Anda di halaman 1dari 59

ANALISIS PELEMBAGAAN DANA DESA TAHUN 2015-2019 DALAM

UPAYA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA


(Studi pada Desa Guwo, Kecamatan Wonosegoro,
Kabupaten Boyolali)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1)


pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
dengan Minat Utama Kelembagaan

Disusun Oleh:

NURUL ISTIQOMAH

NIM. 175120600111029

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................i

DAFTAR TABEL.................................................................................................iii

DAFTAR BAGAN................................................................................................iv

DAFTAR ISTILAH...............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................8

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................9

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................9

1.4.1 Manfaat Akademis................................................................................9

1.4.2 Manfaat Praktis...................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................11

2.1 Penelitian Terdahulu..................................................................................11

2.2 Kajian Teoritis............................................................................................19

2.2.1 Teori New Institutionalism.................................................................19

2.2.2 Rational Choice Institutionalism........................................................23

2.3 Alur Pikir Penelitian..................................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................35

3.1 Jenis Penelitian...........................................................................................35

3.2 Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................37

i
3.3 Fokus Penelitian.........................................................................................37

3.4 Jenis dan Sumber Data..............................................................................38

3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................39

3.6 Teknik Analisis Data..................................................................................42

3.7 Sistematika Penulisan................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44

INSTRUMEN PENELITIAN.............................................................................46

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Anggaran Dana Desa dari APBN Tahun 2015-2019............3

Tabel 1.2 Pendapatan Dana Desa Guwo Tahun 2015-2019...............................5

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu..........................................................................16

iii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Relasi Individu dan Lembaga dalam RCI.......................................24

Bagan 2.2 Alur Pikir Penelitian..........................................................................34

Bagan 3.1 Proses Analisis Data...........................................................................43

iv
DAFTAR ISTILAH

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBDes : Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BPD : Badan Permusyawaratan Desa

BTS : Base Transceiver Stasiun

BUMDes : Badan Usaha Milik Desa

DD : Dana Desa

LPM : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

PP : Peraturan Pemerintah

RKUD : Rekening Kas Umum Daerah

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

SDA : Sumber Daya Alam

SDM : Sumber Daya Manusia

TK : Taman Kanak-Kanak

TPQ : Taman Pendidikan Al-Qur’an

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah

menjadi cikal bakal semangat meningkatkan kualitas desa dengan menempatkan

desa sebagai ujung tombak pembangunan dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Dengan ini desa dituntut agar mampu menjadi subjek pembangunan

itu sendiri, bukan sebagai objek pembangunan. Konsep ini tidak bisa terlepas dari

agenda Nawa Cita nomor tiga pemerintahan Jokowi-JK yang tersusun dalam

RPJMN 2015-2019 yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan

memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia”.1 Dalam rangka mewujudkan cita-cita tersebut, maka desa diberikan

kewenangan dan sumber dana yang memadai guna mengelola potensi yang

dimilikinya untuk meningkatkan kesejahtaraan dan perekonomian masyarakat

dalam lingkup desa.

Salah satu sumber pemasukan desa adalah Dana Desa (DD). Dana Desa

adalah dana APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD

Kabupaten/Kota dan diprioritaskan untuk pelaksanaan pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat desa.2 Dasar regulasi sumber Dana Desa tersebut

adalah PP No. 8 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas PP No. 60 Tahun 2014
1
Presiden RI. 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Jakarta:
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Hlm 78.
2
Izza, Mafruhah, dkk. 2018. Data dan Informasi Manfaat Dana Desa di Provinsi Jawa Tengah.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia

1
tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN. Secara umum, tujuan pemerintah

melirik urgensi diperlukannya Dana Desa ini adalah untuk melakukan

peningkatan pelayanan publik pada level desa, memberantas kemiskinan,

memajukan perekonomian, sebagai solusi adanya kesenjangan pembangunan

antar desa, serta menjadikan masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.3

Setiap tahunnya Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi menerbitkan peraturan menteri sebagai pedoman prioritas

penggunaan dana desa ditahun yang akan datang. Pedoman prioritas ini tentunya

didesain memiliki poin yang berbeda-beda setiap tahunnya, tergantung pada

urgensi ataupun kebutuhan desa secara general pada tahun berikutnya. Sebagai

contoh pada tahun 2015, pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa

menjadi fokus utama implementasi Dana Desa. Di tahun 2016 prioritas

penggunaan Dana Desa dibagi menjadi empat poin yaitu pembangunan,

pengembangan, serta pemeliharaan infrastruktur penghidupan; kelayakan sarana

dan prasarana kesehatan masyarakat; ketersediaan sarana dan prasarana

pendidikan serta sosial dan kebudayaan; mengembangkan usaha perekonomian

masyarakat desa; dan kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Optimalisasi

BUMDes, produk unggulan kawasan pedesaan, embung, dan sarana olahraga

menjadi prioritas utama implementasi Dana Desa tahun 2017. Tahun 2018 lenbih

difokuskan pada pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa; progranm

lintas bidang seperti BUMDes, embung, sarana olahraga, dll; serta melakukan

transparansi publikasi hasil pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa di

ruang publik. Sedangkan di tahun 2019 prioritas ini merujuk pada bidang
3
Kementerian Keuangan RI. 2017. Buku Saku Dana Desa. Jakarta: Humas DJPK. Hlm 7.

2
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa; program lintas bidang; serta

peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan, dan pengentasan kemiskinan pada level

desa.

Besaran jumlah Dana Desa yang diterima perwilayah tentunya akan

berbeda-beda tergantung pada formula penghitungan masing-masing RKUD

Kabupaten/ Kota yang mengacu pada alokasi dasar serta penghitungan alokasi

dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti jumlah penduduk, tingkat

kemiskinan, luas teritorial, dan tingkat kesulitan geografis wilayah.4 Setiap

tahunnya pemerintah pusat cenderung menambah besaran transfer anggaran Dana

Desa. Hal ini dikarenakan, pemerintah melihat adanya progres pengurangan angka

desa tertinggal semenjak program Dana Desa dilaksanakan pertama kalinya pada

tahun 2015. Dibawah ini merupakan tabel jumlah anggaran Dana Desa dari APBN

yang ditetapkan oleh pemerintah pusat pada tahun 2015-2019.

Tabel 1.1
Jumlah Anggaran Dana Desa dari APBN Tahun 2015-2019

Tahun Anggaran Dana Desa dari APBN


2015 Rp. 20,8 Triliun
2016 Rp. 40,9 Triliun
2017 Rp. 60 Triliun
2018 Rp. 60 Triliun
2019 Rp. 70 Triliun
Sumber: Kementerian Keuangan

Dana Desa akan disalurkan ke setiap desa di Indonesia setiap tahunnya,

tak terkecuali di Desa Guwo. Secara administrasi, desa ini terletak di Kecamatan

Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Desa Guwo terdiri dari

4
Ibid.

3
3 (tiga) dusun diantaranya yaitu Dusun Guwo, Dusun Bodeh, dan Dusun

Klampok. Dataran rendah yang menjulang luas membuka kesempatan bagi

masyarakat desa ini untuk bercocok tanam. Sehingga dapat dikatakan bahwa

profesi mayoritas masyarakat Desa Guwo adalah sebagai petani. Dengan

profesinya tersebut, rata-rata penghasilan pertahun masyarakat Desa Guwo adalah

sekitar Rp. 8.000.000 – Rp. 12.000.000/tahun. Angka ini masih belum bisa

dikatakan cukup untuk pemenuhan penghidupan yang layak guna mencukupi

kebutuhan pokok di masa saat ini. Terlebih selama ini Pemerintah Desa Guwo

tidak pernah mencanangkan program pemberdayaan bagi para petani untuk

meningkatkan perekonomiannya. Disatu sisi apabila dibandingkan dengan

pembangunan di desa-desa sekitarnya, pembangunan di Desa Guwo masih belum

merata. Sehingga hadirnya program Dana Desa tentunya membuka harapan besar

bagi masyarakat Desa Guwo untuk dapat mencapai tingkat kesejahteraan dan

bangkit dari keterpurukan perekonomian serta ketimpangan pembangunan dengan

desa sekitarnya.

Anggaran Dana Desa yang diperoleh Pemerintah Desa Guwo untuk

dikelola tidaklah sedikit. Oleh karena itu, sudah seharusnya pemerintah desa

mengelola Dana Desa ini secara bijak dan maksimal untuk dapat meningkatkan

kualitas desa tersebut baik dari segi SDA (Sumber Daya Alam), SDM (Sumber

Daya Manusia), dan pembangunan. Setiap program implementasi Dana Desa

harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bukan justru kepentingan

sekelompok orang. Semua itu dilakukan semata-mata untuk menyejahterakan

seluruh lapisan masyarakat Desa Guwo dengan memanfaatkan sebaik-baiknya

4
Dana Desa tersebut. Rincian besaran anggaran Dana Desa yang diperoleh Desa

Guwo dari tahun 2015-2019 dapat diperhatikan melalui penyajian tabel berikut.

Tabel 1.2
Pendapatan Dana Desa Guwo Tahun 2015-2019

Tahun Pendapatan Dana Desa


2015 Rp. 292.053.000
2016 Rp. 640.391.000
2017 Rp. 800.593.000
2018 Rp. 771.320.000
2019 Rp. 1.068.605.000
Sumber: APBDes Guwo

Berdasarkan laporan APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa)

sejak pertama kalinya diterima anggaran Dana Desa yaitu pada tahun 2015-2019

(satu periode kepengurusan pemerintah desa), Pemerintah Desa Guwo lebih

cenderung berpreferensi untuk melakukan pembangunan fisik daripada

melakukan pemberdayaan masyarakat di desa. Namun, yang menjadi

problematika adalah ketika pembangunan yang dilakukan dengan anggaran Dana

Desa pada periode tersebut, justru secara mayoritas bukan merupakan

pembangunan yang bersifat urgen untuk didahulukan.

Selama periode penganggaran 2015-2019, pemerintah desa mengucurkan

Dana Desa untuk program-program seperti renovasi kantor desa, pembangunan

jalan, talud, rehabilitasi jembatan, honorisasi tenaga pendidik TK dan TPQ, serta

penyelenggaraan posyandu.5 Sekilas tidak ada yang aneh dengan program-

program tersebut, namun apabila ditelisik lebih jauh secara langsung rupanya

mayoritas pembangunan jalan dan talud dibeberapa wilayah Desa Guwo dirasakan

5
Pemerintah Desa Guwo. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Guwo Tahun 2015-2019.

5
tumpang tindih. Pemerintah Desa Guwo pada saat itu justru memilih untuk

merenovasi jalan diwilayah pemukiman yang dimana masih memiliki fasilitas

jalan yang dikatakan lebih layak daripada beberapa wilayah lainnya di desa ini

yang dirasa lebih membutuhkan pembangunan tersebut. Problematika yang sama

juga terjadi ketika pemerintah desa melakukan pembangunan talud dibeberapa

titik.

Hampir sebagian besar masyarakat Desa Guwo mengeluhkan bahwa

hingga saat ini mereka masih belum bisa merasakan dampak yang luas dari

implementasi Dana Desa tahun 2015-2019 yang dikelola Pemerintah Desa Guwo.

Hal tersebut dapat dikaji dari berbagai bidang yang mendukung kesejahteraan

masyarakat Desa sebagai tolak ukur keberhasilan implementasi Dana Desa oleh

Pemerintah desa yang tidak terwujud dalam optimalisasi Dana Desa pada periode

tersebut di Desa Guwo seperti:

a. Kurangnya fasilitas kesehatan di desa

b. Fasilitas jaringan telekomunikasi melalui Base Transceiver Stasiun

(BTS) atau biasa disebut tower kurang memadai

c. Tidak adanya irigasi pengairan yang baik bagi sawah masyarakat

d. Banyak masyarakat yang mengeluhkan ketiadaan sambungan air

bersih

e. Minimnya penerangan jalan di malam hari

f. Ketiadaan program pemberdayaan bagi kelompok profesi yang ada di

Desa Guwo

6
Mengkaji banyaknya kebutuhan-kebutuhan dasar dalam rangka

menciptakan kesejahteraan masyarakat desa yang belum mampu dipenuhi oleh

pemerintah desa selama usahanya dalam mengoptimalisaikan penggunaan Dana

Desa pada tahun 2015-2019, maka tidaklah salah apabila masyarakat Desa Guwo

menilai bahwa pembangunan beberapa talud dan jalan dibeberapa titik yang

selama ini menjadi program pembangunan prioritas pemerintah desa tidaklah

benar-benar dibutuhkan. Terlebih untuk kebutuhan masyarakat dalam skala besar.

Akan tetapi, tidak semua talud dan jalan yang dibangun tidak bersifat urgen,

namun kebanyakan fokus titik pembangunan tidak tepat sasaran. Disinilah

seharusnya pemerintah desa secara serius melakukan kajian akan apa yang

sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat Desa Guwo atau melihat kebutuhan mana

yang lebih urgen/ mendesak untuk segera ditanggulangi.

Berlandaskan atas permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait

pelembagaan Dana Desa di Desa Guwo, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten

Boyolali. Peneliti mengamati bahwa optimalisasi penggunaan Dana Desa yang

telah dianggarkan pada tahun 2015-2019 rupanya belum mampu memenuhi

kebutuhan dasar masyarakat setempat. Ironi ketika pembangunan yang

dilaksanakan selama ini kurang berdampak luas dan disatu sisi pemberdayaan

masyarakat juga minim terwujud, lalu bagaimana masyarakat Desa Guwo dapat

mencapai level kesejahteraan sebagaimana yang tercantum dalam pondasi cikal

bakal lahirnya program Dana Desa oleh pemerintah pusat. Oleh karena itu, untuk

menjawab poin permasalahan terkait preferensi penggunaan Dana Desa oleh

7
pemerintah desa yang cenderung melakukan pembangunan fisik yang besifat tidak

terlalu urgen dengan mengesampingkan pembangunan fasilitas publik yang lebih

harus diutamakan serta pemberdayaan masyarakat dalam rangka terwujudnya

kesejahteraan masyarakat desa. Maka sangat tepat untuk mengkaji perihal

pelembagaan Dana Desa. Hal ini dilakukan guna mengidentifikasi serta

menganalisa motivasi atau preferensi dari Pemerintah Desa Guwo, BPD, dan

tokoh masyarakat yang terlibat dalam tahapan perencanaan pengaplikasian

pogram-program Dana Desa melalui musyawarah yang telah dilaksanakan setiap

tahunnya pada periode tersebut. Oleh karena iu, judul dari penelitian ini adalah

“Analisis Pelembagaan Dana Desa Tahun 2015-2019 dalam Upaya

Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Desa (Studi pada Desa Guwo,

Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali).”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pemaparan latar belakang yang telah dijabarkan oleh

peneliti, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Alasan-alasan apa yang mendasari preferensi optimalisasi program

Dana Desa tahun 2015-2019 di Desa Guwo lebih cenderung pada

pembangunan fisik yang tidak terlalu urgen sehingga berdampak pada

tidak terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa?

2. Bagaimana alasan-alasan tersebut terlembagakan dalam bentuk

keputusan penggunaan Dana Desa pada tahun 2015-2019 di Desa

Guwo?

8
1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggali serta menganalisa alasan-alasan

serta proses apa yang terjadi sehingga menyebabkan pemerintahan Desa Guwo

lebih berfokus pada pembangunan fisik yang bersifat tidak terlalu urgen daripada

memaksimalisasi pembangunan fasilitas publik lainnya yang lebih harus

diutamakan serta pemberdayaan masyarakat dalam rangka mewujudkan cita-cita

kesejahteraan masyarakat desa seperti yang telah tercantum pada nilai-nilai dasar

pembentukan program Dana Desa.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah untuk memberikan

kontribusi berupa manfaat akademis dan manfaat praktis dengan penjelasan

dibawah ini:

1.4.1 Manfaat Akademis

1. Sebagai bahan rujukan terbaru dan menambah wawasan dalam bidang

Ilmu Pemerintahan melalui kacamata pengkajian studi pelembagaan

Dana Desa yang dianalisa menggunakan pendekatan rational choice

institutionalism.

2. Dapat dimanfaatkan sebagai bahan penelitian selanjutnya yang

membahas tentang alasan dibalik keputusan dari preferensi optimalisasi

penggunaan Dana Desa dalam rangka upaya mewujudkan kesejahteraan

masyarakat desa.

9
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Dapat menemukan celah kekurangan dari keputusan implementasi Dana

Desa tahun 2015-2019 di Desa Guwo yang dikaji melalui kacamata

rational choice institutionalism, sehingga menjadi bahan evaluasi bagi

pemerintah Desa Guwo kedepannya.

2. Sebagai referensi dan bahan pembelajaran bagi pemerintah desa lain yang

sedang berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

pemanfaatan Dana Desa.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab 2 (dua), peneliti akan memaparkan beberapa bahasan-bahasan.

Pertama peneliti akan membahas terkait dengan penelitian terdahulu sebagai

referensi bagi terlaksananya penelitian serta sebagai bukti wujud keorisinalitasan

penelitian yang dilakukan. Kedua, peneliti akan menjabarkan teori yang

digunakan untuk mengkaji penelitian ini dengan menggunakan salah satu turunan

dari teori new institutionalism yaitu rational choice institutionalism . Ketiga,

pemaparan alur pikir penelitian.

2.1 Penelitian Terdahulu

Tinjauan pustaka dilakukan terhadap beberapa penelitian

sebelumnya dimana pokok bahasannya masih memiliki keterkaitan dengan

penelitian ini yang berjudul “Pelembagaan Dana Desa Tahun 2015-2019

dalam Upaya Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Desa (Studi pada

Desa Guwo, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali).” Peneliti akan

menjabarkan fokus penelitian dan titik pembeda dari kelima penelitian

terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dibawah ini

adalah beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterhubungan

dengan penelitian ini:

Pertama, Azhar, Badaruddin, dan Warjio membahas tentang peran

perangkat desa dalam pengelolaan Dana Desa melalui jurnal yang berjudul

“The Role of Village Apparatus in Managing Village Fund: a Case Study

11
in Marindal II Village, Deli Serdang, Indonesia”. Jurnal ini menjelaskan

pentingnya peran perangkat desa dalam membantu kepala desa untuk

mengelola anggaran Dana Desa yang ditransfer kepada pemerintahan desa

setiap tahunnya. Kepala desa merupakan ujungt tombak pengelolaan Dana

Desa, namun peneliti berpendapat bahwa semahir apapun kepala desa

dalam mengelola, apabila tidak diimbangi dengan kapasitas perangkat

desa maka pengelolaan Dana Desa tidak akan berjalan maksimal. Hasil

dari penelitian pada jurnal ini adalah rupanya baik kepala desa dan

perangkat desa yang berada di Desa Marindal II sudah sangat memahami

perannya masing-masing dalam mengelola Dana Desa dari tahapan

perencanaan, implementasi, administrasi, peran pelaporan, hingga

akuntabilitas. Bahkan demi pemaksimalan peran perangkat desa dalam

operasionalisasi Dana Desa, Kepala Desa Marindal II membentuk tim

pelaksana pengelolaan keuangan desa dan tim pelaksana kegiatan.6

Kedua, Salma Yusuf, dkk. meneliti terkait relasi lembaga-lembaga

di tingkat desa dalam pendayagunaan Dana Desa melalui jurnalnya yang

berjudul “Village Institution Relations in the Utilization of Village Funds

in Namlea District”. Pada jurnal ini, Salma Yusuf, dkk membedah melalui

kajian dari segi bagaimana lembaga-lembaga yang ada ditingkat desa

saling membentuk sebuah relasi hebat bersama pemerintah desa untuk

mewujudkan pengelolaan Dana Desa yang maksimal di Kecamatan

Namlea. Berdasarkan data yang terdapat di penelitian ini, lembaga-


6
Azhar, dkk. 2020. The Role of Village Apparatus in Managing Village Fund: a Case Study in
Marindal II Village, Deli Serdang, Indonesia. International Journal of Multicultural and
MultireligiousUnderstanding Vol 7 No 11 Hlm 489-496.

12
lembaga yang saling bekerjasama yaitu pemerintahan desa, BPD (Badan

Pemusyawaratan Desa), LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), serta

beberapa komunitas masyarakat. Hasil dari penelitian jurnal ini

menunjukkan bahwa pada tahapan operasionalisasi dan pengawasan

program Dana Desa di Kecamatan Namlea yang melibatkan beberapa

elemen lembaga ditingkat desa dinilai masih belum maksimal akibat tak

jarang ada kepentingan yang bersebarangan antar lembaga yang satu

dengan yang lainnya. Akan tetapi pelibatan lembaga-lembaga dari

beberapa elemen kepentingan merupakan langkah maju dalam

mewujudkan keaktifan partisipasi masyarakat secara umum. Relasi ini

mampu memberikan kolaborasi ide dan sumber daya sehingga tahap

eksekusi dana desa menjadi lebih optimal.7

Ketiga, Nyimas Latifah dalam jurnal penelitiannya yang berjudul

“Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa” membahas secara mendalam

terkait konsep dari otonomi desa dan menganalisa tingkat efektivitas

pengelolaan Dana Desa di Indonesia dari tahun pertama program ini

diluncurkan hingga penelitian yang dilakukan oleh Nyimas Latifah

berlangsung. Peneliti menjelaskan bahwa desa sejatinya memiliki otonomi

asli atau dalam arti lain sebuah kewenangan pemerintah desa untuk

mengintegrasikan dan mengurus kepentingan masyarakat berlandaskan

hak asal-usul dan nilai-nilai budaya dalam kerangka masyarakat, namun

juga harus dilaksanakan dalam perspektif administrasi modern. Hasil


7
Salma, Yusuf, dkk. 2019. Village Institution Relations in the Utilization of Village Funds in
Namlea District. International Journal of Scientific and Technology Research Vol 8 No 8 Hlm
1837-1842.

13
eksplorasi Nyimas tersebut kemudian menghasilkan temuan yaitu sejak

pertama kali program Dana Desa diluncurkan di Indonesia, kemanfaatan

dari program tersebut rupanya masih kurang efektif untuk

menyejahterakan masyarakat desa sebagaimana cita-cita dibentuknya

Dana Desa oleh pemerintah pusat. Dengan demikian, hadirnya

“pendamping” dinilai penting guna memberikan arahan bagi pemerintahan

desa sebagai sebuah solusi untuk dapat mengaplikasikan Dana Desa sebaik

mungkin. Selain itu, partisipasi dari seluruh elemen untuk mewujudkan hal

ini juga diperlukan. Solusi-solusi tersebut diharapkan dapat mewujudkan

keefektivan pengelolaan Dana Desa di Indonesia.8

Keempat, Andi Ashar dan Andi Agustang meneliti tentang salah satu

dampak dari implementasi Dana Desa yaitu dari kacamata kajian sosial melalui

jurnal yang berjudul “Dampak Sosial Dana Desa dalam Kesejahteraan Masyarakat

di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo”. Pada dasarnya,

banyak sekali manfaat dari implementasi Dana Desa apabila dilaksanakan secara

optimal. Salah satunya yaitu dampak sosial yang berhubungan dengan

kesejahteraan masyarakat desa. Hasil penelitian dari Andi Ashar dan Andi

Agustang menunjukkan bahwa terdapat dampak positif dan negatif dalam

kacamata sosial yang terjadi akibat pengelolaan Dana Desa yang dilakukan oleh

Pemerintahan Desa Kalola. Dampak positifnya adalah kemudahan akses jalan

bagi masyarakat untuk menuju ke area persawahan, tercukupinya kebutuhan

pokok masyarakat tidak mampu, peningkatan taraf hidup masyarakat, pengasahan

8
Nyimas, Latifah. 2016. Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa. Jurnal Penelitian Politik LIPI
Vol 13 No 2 Hlm 193-211.

14
keterampilan masyarakat desa. Sedangkan dampak negatif dari pengelolaan Dana

Desa di Desa Kalola yaitu munculnya konflik antara warga, masyarakat menjadi

terpecah belah, maraknya sifat individualisme, kriminalitas di tingkat desa mulai

bermunculan. Keberhasilan program Dana Desa berbasis bantuan sosial di Desa

Kalola ini rupanya menyebabkan adanya kecemburuan sosial yang dilandasi atas

perasaan tidak adilnya pemerintah desa dalam membagikan bantuan kepada

masyarakat tidak mampu.9

Kelima, Depi Rahayu meneliti tentang strategi-strategi dalam

mengelola Dana Desa melalui jurnal “Strategi Pengelolaan Dana Desa

untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa Kalkayen,

Kabupaten Semarang”. Sadar akan implikasi Dana Desa yang sangat besar

dan signifikan terhadap pembangunan desa di setiap wilayah yang ada di

Indonesia, maka sudah seharusnya dalam manajemen penggunaan Dana

Desa harus memiliki strategi-strategi jitu untuk mewujudkan masyarakat

desa yang sejahtera. Hasil pengelolaan Dana Desa di Desa Kalkayen

tersebut belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meskipun

sudah dilakukan sesuai petunjuk teknis pengelolaan. Faktor penyebab hal

itu bisa terjadi karena implementasi Dana Desa selama ini hanya ditujukan

untuk program-program pembangunan dan perbaikan infrastruktur fisik

saja. Hasil dari penelitian Depi Rahayu menunjukkan bahwa

diperlukannya strategi-strategi jitu untuk memaksimalkan penggunaan

Dana Desa di Desa Kalkayen guna mewujudkan peningkatan


9
Andi, Ashar dan Andi Agustang. 2020. Dampak Sosial Dana Desa dalam Kesejahteraan
Masyarakat di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo. Jurnal Sosialisasi Vol 7
No 2 Hlm 19-25.

15
kesejahteraan masyarakat desa dengan cara mengefektifkan dana-dana

bantuan guna meningkatkan perekonomian masyarakat desa serta

memanfaatkan SDM yang berpotensial untuk mengelolanya.10

Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Metode


Perbedaan Penelitian
. Peneliti Penelitian Penelitian
1. Azhar, The Role of Kualitatif Pada jurnal ini peneliti
Badaruddin, Village Deskriptif menjelaskan pentingnya peran
dan Warjio Apparatus in perangkat desa dalam
Managing membantu kepala desa untuk
Village Fund: a mengelola anggaran Dana
Case Study in Desa yang ditransfer kepada
Marindal II pemerintahan desa setiap
Village, Deli tahunnya. Jurnal ini juga
Serdang, menunjukkan bahwa baik
Indonesia kepala desa maupun
perqangkat desa yang berada
di Desa Marindal II rupanya
sudah sangat memahami
perannya masing-masing
dalam mengelola Dana Desa
dari tahapan perencanaan,
implementasi, administrasi,
peran pelaporan, hingga
akuntabilitas.
2. Salma Village Kualitatif Penelitian ini berusaha
Yusuf, dkk. Institution Deskriptif mengkaji relasi yang tercipta
Relations in the antara pemerintah desa
Utilization of dengan lembaga-lembaga
Village Funds kemasyarakatan tingkat desa
in Namlea di Kecamatan Namlea dalam
District rangka melakukan
optimalisasi operasionalisasi
dan pengawasan Dana Desa.
Peneliti memiliki pandangan

10
Depi, Rahayu. 2017. Strategi Pengelolaan Dana Desa untuk Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat Desa Kalkayen, Kabupaten Semarang. Economics Development Analysis Journal Vol
6 No 2 Hlm 107-116.

16
bahwa sejatinya desa
memiliki cara tersendiri untuk
melibatkan lembaga-lembaga
lain dalam rangka
penggunaan Dana Desa, baik
dalam cakupan ruang formal
maupun informal.
3. Nyimas Otonomi Desa Kualitatif Kajian yang dilakukan oleh
Latifah dan Efektivitas Deskriptif Nyimas Latifah ini
Dana Desa memberikan pandangan
bahwa desa sejatinya
memiliki otonomi asli atau
sebuah kewenangan
pemerintah desa untuk
mengintegrasikan dan
mengurus kepentingan
masyarakat. Selain itu,
Nyimas Latifah juga
mengidentifikasi bahwa sejak
pertama kali program Dana
Desa diluncurkan di
Indonesia, kemanfaatan dari
program tersebut rupanya
masih kurang efektif untuk
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa.
4. Andi Ashar Dampak Sosial Kualitatif Penelitian ini menunjukkan
dan Andi Dana Desa Deskriptif fakta bahwa terdapat dampak
Agustang dalam positif dan negatif dalam
Kesejahteraan kacamata sosial yang terjadi
Masyarakat di akibat pengelolaan Dana Desa
Desa Kalola, yang dilakukan oleh
Kecamatan Pemerintahan Desa Kalola.
Maniangpajo, Dampak positifnya adalah
Kabupaten kemudahan akses jalan bagi
Wajo masyarakat untuk menuju ke
area persawahan,
tercukupinya kebutuhan
pokok masyarakat tidak
mampu, peningkatan taraf
hidup masyarakat,
pengasahan keterampilan
masyarakat desa. Sedangkan
dampak negatif dari
pengelolaan Dana Desa di
Desa Kalola yaitu munculnya

17
konflik antara warga,
masyarakat menjadi terpecah
belah, maraknya sifat
individualisme, kriminalitas
di tingkat desa mulai
bermunculan.

5. Depi Strategi Kuantitati Penelitian pada jurnal ini


Rahayu Pengelolaan f mennujukkan bahwa hasil
Dana Desa Deskriptif pengelolaan Dana Desa di
untuk Desa Kalkayen belum mampu
Meningkatkan meningkatkan kesejahteraan
Kesejahteraan masyarakat, meskipun sudah
Masyarakat dilakukan sesuai petunjuk
Desa Kalikayen teknis pengelolaan. Sehingga
Kabupaten diperlukannya strategi-strategi
Semarang untuk optimalisasi
penggunaan Dana Desa di
Desa Kalkayen guna
mewujudkan peningkatan
kesejahteraan masyarakat
desa dengan cara
mengefektifkan dana-dana
bantuan guna meningkatkan
perekonomian masyarakat
desa serta memanfaatkan
SDM yang berpotensial untuk
mengelolanya.
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2021

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian-penelitian terdahulu lebih menitikberatkan pada pengkajian

implementasi Dana Desa seperti yang dilakukan oleh Azhar, Badaruddin,

Warjio, dan Salma Yusuf. Disatu sisi, penelitian yang dilakukan oleh

Nyimas Latifah, Andi Agustang, Andi Ashar, dan Depi Rahayu lebih

berfokus pada evaluasi atas implementasi Dana Desa. Sedangkan

penelitian pada skripsi ini akan mengkaji pada evaluasi pengambilan

keputusan pemanfaatan Dana Desa. Hal inilah yang menjadi titik pembeda

18
antara kelima penelitian terdahulu diatas dengan kajian yang dilakukan

oleh peneliti. Sehingga peneliti berkomitmen untuk melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Pelembagaan Dana Desa Tahun 2015-2019

dalam Upaya Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Desa (Studi

pada Desa Guwo, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali)”.

2.2 Kajian Teoritis

Sub bab kajian teoritis akan menjabarkan teori, pendekatan, atau konsep

yang akan diimplementasikan oleh peneliti untuk menganalisa pelembagaan Dana

Desa tahun 2015-2019 dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat Desa

Guwo. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah rational choice

institutionalism yang merupakan salah satu turunan dari teori new institutionalism.

Oleh karena itu, sebelum membahas lebih lanjut terkait rational choice

institutionalism ada baiknya untuk memahami teori new institutionalism terlebih

dahulu.

2.2.1 Teori New Institutionalism

New institutionalism atau yang biasa disebut sebagai kelembagaan

baru lahir atas dasar kritik terhadap teori old institutionalism atau

institusionalisme lama yang tidak mempertimbangkan pengaruh kognisi

dan pengkajian dalam perilaku dan motivasi manusia. Namun, terdapat

kesamaan antara kedunya yaitu sama-sama menempatkan lembaga sebagai

pusat gravitasi dari berbagai fenomena-fenomena sosial

politik. Perkembangan teori new institutionalism tidak dapat dilepaskan

dari campurtangan behavioralism (pendekatan perilaku) dan rational

19
choice (pilihan rasional). James March dan Johan Olsen mendefinisikan

ciri-ciri behavioralism dan rational choice yang kemudian akan menjadi

latar belakang lahirnya teori new institutionalism sebagai berikut:11

a. Contextualism

Ciri ini membawa pendekatan kelembagaan untuk lebih melihat pada

kondisi yang sedang terjadi pada kelembagaan saat ini.

b. Reductionism

Para penganut pendekatan behavioralism dan rational choice melakukan

pengurangan terhadap konteks kajian yang sebelumnya ada pada old

institutionalism yaitu melihat perilaku secara kolektif menjadi hanya

berfokus pada perilaku individu saja.

c. Utilitarianism

Mengacu pada nilai-nilai yang mendasari sebuah keputusan atau fenomena

yang terjadi dalam sebuah lembaga.

d. Functionalism

Ciri ini merupakan salah satu cara bagi para penganut behavioralism dan

rational choice untuk menghubungkan pendekatannya dengan konteks

sejarah melalui pemfokusan pada proses-proses yang terjadi dilembaga di

masa lalu sehingga berdampak pada lembaga saat ini.

e. Instrumentalism

Lebih pada menganalisis dampak kelembagaan terhadap masyarakat.

11
B. Guy, Peters. 2004. Institutional Theory Political Science: The New Institutionalism. New
York: Continuum. Hlm 15-17.

20
Teori new institutionalism melihat semua individu yang

berinteraksi dalam cakupan lingkungan lembaga yang terorganisir secara

sosial. Lembaga tersebut diatur oleh seperangkat aturan, regulasi, norma,

dan ketentuan-ketentuan. Hal-hal tersebutlah yang membuat lingkungan

lembaga membatasi dan membentuk tindakan. Semua individu dalam

suatu lembaga harus mematuhi aturan ini. Oleh karena itu, terdapat

beberapa poin yang menjadi topik pembahasan dalam kajian new

institutionalism menurut B. Guy Peters dalam bukunya yang berjudul

Institutional Theory Political Science: The New Institutionalism

diantaranya sebagai berikut. Pertama, fitur struktural. Pada fitur struktural

seseorang dapat mengidentifikasi bentuk atau struktur lembaga yang dapat

bersifat formal maupun informal. Kedua, eksistensi stabilitas lembaga dari

waktu ke waktu. Beberapa institusionalis berpendapat bahwa apabila

lembaga dalam kondisi sangat stabil, maka akan lebih mudah untuk

memprediksi perilaku lembaga. Disatu sisi juga ada lembaga yang

mendesain institusi yang lebih mudah berubah-ubah. Akan tetapi tetap saja

harus ada tingkatan stabilitas tertentu pada lembaga tersebut. Ketiga,

Keharusan lembaga untuk dapat mempengaruhi perilaku individu. Sebuah

lembaga harus dapat memberikan pengaruh bagi individu-individu

didalamnya agar secara tidak sadar mereka dapat lebih mementingkan

kepentingan lembaga.12

12
Ibid. Hlm 18.

21
Masing-masing lembaga menginginkan adanya keamanan dan

legitimasi. Untuk mendapatkan unsur legitimasi tersebut maka lembaga

harus mengadopsi struktur dominasi dan cara berinteraksi seperti

organisasi lain di bidang yang sama. Walter Powell dan Paul Dimaggio

dalam jurnalnya yang berjudul The Iron Cage Revisited: Institutional

Isomorphism and Collective Rationality in Organizational Fields

menjelaskan bahwa untuk mencapai proses legitimasi maka lembaga harus

melewati proses pembatasan yang memaksa individu dalam lembaga

untuk menyerupai lembaga lainnya yang menghadapi rangkaian kesamaan

kondisi dan situasi yang kemudian disebut sebagai isomorfisme. 13 Konsep

isomorfisme memiliki peran dalam aplikasi new institutionalism dimana

nantinya akan mempengaruhi penekanan struktur sosial, budaya, dan

operasional organisasi dalam melawan perubahan. Terdapat tiga jenis

isomorfisme diantaranya yaitu isomorfisme koersif yang muncul sebagai

akibat dari adanya tekanan kekuatan politik untuk memperoleh legitimasi

pada lembaga tersebut, isomorfisme mimetis sebagai reaksi lembaga atas

ketidakpastian yang ada di lingkungan tempatnya beroperasi, dan

isomorfisme normatif yang dihubungkan dengan proses homogenisasi

lembaga melalui proses pendidikan dan asosiasi lembaga berkompeten.

Seiring perkembangan teori, beberapa tokoh new institutionalism

memiliki klasifikasi yang berbeda-beda terhadap variasi teori ini. B. Guy

Peters membagi turunan new institutionalism kedalam beberapa variasi


13
Walter, Powell dan Paul Dimaggio. 1983. The Iron Cage Revisited: Institutional Isomorphism
and Collective Rationality in Organizational Fields. American Sociological Review Vol 48 No 2.
Hlm 149.

22
diantaranya adalah normative institutionalism, rational choice

institutionalism, historical institutionalim, empirical institutionalism,

international institutionalism, dan societal institutionalism.14 Setiap

variasi teori memiliki fokus kajian masing-masing yang tentunya akan

mempermudah untuk mengkaji lembaga dengan memperhatikan interaksi

antar individu dalam sebuah lembaga.

2.2.2 Rational Choice Institutionalism

Pendekatan rational choice institutionalism merupakan salah satu

turunan dari teori new institutionalism. Argumen dasar dari pendekatan ini

adalah individu dapat/ tetap akan memiliki motivasi atau preferensi utama

untuk dapat memaksimalkan keuntungan pribadinya. Akan tetapi, tujuan

tersebut dapat dicapai secara efektif melalui tindakan kelembagaan.

Individu dan lembaga saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Suatu

lembaga juga dapat berperilaku rasional hal ini dikarenakan perilaku

rasional lembaga berasal dari pengkolektifan tindakan-tindakan rasional

anggota dalam lembaga. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka tidak

salah apabila pendekatan rational choice institutionalism masuk dalam

kajian teori kelembagaan. Hal ini dikarenakan perilaku rasional individu

akan menghasilkan lembaga dan juga datang dari lembaga. Oleh karena

itu, dapat disimpulkan bahwa pendekatan rational choice institutionalism

memberikan cara pandang tentang bagaimana aktor bertindak di dalam

cakupan lembaga dan memaksimalkan peranan mereka. Relasi antara

14
Ibid. Hlm 19-20.

23
individu dan lembaga dalam pendekatan rational choice dapat

digambarkan melalui bagan berikuti.

Bagan 2.1 Relasi Individu dan Lembaga dalam Rational Choice


Institutionalism

Individu

Mempengaruhi perilaku Memanfaatkan untuk


tujuan pribadi

Lembaga

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2021

Rational Choice Institusionalisme dalam pandangan B. Guy Peters

menjelaskan bahwa lembaga didefinisikan sebagai sekumpulan instrumen

atau aturan dan insentif yang menetapkan kondisi untuk rasionalitas

terbatas.15 Hal ini mengakibatkan terciptanya “ruang politik” di mana antar

aktor politik yang saling berkorelasi dapat menjalankan fungsinya.

Pernyataan tersebut dapat menjelaskan bahwa dalam rational choice

institutionalism para aktor politik cenderung bertindak dalam rangka

memaksimalkan keuntungan yang hendak dicapai. Meskipun begitu,

B. Guy, Peters. 2004. Institutional Theory Political Science: The New Institutionalism. New
15

York: Continuum. Hlm 45.

24
secara sadar perilaku aktor politik tetap dibatasi oleh seperangkat

instrumen atau aturan lembaga yang mengikatnya.

Dampak dari kehadiran rational choice institutionalism dalam

kajian kelembagaan yaitu adanya batasan, resiko, serta peluang atas setiap

tindakan yang dilakukan aktor. Oleh karena itu, pilihan tindakan dari

aktor merupakan hasil dari perhitungan secara rasional untuk

memaksimalkan peluang dan meminimalisir resiko. Dalam arti lain,

pendekatan ini menyinggung tentang rule of the game yang berlaku pada

suatu kelompok masyarakat. Pada pendekatan ini, individu dinilai sebagai

aktor utama dalam proses politik yang berusaha untuk memaksimalkan

utilitas pribadi atau preferensi dengan cara bertindak sesuai

rasionalitasnya. Untuk mencapai preferensi tersebut, maka aktor dalam

sebuah lembaga harus memahami serta melaksanakan norma-norma/ nilai-

nilai kelembagaan yang ada pada lembaga. Menurut pandangan Jon Elster,

inti dari pendekatan ini diperoleh dari adanya kepercayaan dasar terkait

rasionalitas. Kepercayaan disini didefinisikan apabila individu atau aktor

dihadapkan pada beberapa rencana, maka individu tersebut akan

cenderung memilih rencana yang dianggap paling menguntungkan

menurut rasionalitasnya.16

Terdapat tiga model pengklasifikasian dari pendekatan rational

choice institutionalism denngan masing-masing penjelasan sebagai

berikut.
16
Jon, Elster. 1989. Nuts and Bolts for the Social Sciences. Cambridge: Cambridge University
Press. Hlm 22.

25
a. Principle Agent Model

Interaksi antar lembaga dan antar individu atau aktor dapat

dipertimbangkan dari perspektif principle agent model. Inti dari model ini

terdapat istilah pemimpin sebagai atasan dan pengikut sebagai bawahan.

Dimana pemimpin dalam sebuah lembaga difungsikan untuk merancang

struktur untuk menjadikan pengikutnya secara sadar maupun tidak sadar

mengikuti keinginan pemimpin. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal

tersebut yaitu dengan cara menerapkan insentif untuk memotivasi para

pengikut patuh terhadap ketetapan yang telah diberlakukan dan terdapat

pengawasan terhadap kepatuhan pengikut sehingga terciptanya kontrol

akan hal tersebut.

b. Game Theoritic Model

Kepatuhan dapat dikonseptualisasikan sebagai serangkaian

permainan yang dimainkan antar aktor yang berusaha memastikan

kepatuhan aktor lain. Hal ini tetap merujuk pada individu ingin

mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin, namun dalam sebuah

kerangka lembaga mereka berinteraksi dengan individu atau aktor lain.

Dalam proses interaksi tersebut mereka sebenarnya sedang melakukan

sebuah permainan atau negosiasi secara tersembunyi. Hal ini dilakukan

agar orang lain bersedia mengikuti kemauan orang tersebut. Sehingga

tujuan dia untuk memenuhi keuntungan pribadinya dapat tercapai. Namun,

dalam model ini menekankan adanya permainan yang tidak hanya sekali

26
saja dilakukan. Harus ada permainan berkali-kali untuk mencapai

kepatuhan-kepatuhan yang berkelanjutan.

c. Rule Based Model

Model ini memandang bahwa kehadiran lembaga sebagai

sekumpulan aturan yang didalamnya terdiri dari individu-individu yang

bersepakat untuk bersama-sama mengikuti aturan formal yang telah

ditetapkan. Individu akan memperoleh insentif melalui keanggotannya

dalam struktur lembaga sebagai imbalan atas kemauannya untuk dibatasi

tindakannya dalam kerangka aturan lembaga. Oleh karena itu, peranan

aturan formal dalam model ini sangat penting yaitu untuk mengendalikan

perilaku atau tindakan individu agar tetap sejalan dengan keinginan

lembaga tersebut.

Diantara ketiga model pendekatan rational choice institutionalism terdapat

kesamaan-kesamaan diantaranya yaitu sama-sama memiliki serangkaian asumsi

umum, mempunyai satu set masalah umum, dan memiliki tabula rasa. 17 Secara

general dapat diasumsikan bahwa ketiga model tersebut memiliki kesamaan

individu sebagai aktor utama dalam proses kelembagaan dan individu tersebut

bertindak secara rasional.

Peneliti menggunakan pendekatan rational choice institutionalism

untuk mengulik motivasi atau preferensi apa sebenarnya yang

menguntungkan bagi aktor/ lembaga yang terlibat dalam kasus ini yaitu

pemerintah desa, BPD, dan tokoh masyarakat atas keluarnya keputusan


17
Op.Cit. Hlm 46-47.

27
penggunaan Dana Desa pada maksimalisasi pembangunan fisik yang tidak

terlalu urgen sehingga berdampak pada tidak terwujudnya kesejahteraan

masyarakat desa. Alasan pemilihan pendekatan ini adalah karena untuk

melakukan kajian terhadap hal tersebut, maka diperlukan pendekatan yang

mampu menganalisa alasan-alasan rasional dari lembaga-lembaga terkait

sehingga menciptakan suatu preferensi dalam melakukan operasionalisasi

program-program Dana Desa dengan mempertimbangkan sanksi dan

insentif sedemikian rupa. Berdasarkan alasan tersebut, maka peneliti

berpandangan bahwa pendekatan yang tepat untuk menjawab

permasalahan pada penelitian ini adalah rational choice institutionalism.

Banyak sekali tokoh-tokoh yang telah turut serta menyumbangkan

buah pikirannnya untuk berkontribusi dalam mengembangkan pendekatan

ini. Namun untuk menjawab pertanyaan penelitian “Alasan-alasan apa

yang mendasari preferensi optimalisasi program Dana Desa tahun 2015-

2019 di Desa Guwo lebih cenderung pada pembangunan fisik yang tidak

terlalu urgen sehingga berdampak pada tidak terwujudnya kesejahteraan

masyarakat desa? dan bagaimana alasan-alasan tersebut terlembagakan

dalam bentuk keputusan penggunaan Dana Desa pada tahun 2015-2019 di

Desa Guwo?”, maka peneliti akan menggunakan pemikiran Hall dan

Taylor (1996). Dimana Hall dan Taylor (1996) mengidentifikasikan aspek-

aspek penting dalam penekanan kajian rational choice institutionalism

kedalam 4 (empat) poin yaitu keterlibatan aktor dalam lembaga, tindakan

aktor dalam pencapaian preferensi, interaksi antar lembaga, dan instrumen

28
atau aturan lembaga. Keempat indikator ini lah yang akan peneliti

terapkan untuk mengaplikasikannya pada pembahasan guna menjawab

rumusan masalah pada penelitian ini.

1. Keterlibatan aktor dalam lembaga

Pada indikator ini, Hall dan Taylor menjelaskan bahwa dalam

rational choice institutionalism penting untuk memperhatikan

seperangkat asumsi perilaku khusus yang digunakan oleh para aktor

lembaga. Setiap individu atau aktor lembaga bertindak pasti didasari atas

adanya dorongan kepentingan yang telah dipikirkan secara rasional.

Dimana nantinya tindakan tersebut akan dimanfaatkan untuk sekedar

melibatkan diri dalam perannya pada suatu lembaga maupun untuk

mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu dalam menjalankan fungsi

lembaganya, peran dari para aktor dalam sebuah lembaga akan beragam.

Hal ini dikarenakan setiap lembaga pastinya memiliki regulasi khusus

dalam hal pelaksanaan tugas dan fungsi suatu lembaga.

Merujuk pada pembahasan diatas, maka pengaplikasian indikator

keterlibatan aktor dalam lembaga pada penelitian ini akan dianalisa dari

beberapa hal sebagai berikut:

 Melakukan identifikasi terhadap siapa saja aktor-aktor/ lembaga

yang terlibat dalam pelembagaan dana desa di Desa Guwo tahun

2015-2019

 Melakukan analisis terhadap bagaimana peran aktor/lembaga

tersebut dalam keterlibatannya terhadap pengelolaan dana desa

29
 Menganalisa bagaimana aktor-aktor kelembagaan yang terjun

dalam pelembagaan dana desa di Desa Guwo saling melakukan

optimalisasi peranan yang dimainkan

2. Tindakan aktor dalam pencapaian preferensi

Mengingat bahwa preferensi merupakan salah satu bentuk hasil

rasionalitas dari pola berpikir aktor dalam suatu lembaga, maka

penekanan pada tindakan aktor dalam pencapaian preferensi juga

merupakan poin penting untuk menganalisis kasus-kasus dalam sudut

pandang rational choice institutionalism. Setiap aktor dalam lembaga

pasti memiliki kepentingan atau motivasi masing-masing yang harus

mereka capai. Begitu juga antara lembaga yang satu dengan lainnya,

dimana mereka saling membawa kepentingan kolektif dari masing-

masing individu-individu didalamnya guna sama-sama mencapai

preferensi lembaga. Oleh karena itu, mereka pada akhirnya akan

melakukan segala bentuk tindakan guna terwujudnya keinginan tertentu.

Baik itu kepentingan yang berkonotasi negatif maupun yang berkonotasi

positif.

Implementasi indikator tindakan aktor dalam pencapaian

preferensi pada penelitian ini dapat dilakukan dengan mengkaji beberapa

hal seperti:

 Melakukan identifikasi terhadap motivasi atau preferensi

sebenarnya dari aktor/lembaga yang terlibat dalam pelembagaan

dana desa di Desa Guwo pada tahun 2015-2019

30
 Menganalisa tindakan apa yang diambil oleh aktor/lembaga yang

terlibat pada usaha pengoptimalisasian dana desa dalam

pencapaian preferensi setiap aktor/lembaga tersebut

 Mampu menemukan titik terang dari motif dan siapa saja pihak

yang mendasari dalam penggunaan dana desa untuk melakukan

pemaksimalan pada program pembangunan yang bersifat tidak

terlalu urgen sehingga cita-cita kesejahteraan masyarakat desa

tidak mampu terwujud

3. Interaksi antar lembaga

Indikator ini berusaha untuk menjelaskan pandangan rational

choice institutionalism pada pentingnya faktor interaksi atau hubungan

yang terbentuk antar lembaga guna mencapai preferensinya atau dalam

hal penentuan hasil politik. Dengan kehadiran relasi kuat yang terbentuk

antar lembaga yang saling berkaitan, maka hal tersebut akan

mempermudah dalam menggapai suatu preferensi yang telah disepakati

dalam lembaga. Indikator ini akan menilai bagaimana pola serta dinamika

interaksi yang terjadi antar lembaga, dimana antara satu lembaga dengan

yang lainnya memiliki perannya masing-masing dalam mencapai tujuan

bersama.

Indikator interaksi antar lembaga dapat diterapkan dalam

menjawab pertanyaan penelitian dengan cara menganalisis poin-poin

dibawah ini:

31
 Menganalisa secara mendalam terkait bagaimana interaksi antar

lembaga yang terjadi dalam pelembagaan dana desa, sehingga

pada akhirnya keputusan untuk mengaplikasikan anggaran dana

desa pada program-program pembangunan yang tidak terlalu

urgen disetujui

 Melakukan kajian terhadap hasil dari interaksi antar lembaga yang

terkait dalam pelembagaan dana desa yang terjadi di Desa Guwo

tahun 2015-2019

4. Instrumen atau aturan lembaga

Dalam rangka melancarkan aksi terhadap pewujudan preferensi

dari lembaga, maka kehadiran instrumen atau aturan lembaga sangat

diperlukan. Pelaksanaan teknis dalam proses pengelolaan lembaga erat

kaitannya dengan kehadiran aturan atau hukum yang diberlakukan.

Instrumen atau aturan lembaga dalam rational choice institutionalism

memiliki pandangan bahwa tidak mungkin sebuah lembaga dapat

melahirkan keputusan yang mampu memuat seluruh preferensi

anggotanya. Apabila itu terjadi, justru akan memunculkan kekacauan.

Disatu sisi, sebagai akibat dari tidak terpenuhinya seluruh preferensi

anggota yaitu adanya otoritas beberapa individu atau aktor yang dominan

untuk membuat keputusan yang semaksimal mungkin memenuhi

keinginan kolektif. Salah satu kelebihan dari lembaga yang menerapkan

hal ini adalah hadirnya aturan berdasarkan kesepakatan bahwa lembaga

32
akan berjalan seperti apa, didesain seperti apa, dan memperoleh

keuntungan apa tentunya dapat memberikan batasan bagi individu dalam

berperilaku. Sehingga, indikator ini dapat menjadi acuan bagi suatu

lembaga dalam hal pelaksanaan tugas dan fungsi lembaga.

Berdasarkan deskripsi indikator yang telah dijelaskan, maka

peneliti akan mengaplikasikan indikator instrumen atau aturan lembaga

pada penelitian ini dengan cara membangun pemikiran melalui hal-hal

seperti:

 Mengidentifikasi instrumen atau aturan apa saja yang dikeluarkan

oleh Pemerintah Desa Guwo pada tahun 2015-2019 untuk

mengimplementasikan keputusan pembangunan fisik yang tidak

terlalu urgen dengan memanfaatkan Dana Desa.

 Melakukan analisis terhadap sanksi dan insentif yang didapat oleh

Pemerintah Desa Guwo atas diberlakukannnya keputusan tersebut.

33
2.3 Alur Pikir Penelitian

Dalam rangka memudahkan peneliti untuk mencari data penelitian;

melakukan analisa; serta memaparkan hasil kajian analisa pada penelitian ini agar

lebih mudah dipahami oleh pembaca, maka disajikanlah alur pikir penelitian

dalam bentuk bagan yang akan menjadi kerangka berfikir selama proses

pengkajian penelitian sebagai berikut:

Bagan 2.2
Alur Pikir Penelitian

Latar Belakang:
1. Implementasi program-program Dana Desa di Desa Guwo pada tahun
2015-2019 cenderung dipreferensikan pada pembangunan yang tidak
terlalu urgen
2. Kebutuhan dasar masyarakat Desa Guwo masih banyak yang belum
terfasilitasi dengan baik oleh desa
3. Kesejahteraan masyarakat Desa Guwo belum tercapai

Analisis Pelembagaan Dana Desa Tahun 2015-2019 dalam Upaya


Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Desa
Studi pada Desa Guwo, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali

Indikator Pendekatan Rational Choice Institutionalism


(Hall dan Taylor, 1996 ):
 Keterlibatan aktor dalam lembaga
 Tindakan aktor dalam pencapaian preferensi
 Interaksi antar lembaga
 Instrumen atau aturan lembaga
34
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2021

35
BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab 3 (tiga) akan dipaparkan terkait dengan metode dalam penelitian

yang digunakan. Metode yang diterapkan yaitu metode kualitatif sesuai kebutuhan

penelitian yang memerlukan penyajian data secara lebih mendalam dan rinci

untuk menganalisa data-data sehingga dapat menghasilkan penelitian yang

komprehensif. Pada pembahasan ini akan dijabarkan beberapa penjelasan lebih

lanjut perihal metode-metode yang akan digunakan selama proses penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini membahas perihal analisis pelembagaan Dana Desa

tahun 2015-2019 dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa

dengan menggunakan pisau analisa rational choice institutionalism dan

mengambil studi kasus di Desa Guwo, Kecamatan Wonosegoro,

Kabupaten Boyolali. Peneliti berusaha untuk mendalami pemahaman

terkait motivasi atau preferensi apa yang menyebabkan Pemerintah Desa

Guwo mengambil keputusan untuk melakukan maksimalisasi program

Dana Desa untuk pembangunan yang bersifat tidak terlalu urgen. Sehingga

dapat terjelaskan bagaimana pelembagaan Dana Desa yang terjadi pada

periode tersebut. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan oleh

peneliti adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pemilihan tersebut

tentunya berkaca pada kebutuhan peneliti akan penggalian data-data dari

36
beberapa informan secara lebih mendalam terkait dengan obyek yang

sedang diteliti.

Metode kualitatif adalah cara penelitian dengan pendekatan yang

menitik beratkan pada analisisnya dalam penyimpulan deduktif, induktif,

analisis dinamika relasi antar fenomena yang sedang diteliti, dengan

penerapan logika-lohika yang bersifat ilmiah. 18 Berdasarkan definisi

tersebut, maka dapat dijabarkan bahwa dalam mengamati suatu fenomena

atau objek penelitian tidak boleh dilakukan manipulasi. Penelitian harus

bersifat apa adanya sehingga disini lebih ditekankan pada logika ilmiah

untuk mengkaji dinamika hubungan antar fenomena atau objek penelitian.

Penerapan metode kualitatif sejatinya didasarkan pada hasil penelitian

yang berupa kata-kata dan gambar, atau secara deskriptif sehingga

nantinya pada penelitian dengan metode ini akan disertai dengan kutipan-

kutipan untuk menggambarkan realita yang terjadi.19

Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dikarenakan peneliti

memerlukan analisa secara lebih rinci terhadap pelembagaan Dana Desa

yang terjadi pada tahun 2015-2019 dalam upaya mewujudkan

kesejahteraan masyarakat di Desa Guwo. Untuk mendukung hal ini, maka

peneliti menggunakan metode wawancara mendalam terhadap beberapa

informan serta diperkuat dengan melakukan studi pustaka melalui

dokumen, catatan, gambar atau foto sehingga dapat dihasilkan penyajian

data secara deskriptif. Hal-hal tersebut perlu dilakukan untuk mendapatkan


18
Saifuddin, Azwar. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
19
Lexy J, Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

37
fakta-fakta lapangan yang dapat dideskripsikan semaksimal dan sejelas

mungkin dalam metode penelitian kualiatif.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini memiliki ruang lingkup yang berbatas pada

pengambilan keputusan tentang penggunaan Dana Desa di tahun 2015-

2019 atau satu periode kepengurusan Pemerintah Desa Guwo. Penetapan

ruang lingkup penelitian tersebut untuk mempermudahkan peneliti dalam

mengkaji motivasi atau preferensi setiap aktor atau lembaga yang terlibat

dalam perencanaan implementasi Dana Desa tersebut. Peneliti tidak

menggunakan ruang lingkup penelitian pada pengambilan keputusan

tentang penggunaan Dana Desa tahun 2015 – hingga penelitian

berlangsung karena sejak tahun 2020 telah ada pergantian Kepala Desa

periode baru. Sehingga apabila penetapan ruang lingkup berbatas pada

pengambilan keputusan tentang penggunaan Dana Desa di tahun 2015-

2019, akan membuat kajian analisis lebih terarah dan komprehensif.

3.3 Fokus Penelitian

Suatu penelitian akan lebih baik ketika memiliki fokus penelitian,

dimana fokus penelitian memiliki fungsi agar pembahasan penelitian

menjadi lebih terarah, tidak bertele-tele, dan tidak melebar kajiannya. Oleh

karena itu, fokus permasalahan pada penelitian ini adalah pada

pelembagaan Dana Desa dan mengungkap motivasi atau preferensi yang

38
menguntungkan bagi aktor/ lembaga yang terlibat dalam kasus ini yaitu

pemerintah desa, BPD, dan tokoh masyarakat atas keluarnya keputusan

penggunaan Dana Desa periode 2015-2019 pada maksimalisasi

pembangunan fisik yang tidak terlalu urgen sehingga berdampak pada

tidak terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data-data penelitian memiliki peran penting guna

menentukan darimana data-data untuk penelitian akan diperoleh. Terdapat

dua jenis dan sumber data pada penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder. Pertama, data primer atau yang disebut sebagai data tangan

pertama yaitu data atau informasi yang bersumber secara langsung dari

informan atau subjek penelitian.20 Pada penelitian ini, data primer dapat

diperoleh dari hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan

yang diperlukan untuk menggali data penelitian dan pengamatan secara

langsung dilapangan (observasi). Dimana pada penelitian ini, peneliti akan

mewawancarai dari pihak Pemerintah Desa Guwo yaitu Kepala Desa

periode 2013-2019, Ketua BPD periode tersebut, tokoh masyarakat yang

terlibat dalam tahapan perencanaan program implementasi Dana Desa

tahun 2015-2019

Kedua, data sekunder atau yang disebut sebagai data tangan kedua

merupakan data atau informasi yang bersumber tidak secara langsung dari

20
Saifuddin, Azwar. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

39
subjek penelitian.21 Hal ini tentunya berbeda dengan data primer. Data

sekunder beruwujud data pustaka maupun laporan-laporan terkait

penelitian yang dikaji. Jenis dan sumber data ini dapat dijadikan sebagai

pelengkap bagi data primer. Pada penelitian ini, data sekunder yang

diperlukan adalah APBDes Guwo tahun 2015-2019 untuk mengetahui

besaran perolehan Dana Desa yang didapat Desa Guwo dan disalurkan

untuk program apa saja Dana Desa pada periode tersebut serta notulensi

hasil musyawarah perencanaan program operasionalisasi Dana Desa pada

periode tersebut.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Strategi mengumpulkan data diperlukan guna memperoleh data-

data yang menarik serta sesuai dengan penelitian yang dkaji sehingga

nantinya mampu menjawab persoalan penelitian dengan baik. Pada

penelitian ini menggunakan 3 (tiga) metode teknik pengumpulan data

yaitu observasi (terjun langsung ke lapangan), wawancara mendalam, dan

studi dokumentasi dengan penjelasan sebagai berikut:

Pertama, melakukan observasi dengan cara mengumpulkan data-

data penelitian yang dikerjakan secara langsung dilapangan melalui

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.22 Pada penelitian ini, metode

observasi diperlukan untuk menganalisa hasil kajian peneliti sebelum

terjun ke lapangan dengan realitas-realitas yang ada ketika peneliti

21
Ibid.
22
Iryana. 2019. Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif. (Online).
(https://doi.org/10.31227/osf.io/2myn7, diakses pada 13 Oktober 2020 pukul 23:44).

40
melakukan pengamatan secara langsung dengan terjun ke lapangan.

Sehingga, diharapkan akan menghasilkan penelitian yang bersifat objektif

dan menggambarkan keadaan atau realitas yang sesungguhnya terjadi

(tidak mengada-ngada) temuan lapangan.

Oleh karena itu, observasi diperlukan guna mengamati secara

langsung dan melakukan cross check terhadap hasil operasionalisasi Dana

Desa tahun 2015-2019 dalam wujud pembangunan jalan dan talud maupun

fasilitas publik lainnya, mengamati secara langsung kemanfaatan bagi

masyarakat atau publik dari hasil pembangunan fisik yang dilakukan oleh

Pemerintah Desa Guwo dengan menggunakan Dana Desa tahun 2015-

2019, mengamati apakah dengan keberadaan pembangunan fisik atau

fasilitas publik tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat desa, melakukan analisa melalui observasi untuk

mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat Desa Guwo

untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya..

Kedua, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada beberapa

informan yang telah dipilih sesuai bidang yang dibawahi informan dan

kebutuhan data peneliti. Wawancara dilakukan secara mendalam untuk

mendapatkan informasi lebih lengkap hingga mencapai data yang valid.

Teknik wawancara yang diimplementasikan oleh peneiti adalah

wawancara tidak terstruktur. Maksud dari wawancara tidak terstruktur

yaitu wawancara dimana peneltiti tidak berpaku secara absolut terhadap

41
pedoman wawancara yang telah disusun sebelmunya.23 Teknik

pengumpulan data berupa wawancara ini diperlukan untuk dapat

mengetahui secara lebih mendalam terkait pelembagaan Dana Desa tahun

2015-2019 dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat Desa

Guwo.

Pada tahapan ini, peneliti akan melakukan wawancara mendalam

dengan beberapa pihak yang terlibat dalam tahapan perencanaan program-

program sebagai implementasi dari Dana Desa pada tahun 2015-2019

yang diperoleh pemerintah desa. Aktor atau lembaga yang turut serta

berkecimpung dalam tahapan ini diantaranya yaitu Pemerintah Desa

Guwo, BPD, dan tokoh msyarakat. Peneliti akan mewawancarai ketiganya

untuk mengulik hal-hal yang berkaitan dengan pelembagaan Dana Desa

pada periode tersebut dengan mengungkap motivasi atau preferensi yang

menguntungkan bagi aktor/ lembaga yang terlibat dalam kasus ini atas

keluarnya keputusan penggunaan Dana Desa pada maksimalisasi

pembangunan fisik yang tidak terlalu urgen sehingga berdampak pada

tidak terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa.

Ketiga, pengumpulan data dengan menggunakan studi

dokumentasi dilakukan dengan cara menelisik data-data historis seperti

dokumen, buku, jurnal, foto-foto, laporan, serta data-data lainnya yang

sifatnya tertulis.24 Pada metode ini, peneliti menelaah dari beberapa

sumber tertulis yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu pelembagaan


23
Lexy J, Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
24
Ibid.

42
Dana Desa dan mengungkap motivasi atau preferensi yang

menguntungkan bagi aktor/ lembaga yang terlibat dalam kasus ini yaitu

pemerintah desa, BPD, dan tokoh masyarakat atas dikeluarkannya

keputusan penggunaan Dana Desa pada maksimalisasi pembangunan fisik

yang tidak terlalu urgen sehingga berdampak pada tidak terwujudnya

kesejahteraan masyarakat desa.

Pengumpulan data dengan cara ini diperlukan untuk dapat

menjawab rumusan masalah peneliti dengan cara megulik beberapa

dokumen seperti laporan APBDes Guwo tahun 2015-2019 untuk

mengetahui besaran perolehan Dana Desa yang didapat Desa Guwo dan

disalurkan untuk program apa saja Dana Desa pada periode tersebut.

Selain itu, peneliti juga memerlukan data seperti notulensi hasil

musyawarah perencanaan program operasionalisasi Dana Desa untuk

mempermudah peneliti dalam mengungkap motivasi atau preferensi tiap-

tiap aktor/ lembaga yang terlibat dalam tahapan ini pada periode tersebut.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan 5 (lima) tahapan

sebagai berikut. Pertama, pada tahapan menentukan sumber data peneliti

menentukan sumber-sumber yang sekiranya dapat dijadikan sebagai data

penelitian baik melalui wawancara; sumber tertulis seperti dokumen; jurnal;

observasi; laporan; dan lain-lain terkait onjek penelitian. Kedua, kemudian data-

data tersebut dikumpulkan atau dikolektifkan. Ketiga, tahapan selanjutnya dalam

43
proses ini yaitu pengklasifikasian data yang bertujuan untuk memudahkan peneliti

untuk memilah data-data sesuai klasifikasi tertentu sesuai dengan kebutuhan atau

kesesuaian selama penelitian. Keempat, melakukan analisa terhadap data-data

yang telah diklasifikasikan sebelumnya dengan menggunakan pendekatan

deskriptif dalam metode kualitatif berupa penjabaran atau pendeskribsian kalimat-

kalimat dan gambar. Kelima, setelah data-data tersebut dianalisis sedemikian rupa

langkah selanjutnya adalah membuat kesimpulan penelitian berdasarkan analisa

terhadap data. Untuk mempermudah memahami penjelasan teknik analisis data,

maka disajikan bagan dibawah ini.

Bagan 3.1
Proses Analisis Data

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3


Menentukan Pengkolektifan Pengklasifikasian
sumber data data-data data

Tahap 5
Tahap 4
Kesimpulan
Menganalisa data
penelitian
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2021

44
3.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini, terdiri dari beberapa

BAB yang terinci sebagai berikut:

BAB I sebagai Bab Pendahuluan dimana terdiri dari latar belakang penelitian,

rumusan masalah penelitian, tujuan dari dilakukannya penelitian, dan manfaat

akademis serta praktis penelitian yang dilaksanakan.

BAB II merupakan Bab Tinjauan Pustaka dimana akan dijabarkan literature

review, kajian teoritis, serta operasionalisasi teori.

BAB III merupakan Bab Metode Penelitian dimana akan mengulas jenis

penelitian, ruang lingkup penelitian, fokus penelitian, jenis dan sumber data,

teknik analisis data, serta sistematika penulisan.

BAB IV merupakan Bab Pembahasan

BAB V merupakan Bab Analisa

BAB VI merupakan Bab Penutup

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Elster, Jon. 1989. Nuts and Bolts for the Social Sciences. Cambridge: Cambridge

University Press. Hlm 22.

Hall, Peter dan Rosemary Taylor. 1996. Political Science and the Three New

Institutionalism. Germany: Max-Planck-Institut für Gesellschaftsforschung.

45
Kementerian Keuangan RI. 2017. Buku Saku Dana Desa. Jakarta: Humas DJPK.

Mafruhah, Izza, dkk. 2018. Data dan Informasi Manfaat Dana Desa di Provinsi

Jawa Tengah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan

Pelatihan, dan Informasi, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Peters, B. Guy. 2004. Institutional Theory Political Science: The New

Institutionalism. New York: Continuum.

Powell, Walter dan Paul Dimaggio. 1991. The New Institutionalism in

Organizational Analysis. Chicago: The University of Chicago Press.

Jurnal

Ashar, Andi dan Andi Agustang. 2020. Dampak Sosial Dana Desa dalam

Kesejahteraan Masyarakat di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,

Kabupaten Wajo. Jurnal Sosialisasi Vol 7 No 2 Hlm 19-25.

Azhar, dkk. 2020. The Role of Village Apparatus in Managing Village Fund: a

Case Study in Marindal II Village, Deli Serdang, Indonesia. International

Journal of Multicultural and MultireligiousUnderstanding Vol 7 No 11 Hlm

489-496.

Iryana. 2019. Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif. (Online).

(https://doi.org/10.31227/osf.io/2myn7, diakses pada 13 Oktober 2020 pukul

23.44).

46
Latifah, Nyimas. 2016. Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa. Jurnal

Penelitian Politik LIPI Vol 13 No 2 Hlm 193-211.

M. Immergut, Ellen. 1998. The Theoretical Core of the New Institutionalism.

Politics & Society Vol 26 No 1. Hlm 5-34.

Rahayu, Depi. 2017. Strategi Pengelolaan Dana Desa untuk Meningkatkan

Kesejahteraan Masyarakat Desa Kalkayen, Kabupaten Semarang.

Economics Development Analysis Journal Vol 6 No 2 Hlm 107-116.

Yusuf, Salma, dkk. 2019. Village Institution Relations in the Utilization of Village

Funds in Namlea District. International Journal of Scientific and

Technology Research Vol 8 No 8 Hlm 1837-1842.

Dokumen

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Guwo tahun 2015-2019.

Data jumlah anggaran Dana Desa dari APBN tahun 2015-2019.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019.

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian digunakan sebagai salah satu aspek yang diperlukan

untuk memenuhi proses dalam pengumpulan data-data serta informasi terkait

topik penelitian di lapangan. Pengklasifikasian instrumen penelitian diperlukan

sesuai kebutuhan penelitian. Urgensinya adalah untuk menghasilkan data-data

relevan dan sesuai dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. Pada penelitian

ini, instrumen penelitian terdiri dari:

47
1. Peneliti Sendiri

Dalam jenis penelitian dengan menerapkan metode kualitatif,

peneliti sendiri merupakan salah satu instrumen penting penelitian. Hal ini

dikarenakan peneliti sebelumnya telah menentukan fokus penelitian,

sehingga ketika peneliti melakukan observasi, maka peneliti sudah

memiliki arahan sehingga proses terjun ke lapangan guna mengamati serta

menganalisa pelembagaan Dana Desa dan mengungkap motivasi atau

preferensi yang menguntungkan bagi aktor/ lembaga yang terlibat dalam

kasus ini yaitu pemerintah desa, BPD, dan tokoh masyarakat atas

keluarnya keputusan penggunaan Dana Desa pada maksimalisasi

pembangunan fisik yang tidak terlalu urgen sehingga berdampak pada

tidak terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun sebelum dilaksanakannya penelitian

dilapangan sebagai acuan peneliti untuk mengulik informasi serta data-

data sesuai kebutuhan penelitian guna menghasilkan data wawancara

secara mendalam. Pada penelitian ini, pedoman wawancara disusun sesuai

dengan 4 (empat) indikator rational choice institutionalism paradigma

Hall dan Taylor (1996) sebagai pendekatan untuk membantu menjawab

permasalahan pada penelitian ini. Keempat indikator tersebut diantarnya

yaitu keterlibatan aktor dalam lembaga, tindakan aktor dalam pencapaian

preferensi, interaksi antar lembaga, dan instrumen atau aturan lembaga.

48
Berikut merupakan pedoman wawancara yang telah peneliti susun

sedemikan rupa:

PEDOMAN WAWANCARA

 Keterlibatan Aktor dalam Lembaga

a. Pemerintah Desa Guwo

1) Apa peran yang dimainkan oleh pemerintah desa dalam keterlibatannya

pada tahap perencanaan imlementasi program Dana Desa?

2) Apakah pemerintah desa mengundang keterlibatan aktor atau lembaga

lain dalam musyawarah perumusan program-program Dana Desa? Atau

justru keterlibatan aktor atau lembaga lain hadir atas keinginan mereka

sendiri?

b. BPD

1) Apa peran yang dimainkan oleh BPD dalam keterlibatannya pada tahap

perencanaan imlementasi program Dana Desa?

2) Seberapa besar pengaruh keikutsertaan BPD dalam proses perencanaan

program Dana Desa?

c. Tokoh Masyarakat

1) Apa peran yang dimainkan oleh tokoh masyarakat dalam keterlibatannya

pada tahap perencanaan implementasi program Dana Desa?

2) Seberapa besar pengaruh keterlibatan tokoh masyarakat pada tahapan

perencanaan program Dana Desa?

 Tindakan Aktor dalam Pencapaian Preferensi

49
a. Pemerintah Desa Guwo

1) Apa motivasi atau preferensi pemerintah desa yang hendak dicapai dalam

operasionalisasi program-program Dana Desa?

2) Bagaimana tindakan atau usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Desa

Guwo dalam rangka mencapai preferensinya?

b. BPD

1) Apa motivasi atau preferensi BPD yang hendak dicapai dalam tahapan

perencanaan operasionalisasi program Dana Desa?

2) Bagaimana tindakan atau usaha yang dilakukan oleh BPD dalam

mewujudkan motivasi atau preferensi lembaga?

c. Tokoh Masyarakat

1) Apa motivasi atau preferensi tokoh masyarakat yang hendak dicapai

ketika mengikuti musyawarah perencanaan program-program Dana

Desa?

2) Bagaimana tindakan atau upaya yang dilakukan oleh tokoh masyarakat

untuk mencapai preferensinya?

 Interaksi Antar Lembaga

a. Pemerintah Desa Guwo

1) Bagaimana interaksi antar pemerintah desa dengan BPD pada tahun 2015-

2019 sebagai lembaga formal yang memiliki peran dalam optimalisasi

program Dana Desa?

b. BPD

50
1) Bagaimana interaksi antara BPD sebagai lembaga formal dengan tokoh

masyarakat dalam penyusunan program implementasi Dana Desa?

c. Tokoh Masyarakat

1) Bagaimana interaksi atau keterhubungan antara tokoh masyarakat dengan

pihak pemerintah desa dan BPD selama proses penyusunan program

implementasi Dana Desa tahun anggaran 2015-2019?

2) Apakah aspirasi atau pendapat dari pihak tokoh masyarakat didengarkan

secara saksama oleh pihak pemerintah desa?

3) Bagaimana pendapat tokoh masyarakat pada tahapan perencanaan program

atas keputusan pembangunan yang diperuntukkan bagi wilayah yang tidak

terlalu membutuhkan pembangunan saat itu juga?

 Instrumen atau Aturan Lembaga

a. Pemerintah Desa Guwo

1) Apa saja instrumen atau aturan yang diberlakukan atas keputusan

implementasi program Dana Desa yang lebih diprioritaskan pada

pembangunan yang bersifat tidak urgen?

2) Apakah menurut pemerintah desa aturan atau keputusan implementasi

program Dana Desa yang lebih diprioritaskan pada pembangunan yang

bersifat tidak urgen ini bersifat efektif untuk kesejahteraan masyarakat

Desa Guwo?

3) Bagaimana sanksi dan insentif yang didapat atas diberlakukannya aturan

atau keputusan tersebut bagi pemerintah desa sebagai eksekutor

pengelolaan Dana Desa?

51
4) Bagaimana cara pemerintah desa meminimalisir sanksi yang didapat atas

pemberlakukan aturan atau putusan tersebut?

3. Panduan Observasi

Panduan observasi disusun sebelum terjun ke lapangan dengan

tujuan agar peneliti dapat melakukan pengamatan secara langsung

terhadap realitas-realitas yang ada ketika peneliti terjun ke lapangan.

Sehingga, diharapkan akan menghasilkan penelitian yang bersifat objektif

dan menggambarkan keadaan atau realitas yang sesungguhnya terjadi

berdasarkan fakta di lapangan.

PANDUAN OBSERVASI

Lokasi Penelitian : Desa Guwo

Obyek Penelitian : Hasil operasionalisasi Dana Desa tahun 2015-2019

Target Informasi : a. Melakukan cross check terhadap hasil operasionalisasi

Dana Desa tahun 2015-2019 dalam wujud

pembangunan jalan dan talud maupun fasilitas publik

lainnya.

b.Menganati secara langsung kemanfaatan bagi

masyarakat atau publik dari hasil pembangunan fisik

yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Guwo dengan

menggunakan Dana Desa tahun 2015-2019.

52
c. Mengamati apakah dengan keberadaan pembangunan

fisik/ fasilitas publik tersebut dapat berpengaruh

terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

d. Melakukan analisa melalui observasi untuk mengetahui

apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat Desa

Guwo untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya..

4. Catatan Lapangan

Ketika melakukan observasi dan wawancara secara langsung, maka

peneliti membutuhkan catatan yang diperuntukkan menulis hal-hal penting

terkait data-data topik penelitian selama di lapangan.

5. Alat Dokumentasi

Instrumen penelitian terakhir pada penelitian ini adalah alat dokumentasi.

Alat dokumentasi berfungsi untuk melakukan pencarian data dan mengolahnya

guna kepentingan penelitian itu sendiri. Pada penelitian ini, alat dokumentasi yang

diperlukan berupa ponsel dan laptop.

53

Anda mungkin juga menyukai