Anda di halaman 1dari 22

STRATEGI PENANGANAN AREA PERMUKIMAN KUMUH DI

KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR

Disusun Oleh :

Syamsriwianty Syam / 1721041014

Musrifina Sasnur / 1721042002

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas segala

karunia nikmat yang begitu besar sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

proposal penelitian yang berjudul Strategi penanganan area permukiman

kumuh di kecamatan rappocini kota Makassar tanpa ada hambatan yang

berarti. Kami bersyukur karena penyusunan tugas proposal penelitian ini dapat

selesai tepat pada waktunya.

Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karenanya kami mengharap kritikan atau masukan dan saran

dari selaku dosen yang bersifat membangun. Demikian apa yang dapat kami

sampaikan, semoga dapat menambah khazanah pemikiran generasi bangsa.

Makassar, 12 mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................4

C. Tujuan Penelitian..................................................................................4

D. Manfaat Penelitian................................................................................4

BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................5

A. Tinjauan Pustaka...................................................................................5

B. Kajian yang Relevan.............................................................................8

C. Kerangka Pikir......................................................................................11

D. Hipotesis Penelitian..............................................................................12

BAB III METODE PENELITIAN................................................................13

A. Jenis Penelitian.....................................................................................13

B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................13

C. Subjek dan Objek penelitian.................................................................14

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data...........................................14

E. Teknik Analisis Data............................................................................15

ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hampir semua kota di Negara berkembang menunjukkan adanya permukiman

kumuh di bagian – bagian kotanya. Negara berkembang di Indonesia ini yang

terdiri dari kota-kota besar dan pemukiman kumuh merupakan masalah yang

dihadapi oleh hampir semua kota – kota lainnya, serta kawasan ini merupakan

bagian yang terabaikan dalam pembangunan perkotaan. Pertumbuhan penduduk

yang meningkat pesat dan pertambahan jumlah perumahan yang disediakan di

kota tidak stabil, sehingga menyebabkan timbulnya permukiman kumuh.

Perkembangan ekonomi kota yang pesat menimbulkan adanya arus urbanisasi.

Keberadaan kaum urban diperkotaan seringkali tidak diimbangi dengan

kemampuan skill yang memadahi untuk mendapatkan pekerjaan dan jumlah

lapangan pekerjaan sangat terbatas. Sebagian besar mereka mengalami kegagalan

dikarenakan kompetisi tersebut, mereka terpaksa berada di tempat-tempat yang

tidak layak dan tidak mampu membeli rumah yang layak. (Widyastuty & Jihan,

2018).

Kelebihan yang dimiliki oleh kota metropolitan di Indonesia yang semakin

maju tentunya memiliki dampak di balik modernnya kota ini. Semakin maju

kotanya maka semakin banyak pula permasalahan yang muncul. Semakin tinggi

bangunan yang menjulang maka semakin banyak pula wilayah kumuh di

1
2

sekitarnya, ini terbukti dengan jumlah permukiman kumuh yang ada (Ramadhani,

2019). Masalah dalam permukiman kumuh perkotaan merupakan suatu hal yang

tidak mungkin dihindari dan merupakan hal yang pasti dialami setiap kota.

Adanya permukiman kumuh kemungkinan disebabkan oleh perkembangan dari

kota tersebut. Permukiman kumuh perkotaan muncul karena ketidakmampuan

atau kegagalan masyarakat untuk bisa bersaing menjangkau dan memiliki segala

kebutuhan untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Penyebab dari

ketidakberdayaan masyarakat dalam menyikapi dan menghadapai situasi yang ada

dilingkungan akan mendorong sikap masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya diri

dan hanya mengandalkan bantuan pihak luar untuk mengatasi berbagai persoalan

yang dihadapi. Selain itu, faktor kondisi masyarakat yang terkait satu sama lain

dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah mengakibatkan mereka tidak

mampu dan tidak tahu bagaimana cara menjaga dan meningkatkan kualitas hidup

dalam segi kesehatan ( Ahsanul Kholqi, 2020).

Kota pada awalnya berupa permukiman dengan skala kecil, kemudian

mengalami perkembangan sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, perubahan

social ekonomi, dan budaya serta interaksinya dengan kota-kota lain dan daerah

sekitarnya. Namun yang terjadi dengan kota-kota di indonesia adalah bahwa

pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan pembangunan sarana dan

prasarana kota dan peningkatan pelayanan perkotaan (Agus Gholib, 2019).

