan lebar 1 m. Agregat yang digunakan untuk bahu jalan
adalah agregat kelas B.
47
2. Pekerjaan Marka Jalan
Pekerjaan selanjutnya yang dilakukan pada proyek JLS Kabupaten
Sampang adalah pekerjaan marka jalan. Sebelum cat di aplikasikan
pada lapisan aspal, lapisan aspal dibersihkan terlebih dahulu meng-
gunakan sapu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Marka
diaplikasikan pada lapisan aspal dengan mnggunakan mesin
aplikator/sepatu marka dengan ukuran yang disesuaikan dengan
spesifikasi teknis ketebalan, lebar, dan panjang.
48
BAB IV
49
Nilai beban sumbu standar kumulatif atau CESAL dari data
perhitungan perencanaan proyek konstruksi pembangunan JLS di
sajikan pada Tabel 4.2 berikut ini.
Umur
Jenis
Elemen Perkerasan Rencana
Perkerasan
(tahun)
Lapisan aspal dan lapisan berbutir 20
Fondasi Jalan
Semua perkerasan untuk daerah yang tidak
dimungkinkan pelapisan ulang (overlay),
seperti:
Perkerasan jalan perkotaan, underpasss, jembatan,
lentur terowongan.
Semua perkerasan untuk daerah yang tidak 40
dimungkinkan pelapisan ulang (overlay),
seperti:
jalan perkotaan, underpasss, jembatan,
terowongan.
Perkerasan Lapis fondasi atas, lapis fondasi bawah, lapis
kaku beton semen, dan fondasi jalan.
Jalan tanpa Minimu
Semua elemen (termasuk fondasi jalan)
penutup m 10
50
Berdasarkan tabel 2. 3 faktor pertumbuhan lalu lintas pada STA
0+250 sampai 0+450 adalah 4,8% karena ruas jalan tersebut
termasuk ke dalam kelas arteri di daerah Jawa.
Rata-rata
Jawa Sumatera Kalimantan
Indonesia
Arteri dan 4,80
4,83 5,14 4,75
perkotaan
Kolektor
3,50 3,50 3,50 3,50
rural
Jalan desa 1,00 1,00 1,00 1,00
CESAL
ESA4 17.163.084,17
ESA5 21.561.095,84
51
Pemilihan tipe struktur perkerasan ditentukan berdasarkan hasil
dari nilai CESAL4 yang telah ditentukan. Jika nilai CESAL4
sebesar 17.163.084,17, maka jenis perkerasan dapat ditentukan
berdasarkan tabel 2.6 berikut ini.
52
Penentuan tebal lapis perkerasan menggunakan nilai CESAL5.
Berdasarkan tabel 2.7 dan nilai CESAL 5 sebesar 21.261.095,84,
maka diperoleh lapis perkerasan sebagai berikut:
AC-WC = 40 mm
AC-BC = 60 mm
AC Base = 75 mm
CTB = 150 mm
53
F1² F2 F3 F4 F5
Untuk lalu lintas di bawah
Lihat Bagan Desain 4 untuk alternatif
10 juta ESA5 lihat bagan
perkerasan kaku
desain 3A - 3B dan 3C
Repetisi beban sumbu
kumulatif 20 tahun pada > 10 - 30 > 30 - 50 > 50 - 100 > 100 - 200 > 200 - 500
lajur
Jenis permukaan berpengikat AC AC
Jenis lapis Fondasi Cement Treated Base (CTB)
AC WC 40 40 40 50 50
AC BC 60 60 60 60 60
AC BC atau AC Base 75 100 125 160 220
CTB 150 150 150 150 150
Fondasi Agregat Kelas A 150 150 150 150 150
54
Tabel 4.3 Perbandingan Ketebalan Lapisan Perkerasan di Lapangan
dengan Perhitungan Perencanaan
Lapis Pelaksanaan Perhitungan
Perkerasan Lapangan Perencanaan
AC-WC 4 cm 4 cm
AC-BC 6 cm 6 cm
AC Base 8 cm 7,5 cm
CTB 15 cm 15 cm
55
d. Semua pekerjaan persiapan ini dilakukan pada saat kick off meeting
bersama owner, konsultan pengawas dan kontraktor pelaksana.
2. Uraian Teknis Pekerjaan Pengawasan Lapangan
56
b) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika kontraktor pelaksana
tidak memperhatikan peringatan yang diberikan (baik itu teguran
lisan oleh pengawas lapangan maupun surat resmi dari team leader
konsultan pengawas).
c) Memberikan tanggapan atas usul pihak kontraktor pelaksana
(usulan dilapangan, usulan disaat weekly meeting maupun surat
usulan dari kontraktor pelaksana).
d) Konsultan pengawas berhak memeriksa, mengoreksi dan
menyetujui shop drawing yang diajukan kontraktor pelaksana
sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan (sesuai dengan SOP yang
telah disampaikan).
e) Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor
pelaksana agar sesuai dengan kontrak kerja.
f) Menerapkan program K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan) dengan mematuhi ketentuan dan peraturan yang
berlaku.
