Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi merupakan salah satu bagian dari kebutuhan dankepentingan manusia yang
disebabkan adanya perpindahan obyek darisuatu tempet ke tempat yang lain, baik berupa
manusia maupun barangyang semakin harinya bertambah. Jalan merupakan prasarana
perhubungandarat yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Kondisi jalan
yang baik akan memperlancar lalu lintas barang dan jasa. Oleh karena itu, diperlukan suatu
pembangunan dan peningkatan jalan guna memperlancar lalu lintas sekitar.Dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan suatu daerah, maka kebutuhan pada
daerah tersebut pun akan bertambah juga,oleh karena itu diperlukan pembangunan jalan.
Pembangunan jalan didaerah Marosi Sumba Barat merupakan jalan yang dilaksanakan10 km.
Dengan adannya pembangunan jalan tersebut dapat menunjang kelancaran transportasi dan
perekonomian yang mempermudah menuju daerah tersebut. Jalan tersebut nantinya termasuk
jenis jalan arteri, yang merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dan
kecepatan rata-rata tinggi.
Proyek pembangunan jalan daerah Marosi Sumba Barat menggunakan lapisan aspal HRS
BASE- BC - WC dengan panjang 10 km yang terdiri dari 2 jalur dengan lebar jalan 5 meter
dan lebar bahu jalan 1 meter. Pembangunan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum, yang
meliputi pemeliharan, peningkatan dan pembangunan jalan khususnya jalan baru.
Pembangunan jalan tersebut dilakukan agar dapat digunakan masyarakat untuk melitas di
karenakan tidak memiliki jalan untuk kendaraan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dalam melakukan kerja praktek yaitu untuk :
1. Menambah ilmu pengetahuan yang di dapat selama kerja praktek yangdapat diterapkan di
perkuliahan
2. Mendapatkan pengalaman agar dapat siap menghadapi lingkungan kerja.
3. Mendapatkan informasi tahapan pelaksanaan pada paket pembangunan jalan Marosi
Sumba Barat

1.3 Batasan Masalah


Dalam pembuatan laporan ini, hanya membatasi mengenai pekerjaan pelapisan aspal
berupa HRS-Base – HRS-BC, HRS-WC, pada proyek pembangunan jalan akses jalan Marosi
Sumba Barat. Pembatasan masalah ini dikarenakan terbatasnya waktu, sehingga hanya
mengambil sebagian kecil dari pekerjaan proyek tersebut.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, mengenai data-datasebagai bahan penyusun
laporan di peroleh dari :
1. Studi Pustaka
- Berdasarkan hasil studi dan dokumentasi atau buku-buku referensi bidang teknik baik
berupa buku cetak maupun e-book yang berhubungan dengan masalah konstruksi
jalan raya
- Dokumen-dokumen proyek yang berhubungan dengan system administrasi,
perencanaan dan pendanaan proyek.

2. Studi Lapangan
- Pengamatan langsung di lapangan (observasi).
- Penjelasan lisan maupun tertulis dari pelaksana proyek.
- Tanya jawab langsung dengan pelaksana proyek.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan terdiri dari bab-bab yang tebagi menjadi beberapa sub bab, yang
penguraiannya sebagai berikut.
 Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup masalah,
metode pengumpulan data, sistematika penulisan.

 Bab II Umum
Bab ini terdiri dari uraian proyek, data kegiatan proyek (baik data umum maupun data
teknis proyek), uraian struktur organisasi proyek.
 Bab III Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan uraian singkat mengenai jalan, aspal serta menjelaskan juga
bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan proyek di lapangan.

 Bab IV Pembahasan
Bab ini membahas mengenai teknis pelaksanaan pekerjaan aspal HRS-Base,HRS-
Binder Course dan HRS- Wearing Course. Campuran Aspal, Karakteristik
Material,Berapa ketebalan Aspal,Setiap Lapisan menggunakan Perekat apa,Berapa
kali truk mengisi saat dihamparnya aspal, menentukan tebal jalan.

 Bab V Kesimpulan dan Saran


Bab ini merupakan penutup dari semua pembahasan yang berisi kesimpulan dan saran
dari laporan yang sudah dibuat.
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Uraian Proyek


Pekerjaan yang dilaksanakan dalam proyek ini adalah lapis pondasi yang terdiri dari
agregat kelas B dan agregat kelas A, perkerasan aspal HRS-Base dengan karakteristik
material Hotbin 1: Pasir (507,2 kg), Hotbin 2: Abu Batu ( 463,2 kg), Hotbin 3: Batu
Pecah ½ (282,8 kg), Hotbin 4: Batu Pecah ¾ (197,9 kg).

