Anda di halaman 1dari 61

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Peningkatan jalan raya merupakan bagian dari perbaikan sarana
transportasi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya
memperlancar distribusi barang maupun jasa dari suatu wilayah ke wilayah
lainnya. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju
pertumbuhan perekonomian dan peningkatan suatu wilayah. Oleh sebab itu,
pembangunan sebuah jalan harus dapat menciptakan keadaan yang aman bagi
pengendara dan pejalan kaki.
Peningkatan jalan merupakan salah satu hal yang selalu beriringan
dengan kemajuan teknologi dan pemikiran manusia yang menggunakannya,
karena jalan merupakan fasilitas penting bagi manusia agar dapat mencapai
suatu daerah yang ingin dicapai. Jalan sebagai sistem transportasi nasional
mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi,
sosial, budaya dan lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan
pengembangan wilayah agar tercapai suatu keseimbangan dan pemerataan
peningkatan antar daerah.
Pemerintah berusaha memperbaiki fasililitas pelayanan publik dengan
mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan ruas jalan Tegalsari-Klepu
sepanjang 3 Km di wilayah Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Upaya tersebut
diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan transportasi darat di wilayah
Kecamatan Kokap, serta dapat meningkatkan pelayanan transportasi bidang
pariwisata.
Pada proyek peningkatan ruas jalan ini menggunakan jenis perkerasan
lentur (flexible pavement) terdiri dari dua lapis perkerasan yaitu aspal AC-BC
dan aspal AC-WC. Adanya proyek ini diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan prasarana lalulintas, meningkatkan aksesibilitas laju perekonomian
sebagai wilayah pariwisata pegunungan dan cagar alam, serta meningkatkan
tingkat sosial budaya masyarakat di Kabupaten Kulon Progo.

1
1.2 TUJUAN
Tujuan dari kerja praktik (KP) di proyek peningkatan ruas jalan
Tegalsari-Klepu di Kecamatan Kokap Kab. Kulon Progo antara lain :
1.2.1 Tujuan Proyek
a. Memperlancar lalu lintas antar daerah di Kabupaten Kulon Progo.
b. Meningkatkan akses pelayanan dalam melakukan distribusi barang dan
jasa.
c. Meningkatkan pemerataan untuk hasil pembangunan .
d. Mempermudah akses menuju pariwisata yang ada di Kabupaten Kulon
Progo.
1.2.2 Tujuan Kerja Praktik
Tujuan kerja praktik ini adalah penulis dapat mengetahui tahapan–
tahapan pembuatan jalan dari base course hingga perkerasan lentur jalan.
Dimana secara garis besar pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan fondasi
jalan, dan pekerjaan perkerasan lentur jalan (AC-BC dan AC-WC).

1.3 MANFAAT KERJA PRAKTIK


1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh pengetahuan dan menambah wawasan dalam dunia industri
konstruksi sipil secara nyata sebelum akhirnya terjun langsung ke
lapangan.
b. Menambah informasi aktual mengenai dunia konstruksi dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

c. Memahami permasalahan yang terjadi di lapangan secara kritis dan


mengasah skill profesionalisme kinerja di lapangan.
1.3.2 Bagi Universitas
a. Mempererat dan meningkatkan kerja sama antara Universitas sebagai
lembaga pendidikan dengan industri konstruksi serta untuk
memperkenalkan pendidikan di Universitas.
b. Meningkatkan kualitas lulusan Universitas melalui pengalaman Kerja
Praktik dan Universitas lebih dikenal dikalangan industri konstruksi

2
yang nantinya akan memudahkan alumni untuk mencari pekerjaan
setelah lulus.
1.3.3 Bagi Industri Konstruksi
a. Meningkatkan kerja sama antara dunia pendidikan dengan dunia industri
konstruksi, sehingga industri konstruksi tersebut akan lebih dikenal oleh
kalangan akademis.
b. Adanya kritikan-kritikan yang membangun dari mahasiswa yang
melakukan Kerja Praktik yang tentunya sangat bermanfaat untuk industri
konstruksi tersebut.

1.4 RUANG LINGKUP


1.4.1 Ruang Lingkup Proyek
1. Pekerjaan Laboratorium
a. Pekerjaan batching plan cement dan asphalt mixing plant
b. Pekerjaan pengujian mutu beton dan aspal di laboratorium
2. Pekerjaan Konstruksi
a. Pekerjaan cutting dan rissing tanah
b. Pekerjaan pemadatan tanah
c. Pekerjaan lapis fondasi atas (Base Course)
d. Lapis CTB (Cement Treatment Base)
e. Lapis aspal binder AC-BC
f. Lapis aspal wearing AC-WC
3. Pekerjaan Tambahan
a. Pekerjaan perawatan
b. Pekerjaan pemeliharaan
1.4.2 Ruang Lingkup Kerja Praktik
Ruang lingkup pengamatan pada proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-
Klepu, Kokap, Kabupaten Kulon Progo dibatasi oleh waktu kerja praktik (KP)
sehingga pengamatan hanya difokuskan selama 2 bulan. Oleh karena itu objek
pengamatan pada proyek ini terdiri atas:
a. Pekerjaan fondasi atas (base course)
b. Pekerjaan Flexible pavement (Aspal AC-BC dan Aspal AC-WC)

3
1.5 GAMBARAN UMUM PROYEK
Proyek jalan sepanjang 3,00 Km dengan jenis perkerasan lentur (flexibke
pavement) dengan mutu aspal penetrasi 60/70 tebal aspal AC-BC 6 cm dan
aspal AC-WC 4 cm. Jalan ini dilengkapi dengan bahu selebar 1 m pada sisi
kanan dan kiri jalan dan dilengkapi dengan drainase selebar 50 cm.

1.6 LOKASI PROYEK


Proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu terletak di Kel.
Jatimulyo, Kec. Girimulyo, Kab. Kulon Progo yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Purworejo pada sisi barat jalan. Gambar lokasi proyek dapat dilihat
pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek


(Sumber: Google Maps)
Diakses pada hari senin tanggal 19 November 2018 pukul 11:14

4
1.7 DATA PROYEK
1.7.1 Data Umum Proyek
Data umum proyek merupakan kelengkapan data-data administrasi
kontrak selama pelaksanaan proyek. Adapaun data umum dalam proyek
peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu Kab. Kulon Progo antara lain:
a. Perjanjian Kontrak : Paket Peningkatan Jalan Sermo -
Girimulyo
b. Lingkup Proyek : Peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu
Kokap, Kabupaten Kulon Progo
c. Lokasi Proyek : Jalan Tegalsari-Klepu Sta 0+00 sampai
Sta 3+00
d. Pengguna Jasa : PPK. SKPD TP Dinas Pekerjaan Umum,
Perumahan dan Energi Sumber Daya
Manusia D.I. Yogyakrta
e. Konsultan Pengawas : CV Citra Matra Ardhitama JO CV.Cipta
Buana Sejati
f. Kontraktor : PT Arena Reka Buana
g. Nilai Kontrak Fsisik : Rp. 13.267.743.779,19
h. Waktu Pelaksanaan : 28 Mei 2018-23 November 2018
1.7.2 Data Teknis Proyek
Data teknis proyek merupakan data-data berisi karakteristik dari proyek
yang dibangun tersebut. Adapun data dalam Peningkatan ruas jalan Tegalsari-
Klepu, Kokap, Kabupaten Kulon Progo antara lain :
a. Lokasi Proyek : Kecamatan Kokap, Kab. Kulon Progo, D.I.
Yogyakrta
b. Panjang Jalan : 3 Km
c. Lebar Jalan : 5,5 m

1.8 METODE PENGUMPULAN DATA


Metode pengumpulan data menjadi hal yang vital untuk menunjang
keberhasilan pengamatan proyek dilapangan saat melaksanakan kerja praktik

5
dan dalam keberhasilan penyusunan laporan kerja praktik. Penyusun
memperoleh data dengan dua macam metode yaitu pengumpulan data primer
dan metode pengumpulan data sekunder.

1.8.1 Data Primer


Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan di
lapangan selama pelaksanaan kerja praktik. Biasanya data langsung dapat
diperoleh di lapangan langsung, baik pengamatan secara visual maupun dengan
perantara informan. Data ini dapat diperoleh antara lain:
1. Pengamatan langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung
pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut selama masa kerja praktik.
2. Tanya jawab, maupu penjelasan langsung dari pembimbing kerja praktik
di lokasi proyek.
3. Dokumentasi hasil dari pengamatan berupa gambar/foto yang nantinya
dilampirkan dalam laporan kerja praktik dapat dilihat pada lampiran 6
1.8.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk menunjang dan
melengkapi data primer yang telah ada, biasanya data sekunder berbentuk
tulisan (baik huruf maupun angka) yang diperoleh dari tahap perencanaan awal
proyek. Data ini dapat dipeoleh dari Kontraktor pelaksana maupun Konsultan
perencana seperti:
a. Rencana Mutu Kontrak (RMK) dan Rencana Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Kontrak (RK3K) yang dapat dilihat pada lampiran 3
b. Gambar teknis (DED) dan Strip Map proyek dapat dilihat pada lampiran 4
c. Kurva-S dapat dilihat pada lampiran 5

6
BAB 2
DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

2.1 DASAR PERENCANAAN


Dasar perencanaan suatu jalan dimungkinkan adanya perbedaan antara
ahli satu dengan lainnya, tergantung latar belakang kemampuan dan
pengalamannya (Terry G,2007). Perbedaan tersebut harus tidak boleh
menyebabkan gagalnya proses perencanaan. Sebelum sampai tahap pelaksanaan
konstruksi, paling tidak seorang ahli atau perancang telah mempunyai data baik
sekunder maupun primer yang berkaitan dengan pembangunan jalan. Data
tersebut merupakan bahan pemikiran dan pertimbangan sebelum kita
mengambil suatu keputusan akhir. Pada gambar 2.1 berikut ini ditunjukkan
tentang suatu proses tahapan perencanaan yang minimal perlu dilaksanakan.

Proses Output
Analisis Hasil

Input Data Evaluasi

Gambar 2.1 Skema Proses Perencanaan

Data yang diperlukan dapat berupa :


a. Lokasi
1. Topografi
2. Lingkungan : Wilayah sekitar pembangunan
3. Karakteristik tanah dasar
b. Bahan Struktur
1. Karakteristik
2. Ketersediaannya di daerah tersebut
c. Peraturan yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan

7
Pada konstruksi pada proyek Peningkatan Ruas Jalan Tegalsari-Klepu Kab.
Kulon Progo, dasar-dasar perencanaan dan analisis hitungannya mengikuti
peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia dan berdasarka data hasil
pengujian. Peraturan yang digunakan sebagai dasar perencanaan adalah:
a. Spek Umum 2010 Revisi 3, Kementrian Pejerjaan Umum Direktorat
Bina Marga.
b. Peraturan Perencanaan Metode AASHTO 1993.
c. Peraturan Gorong-Gorong SNI 03-3719-2006
d. Peraturan Timbunan Biasa SNI 03-6797-2006
e. Peraturan Timbunan Pilihan SNI 03-1774-2010
f. Tata Cara Pengujian CBR Laboratorium SNI 03-1744-2000
g. Peraturan Pemadatan Agregat Lapis Fondasi SNI-1743-2008
h. Peraturan Uji Penetrasi Aspal SNI 2848-2011
i. Peraturan Pengujian Slump Beton SNI 1972-2008
j. Peraturan Pengujian Kuat Tekan Beton SNI 1974-2011
k. Dan lain-lain yang secara nyata termasuk dalam dokumen atau gambar
kerja, RKS(Rencana Kerja dan Syarat), spesifikasi teknik, berita acara
penjelasan pekerjaan, dan ketentuan lainnya.

