Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jalan adalah jalur-jalur yang di atas permukaan bumi yang dengan sengaja dibuat oleh
manusia dengan berbagai bentuk, ukuran dan konstruksinya untuk dapat digunakan dalam
menyalurkan lalu lintas, orang, hewan dan kendaraan yang menyangkut barang-barang dari
tempat yang satu ke tempat lainnya dengan cepat dan mudah, Silvia Sukirman (1994).
Perkerasan jalan adalah serangkaian konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah dasar untuk
menopang jalur lalu lintas. Perkerasan jalan memungkinkan permukaan jalan lebih awet dan
tahan terhadap cuaca dibandingkan jalan tanpa perkerasan, Hendarsin (2000).

Laju perkembangan kendaraan pada suatu daerah yang terus meningkat, menuntut
pemerintah menyediakan saran dan prasarana yang lebih baik. Peranan pemerintah sebagai
pelayanan masyarakat yang di emban selama ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya guna
kesejahteraan masyarakat secara umum. Khususnya kesejahteraan berlalu lintas dengan aktifitas
kehidupan sehari-hari. Upaya pemeliharaan sarana dan prasarana jalan merupakan salah satu
program pemerintah yang dilaksanakan secara rutin.

Kabupaten Bone adalah salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang tengah berkembang
dan melakukan pembangunan sarana dan prasarana jalan di berbagai wilayahnya. Mengingat
perkembangan ekonomi dan kepadatan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya sehingga
pemerintah membuat program dan mengalokasikan dana pembangunan jalan. Konstruksi jalan
raya dalam perkembangan banyak memperhitungkan sebagai aspek dan alternatif, sebagai
kriteria dalam penentuan bentuk konstruksi antara lain biaya, jenis bahan, iklim dan lain-lain.

Upaya pemerintah Kabupaten Bone untuk mengembangkan sarana dan prasarana jalan
cukup tinggi di buktikan dengan banyaknya proyek pemeliharaan jalan yang dikerjakan di
Kabupaten Bone Proyek Preservasi Jalan Ruas Ujung Lamuru – Palattae – Bojo 1 Paket
Kabupaten Bone ini terdapat 4 segmen pekerjaan yang mempunyai ukuran yang berbeda setiap
segmennya dengan jumlah keseluruhan yaitu 8,75 Km.
Melihat banyaknya tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan konstruksi jalan ini,
maka perlu untuk terjunlangsung melihat dan menganalisakan apa yang diperoleh selama di
bangku kuliah.

B. Tujuan Praktik Industi


Beberapa tujuan yang dapat diambil melalui pelaksanaan Praktik Industri (PI) adalah:
a. Mengetahui dan mempraktikan pengujian tanah dilapangan seperti pengujian sandcone,
CBR dan gradasi.
b. Mengetahui dan mempraktikan ilmu dan teori yang diperoleh selama masa kuliah dan
menerapkannya pada kegiatan di lapangan.

C. Manfaat Praktik Industri


Beberapa manfaat yang dapat diambil melalui pelaksanaan Praktik Industri (PI) adalah:
1. Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh ilmu dan pengetahuan nyata tentang kondisi suatu industri, bail
menejemen, sarana fisik, maupun peralatan yang digunakan .
b. Memperoleh pengalaman nyata yang akan berguna untuk meningkatkan kemampuan
dan keterampilan di bidang keteknisipilan.
c. Mahasiswa dapat menjadi tenaga ahli konstruksi.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerja sama Universitas Negeri
Makassar (UNM) dengan pihak industri yang dilakukan oleh mahasiswa yang sedang
melaksanakan Praktik Industri.
3. Bagi Industri
Dapat memiliki gambaran mengenai mahasiswa yang siap pakai sebagai salah satu
kebutuhan tenaga kerja yang tangguh.
4. Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Nasional
Dengan keterpaduan dan saling memperkaya antar sumber daya manusia
dilingkungan perguruan tinggi dan industri. Maka akan tercipta manusia Indonesia yang
berkualitas (baik mahasiswi maupun sumber daya manusia di industri).

