PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN
Tujuan dari kerja praktik (KP) di proyek peningkatan ruas jalan
Tegalsari-Klepu di Kecamatan Kokap Kab. Kulon Progo antara lain :
1.2.1 Tujuan Proyek
a. Memperlancar lalu lintas antar daerah di Kabupaten Kulon Progo.
b. Meningkatkan akses pelayanan dalam melakukan distribusi barang dan
jasa.
c. Meningkatkan pemerataan untuk hasil pembangunan .
d. Mempermudah akses menuju pariwisata yang ada di Kabupaten Kulon
Progo.
1.2.2 Tujuan Kerja Praktik
Tujuan kerja praktik ini adalah penulis dapat mengetahui tahapan–
tahapan pembuatan jalan dari base course hingga perkerasan lentur jalan.
Dimana secara garis besar pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan fondasi
jalan, dan pekerjaan perkerasan lentur jalan (AC-BC dan AC-WC).
2
yang nantinya akan memudahkan alumni untuk mencari pekerjaan
setelah lulus.
1.3.3 Bagi Industri Konstruksi
a. Meningkatkan kerja sama antara dunia pendidikan dengan dunia industri
konstruksi, sehingga industri konstruksi tersebut akan lebih dikenal oleh
kalangan akademis.
b. Adanya kritikan-kritikan yang membangun dari mahasiswa yang
melakukan Kerja Praktik yang tentunya sangat bermanfaat untuk industri
konstruksi tersebut.
3
1.5 GAMBARAN UMUM PROYEK
Proyek jalan sepanjang 3,00 Km dengan jenis perkerasan lentur (flexibke
pavement) dengan mutu aspal penetrasi 60/70 tebal aspal AC-BC 6 cm dan
aspal AC-WC 4 cm. Jalan ini dilengkapi dengan bahu selebar 1 m pada sisi
kanan dan kiri jalan dan dilengkapi dengan drainase selebar 50 cm.
4
1.7 DATA PROYEK
1.7.1 Data Umum Proyek
Data umum proyek merupakan kelengkapan data-data administrasi
kontrak selama pelaksanaan proyek. Adapaun data umum dalam proyek
peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu Kab. Kulon Progo antara lain:
a. Perjanjian Kontrak : Paket Peningkatan Jalan Sermo -
Girimulyo
b. Lingkup Proyek : Peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu
Kokap, Kabupaten Kulon Progo
c. Lokasi Proyek : Jalan Tegalsari-Klepu Sta 0+00 sampai
Sta 3+00
d. Pengguna Jasa : PPK. SKPD TP Dinas Pekerjaan Umum,
Perumahan dan Energi Sumber Daya
Manusia D.I. Yogyakrta
e. Konsultan Pengawas : CV Citra Matra Ardhitama JO CV.Cipta
Buana Sejati
f. Kontraktor : PT Arena Reka Buana
g. Nilai Kontrak Fsisik : Rp. 13.267.743.779,19
h. Waktu Pelaksanaan : 28 Mei 2018-23 November 2018
1.7.2 Data Teknis Proyek
Data teknis proyek merupakan data-data berisi karakteristik dari proyek
yang dibangun tersebut. Adapun data dalam Peningkatan ruas jalan Tegalsari-
Klepu, Kokap, Kabupaten Kulon Progo antara lain :
a. Lokasi Proyek : Kecamatan Kokap, Kab. Kulon Progo, D.I.
Yogyakrta
b. Panjang Jalan : 3 Km
c. Lebar Jalan : 5,5 m
5
dan dalam keberhasilan penyusunan laporan kerja praktik. Penyusun
memperoleh data dengan dua macam metode yaitu pengumpulan data primer
dan metode pengumpulan data sekunder.
6
BAB 2
DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Proses Output
Analisis Hasil
7
Pada konstruksi pada proyek Peningkatan Ruas Jalan Tegalsari-Klepu Kab.
Kulon Progo, dasar-dasar perencanaan dan analisis hitungannya mengikuti
peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia dan berdasarka data hasil
pengujian. Peraturan yang digunakan sebagai dasar perencanaan adalah:
a. Spek Umum 2010 Revisi 3, Kementrian Pejerjaan Umum Direktorat
Bina Marga.
b. Peraturan Perencanaan Metode AASHTO 1993.
c. Peraturan Gorong-Gorong SNI 03-3719-2006
d. Peraturan Timbunan Biasa SNI 03-6797-2006
e. Peraturan Timbunan Pilihan SNI 03-1774-2010
f. Tata Cara Pengujian CBR Laboratorium SNI 03-1744-2000
g. Peraturan Pemadatan Agregat Lapis Fondasi SNI-1743-2008
h. Peraturan Uji Penetrasi Aspal SNI 2848-2011
i. Peraturan Pengujian Slump Beton SNI 1972-2008
j. Peraturan Pengujian Kuat Tekan Beton SNI 1974-2011
k. Dan lain-lain yang secara nyata termasuk dalam dokumen atau gambar
kerja, RKS(Rencana Kerja dan Syarat), spesifikasi teknik, berita acara
penjelasan pekerjaan, dan ketentuan lainnya.
8
2.2.1 Perkerasan Lentur (flexible pavement)
Konstruksi perkersan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di
atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi
menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan bawah
LAPIS PERMUKAAN
9
Sebagai Lapisan aus, yaitu yang dapat aus selanjutnya dapat diganti
lagi dengan yang baru.
Lapis permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi dua lapisan, yaitu:
Lapis Aus (Wearing Course)
Lapis aus (Wearing Course) merupakan bagian dari lapis permukaan
yang terletak di atas lapis antara (binder course).
Lapis Antara ( Binder Course)
Lapis antara (Binder Couse) merupakan bagian dari lapis permukaan
yang terletak di antara lapis fondasi atas (base course) dengan lapis aus
(wearing course).
2. Lapis Fondasi Atas (Base Course)
Lapis fondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dan lapis fondasi bawah atau dengan tanah apabila tidak
menggunakan lapis fondasi bawah. Fungsi lapis ini adalah :
a. Lapis Pendukung bagi lapis permukaan.
b. Pemikul beban horizontal dan vertikal.
c. Lapis perkerasa bagi fondasi bawah
3. Lapis Fondasi Bawah (Subbase Course)
Lapisan fondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
fondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis ini adalah :
a. Penyebar beban roda.
b. Lapis peresapan
c. Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis fondasi.
d. Lapis pertama pada pembuatan perkerasan.
4. Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan di
atasnya. Menurut spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari
timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu
sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya
(CBR). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah
10
aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah
yang distabilisasi dan lain lain.
2.2.2 Kriteria Konstruksi Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur mempunyai kriteria dalam konstruksi yang harus di
penuhi, yaitu :
a. Syarat-syarat berlalu lintas
Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban
dan permukaan jalan, sehingga kendaraan tidak mudah slip.
Permukaan tidak mengkilap dan silau jika terkena sinar matahari.
Permukaan yang rata, tidak bergelombang, dan tidak berlubang
Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah akibat beban
yang berkerja di atasnya
b. Syarat-syarat kekuatan struktural
Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan
bawahnya
Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di
atasnya dapat cepat dialirkan.
Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan
deformasi yang berarti.
Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan
lalu lintas ke tanah dasar.
2.2.3 Pengertian Aspal
Aspal beton adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran antara batuan
(agregat kasar dan agregat halus) dengan bahan ikat aspal yang mempunyai
persyaratan tertentu, dimana kedua material sebelum dicampur secara homogen,
harus dipanaskan terlebih daluhu. Pencampuran dilakukan dalam keadaan
panas, maka sering disebut sebagai hotmix. Semua pekerjaan pencampuran
hotmix dilakukan di pabrik pencampuran yang disebut sebagai Asphalt Mixing
Plant (AMP).
Konstruksi jalan terdiri dari beberapa lapis, antara lain : subgrade, sub
base course, base course, dan surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk
11
lapis perkerasan jalan juga terdiri dari beberapa jenis,yaitu : lapis fondasi, lapis
aus satu dan lapis fondasi aus dua.
2.2.4 Karateristik Aspal
Proses perencanaan campuran harus memperhatikan karateristik
campuran aspal beton, yang meliputi :
1. Stabilitas
Stabilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu
mendukung beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentu.
Stabilitas campuran diperoleh dari gaya gesekan antar partikel (internal
friction), gaya penguncian (interlocking), dan gaya adhesi yang baik
antara batuan dan aspal. Gaya gaya tersebut dipengaruhi oleh
kekerasan permukaan batuan, ukuran gradasi, bentuk butiran, kadar
aspal, dan tingkat kepadatan campuran.
2. Durabilitas
Aspal yang dimaksud agar perkerasan mempunyai daya tahan terhadap
cuaca dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang
mendukung durabilitas meliputi kadar aspal yang tinggi, gradasi yang
rapat, dan tingkat kepadatan yang sempurna.
3. Fleksibilitas
Fleksibilitas yang dimaksud adalah kemampuan yang mampu
menanggulangi lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang
tanpa mengalami perubahan bentuk. Fleksibilitas perkerasan dapat
dicapai dengan menggunakan gradasi yang relatif terbuka dan
penambahan kadar aspal tertentu sehingga dapat menambah ketahanan
terhadap pembebanan.
4. Kekesatan/Tahanan Gesek (Skid Resistance)
Tahanan gesek yaitu kemampuan permukaan beton aspal, terutama
pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan,
sehingga kendaraan tidak tergelincir, ataupun slip.
Faktor-faktor untuk mendapatkan kekesatan jalan sama dengan
untuk mendapatkan stabilitas yang tinggi, yaitu kekasaran permukaan
12
dan butiran-butiran agregat, luas bidang kontak antar butir atau bentuk
butir, gradasi agregat, kepadatan campuran, dan tebal aspal.
5. Ketahanan Terhadap Kelelahan (Fatique Resistance)
Ketahanan terhadap kelelahan yaitu kemampuan beton aspal menerima
lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya kelelahan
berupa alur dan retak. Hal ini dapat tercapai jika mempergunakan kadar
aspal yang tinggi.
6. Kedap Air (Impermeabilitas)
Kedap air adalah kemampuan aspal untuk tidak dapat dimasuki air
ataupun udara ke dalam lapisan aspal. Air dan udara dapat
mengakibatkan percepatan proses penuaan aspal dan pengelupasan
selimut aspal dan permukaan agregat. Jumlah pori yang tersisa setelah
beton aspal dipadatkan dapat menjadi indikator kekedapan air
campuran. Tingkat impermeabilitas beton aspal berbanding terbalik
dengan tingkat durabilitasnya.
7. Mudah Dilaksanakan (Workability)
Merupakan kemampuan campuran beton aspal untuk mudah
dihamparkan dan dipadatkan. Tingkat kemudahan dalam pelaksanaan
menentukan tingkat efisiensi pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi
tingkat kemudahan dalam proses penghamparan dan pemadatan adalah
viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur, dan
gradasi serta kondisi agregat. Revisi atau koreksi terhadap rancangan
campuran dapat dilakukan jika ditemukan kesukaran dalam
pelaksanaan.
2.2.5 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari aspal beton
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas aspal antara lain :
a. Over heating (temperatur pemanasan terlalu tinggi) baik untuk agregat
maupun untuk aspal.
b. Underheating (temperatur pemanasan terlalu rendah) baik untuk
agregat maupun untuk aspal.
c. Campuran rencana yang tidak tepat.
d. Agregat yang basah, karena penyimpanan yang tidak benar.
13
e. Komponen pabrik pencampur mengalami kerusakan yang tidak
diketahui.
f. Pengaturan masing-masing komponen tidak memenuhi persyaratan
yang diminta.
g. Penimbangan yang tidak terkontrol dengan baik.
h. Penghamparan yang kurang baik.
i. Tebal pengahamparan yang terlalu tebal.
j. Pemuatan ke truk pengangkut (dump truck) yang kurang baik.
k. Alat pemadatan dan proses pemadatan yang tidak baik.
l. Temperatur penghamparan dan pemadatan yang tidak baik.
m. Jangka waktu dari proses pemadatan sampai jalan dibuka untuk lalu
lintas umum terlalu cepat.
14
BAB 3
MANAJEMEN PROYEK
15
apabila dalam pelaksanaan dan hasil dari pekerjaan tersebut dapat
dipertanggung jawabkan dari segi teknis, ekonomi, dan sosial budaya
3.1.1 Unit Organisasi
3.1.1.1 Pemilik Proyek
Pemilik proyek (owner) adalah suatu badan usaha atau perorangan, baik
pemerintah maupun swasta, yang memberikan pekerjaan serta membiayai
seluruh biaya proyek dalam proses pembangunan. Pemilik proyek peningkatan
ruas jalan Tegalsari-Klepu ini adalah Dinas PUP ESDM Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Hak dan kewajiban pemilik proyek adalah:
1. Menerima dan mengesahkan rencana dan hasil pekerjaan yang akan dan
telah diselesaikan serta layak untuk disetujui dan disahkan.
2. Bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan
oleh pemilik proyek.
3. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia
4. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak
yang telah ditetapkan kepada penyedia.
5. Mengeluarkan surat perintah kerja
6. Memberikan laporan tentang perkembangan proyek kepada pejabat atasan
langsung.
7. Menerima dan mengambil keputusan tentang permasalahan yang terjadi
pada proyek.
Unit Organisasi yang termasuk dalam pemilik proyek adalah sebagai
berikut:
1. Pemilik Proyek
Pemilik proyek adalah pihak yang menginginkan suatu fasilitas proyek,
sekaligus yang menangung pembiayaan proyek yang akan didirikan.
2. Pemimpin Proyek (PIMPRO)
Pemimpin Proyek adalah orang yang diangkat untuk memimpin
pelaksanaan kegiatan proyek, mempunyai hak, wewenang, fungsi serta
bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang dipimpinnya dalam
mencapai target yang telah ditetapkan.
16
a. Mengambil keputusan terakhir yang berhubungan dengan
pembangunan proyek.
b. Menandatangani Surat Perintah Keja (SPK) dan surat perjanjian
(kontrak) antara pimpro dengan kontraktor.
c. Mengesahkan semua dokumen pembayaran kepada kontraktor.
d. Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan
e. Memberikan semua instruksi kepada konsultan pengawas.