Peningkatan jumlah bangunan liar tersebut disebabkan karena banyaknya pengadu

nasib yang datang ke kota besar untuk mencari nafkah, tetapi tidak diiringi dengan

pendidikan dan keterampilan jadi hal itu mengakibatkan mereka terlantar dan
3

akhirnya membangun tempat tinggal sembarangan dan dengan bahan seadanya.

Padahal sarana dan prasarana di kawasan tersebut tidak layak huni dengan

keadaan lingkungan yang relatif kurang baik. Tindakan mereka inilah yang

mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan (Rofiana, 2015)

Pertumbuhan populasi di satu kota sangat besar, membuat kepadatan

permukiman menjadi daerah kumuh karena keterbatasan layanan dasar.

Menjamurnya kawasan padat kumuh di perkotaan bisa dikatakan dampak dari

pemerintah. Ketidakmampuan untuk mengelola pemerintahannya. Karena

pertumbuhan daerah kumuh di perkotaan dipicu oleh kebijakan yang salah,

banyak korupsi, tata kelola yang buruk, peraturan yang tidak akurat, dan tidak

adanya kemauan politik dari pemerintah kecenderungan pertumbuhan populasi di

perkotaan, perlu mendapat perhatian semua pihak. Ada hal penting yang harus

diperhatikan. Pertama, pertumbuhan populasi di daerah perkotaan dikhawatirkan

menyebabkan ledakan besar kemiskinan perkotaan, yaitu ledakan kemiskinan di

perkotaan. Kedua, dikhawatirkan daerah kumuh padat dan kemiskinan kota dapat

menumbuhkan kejahatan. (Supriyatno, 2020)

Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui strategi penanganan yang dilakukan

pemerintah pada kawasan permukiman kumuh di kecamatan Tamalate. Hal

tersebut mendorong penulis untuk menyusun proposal dengan judul strategi

penanganan area permukiman kumuh di Kecamatan Rappocini Kota Makassar.

B. RUMUSAN MASALAH
4

Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah diurikan diatas mengenai

dampak pemukiman kumuh di Kota Makassar, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi penanganan area permukiman kumuh di Kecamatan

Rappocini Kota Makassar?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga menyebabkan timbulnya

permukiman kumuh di Kecamatan Rappocini Kota Makassar?

C. TUJUAN PENELITIAN

Mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu

untuk mengetahui :

1. Mengetahui strategi penanganan area permukiman kumuh di Kecamatan

Rappocini Kota Makassar.

2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi sehingga menyebabkan

timbulnya permukiman kumuh di Kecamatan Rappocini Kota Makassar.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan mampu menambah wawasan

kepada seluruh masyarakat agar dapat dijadikan bahan referensi dalam

menganalisis dan menilai penanganan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan

Rappocini Kota Makassar

BAB II
5

KAJIAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pemukiman Kumuh

Permukiman merupakan suatu kelompok rumah hunian pada suatu area atau

wilayah beserta sarana prasarana yang ada di dalamnya. Bentuk permukiman

dapat berupa kelompok rumah, kampung, atau wilayah permukiman yang luas

(Ramadhani, 2019)

Permukiman kumuh adalah suatu kawasan dengan bentuk hunian yang tidak

berstruktur, tidak berpola (misalnya letak rumah dan jalan yang tidak beraturan,

tidak tersedianya fasilitas umum, prasarana dan sarana air bersih, MCK) bentuk

fisiknya tidak layak misalnya secara reguler tiap tahun sering terjadi banjir

(Wijaya, 2016) Selain itu, permukiman kumuh merupakan permukiman yang

padat, kualitas konstruksi yang rendah, prasarana dan pelayanan permukiman

minim yang menjadi akibat dari kemiskinan (widyastuty & jihan, 2018). Hampir

semua bagian dari kota makassar yang menunjukkan adanya permukiman kumuh,

kecamatan rappocini merupakan salah satu wilayah yang kondisi permukimannya

padat dan tidak teratur sehingga dapat disebut sebagai kawasan kumuh.

2. Faktor penyebab terjadinya permukiman kumuh


6

Terjadinya permukiman kumuh karena besarnya arus urbanisasi penduduk

dari pedesaan ke perkotaan. Lebih jauh dijelaskan bahwa perkampungan kumuh

adalah bagian atau wilayah perkotaan yang jorok, bangunan-bangunan yang tidak

memenuhi syarat dan didiami oleh orang-orang miskin, serta fasilitas tempat

pembuangan sampah dan fasilitas air bersih tidak memadai (Uar, 2016)

Fenomena terjadinya perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, lebih

disebabkan oleh tingginya upah yang dapat diperoleh di daerah tujuan.