D. Lingkup
Pada Proyek Preservasi Jalan Ruas Ujung Lamuru – Palattae – Bojo 1 Paket Kabupaten
Bone kami bertindak dibawah bimbingan PT. Citra Pribumi Teknik Perkasa yang merupakan
kontraktor proyek tersebut. Unit pekerjaan yang kami lakukan disesuaikan dengan proses
pengerjaan yang dijalani selama 2 bulan terhitung tanggal 02 Agustus 2021 – 10 Oktober 2021,
sedangkan unit analisis yang kami tinjau yaitu:
1. Pekerjaan penyiraman dan pembersihan
2. Pekerjaan lapisan resap pengikat (Prime Coat)
3. Pekerjaan penghamparan aspal AC-BC
4. Pekerjaan penghamparan aspal AC-WC
5. Pekerjaan pemadatan aspal
BAB II

GAMBARAN UMUM PROYEK

A. Data Proyek

Praktik industri yang kami laksanakan di salah satu proyek PT. CITRA PRIBUMI
TEKNIK PERKASA yaitu perinciannya sebagai berikut:

1. Nama Proyek : Pekerjaan Preservasi Jalan Ruas Ujung Lamuru – Palattae –


Bojo 1 Paket Kabupaten Bone
2. Nama Perusahaan : PT. CITRA PRIBUMI TEKNIK PERKASA
3. Lokasi : Kabupaten Bone Sulawesi Selatan

B. Organisasi Proyek
Dalam suatu proyek terdapat struktur organisasi dan uraian tugas pada suatu proyek.
Hal ini berguna agar dapat mengetahui hak dan kewajiban serta batasan yang di emban. Secara
garis besar pihak-pihak yang terlibat dalam proyek yaitu sebagai berikut:
C. Lokasi Proyek
Pengawasan pembangunan preservasi jalan tahun 2021 terletak di Jalan Ruas Ujung
Lamuru – Palattae – Bojo 1

PETA LOKASI

D. Pelaku Industi Jasa Konstruksi

Secara garris besar unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan proyek
meliputi pemberi tugas (Owner), kontraktor pelaksana dan perencana. Ketiga unsur pengelola
proyek tersebut mempunyai wewenang dan tanggung jawab sesuai kedudukan dan fungsinya (P,
2020). Hubungan kerja dalam pengelolaan Proyek Preservasi Jalan Ruas Ujung Lamuru –
Palattae – Bojo 1 Paket Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi-Selatan adalah sebagai berikut:
Keterangan : Hubungn kontrak =

Hubungan kerja =

Pelaku jasa konstruksi atau pihak-pihak yang terlibat dalam proyek adalah sebagai
berikut:

1. Pemilik Proyek/Pemberi Tugas


Pemberi tugas (pemilik proyek) adalah seseorang atau badan hukum atau instansi
yang memiliki proyek dan menyediakan dana untuk merealisasikannya. Pemilik proyek
mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
a. Mengendalikan proyek secara keseluruhan untuk mencapai sasaran baik segi kualitas
fisik proyek maupun batas waktu yang telah ditetapkan.
b. Mengadakan kontrak dengan kontraktor yang membuta tugas dan kewajiban sesuai
prosedur.
c. Menunjuk kontraktor pemenang tender untuk melaksanakan proyek tersebut.
d. Menyediakan dana yang diperlukan untuk merealisasikan proyek.
e. Menandatangani surat perjanjian pemborongan dan surat perintah kerja.

2. Kontraktor
Kontraktor adalah pihak yang diserahi tugas untuk melaksanakan pembangunan
proyek oleh owner melalui prosedur pelelangan. Pekerjaan yang dilaksanakan harus sesuai
dengan kontrak (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat serta Gambar-Gambar Kerja) dengan
biaya yang telah disepakati. Kontraktor mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam
dokumen kontrak.
b. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan.
c. Membuat dokumen tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan dan diserahkan kepada
owner.
d. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan kemajuan proyek.
e. Mengasuransikan pekerjaan dan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja.
f. Melakukan perbaikan atas kerusakan atau kekurangan pekerjaan akibat kelalaian selama
pelaksanaan dengan menanggung sekuruh biayanya.
g. Menyerahkan hasil pekerjaan setelah pekerjaan proyek selesai.
BAB III