2.2 DASAR-DASAR PERANCANGAN


Perkerasan jalan adalah bagian jalan yang diperkeras dengan lapis
konstruksi tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan serta
kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas di atasnya ke
tanah dasar secara aman. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang
terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada sarana transportasi. Selama masa pelayanannya
diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti sehingga perkerasan jalan sesuai
dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan
pengolahan dari penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia Sukirman,
2003). Perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis, perkerasan lentur, perkerasan
kaku, dan perkerasan komposit.

8
2.2.1 Perkerasan Lentur (flexible pavement)
Konstruksi perkersan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di
atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi
menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan bawah

LAPIS PERMUKAAN

LAPIS AUS (WEARING COURSE)


LAPIS PERKERASAN (BINDER COURSE)

LAPIS PONDASI ATAS (BASE COURSE)

LAPIS PONDASI BAWAH ( SUBBASE COURSE)

TANAH DASAR (SUBGRADE)

Gambar 2.1 Lapisan Perkerasan Lentur


(sumber: Tenriajeng, Andi Tenrisuki.(2012).Rekayasa Jalan Raya 2.
Jakarta: Gunadarma)
1. Lapis Permukaan
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.
Fungsi lapis permukaan meliputi:
a. Struktural :
Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh
perkerasan, baik beban vertikan maupun beban horizontal (gaya geser).
Dalam hal ini persyaratan yang dituntut adalah kuat,kokoh, dan stabil.
b. Non Struktural :
 Lapis kedap air, mencegah masuknya air ke dalam lapisan perkerasan
yang ada di bawahnya.
 Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat berjalan
dan memperoleh kenyamanan yang cukup
 Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien
gerak (skid resistance)yang cukup untuk menjamin tersedianya
keamanan lalu lintas.

9
 Sebagai Lapisan aus, yaitu yang dapat aus selanjutnya dapat diganti
lagi dengan yang baru.
Lapis permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi dua lapisan, yaitu:
 Lapis Aus (Wearing Course)
Lapis aus (Wearing Course) merupakan bagian dari lapis permukaan
yang terletak di atas lapis antara (binder course).
 Lapis Antara ( Binder Course)
Lapis antara (Binder Couse) merupakan bagian dari lapis permukaan
yang terletak di antara lapis fondasi atas (base course) dengan lapis aus
(wearing course).
2. Lapis Fondasi Atas (Base Course)
Lapis fondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dan lapis fondasi bawah atau dengan tanah apabila tidak
menggunakan lapis fondasi bawah. Fungsi lapis ini adalah :
a. Lapis Pendukung bagi lapis permukaan.
b. Pemikul beban horizontal dan vertikal.
c. Lapis perkerasa bagi fondasi bawah
3. Lapis Fondasi Bawah (Subbase Course)
Lapisan fondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
fondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis ini adalah :
a. Penyebar beban roda.
b. Lapis peresapan
c. Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis fondasi.
d. Lapis pertama pada pembuatan perkerasan.
4. Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan di
atasnya. Menurut spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari
timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu
sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya
(CBR). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah

10
aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah
yang distabilisasi dan lain lain.
2.2.2 Kriteria Konstruksi Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur mempunyai kriteria dalam konstruksi yang harus di
penuhi, yaitu :
a. Syarat-syarat berlalu lintas
 Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban
dan permukaan jalan, sehingga kendaraan tidak mudah slip.
 Permukaan tidak mengkilap dan silau jika terkena sinar matahari.
 Permukaan yang rata, tidak bergelombang, dan tidak berlubang
 Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah akibat beban
yang berkerja di atasnya
b. Syarat-syarat kekuatan struktural
 Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan
bawahnya
 Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di
atasnya dapat cepat dialirkan.
 Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan
deformasi yang berarti.
 Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan
lalu lintas ke tanah dasar.
2.2.3 Pengertian Aspal
Aspal beton adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran antara batuan
(agregat kasar dan agregat halus) dengan bahan ikat aspal yang mempunyai
persyaratan tertentu, dimana kedua material sebelum dicampur secara homogen,
harus dipanaskan terlebih daluhu. Pencampuran dilakukan dalam keadaan
panas, maka sering disebut sebagai hotmix. Semua pekerjaan pencampuran
hotmix dilakukan di pabrik pencampuran yang disebut sebagai Asphalt Mixing
Plant (AMP).
Konstruksi jalan terdiri dari beberapa lapis, antara lain : subgrade, sub
base course, base course, dan surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk

11
lapis perkerasan jalan juga terdiri dari beberapa jenis,yaitu : lapis fondasi, lapis
aus satu dan lapis fondasi aus dua.
2.2.4 Karateristik Aspal
Proses perencanaan campuran harus memperhatikan karateristik
campuran aspal beton, yang meliputi :
1. Stabilitas
Stabilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu
mendukung beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentu.
Stabilitas campuran diperoleh dari gaya gesekan antar partikel (internal
friction), gaya penguncian (interlocking), dan gaya adhesi yang baik
antara batuan dan aspal. Gaya gaya tersebut dipengaruhi oleh
kekerasan permukaan batuan, ukuran gradasi, bentuk butiran, kadar
aspal, dan tingkat kepadatan campuran.
2. Durabilitas
Aspal yang dimaksud agar perkerasan mempunyai daya tahan terhadap
cuaca dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang
mendukung durabilitas meliputi kadar aspal yang tinggi, gradasi yang
rapat, dan tingkat kepadatan yang sempurna.
3. Fleksibilitas
Fleksibilitas yang dimaksud adalah kemampuan yang mampu
menanggulangi lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang
tanpa mengalami perubahan bentuk. Fleksibilitas perkerasan dapat
dicapai dengan menggunakan gradasi yang relatif terbuka dan
penambahan kadar aspal tertentu sehingga dapat menambah ketahanan
terhadap pembebanan.
4. Kekesatan/Tahanan Gesek (Skid Resistance)
Tahanan gesek yaitu kemampuan permukaan beton aspal, terutama
pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan,
sehingga kendaraan tidak tergelincir, ataupun slip.
Faktor-faktor untuk mendapatkan kekesatan jalan sama dengan
untuk mendapatkan stabilitas yang tinggi, yaitu kekasaran permukaan

12
dan butiran-butiran agregat, luas bidang kontak antar butir atau bentuk
butir, gradasi agregat, kepadatan campuran, dan tebal aspal.
5. Ketahanan Terhadap Kelelahan (Fatique Resistance)
Ketahanan terhadap kelelahan yaitu kemampuan beton aspal menerima
lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya kelelahan
berupa alur dan retak. Hal ini dapat tercapai jika mempergunakan kadar
aspal yang tinggi.
6. Kedap Air (Impermeabilitas)
Kedap air adalah kemampuan aspal untuk tidak dapat dimasuki air
ataupun udara ke dalam lapisan aspal. Air dan udara dapat
mengakibatkan percepatan proses penuaan aspal dan pengelupasan
selimut aspal dan permukaan agregat. Jumlah pori yang tersisa setelah
beton aspal dipadatkan dapat menjadi indikator kekedapan air
campuran. Tingkat impermeabilitas beton aspal berbanding terbalik
dengan tingkat durabilitasnya.
7. Mudah Dilaksanakan (Workability)
Merupakan kemampuan campuran beton aspal untuk mudah
dihamparkan dan dipadatkan. Tingkat kemudahan dalam pelaksanaan
menentukan tingkat efisiensi pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi
tingkat kemudahan dalam proses penghamparan dan pemadatan adalah
viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur, dan
gradasi serta kondisi agregat. Revisi atau koreksi terhadap rancangan
campuran dapat dilakukan jika ditemukan kesukaran dalam
pelaksanaan.
2.2.5 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari aspal beton
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas aspal antara lain :
a. Over heating (temperatur pemanasan terlalu tinggi) baik untuk agregat
maupun untuk aspal.
b. Underheating (temperatur pemanasan terlalu rendah) baik untuk
agregat maupun untuk aspal.
c. Campuran rencana yang tidak tepat.
d. Agregat yang basah, karena penyimpanan yang tidak benar.

13
e. Komponen pabrik pencampur mengalami kerusakan yang tidak
diketahui.
f. Pengaturan masing-masing komponen tidak memenuhi persyaratan
yang diminta.
g. Penimbangan yang tidak terkontrol dengan baik.
h. Penghamparan yang kurang baik.
i. Tebal pengahamparan yang terlalu tebal.
j. Pemuatan ke truk pengangkut (dump truck) yang kurang baik.
k. Alat pemadatan dan proses pemadatan yang tidak baik.
l. Temperatur penghamparan dan pemadatan yang tidak baik.
m. Jangka waktu dari proses pemadatan sampai jalan dibuka untuk lalu
lintas umum terlalu cepat.