3. Bendahara
Bendahara adalah orang yang bertanggung jawab kepada pemimpin
proyek atas pengaturan penbiayaan sesuai dengan peraturan yang berlaku
pada pelaksanaan proyek.
4. Kepala Urusan Teknik
Tugas kepala urusan teknik yaitu:
a. Membantu pelaksana kegiatan dalam mengendalikan proyek sejak
awal kegiatan sampai pelaksanaan kegiatan.
b. Membantu mengevaluasi pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan
sehingga sesuai dengan yang direncanakan.
c. Memberikan saran-saran teknis kepada pelaksanaan kegiatan.
d. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan proyek atas
persetujuan pelaksana kegiatan.
e. Mengumpulkan, meneliti dan mengelola data yang berhubungan
dengan pelaksanaan proyek.
5. Pengawas Lapangan
Pengawas lapangan adalah orang yang melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan apakah sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati
agar dapat memberikan laporan kepada pimpinan proyek mengenai kualitas
material dan peralatan yang digunakan sesuai dengan rencana atau belum.
Tugas dan tanggung jawab pengawas lapangan yaitu :
a. Melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan, sehingga tetap
terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana kerja.
b. Menampung segala persoalan di lapangan dan menyampaikannya
kepada pemimpin proyek.
17
c. Membantu survei dan mengumpulkan data di lapangan.
d. Menjaga hubungan baik dengan instasi serta masyarakat setempat yang
berhubungan dengan pekerjaan.
e. Meneliti laporan bulanan yang diserahkan oleh kontraktor.
6. Pelaksana Kegiatan
Tugas pelaksana kegiatan yaitu :
a. Mengendalikan proyek sejak awal kegiatan sampai selesai pelaksanaan.
b. Memberikan semua instruksi kepada konsultan pengawas.
c. Menyetujui atau menolak pekerjaan tambah kurang
d. Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan
7. Pemegang Administratif Keuangan
Tugas pemegang administratif keuangan yaitu :
a. Meyelenggarakan data-data kearsipan yang berhubungan dengan bukti-
bukti pembukuan keuangan selama pelaksanaan proyek.
b. Bertanggung jawab atas pengelolaan admisinistrasi keuangan proyek.
c. Melaksanakan pembayaran atas persetujuan pelaksana kegiatan serta
menyiapkan surat permintaan pembayaran (SPP).
d. Menyelenggarakan buku kas umum dengan buku-buku pembantunya.
8. Pelaksana Administrasi Keuangan
Tugas pelaksana adminstrasi keuangan yaitu :
a. Mempersiapkan daftar biaya berkaitan dengan rancangan dalam bentuk
batas biaya dan target biaya untuk setiap bagian pekerjaan.
b. Menyelenggarakan sistem administrasi umum dan teknis dalam rangka
memperlancar pengelolaan proyek.
c. Membuat pembukuan arsip-arsip yang berhubungan dengan
pelaksanaan proyek.
d. Melaksanakan pengendalian biaya selama pelaksanaan proyek.
3.1.1.2 Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana adalah orang atau badan yang menerima dan
menyelenggarakan pekerjaan konstruksi, menurut biaya yang telah disediakan,
melaksanakan sesuai dengan syarat dan peraturan yang telah disepakati.
18
Hak dan kewajiban kontraktor:
1. Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
harga yang telah ditentukan dalam kontrak.
2. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada pemilik
proyek
3. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan yang telah di tetapkan dalam kontrak.
4. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat
dan penuh tanggungjawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-
bahan, peralatan, angkutan ke atau dari lapangan dan segala pekerjaan
permanen maupun sementar yang diperlukan untuk pelaksnaan,
penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang dirinci dalam kontrak.
5. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk
pemeriksaan pelaksanaan yang telah dilakukan oleh pemilik proyek.
6. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan
pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak.
7. Mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi
lingkungan tempat kerja dan membatasi kerusakan dan gangguan
kepada masyarakat maupun pemiliknya akibat kegiatan pelaksana.
19
e. Membandingkan seluruh perencanaan dengan realisasi hasil yang telah
dicapai.
2. Site Operation Manager (SOM)
SOM bertugas dalam memimpin unit operasi lapangan dan berwenang dalam
mengelola pelaksanaan pekerjaan di lapangan seperti:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai perencanaan baik teknis maupun
keuangan sebagaimana telah disiapkan oleh pihak SEM
b. Mengkoordinasikan general superintendant dalam mengendalikan dan
mengontrol pekerjaan para mandor dan subkontraktor
c. Membina dan melatih keterampilan para staf, tukang, dan mandor.
3. Site Administration Manager (SAM)
SAM bertugas memimpin unit administrasi proyek dan berwenang
mengelola urusan keuangan akuntansi/pembukuan, urusan umum dan SDM
proyek, seperti:
a. Menyiapkan urusan administrasi penagihan kepada pemilik proyek
b. Melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal
c. Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran.
d. Mengurus masalah perpajakan dan asuransi.
4. Quality Engineer.
Tugas Quality Engineer yaitu :
a. Bertanggung jawab kepada Site Engineer.
b. Menyerahkan kepada Site Engineer himpunan data bulanan pengendalian
mutu paling lambat 14 bulan berikutnya. Himpunan data harus mencakup
semua tes laboratorium dan lapangan secara jelas dan terperinci
c. Melakukan semua analisa semua tes, termasuk usulan komposisi
campuran (job mix formula) dan justifikasi teknik atas persetujuan dan
penolakan usul tersebut.
d. Memerintahkan kontraktor untuk membongkar dan memperbaiki kembali
pekerjaan yang kualitasnya tidak sesuai dengan ketentuan.
e. Menolak material dan peralatan kontraktor yang tidak memenuhi syarat
dan ketentuan yang berlaku.
20
f. Memeriksakan hasil pekerjaan dari kontarktor apakah sesuai mutu dan
kualitas yang ditentukan.
5. Quality Control.
Tugas Quality Control yaitu :
a. Bertanggung jawab kepada Site Engineer.
b. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan kontraktor apakah sesuai
dengan kuantitas yang telah ditentukan.
c. Menolak pekerjaan kontraktor yang kuantitasnya tidak sesuai dengan
ketentuan.
d. Memberikan laporan tertulis pada pelaksanaan kegiatan atas hal-hal yang
menyangkut masalah pengendalian kuantitas.
6. Quantity Surveyor
Tugas Quantity surveyor yaitu :
a. Menghitung kebutuhan bahan material yang diperlukan dalam
pelaksanaan konstruksi bangunan.
b. Mengecek kebutuhan material apakah sudah sesuai dengan perhitungan
estimator.
c. Mengecek setiap gambar shop drawing baru apakah terjadi perubahan
dari apa yang sudah dihitung sebelumnya.
7. Surveyor
Tugas Surveyor yaitu :
a. Bertanggung jawab langsung kepada Quantity Engineer.
b. Melakukan pengawasan ketelitian pengukuran oleh kontraktor terhadap
titik-titik penting sehingga tidak terjadi selisih dimensi maupun elevasi.
c. Mengumpulkan semua data pekerjaan yang dilaksanakan dilapangan dan
bertanggung jawab atas ketlitian yang didapat.