2.2 Data Kegiatan

2.2.1 Data Umum Proyek

Nama Kegiatan : Pelaksanaan dan Peningkatan Jalan Simpang Patilia


Marosi Sumba Barat.

Paket Kegiatan : Pembangunan Jalan Simpang Patilia Marosi Sumba Barat.

Lokasi Kegiatan : Jl. PATIALA-MAROSI, Kel Wailiang, Kec. Kota


Waikabubak, Kab. Sumba Barat.

Panjang Fungsional : 10 km

Panjang Efektif : 5.246 km

Tahun Anggaran : 2021

No SPMK : PUPR.600/002/PPK.BM/SP/FISIK/2021

Tanggal SPMK : 9 Mei 2021

Waktu Pelaksanaan : 480 Hari Kalender

Waktu Pemeliharaan : 200 Hari Kalender

Periode Kontrak : 9 Mei 2021 s/d 26 Agustus 2021


2.2.2 Data Teknis Proyek

Jenis Pekerjaan : Pembangunan Jalan

Status Jalan : Jalan Nasional

Kelas Jalan : Arteri

Panjang Jalan : 10 km

Lebar Median : 2-3 m

Lebar Bahu :1m

Lebar Jalan :5m

2.2.3 Data Kontraktor Pelaksana

Nama Kontraktor : Hilarius Reda Lete, ST

Nomor Kontrak : 621/1166/Wil.II/PU.BM/X/2014

Nilai Kontrak : Rp. 58.758.284.000

2.2.4 Data Konsultan Pengawas

Nama Konsultan : Victor Imanuel NevastonooNdoen,ST

Nomor Kontrak : 700/3671/KPA/KTR/PWS/2014

Tanggal Kontrak : 20 Juni 2014

Tanggal SPMK : 9 Mei 2021

Nilai Kontrak : 00,-


2.3 Lokasi Proyek

Gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek

2.4 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas


Struktur organisasi proyek merupakan susunan yang terdiri darifungsi-fungsi dan
hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatanuntuk mencapai suatu
sasaran. Penggambaran suatu organisasi dapat dibuat dalam bentuk bagan. Adapun
keuntungan pengguna badan organisasi proyek sebagai berikut :
a. Dapat diperlihatkan karateristik utama dalam organisasi yang bersangkutan.
b. Memperlihatkan gambaran pekerjaan dan hubungan-hubungan yang ada didalam
organisasic.
c. Dapat digunakan untuk merumuskan rencana kerja yang ideal sebagai pedoman
untuk mengetahui siapa untuk mengetahui siapa bawahan dan siapa atasan.

2.4.1 Unit Organisasi Kontraktor Pelaksana


1. Project Manager
a. Melaksanakn pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak.
b. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek awal sampai selesai.
c. Memotivasi seuruh staffnya agar bekerja sesuai dengan ketentuan dansesuai
dengan tugas masing-masing.
d. Mengkoordinir seluruh pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dari mulaiawal
pekerjaan hingga akhir pelaksanaan.
e. Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan proyek baik
teknismaupun non teknis kepada kepala cabang

2. Kepala ADM. dan Keuangan


a. Pembuatan laporan keuangan/laporan kas Bank Proyek.
b. Ketepatan/kelengkapan pengiriman laporan-laporan ke Wilayah (kas bank,
transistoris, daftar hutang dan lain-lain).
c. Melaksanakan verifikasi pemeriksaan bukti-bukti yang akan dibayar.
d. Mengisi data-data kepegawaian dan kepersonaliaan dan lain-lain.
e. Menyimpan data-data kepegawaian karyawan di tingkat proyek.
f. Mengadakan opname kas setiap akhir bulan.

3. Surveyor
a. Melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek.
b. Membuat gambar kerja yang diperlukan dalam proyek.
c. Memberikan dan bertanggung jawab atas semua data-data
pengukuranlapangan.

4. Pelaksana Jalan
a. Melaksanakan pekerjaan harian di lapangan
b. Mengkoordinasikan pekerjaan agar bekerja efektif dan efisien.
c. Melaksanakan pekerjaan harian sesuai dokumen kontrak.

5. Logistik & Gudang


a. Melakukan pembelian barang / alat sesuai dengan tingkatan proyekdengan
mengambil pemasok yang sudah termasuk dalam daftar pemasok terseleksi.
b. Membuat/mengadakan daftar suplier terseleksi / terpakai perorangandan
daftar supplier terpakai badan dari Wilayah serta melaporkannyake Wilayah.
c. Menyediakan tempat yang layak dan memelihara dengan baik,
baranglangsung maupun barang / alat yang dipasok pelanggan.
d. Memberi label keterangan pada setiap barang dan mencatat keluarmasuknya
barang-barang gudang.