14
BAB 3
MANAJEMEN PROYEK

3.1 STRUKTUR ORGANISASI PROYEK


Pengorganisasian merupakan suatu kebutuhan yang penting, karena
tugas tanpa organisasi yang teratur tentu akan mempersulit perkembangan suatu
organisasi tersebut. Berbagai alasan utama diperlukan organisasi proyek antara
lain adalah untuk menjaga keseimbangan antara tujuan yang saling bertentangan
dari pihak-pihak yang saling berkepentingan di dalam organisasi misalnya:
antara pemilik dan karyawan, konsumen, asosiasi perdagangan, masyarakat dan
pemerintahan. Setiap perusahaan, misalnya: penerapan dari fungsi-fungsi
kondisi lingkungan yang dihadapi oleh masing-masing dari perusahaan itu.
Pengertian manajemen secara praktis adalah suatu proses kegiatan
manusia dalam menggunakan uang, bahan, dan sumber daya lainnya serta
peralatan, untuk mencapai suatu tujuan yang terbaik dituangkan dalam wadah,
untuk mencapai sasaran dalam batas ruang, dan waktu, dengan menggunakan
metode yang sistematis agar tercapai daya guna dan tepat guna yang sebesar-
besarnya (Robbins 2007).
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola
tetap hubungan. Hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian ataupun posisi
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.
Sistem pengolahan suatu proyek adalah merupakan bagian penting untuk
mencapai keberhasilan yang optimum. Oleh karena itu para pengambil
keputusan atau pengendali proyek harus jeli menetapkan suatu sistem
pengolahan yang efektif, efisien dan ekonomis, dengan hasil memenuhi
persyaratan yang berlaku.
Sistem yang efektif, efisien dan ekonomis ini para pengendali suatu
proyek dituntut agar dapat menciptakan suatu hubungan kerja yang harmonis
sehingga akan tercipta hubungan yang saling tekait dan saling menunjang antara
satu dengan yang lainnya. Pembangunan suatu proyek dapat dikatakan berhasil

15
apabila dalam pelaksanaan dan hasil dari pekerjaan tersebut dapat
dipertanggung jawabkan dari segi teknis, ekonomi, dan sosial budaya
3.1.1 Unit Organisasi
3.1.1.1 Pemilik Proyek
Pemilik proyek (owner) adalah suatu badan usaha atau perorangan, baik
pemerintah maupun swasta, yang memberikan pekerjaan serta membiayai
seluruh biaya proyek dalam proses pembangunan. Pemilik proyek peningkatan
ruas jalan Tegalsari-Klepu ini adalah Dinas PUP ESDM Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Hak dan kewajiban pemilik proyek adalah:
1. Menerima dan mengesahkan rencana dan hasil pekerjaan yang akan dan
telah diselesaikan serta layak untuk disetujui dan disahkan.
2. Bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan
oleh pemilik proyek.
3. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia
4. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak
yang telah ditetapkan kepada penyedia.
5. Mengeluarkan surat perintah kerja
6. Memberikan laporan tentang perkembangan proyek kepada pejabat atasan
langsung.
7. Menerima dan mengambil keputusan tentang permasalahan yang terjadi
pada proyek.
Unit Organisasi yang termasuk dalam pemilik proyek adalah sebagai
berikut:
1. Pemilik Proyek
Pemilik proyek adalah pihak yang menginginkan suatu fasilitas proyek,
sekaligus yang menangung pembiayaan proyek yang akan didirikan.
2. Pemimpin Proyek (PIMPRO)
Pemimpin Proyek adalah orang yang diangkat untuk memimpin
pelaksanaan kegiatan proyek, mempunyai hak, wewenang, fungsi serta
bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang dipimpinnya dalam
mencapai target yang telah ditetapkan.

16
a. Mengambil keputusan terakhir yang berhubungan dengan
pembangunan proyek.
b. Menandatangani Surat Perintah Keja (SPK) dan surat perjanjian
(kontrak) antara pimpro dengan kontraktor.
c. Mengesahkan semua dokumen pembayaran kepada kontraktor.
d. Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan
e. Memberikan semua instruksi kepada konsultan pengawas.
3. Bendahara
Bendahara adalah orang yang bertanggung jawab kepada pemimpin
proyek atas pengaturan penbiayaan sesuai dengan peraturan yang berlaku
pada pelaksanaan proyek.
4. Kepala Urusan Teknik
Tugas kepala urusan teknik yaitu:
a. Membantu pelaksana kegiatan dalam mengendalikan proyek sejak
awal kegiatan sampai pelaksanaan kegiatan.
b. Membantu mengevaluasi pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan
sehingga sesuai dengan yang direncanakan.
c. Memberikan saran-saran teknis kepada pelaksanaan kegiatan.
d. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan proyek atas
persetujuan pelaksana kegiatan.
e. Mengumpulkan, meneliti dan mengelola data yang berhubungan
dengan pelaksanaan proyek.
5. Pengawas Lapangan
Pengawas lapangan adalah orang yang melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan apakah sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati
agar dapat memberikan laporan kepada pimpinan proyek mengenai kualitas
material dan peralatan yang digunakan sesuai dengan rencana atau belum.
Tugas dan tanggung jawab pengawas lapangan yaitu :
a. Melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan, sehingga tetap
terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana kerja.
b. Menampung segala persoalan di lapangan dan menyampaikannya
kepada pemimpin proyek.

17
c. Membantu survei dan mengumpulkan data di lapangan.
d. Menjaga hubungan baik dengan instasi serta masyarakat setempat yang
berhubungan dengan pekerjaan.
e. Meneliti laporan bulanan yang diserahkan oleh kontraktor.
6. Pelaksana Kegiatan
Tugas pelaksana kegiatan yaitu :
a. Mengendalikan proyek sejak awal kegiatan sampai selesai pelaksanaan.
b. Memberikan semua instruksi kepada konsultan pengawas.
c. Menyetujui atau menolak pekerjaan tambah kurang
d. Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan
7. Pemegang Administratif Keuangan
Tugas pemegang administratif keuangan yaitu :
a. Meyelenggarakan data-data kearsipan yang berhubungan dengan bukti-
bukti pembukuan keuangan selama pelaksanaan proyek.
b. Bertanggung jawab atas pengelolaan admisinistrasi keuangan proyek.
c. Melaksanakan pembayaran atas persetujuan pelaksana kegiatan serta
menyiapkan surat permintaan pembayaran (SPP).
d. Menyelenggarakan buku kas umum dengan buku-buku pembantunya.
8. Pelaksana Administrasi Keuangan
Tugas pelaksana adminstrasi keuangan yaitu :
a. Mempersiapkan daftar biaya berkaitan dengan rancangan dalam bentuk
batas biaya dan target biaya untuk setiap bagian pekerjaan.
b. Menyelenggarakan sistem administrasi umum dan teknis dalam rangka
memperlancar pengelolaan proyek.
c. Membuat pembukuan arsip-arsip yang berhubungan dengan
pelaksanaan proyek.
d. Melaksanakan pengendalian biaya selama pelaksanaan proyek.
3.1.1.2 Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana adalah orang atau badan yang menerima dan
menyelenggarakan pekerjaan konstruksi, menurut biaya yang telah disediakan,
melaksanakan sesuai dengan syarat dan peraturan yang telah disepakati.

18
Hak dan kewajiban kontraktor:
1. Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
harga yang telah ditentukan dalam kontrak.
2. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada pemilik
proyek
3. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan yang telah di tetapkan dalam kontrak.
4. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat
dan penuh tanggungjawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-
bahan, peralatan, angkutan ke atau dari lapangan dan segala pekerjaan
permanen maupun sementar yang diperlukan untuk pelaksnaan,
penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang dirinci dalam kontrak.
5. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk
pemeriksaan pelaksanaan yang telah dilakukan oleh pemilik proyek.
6. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan
pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak.
7. Mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi
lingkungan tempat kerja dan membatasi kerusakan dan gangguan
kepada masyarakat maupun pemiliknya akibat kegiatan pelaksana.

Unit Organisasi yang termasuk dalam kontraktor pelaksana adalah


sebagai berikut:
1. Site Enginee Manager (SEM)
SEM bertugas memimpin unit engineering dan berwewenang mengelola
urusan yang menyangkut fungsi perencanaan teknik dan pengendalian
seperti:
a. Perencanaan gambar kerja
b. Perencanaan schedule yaitu jadwal pelaksanaan, jadwal bahan, jadwal
peralatan dan jadwal tenaga kerja
c. Perencanaan kesehatan dan keselamatan kerja
d. Pemilihan subkontraktor

19
e. Membandingkan seluruh perencanaan dengan realisasi hasil yang telah
dicapai.
2. Site Operation Manager (SOM)
SOM bertugas dalam memimpin unit operasi lapangan dan berwenang dalam
mengelola pelaksanaan pekerjaan di lapangan seperti:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai perencanaan baik teknis maupun
keuangan sebagaimana telah disiapkan oleh pihak SEM
b. Mengkoordinasikan general superintendant dalam mengendalikan dan
mengontrol pekerjaan para mandor dan subkontraktor
c. Membina dan melatih keterampilan para staf, tukang, dan mandor.
3. Site Administration Manager (SAM)
SAM bertugas memimpin unit administrasi proyek dan berwenang
mengelola urusan keuangan akuntansi/pembukuan, urusan umum dan SDM
proyek, seperti:
a. Menyiapkan urusan administrasi penagihan kepada pemilik proyek
b. Melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal
c. Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran.
d. Mengurus masalah perpajakan dan asuransi.
4. Quality Engineer.
Tugas Quality Engineer yaitu :
a. Bertanggung jawab kepada Site Engineer.
b. Menyerahkan kepada Site Engineer himpunan data bulanan pengendalian
mutu paling lambat 14 bulan berikutnya. Himpunan data harus mencakup
semua tes laboratorium dan lapangan secara jelas dan terperinci
c. Melakukan semua analisa semua tes, termasuk usulan komposisi
campuran (job mix formula) dan justifikasi teknik atas persetujuan dan
penolakan usul tersebut.
d. Memerintahkan kontraktor untuk membongkar dan memperbaiki kembali
pekerjaan yang kualitasnya tidak sesuai dengan ketentuan.
e. Menolak material dan peralatan kontraktor yang tidak memenuhi syarat
dan ketentuan yang berlaku.

20
f. Memeriksakan hasil pekerjaan dari kontarktor apakah sesuai mutu dan
kualitas yang ditentukan.
5. Quality Control.
Tugas Quality Control yaitu :
a. Bertanggung jawab kepada Site Engineer.
b. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan kontraktor apakah sesuai
dengan kuantitas yang telah ditentukan.
c. Menolak pekerjaan kontraktor yang kuantitasnya tidak sesuai dengan
ketentuan.
d. Memberikan laporan tertulis pada pelaksanaan kegiatan atas hal-hal yang
menyangkut masalah pengendalian kuantitas.
6. Quantity Surveyor
Tugas Quantity surveyor yaitu :
a. Menghitung kebutuhan bahan material yang diperlukan dalam
pelaksanaan konstruksi bangunan.
b. Mengecek kebutuhan material apakah sudah sesuai dengan perhitungan
estimator.
c. Mengecek setiap gambar shop drawing baru apakah terjadi perubahan
dari apa yang sudah dihitung sebelumnya.
7. Surveyor
Tugas Surveyor yaitu :
a. Bertanggung jawab langsung kepada Quantity Engineer.
b. Melakukan pengawasan ketelitian pengukuran oleh kontraktor terhadap
titik-titik penting sehingga tidak terjadi selisih dimensi maupun elevasi.
c. Mengumpulkan semua data pekerjaan yang dilaksanakan dilapangan dan
bertanggung jawab atas ketlitian yang didapat.
8. Safety Patrol
Tugas Safety Patrol yaitu :
a. Melakukan pengawasan terhadap kondisi keselamatan pekerjaan
pelaksanaan proyek.
b. Melakukan pengawasan terhadap proses daur ulang limbah buangan
proyek agar tidak merusak lingkungan sekitar.