3. Konsultasi
a. Melakukan konsultasi kepada owner untuk membahas segala
masalah dan persoalan yang timbul selama masa pelaksanaan
pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana.
b. Mengadakan rapat di lapangan secara berkala, dalam satu bulan
dilaksanakan sebanyak empat kali (weekly meeting), setiap weekly
meeting pada minggu pertama setiap bulannya, merupakan bagian
dari monthly meeting. Rapat rutin ini dilaksanakan bersama owner
dan kontraktor pelaksana dengan tujuan untuk membicarakan
masalah dan persoalan yang timbul dalam pelaksanaan
pekerjaan,untuk kemudian membuat risalah rapat (MoM) dan
mengirimkan kepada semua pihak yan bersangkutan, serta sudah
diterima paling lambat 1 hari kemudian.
57
c. Mengadakan rapat diluar jadwal rutin tersebut apabila dianggap
mendesak.
d. Mengendalikan kegiatan konstruksi yang meliputi pengawasan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kuantitas dan kualitas,
serta mengusulkan kepada owner jika terjadi perubahan-perubahan
seta penyesuaian di lapangan untuk memecahkan persoalan yang
terjadi selama pekerjaan konstruksi berlangsung.
e. Membantu Owner untuk memeriksa dan memberi keyakinan jika
kontraktor pelaksana ingin mengajukan value engineering (VE).
f. Pengendalian biaya, mutu, dan waktu pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.
g. Melakukan Koordinasi yang baik antara institusi yang terlibat di
dalam proyek.
h. Melakukan pemeriksaan dan persetujuan tagihan (progress
payment) yang disampaikan oleh kontraktor untuk dievaluasi
sebelum diteruskan kepada owner untuk pembayaran.
4. Laporan
a. Memberikan Laporan dan pendapat teknis administrasi dan teknis
kepada owner, mengenai volume, presentase dan nilai bobot
bagian-bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana.
b. Melaporkan kemajuan pekerjaan (progress report) yang nyata
dilaksanakan dilapangan secara berkala (weekly progress report
dan monthly progress report) dan dibandingkan dengan jadwal
yang telah disetujui (master time schedule).
c. Melaporkan bahan-bahan bangunan yang dipakai, jumlah tenaga
kerja dan alat yang digunakan (disampaikan dalam lampiran
monthly progress report).
d. Memeriksa gambar-gambar kerja tambahan yang dibuat oleh
kontraktor pelaksana (shop drawing) untuk dievaluasi sebelum
diteruskan ke owner untuk mendapat persetujuan.
58
e. Menyampaikan laporan bulanan tentang aktifitas dan
perkembangan kemajuan pekerjaan masing-masing kontraktor
pelaksana yang bekerja di proyek.
5. Dokumen
a. Menerima dan menyiapkan berita acara sehubungan dengan
penyelesaian pekerjaan di lapangan, serta untuk keperluan
pembayaran angsuran.
b. Memeriksa dan menyiapkan daftar volume dan nilai pekerjaan,
serta penambahan atau pengurangan pekerjaan guna keperluan
pembayaran.
c. Mempersiapkan formulir, laporan harian, mingguan dan bulanan,
berita acara kemajuan pekerja, penyerahan pertama dan kedua sera
formulir-formulir lainnya yang diperlukan untuk kebutuhan
dokumen pembangunan, serta keperluan pendaftaran sebagai
bagunan gedung negara.
Spesifikasi Pekerjaan Yang Dilakukan Oleh Konsultan Supervisi
59
2018 Revisi 2. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh hasil
sandcone CTB untuk STA 0+200 yaitu 98,8 %, dilihat dari hasil
pengujian sandcone CTB tersebut bahwa hasilnya sudah
memenuhi persyaratan sesuai dengan Spesifikasi Umum 2018
Revisi 2.
2) Pengujian Core Drill
Pengujian Core Drill merupakan bor berbentuk silinder
yang digunakan untuk membuat lobang di permukaan, terbuat dari
logam dan pada ujung bor biasanya dilapisi dengan berlian atau
karbida. Dengan ketebalan hasil core drill 15 cm yang diukur
melalui 3 sisi, Menurut Spesifikasi Umum 2018 Revisi 2.
b. Perawatan (Curing)
Setelah pemadatan terakhir, penghamparan disiram air
dengan menggunakan water tanker. Untuk perawatan akan ditutup
sementara selama 7 hari.