6. Mekanik
a. Mengelola peralatan Proyek dan kendaraan sehingga bias menyediakan alat-
alat / kendaraan dalam jumlah yang cukup /memadai pada waktu yang
diperlukan dengan biaya murah.
b. Melakukan pemeliharaan sesuai jadwal pemeliharaan peralatanterhadap alat-
alat berat dan ringan dan pembuatan laporannya.
c. Membuat data pemakaian alat.
d. Mengoperasikan alat yang ada di proyek untuk menunjang pelaksanaan
proyek.
e. Melaksanakan kegiatan kerja di bidang peralatan / kendaraan sesuai dengan
rencana yang disyahkan.

7. Logistik
a. Mengontrol perincian bahan dan peralatan sebagaimana yang
telahdirencanakan.
b. menyimpan serta mengamankan dengan benar terhadap bahan dan peralatan
yang ada di proyek.
c. memonitor dan melaporkan penggunaan sisa bahan dan peralatan yang ada
di proyek.
d. membuat daftar permintaan bahan dan alat sesuai kebutuhan lapangan.
e. melakukan pendataan secara rinci atas kebutuhan bahan dan peralatan
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan adalah bagian jalan yang diperkersa dengan lapis konstruksi tertentu,
yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan sertakestabilan tertntu agar mampu
menyalurkan beban lalu lintas di atasnya ketanah dasar secara aman. Perkerasan jalan
merupakan lapisan perkersan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda
kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama
masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan
jalan sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuantentang sifat, pengadaan
dan pengolahan dari penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan). Perkerasan jalan
terdiri dari beberapa jenis, Perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit
3.1.1 Perkerasan Lentur
Konstruksi Perkersan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkandiatas tanah
dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsimenerima beban lalu
lintas dan menyebarkannya ke lapisan bawah.

Gambar 3.1 Lapisan Perkerasan Lentur

1. Lapis Permukaan
Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.
Fungsi lapis permukaan meliputi:
a. Struktural :
Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh
perkerasan, baik beban vertikan maupun beban horizontal (gaya geser). Untuk
hal ini persyaratan yang di tuntut adalah kuat, kokoh, dan stabil.

b. Non Struktural :
1. Lapis Kedap Air, Mencegah masuknya air kedalam lapisan perkerasan
yang ada di bawahnya.
2. Menyediakan permukaan yang tetap rata agar kendaraan dapat berjalan
dam memperoleh kenyamanan yang cukup.
3. Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak
(skid resistance) yang cukup untuk menjamin tersedianya keamanan lalu
lintas.
4. Sebagai Lapisan aus, yaitu yang dapat aus selanjutnya dapat diganti lagi
dengan yang baru.

Lapis permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi dua lapisan, yaitu:

1. Lapis Aus (Wearing Couse)


Lapis Aus (Wearing Couse) merupakan bagian dari lapis permukaan yang
terletak di atas lapis antara (binder course).

2. Lapis Antara (Binder course).


Lapis Antara (Binder course) merupakan bagian dari lapis permukaan
yang terletak di antara lapis pondasi antara (base course) dengan lapis aus
(wearing course).

3. Lapis Pondasi Atas (Base Course)


Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara
lapis permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan tanah apabila tidak
menggunakan lapis pondasi bawah. Fungsi lapis iniadalah :
a. Lapis Pendukung bagi lapis permukaan.
b. Pemikul beban horizontal dan vertikal.
c. Lapis perkerasa bagi pondasi bawah.

4. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)


Lapisan pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara
lapis pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis ini adalah :
a. Penyebar beban roda.
b. Lapis peresapan.
c. Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis pondasi.
d. Lapis pertama pada pembuatan perkerasan.

5. Tanah Dasar (Subgrade)


Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan
diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari
timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu
sesuai fungsinya, yaitu yang berkenan dengan kepadatan dan daya
dukungnya.
3.1.2 Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement )
Konstruksi perkerasan kaku adalah perkerasan yang ( portland cement ) sebagai
bahan pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah
dasar dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar
dipikul oleh pelat beton.

4.1.3 Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)


Konstruksi perkerasan komposit adalah perkerasan kaku yang dikombinasikan
dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas permukaan kaku,
atau perkerasan kaku di atas perkerasan lentur.