21
c. Melakukan pengarahan keamanan terhadap tamu yang datang ke lokasi
pekerjaan proyek.
Struktur organisasi kontraktor Proyek Peningkatan ruas jalan Tegalsari-
Klepu Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT.Arena Reka Buana Sebagai Kontraktor


Sumber: Data Proyek Peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu Kabupaten
Kulon Progo

3.1.1.3 Konsultan Pengawas


Konsultan pengawas adalah seorang atau organisasi yang berbadan
hukum yang memiliki suatu keahlian dalam bidang pekerjaan jalan. Pada
proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu Kabupaten Kulon Progo ini yang
bertindak sebagai pengawas lapangan adalah CV CITRA MATRA
ARDHITAMA JO CV. CIPTA BUANA SEJATI.
Tugas dan kewajiban konsultan pengawas proyek ini adalah:
1. Menyelenggarakan dan mengadakan pengawasan pelaksanaan
proyek.

22
2. Membuat laporan perkembangan proyek.
3. Mengoreksi dan merevisi gambar kerja yang dibuat oleh konsultan
perencana.
4. Membuat surat-surat pelaksanaan pekerjaan.
5. Menghitung dan menyiapkan penambahan atau pengurangan
pekerjaan.
6. Mengadakan rapat secara periodik tentang perkembangan dan
permasalahan di lapangan agar dapat menentukan langkah selanjutnya.
7. Memberikan saran, masukan dan teguran pada kontraktor pelaksana.
Struktur organisasi proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu
Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada gambar 3.2

Gambar 3.2 Struktur Organisasi CV CITRA MATRA ARDHITAMA JO CV.


CIPTA BUANA SEJATI Sebagai Pengawas Proyek
Sumber: Data Proyek Peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu Kabupaten Kulon
Progo

23
3.2 ADMINISTRASI PROYEK
3.2.1 Laporan Kerja
Laporan kerja adalah suatu bentuk penyampaian berita, keterangan,
pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara
tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang
(authority) dan tanggungjawab (responsibility) yang ada antara mereka. Salah satu
cara pelaksanaan komunikasi dari pihakyang satu kepada pihak yang lainnya.
Laporan kerja merupakan salah satu alat untuk menyampaikan informasi
baik formal maupun nonformal. Penyampaian informasi dari petugas/pejabat
tertentu kepada petugas/pejabat tertentu dalam suatu sistem dministrasi.
Berikut fungsi laporan kerja:
1. Laporan disampaikan kepada pimpinan merupakan tanggung jawab yang
harus disampaikan oleh bagian administrasi.
2. Laporan merupakan salah satu sumber informasi yang diperlukan oleh
seorang pemimpin.
Syarat-syarat laporan yang baik adalah sebagai berikut:
1. Clear
Kejelasan suatu laporan diperlukan baik kejelasan dalam pemakaian
bahasa, istilah maupun kata-kata harus yang mudah dicerna, dipahami dan
dimengerti.
2. Mengenai sasaran permasalahannya
Caranya dengan jalan menghindarkan pemakaian kata-kata yang
membingungkan, demikian juga dalam hal penyusunan kata-kata maupun
kalimat yang jelas dan singkat.
3. Lengkap
Kelengkapan tersebut menyangkut:
Permasalahan yang dibahas harus sudah terselesaikan semua sehingga
tidak menimbulkan pertanyaan. Pembahasan urutan permasalahan harus
sesuai dengan prioritas penting tidaknya permasalahan diselesaikan atau
dengan kata lain masalah yang sangat penting diutamakan pembahasannya
baru masalah-masalah yang timbul dalam pembahasan sampingan
seyogyanya juga dibahas. Sehingga laporan menjadi lengkap dan mantap

24
karena sudah mencakup segala segi yang didukung dengan data-data
statistik yang jelas dan lengkap.
4. Tepat waktu dan cermat
Tepat waktu sangatlah diperlukan dalam penyampaian laporan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan karena pihak yang membutuhkan laporan
untuk menghadapi masalah-masalah yang bersifat mendadak
membutuhkan pembuat laporan yang bisa diusahakan secepat-cepatnya
dibuat dan disampaikan. Jika terjadi keterlambatan penyampai laporan
bagi yang berkepentingan berarti terjadi pemborosan waktu maupun
tenaga kerja kalau misalnya laporan tersebut diperlukan untuk bagian
pengendalian produksi maka bagian pengendalian produksi akan kacau
karena bagian ini menyangkut proses produksi yang berlangsung terus-
menerus. Oleh karena itu ketepatan waktu maupun kecermatan pembuatan
laporan sangat diperlukan.
5. Tetap
Laporan yang didukung data-data yang bersifat tetap dalam arti selalu
akurat dan tidak berubah-ubah sesuai dengan perubahan waktu dan
keadaan akan membuat suatu laporan lebih dapat dipercaya dan diterima.
Keterangan-keterangan dalam menyampaikan laporan tidak boleh saling
bertentangan satu sama lain.
6. Objektif dan faktual
Pembuat laporan harus berdasarkan fakta-fakta yang bisa dibuktikan
kebenarannya maupun dibuat secara objektif.
7. Harus ada proses timbal balik
Laporan yang baik harus bisa dipahami dan dimengerti sehingga
menimbulkan gairah dan minat pembaca. Jika pembaca memberikan
tanggapan berarti menunjukkan adanya proses timbal balik yang bisa
memanfaatkan secara pemberi laporan maupun pembaca laporan.
3.2.1.1 Laporan Harian
Laporan harian adalah bentuk laporan kerja yang memantau
perkembangan setiap harinya. Fungsi laporan harian adalah untuk memudahkan
pengecekan data-data pekerjaan dilapangan jika suatu saat ada kesalahan yang

25
mengharuskan mengecek pekerjaan tertentu. Laporan harian diajukan kepada
pihak pemberi tugas setelah disetujui oleh Pengawas.
Pada dasarnya hal-hal yang dilaporkan antara lain:
1. Penilaian jumlah tenaga kerja dan pekerjaan.
2. Perincian jumlah material dan alat yang digunakan.
3. Jam kerja.
4. Keadaan cuaca.
5. Permasalahan yang terjadi

3.2.1.2 Laporan Mingguan


Laporan mingguan adalah laporan yang dibuat berdasarkan laporan harian
dimana laporan mingguan mencakup pekerjaan selama 7 hari guna meninjau
progres aktual terhadap progres rencana yang tercantum pada master scedule.
Berikut hal-hal yang diperoleh dalam laporan mingguan:
1. Jenis pekerjaan yang telah dikerjakan atau diselesaikan.
2. Volume dan persentase pekerjaan dalam mingguan yang lalu.
3. Persentase kemajuan pekerjaan sampai dengan minggu ini.
4. Kendala yang dihadapi selama satu minggu itu dan bagaimana cara
mengatasinya.
3.2.1.3 Laporan Bulanan
Laporan bulanan merupakan laporan yang dibuat berdasarkan laporan
harian dan mingguan yang mencakup pekerjaan selama sebulan. Laporan bulanan
dilengkapi dengan progres mingguan pada minggu terakhir bulan yang
bersangkutan. Kurva kemajuan proyek pada minggu terakhir yang telah
dilaksanakan serta dokumentasi kemajuan proyek.
Berikut hal yang tercantum dalam laporan bulanan:
1. Schedule pekerjaan yang berisi rencana pelaksanaan dan realisasi
pekerjaan.
2. Pekerjaan yang telah dilaksanakan.
3. Tenaga kerja dan peralatan yang telah digunakan.
4. Keadaan cuaca.
5. Pelaksanaan pengecoran dalam bulan tersebut.
6. Jumlah volume galian ataupun urugan pada bulann tersebut.

26
7. Prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan.
3.2.2 Rencana Kerja
Rencana kerja merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kontraktor di
dalam melaksanakan pekerjaan. Rencana kerja memberi gambaran secara jelas
dan terperinci tentang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan beserta waktu
yang disediakan untuk masing-masing tahapan pekerjaan. Bentuk rencana kerja
yang ada dalam proyek ini meliputi:

3.2.2.1 Waktu Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan adalah suatu bentuk rencana kerja yang berupa tabel,
berisi jenis-jenis pekerjaan disertai waktu dimulainya sampai dengan berakhirnya
setiap jenis pekerjaan tersebut, namun pada umumnya waktu pelaksanaan
pekerjaan tidak memperhatikan masalah biaya dan kurang jelas menunjukkan
ketergantungan antara jenis pekerjaan yang satu dengan lainnya.
3.2.2.2 Kurva S
Kurva S merupakan grafik yang menyatakan hubungan antara bobot
kumutatif kemajuan pekerjaan dalam persen dengan waktu pelaksanaan pekerjaan
dalam satuan waktu. Kurva S dapat diikuti perkembangan kemajuan pekerjaan
setiap saat sehingga dapat diketahui dengan cepat apabila proyek mengalami
keterlambatan / kemunduran. Kurva S juga dapat dipakai untuk menilai prestasi
kerja kontraktor sampai dengan waktu yang ditinjau.
Meskipun setiap tahapan kegiatan dalam proyek sudah direncanakan dengan
baik, masih sering dijumpai timbulnya permasalahan yang dapat menghambat
berlangsungnya pekerjaan proyek yang akhirnya akan mengakibatkan
keterlambatan dalam penyelesaian proyek itu sendiri. Permasalahan yang timbul
dapat berupa masalah teknis maupun nonteknis yang sulit diputuskan.
3.2.3 Gambar Kerja
Rencana gambar kerja yang telah dibuat terkadang masih perlu dijelaskan
dengan gambar-gambar dan detail-detail agar meudahkan pelaksanaannya dan
menghindari kesalahan serta memperlancar jalannya pekerjaan. Selain untuk
memperjelas gambar kerja terkadang juga dalam pelaksanaan apabila terjadi
perubahan-perubahan dari rencana semula, maka perlu perubahan gambar kerja
yang lebih lengkap yang disetujui oleh perencana dan pengawas.

27
3.2.4 Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat. Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam
pelaksanaan proyek karena pengaruhnya cukup besar terhadap biaya dan waktu
penyelesaian suatu pekerjaan proyek.

3.2.4.1 Tenaga Kerja Tetap


Tenaga kerja tetap adalah karyawan yang sudah diangkat dan mendapat gaji
tetap langsung dari kantor pusat. Tenaga kerja tetap proyek peningkatan ruas jalan
Tegalsari-Klepu Kabupaten Kulon Progo disediakan oleh PT. Arena Reka Buana
3.2.4.2 Tenaga Kerja Kontrak
Tenaga kerja kontrak adalah karyawan yang diangkat pada saat proyek akan
dimulai dan berakhir ketika proyek sudah selesai tahap pekerjaannya. Tenaga
kerja proyek digaji melalui keuangan diproyek secara langsung.
3.2.4.3 Tenaga Harian
Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang dipekerjakan berdasarkan
kebutuhan pada suatu jenis pekerjaan tertentu. Jumlah tenaga kerja harian
tergantung pada volume pekerjaan yang ada. Proyek peningkatan ruas jalan
Tegalsari-Klepu Kabupaten Kulon Progo ini pekerja harian merupakan tukang
dan pembantu tukang yang dipekerjakan oleh PT. Arena Reka Buana.