8. Safety Patrol
Tugas Safety Patrol yaitu :
a. Melakukan pengawasan terhadap kondisi keselamatan pekerjaan
pelaksanaan proyek.
b. Melakukan pengawasan terhadap proses daur ulang limbah buangan
proyek agar tidak merusak lingkungan sekitar.
21
c. Melakukan pengarahan keamanan terhadap tamu yang datang ke lokasi
pekerjaan proyek.
Struktur organisasi kontraktor Proyek Peningkatan ruas jalan Tegalsari-
Klepu Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada Gambar 3.1
22
2. Membuat laporan perkembangan proyek.
3. Mengoreksi dan merevisi gambar kerja yang dibuat oleh konsultan
perencana.
4. Membuat surat-surat pelaksanaan pekerjaan.
5. Menghitung dan menyiapkan penambahan atau pengurangan
pekerjaan.
6. Mengadakan rapat secara periodik tentang perkembangan dan
permasalahan di lapangan agar dapat menentukan langkah selanjutnya.
7. Memberikan saran, masukan dan teguran pada kontraktor pelaksana.
Struktur organisasi proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu
Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada gambar 3.2
23
3.2 ADMINISTRASI PROYEK
3.2.1 Laporan Kerja
Laporan kerja adalah suatu bentuk penyampaian berita, keterangan,
pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara
tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang
(authority) dan tanggungjawab (responsibility) yang ada antara mereka. Salah satu
cara pelaksanaan komunikasi dari pihakyang satu kepada pihak yang lainnya.
Laporan kerja merupakan salah satu alat untuk menyampaikan informasi
baik formal maupun nonformal. Penyampaian informasi dari petugas/pejabat
tertentu kepada petugas/pejabat tertentu dalam suatu sistem dministrasi.
Berikut fungsi laporan kerja:
1. Laporan disampaikan kepada pimpinan merupakan tanggung jawab yang
harus disampaikan oleh bagian administrasi.
2. Laporan merupakan salah satu sumber informasi yang diperlukan oleh
seorang pemimpin.
Syarat-syarat laporan yang baik adalah sebagai berikut:
1. Clear
Kejelasan suatu laporan diperlukan baik kejelasan dalam pemakaian
bahasa, istilah maupun kata-kata harus yang mudah dicerna, dipahami dan
dimengerti.
2. Mengenai sasaran permasalahannya
Caranya dengan jalan menghindarkan pemakaian kata-kata yang
membingungkan, demikian juga dalam hal penyusunan kata-kata maupun
kalimat yang jelas dan singkat.
3. Lengkap
Kelengkapan tersebut menyangkut:
Permasalahan yang dibahas harus sudah terselesaikan semua sehingga
tidak menimbulkan pertanyaan. Pembahasan urutan permasalahan harus
sesuai dengan prioritas penting tidaknya permasalahan diselesaikan atau
dengan kata lain masalah yang sangat penting diutamakan pembahasannya
baru masalah-masalah yang timbul dalam pembahasan sampingan
seyogyanya juga dibahas. Sehingga laporan menjadi lengkap dan mantap
24
karena sudah mencakup segala segi yang didukung dengan data-data
statistik yang jelas dan lengkap.
4. Tepat waktu dan cermat
Tepat waktu sangatlah diperlukan dalam penyampaian laporan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan karena pihak yang membutuhkan laporan
untuk menghadapi masalah-masalah yang bersifat mendadak
membutuhkan pembuat laporan yang bisa diusahakan secepat-cepatnya
dibuat dan disampaikan. Jika terjadi keterlambatan penyampai laporan
bagi yang berkepentingan berarti terjadi pemborosan waktu maupun
tenaga kerja kalau misalnya laporan tersebut diperlukan untuk bagian
pengendalian produksi maka bagian pengendalian produksi akan kacau
karena bagian ini menyangkut proses produksi yang berlangsung terus-
menerus. Oleh karena itu ketepatan waktu maupun kecermatan pembuatan
laporan sangat diperlukan.
5. Tetap
Laporan yang didukung data-data yang bersifat tetap dalam arti selalu
akurat dan tidak berubah-ubah sesuai dengan perubahan waktu dan
keadaan akan membuat suatu laporan lebih dapat dipercaya dan diterima.
Keterangan-keterangan dalam menyampaikan laporan tidak boleh saling
bertentangan satu sama lain.
6. Objektif dan faktual
Pembuat laporan harus berdasarkan fakta-fakta yang bisa dibuktikan
kebenarannya maupun dibuat secara objektif.
7. Harus ada proses timbal balik
Laporan yang baik harus bisa dipahami dan dimengerti sehingga
menimbulkan gairah dan minat pembaca. Jika pembaca memberikan
tanggapan berarti menunjukkan adanya proses timbal balik yang bisa
memanfaatkan secara pemberi laporan maupun pembaca laporan.
3.2.1.1 Laporan Harian
Laporan harian adalah bentuk laporan kerja yang memantau
perkembangan setiap harinya. Fungsi laporan harian adalah untuk memudahkan
pengecekan data-data pekerjaan dilapangan jika suatu saat ada kesalahan yang
25
mengharuskan mengecek pekerjaan tertentu. Laporan harian diajukan kepada
pihak pemberi tugas setelah disetujui oleh Pengawas.
Pada dasarnya hal-hal yang dilaporkan antara lain:
1. Penilaian jumlah tenaga kerja dan pekerjaan.
2. Perincian jumlah material dan alat yang digunakan.
3. Jam kerja.
4. Keadaan cuaca.
5. Permasalahan yang terjadi
26
7. Prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan.
3.2.2 Rencana Kerja
Rencana kerja merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kontraktor di
dalam melaksanakan pekerjaan. Rencana kerja memberi gambaran secara jelas
dan terperinci tentang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan beserta waktu
yang disediakan untuk masing-masing tahapan pekerjaan. Bentuk rencana kerja
yang ada dalam proyek ini meliputi:
27
3.2.4 Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat. Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam
pelaksanaan proyek karena pengaruhnya cukup besar terhadap biaya dan waktu
penyelesaian suatu pekerjaan proyek.
28
memerlukan pemikiran yang mendalam agar waktu dan biaya dari proyek tersebut
dapat digunakan secara efektif.
3.2.5.1 Waktu Kerja
Waktu kerja pada Dalam proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu
Kabupaten Kulon Progo dari hari senin sampai sabtu mulai dari jam 08.00 WIB
sampai jam 17.00 WIB.