Kesenjangan upah yang besar antara desa dan kota menjadi faktor yang

mendorong penduduk desa untuk datang ke kota (Mustikasari et al., 2017).

Semakin kuatnya daya tarik kota ditambah dengan adanya berbagai keterbatasan

secara ekonomi di perdesaan, telah mendorong sebagian besar warga perdesaan

untuk mengadu nasib di perkotaan. Perkembangan kota yang pesat tersebut yang

berfungsi sebagai pusat kegiatan serta menyediakan layanan primer dan sekunder,

menjadikan alasan penduduk desa pindah ke kota dengan harapan bisa

mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan berbagai kemudahan termasuk

lapangan kerja. Hal ini menyebabkan kurangnya perhatian terhadap pertumbuhan

kawasan perumahan dan pemukiman penduduk maupun kegiatan ekonomi

(Hariyanto, 2007).

Menurut Mulyono (2009) dalam (Ramadhani, 2019) Menyatakan bahwa ada

beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya permukiman kumuh, yaitu :

a. Pertumbuhan penduduk kota yang tinggi, tidak diimbangi dengan tingkat

kepadatan yang cukup.

b. Keterlambatan pemerintah kota dalam merencana dan membangun prasarana


7

3. Strategi penanganan permukiman kumuh

Menurut (Robichin et al., 2019) Konsep penanganan permukiman kumuh ada

dua yaitu konsep pencegahan dan konsep kualitas lingkungan. Adapun strategi

penanganan permukiman kumuh diuraikan sebagai berikut :

a. Peningkatan kualitas lingkungan kawasan permukiman kumuh

b. Penertiban IMB, pembatasan pembangunan hunian, bantuan perbaikan

rumah tidak layak huni.

c. Perbaikan infrastruktur permukiman dan penyediaan sarana dan prasarana

yang menunjang permukiman kumuh.

d. Penataan kawasan permukiman yang bersinergi dengan keberadaan

kawasan fungsional strategis.

e. Pengembangan daerah untuk kegiatan industri rumah tangga dengan

pemanfaatan sumber daya manusia lokal, sehingga mampu untuk

meningkatkan taraf hidup dan meminimalisir tingkat pengangguran.

f. Penyediaan infrastruktur ekonomi demi mendukung produktivitas

masyarakat.

g. Membangun toleransi dalam masyarakat berdasarkan nilai-nilai sebagai

modal sosial untuk pembangunan.

h. Pengendalian dampak pencemaran lingkungan dengan cara

memberlakukan aturan bersama di tingkat masyarakat.


8

Kesadaran masyarakat bermukim yang sehat, tertib dan teratur pada

umumnya masih rendah, maka dalam upaya meningkatkan kesadaran

masyarakat harus terus diupayakan penggalangan potensi masyarakat melalui

kegiatan pemberdayaan. Untuk mendukung pencapaian lingkungan

permukiman yang responsif tersebut maka diperlukan langkah konkrit untuk

mendayagunakan potensi masyarakat melalui kegiatan peningkatan kualitas

permukiman, penerapan tata lingkungan permukiman, pengembangan

perumahan yang bertumpu kepada swadaya masyarakat, membuka akses

kepada sumber daya perumahan dan permukiman serta upaya pemberdayaan

ekonomi untuk golongan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah

(Beddu & Yahya, 2015)

B. KAJIAN YANG RELEVAN

1. Penelitian yang dilakukan oleh Arwiny Ramadhani (2019), Evektivitas

Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tamalate Kota

Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evektivitas penanganan

kawasan permukiman kumuh di kota Makassar khususnya di kecamatan

Tamalate. Dalam kesimpulan penelitian tersebut, menghasilkan 8 indikator

efektif yaitu ketepatan penentuan waktu, ketepatan perhitungan biaya,

ketepatan dalam pengukuran, ketepatan dalam menentukan pilihan, ketepatan

berfikir, ketepatan dalam melakukan perintah, ketepatan dalam menentukan

tujuan, ketepatan sasaran. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka hasil dari

penelitian ini adalah evektivitas penanganan kawasan kumuh di Kecamatan

Tamalate kota Makassar cukup efektif, karena dari delapan indikator terdapat
9

satu indikator yang kurang efektif yaitu ketepatan penentuan waktu, hal ini

dibuktikan bahwa meskipun penanganan selalu di atur oleh juknis dan juklak,

namun sering terjadi penanganan diluar waktu yang di rencanakan karena

perubahan kondisi di lapangan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Abdur Rivai (2018) Kondisi Permukiman