3.2.4.4 Tenaga Borongan


Tenaga kerja borongan adalah mandor beserta anak buahnya yang
mendapatkan upahnya berdasarkan pekerjaan yang dilakukan. Mandor
berkewajiban mengatur anak buahnya yang disesuaikan kebutuhannya dengan
jadwal pelaksanaan pekerjaan.

3.2.5 Waktu Dan Upah Kerja


Setiap proyek memiliki waktu dan upah kerja yang berbeda sesuai tempat
dari proyek tersebut dn jenis pekerjaan proyek tersebut. Manajemen waktu dan
upah kerja memiliki pengaruh penting dalam suatu proyek dimana pengelolaan ini

28
memerlukan pemikiran yang mendalam agar waktu dan biaya dari proyek tersebut
dapat digunakan secara efektif.
3.2.5.1 Waktu Kerja
Waktu kerja pada Dalam proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu
Kabupaten Kulon Progo dari hari senin sampai sabtu mulai dari jam 08.00 WIB
sampai jam 17.00 WIB.
Berikut jadwal jam kerja proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu:
a. 08.00 WIB – 12.00 WIB Jam kerja
b. 12.00 WIB – 13.00 WIB Jam Istirahat
c. 13.00 WIB – 17.00 WIB Jam kerja

3.2.5.2 Upah Kerja


Pelaksanaan pembayaran upah pada karyawan yang bekerja pada proyek
ini adalah sebagai berikut:
a. Upah karyawan tetap dibayarkan setiap akhir bulan.
b. Upah karyawan kontrak proyek dibayarkan setiap akhir bulan
c. Upah mandor dibayarkan setiap hari Sabtu melalui bagian administrasi
proyek.
d. Upah tenaga kerja dibayarkan setiap minggunya melalui mandor,
tepatnya hari sabtu setelah mandor mendapat dari bagian administrasi
proyek.

29
BAB 4
ALAT DAN BAHAN

4.1 PERALATAN
Pembangunan jalan raya ataupun peningkatan jalan raya banyak hal yang
diperlukan untuk menunjang proses pekerjaan yang akan berlangsung, seperti
alat-alat yang dipakai selama pembangunan proyek jalan baik alat berat maupun
alat-alat sederhana. Alat-alat kerja perlu ditinjau dari segi ekonomi biaya dan
waktu apakah dalam pemakaian alat tersebut lebih menguntungkan dibandingkan
menggunakan tenaga manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah alat berat
yang digunakan antara lain:
a. Kondisi di lapangan
b. Biaya, waktu, dan pekerjaan yang tersedia
c. Kemampuan dan kapasitas alat
d. Volume pekerjaan
e. Jenis pekerjaan di lapangan
Jenis-jenis alat yang digunakan pada proyek peningkatan jalan ruas
Tegalsari-Klepu Kulon Progo antara lain sebagai berikut:
a. Excavator
Excavator adalah alat yang digunakan untuk pekerjaan galian dan
timbunan tanah. Excavator ini memiliki lengan (arm) yang dapat
berputar, sehingga dapat lebih mudah untuk menggali tanah dengan
kedalaman tertentu. Pada proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu
Kulon Progo, excavator ini bermerek komatsu yang di datangkan dari PT.
Aneka Dharma Persada sebanyak 2 unit, digunakan untuk menggali tanah
dalam pekerjaan cut and fill lahan proyek. Selain digunakan untuk
pekerjaan cut and fill excavator digunakan untuk pemasangan udit atau
saluran U, gambar excavator dapat dilihat pada Gambar 4.1.

30
Gambar 4.1 Excavator
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
b. Dump Truck
Dump truck adalah sebuah truk yang mempunyai bak materal yang dapat
dimiringkan sehingga untuk menurunkan material hanya dengan
memiringkan bak materialnya sehingga muatan akan dapat meluncur
kebawah. Pompa hidrolik digunakan untuk memiringkan bak. Pada proyek
peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo dump truck digunakan
untuk mengangkut material seperti agregat fondasi kelas A , aspal, pasir, dan
material timbunan. Alat angkut dump truck ini didatangkan langsung dari
kontraktor pelaksana PT. Aneka Dharma Persada. Gambar dump truck dapat
dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Dump Truck


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

31
c. Dozer
Dozer adalah alat berat yang berfungsi untuk membabat atau menebas dan
sering digunakan pada saat pembukaan lahan baru. Alat berat ini dipakai
untuk membabat pohon-pohon pada saat proses penentuan trase jalan.
Selain itu, dozer juga berfungsi untuk memindahkan material ke tempat
lain dengan jarak angkut sangat terbatas (load and carry). Pada proyek
peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo ini dozer di
datangkan langsung dari kontraktor pelaksana PT. Aneka Dharma
Persada.

Gambar 4.3 Dozer


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
d. Water Rank Truck
Water tank truck digunakan untuk mengangkut air yang digunakan untuk
pekerjaan pemadatan subgrade, lapis fondasi agregat kelas A dan lapis
fondasi CTB. Water tank truck yang digunakan proyek ini memiliki
kapasitas sebesar 5000 liter yang didatangkan langsung dari PT. Aneka
Dharma Persada. Berikut Water tank truck dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Water Rank Truck


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

32
e. Tandem Roller
Tandem Roller adalah alat penggilas atau pemadat yang terdiri atas
berporos 2 (two axle) dan berporos 3 (three axle tandem rollers).
Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang
agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton dan lain-lain. Tandem
Roller ini memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya,
beratnya antara 8-14 ton. Penambahan berat yang diakibatkan oleh
pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara 25%-60% dari berat
penggilas. Three axle tandem roller digunakan untuk mendapatkan
penambahan kepadatan pada pekerjaan penggilasan. Pada proyek
peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo menggunakan
tandem roller bertipe berporos 2 (two axle) yang di datangkan langsung
dari PT. Aneka Dharma Persada.

Gambar 4.5 Tandem Roller


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
f. Pneumatic Tire Roller
Pneumatic Tire Roller merupakan alat berat yang terdiri atas roda-roda
ban karet yang di pompa (pneumatic) yang berfungsi untuk meratakan
dan memadatkan lapisan aspal beton. Susunan dari roda depan dan roda
belakang selang-seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda
depan akan digilas oleh roda bagian belakang. Alat ini baik digunakan
pada penggilasan bahan yang bergranular, juga baik digunakan pada
penggilasan lapisan hot mix sebagai “penggilas antara”. Pada proyek

33
peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo digunakan
pneumatic tire roller bermerek Sakai dengan jumlah 2 unit yang di
datangkan langsung dari PT. Aneka Dharma Persada. Gambar pneumatic
tire roller dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Pneumatic Tire Roller


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
g. Hammer
Hammer digunakan untuk memadatkan tanah atau material hingga
tercapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Pada proyek peningkatan
jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo hammer digunakan untuk
memadatkan tanah subgrade, lapis fondasi agregar kelas A. Alat berat ini
di datangkan langsung dari PT. Aneka Dharma Persada. Gambar hammer
dapat dilihar pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Hammer


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

34
h. Aspalt Finisher
Aspalt Finisher berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin
pengolah aspal, serta meratakan lapisannya. Konstruksi asphalt finisher
cukup besar sehingga membutuhkan trailer untuk mengangkut alat ini ke
lokasi proyek. Asphalt finisher memiliki roda yang berbentuk kelabang
atau disebut dengan crawler track dengan hopper yang tidak beralas,
sedangkan di bawah hopper tersebut terdapat pisau yang juga selebar
dengan hopper. Kemudian aspal akan langsung turun ke permukaan dan
disisir oleh pisau. Alat tersebut di datangkan langsung dari PT. Aneka
Dharma Persada.

Gambar 4.8 Aspalt Finisher


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
i. Concrete Mixer Truck
Concrete Mixer Truck berfungsi untuk mengangkut beton ready mix dari
basecamp PT.Aneka Dharma Persada ke proyek peningkatan jalan ruas
Tegalsari-Klepu Kulon Progo untuk pekerjaan bahu jalan dan pekerjaan
saluran drainase, jumlah armada yang digunakan tergatung kebutuhan
beton pada proyek. Gambar Concrete Mixer Truck dapat dilihat pada
Gambar 4.9.

35
Gambar 4.9 Concrete Mixer Truck
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

j. Asphalt Mixing Plant (AMP)


Asphalt Mixing Plant adalah seperangkat peralatan mekanik dimana agregat
dipanaskan, dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk menghasilkan
campuran beraspal panas yang memenuhi persyaratan tertentu. Suhu pada
alat pencampuran ini berkisar antara 160oC. Jenis AMP yang ada di lokasi
merupakan jenis AMP pencampuran drum (drum mix).

Gambar 4.10 AMP jenis pencampuran drum (drum mix)


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

36
Gambar 4.11 Aggregate Cold Bin
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
4.2 BAHAN
Material yang digunakan pada suatu proyek jalan raya harus sesuai
dengan persyaratan kualitas bahan yang telah ditentukan dalam peraturan dan
sesuai dengan perencanaan karena kualitas dari bahan material sangat
menentukan mutu konstruksi dan biaya pembangunan. Selain memeriksa
mutu/kualitas bahan material, jadwal pengiriman dari tempat pembelian dan
penempatan bahan material merupakan hal-hal yang cukup penting untuk
diperhatikan, hal ini untuk menghindari terjadinya penimbunan bahan yang
tidak diperlukan pada saat itu.
Ada kemungkinan pula bahan tersebut sudah tidak memenuhi syarat
atau sudah rusak pada saat dibutuhkan. Selain itu juga untuk menghindari
terganggunya pelaksanaan pekerjaan di lapangan karena penempatan dari
bahan material tersebut. Di samping mutu material, perlu diperhatikan juga
anggaran biayanya agar pembangunan jalan tersebut menghasilkan kualitas
jalan yang maksimal dengan biaya yang serendah mungkin.
Pada proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo,
sebagian bahan yang digunakan diproduksi di luar proyek, sebagai contoh
agregat lapis fondasi kelas A, agregat lapis fondasi CTB, beton dan aspal
diproduksi di base camp PT. Aneka Dharma Persada, sehingga pada
pelaksanaannya sangat mudah dikontrol oleh konsultan pengawas.

37
Jenis-jenis bahan material yang digunakan pada proyek peningkatan
jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo antara lain sebagai berikut:

a. Timbunan
Timbunan adalah material yang terdiri dari bahan tanah atau bahan
galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen. Pada
proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo
menggunakan timbunan yang di ambil dari lokasi proyek misalkan tanah
hasil cuting dipilih yang sifat nya keras untuk dijadikan timbunan.
Gambar timbunan dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.12 Timbunan


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
b. Kerikil Batu Pecah
Kerikil batu pecah adalah suatu material batuan alam yang diolah
menggunakan mesin pemecah (stone crusher) yang menghasilkan butiran
batu sesuai ukuran batuan yang memenuhi standar klasifikasi untuk
pembuatan lapis fondasi agregat kelas A dan lapis fondasi agregat kelas
A. Pada proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo
batuan untuk pembuatan lapis fondasi agregat kelas A didatangkan
langsung dari base camp PT. Aneka Dharma Persada. Gambar material
batuan untuk lapis fondasi agregat kelas A dapat dilihat pada Gambar
4.11.

