JUDUL
Profil, Problematika, Peluang dan Tantangan Wilayah Pedesaan
Daftar Isi……………………………………………………………………………... 1
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………. 2
BAB II Kajian Pustaka……………………………………………………………... 5
2.1. Pengertian Kebijakan…….……………………………………………………..... 5
2.2. Pengertian Perencanaan………………………………………………………….. 5
2.3. Pembangunan……………………………………………………………………. 6
2.4. Pembangunan Desa……………………………………………………………… 6
2.5. Tujuan Perencanaan Pembangunan Desa………………………………………... 6
BAB III Pembahasan………………………………………………………………... 7
3.1. Tinjauan Konsep dan Implementasi Proses Perencanaan Pembangunan (P5d)…. 7
3.2. Upaya Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pembangunan di Tingkat Desa…… 7
3.3. Sasaran Pembangunan Desa……………………………………………………... 8
3.4. Masalah-Masalah Dalam Pembangunan Desa…………………………………... 8
3.5. Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan Desa…………………………….. 9
3.6. Paradigma Pembangunan Daerah Pedesaan……………………………………... 11
3.7. Perencanaan Pembangunan Pedesaan…………………………………………… 12
3.8. Perencanaan Pedesaan di Indonesia : Peluang dan Tantangan…………………... 13
BAB IV Kesimpulan ………………………………………………………………... 15
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………… 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
terhadap kesuksesan pembangunan. Kondisi kemiskinan di desa bukan hanya disebabkan
karena faktor ekonomi saja, melainkan karena kurangnya partisipasi masyarakat desa dalam
mengelola sumber dayanya sendiri sehingga menyebabkan potensi desa tidak bisa
dimanfaatkan dengan baik. Kekurangan anggaran dari desa juga menyebabkan permasalahan
kemiskinan di desa sehingga membuat kondisi desa menjadi lebih terpuruk dan ditinggalkan
oleh warganya dan beralih menuju kota sebagai tempat tinggal yang layak. Berbagai kondisi
ini, menjadikan dasar dari pemerintah untuk memberikan hak dan kewenangan kepada desa
melalui penetapan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menjelaskan tentang hak dan
kewenangan Desa dalam mengelola sumber dayanya sendiri demi mewujudkan kesejahteraan
masyarakat serta mengurangi dispraritas antara perkotaan dan pedesaan.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
5. Menjamin tercapainya penggunaan Sumber Daya Desa secara efisien, efektif, berkeadilan
dan berkelanjutan.
Kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman dan
ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan (memanage)
pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat
sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.
2.3. Pembangunan
Menurut Rostow pembangunan adalah tidak hanya lebih banyak otput yang dihasilkan
tetapi juga lebih banyak otput dari pada yang diproduksi sebelumnya. Pembangunan
merupakan sebuah proses kegiatan yang sebelumya tidak adamenjadi ada, atau yang
sebelumnya sudah ada dan dikembangkan menjadi lebih baik, menurut Myrdal pembangunan
adalah sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistemsosial. Artinya bahwa pembangunan
bukan melulu pembangunan ekonomi, melainkan pembangunan seutuhnya yaitu semua bidang
kehidupan dimasyarakat.
Dengan peningkatan pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan maka
diharapkan hasil pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan tujuan
pembangunan itu sendiri sebagaimana disebutkan dalam Permendagri 114 Pasal 1 ayat 9.
Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Dari uraian tersebut sangatlah jelas bahwa
pembangunan yang melibatkan masyarakat secara aktif akan mampu mencapai tujuan yang
diharapkan.
5
pemerintah desa sesuai dengan kewenangannya dan menurut ayat (3) bahwa dalam menyusun
perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
3.3. Sasaran Pembangunan Desa
Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber daya
yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Beberapa sasaran yang dapat
dikembangkan atau dicapai dalam suatu pembangunan desa adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Pembangunan ekonomi kerakyatan pada intinya
adalah mengelola seluruh potensi ekonomi yang menguasi hajat hidup orang banyak
dengan menerapkan prinsip atau asas ekonomi kerakyatan.