Berdasarkan Sarana Sanitasi di Kelurahan Banta-Bantaeng Kecamatan

Rappocini Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar tingkat kekumuhan dan kondisi permukiman kumuh berdasarkan sarana

sanitasi di kelurahan banta-bantaeng kecamatan Rappocini Kota Makassar.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa kondisi permukiman masih belum

memenuhi syarat termasuk pada bagian sarana air bersih, sarana jamban,

sarana tempat sampah. Adapun hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut,

pada sarana air bersih masih ada 86,6% yang tidak memiliki kondisi

permukiman memenuhi syarat, sarana jamban 84,3% memiliki kondisi

permukiman tidak memenuhi syarat, sarana pembuangan sampah 70,2% yang

tidak memenuhi syarat, dan sarana pembuangan air limbah 18,6% tidak

memenuhi syarat. Sehingga permukiman tersebut masih perlu adanya

penataan bangunan dan pemerataan jumlah penduduk, serta perlu adanya kerja

sama atas kebersihan dan pentingnya kesehatan lingkungan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Endah Harisun et. al (2019) Identifikasi dan

Penanganan Kawasan Kumuh pada Kelurahan Makassar Timur. Penelitian ini

bertujuan untuk mengidetifikasi dan menangani kawasan kumuh pada

kelurahan Makassar Timur. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa


10

kondisi kepadatan penduduk cukup tinggi hal ini menyebabkan ketidak

teraturannya bangunan yang ada di permukiman tersebut. Kualitas bangunan

yang rata-rata tidak layak huni yang mengandalkan bangunan semi permanen

dan jarak bangunan yang sangat padat mengakibatkan tidak optimalnya

pencahayaan dan penghawaan alami ke dalam bangunan. Ditambah lagi

dengan posisi bangunan yang berada di atas genangan air laut yang sirkulasi

airnya tidak lancar menjadikan genangan tersebut menjadi tempat

penumpukan sampah dari masyarakat setempat. Kebiasaan masyarakat sering

membuang sampah pada genangan air laut yang berada dibawah bangunan

tempat tinggal, menyebabkan drainase tersumbat dan menyebabkan genangan

air yang lama kelamaan jika tidak dibersihkan akan menyumbat saluran air

dan menyebabkan polusi udara maupun sarang penyakit. Dalam penelitian ini

menawarkan beberapa solusi penanganan salah satunya, pengembangan

kawasan permukiman dengan melakukan pembongkaran dan penataan

kembali kawasan permukiman kumuh dengan standar yang cukup baik.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Annisa Amaliah (2018) Karakteristik

Hunian Permukiman Kumuh Kampung Sapiria Kelurahan Lembo Kota

Makassar. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik kumuh di

kampung sapiria dari aspek bangunan hunian meliputi ketidakteraturan

bangunan, kepadatan bangunan hunian, ketidasesuaian dengan persyaratan

teknis bangunan, dan legalitas bangunan di kawasan permukiman kumuh.

Hasil dari penelitian ini adalah 28% yang memiliki ketidakteraturan, 85%

bangunan hunian yang memiliki luas lantai tidak sesuai standar, 22%
11

bangunan hunian tidak sesuai persyaratan teknis, 10% bangunan hunian

memiliki IMB dan 5% dengan status lahan milik. Untuk itu pemerintah perlu

melakukan percepatan penanganan permukiman kumuh berbasis perspektif

kondisi kekumuhan sebagai masa depan menjadi baik atau target

berkelanjutan serta mampu mencegah tumbuhnya kumuh baru.

C. KERANGKA PIKIR

Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak memenuhi syarat atau

tidak layak huni karena tingkat kepadatan dan ketidakteraturan bangunan,

kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memadai. Faktor

penyebab permukiman kumuh karena urbanisasi, juga terdapat beberapa faktor

pendukung yaitu faktor sosial dan faktor ekonomi masyarakat.