38
Gambar 4.13 Batu Pecah
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
c. Aspal
Aspal adalah bahan yang bersifat melekat, berwarna hitam dan
tahan terhadap air. Aspal sering juga disebut dengan bitumen yang
merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan
sebagai lapis permukaan pada lapis perkerasan. Aspal juga digunakan
sebagai bahan pengikat antar agregat, agregat yang dimaksud terdiri dari
agregat kasar dan agregat halus. Aspal juga merupakan termoplastis yaitu
material yang lunak bila dipanaskan. Pada proyek peningkatan jalan ruas
Tegalsari-Klepu Kulon Progo jenis aspal yang dipakai adalah aspal hot
mix, yaitu suatu campuran perkerasan lentur yang terdiri dari agregat
kasar, agregat halus dan bahan pengikat aspal dengan perbandingan-
perbandingan tertentu yang dicampurkan dalam kondisi panas. Aspal
untuk proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo di
datangkan langsung dari AMP (Asphalt Mixing Plan) base camp PT.
Aneka Dharma Persada Gambar material aspal dapat dilihat pada
Gambar 4.12.

39
Gambar 4.14 Aspal
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
d. Air
Air digunakan sebagai penyiraman pada saat pemadatan tanah
subgrade dan pelaksanaan penghamparan lapis fondasi agregat kelas A
dan lapis fondasi CTB, agar kadar air yang dibutuhkan optimal.
Penyiraman pada tanah subgrade dilakukan agar tanah mencapai kondisi
titik jenuh. Agregat memiliki butiran besar dan tidak seragam sehingga
berongga yang besar, untuk itu agar campuran lapis fondasi tersebut
kompak atau saling mengisi dan mengunci saat dipadatkan diperlukan
penyiraman air. Pada proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu
Kulon Progo air diambil langsung dari sungai terdekat dari proyek.
Gambar material aspal dapat dilihat pada Gambar 4.13.

Gambar 4.15 Air


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

40
BAB 5
PELAKSANAAN PROYEK

5.1 PELAKSANAAN PROYEK


5.1.1 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan awal yang dilakukan pada
proses pembuatan jalan baru, yang meliputi pekerjaan penentuan titik
koordinat, pembersihan lahan dan pekerjaan tanah dasar (subgrade).
a. Penentuan Titik Koordinat
Penentuan titik koordinat dilakukan untuk menentukan lokasi yang akan
dilalui oleh jalan yang akan dibangun. Sebelum melakukan proses
pembersihan lokasi, dilakukan penentuan koordinat jalan dengan
menggunakan alat theodolit yang menghasilkan data berupa kontur lokasi
yang akan dijadikan sebagai patokan dalam penentuan trase jalan. Setelah
ditentukan titik koordinat lokasi yang akan dilalui oleh jalan baru, kemudian
diberi tanda pembatas pengaspalan jalan yang jelas dan tidak mengganggu
proses pekerjaan di lapangan.
b. Pekerjaan Tanah Dasar
Pekerjaan tanah dasar yaitu pekerjaan pembentukan badan yang terdiri
dari pekerjaan galian dan timbunan serta proses pemadatan tanah dasar
(subgrade). Pekerjaan galian dan timbunan adalah pekerjaan memotong atau
menimbun tanah dengan tujuan untuk memperoleh bentuk elevasi permukaan
sesuai dengan gambar yang direncanakan, untuk memeriksa elevasi jalan
perlu menggunakan alat theodolite. Pekerjaan galian dan timbunan dilakukan
agar bentuk badan jalan, tinggi dan belokannya sesuai dengan apa yang
direncanakan. Proses pekerjaan galian dan timbunan menggunakan alat
excavator, dozer dan dump truck.
Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
1. Galian tanah biasa
Pekerjaan ini dilakukan untuk membuang material yang tidak dapat
digunakan untuk material struktur jalan, semisal tanah humus.

41
2. Galian batuan
Pekerjaan galian yang dilakukan untuk membuang material yang berupa
batuan seperti batu kapur dan batu cadas. Proses galian ini biasanya
menggunakan alat hydraulic breaker untuk mempermudah dan
mempercepat proses galian.
3. Galian struktur
Pekerjaan galian yang dilakukan pada segala jenis tanah dalam batas
pekerjaan yang di tujukan untuk gambar struktur.
Pekerjaan timbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Timbunan biasa
Timbunan ini diambil dari material tanah yang biasanya digunakan dari
hasil galian sekitar lokasi proyek yang sedang berlangsung, dan material
tanah yang dapat digunakan untuk timbunan ini juga harus memenuhi
syarat.
2. Timbunan pilihan
Timbunan pilihan ini menggunakan tanah yang biasa disebut dengan
borrowpit, timbunan ini digunakan apabila nilai CBR tanah kurang dari
6%.

Gambar 5.1 Galian Tanah


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

Setelah proses galian dan timbunan selesai, selanjutnya dilaksanakan


proses pemadatan tanah dasar. Proses pemadatan ini di maksudkan untuk
memadatkan lapisan tanah dasar agar memenuhi tingkat kepadatan mencapai nilai
95%, dengan alat berat yaitu diantaranya: hammer

42
Gamar 5.2 Pemadatan Galian tanah
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

Nilai kepadatan dan kadar air pada tanah ditentukan dengan pengujian
sand cone. Pengujian ini juga dilakukan untuk membandingkan hasil
pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan apa yang direncanakan.

Gambar 5.3 Pengujian Sand Cone


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

5.1.2 Pekerjaan Box Culvert


Box culvert adalah gorong-gorong cor di pabrik (precast) ataupun dicor di
tempat, dimensi tergantung kepada debit air yang akan dialirkan melalui
gorong-gorong. Gorong-gorong yang dicor di pabrik dapat utuh dengan
bentuk profil bulat atau persegi ataupun trapesium, ataupun modular yang
terpisah atas dengan bawah (top bottom). Box culvert dipakai untuk
mengalirkan air (irigasi, air hujan, air limbah) melewati bawah jalan,
bawah saluran atau bawah rel kereta api. Beton pracetak ini juga berfungsi
sebagai jembatan ukuran kecil.

43
Pada proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo Box
Culvert yang digunakan adalah ukuran 1m x 1m dengan menggunakan mutu
beton fc’ 20 Mpa yang didatangkan dari basecamp PT. Aneka Dharma
Persada dengan menggunakan dump truck dan trailer truck.
Prosedur pekerjaan Box Culvert adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pengalian Tanah
Menggali tanah sesuai dengan ukuran box culvert yang akan di pasang
dengan acuan gambar kerja
2. Tahap Pemasangan Box Culvert Pracetak
Pemasangan box culvert menggunakan excavator untuk meletakan
box culvert pracetak ke dalam galian yang telah tersedia dan dipasang
secara urut dan rapi sehingga tidak ada rongga yang lebar, sambungan
box culvert ditambal menggunakan adonan semen supaya air yang
mengalir tidak masuk ke dalam rongga tersebut
3. Tahap Timbunan
Setelah box culvert terpasang lalu di timbun dengan tanah dasar atau
subgrade dan agregat A lalu dipadatkan.

Gambar 5.4 Pemasangan Box Culvert


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

44
5.1.3 Pekerjaan Struktur Bawah
Pekerjaan struktur bawah merupakan pekerjaan lanjutan setelah
pekerjaan pembuatan badan jalan dan pekerjaan tanah dasar. Pekerjaan
struktur bawah terdiri atas pekerjaan fondasi agregat kelas A dan pekerjaan
fondasi agregat CTB.
a. Pekerjaan Lapis Fondasi Agregat Kelas A
Lapis fondasi agregat kelas A adalah mutu lapis fondasi atas untuk
lapisan di bawah lapisan beraspal sebelum lapis agregat CTB . Prosedur
pekerjaan lapis fondasi agregat kelas A adalah sebagai berikut:
1. Pengangkutan material agregat ke lokasi pekerjaan menggunakan
dump truck dan loadingnya dilakukan dengan menggunakan wheel
louder. Pengecekan dan pencatatan volume material dilakukan pada
saat penghamparan agar tidak terjadi kelebihan di satu tempat dan
kekurangan material di tempat yang lain.
2. Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan motor
grader, dalam tahap ini harus diperhatikan kondisi cuaca di lapangan,
panjang hamparan pada saat setiap section yang dipadatkan sesuai
dengan kondisi lapangan. Lebar penghamparan disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan tebal penghamparan sesuai dengan spesifikasi,
material yang tidak dipakai dipisahkan dan ditempatkan pada lokasi
yang telah ditetapkan.
3. Pemadatan material dilakukan dengan menggunakan hammer,
dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah. Sebelum dilakukan
pemadatan, fondasi agregat kelas A disiram terlebih dahulu dengan
menggunakan water tank truck. Operasi penggilasan harus merata dari
sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan
dalam arah memanjang. Pada bagian yang memiliki superelevasi,
penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak
sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan
harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin penggilas hilang
daln lapis tersebut terpadatkan secara merata.

45
Gambar 5.5 Pemadatan Fondasi Agregat Kelas A
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

b. Pekerjaan Lapis Fondasi Agregat CTB


CTB (Cement Treated Base) adalah campuran semen, air, serta
agregat halus dan kasar yang melalui proses gradasi laboratorium. Bahan
bahan tersebut dicampur dengan alat khusus yang dapat menghasilkan
campuran beton setengah basah dengan kadar air minimum (slump nol).
Penggunaan CTB biasanya pada konstruksi perkerasan jalan sebagai
lapisan konstruksi fondasi bawah (sub base) atau fondasi atas (base
course). Prosedur pekerjaan lapis fondasi agregat CTB adalah sebagai
berikut:
1. Pengangkutan material agregat ke lokasi pekerjaan menggunakan
dump truck dan loadingnya dilakukan dengan menggunakan wheel
louder. Pengecekan dan pencatatan volume material dilakukan pada
saat penghamparan agar tidak terjadi kelebihan di satu tempat dan
kekurangan material di tempat yang lain.
2. Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan motor
grader, dalam tahap ini harus diperhatikan kondisi cuaca di lapangan,
panjang hamparan pada saat setiap section yang dipadatkan sesuai
dengan kondisi lapangan. Lebar penghamparan disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan tebal penghamparan sesuai dengan spesifikasi,
material yang tidak dipakai dipisahkan dan ditempatkan pada lokasi
yang telah ditetapkan.