UJIAN PRAKTIK

A. Uraian Pelaksanaan Praktik Industri

Pada pelaksanaan kerja praktek yang kami ikuti, kami memantau tahapan-tahapan pada
pelaksanaan proyek pembangunan jalan yang saat ini dikerjakan di Kabupaten Bone proyek
pekerjaan jalan yaitu sebagai berikut: Proyek Preservasi Jalan Ruas Ujung Lamuru – Palattae –
Bojo 1 Paket Kabupaten Bone merupakan proyek yang dibangun menggunakan dana Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp. 45.639.682.000,-. Proyek ini terdiri dari beberapa scope
pekerjaan yaitu drainase, pekerjaan tanah dan geosinetik, perkerasan berbutir dan perkerasan
beton semen, dan perkerasan aspal. Dalam kerja praktik ini, kami memfokuskan pengamatan
kami pada pekerjaan perkerasan aspal.

1. Rencana Kegiatan
Dalam pelaksanaan kerja praktik ini, metode yang dipakai adalah sistem pengamatan
langsung dilapangan, peninjauan dan pengumpulan data proyek baik yang bersifat teknis
maupunyang bersifat administratif. Sehubung dengan itu untuk data-data lainnya yang
diperlukan dalam penyusunan laporan ini kami melakukan pendekatan dan wawancara dengan
berbagai pihak yang terkait dala pelaksanaan Proyek Preservasi Jalan Ruas Ujung Lamuru –
Palattae – Bojo 1 Paket Kabupaten Bone
Pekerjaan yang kami tinjau selama kegiatan kerja praktik adalah pekerjaan perkerasan
aspal yang meliputi pekerjaan penghamparan dan pemadatan LPA, pembersihan dan
penyiraman, pekerjaan lapisan resap pengikat, pekerjaan penghamparan, dan pekerjaan
pemadatan. Adapun tahapan pelaksanaan Proyek Preservasi Jalan Ruas Ujung Lamuru – Palattae
– Bojo 1 Paket Kabupaten Bone yang kami ikuti selama kerja praktik ± 2 bulan terhitung tanggal
02 Agustus 2021 – 10 Oktober 2021 adalah sebagai berikut:
1. Mengamati Pekerjaan Pembersihan Dan Penyiraman
2. Mengamati Pekerjaan Lapisan Resap Pengikat
3. Mengamati Pekerjaan Penghamparan Aspal
4. Mengamati Pekerjaan Pemadatan Aspal
1. Mengamati Pekerjaan Pembersihan Dan Penyiraman
Sebelum melakukan pekerjaan lapisan perekat (prime coat) dilakukan pembersihan jalur dari
kotoran atau benda yang menghalangi. Kemudian dilakukan penyiraman air menggunakan water
tank untuk membersihkan sisa-sisa kotoran dan debu yang menghalangi jalur yang akan diaspal.
Proses penyiraman dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Adapun tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

a. Pekerjaan pembersihan dan penyiraman dilakukan untuk membersihkan permukaan


jalan dari sisa-sisa kotoran dan debu yang mengganggu.
b. Pelaksanaan penyiraman dilaksanakan dengan menggunakan water tank atau dump
truk yang diatasnya ditempatkan tanki air.
c. Penyiraman dilakukan dengan arah berjalan maju.
d. Penyiraman dilaksanakan sampai permukaan jalan lama basah dan terhindar dari
kotoran dan debu.

2. Mengamati Pekerjaan Lapisan Resap Pengikat (Prime Coat)

Setelah permukaan jalan tersebut bebas dari kotoran dan telah kering maka langkah
selanjutnya memberikan lapisan pengikat (Prime Coat) yang merupakan lapis resap pengikat
atau yang disebut juga prime coat merupakan lapisan ikat aspal cair yang diletakkan diatas lapis
pondasi agregat Kelas A. Lapis resap pengikat biasanya dibuat dari aspal dengan penetrasi
80/100 atau penetrasi 60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah. Volume yang digunakan
berkisar antara 0,4 sampai 1,3 liter/m 2 untuk lapis pondasi agregat kelas A dan 0,2 sampai 1
liter/m2 untuk pondasi tanah semen. Setelah pengeringan selama 4 sampai 6 jam, bahan pengikat
harus telah meresap kedalam lapis pondasi. Lapis resap pengikat yang berlebihan dapat
mengakibatkan pelelehan (bleeding) dan dapat menyebabkan timbulnya bidang geser. Oleh
karena itu, untuk daerah yang berlebih lapis resap penhikatnya ditabur dengan pasir halus dan
dibiarkan agar pasir tersebut diselimuti aspal. Penyemprotan Prime Coat dapat dilihat pada
gambar.

