Anda di halaman 1dari 15

BAB I

KERANGKA ACUAN KERJA PERENCANAAN FONDASI TIANG PADA


ABUTMENT JEMBATAN

1.1. Dimensi (meter)


H1 = 1,5 m
H2 = 2,0 m
H3 = 1,5 m
H4 = 9,7 m
B1 = 2,0 m
B2 = 5,3 m
1.2. Besar Gaya Pada Perletakan
- P (Beban Tetap) = 1700 kN
- H (Gaya Horizontal) = 20 kN
- q (Beban Merata) = 7 kN/m2

1.3. Jenis Tiang Pancang


- Persegi (0,4 x 0,4)

1.4. Pertanyaan
1. Tentukan kedalaman tiang pancang rencana
2. Tentukan kapasitas dukung tiang berdasarkan hasil uji sondir
3. Hitung :
a. Jumlah dan susunan tiang yang diperlukan
b. Definisi tiang
c. Efisiensi jumlah tiang

1.5. Gambar
a. Denah susunan tiang (1:100)
b. Tampak samping (1:100)
c. Tampak depan (1:100)
d. Tampa atas (1:100)
e. Potongan sayap jembatan (1:100)
f. Detail join tiang pada poer (1:20)
g. Detail ujung tiang (atas dan bawah) (1:10)
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN FONDASI

2.1.1 Definisi

Fondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas


meletakkan bangunan dan menuruskan beban bangunan atas upper structure/super
structure) ke dasar tanah yang cukup kuat mendukungnya.
(Gunawan,Rudy.19983.Pengantar Teknik Fondasi.Yogyakarta.KANSIUS hal 9).
Pengertian umumnya yaitu struktur bagian bawah bangunan yang
berhubungan langsung dengan tanah,atau bagian bangunan yang terletak di bawah
permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan di
atasnya.
Fondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap
beratnya sendiri, beban-beban bangunan (beban isi bangunan), gaya-gaya luar seperti
tekanan angin,gempa bumi dan lain-lain. Disamping itu tidak boleh terjadi penurunan
level melebihi bastas yang diijinkan.
(Konstruksi Bangunan UNDIP-PSD III DESAIN ARSITEKTUR)
Fondasi merupakan bagian struktur dari bangunan yang sangat penting,
karena fungsinya adalah menopang bangunan di atasnya. Maka proses
pembangunannya harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Cukup kuat menahan muatan geser akibat muatan tegak bawah.
2. Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil (tanah gerak) tahan
terhadap pengaruh perubahan cuaca.
3. Tahan terhadap pengaruh bahan kimia.
(Kontruksi Bangunan.UNDIP-PSD III DESAIN ARSITEKTUR).
2.1.2 Jenis-Jenis Fondasi
Fondasi bangunan biasa dibedakan menjadi 2 yaitu Fondasi dangkal (Shallow
Ronda Trous) dan Fondasi dalam (Deep Foundations),tergantung dari perbandingan
kedalaman Fondasi dengan lebar Fondasi dan secara umum digunakan patokan :
1. Jika kedalaman dasar Fondasi dari muka tanah adalah kurang atau sama
dengan lebar
Fondasi (D≤B) maka disebut Fondasi Dangkal.
2. Jika Kedalaman Fondasi dari muka tanah adalah lebih dari lima kali lebar
makaFondasi (D>5B) maka disebut Fondasi Dalam.
Jadi suatu Fondasi plat dengan dimensi 5×5m yang diletakan sedalam 5m dari muka
tanah akan digolongkan Fondasi dangkal.

(Gunawan,Rudy.1983. Pengantar Teknik Fondasi Yogyakarta. KANSIUS hal.10)

Jenis-Jenis Fondasi Dangkal


Fondasi dangkal terdiri dari beberapa macam antara lain Fondasi
telapak,Fondasi lajur,Fondasi gabungan,Fondasi rakit (atau serimg disebut juga mat
foundation). Gambar berapa Fondasi dangkal ditunjukan dalam Gambar 13.3.
Gambar 13.3 Jenis-Jenis Fondasi Dangkal