3.2 Kriteria Konstruksi Perkerasan Lentur


Perkerasan lentur mempunyai kriteria dalam konstruksi yang harus di penuhi,
yaitu :
a. Syarat-syarat berlalu lintas
 Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban
dan permukaan jalan, sehingga kendaraan tidak mudah slip.
 Permukaan tidak mengkilap dan silau jika terkena sinar matahari.
 Permukaan yang rata, tidak bergelombang, dan tidak berlubang
 Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah akibat beban
yang berkerja di atasnya
b. Syarat-syarat kekuatan structural dari segi kemampuan jalan mempunyai
syarat kekuatan struktur,yaitu :
 Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan
bawahnya.
 Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh
diatasnya dapat cepat dialirkan.
 Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa
menimbulkandeformasi yang berarti.
 Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan
beban/muatanlalu lintas ke tanah dasar.
4.2 Pengertian Aspal
Aspal beton adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran antara batuan (agregat
kasar dan agregat halus) dengan bahan ikat aspal yang mempunyai persyaratan
tertentu, dimana kedua material sebelum dicampur secarahomogen, harus
dipanaskan terlebih daluhu. Karena dicampur dalam keadaan panas, maka sering
disebut sebagai hotmix. Semua pekerjaan pencampuran hotmix dilakukan di pabrik
pencampuran yang disebut sebagai Asphalt Mixing Plant (AMP). Konstruksi jalan
terdiri dari beberapa lapis, antara lain : subgrade, sub base course, base course, dan
surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk lapis perkerasan jalan juga terdiri
dari beberapa jenis,yaitu : lapis pondasi,lapis aus satu dan lapis pondasi aus dua.

3.3.1 Karateristik Beton Aspal

Dalam proses perencanaan campuran harus memperhatikan karateristik campuran


aspal beton, yang meliputi :

1. Stabilitas
Stabilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampumendukung beban lalu
lintas tanpa mengalami perubahan bentu.Stabilitas campuran diperoleh dari gaya
gesekan antar partikel (internalfriction), gaya penguncian (interlocking), dan gaya
adhesi yang baikantara batuan dan aspal. Gaya gaya tersebut dipengaruhi oleh
kekerasan permukaan batuan, ukuran gradasi, bentuk butiran, kadar aspal, dantingkat
kepadatan campuran.

2. Durabilitas
Aspal beton yang dimaksud agar perkerasan mempunyai dayatahan terhadap cuaca
dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktoryang mendukung durabilitas meliputi
kadar aspal yang tinggi, gradasiyang rapat, dan tingkat kepadatan yang sempurna.

3. Fleksibilitas
Fleksibilitas yang dimaksud adalah kemampuan yang mampumenanggulangi
lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulangtanpa mengalami perubahan
bentuk. Fleksibilitas perkerasan dapatdicapai dengan menggunakan gradasi yang
relatif terbuka dan penambahan kadar aspal tertentu sehingga dapat menambah
ketahananterhadap pembebanan.

4. Kekesatan/Tahanan Gesek (Skid Resistance)


Tahanan gesek yaitu kemampuan permukaan beton aspal, terutama pada kondisi
basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan,sehingga kendaraan tidak
tergelincir, ataupun slip.Faktor-faktor untuk mendapatkan kekesatan jalan sama
denganuntuk mendapatkan stabilitas yang tinggi, yaitu kekasaran permukaandan
butiran-butiran agregat, luas bidang kontak antar butir atau bentuk butir, gradasi
agregat, kepadatan campuran, dan tebal aspal.

5. Ketahanan Terhadap Kelelahan (Fatique Resistance)


Ketahanan terhadap kelelahan yaitu kemampuan beton aspalmenerima lendutan
berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinyakelelahan berupa alur dan retak. Hal
ini dapat tercapai jikamempergunakan kadar aspal yang tinggi.

6. Kedap Air (Impermeabilitas)


Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapatdimasuki air ataupun
udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan udaradapat mengakibatkan percepatan
proses penuaan aspal dan pengelupasanselimut aspal dan permukaan agregat. Jumlah
pori yang tersisa setelah beton aspal dipadatkan dapat menjadi indikator kekedapan
air campuran.Tingkat impermeabilitas beton aspal berbanding terbalik dengan
tingkatdurabilitasnya.
7. Mudah Dilaksanakan (Workability)
Merupakan kemampuan campuran beton aspal untuk mudah dihamparkan dan
dipadatkan. Tingkat kemudahan dalam pelaksanaan menentukan tingkat efisiensi
pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kemudahan dalam proses
penghamparan dan pemadatan adalah viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap
perubahan temperatur, dan gradasi serta kondisi agregat. Revisi atau koreksi terhadap
rancangan campuran dapat dilakukan jika ditemukan kesukaran dalam pelaksanaan.