Di Kota Makassar, Kecamatan Rappocini termasuk dalam kawasan

permukiman kumuh, disamping masalah lingkungan hal yang menjadi

permasalahan utama adalah kondisi rumah tinggal yang tidak layak huni. Oleh

sebab itu, kekumuhan di kawasan Kecamatan Rappocini selain dipandang dari

segi bangunan juga dipandang dari segi lingkungan hidupnya, dimana masih

banyak sampah yang berserakan yang ditimbulkan oleh masyarakat itu sendiri.

Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan.

Dengan adanya strategi penanganan area permukiman kumuh, diharapkan dapat

mengurangi dan mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak kelestarian

lingkungan hidup, memperbaiki tata bangunan di perkotaan dan meningkatkan

kualitas hidup yang lebih baik.


12

Permukiman yang tidak layak huni, kepadatan dan


ketidakteraturan bangunan, kondisi lingkungan yang kumuh

Strategi penanganan permukiman kumuh dalam upaya


meminimalisir dampak permukiman kumuh dengan sasaran
aspek lingkungan, sosial dan ekonomi.

Tata bangunan lebih teratur, lingkungan hidup yang lebih


baik dan sehat serta meningkatnya kualitas hidup
masyarakat baik dari segi sosial dan ekonomi.

Gambar 1

Kerangka Pikir

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho = Strategi penanganan tidak membantu meminimalisir dan mencegah dampak

yang ditimbulkan area permukiman kumuh di Kecamatan Rappocini.

Ha = Strategi penanganan membantu meminimalisir dan mencegah dampak yang

ditimbulkan area permukiman kumuh di Kecamatan Rappocini.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,

dimana peneliti akan mengetahui strategi penanganan area permukiman kumuh di

Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Penelitian kualitatif merupakan studi

penelitian yang mencoba memahami fenomena-fenomena dalam setting dan

konteks yang natural. Studi kualitatif ini berlandaskan pada paradigma

postpositivisme yang tidak berupaya untuk membuat perlakuan atau

pengkondisian dan atau memanipulasi fenomena yang diamatinya. (Rijali, 2019).

Selanjutnya, Djamal (2017) menyatakan bahwa kualitatif adalah sebuah penelitian

yang menekankan sebuah proses dalam memperoleh data melalui kontak yang

intensif dan membutuhkan waktu lama dalam berinteraksi di lapangan. Dengan

demikian, peneliti dalam studi kualitatif ini harus mengikuti prosedur, metode,

dan teknik yang benar dalam mengumpulkan data, menganalisis data, dan

menginterpretasikannya

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan kelurahan, Gunung Sari dan Banta-

bantaeng yang termasuk wilayah kumuh Kecamatan Rappocini. Alasan pemilihan

13
14

lokasi ini karena Kecamatan Rappocini termasuk dalam kecamatan kumuh yang

terdapat di Kota Makassar.

2. Waktu

Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan maret 2020.

C. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2013), Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi

pemusatan pada kegiatan penelitian, atau dengan kata lain segala sesuatu menjadi

sasaran penelitian. Subjek penelitian adalah tempat dimana data untuk variable

penelitian diperoleh (Arikunto, 2010). Dalam penyusunan penelitian ini, yang

menjadi objek penelitian adalah strategi penanganan area permukiman sedangkan

subjek penelitian adalah permukiman kumuh di Kecamatan Rappocini.

D. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang dapat digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2013). Instrument yang

digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah instrument pokok dan instrument

penunjang. Yang dimaksud instrument pokok adalah peneliti itu sendiri

sedangkan instrument penunjang adalah handphone, pulpen dan buku. Handphone

digunakan untuk merekan kejadian yang penting pada suatu peristiwa baik dalam

bentuk foto maupun video. Sedangkan untuk pulpen dan buku untuk mencatat

informasi yang penting dalam mengumpulkan data.


15

Menurut Thalha (2019), Kegiatan penelitian yang terpenting adalah

pengumpulan data. Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam

langkah penelitian, tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama

jika peneliti menggunakan metode yang rawan terhadap masuknya unsur subjektif

peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani

secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya yaitu

pengumpulan variabel yang tepat.