Adapun tahap pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan


memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bila mana
peralatan ini belum dapat membersihkan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
b. Pembersihan harus dilakukan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot
dengan kombinasi sapu mekanis (power brom) dan kompresor atau 2 buah
kompresor.
c. Tonjolan disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari
permukaan dengan memakai penggarik baja atau dengan cara lainnya yang telah
disetujui atau sesuai dengan perintah pengawasan pekerjaan dan bagian yang telah
digaruk tersebut harus dicuci dengan air dan disapu.
d. Untuk pelaksanaan Laspis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi gregat Kelas A,
permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik agregat kasar dan
halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima.
e. Penyemprotan dilakukan dengan seorang pekerja yang memegang ganggang pada
batang penyemprot dengan arah memanjang sambil berjalan mundur, sambil tongkat
ke kiri dan ke kanan agar lebar permukaan jalan dapat ditutupi dengan lapisan
perekat.
f. Penyemprotan dengan arah melintang, takaran pemakaian aspal dapat diuji dengan
cara melintaskan batang semprot diatas daerah yang telah ditentukan.
g. Penyemprotan dilaksanakan sampai semua daerah tertutupi dan tampak rata.
3. Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi (PMCQS-1h dan PMQS-1h)

Adapun syarat-syarat aspal emulsi modifikasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

No. Sifat Metode Pengujian Satuan Nilai


Pengujian pada aspal emulsi
Viskositas Saybolt
1. SNI 03-6721-2002 detik 15-90
Forul pada 25ºC
Stabilitas penyimpanan
2. AASHTO T59-15 %berat Maks. 1
dalan 24 jam
Tertahan saringan No. Maks.
3. SNI 3643:2012 % berat
20 0,3
Kadar residu dengan Maks.
4. SNI 03-3642-1994 %berat
destilasi 62*
Pengujian pada residu hasil penguapan
5. Penetrasi pada 25ºC SNI 2456:2011 0,1 mm 40-90
6. Teknik lembek SNI 2434:2011 ºC Min. 57
Kadar polimer padat
7. AASHTO t302-15 %berat Min. 2,5
untuk LMCQS-1h
Catatan:

P atau L : Polimer atau Latex


M : dimodifikasi
C : kationik
Q : quick (lebih cepat dari Rapid)
S : setting
1 : viskositas rendah, disimpan di tempat yang temperaturnya lebih
rendah.
2 : viskositas tinggi, disimpan di tempat yang temperaturnya lebih
tinggi.
H : penetrasi “keras” (hard)
*) : Prosedur distalasi standar harus disesuaikan dengan berikut ini:
Temperatur yang lebih rendah harus dinaikkan perlahan-lahan
sampai 177ºC ± 10ºC dan dipertahankan selama 20 menit.
Penyulingan total harus diselesaikan dalam 60 ± 5 menit dari
pemanasan utama.

4. Mengamati Proses Pencampuran Aspal di AMP

 Persiapan Bahan Baku


Bahan Baku Batu Pecah/Agregat. Agregat adalah bahan utama yang
digunakan untuk lapisan permukaan perkerasan jalan atau beton. Agregat ini
diperoleh dari hasil penambangan batu-batuan pada sungai, kamudian batu-batuan
tersebtu diperoleh melalui mesin perengkahan Stone Crusher yang menghasilkan
beberapa jenis agregat sesuai dengan yang di inginkan. Dalam pekerjaan konstruksi
menurut standar SNI (Standar Nasional Indonesia) tetang penggunaan agregat yang
diprosuksi sadalah agregat dengan ukuran 1, ½, ¾ inch, dan abu batu pada umumnya,
berikut komposisi aspal AC-BC dan AC-WC:

NO KOMPOSISI AC-BC (%)

1. Split ukuran 2-3 9,45 %

2. Split ukuran 1-2 11,33 %

3. Split ukuran 0,5 31,17 %

4. Abu batu 40,61 %

5. Filler semen 1,89 %

6. Aspal 5,5%

NO KOMPOSISI AC-WC (%)