Berikut jadwal jam kerja proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu:
a. 08.00 WIB – 12.00 WIB Jam kerja
b. 12.00 WIB – 13.00 WIB Jam Istirahat
c. 13.00 WIB – 17.00 WIB Jam kerja
29
BAB 4
ALAT DAN BAHAN
4.1 PERALATAN
Pembangunan jalan raya ataupun peningkatan jalan raya banyak hal yang
diperlukan untuk menunjang proses pekerjaan yang akan berlangsung, seperti
alat-alat yang dipakai selama pembangunan proyek jalan baik alat berat maupun
alat-alat sederhana. Alat-alat kerja perlu ditinjau dari segi ekonomi biaya dan
waktu apakah dalam pemakaian alat tersebut lebih menguntungkan dibandingkan
menggunakan tenaga manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah alat berat
yang digunakan antara lain:
a. Kondisi di lapangan
b. Biaya, waktu, dan pekerjaan yang tersedia
c. Kemampuan dan kapasitas alat
d. Volume pekerjaan
e. Jenis pekerjaan di lapangan
Jenis-jenis alat yang digunakan pada proyek peningkatan jalan ruas
Tegalsari-Klepu Kulon Progo antara lain sebagai berikut:
a. Excavator
Excavator adalah alat yang digunakan untuk pekerjaan galian dan
timbunan tanah. Excavator ini memiliki lengan (arm) yang dapat
berputar, sehingga dapat lebih mudah untuk menggali tanah dengan
kedalaman tertentu. Pada proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu
Kulon Progo, excavator ini bermerek komatsu yang di datangkan dari PT.
Aneka Dharma Persada sebanyak 2 unit, digunakan untuk menggali tanah
dalam pekerjaan cut and fill lahan proyek. Selain digunakan untuk
pekerjaan cut and fill excavator digunakan untuk pemasangan udit atau
saluran U, gambar excavator dapat dilihat pada Gambar 4.1.
30
Gambar 4.1 Excavator
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
b. Dump Truck
Dump truck adalah sebuah truk yang mempunyai bak materal yang dapat
dimiringkan sehingga untuk menurunkan material hanya dengan
memiringkan bak materialnya sehingga muatan akan dapat meluncur
kebawah. Pompa hidrolik digunakan untuk memiringkan bak. Pada proyek
peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo dump truck digunakan
untuk mengangkut material seperti agregat fondasi kelas A , aspal, pasir, dan
material timbunan. Alat angkut dump truck ini didatangkan langsung dari
kontraktor pelaksana PT. Aneka Dharma Persada. Gambar dump truck dapat
dilihat pada Gambar 4.2.
31
c. Dozer
Dozer adalah alat berat yang berfungsi untuk membabat atau menebas dan
sering digunakan pada saat pembukaan lahan baru. Alat berat ini dipakai
untuk membabat pohon-pohon pada saat proses penentuan trase jalan.
Selain itu, dozer juga berfungsi untuk memindahkan material ke tempat
lain dengan jarak angkut sangat terbatas (load and carry). Pada proyek
peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo ini dozer di
datangkan langsung dari kontraktor pelaksana PT. Aneka Dharma
Persada.
32
e. Tandem Roller
Tandem Roller adalah alat penggilas atau pemadat yang terdiri atas
berporos 2 (two axle) dan berporos 3 (three axle tandem rollers).
Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang
agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton dan lain-lain. Tandem
Roller ini memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya,
beratnya antara 8-14 ton. Penambahan berat yang diakibatkan oleh
pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara 25%-60% dari berat
penggilas. Three axle tandem roller digunakan untuk mendapatkan
penambahan kepadatan pada pekerjaan penggilasan. Pada proyek
peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo menggunakan
tandem roller bertipe berporos 2 (two axle) yang di datangkan langsung
dari PT. Aneka Dharma Persada.
33
peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo digunakan
pneumatic tire roller bermerek Sakai dengan jumlah 2 unit yang di
datangkan langsung dari PT. Aneka Dharma Persada. Gambar pneumatic
tire roller dapat dilihat pada Gambar 4.6.
34
h. Aspalt Finisher
Aspalt Finisher berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin
pengolah aspal, serta meratakan lapisannya. Konstruksi asphalt finisher
cukup besar sehingga membutuhkan trailer untuk mengangkut alat ini ke
lokasi proyek. Asphalt finisher memiliki roda yang berbentuk kelabang
atau disebut dengan crawler track dengan hopper yang tidak beralas,
sedangkan di bawah hopper tersebut terdapat pisau yang juga selebar
dengan hopper. Kemudian aspal akan langsung turun ke permukaan dan
disisir oleh pisau. Alat tersebut di datangkan langsung dari PT. Aneka
Dharma Persada.
35
Gambar 4.9 Concrete Mixer Truck
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
36
Gambar 4.11 Aggregate Cold Bin
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
4.2 BAHAN
Material yang digunakan pada suatu proyek jalan raya harus sesuai
dengan persyaratan kualitas bahan yang telah ditentukan dalam peraturan dan
sesuai dengan perencanaan karena kualitas dari bahan material sangat
menentukan mutu konstruksi dan biaya pembangunan. Selain memeriksa
mutu/kualitas bahan material, jadwal pengiriman dari tempat pembelian dan
penempatan bahan material merupakan hal-hal yang cukup penting untuk
diperhatikan, hal ini untuk menghindari terjadinya penimbunan bahan yang
tidak diperlukan pada saat itu.
Ada kemungkinan pula bahan tersebut sudah tidak memenuhi syarat
atau sudah rusak pada saat dibutuhkan. Selain itu juga untuk menghindari
terganggunya pelaksanaan pekerjaan di lapangan karena penempatan dari
bahan material tersebut. Di samping mutu material, perlu diperhatikan juga
anggaran biayanya agar pembangunan jalan tersebut menghasilkan kualitas
jalan yang maksimal dengan biaya yang serendah mungkin.
Pada proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo,
sebagian bahan yang digunakan diproduksi di luar proyek, sebagai contoh
agregat lapis fondasi kelas A, agregat lapis fondasi CTB, beton dan aspal
diproduksi di base camp PT. Aneka Dharma Persada, sehingga pada
pelaksanaannya sangat mudah dikontrol oleh konsultan pengawas.
37
Jenis-jenis bahan material yang digunakan pada proyek peningkatan
jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo antara lain sebagai berikut:
a. Timbunan
Timbunan adalah material yang terdiri dari bahan tanah atau bahan
galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen. Pada
proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo
menggunakan timbunan yang di ambil dari lokasi proyek misalkan tanah
hasil cuting dipilih yang sifat nya keras untuk dijadikan timbunan.
Gambar timbunan dapat dilihat pada Gambar 4.10.
38
Gambar 4.13 Batu Pecah
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
c. Aspal
Aspal adalah bahan yang bersifat melekat, berwarna hitam dan
tahan terhadap air. Aspal sering juga disebut dengan bitumen yang
merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan
sebagai lapis permukaan pada lapis perkerasan. Aspal juga digunakan
sebagai bahan pengikat antar agregat, agregat yang dimaksud terdiri dari
agregat kasar dan agregat halus. Aspal juga merupakan termoplastis yaitu
material yang lunak bila dipanaskan. Pada proyek peningkatan jalan ruas
Tegalsari-Klepu Kulon Progo jenis aspal yang dipakai adalah aspal hot
mix, yaitu suatu campuran perkerasan lentur yang terdiri dari agregat
kasar, agregat halus dan bahan pengikat aspal dengan perbandingan-
perbandingan tertentu yang dicampurkan dalam kondisi panas. Aspal
untuk proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo di
datangkan langsung dari AMP (Asphalt Mixing Plan) base camp PT.
Aneka Dharma Persada Gambar material aspal dapat dilihat pada
Gambar 4.12.