Adapun penelitian yang digunakan dalam teknik pengumpulan data yaitu

observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Dalam hal ini peneliti

melakukan pengamatan secara langsung di lapangan mulai dari observasi,

wawancara dan pengambilan dokumentasi untuk memberikan permasalahan yang

akan diteliti kemudian data-data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis serta

dilakukan penarikan kesimpulan.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data merupakan suatu upaya dalam menguraikan suatu masalah atau

fokus kajian menjadi bagian-bagian sehingga susunan dan tatanan bentuk sesuatu

yang diurai tersebut tampak dengan jelas terlihat dan mudah dicerna atau

ditangkap maknanya. (Rijali, 2019)

Miles dan Huberman dikutip Sugiyono (2010) menyatakan bahwa kegiatan

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus hingga datanya mencapai titik jenuh. Berikut diuraikan beberapa tahapan

dalam menganalisis data model interaktif ini, yaitu:


16

1. Reduksi Data

Dalam pengumpulan data kualitatif. Peneliti menggunakan berbagai macam

teknik dan berlangsung secara berulang-ulang sehingga diperoleh data sangat

banyak dan kompleks. Mengingat data yang diperoleh di lapangan masih sangat

kompleks, masih kasar dan belum sistematis, maka peneliti perlu melakukan

analisis dengan cara melakukan reduksi data.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan proses menyajikan data setelah dilakukan reduksi

data. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk ikhtisar,

bagan, hubungan antar kategori, pola dan lain-lain sehingga mudah dipahami

pembaca. Data yang telah tersusun secara sistematis akan memudahkan pembaca

memahami konsep, kategori serta hubungan dan perbedaan masing-masing pola

atau kategori.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada penelitian kualitatif, kesimpulan pertama yang diambil masih bersifat

sementara sehingga bisa berubah setiap saat apabila tidak didukung oleh bukti-

bukti yang kuat. Kesimpulan hasil penelitian harus dapat memberikan jawaban

terhadap rumusan masalah yang diajukan. Selain memberikan jawaban atas

rumusan masalah, kesimpulan juga harus menghasilkan temuan baru di bidang

ilmu yang sebelumnya belum ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi tentang

suatu objek atau fenomena yang sebelumnya masih samar, setelah diteliti menjadi

lebih jelas, dapat pula berupa hipotesis bahkan teori baru.


DAFTAR PUSTAKA

Beddu, S., & Yahya, M. (2015). Penataan permukiman kumuh perkotaan berbasis

penataan bangunan dan lingkungan Studi Kasus : Kelurahan Gusung, Kec.

Ujung Tanah Kota Makassar. Jurnal Planologi, 1–9.

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/12704

Gholib, A. (2019). No Title‫س‬. ペインクリニック学会治療指針2, 8, 1–13.

https://doi.org/.1037//0033-2909.I26.1.78

Maschinen, B., Investition, A., Beschaffungen, G., Ersatzbeschaffungen, B., &

Mittelherkunft, S. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者にお

ける 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.

Mustikasari, M., Maddatauang, & Maru, R. (2017). UNM Geographic Journal.

UNM Geographic Journal, 1(1), 48–54.

Ramadhani, A. (2019). 済無 No Title No Title. Statistical Field Theor, 53(9),

1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Rijali, A. (2019). Analisis Data Kualitatif. In Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah

(Vol. 17, Issue 33). https://doi.org/10.18592/alhadharah.v17i33.2374

Robichin, M. ambriliani, Tamsil, A., & Khadijah, S. (2019). Mega Ambriliani

Robichin , Andi Tamsil 2 ) PS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK

UMI Makassar 3 ) PS Budidaya Perairan FPIK UMI Makassar

Korespondensi : ambrilianirr@gmail.com belum cukup mampu untuk

Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali. 2(1), 111–123.

17
18

Rofiana, V. (2015). DAMPAK PEMUKIMAN KUMUH TERHADAP

KELESTARIAN LINGKUNGAN KOTA MALANG (Studi Penelitian di

Jalan Muharto Kel Jodipan Kec Blimbing, Kota Malang. The Indonesian

Journal of Public Administration (IJPA), 1(1), 40–57.

http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/admpublik/article/view/73

Supriyatno, B. (2020). The attitude and role of Bekasi City government in slum

areas. Journal of Human Behavior in the Social Environment, 30(2), 228–

242. https://doi.org/10.1080/10911359.2019.1676359

Uar, E. dahlan. (2016). Strategi Penanganan Kumuh. 8, 127–144.

Wijaya. (2016). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik ( JIAP ) prioritas untuk

peningkatan kualitas infrastruktur pada kawasan pemukiman kumuh di. 2(1),

1–10.

Anda mungkin juga menyukai