46
3. Pemadatan material dilakukan dengan menggunakan hammer,
dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah. Sebelum dilakukan
pemadatan, fondasi agregat CTB disiram terlebih dahulu dengan
menggunakan water tank truck. Operasi penggilasan harus merata
dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu
jalan dalam arah memanjang. Pada bagian yang bersuperelevasi,
penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak
sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan
harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin penggilas hilang
daln lapis tersebut terpadatkan secara merata. Setelah rata agregat
CTB didiamkan selama 3 hari tanpa dilewati kendaraan guna
memperoleh tingkat kekerasan agregat dengan maksimum

Gambar 5.6 Pemadatan Agregat CTB


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

5.1.4 Pekerjaan Struktur Atas


Pekerjaan struktur atas merupakan pekerjaan terakhir pada proses
pembuatan jalan baru dimana pekerjaan ini meliputi penghamparan dan
pemadatan lapisan struktur atas yang berupa aspal beton (asphalt concrete).
Lapisan aspal beton (Laston) terdiri dari dua jenis campuran yaitu AC-WC
(Asphalt Concrete Wearing Course) dan AC-BC (Asphalt Concrete Binder
Course) dengan ukuran tebal agregat masing-masing campuran adalah 4 cm
dan 6 cm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan aspal polimer

47
atau aspal dimodifikasi dengan aspal alam disebut masing-masing sebagai
AC-WC Modified dan AC-BC Modified.
a. Teknis Pelaksanaan Perkerasan Aspal AC-BC
1. Penyemprotan Air Compressor
Sebelum penghamparan material aspal, lahan harus dibersihkan
terlebih dahulu agar material aspal dapat melekat dengan sempurna
tanpa penghambat material lain. Air Compressor adalah alat penghasil
atau penghembus udara bertekanan tinggi yang digunakan untuk
membersihkan kotoran-kotoran seperti debu, kerikil, sampah-sampah
kecil.
2. Penyemprotan Prime Coat dengan Asphalt Sprayer
Prime Coat adalah cairan aspal pada permukaan yang belum
beraspal yang berfungsi untuk memberi ikatan antara permukaan
fondasi atas dengan lapisan perkerasan di atasnya. Penyemprotan
prime coat dilakukan setelah lantai kerja dibersihkan dengan
menggunakan air compressor agar daya lekat antar permukaan bisa
melekat dengan sempurna.
Penyemprotan prime coat dilakukan dengan menggunakan
asphalt sprayer, asphalt sprayer dapat berupa truk tangki atau trailer
yang dapat digandeng dengan kendaraan lain. Alat ini dilengkapi
dengan sistem pemanas yang biasanya dengan bahan bakar minyak
dan dilengkapi juga dengan pompa, batang penyemprot (sprayer bot)
dan nozle yang mengarah ke bawah (ke permukaan jalan yang akan
dilapisi). Pengaturan sprayer sedemikian sehingga hasil semprotan
dari satu nozle akan saling tumpang tindih (overlaping) dengan hasil
semprotan nozle yang lain sehingga diperoleh hasil pelapisan yang
merata ke seluruh permukaan jalan.

48
Gambar 5.7 Lapisan Perekat Aspal
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

3. Penghamparan Material Agregat Lapis Perkerasan Aspal AC-BC


Penghamparan material adalah suatu proses peletakan material
yang diangkut menggunakan dump truck yang selanjutnya akan
diratakan dan dipadatkan. Penghamparan material agregat tidak boleh
dilakukan apabila cuaca tidak mendukung seperti pada waktu hujan
karena akan menimbulkan kadar air yang tinggi.
Alat yang digunakan untuk menghamparkan material agregat
lapis aspal adalah asphalt finisher. Alat ini merupakan traktor beroda
ban atau crawler yang dilengkapi dengan suatu sistem yang berfungsi
untuk menghamparkan campuran aspal di atas permukaan fondasi
jalan. Pada bagian depan terdapat hopper yang berfungsi untuk
menerima campuran aspal dari rear dump truck atau dari bottom
truck. Selanjutnya campuran aspal dihamparkan di atas permukaan
fondasi jalan dengan menggunakan conveyor dan auger.
Conveyor berfungsi untuk mendistribusikan campuran secara
merata dan menghindari terjadinya segregasi agregat, ketebalan aspal
yang dihamparkan belum seragam maka digunakan screed yang
ditarik oleh traktor tersebut. Screed dapat diatur lebar dan
ketinggiannya, dengan adanya screed maka ketebalan dan lebar
hamparan campuran aspal dapat terjaga. Pada screed terdapat
beberapa alat yaitu vibrator dan burner, vibrator berfungsi untuk
memadatkan lapisan aspal sedangkan burner berfungsi untuk

49
memanaskan screed sehingga campuran aspal tidak menempel pada
screed.
Kecepatan asphalt finisher pada saat penghamparan harus dijaga
agar konstan. Hal ini perlu dilakukan agar lapisan aspal yang dihasilkan
rata permukaannya. Jika kecepatan bertambah maka screed akan
menurun yang akan menyebabkan ketebalan lapisan berkurang. Hal ini
yang sebaliknya jika kecepatan berkurang.

Gambar 5.8 Penghamparan Material Aspal


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

4. Pemadatan Material Agregat Lapis Aspal AC-BC


Pemadatan adalah suatu kegiatan bertambahnya berat volume
kering oleh beban dinamis, akibat beban dinamis butir-butir agregat
seperti kerikil dan pasir merapat satu sama lain dan saling mengunci
sebagai akibat berkurangnya rongga udara. Tujuan dari pemadatan
dapat tercapai dengan pemilihan bahan agregat, cara pemadatan,
pemilihan mesin pemadat, dan jumlah lintasan atau passing yang
sesuai. Pada pekerjaan lapis aspal ini dipakai alat pemadat tandem
roller dan pneumatic tire roller (PTR).
Pemadatan pertama dilaksanakan pada temperatur mencapai 125º
C-145º C atau sekitar 0-10 menit setelah penghamparan. Pemadatan
ini dilakukan dengan menggunakan tandem roller dengan jumlah
lintasan sesuai dengan hasil trial compaction untuk masing- masing
jenis lapis perkerasan.

50
Pemadatan kedua dilaksanakan pada temperatur 100º C-125º C
atau sekitar 0-20 menit setelah penghamparan. Pemadatan ini
dilakukan dengan menggunakan pneumatic tire roller (PTR) dengan
jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction untuk masing –
masing jenis lapis perkerasan (12-16 passing).

Gambar 5.9 Pemadatan dengan Menggunakan Tandem Roller


(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

Gambar 5.10 Pemadatan dengan Menggunakan Pneumatic Tire


Roller (PTR)
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)

51
5. Pemadatan Material Agregat Lapis Aspal AC-WC
a. Penyemprotan Air Compressor
Air Compressor disemprotkan ke atas permukaan lapis
perkerasan aspal AC-BC untuk membersihkan kotoran-
kotoran seperti debu, kerikil, sampah-sampah kecil.
b. Penyemprotan Tack Coat dengan Asphalt Sprayer
Sebelum lapis perkerasan aspal AC-WC dihamparkan pada
existing jalan, terlebih dahulu dilakukan penyemprotan tack coat
pada lapis perkerasan aspal AC-BC. Hal ini dilakukan agar daya
lekat antar permukaan lapisan bisa melekat dengan sempurna.
Tack coat berbahan dasar berupa aspal dan kerosene
dicampur dengan komposisi sesuai spesifikasi dan dipanaskan
sehingga menjadi campuran aspal cair. Tack coat befungsi untuk
melekatkan agregat lapis perkerasan aspal AC-WC dengan
agregat lapis perkerasan aspal AC-BC yang terlebih dahulu
terpasang. Penyemprotan tack coat dilakukan dengan
menggunakan alat asphalt sprayer.
c. Penghamparan Material Agregat Lapis Perkerasan Aspal AC-
WC
Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) merupakan
lapisan perkerasan yang terletak atas dan berfungsi sebagai
lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural AC-WC dapat
menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu
sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari
konstruksi perkerasan.
Sebelum melakukan proses penghamparan material, Asphalt
Concrete Wearing Course (AC-WC) dari Asphalt Mixing Plan
(AMP) diangkut dengan dump truck ke lokasi proyek. Pada saat
pengangkutan ini harus dijaga temperatur material aspal dengan
cara menutupinya dengan terpal. Penghamparan material aspal
dilakukan dengan cara menuangkan material aspal dari dump
truck ke asphalt finisher, selanjutnya dari asphalt finisher

52
material aspal tersebut digelar. Ketebalan dan temperatur
material aspal pada saat penggelaran harus sesuai dengan
ketentuan/spesifikasi. Apabila cuaca tidak memungkinkan
(hujan) maka penghamparan harus dihentikan dan dilanjutkan
kembali setelah cuaca memungkinkan.
d. Pemadatan Material Agregat Lapis Aspal AC-WC
Pemadatan material agregat lapis aspal AC-WC terbagi dalam 3
tahapan yaitu sebagai berikut:
1) Pemadatan Pertama (Breakdawn Rolling)
Pemadatan pertama dilaksanakan pada saat temperatur
mencapai 111º C-102º C atau sekitar 0-10 menit setelah material
aspal digelar. Pemadatan ini menggunakan tandem roller dengan
jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction.
2) Pemadatan Kedua (Intermediate Rolling)
Pemadatan kedua dilaksanakan pada saat temperatur mencapai
102º C-83º C atau sekitar 0-20 menit setelah material aspal
digelar. Pemadatan ini menggunakan pneumatic tire roller dengan
jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction.
3) Pemadatan Terakhir (Final Rolling)
Pemadatan terakhir dilaksanakan pada saat temperatur
mencapai 83º C-63º C atau sekitar 20-45 menit setelah material
aspal digelar. Pemadatan ini menggunakan tandem roller dengan
jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction.

5.2 ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH


Permasalahan dalam suatu proyek harus dapat diatasi atau diminimalisir.
Pihak yang terkait dalam pengerjaan konstruksi harus saling bekerjasama untuk
memecahkan dan menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi dalam suatu
proyek. Penyelesaian masalah pada proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-
Klepu dilakukan oleh pihak pelaksana dan pihak manajemen konstruksi, jika
masalah tidak bisa diselesaikan, penyelesaian masalah dilakukan dengan
melibatkan owner.