Program-program pembangunan ekonomi kerakyatan yang dapat dikembangkan di desa
adalah:
1. Program Pemberdayaan Usaha Kecil Perdesaan dengan kegiatan berupa penyediaan
kredit tanpa bunga.
2. Pembangunan pertanian dalam arti luas dalam rangka meningkatkan ketersediaan
pangan dan meningkatkan pendapatan petani, nelayan dan peternak
3. Pengembangan dan pemberdayaan koperasi serta pengusaha mikro kecil dan
menengah melalui pembinaan pengusaha kecil, pengembangan industri kecil dan
pembangunan prasarana dan sarana ekonomi desa.
4. Pengembangan potensi dan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam rangka
menunjang industri kecil perdesaan.
8
timbulnya masalah pembangunan desa pada desa-desa tradisional, masalah-masalah tersebut
terutama adalah:
1. Masalah pertumbuhan penduduk penduduk yang berat, sehingga pemilikan tanah semakin
berkurang, terutama pada wilayah yang terbatas lahannya (Sumber Daya Alam)
2. Tingkat Pendidikan rendah yang menyebabkan adopsi tegnologi rendah dan stagnansi
produk juga masalah lain yang bisa timbul dengan serius seperti masalah kesehatan,
rendahnya produktivitas kerja dan masalah kepemimpinan desa.
3. Keterisolasian desa yang membuat hubungan dengan dunia luar sulit dan lambat dan tidak
dapat memanfaatkan keuntungan dengan dunia luar
Masalah-masalah yang terjadi di desa Transisional adalah:
1. Masalah pertumbuhan penduduk yang cepat (sama dengan desa Tradisional)
2. Masalah pertanahan timbul, karena hubungan dengan dunia luar
3. Tingkat pendidikan rendah (Sama dengan desa tradisional)
4. Tingkat adopsi tegnologi yang mudah dan tidak tersedianya tegnologi spesifik local
5. Keterisolasian desa dan lambatnya pembangunan prasarana jalan
6. Masalah pembangunan prasarana lain seperti irigasi, drainase
7. Masalah pemasaran hasil-hasil pertanian
8. Masalah pengadaan modal untuk pembaharuan usaha-usaha pertanian (perkreditan dan
akumulasi modal)
Masalah ini perlu dimengerti keadaannya, baik pada desa tradisional maupun pada desa
transisional agar kebijakan dan perencanaan pembangunan desa dapat dibuat dengan cukup
lebih baik. Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan kewenangannya dibidang
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan untuk mewujudkan kemandirian serta
kesejahteraan masyarakat belum dapat optimal karena terdapat berbagai permasalahan, seperti;
1. Terlalu cepatnya perubahan berbagai peraturan perundang-undangan sehingga
menimbulkan kebingungan ditingkat pelaksana dan terkadang peraturan perundang-
undangan yang dibutuhkan kurang lengkap dan memadai;
2. Fasilitasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah masih sering terlambat;
3. Terbatasnya tingkat kesejahteraan para penyelenggaran pemerintahan desa;
4. Sebagian kualitas aparat pemerintahan desa masih terbatas dalam menggalang partisipasi
masyarakat, menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian dalam membangun,
memanfaatkan, memelihara serta mengembangkan hasil-hasil pembangunan;
5. Sangat terbatasnya sarana dan prasarana pemerintahan desa
6. Belum terdapat kepastian mengenai kewenangan dan sumber pendapatan
9
Desa yang sesuai dengan prinsip keanekaragaman, demokratisasi, otonomi, partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat.