39
Gambar 4.14 Aspal
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
d. Air
Air digunakan sebagai penyiraman pada saat pemadatan tanah
subgrade dan pelaksanaan penghamparan lapis fondasi agregat kelas A
dan lapis fondasi CTB, agar kadar air yang dibutuhkan optimal.
Penyiraman pada tanah subgrade dilakukan agar tanah mencapai kondisi
titik jenuh. Agregat memiliki butiran besar dan tidak seragam sehingga
berongga yang besar, untuk itu agar campuran lapis fondasi tersebut
kompak atau saling mengisi dan mengunci saat dipadatkan diperlukan
penyiraman air. Pada proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu
Kulon Progo air diambil langsung dari sungai terdekat dari proyek.
Gambar material aspal dapat dilihat pada Gambar 4.13.
40
BAB 5
PELAKSANAAN PROYEK
41
2. Galian batuan
Pekerjaan galian yang dilakukan untuk membuang material yang berupa
batuan seperti batu kapur dan batu cadas. Proses galian ini biasanya
menggunakan alat hydraulic breaker untuk mempermudah dan
mempercepat proses galian.
3. Galian struktur
Pekerjaan galian yang dilakukan pada segala jenis tanah dalam batas
pekerjaan yang di tujukan untuk gambar struktur.
Pekerjaan timbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Timbunan biasa
Timbunan ini diambil dari material tanah yang biasanya digunakan dari
hasil galian sekitar lokasi proyek yang sedang berlangsung, dan material
tanah yang dapat digunakan untuk timbunan ini juga harus memenuhi
syarat.
2. Timbunan pilihan
Timbunan pilihan ini menggunakan tanah yang biasa disebut dengan
borrowpit, timbunan ini digunakan apabila nilai CBR tanah kurang dari
6%.
42
Gamar 5.2 Pemadatan Galian tanah
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
Nilai kepadatan dan kadar air pada tanah ditentukan dengan pengujian
sand cone. Pengujian ini juga dilakukan untuk membandingkan hasil
pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan apa yang direncanakan.
43
Pada proyek peningkatan jalan ruas Tegalsari-Klepu Kulon Progo Box
Culvert yang digunakan adalah ukuran 1m x 1m dengan menggunakan mutu
beton fc’ 20 Mpa yang didatangkan dari basecamp PT. Aneka Dharma
Persada dengan menggunakan dump truck dan trailer truck.
Prosedur pekerjaan Box Culvert adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pengalian Tanah
Menggali tanah sesuai dengan ukuran box culvert yang akan di pasang
dengan acuan gambar kerja
2. Tahap Pemasangan Box Culvert Pracetak
Pemasangan box culvert menggunakan excavator untuk meletakan
box culvert pracetak ke dalam galian yang telah tersedia dan dipasang
secara urut dan rapi sehingga tidak ada rongga yang lebar, sambungan
box culvert ditambal menggunakan adonan semen supaya air yang
mengalir tidak masuk ke dalam rongga tersebut
3. Tahap Timbunan
Setelah box culvert terpasang lalu di timbun dengan tanah dasar atau
subgrade dan agregat A lalu dipadatkan.
44
5.1.3 Pekerjaan Struktur Bawah
Pekerjaan struktur bawah merupakan pekerjaan lanjutan setelah
pekerjaan pembuatan badan jalan dan pekerjaan tanah dasar. Pekerjaan
struktur bawah terdiri atas pekerjaan fondasi agregat kelas A dan pekerjaan
fondasi agregat CTB.
a. Pekerjaan Lapis Fondasi Agregat Kelas A
Lapis fondasi agregat kelas A adalah mutu lapis fondasi atas untuk
lapisan di bawah lapisan beraspal sebelum lapis agregat CTB . Prosedur
pekerjaan lapis fondasi agregat kelas A adalah sebagai berikut:
1. Pengangkutan material agregat ke lokasi pekerjaan menggunakan
dump truck dan loadingnya dilakukan dengan menggunakan wheel
louder. Pengecekan dan pencatatan volume material dilakukan pada
saat penghamparan agar tidak terjadi kelebihan di satu tempat dan
kekurangan material di tempat yang lain.
2. Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan motor
grader, dalam tahap ini harus diperhatikan kondisi cuaca di lapangan,
panjang hamparan pada saat setiap section yang dipadatkan sesuai
dengan kondisi lapangan. Lebar penghamparan disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan tebal penghamparan sesuai dengan spesifikasi,
material yang tidak dipakai dipisahkan dan ditempatkan pada lokasi
yang telah ditetapkan.
3. Pemadatan material dilakukan dengan menggunakan hammer,
dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah. Sebelum dilakukan
pemadatan, fondasi agregat kelas A disiram terlebih dahulu dengan
menggunakan water tank truck. Operasi penggilasan harus merata dari
sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan
dalam arah memanjang. Pada bagian yang memiliki superelevasi,
penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak
sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan
harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin penggilas hilang
daln lapis tersebut terpadatkan secara merata.
45
Gambar 5.5 Pemadatan Fondasi Agregat Kelas A
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
46
3. Pemadatan material dilakukan dengan menggunakan hammer,
dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah. Sebelum dilakukan
pemadatan, fondasi agregat CTB disiram terlebih dahulu dengan
menggunakan water tank truck. Operasi penggilasan harus merata
dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu
jalan dalam arah memanjang. Pada bagian yang bersuperelevasi,
penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak
sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan
harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin penggilas hilang
daln lapis tersebut terpadatkan secara merata. Setelah rata agregat
CTB didiamkan selama 3 hari tanpa dilewati kendaraan guna
memperoleh tingkat kekerasan agregat dengan maksimum
47
atau aspal dimodifikasi dengan aspal alam disebut masing-masing sebagai
AC-WC Modified dan AC-BC Modified.
a. Teknis Pelaksanaan Perkerasan Aspal AC-BC
1. Penyemprotan Air Compressor
Sebelum penghamparan material aspal, lahan harus dibersihkan
terlebih dahulu agar material aspal dapat melekat dengan sempurna
tanpa penghambat material lain. Air Compressor adalah alat penghasil
atau penghembus udara bertekanan tinggi yang digunakan untuk
membersihkan kotoran-kotoran seperti debu, kerikil, sampah-sampah
kecil.
2. Penyemprotan Prime Coat dengan Asphalt Sprayer
Prime Coat adalah cairan aspal pada permukaan yang belum
beraspal yang berfungsi untuk memberi ikatan antara permukaan
fondasi atas dengan lapisan perkerasan di atasnya. Penyemprotan
prime coat dilakukan setelah lantai kerja dibersihkan dengan
menggunakan air compressor agar daya lekat antar permukaan bisa
melekat dengan sempurna.
Penyemprotan prime coat dilakukan dengan menggunakan
asphalt sprayer, asphalt sprayer dapat berupa truk tangki atau trailer
yang dapat digandeng dengan kendaraan lain. Alat ini dilengkapi
dengan sistem pemanas yang biasanya dengan bahan bakar minyak
dan dilengkapi juga dengan pompa, batang penyemprot (sprayer bot)
dan nozle yang mengarah ke bawah (ke permukaan jalan yang akan
dilapisi). Pengaturan sprayer sedemikian sehingga hasil semprotan
dari satu nozle akan saling tumpang tindih (overlaping) dengan hasil
semprotan nozle yang lain sehingga diperoleh hasil pelapisan yang
merata ke seluruh permukaan jalan.