3.3.2 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari aspal beton


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas aspal beton antara lain :
a. Penimbunan agregat yang dapat menyebabkan terjadinya segredasi dandegredasi
serta kontaminasi, jika tidak mengikuti proses yang benar.
b. Over heating (temperatur pemanasan terlalu tinggi) baik untuk agregat maupun
untuk aspal.
c. Underheating (temperatur pemanasan terlalu rendah) baik untuk agregat maupun
untuk aspal.
d. campuran rencana yang tidak tepat.
e. Agregat yang basah, karena penyimpanan yang tidak benar.
f. Komponen pabrik pencampur mengalami kerusakan yang tidak diketahui.

g. Pengaturan masing-masing komponen tidak memenuhi persyaratan yang diminta.


h. Penimbangan yang tidak terkontrol dengan baik.i. Penghamparan yang kurang baik.
i. Tebal pengahamparan yang terlalu tebal.
j. Pemuatan ke truk pengangkut (dump truck ) yang kurang baik.
k. Alat pemadatan dan proses pemadatan yang tidak baik.
l. Temperatur penghamparan dan pemadatan yang tidak baik.
m. Jangka waktu dari proses pemadatan sampai jalan dibuka untuk lalulintas umum terlalu
cepat.

3.3.3 Jenis Aspal Beton


1. Laston (Lapisan Aspal Beton)
Laston (lapisan aspal beton) merupakan beton aspal bergradasi menerus yang
umum digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalulintas berat. Laston dikenal pula
dengan nama HRS (Hot Rolled Sheet). Karateristik beton aspal yang terpenting dalam
campuran ini adalah stabilitas. Tebal nominal minimun laston yaitu 4-6 cm.
Berdasarkan fungsinya laston mempunyai tiga macam bagian, yaitu :
a. Laston sebagai lapisan aus atau disebut juga dengan HRS-WC (Hot Rolled Sheet
Wearing Course), dengan tebal nominal minimum 4 cm.
b. Laston sebagai lapisan pengikat atau HRS-BC (Hot Rolled Sheet -Binder Course),
dengan tebal nominal minimumnya 5 cm.
c. Laston sebagai lapisan pondasi atau disebut juga dengan HRS-Base(Asphalt
Concrete-Base), dengan tebal nominal minimumnya 6 cm.

2. Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton)


Lataston merupakan aspal beton bergradasi senjang (ukuran butir agregatnya
tidak menerus, atau ada bagian ukuran yang tidak ada, jika ada hanya sedikit),
biasanya disebut juga dengan HRS (Hot Rolled Sheet). Karakteristik aspal beton
yang terpenting pada campuran ini adalah durabilitas dan fleksibilitas. Sesuai
dengan fungsinya lataston memiliki 2 macam campuran, lataston sebagai lapisan
aus dan lataston sebagai lapisan pondasi.

3. Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir)


Latasir adalah aspal beton untuk jalan-jalan dengan lalu lintas ringan, khususnya
untuk daerah yang dimana agregat kasarnya tidak atau sukar diperoleh. Lapisan
ini khusus mempunyai ketahanan alur (rutting) rendah, Latasir biasa disebut
sebagai SS (Sand Sheet) atau HRSS (Hot RolledSand Sheet). Sesuai gradasi
agregatnya, campuran latasir dapatdibedakan menjadi 2 :
a. Latasir kelas A dikenal dengan nama HRSS-A atau SS-A, dengan tebalnominal
minimum HRSS-A yaitu 1.5 cm.
b. Latasir Kelas B dikenal dengan nama HRSS-B atau SS-B dengan tebalminimal
2 cm. Gradasi agregat HRSS-B lebih kasar dari HRSS-A.

4. Lapisan Perata
Lapisan perata adalah aspal beton yang digunakan sebagai lapisan perata dan
pembentuk penampang melintang pada permukaan jalanlama. Semua jenis
campuran aspal beton dapat digunakan, tetapi untuk membedakan dengan
campuran untuk lapisan perkerasan jalan baru. Maka, setiap jenis campuran aspal
beton tersebut ditambah huruf L yang artinya leveling seperti HRS-WC(L), HRS-
BC(L), HRS-Base(L).

5. Split Mastic Asphalt (SMA)


Split mastic asphalt yaitu aspal beton bergradasi terbuka (distribusi butir
agregatnya sedemikian rupa sehingga pori-porinya tidak terisi

Anda mungkin juga menyukai