b. Penataan organisasi dan kewenangan:
Lingkup kegiatannya yaitu; penataan organisasi Pemerintah Desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa beserta kewenangan
yang harus dimilikinya;
c. Pemantapan sumber pendapatan dan kekayaan desa:
Lingkup kegiatannya yaitu; penataan manajemen perimbangan keuangan antara
Kabupaten/Kota dengan Desa terutama mengenai alokasi dana desa, upaya peningkatan
pendapatan asli desa, upaya penga-daan bantuan dari pemerintah dan pemerintah provinsi
kepada desa, pembentukan badan usaha milik desa serta peningkatan dayaguna dan hasil
guna aset yang dimiliki maupun yang dikelola oleh desa.
d. Penataan sistem informasi dan administrasi pemerintahan desa yang mudah, cepat, dan
murah terutama yang berkaitan dengan kebutuhan dasar.
e. Pemantapan dan pengembangan kapasitas:
Lingkup kegiatannya yaitu; meningkatkan kapasitas Kepala Desa, Perangkat Desa,
anggota Badan Permusyawaratan Desa agar lebih mampu menyelenggarakan pelayanan
kepada masyarakat secara demokratis, transparan dan akuntabel berdasarkan nilai-nilai
sosial budaya setempat.
Pengadaan sarana dan prasarana:
Lingkup kegiatannya yaitu; penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan desa yang
memadai dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat
yang terdepan.
Beberapa program-program pembangunan pedesaan yang pernah dilaksanakan,
misalnya program bidang pangan, program Inpres Desa Tertinggal, dan Program
Pengembangan Terpadu Antar Desa ( PPTAD ) merupakan dalah satu upaya pemerintah dalam
rangka mengembangkan pedesaan dalam mengejar ketertinggalannya dari perkotaan. Guna
mendorong peningkatan pangan, program-program pembangunan yang pernah dilaksanakan
adalah KOGM (Komando Gerakan Makmur), Bimas (Bimbingan Massal, Innas (Intensifikasi
Massal), Insus (Intensifikasi Khusus), dan Supra Insus. Selain itu guna menyokong program
pangan, pemerintah menyediakan bantuan Kredit Usaha Tani ( KUT ) bagi para petani dalam
memberikan permodalan dalam pengelolaan lahannya.
Akan tetap program-program tersebut belum mampu meningkatkan kesejahteraan
petani karena harga beras lokal masih relative lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras
impor. Sedangkan dana penGembalian LUT sampai saat ini banyak yang menunggak karena
petani tidak mampu membayar cicilan tersebut. Adapun program IDT dan PPTAD lebih
cenderung pada pembangunan fisik saja sehingga penekanan terhadap pembangunan
masyarakat umum kurang tersentuh. Padahal berbagai persoalan yang membutuhkan
penanganan pembangunan masyarakat desa sesungguhnya sangat mendesak, seperti
ketertinggalaan desa dari kota hampIr di segala bidang, tidak terakomodasinya keinginan dan
kebutuhan masyarakat dalam program-program pemerintah, dan kualiatas pendidikan dan
kesejahteraan masih rendah.
Berdasarkan pengalaman tersebut sudah seharusnya pendekataan pembangunan
pedesaan mulai diarahkan secara integral dengan mempertimbangkan kekhasan daerah baik
dilihat dari sisi kondisi, potensi dan prospek dari masing-masing daerah.
Namun di dalam penyusunan kebijakan pembangunan pedesaan secara umum dapat dilihat
dalam tiga kelompok (Haeruman, 1997), yaitu :
a. Kebijakan secara tidak langsung diarahkan pada pendiptaan kondisi yang menjamin
kelangsungan setiap upaya pembangunan pedesaan yang mendukung kegiatan sosial
ekonomi, seperti penyediaan sarana dan prasarana pendukung (pasar, pendidikan,
10
kesehatan, jalan, dan lain sebagainya), penguatan kelembagaan, dan perlindungan
terhadap aktivitas sosial ekonomi masyarakat melalui undang- undang.
b. Kebijakan yang langsung diarahkan pada peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat
pedesaan.
c. Kebijakan khusus menjangkau masyarakat melalui upaya khusus, seperti penjaminan
hukum melalui perundang-undangan dan penjaminan terhadap keamanan dan kenyamanan
masyarakat.