48
Gambar 5.7 Lapisan Perekat Aspal
(Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018)
49
memanaskan screed sehingga campuran aspal tidak menempel pada
screed.
Kecepatan asphalt finisher pada saat penghamparan harus dijaga
agar konstan. Hal ini perlu dilakukan agar lapisan aspal yang dihasilkan
rata permukaannya. Jika kecepatan bertambah maka screed akan
menurun yang akan menyebabkan ketebalan lapisan berkurang. Hal ini
yang sebaliknya jika kecepatan berkurang.
50
Pemadatan kedua dilaksanakan pada temperatur 100º C-125º C
atau sekitar 0-20 menit setelah penghamparan. Pemadatan ini
dilakukan dengan menggunakan pneumatic tire roller (PTR) dengan
jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction untuk masing –
masing jenis lapis perkerasan (12-16 passing).
51
5. Pemadatan Material Agregat Lapis Aspal AC-WC
a. Penyemprotan Air Compressor
Air Compressor disemprotkan ke atas permukaan lapis
perkerasan aspal AC-BC untuk membersihkan kotoran-
kotoran seperti debu, kerikil, sampah-sampah kecil.
b. Penyemprotan Tack Coat dengan Asphalt Sprayer
Sebelum lapis perkerasan aspal AC-WC dihamparkan pada
existing jalan, terlebih dahulu dilakukan penyemprotan tack coat
pada lapis perkerasan aspal AC-BC. Hal ini dilakukan agar daya
lekat antar permukaan lapisan bisa melekat dengan sempurna.
Tack coat berbahan dasar berupa aspal dan kerosene
dicampur dengan komposisi sesuai spesifikasi dan dipanaskan
sehingga menjadi campuran aspal cair. Tack coat befungsi untuk
melekatkan agregat lapis perkerasan aspal AC-WC dengan
agregat lapis perkerasan aspal AC-BC yang terlebih dahulu
terpasang. Penyemprotan tack coat dilakukan dengan
menggunakan alat asphalt sprayer.
c. Penghamparan Material Agregat Lapis Perkerasan Aspal AC-
WC
Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) merupakan
lapisan perkerasan yang terletak atas dan berfungsi sebagai
lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural AC-WC dapat
menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu
sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari
konstruksi perkerasan.
Sebelum melakukan proses penghamparan material, Asphalt
Concrete Wearing Course (AC-WC) dari Asphalt Mixing Plan
(AMP) diangkut dengan dump truck ke lokasi proyek. Pada saat
pengangkutan ini harus dijaga temperatur material aspal dengan
cara menutupinya dengan terpal. Penghamparan material aspal
dilakukan dengan cara menuangkan material aspal dari dump
truck ke asphalt finisher, selanjutnya dari asphalt finisher
52
material aspal tersebut digelar. Ketebalan dan temperatur
material aspal pada saat penggelaran harus sesuai dengan
ketentuan/spesifikasi. Apabila cuaca tidak memungkinkan
(hujan) maka penghamparan harus dihentikan dan dilanjutkan
kembali setelah cuaca memungkinkan.
d. Pemadatan Material Agregat Lapis Aspal AC-WC
Pemadatan material agregat lapis aspal AC-WC terbagi dalam 3
tahapan yaitu sebagai berikut:
1) Pemadatan Pertama (Breakdawn Rolling)
Pemadatan pertama dilaksanakan pada saat temperatur
mencapai 111º C-102º C atau sekitar 0-10 menit setelah material
aspal digelar. Pemadatan ini menggunakan tandem roller dengan
jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction.
2) Pemadatan Kedua (Intermediate Rolling)
Pemadatan kedua dilaksanakan pada saat temperatur mencapai
102º C-83º C atau sekitar 0-20 menit setelah material aspal
digelar. Pemadatan ini menggunakan pneumatic tire roller dengan
jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction.
3) Pemadatan Terakhir (Final Rolling)
Pemadatan terakhir dilaksanakan pada saat temperatur
mencapai 83º C-63º C atau sekitar 20-45 menit setelah material
aspal digelar. Pemadatan ini menggunakan tandem roller dengan
jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction.
53
5.2.1 Masalah Yang Dihadapi Di Proyek
Pelaksanaan proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu tidak lepas dari
beberapa permasalahan yang terjadi, walaupun sudah dilakukan persiapan yang
sangat baik tetap saja permasalahan akan muncul secara tiba-tiba. Permasalahan
pada proyek terbagi dua yaitu permasalahan teknis dan non-teknis.
5.2.1.1 Masalah Teknis
Masalah teknis adalah permasalahan yang timbul dalam lingkunan proyek
yang disebabkan oleh alat, bahan, maupun pelaksana yang melakukan pekerjaan
tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Berikut beberapa masalah teknis
yang ditemui pada proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu:
1. Permasalahan Lahan
Perencanaan layout jalan mengalami perubahan dikarenakan lahan yang
direncanakan untuk jalan belum terbebaskan, sehingga kondisi jalan yang
terbangun dinilai membahayakan bagi pengendaranya. Tipe jalan yang
direncanakan adalah SCS yang memudahkan bagi pengendara roda 4 khususnya
truk untuk dapat melewati jalan yang direncanakan.
2. Permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Sebuah proyek konstruksi harus memenuhi syarat keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dalam pelaksanaannya. Keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) pada proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu belum dilakukan secara
maksimal, masih ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan aturan. Permasalahan
yang terjadi terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kurangnya
kesadaran para pekerja proyek untuk menggunakan peralatan keselamatan kerja
seperti helm safety dan masker.
Hal-hal tersebut dapat digunakan sebagai instropeksi pihak pelaksana
ataupun pihak lain yang yang bersakutan untuk lebih mempedulikan pedoman
pelaksanaan K3 dalam sebuah proyek konstruksi. Pelaksanaan K3 sangat
mempengaruhi kesehatan, keamanan dan kenyaman dalam pekerjaan proyek.
3. Pengadaan Asphalt Terlambat
Pada pelaksanaan proyek, pekerjaan lapis AC-WC terjadi kekurangan hot
mix yang berasal dari basecamp PT. Anekha Dharma Persada yang berada di
Sedayu, Bantul, Yogakarta dan menyebabkan terhentinya penghamparan
54
material aspal AC-WC guna menunggu hot mix tersedia kembali. Selain itu,
terjadi penurunan suhu aspal yang berada di dump truck karena tidak segera
dihamparkan oleh asphalt finisher. Akibat keterlambatan penghamparan hal
tersebut juga berpengaruh pada mutu aspal.
5.2.1.2 Masalah Non Teknis
Masalah non teknis adalah permasalahan yang terjadi bukan karena faktor
yang ada di lapangan. Masalah non teknis yang dihadapi proyek peningkatan ruas
jalan Tegalsari-Klepu adalah faktor cuaca.
Cuaca adalah kondisi alam yang tidak dapat diprediksi ketepatannya.