2. Pekerjaan Pengaspalan
Pekerjaan lapisan aspal terdiri dari tiga lapisan, yaitu AC-Base,
AC-BC, dan AC-WC. Pada setiap lapisan memiliki ketebalan yang
berbeda. AC-Base memiliki ketebalan 8 cm dan lebar jalan 7,7 m, AC-
BC memiliki ketebalan 6 cm dan lebar jalan 7,6 m, dan AC-WC
memiliki ketebalan 4 cm dan lebar jalan 7,5 m serta bahu jalan selebar
± 1 m. Suhu aspal pada saat di AMP 150-160℃, sedangkan suhu aspal
sampai pada lokasi penggelaran 130-140℃, pada saat proses
penghamparan suhu aspal minimal 125℃, yang mengacu pada
panduan yang telah ditentukan ketebalan dan pembuatan Hot Mix yang
sesuai dengan Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Revisi 2.
60
C. Permasalahan dan Solusi
1. Permasalahan
Berdasarkan dari pengamatan selama di lokasi pekerjaan, adapun
masalah yang terjadi di lapangan saat pekerjaan dilakukan adalah:
2. Solusi
Dari permasalahan yang ada, solusi yang bisa dilakukan antara lain:
61
dilakukan seawal mungkin agar CTB bisa sampai di lokasi
pekerjaan sesuai dengan jadwal sehingga pekerjaan CTB bisa
diselesaikan tepat waktu tanpa lembur.
c) Jika akan dilakukan penghamparan lapisan perkerasan lentur,
sebaiknya dilakukan saat musim kemarau sehingga resiko-
resiko akibat cuaca buruk dapat dihindari, seperti hujan, angin
kencang, dan petir. Cuaca buruk tersebut dapat berpengaruh
pada kualitas perkerasan baik untuk lapis pengikat dan perekat
maupun untuk lapis aspal itu sendiri.
d) Agar menghindari pengrusakan yang dilakukan oleh pengguna
jalan yang kebanyakan dari mereka merupakan warga sekitar,
sebaiknya rambu jalan dipasang saat mendekati hari dimana
jalan sudah bisa diakses oleh orang umum.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil pengamatan di lapangan serta perhitungan ulang perencanaan yang
telah dilakukan terhadap pekerjaan perkerasan jalan pada proyek
pembangunan jalan dan jembatan lingkar selatan tepatnya pada STA
0+250 sampai 0+450 yang berada di Kabupaten Sampang dapat
disimpulkan sebagai berikut:
63
2. Perbandingan tebal lapisan perkerasan di lapangan dengan hasil
perhitungan perencanaan ulang
a) Sandcone Test
b) Pengujian Core Drill
2) Perawatan (Curing)
b. Pekerjaan Pengaspalan
Segala pekerjaan lapis perkerasan (CTB – ACWC) pada STA 0+250
sampai 0+450 sesuai dengan spesifikasi.
4. Kendala yang terjadi di lapangan saat pekerjaan penghamparan lapis
perkerasan antara lain:
a. Finisher terjadi overhead
b. Batching plant pada lokasi pekerjaan tidak digunakan
c. Cuaca yang tidak menentu
d. Rambu jalan yang dirusak oleh pengguna jalan yang kebanyakan
merupakan warga sekitar
64
B. Saran
1. Disarankana agar penghamparan lapis aspal baik AC-Base, AC-BC,
dan AC-WC dilakukan saat musim kemarau sehingga kendala cuaca
yang membuat pekerjaan berhenti sementara tidak akan terjadi.
2. Diberikan akses jalan lain sementara untuk masyarakat sekitar agar
segala fasilitas dan pekerjaan pada proyek tersebut tidak dirusak
dikarenakan minimnya pengetahuan tentang proyek konstruksi dan
rambu jalan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Akbar. 2021. Ini Dia Perbedaan Prime Coat dan Tack Coat.
https://jasapengaspalan.co.id/perbedaan-prime-coat-tack-coat/
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2017. Manual Desain Perkerasan Jalan (REVISI
Juni 2017) Nomor 04/SE/Db/2017. Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Jakarta. 235 hal.
Direktorat Jendral Bina Marga. 2020. Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan
Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2). Kementrian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat. Jakarta. 1036 hal.
DPUPKP Kabupaten Kulon Progo. 2022. Apa Itu Cement-Treated Base (CTB)?.
https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/790/apa-itu-cement-treated-base-
ctb#:~:text=Cement%2DTreated%20Base%20(CTB),kekuatan%20dan
%20ketahanan%20yang%20lebih
66
Pedoman Konstruksi dan Bangunan. 2004. Survai Pencacahan Lalu Lintas
dengan cara Manual. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Jakarta. 36 hal.
Undang Undang Republik Indoneisa Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
67
LAMPIRAN
68
LAMPIRAN I – SHOP DRAWING
69
70
LAMPIRAN II -
LOGBOOK
71
72