Jika sebuah elemen Fondasi memikul sebuah beban kolom tunggal,maka


Fondasi tersebut dinamakan Fondasi telapak. Bila kolom terletak dalam satu garis dan
terletak berdekatan,maka dapat dipilih alternatif jenis Fondasi lajur. Fondasi lajur ini
hampir mirip dengan Fondasi lajur batu kali pemikul dinding batu bata hanya saja
terdapat kolom-kolom struktur pada tiap interval tertentu,di samping itu Fondasi ini
juga mampu memikul momen.
Fondasi gabungan dapat digunakan apabila terdapat dua buah kolom yang
saling berdekatan dan apabila digunakan fondasi telapak maka kedua fondasi tersebut
akan saling bertabrakan satu sama lain. Fondasi gabungan dapat empat persegi
panjang, jika beban dikedua kolom hampir sama besar,namun dapat juga berbentuk
trapesium jika beban disalah satu kolom lebih besar daripada kolom lainnya.
Pada kondisi lapisan tanah yang memiliki daya dukung rendah, biasanya
diperlukan ukuran dimensi fondasi yang lebih besar maka dapat dipilih jenis fondasi
rakit/raft/mat.

Jenis-Jenis Fondasi Dalam


Pada beberapa kondisi yang dijumpai di lapangan,terkadang lapisan tanah
keras sebagai dasar Fondasi,terletak cukup dalam dari lapisan muka tanah atau
dengan kata lain, lapisan tanah tersebut memiliki daya dukung yang kurang bagus
sebagai akibatnya, seorang ahli terkait tidak dapat menggunakan Fondasi dangkal dan
sebagai alternatifnya dapat dipilih sistem fondasi dalam berupa tiang pancang atau
tiang bor.
Fungsi dari sebuah fondasi tiang adalah untuk mengtransisikan beban aksial
kolom serta beban momen ke lapisan tanah keras :
Gambar beberapa janis penampang tiang pancang beton.
Kapasitas tiang pancang dapat diperkirakan berdasarkan rumus-rumus empiris
yang ada dengan memanfaatkan data-data sifat mekanik tanah yang diperoleh dari
pengujian CPT atau SPT. Namun demikian guna memberi jaminan tentang kapasitas
tiang,pada umumnya dilakukan uji coba beban atau uji POA sebanyak minimal 10%
dari jumlah seluruh tiang pancang yang ada.
Tiang pancang pada umumnya sudah dicetak dipabrik(precast) kemudian
dikirim ke lokasi,proyek untuk proses pemasangan. Fondasi tiang umumnya hadir
dalam satu grup tiang yang diikat oleh satu buah pile cap dan satu pile cap dapat
terdiri dari beberapa tiang yang bekerja sebagai satu kesatuan.
(Sumber : Setiawan,Agus:2016 Perancangan Struktur Beton
Bertulang.Jakarta.Erlangga. Hal 302-304)

2.1.3 Pemilihan Jenis Fondasi


Berdasarkan informasi yang telah didapat dari penyelidikan tanah,maka dapat
dipilih jenis-jenis fondasi yang memungkinkan untuk digunakan.
Pemilihan jenis fondasi yang tepat harus mempertimbangkan kemudahan pelaksanaan
biaya konstruksi dan kinerja fondasi tersebut. Suatu pemilihan jenis fondasi dapat
dikatakan optimal apabila dapat dikerjakan dengan mudah dengan biaya kontruksi
yang minimal.
Disamping faktor teknis yang menentukan pemilihan jenis fondasi,terkadang
muncul pula faktor faktor non teknis yang cukup memegang peranan penting.
Sebagai ilustrasi,apabila lokasi proyek-proyek berdekatan dengan pabrik tiang
pancang,maka kemungkinan biaya konstruksinya dapat diminimalkan.
Faktor lingkungan terkadang juga cukup mempengaruhi dalam hal pemilihan
fondasi,dimana seoranng perencana tidak dapat memaksakan penggunaan fondasi
tiang pancang di daerah padat penduduk. Setelah satu hal yang cukup penting pula
dalam perencanaa fondasi adalah perhatian terhadap struktur-struktur yang
bersebelahan dengan lokasi proyek hendaklah fondasi yang akan dilaksanakan tidak
menimbulkan kerusakan pada fondasi milik tetangga.
(Sumber:Setiawan;Agus;2016;Perancangan Struktur Beton
Bertulang.Jakarta:Erlangga hal 299-300)