Di samping itu kebijakan pembangunan pedesaan harus dilaksanakan melalui
pendekatan sektoral dan regional. Pendekatan sektoral dalam perencanaan selalu dimulai
dengan pernyataan yang mengkut sektor apa yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan
pembangunan. Berbeda dengan pendekatan sektoral, pendekatan regional lebih menitik
beratkan pada daerah mana yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan, baru kemudian
sektor apa yang sesuai untuk dikembangkan di masing-masing daerah. Di dalam kenyataan,
pendekatan regional sering diambil tidak dalam kerangka totalitas, melainkan hanya untuk
beberapa daerah tertentu, seperti daerah terbelakang, daerah perbatasan, atau daerah yang
diharapkan mempunyai posisi trategis dalam arti ekonomi-politis.
11
pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan dengan adanya desentralisasi kepada pemerintahan desa,
maka daerah pedesaan dengan potensi sumber daya yang melimpah akan mendapatkan
pendapatan daerah yang banyak, namun hubungan yang baik antara daerah yang lebih maju
dengan daerah yang belum maju harus terus didorong oleh pemerintah agar semua daerah bisa
merasakan pembangunan secara merata.
12
Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa,
merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Salah satu aspek
yang menjadi fokus perhatian dalam RPJMN 2019-2024 adalah isu pembangunan wilayah dan
salah satunya adalah pembangunan pedesaan. Pengkajian terhadap sasaran pembangunan
pedesaan merupakan hal utama yang harus dilakukan melalui penguatan terhadap perencanaan
program pembangunan pedesaan dalam RPJMDes dan RKPDes.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2015 menjelaskan tentang pengurangan peran
Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik sehingga
pengelolaan sumber daya desa dalam rangkat percepatan pembangunan dikelaola langsung
oleh pemerintah desa setempat. Pengelolaan desa yang pintar (smart village) mulai muncul
seiring perkembangan masyarakat yang semakin maju. Wacana pengembangan konsep desa
pintar (smart village) menjadi bahan kajian yang perlu dikembangakan. Konsep ini merujuk
pada konsep kota pintar (smart city) yang diterapkan di beberapa kota di Indonesia. Dimensi
smart city menurut Giffinger (2007) menjelaskan ada enam dimensi smart city yaitu kualitas
hidup (smart living), lingkungan pintar (smart environment), transportasi dan pembangunan
infrastruktur (smart mobility), pemberdayaan dan partisipasi (smart governance), kreativitas
dan modal (smart people) ekonomi cerdas (smart economy). Namun demikian dalam
mengembangkan smart village beberapa dimensi yang lebih sesuai adalah smart governance,
smart community, smart economy, dan smart environment. Sedangkan terkait dengan smart
people dan smart mobility kurang sesuai bila diterapkan sebagai target pencapaian untuk smart
village (Rachmawati, 2018). Hal ini dikarenakan ada beberapa karakteristik yang membedakan
antara desa dan kota sehingga tidak bisa konsep smart city diterapkan semuanya di desa.
13
program percepatan pembangunan di desa tidak hanya berorientasi kepada
pembangunan fisik tapi juga pembangunan non fisik sehingga dapat dirasakan oleh
masyarakat desa. Kepala Desa dan Perangkat Desa yang kreatif dan inovatif dapat
menghasilkan program pengembangan berbagai potensi desa yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa dengan melakukan pengelolaan melalui Badan Usaha
Mililk Desa (BUMDes). Belum optimalnya pemanfaatan potensi ekonomi pedesaan
yang berorientasi pada keunggulan geografis dan sumber daya lokal sebagai basis
ekonomi dalam pembangunan juga bisa menjadikan masalah dalam percepatan
pembangunan di desa jika tidak diiringi dengan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia yang handal dalam mengelola sumber daya yang ada di desa.
c. Keterlibatan masyarakat dan stakeholder terkait
Partisipasi politik masyarakat dan stakeholder terkait merupakan hal yang
sangat penting dalam pembangunan desa. Partisipasi politik masyarakat sebagai tolak
ukur untuk mengetahui apakah suatu program akan gagal atau berhasil. Dengan tingkat
partisipasi masyarakat yang tinggi menunjukkan bahwa masyarakat telah mempercayai
semua program pembangunan yang dibuat oleh pemerintah desa sehingga mempercepat
program pembangunan yang diambil. Kurangnya keterlibatan masyarakat dan
stakeholder dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi program menjadikan
banyaknya kasus penyelewengan penggunaan anggaran dana desa yang melibatkan
kepala desa dan perangkat desa.
d. Profesionalisme Kepala Desa dan Perangkat Desa
Peningkatan profesionalisme Kepala Desa sangat dibutuhkan dalam rangka
mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa. Faktor kesejahteraan seringkali
menjadikan faktor penentu kurangnya motivasi para Kepala Desa dan Perangkat Desa
untuk bekerja secara profesional. Namun, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa dijelaskan bahwa Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya akan
mendapatkan penghasila tetap setiap bulan. Dengan diberikannya penghasilan tetap,
maka diharapkan profesionalisme kerja dari Kepala Desa dan perangkatnya dapat
bekerja dengan baik.
e. Seleksi terhadap prioritas program.
Kesukesan dari program percepatan pembangunan di desa sangat ditentukan
oleh terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pembangunan. Pemilihan prioritas
program menjadi ukuran yang penting agar setiap desa memiliki program yang lebih
mementingkan kepentingan kepentingan umum. Pengembangan program
pemberdayaan masyarakat di desa perlu mempertimbangkan sejauh mana program
tersebut dibutukan oleh masyarakat atau tidak. Program yang dibuat seharusnya juga
berhubungan dengan program-program pengembangan pembangunan lainnya di desa
sehingga timbul sinergitas antara satu program dengan program yang lain sehingga
saling melengkapi demi peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.
14
BAB IV
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2019. Persentase Penduduk Miskin Pada September 2018 Sebesar 9,66
Persen. Diakses Tanggal 2 September 2019.
https://www.Bps.Go.Id/Pressrelease/2019/01/15/1549/Persentase-Penduduk-Miskin-
Pada-September-2018-Sebesar-9-66-Persen.Html
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Giffinger, R., Fertner, C., Khamar, H., Kalasek, R., Pichler-Milanovic, N., Meijers, E. Smart
Cities-Ranking of European Medium-Sized Cities. Final Report. 2007.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi. 2015. Buku 6
Perencanaan Pembangunan Desa. Cetakan Pertama, Maret 2015. Jakarta: Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nurman. (2015). Strategi Pembangunan Daerah. Jakarta: Raja Grafindo.
Purwatiningsih, Annisa. 2004. Partisipasi Politik Dalam Pembangunan Desa. Jurnal Ilmu
Administrasi Publik. Vol. Iv, No. 2, 2004
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Pembangunan Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Permendagri No.137 Tahun 2017 Tentang Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
Rachmawati, Rini. 2018. Pengembangan Smart Village Untuk Penguatan Smart City Dan
Smart Regency. Jurnal Sistem Cerdas. Volume 01 (02): 12-18
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 2019. Pp No. 11/2019: Inilah Besaran Penghasilan
Tetap Kades, Sekdes, Dan Perangkat Desa Lainnya. Https://Setkab.Go.Id/Bps-Per-
September-2016-Jumlah-Penduduk-Miskin-Indonesia-Bekurang-025-Juta/ Diakses
online 20 Agustus 2019.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
16