1. Split ukuran 1-2 13,15 %

2. Split ukuran 0,5-1 31,94 %

3. Abu batu 46,98 %

4. Filler semen 1,88 %

5. Aspal 6,05 %

 Bin Dingin
Bin dingin (cold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari
tiap-tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam
memproduksi campuran aspal panas (hot mix). Bagian pertama dari AMP (Aspal
Mixing Plant) adalah bin dingin, yaitu tempat penyimpanan fraksi agregat kasar,
agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bin dingin terdiri dari 4 bak penampung
(bin). Masing-masing bin terisi agregat dengan gradasi tertentu. Agregat-agregat
tersebut harus terpisah satu sama lain, untuk menjaga keaslian gradasi dari masing-
masing bin sesuai dengan rencana campuran kerja (RCK). Bin dapat dilihat pada
gambar berikut.

 Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer


Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan telah diproses di unit
stone crusher yang kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang sesuai
dengan ukuran masing-masing selanjutnya disuplai atau diangkut menuju dryer
dengan menggunakan belkonveyor untuk dikeringkan dengan unit dryer tujuannya
untuk menghilangkan kadar air, kadar air harus seminim mungkin karena kalau tidak
akan berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya. Proses pengeringan pada dryer
adalah dengan cara membakar agregat di dalam kilen yang berputar dengan suhu
±1500 C proses pembakaran dengan menggunakan bahan bakar solar lama
pembakaran ini belangsung selama ± 45 detik dengan kapasitas ± 80 ton/jam.
 Pengumpulan Debu (dust collector)
Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat
pengontrol polusi udara di lingkungan lokasi AMP (Aspal Mixing Plant). Gas buang
yang keluar dari sistem pengering ditambah dengan dorongan kipas pengeluar
(exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Alat pengumpul debu yang tidak
berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara, dan ini terlihat
jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di sekitar lokasi
AMP (Aspal Mixing Plant).

 Proses Pemisahan Agregat Panas (Hot Screen)


Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer
selanjutnnya di bawa oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan
pemisahan pada hot screen, peroses pemisahan agregat ini adalah dengan cara
gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang dirancang sedikit miring agar
dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya masing-masing.
Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi untuk menggetarkan
ayakan agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah disaring/dipisahkan
berdasarkan ukurannya kemudian masuk pada unit hot bin guna untuk menampung
sementara agregat yang akan masuk pada timbangan.

 Bin Panas (Hot Bin)


Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran
(batch). Pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin
yang dilengkapi dengan pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang
serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu menampung agregat panas
dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkan melalui unit ayakan panas.
Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran pipa untuk membuang
agregat yang berlebih atau agregat yang tidak lolos saringan
 Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube.
Boiler fire tube adalah salah satu boiler yang digunakan dalam
perindustrian. Cara kerja boiler fire tube adalah proses pengapian yang terjadi
didalam pipa, kemudian panas yang dihasilkan dihantarkan langsung kedalam boiler
yang berisi aspal. Besar dan konstruksi boiler mempengaruhi cepat rambat panas
yang dihasilkan boiler tersebut untuk memanaskan alpal.
 Tanki Aspal
Tanki aspal panas berfungsi untuk menampung aspal panas dan kemudian
akan dipompa ke unit pencampuran (Mixer). Gambar tanki aspal panas dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

 Proses Akhir Mixer


Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah
dipanaskan dan telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang
diinginkan selanjutnya dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas
menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan secara otomatis/manual. Proses
pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat panas, aspal,
dan filler dengan suhu ± 1500C cara pengadukan dilakukan dengan memutar poros
pengaduk dengan menggunakan motor listrik lama pengadukan antara 30-40 detik
pengadukan dengan kapasitas 800 kg/ 30-40 detik, setelah itu agregat yang telah
dicampurkan maka akan dituang langsung ke dalam truk pengankut dengan cara
membuka pintu bukaan yang ada pada bagian bawah mixer dengan control hidrolik.
Campuran aspal beton yang telah keluar dari mixer ini bersuhu ± 1900C dan setiap
jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5 - 50C, batas suhu penghamparan 150 0C.