Cuaca yang baik atau buruk dapat terjadi sewaktu-waktu. Cuaca yang buruk akan
menghambat jalannya proses pelaksanaan konstruksi. Pelaksanaan proyek
peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu sering mengalami hambatan karena cuaca
buruk yang tiba-tiba. Permasalahan yang terjadi akibat hujan pada pelaksanaan
proyek adalah :
1. Proses pelaksanaan pembanguan terpaksa terhenti sejenak menunggu
hujan reda, kecuali pekerjaan dengan menggunakan alat berat.
2 Waktu pelaksaanaan konstruksi menjadi tidak efektif karena pekerjaan
terlambat dan tidak mencapai target.
3. Proses pengecoran rabat jalan tidak bisa dilaksanakan ketika terjadi hujan.
5.2.2 Solusi Masalah yang Dihadapi di Proyek
Permasalahan yang terjadi di proyek hendaknya ditangani dengan segera,
karena apabila tidak ditangani dengan cepat maka akan berdampak pada proses
pelaksanaan hingga akhir yang mengalami keterlambatan. Oleh karena itu, pihak
kontraktor bekerja sama dengan konsultan perencana mengambil beberapa
tindakan/solusi dalam menangani permasalahan yang terjadi, yaitu:
5.2.2.1 Solusi Masalah Teknis
Solusi masalah teknis adalah penanganan yang dilakukan terhadap
masalah-masalah teknis yang dihadapi di proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-
Klepu. Solusi yang dilakukan ada beberapa macam, yaitu:
1. Solusi Permasalahan Lahan
Solusi yang dilakukan adalah membuat jalur alternatif disamping lahan yang
belum terbebasakan, serta memberi rambu sebagai alat pengaman jalan.
55
2. Solusi Permasalahan K3
Permasalahan K3 adalah permasalahan yang kompleks, pihak pelaksana K3
telah menghimbau dan memberikan sosialiasi pendahuluan mengenai APD dan
K3. Namun para pekerja tetap saja tidak mentaati dengan berbagai alasan.
Solusinya para pekerja harus sadar betapa pentingnya K3 dalam menunjang
keselamatan di proyek.
3. Solusi Pengadaan Asphalt Terlambat
Kesalahan pelaksaaan merupakan kesalahan fatal jika dibiarkan dan tidak cepat
dibenahi. Pada proses pelaksanaan peningkatan Ruas Jalan Tegalsari-Klepu,
Kabupaten Kulon Progo terdpat kesalahan pada kurangnya material yang
seharusnya dihamparan dimana jika dibiarkan akan berakibat fatal. Solusi yang
dapat dilakukan yaitu menambah kubikasi material asphalt pada penghamparan
selanjutnya yang tadinya hanya 300 ton menjadi 450 ton untuk menutup
kekurangan pada hari sebelumnya agar progres proyek dapat tercapai.
5.2.2.2 Solusi Masalah Non Teknis
Solusi masalah non teknis adalah tindakan/penanganan yang diambil
dalam permasalahan non teknis yang terjadi di lapangan. Masalah non teknis yang
dihadapi proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu yaitu faktor cuaca. Solusi
yang dilakukan oleh pihak kontraktor terutama yang berhubungan dengan
material asphalt agar mutunya terjaga adalah menaikan suhu asphalt menjadi 145o
C agar ketika terjadi hujan dan harus menunggu hujan reda, material masih
memenuhi untuk syarat penghamparan yaitu pada suhu 120o C.
56
BAB 6
6.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang penulis dapatkan selama melakukan kegiatan
kerja praktik di proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu dan
pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
6.1.1 Kesimpulan Proyek
Kesimpulan proyek yang penyusun dapatkan selama kerja praktik
di proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu antara lain:
a. Jalan Tegalsari-Klepu dibangun untuk meningkatkan aksesbilitas lalu
lintas di Kabupaten Kulon Progo sehingga memudahkan dalam
distribusi barang dan jasa.
b. Jalan Tegalsari-Kelpu dibangun sebagai akses menuju pariwisata
unggulan yang ada di Kabupaten Kulon Progo seperti Waduk Sermo,
Bukit Manoreh, Gunung Gajah, Kali Biru sehingga akan
meningkatkan perekonomian di daerah kawasan wisata dan
pendapatan dari pajak daerah.
c. Jalan Tegalsari-Klepu merupakan jalan alternatif yang dibangun untuk
menuju kawasan wisata Borobudur di Magelang seiring sedang
dibangunnya Bandara NYIA di Kulon Progo.
d. Pembangunan jalan Tegalsari-Klepu merupakan bentuk dari
pemerataan pembangunan yang diupayakan oleh pemerintah
Kabupaten Kulon Progo agar setiap daerah dapat terakses dengan
baik.
e. Situasi dan kondisi di proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu
belum memenuhi standar yang diatur pada Rencana Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K) dimana banyak pekerjanya tidak
memakai APD (Alat Pelindung Diri).
57
6.1.2 Kesimpulan Kerja praktik
Kesimpulan proyek yang penyusun dapatkan selama kerja praktik
di proyek peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu antara lain:
a. Pengerjaan Base Course (lapis fondasi atas) menggunkan CTB (Cement
Treated Base) yang merupakan campuran antara semen, air, serta
agregat halus dan kasar dengan melalui proses gradasi laboratorium.
Bahan bahan tersebut dicampur dengan alat khusus yang dapat
menghasilkan campuran beton setengah basah dengan kadar air
minimum (slump nol).
b. Pekerjaan struktur atas adalah penghamparan dan pemadatan lapisan
struktur atas yang berupa aspal beton (asphalt concrete). Lapisan aspal
beton (Laston) terdiri dari dua jenis campuran yaitu AC-WC (Asphalt
Concrete Wearing Course) dan AC-BC (Asphalt Concrete Binder
Course) dengan ukuran tebal agregat masing-masing campuran
adalah 4 cm dan 6 cm
6.2 SARAN
Berdasarkan pengamatan selama melakukan kerja praktik di proyek
peningkatan ruas jalan Tegalsari-Klepu , penulis menemukan beberapa
hal di proyek yang menurut penulis kurang tepat sehingga penulis
berusaha memberi masukkan atau saran yang barangkali bisa digunakan
untuk acuan pada proyek selanjutnya. Adapun saran yang penusun
berikan adalah:
a. Perlu meningkatkan kesadaran dan perhatian terhadap K3
(Keselamatan dan Keamanan Kerja) di proyek, karena masih banyak
tenaga kerja lapangan terutama tukang dan kenek tidak menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) saat bekerja walaupun sebenarnya
peraturan K3 telah ada.
b. Perlunya meningkatkan kesadaran terhadap seluruh staff dan pekerja
untuk lebih memperhatikan kebersihan lingkungan proyek.
58
c. Perlunya adanya pengaturan lalulintas supaya warga sekitar atau
pengendara yang mau melewati jalan tidak mengganggu proses
berjalannya proyek.
59
DAFTAR PUTAKA
60
Spek Umum 2010 Revisi 3, Spesifikasi Umum Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan
dan Jembatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Binamarga.
Sukirman, Silvia. 1995. Perencanaan Lentur Jalan Raya. Jakarta : Nova
Sukirman, Silvia 2003. Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta : Nova
Tenriajeng, Andi Tenrisuki.2012.Rekayasa Jalan Raya 2. Jakarta: Gunadarma
Terry, G. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Erlangga
61