2.2 PENGUJIAN SPT


Uji Penetrasi standar dilakukankarena sulitnya memperoleh contoh tanah tak
terganggu pada tanah granuler. Pada Pengujian ini sifat-sifat tanah pasir ditentukan
dari pengukuran kerapatan relatif secara langsung di lapangan.
Prosedur uji SPT tercantum dalam ASTM D1586
2.2.1 Prosedur Uji SPT
Sewaktu melakukan pengeboran inti,jika kedalaman pengeboran telah
mencapai lapisan tanah yang akan diuji,maka bor dilepas dan diganti dengan alat
yang disebut belah standar. Setelah tabung ini dipasang,bersama-sama dengan pipa
bor,alat diturunkan sampai ujungnya menumpu lapisan tanah dasar,dan kemudian
dipukul dari atas. Pukulan diberikan oleh alat pemukul yang besarnya 63,5 Kg(140
pon) yang ditarik naik turun dengan tinggi jatuh 76,2 cm.

Nilai N- SPT diperoleh dengan cara sebagai berikut :

Tabung belah standar dipukul sedalam 15 cm (6”). Kemudian dilanjutkan


pemukulan tahap kedua sedalam 30 cm (12”). Jumlah pukulan tahap kedua ini,
yaitu jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk penetrasi tabung belah
standar sedalam 30 cm, didevinisikan sebagai nilai-N. Pengujian yang lebih baik
dilakukan dengan menghitung pukulan pada tiap-tiap penembusan sedalam 7,62
cm (3 inci) atau setiap 15 cm (6 inci).

Dengan cara ini, kedalaman sembarang jenis tanah didasar lubang bor
dapat ditaksir, dan elevasi dimana gangguan terjadi dalam usaha menembus lapisan
yang keras seperti batu, dapat dicatat. Hitung jumlah pukulanatau tumbukan N
pada penetrasi yang pertama, penetrasi 15cm yang ke-dua dan ke -tiga, catat
jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15cm.

Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. Nilai pada N1 tidak


diperhitungkan karena masih kotor bekas pengeboran. Bila nilai N lebih besar
daripada 50 pukulan, hentikan pengujiandan tambah pengujian sampai minimum 6
meter. Catat jumlah pukulan pada setiappenetrasi 5cm untuk jenis tanah batuan.

Tabel 2.1 Hubungan N dengan (Dr)

Nilai N Kerapatan Relatif (Dr)

<4 Sangat tidak padat

4-10 Tidak padat

10-30 Kepadatan sedang

30-50 Padat

>50 Sangat padat

Tabel 2.2 Hubungan N,konsistensi dan qn untuk tanah lempung jenuh

Nilai N Konsistensi Kuat Tekan Bebas


<2 Sangat lunak <25 KN/m
2-4 Lunak 25-50 KN/m
4-8 Sedang 50-100 KN/m
8-15 Kaku 100-200 KN/m
15-30 Sangat kaku 200-400KN/m
>30 Keras >400 KN/m

Hasil uji SPT sangat tergantung pada tipe alat yang digunakan dan pengolahan
operator yang melakukan pengujian. Dalam praktek ada 3 tipe pemukul untuk uji SPT
:

1). Pemukul Donat (Donut Hammer)

2).Pemukul Aman (Safety Hammer)

3).Pemukul Otomatis (Automatic Hammer)

(Sumber:Hardiyanto,H.G (2014(,Analisis dan perancangan FONDASI I edisi


ketiga,Yogyakarta,UGM Press halaman 63-66)

Keuntungan dan Kerugian Pengujian SPT yaitu :

 Keutungan :
1). Dapat diperoleh nilai N dan contoh tanah.
2). Dapat digunakan pada sembarang jenis tanah dan batuan lunak.
3). Prosedur pengujian sederhana,bisa dilakukan secara manual.
4). Uji SPT pada pasir,hasilnya dapat digunakan secara langsung untuk
memprediksikan kerapatan relatif dan kapasitas dukung tanah.
 Kerugian :
1). Sampel dalam tabung SPT diperoleh dalam kondisi terganggu
2). Nilai N yang diperoleh merupakan data sangat kasar,bila digunakan untuk
tanah lempung
3). Derajat ketidakpastian hasil uji SPT yang diperoleh tergantung pada alat
dan operator
4). Hasil tidak dapat dipercaya dalam tanah mengandung banyak kerikil.