5. Mengamati Pekerjaan Penghamparan Aspal


Sebelum proses penghamparan aspal dilakukan, operator dan petugas mengatur lebar
dan ketebalan alat terlebih dulu, kemudian penghamparan campuran lapis permukaan berupa
Aspahalt Treated Base (ATB) dengan tebal 6 cm gembur pada permukaan jalan lama yang telah
selesai diberi lapisan perekat, dengan lebar 4 meter telah siap dihampar campuran aspal
menggunakan Asphalt Finisher.
Tahapan pelaksanaannya:

a. Pekerjaan penghamparan dilaksanakan pada awal permukaan jalan yang telah


diberi lapisan perekat.
b. Pengangkutan material ATB menggunakan dump truk yang bersih, pada bagian
dalam bak disemprotkan oli yang tidak berlebihan agar mencegah melekatnya
material ke bak dan lebih mudah dituangkan. Dump truk dilengkapi dengan
terpal guna melindungi material terhadap cuaca juga mengurangi faktor
kehilangan panas selama pengangkutan didalam perjalanan.
c. Material diangkut dari Asphalt Mixing Plant ( AMP ) Bone
d. Temperatur material ditempatkan pada alat angkut berkisar 150o C
e. Aspal diangkut oleh dump truck menuju finisher dengan temperatur berkisar
110o C. Setelah bak finisher terisi aspal barulah pekerjaan penghamparan
dilaksanakan.
f. Pada pelaksanaan penghamparan perlu diperhatikan alat campuran tidak
berkumpul pada tepi alat penghampar yaitu asphalt finisher. Dalam
penghamparan material dengan tebal 6 cm dimata pisau telah disetel.
g. Pengukuran ketebalan aspal yang telah dihampar pada badan jalan dapat
dilakukan pada beberapa titik secara acak dengan tongkat pengukur.
6. Mengamati Pekerjaan Pemadatan Aspal
1. Pemadatan Awal ( Breakdown Rolling )
Pemadatan awal menggunakan alat tandem roller yang mempunyai roda
silinder baja, alat ini berfungsi merapatkan permukaan aspal yang telah dihampar.

Tahapan pelaksanaannya:
a. Pemadatan awal dilakukan pada suhu yang telah di tetapkan yaitu pada waktu campuran
masih dalam keadaan panas 125o C dengan tekanan bobot penggilas antara 400 – 600
kg/ 0,1 meter lebar roda.
b. Roda penggilasan dibasahi secara terus menerus untuk mencegah melekatnya campuran
aspal pada roda mesin penggilas pada saat melakukan pemadatan.
c. Penggilasan dimulai dari arah memanjang pada awal tepi luar jalan sejajar dengan tepi
sumbu jalan, kemudian penggilasan dilanjutkan kearah tengah.
d. Penggilasan dilakukan dengan kecepatan mesin gilas roda baja 4 km/ jam sehingga
tidak mengakibatkan campuran aspal bergeser.
e. Penggilasan dilakukan dengan cara bolak – balik sebanyak tiga kali passing agar
campuran aspal saling mengikat terhadap material.

2. Pemadatan Antara ( Secondary Rolling )


Pemadatan antara penggilasan dengan menggunakan alat tired roller yang
mempunyai roda karet yang dipompa, alat ini berfungsi untuk memadatkan aspal.
Tahapan pelaksanaannya

a. Pemadatan antara dilakukan pada suhu yang telah ditetapkan yaitu pada waktu
campuran masih dalam keadaan maksimum 110o C dengan tekanan roda penggilas 8,5
kg/cm.
b. Roda penggilasan dibasahi secara terus menerus untuk mencegah melekatnya campuran
aspal pada roda mesin penggilas pada saat melakukan pemadatan.
c. Penggilasan dimulai dari arah memanjang pada awal tepi luar jalan sejajar dengan tepi
sumbu jalan, kemudian penggilasan dilanjutkan kearah tengah jalan.
d. Penggilasan dilakukan dengan kecepatan mesin penggilas ban karet 15 km/jam sehingga
tidak mengakibatkan campuran aspal bergeser.
e. Penggilasan dilakukan dengan cara bolak – balik, sebanyak 2 kali passing agar campuran
aspal saling mengikat terhadap material.