53
5.2.1 Masalah Yang Dihadapi Di Proyek
Pelaksanaan proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu tidak lepas dari
beberapa permasalahan yang terjadi, walaupun sudah dilakukan persiapan yang
sangat baik tetap saja permasalahan akan muncul secara tiba-tiba. Permasalahan
pada proyek terbagi dua yaitu permasalahan teknis dan non-teknis.
5.2.1.1 Masalah Teknis
Masalah teknis adalah permasalahan yang timbul dalam lingkunan proyek
yang disebabkan oleh alat, bahan, maupun pelaksana yang melakukan pekerjaan
tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Berikut beberapa masalah teknis
yang ditemui pada proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu:
1. Permasalahan Lahan
Perencanaan layout jalan mengalami perubahan dikarenakan lahan yang
direncanakan untuk jalan belum terbebaskan, sehingga kondisi jalan yang
terbangun dinilai membahayakan bagi pengendaranya. Tipe jalan yang
direncanakan adalah SCS yang memudahkan bagi pengendara roda 4 khususnya
truk untuk dapat melewati jalan yang direncanakan.
2. Permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Sebuah proyek konstruksi harus memenuhi syarat keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dalam pelaksanaannya. Keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) pada proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu belum dilakukan secara
maksimal, masih ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan aturan. Permasalahan
yang terjadi terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kurangnya
kesadaran para pekerja proyek untuk menggunakan peralatan keselamatan kerja
seperti helm safety dan masker.
Hal-hal tersebut dapat digunakan sebagai instropeksi pihak pelaksana
ataupun pihak lain yang yang bersakutan untuk lebih mempedulikan pedoman
pelaksanaan K3 dalam sebuah proyek konstruksi. Pelaksanaan K3 sangat
mempengaruhi kesehatan, keamanan dan kenyaman dalam pekerjaan proyek.
3. Pengadaan Asphalt Terlambat
Pada pelaksanaan proyek, pekerjaan lapis AC-WC terjadi kekurangan hot
mix yang berasal dari basecamp PT. Anekha Dharma Persada yang berada di
Sedayu, Bantul, Yogakarta dan menyebabkan terhentinya penghamparan

54
material aspal AC-WC guna menunggu hot mix tersedia kembali. Selain itu,
terjadi penurunan suhu aspal yang berada di dump truck karena tidak segera
dihamparkan oleh asphalt finisher. Akibat keterlambatan penghamparan hal
tersebut juga berpengaruh pada mutu aspal.
5.2.1.2 Masalah Non Teknis
Masalah non teknis adalah permasalahan yang terjadi bukan karena faktor
yang ada di lapangan. Masalah non teknis yang dihadapi proyek peningkatan ruas
jalan Tegalsari-Klepu adalah faktor cuaca.
Cuaca adalah kondisi alam yang tidak dapat diprediksi ketepatannya.
Cuaca yang baik atau buruk dapat terjadi sewaktu-waktu. Cuaca yang buruk akan
menghambat jalannya proses pelaksanaan konstruksi. Pelaksanaan proyek
peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu sering mengalami hambatan karena cuaca
buruk yang tiba-tiba. Permasalahan yang terjadi akibat hujan pada pelaksanaan
proyek adalah :
1. Proses pelaksanaan pembanguan terpaksa terhenti sejenak menunggu
hujan reda, kecuali pekerjaan dengan menggunakan alat berat.
2 Waktu pelaksaanaan konstruksi menjadi tidak efektif karena pekerjaan
terlambat dan tidak mencapai target.
3. Proses pengecoran rabat jalan tidak bisa dilaksanakan ketika terjadi hujan.
5.2.2 Solusi Masalah yang Dihadapi di Proyek
Permasalahan yang terjadi di proyek hendaknya ditangani dengan segera,
karena apabila tidak ditangani dengan cepat maka akan berdampak pada proses
pelaksanaan hingga akhir yang mengalami keterlambatan. Oleh karena itu, pihak
kontraktor bekerja sama dengan konsultan perencana mengambil beberapa
tindakan/solusi dalam menangani permasalahan yang terjadi, yaitu:
5.2.2.1 Solusi Masalah Teknis
Solusi masalah teknis adalah penanganan yang dilakukan terhadap
masalah-masalah teknis yang dihadapi di proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-
Klepu. Solusi yang dilakukan ada beberapa macam, yaitu:
1. Solusi Permasalahan Lahan
Solusi yang dilakukan adalah membuat jalur alternatif disamping lahan yang
belum terbebasakan, serta memberi rambu sebagai alat pengaman jalan.

55
2. Solusi Permasalahan K3
Permasalahan K3 adalah permasalahan yang kompleks, pihak pelaksana K3
telah menghimbau dan memberikan sosialiasi pendahuluan mengenai APD dan
K3. Namun para pekerja tetap saja tidak mentaati dengan berbagai alasan.
Solusinya para pekerja harus sadar betapa pentingnya K3 dalam menunjang
keselamatan di proyek.
3. Solusi Pengadaan Asphalt Terlambat
Kesalahan pelaksaaan merupakan kesalahan fatal jika dibiarkan dan tidak cepat
dibenahi. Pada proses pelaksanaan peningkatan Ruas Jalan Tegalsari-Klepu,
Kabupaten Kulon Progo terdpat kesalahan pada kurangnya material yang
seharusnya dihamparan dimana jika dibiarkan akan berakibat fatal. Solusi yang
dapat dilakukan yaitu menambah kubikasi material asphalt pada penghamparan
selanjutnya yang tadinya hanya 300 ton menjadi 450 ton untuk menutup
kekurangan pada hari sebelumnya agar progres proyek dapat tercapai.
5.2.2.2 Solusi Masalah Non Teknis
Solusi masalah non teknis adalah tindakan/penanganan yang diambil
dalam permasalahan non teknis yang terjadi di lapangan. Masalah non teknis yang
dihadapi proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu yaitu faktor cuaca. Solusi
yang dilakukan oleh pihak kontraktor terutama yang berhubungan dengan
material asphalt agar mutunya terjaga adalah menaikan suhu asphalt menjadi 145o
C agar ketika terjadi hujan dan harus menunggu hujan reda, material masih
memenuhi untuk syarat penghamparan yaitu pada suhu 120o C.

56
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang penulis dapatkan selama melakukan kegiatan
kerja praktik di proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu dan
pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
6.1.1 Kesimpulan Proyek
Kesimpulan proyek yang penyusun dapatkan selama kerja praktik
di proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu antara lain:
a. Jalan Tegalsari-Klepu dibangun untuk meningkatkan aksesbilitas lalu
lintas di Kabupaten Kulon Progo sehingga memudahkan dalam
distribusi barang dan jasa.
b. Jalan Tegalsari-Kelpu dibangun sebagai akses menuju pariwisata
unggulan yang ada di Kabupaten Kulon Progo seperti Waduk Sermo,
Bukit Manoreh, Gunung Gajah, Kali Biru sehingga akan
meningkatkan perekonomian di daerah kawasan wisata dan
pendapatan dari pajak daerah.
c. Jalan Tegalsari-Klepu merupakan jalan alternatif yang dibangun untuk
menuju kawasan wisata Borobudur di Magelang seiring sedang
dibangunnya Bandara NYIA di Kulon Progo.
d. Pembangunan jalan Tegalsari-Klepu merupakan bentuk dari
pemerataan pembangunan yang diupayakan oleh pemerintah
Kabupaten Kulon Progo agar setiap daerah dapat terakses dengan
baik.
e. Situasi dan kondisi di proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu
belum memenuhi standar yang diatur pada Rencana Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K) dimana banyak pekerjanya tidak
memakai APD (Alat Pelindung Diri).

57
6.1.2 Kesimpulan Kerja praktik
Kesimpulan proyek yang penyusun dapatkan selama kerja praktik
di proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu antara lain:
a. Pengerjaan Base Course (lapis fondasi atas) menggunkan CTB (Cement
Treated Base) yang merupakan campuran antara semen, air, serta
agregat halus dan kasar dengan melalui proses gradasi laboratorium.
Bahan bahan tersebut dicampur dengan alat khusus yang dapat
menghasilkan campuran beton setengah basah dengan kadar air
minimum (slump nol).
b. Pekerjaan struktur atas adalah penghamparan dan pemadatan lapisan
struktur atas yang berupa aspal beton (asphalt concrete). Lapisan aspal
beton (Laston) terdiri dari dua jenis campuran yaitu AC-WC (Asphalt
Concrete Wearing Course) dan AC-BC (Asphalt Concrete Binder
Course) dengan ukuran tebal agregat masing-masing campuran
adalah 4 cm dan 6 cm
6.2 SARAN
Berdasarkan pengamatan selama melakukan kerja praktik di proyek
peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu , penulis menemukan beberapa
hal di proyek yang menurut penulis kurang tepat sehingga penulis
berusaha memberi masukkan atau saran yang barangkali bisa digunakan
untuk acuan pada proyek selanjutnya. Adapun saran yang penusun
berikan adalah:
a. Perlu meningkatkan kesadaran dan perhatian terhadap K3
(Keselamatan dan Keamanan Kerja) di proyek, karena masih banyak
tenaga kerja lapangan terutama tukang dan kenek tidak menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) saat bekerja walaupun sebenarnya
peraturan K3 telah ada.
b. Perlunya meningkatkan kesadaran terhadap seluruh staff dan pekerja
untuk lebih memperhatikan kebersihan lingkungan proyek.

58
c. Perlunya adanya pengaturan lalulintas supaya warga sekitar atau
pengendara yang mau melewati jalan tidak mengganggu proses
berjalannya proyek.

59
DAFTAR PUTAKA

AASHTO,1993. Design of Pavement Structure. USA: Annual Books of AASHTO


Standard.
Anonim. 2016. Panduan Umum Teknik Penulisan FST UTY –Final. Yogyakarta:
Universitas Teknologi Yogyakarta.
Google Maps. 2018. Peta Lokasi Proyek Peningkatan Ruas Jalan Tegalsari Klepu
. http://maps.google.com, Diakses Pada Tanggal 19-1-2018 Pukul 11:14
L. Hendarsin, Shirlen. 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya. Bandung :
Politeknik Negeri Bandung.
Nabar, Darmansyah, Drs. 1998. Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat.
Palembang : Universitas Sriwijaya
Prasetia, A. 2016. Laporan Kerja Praktik Proyek Pengembangan Bandar Udara
Internasional Ahmad Yani Semarang Jalan Puad Ahmad Yani.
Semarang:Universitas Katolik Soegijapranata
Putri, A. 2016. Laporan Kerja Praktik Proyek Pembangunan Jalan Tol
Semarang-Solo Tahap II Ruas Bawen-Solo,Jembatan Tuntang Paket 3.1 :
Bawen - Polosiri. Semarang:Universitas Katolik Soegijapranata
Robbins,Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi. Indonesia : Konsep Kontrovensi,
Aplikasi, Alih Bahasa : Hadayana Pujatmaka Jakrta : Prehalindu
SNI 03-6388-2002. 2002. Spesifikasi pipa beton tidak bertulang untuk Saluran
Air Limbah, Saluran Air Hujan dan Gorong-gorong. Bandung: Badan
Standarisasi Nasional
SNI 1726-2012. 2012. Tata Cara Pelaksanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung. Bandung: Badan Standarisasi Nasional
SNI 1744-2012. 2012. Metode uji CBR Laboratorium. Bandung: Badan
Standarisasi Nasional
SNI 1969-2008. 2008. Metode Pengujian Campuran Aspal Dengan Alat Marshal.
Bandung: Badan Standarisasi Nasional

60
Spek Umum 2010 Revisi 3, Spesifikasi Umum Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan
dan Jembatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Binamarga.
Sukirman, Silvia. 1995. Perencanaan Lentur Jalan Raya. Jakarta : Nova
Sukirman, Silvia 2003. Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta : Nova
Tenriajeng, Andi Tenrisuki.2012.Rekayasa Jalan Raya 2. Jakarta: Gunadarma
Terry, G. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Erlangga

61

Anda mungkin juga menyukai