Tabel 2.3 Efisiensi Pemukul(Ef)(Clayton,1990)


Negara Titik Pemukul Makanisme Efisiensi
pelepasan pemukul,Ef
pemukul
Agentina Donat Cathead 0,45
Brasilia Pin weight Dilepas tangan 0,72
China Otomatis Dilepas tangan 0,60
Donat Cathead 0,55
Donat Cathead 0,50
Colombia Donat Cathead 0,50

Jepang Donat Tombi trigger 0,78-0,85


Donat Cathead 2 turnt 0,65-0,67
special
Inggris Otomatis Trip 0,73
Amerika Aman 2 turn on cathead 0,55-0,60
Donat 2 turn on cathead 0,45
Venezeula Donat Cathead 0,45
(Sumber : perancangan dan Analisis Teknik Fondasi I halaman 69-70)

Tabel Faktor Koreksi SPT akibat pengaruh lubang bor

Variasi alat Nilai koreksi


Diamater lubang bor (cb) 65-115mm 1,00
150 mm 1,05
200 mm 1,15
Tabung sampler Tabung sampler standar 1,00
Tabung sampler 1,20
standar(tidak
direkomendasi)
Panjang batang bor (cr) 3-4 0,75
4-6 0,85
6-10 0,95
>10 1,00
(sumber: hary Christady hardyanto Fondasi I hal 71)

2.3 KAPASITAS DAYA DUKUNG TIANG


Kapasitas dukng tiang adalah kemampuan atau kapasitas tiang dalam
mendukung beban. Jika dalam kapasitas dukung tiang satuannya adalah satuan gaya
(KN) dan untuk kapasitas dukung dangkal yaitu satuan tekanan (Kpa)
Hitungan kapasitas dukung tiang dapat dilakukan dengan cara pendekatan
statis dan dinamis.
Hitungan secara statis dilakukan menurut teori mekanika tanah,yaitu dengan
mempelajari sifat-sifat makanis tanah. Hitungan seacara dinamis dilakukan dengan
menganalisa kapasitas ultimit dengan data yang diperoleh dari perancangan tiang.
2.3.1 Kapasitas Dukung Tiang Dalam Tanah Granuler
Karena pada tanah granuler tidak mempunyai kohesi atau C=D dan diameter
tiang relatif sangat kecil dibanding dengan panjangnya maka suku persamaan
cbNc=no; dan 0,5 diabaikan sehingga menjadi.
Qu=Ab Pb’ nq + As kel Po’ dan S-wp

2.3.2 Kapasitas Dukung Tiang Kondisi Terdrainase


Jika tiang berada dalam tanah lempung kaku yang overconsolidated,maka
kapasitas paling kritis dapat terjadi pada kondisi tanah terdrainase dibandingkan
yang tak terdrainase. Untuk ini kapasitas ultimit netto tiang dinyatakan dalam
persamaan :Qu;AbPb’Nq + AsPo’KotanS-Wp
(Sumber: Teknik Fondasi II,Hardyanto,HC edisi III hal 98)

2.4 ANALISIS GAYA LATERAL


Fondasi tiang harus dirancang dengan memperhitungkan beban-beban
horizontal atau lateral,seperti beban angin,tekanan tanah lateral,beban gelombang
air,benturan kapal dan lain lain.
Besarnya beban lateral yang harus didukung fondasi tiang bergantung pada rangka
bangunan yang mengirimkan gaya lateral tersebut ke kolom bagian bawah tersebut.
Jika tiang dipasang vertikal dan dirancang untuk mendukung beban horizontal yang
cukup besar,maka bagian atas daritanah pendukung harus mampu menahan gaya
tersebut,sehingga tiang-tiag tidak mengalami gerakan lateral yang berlebihan.
Karena itu tiang-tiang perlu dihubungkan dengan gelagar-gelagar horizontal yang
berfungsi sebagai penahan gaya lateral. Biasanya ruang bawah tanah(basement) atau
balok balok pengikat digunakan untuk menyebarkan beban horizontal ke seluruh
tiang.
Gaya lateral yang terjadi pada tiang tergantung pada kekuatan/tipe
tiang,penahan ujung tiang kedalam pelat penutup kepala tiang sifat gaya-gaya dan
besar defleksi. Jika gaya lateral yang harus didukung tiang sangat besar,maka dapat
digunakan tiang miring.
Perancangan fondasi tiang yang menahan gaya lateral,harus
memperhatikan 2 kriteria beritkut,yaitu :
1. Faktor aman terhadap keruntuhan ultimit harus memenuhi
2. Defleksi yang terjadi akibat beban yang bekerja harus masih dalam batas-batas
toleransi.
(Sumber:Hardyatno,H.C:2015.Perancangan dan Analisis teknik Fondasi
II.Yogyakarta.UGM Press hal 290-292).
1. Untuk tanah Granular (non kohesif metoda matlock dan reese (1960) umumnya.
Metode untuk menentukan momen dan lendutan tiang pancang pada tanah
granular digunakan metoda matlock dan reese

P ¹ (KN /m)
K=
x (cm)
Dimana :
P = Tekanan tanah
X = Deflection

Modulus subgrade untuk tanah grenuler = K₂ = nhz


Nh = Konstanta modulus subgrade flaction

2. Analisis tekanan tanah lateral ditinjau pada kondisi keseimbangan plastis , yaitu
pada saat masa tanah kondisi tepat akan runtuh kedudukan keseimbangan plastis
ini hanya dapat dicapai bila terdapat deformasi yang pada masa tanahnya
(Ranbine 1867)
Tekanan tanah aktif Ka = tan2 (45-Q/2)

Tekanan tanah pasif Kp = Q
tan ²( ks− )
2
2.5 Analisis Beban Vertikal
Beban vertikal yang dimaksudkan meliputi :
a) Berat itu sendiri
Pab. Volume x γbeton
b) Berat tanah dimuka air tanah diatas pilecap
Pt luas tanah (diagram γ )
⍴ air = luas air diatas poer (diagram). Γw
Keterangan penggunaan γ :
γb = berat jenis tanah
γsat = berat jnis tanah jenuh (terendam air)
= γq-γw
c) Beban tetap αbdument
d) Beban terbagi rata.
Sumber : Teknik sipil Beban vertikal pada pondasi No.2 vol=3/2016)
Beban vertikal kritis
Bila tiang dipasang didalam tanah dengan kepala yang menonjol, hitungan
beban vertikal maksimum harus diperhitungkan terhadap tekukan tiang.
Ditinjau tiang dengan ujung atas yang menonjol sebesar e dari permukaan
tanah. Tiang tersebut dibebani dengan beban horison tcel H dan beban vertikal Q
(Gambar 2.5.1), dan diaggap terjepit didalam tanah pada kedalaman Zf. Beban tekuk
tiang kritis dapat dihitumg dengan cara menghitung lebih dulu faktor-faktor V
kekakuan R dan T untuk memperoleh panjang ekuivalen (2F) dari tiang ujung bebas,
kedalaman 2F dihitung dengan cara sebagai berikut:
1) Untuk tanah yang mempunyai modulus subgrade yang bertambah konstan:
Zf = 1,4 R (untuk 1 maks = L/R>4)
2) Untuk tanah yang mempunyai modulus subgrade yang bertanbah selara linier
dengan kedalamannya:
Zf = 1,8 T (untuk 1 maks = L/T>4)
Panjang ekuivalen tiang (Le) dihitung dengan (Gambar 2.5.1b)
Le = e+Zf
Beban vertikal kritis tiang (Qcr) dalam tinjauan tekuk tiang, dihitung dengan
memperhatikan tipe jepitan kepala tiang sebagai berikut:
1) Untuk tiang ujung bebas:
π 2 Eplp
Qcr =
4 ¿2
2) Untuk tiang ujung jepit (dan tranlasi) :

π 2 Eplp
Qcr =
¿2
Dengan,
Ep = Modulus elastis bahan tiang
lp = Mpmen inersia tiang
Gambar 2.5.1 pelengkungan tiang panjang yang mendukung beban vertikal dan
horizontal di kepala tiang ( Tominson,1977)

a) Tiang dipasang sebagian tertanam dalam tanah.


b) Panjang tiang ekivalen (Le) dan Zf yang diperhitungkan.

(Sumber : Hardiyatmo.H.C,2015 Analisis dan Perancangan Fondasi ll edisi ketiga,


Yogyakarta UGM press halaman 316-317)

Anda mungkin juga menyukai