3. Pemadatan Akhir ( Finishing Rolling )


Alat digunakaan pada pemadatan akhir adalah tandem roller yang mempunyai roda
silinder baja, selain itu untuk merapatkan permukaan aspal, alat ini berfungsi untuk
meratakan permukaan aspal yang telah digilas oleh tired roller.
Ada pun tahapan pelaksanaannya:

a. Pemadatan awal dilakukan pada suhu yang telah ditetapkan yaitu pada waktu campuran
masih dalam keadaan suhu minimum 110o C dengan tekanan roda penggilas minimum
8,5 kg/cm2.
b. Roda penggilasan dibasahi secara terus menerus untuk mencegah melekatnya campuran
aspal pada roda mesin penggilas pada saat melakukan pemadatan.
c. Penggilasan dimulai dari arah memanjang pada awal tepi luar jalan sejajar dengan tepi
sumbu jalan, kemudian penggilasan di lanjutkan kearah tengah jalan.
d. Penggilasan dilakukan dengan cara bolak – balik, sebanyak tiga kali passing agar
campuran saling mengikat terhadap material.

B. Peralatan Pekerjaan Konstruksi Jalan

Untuk ekerjaan pelaksanaan lapisan tambahan memerlukan peralatan untuk


memudahkan pelaksanaan pekerjaan (Harjawinata, 2017). Jenis peralatan yang digunakan
sebagai berikut:

1. Dump Truck
Dump truck adalah suatu kendaraan beroda enam yang digunakan untuk
mengangkut material ke lokasi proyek secara cepat. Dump truck yang sesuai dengan
pekerjaan proyek adalah dump truck yang cepat menurunkan muatannya pada lokasi.
2. Asphalt Finisher
Asphalt finisher adalah alat yang berfungsi untuk menghampar processed material
(material yang telah diproses) dari mixing plant, dan untuk mendapatkan lapisan yang
merata. Alat ini mempunyai roda kelabang. Untuk menampung material pada alat ini
dilengkapi hopper tetapi tidak mempunyai alas, sehingga material yang dituangkan langsung
kebawah, dibagian belakangnya terdapat pisau selebar hopper tersebut, yang diatur
sedemikian rupa sehingga tingginya diatas jalan antara 0 – 14 cm (belum padat).

3. Tandem Roller
Tandem roller adalah peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi jalan
/ konstruksi lain yang memerlukan stabilitas besi dengan permukaan halus dengan penggilas
tandem. Penggunaan dari penggilas umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak
halus misalnya pada penggilasan aspal beton dan lain-lain. Tandem roller memberikan
penggilasan yang sama pada masing-masing rodanya, beratnya 8 – 14 ton, penambahan
berat yang diakibatkan pengisian zat cair berkisar 25% - 60% dari berat penggilas.

4. Pneumatic Tyder Roller


Pneumatic tryed roller adalah pengikat roda angin yang trdiri dari atas roda – roda
karet yang dipompa susunan dari roda muka dan roda belakang selang – selang sehingga
bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan digilas oleh roda bagian
belakang. Roda – roda ini akan menghasilkan apa- apa yang dinamakan “kneding actiona”
( tekanan ) terhadap tanah sehingga membantu konsolidasi tanah. Tekanan yang diberikan
roda terhadap permukaan tanah dapat diatur cara mengubah tekanan ban. makin besar
tekanan ban makin besar tekanan yang terjadi pada tanah dan sumbu pada roda dapat
bergoyang mengikuti perubahan permukaan tanah. Alat ini baik sekali digunakan pada
pekerjaan penggilasan bahan granual, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix
sebagai penggilas antara. Pada penggilasan pada lapisan ynag berbatu dan tajam akan
mempercepat kerusakan pada roda – rodanya sehingga sebaiknya tidak dipergunakan. Untuk
meningkatkan rodanya dapat dilakukan dengan mengisi zat cair pada dinding mesin. Jumlah
roda biasanya 9 – 19 buah ( 4 roda depan dan 5 roda belakang ).
5. Asphalt Sprayer atau Aspal Distributor
Asphalt sprayer adalah alat yang dipergunakan untuk menyebarkan aspal cair
dimana alat ini memiliki sistem tangki bahan pengikat, pemanasan, pemompaan, batang
penyemprot yang mensirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur kearah horizontal
dan vertikal, serta alat ini dilengkapi sebuah tachometer ( pengukur tekanan kecepatan
putaran ), meteran tekanan, satu tongkat celup yang telah dikalibrasi, sebuah thermometer
untuk mengukur temperatur isi tangki, dan peralatan untuk mengukur kecepatan.

6. Water Tank
Water tank adalah mobil tempat penampug air, dan air dipindahkan ke tandem
roller, pneumatic tryed roller pada saat alat pemadatan tersebut beroperasi.
C. Alat, Bahan, Tenaga Kerja yang Digunakan
1. Pekerjaan prime coat
a) Alat yang digunakan
 Asphalt Sprayer 1 unit
 Compressor 1 buah

b) Bahan yang digunakan:


 Aspal Emulsi

c) Tenaga kerja
 Supervisor 1 orang
 Tenaga terlatih 2 orang
 Operator dari masing – masing alat.

2. Pekerjaan Penghamparan dan Pemadatan ATB (Asphalt Treated Base) dan HRS
(Hot Roller Sheets)
a) Alat yang digunakan:
 Asphalt finisher 1 unit
 Dump truck 1 unit
 Tandem roller 1 unit
 Tired roller 1 unit
 Sekop 2 unit
 Mistar perata 3 buah
 Gerobak 3 buah
b) Bahan yang digunakan:
 ATB (Asphalt Treated Base) dan HRS (Hot Roller Sheets)
c) Tenaga kerja
 Supervior 1 orang
 Tenaga terlatih 6 orang
 Operator dari masing – masing alat.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktek dalam kurun waktu dua bulan di Proyek Preservasi
Jalan Ruas Ujung Lamuru – Palattae – Bojo 1 Paket Kabupaten Bone yang dilaksanakan oleh
PT. CITRA PRIBUMI TEKNIK PERKASA, kami mendapatkan banyak masukan dan hal-hal
yang belum pernah kami dapatkan selama mengikuti perkuliahan. Pengalaman baru tersebut
berupa hal-hal mengenai pekerjaan pengaspalan, perhitungan volume pekerjaan dan juga
mengenai pengawasan serta hubungan kerja di lapangan.

Sebagai akhir dari laporan ini kami dapat menyimpulkan beberapa hal di bawah ini,
yaitu:
1. Mahasiswa telah dapat mengetahui dan memperaktikkan ilmu dan teori yang diperoleh
selama masa kuliah dan menerapkannya pada kegiatan di lapangan.
2. Mahasiswa telah dapat mengetahui dan mempraktikkan pengujian tanah di lapangan seperti
pengujian sandcone, CBR dan gradasi.

B. Saran

Dari hasil pengamatan kami selama kerja praktek di Proyek Preservasi Jalan Ruas
Ujung Lamuru – Palattae – Bojo 1 Paket Kabupaten Bone, berikut beberapa saran yang dapat
diberikan demi kemajuan pelaksanaan kegiatan konstruksi di lapangan.

1. Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja perlu lebih diperhatikan dan ditingkatkan karena
tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat menentukan kualitas proyek tersebut.
2. Perlu adanya ketepatan waktu dalam pendistribusian material ke lapangan sehingga
penyelesaian proyek dapat berjalan sesuai jadwal.
3. Perlu perawatan secara berkala terhadap kondisi alat dalam proyek agar dapat berjalan
sesuai jadwal yang di tentukan.
Selain saran untuk kegiatan konstruksi proyek, kami juga memberikan beberapa saran
masukan yang diharapkan berguna bagi rekan-rekan mahasiswa yang akan melaksanakan kerja
praktek selanjutnya.
1. Membangun hubungan yang baik dengan seluruh pihak yang ada di dalam proyek dan selalu
menunjukkan sikap hormat kepada semua pihak selama berada di proyek.
2. Menjaga keselamatan diri di lokasi proyek agar terhindar dari bahaya-bahaya yang mungkin
terjadi, misalnya selalu memakai helm dan sepatu keselamatan pada saat berada di lokasi
proyek.
3. Mengumpulkan data dan informasi serta melakukan tanya jawab kepada pihak yang terkait,
serta melakukan pengecekan setiap data-data dan informasi yang diperoleh agar laporan
kerja praktek yang dibuat dapat dipertanggung jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai