Anda di halaman 1dari 33

i

MAKALAH
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK I
Mengenai
“Pengaruh Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap Pemberdayaan Masyarakat
Desa Suranadi”

Dosen Pengampu : Bq. Rosyida DA, SE., M.Si., Ak.

Oleh :
Ni Putu Erdani Sri Anggreni (A1C116068)

S1 Akuntansi Reguler Sore


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UNIVERSITAS MATARAM
2018
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari beberapa pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan
makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca.Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.Untuk itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 22 Desember 2018

Penyusun
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................................ 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................... 4
2.1 Landasan Teori ......................................................................................................... 4
2.1.1 Alokasi Dana Desa ......................................................................................... 4
2.1.2 Tujuan Alokasi Dana Desa (ADD) ................................................................. 6
2.1.3 Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) ........................................................ 7
2.2 Pemberdayaan Masyarakat Desa .............................................................................. 8
2.2.1 Definisi Pemberdayaan Masyarakat ............................................................... 8
2.2.2 Pengertian Masyarakat ................................................................................... 11
2.2.3 Konsep Pemberdayaan Masyarakat ................................................................ 12
2.2.4 Proses Pemberdayaan ..................................................................................... 13
2.2.5 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ................................................................. 14
2.2.6 Tahap Pemberdayaan ...................................................................................... 16
2.2.7 Indikator Pemberdayaan Masyarakat ............................................................. 16
2.2.8 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ................................................................. 17
2.2.9 Penerapan Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat ........................................ 18
2.2.10 Manfaat Pemberdayaan .................................................................................. 19
BAB III TEKNIK PENGUMPULAN DATA ......................................................................... 20
3.1 Wawancara ............................................................................................................... 20
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN .................................................................................... 21
4.1 Geografi dan Demografi ........................................................................................... 21
4.1.1 Geografi .......................................................................................................... 21
4.1.2 Demografi ....................................................................................................... 21
4.1.3 Keadaaan Sosial .............................................................................................. 23
iii

4.2 Pengaruh Alokasi Dana Desa terhadap Pemberdayaan Masyarakat ........................ 24


BAB V KESIMPULAN ........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Strategi pembangunan di Indonesia adalah peningkatan pemerataan
pembangunan beserta hasil-hasilnya melalui arah kebijakan pembangunan sektoral
dan kinerja masyarakat terutama di pedesaan.Pembangunan desa merupakan sebagai
subjek pembangunan dan sebagai gerakan masyarakat dalam melaksanakan
pembagunan yang dilandasi oleh kesadaran untuk meningkatkan kehidupan yang
lebih baik.Diketahui bahwa hampir semua penduduk Indonesia bertempat tinggal di
pedesaan. Dengan jumlah penduduk dan komponen alam yang potensial akan
mendapatkan aset melalui Alokasi Dana Desa (ADD).
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah maka daerah
diberikan otonom yang seluas-luasnya untuk mengurus semua penyelenggaraan
pemerintah diluar kewenangan pemerintah pusat untuk membuat kebijakan daerah
yang berhubungan dengan peningkatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat,
serta otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian keuangan desa yang diperoleh
dari bagi hasil pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa yang dibagikan secara
proporsional. Alokasi Dana Desa (ADD) mengandung makna bahwa desa memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, yang
menyangkut peranan pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik dalam
proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah yang melibatkan
masyarakat di tingkat desa.
Alokasi Dana Desa (ADD) juga dimaksudkan untuk membiayai sebagian
program pemerintahan desa dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan dan
kelembagaan desa, pemberian tunjangan aparatur pemerintah desa serta pemberian
dana pembangunan infrastruktur pedesaan. Untuk melaksanakan kewenangan
tersebut, pemerintah desa memliki sumber-sumber penerimaan yang digunakan untuk
membiayai kegiatan yang dilakukannya. Salah satu hal yang paling penting untuk
2

diperhatikan dalam mendukung proses pelaksanaan pembangunan disetiap desa


adalah adanya kepastian keuangan untuk pembiayaan. Salah satunya dengan
penerimaan Alokasi Dana Desa (ADD).
Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan,
menswadayakan memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah
terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan (Sutoro
Eko 2002). Arah pemberdayaan masyarakat desa yang paling efektif dan lebih cepat
untuk mencapai tujuan adalah dengan melibatkan masyarakat dan unsur pemerintahan
yang memang mempunyai kebijakan pembanguan yang lebih reaktif memberikan
prioritas kebutuhan masyarakat desa dalam alokasi anggaran sehingga mereka
mampu untuk memanfaatkan potensi yang memiliki daerah masing-masing.
Penggunaan Alokasi Dana Desa juga harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya dengan memprioritaskan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa
yang bersifat mendesak untuk dilaksanakan, serta lebih dibutuhkan dan berhubungan
langsung dengan kepentingan sebagian besar masyarakat desa. Sejalan dengan tujuan
pemberdayaan masyarakat desa, maka kegiatan-kegiatan yang dibiayai dana desa
dipilih harus dipastikan kemanfaatannya untuk:
a) Meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan.
b) Meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan ekonomi keluarga.
c) Meningkatkan penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan
warga miskin di desa.
Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan stimulus bagi kemandirian
masyarakat desa dalam melakukan pembangunan di wilayahnya. Alokasi Dana Desa
(ADD) merupakan dana perimbangan yang diterima kabupaten dalam anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten setelah dikurangi dana alokasi khusus
(Permendagri No. 113 Tahun 2014 Pasal 1 Ayar 10).
Desa Suranadi merupakan desa yang berada di Kecamatan Narmada
Kabupaten Lombok Barat dengan jumlah penduduk 6.282 jiwa. Desa Suranadi
merupakan desa yang luas di wilayah Kecamatan Narmada dilihat dari luas wilayah
dan jumlah penduduknya. Dalam hal ini peneliti akan meneliti bagaimana dampak
3

Alokasi Dana Desa terhadap pemberdayaan masyarakat Desa Suranadi Kecamatan


Narmada Kabupaten Lombok Barat.
Ketertarikan ini dikarenakan program Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan
sebuah program yang dijalankan dengan baik memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap pemberdayaan masyarakat baik dalam segi bidang ekonomi, pembangunan,
kesehatan, pendidikan, mapun dalam bidang pemberdayaan lainnya di sebuah desa di
setiap kabupaten di Indonesia, khususnya di Desa Suranadi Kecamatan Narmada
Kabupaten Lombok Barat. Program ini juga sepenuhnya ditangani secara swadaya
oleh pemerintah desa dan juga masyarakat.
Tujuan dari pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) di desa Suranadi adalah
untuk pemberdayaan masyarakat di desa Suranadi agar lebih mandiri dari sebelumnya
sehingga masyarakat di tingkat individu, kelompok, kelembagaan maupun komunitas
memiliki kesejahteraan yang baik dari sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap pemberdayaan masyarakat
desa?

1.3 Tujuan Masalah


Untuk mengetahui pengaruh Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap pemberdayaan
masyarakat desa.
4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Alokasi Dana Desa
Alokasi Dana Desa (ADD) direvisi dari Dana Alokasi Umum (DAU) dengan
beberapa proporsi tambahan. Sumber Alokasi Dana Desa tersebut berasal dari APBN
sebesar 25% atau yang disebut dana perimbangan yang dibagikan kepada daerah yang
dinamakan dengan dana alokasi umum, dari dana alokasi umum tersebut kemudian
kabupaten memberikan kepada desa sebesar 10% yang kemudian dinamakan Alokasi
Dana Desa (ADD) dalam rangka otonomi daerah yakni memberikan kepercayaan
kepada desa untuk mengurus rumah tangganya sesuai dengan kebutuhan desa dalam
rangka pemberdayaan masyarakat desa untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat
desa tersebut.
Desa memiliki peran yang penting, khususnya dalam pelaksanaan tugas di
dalam pelayanan publik. Desentralisasi kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana dan prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi desa menuju kemandirian desa.Dengan diterbitkannya Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, posisi pemerintahan desa semakin
menjadi kuat.Kehadiran Undang-Undang tentang desa tersebut disamping merupaka
penguatan status desa sebagai pemerintahan masyarakat, sekaligus juga sebagai basis
unutk memajukan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat desa.Untuk itulah
pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu pembentukan Alokasi Dana Desa sebagai
perwujudan dari desentralisasi keuangan menuju desa yang mandiri.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2005 tentang desa bahwa
dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota yang
dalam pembagiannya untuk tiap desa dibagikan secara proporsional yang disebut
sebagai Alokasi Dana Desa (ADD) Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota
paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dalam anggaran pendapatan dan belanja
5

daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus.


Dalam pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) kepada desa harus melalui
mekanisme sebagai berikut:
a. Desa menyusun program secara partisipatif melalui RPJMD
b. Desa menyusun rencana anggaran
c. Desa mengajukan program dan anggaran
d. Penyaluran dana ke desa
Bagi belanja pemberdayaan masyarakat digunakan untuk (Peraturan Mentri
Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah):
a. Biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil atau sarana perekonomian desa
seperti pembuatan jalan, irigasi, jembatan dan lain-lain
b. Modal usaha masyarakat melalui BUMDesa
c. Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan
d. Perbaikan lingkungan dan pemukiman
e. Teknologi tepat guna
f. Perbaikan kesehatan dan pendidikan
g. Pengembangan sosial budaya
h. Dan sebagainya yang dianggap penting
Lebih lanjut Surat Edaran Mentri Dalam Negeri No. 140/640/SJ, tanggal 22
Maret 2007 perihal “Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten/Kota
kepada Pemerintah Desa” memberikan formulasi sebagai acuan bagi daerah dalam
menghitung Alokasi Dana Desa. Rumus yang dipergunakan berdasarkan asas merata
dan adil. Asas merata adalah besarnya ADD yang sama untuk setiap desa atau
Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM), sedangkan asas adil untuk setiap desa
berdasarkan nilai bobot desa yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu
(misalnya variabel kemiskinan, keterjangkauan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain)
atau disebut Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP).
Penetapan besarnya Alokasi Dana Desa (ADD) dari pemerintah
Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Desa didasarkan atas beberapa ketentuan sebagai
berikut:
6

a. Dari bagi hasil pajak daerah kabupaten/kota paling sedikit 10% untuk desa
diwilayah kabupaten/desa yang bersangkutan sebagaimana UU No. 34 Tahun
2000 tentang perubahan atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah.
b. Dari retribusi Kabupaten/Kota yakni hasil penerimaan jenis retribusi tertentu
daerah Kabupaten/Kota sebagian diperuntukan bagi desa, sebagaimana
diamanatkan dalam UU No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 18
Tahun 1997 tentang pajak daerah dan tertribusi daerah.
c. Bantuan keuangan kepada desa yang merupakan bagian dari dana pemerintah
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota antara 5% sampai
10%. Persentase yang dimaksud tersebut diatas tidak termasuk dana alokasi
khusus.

2.1.2 Tujuan Alokasi Dana Desa (ADD)


Tujuan dari pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam melaksanakan
pelayanan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan sesuai
kewenangannya.
b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan
pelaksanaan dan pengendalian dan pembangunan secara partisipasif sesuai
dengan potensi desa.
c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan
berusaha bagi masyarakat.
d. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.
e. Membatu meringankan beban masyarakat, terutama masyarakat berekonomi
lemah/miskin.
Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun
2007 pada pasal 19 disebutkan bahwa tujuan dari Alokasi Dana Desa (ADD) adalah
sebagai berikut:
a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.
7

b. Mengingkatkan perencanaan dan pengangguran pembangunan ditingkat desa dan


pemberdayaan masyarakat.
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan
d. Meningkatkan pengalaman nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka
mewujudkan peningkatan sosial.
e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat.
f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan
kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat.
g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat.
h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui badan usaha milik
desa (BUMDes).
2.1.3 Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)
Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam APBDesa oleh karena itu
dalam pengelolaan keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi prinsip
pengelolaan alokasi dana desa sebagai berikut:
a. Seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa (ADD) direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh dan untuk
masyarakat.
b. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggung jawabkan secara administratif, teknis
dan hukum.
c. Alokasi dana desa digunakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah dan
terkendali.
d. Jenis kegiatan yang dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD) sangat terbuka
untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan
dasar, penguatan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan
masyarakat desa yang diputuskan melalui musyawarah desa.
e. Alokasi Dana Desa (ADD) harus di catat dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) dan proses penganggarannya mengikuti mekanisme yng
berlaku.
8

2.2 Pemberdayaan Masyarakat Desa


2.2.1 Definisi Pemberdayaan Masyarakat
Empowerment berasal dari bahasa inggris yang artinya pemberdayaan.Dalam
arti pemberian atau peningkatan “kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah
atau kurang beruntung. Pemberdayaan merupakan suatu cara dimana rakyat
organisasi dan komunitas diarahkan agar dapat berkuasa atas kehidupannya.
Salah satu unsur yang memegang penting dalam suatu organisasi adalah
manusia.Karena manusia merupakan sumber daya yang menggerakkan jalannya
organisasi.Efektif tidaknya suatu organisasi tergantung pada manusia mengelola
sumber daya lainnya yang ada dalam organisasi (masyarakat).Oleh karena itu
manusia harus dikelola secara baik.
Agar sumber daya manusia dalam organisasi dapat lebih meningkat kualitas,
kesetiaan serta tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya, maka perlu
dilakukan suatu pemberdayaan kepada masyarakat dalam struktur organisasi.Dalam
hal ini, pemimpin (kepada desa) memegang peran untuk memberdayakan para
masyarakat agar tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi (masyarakat)
dapat tercapai.
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan (empowerment) berasal
dari kata power( kekuasaan atau keberdayaan ). Karena ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita
inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka (Edi Suharto, 2005:57).
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan
lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam: (a) memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti
bukan saja hanya bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan,
bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber
produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; (c) berpartisipasi
dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
9

Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang kader pemberdayaan


masyarakat dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang
digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan
kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (pasal 1 ayat 8).Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan
strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. Pemberdayaan
merupakan proses pembangunan dalam meningkatkan harkat ddan martabat serta
kesejahteraan manusia. Oleh karena itu profesi mulia sebagai agen perlu
memberdayakan masyarakat di era global sekarang ini (Oos M. Anwas, 2013 :10)
Sumodiningrat (1996) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi
kemampuan yang mereka miliki. Berbagai pandangan yang berkembang dalam teori
pembangunan, baik dibidang ekonomi maupun administrasi menempatkan
masyarakat sebagai pusat perhatian dan sasaran sekaligus pelaku pelaku utama
pembangunan, atau dengan kata lain masyarakat tidak hanya merupakan objek, tetapi
sebagai subjek pembangunan.
Chatarina Rusmiyati (2011: 16) menyatakan bahwa pemberdayaan adalah
suatu cara rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai
kehidupannya atau pemberdayaan dianggap sebuah proses menjadikan orang yang
cukup kuat untuk berpartisipasi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya.
Menurut Ambar Teguh (2004: 77) pemberdayaan dapat dimaknai sebagai
suatu proses menuju berdaya atau proses pemberian daya/ kekuatan/kemampuan, dan
atau proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang mempunyai daya
kepada pihak yang tidak atau kurang berdaya.
Sedangkan menurut Suparjan dan Hempri (2003: 43), mengatakan
pemberdayaan pada hakekatnya menyangkut dua arti yaitu to give or authority dan to
give to or enable. Dalam pengertian pertama, pemberdayaan memiliki makna
memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan otoritas ke pihak
lain. Sedangkan dalam pengertian kedua, pemberdayaan diartikan pemberdayaan
10

diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan.


Selanjutnya menurut Suhendra (2006) pemberdayaan adalah suatu kegiatan
yang berkesinambungan dinamis secara sinergis mendorong keterlibatan semua
potensi yang ada secara evolutif dengan keterlibatan semua potensi.Berkenaan
dengan konsep pemberdayaan masyarakat, inti dari pemberdayaan adalah yaitu
meliuti tiga hal yaitu pengembangan, memperkuat potensi atau daya dan terciptanya
kemandirian.
Jika dilihat dari proses operasionalnya, maka ide pemberdayaan memiliki dua
kecenderungan antara lain: pertama kecenderungan primer, yaitu kecenderungan
proses yang memberikan atau mengalihkan sebagaian kekuasan, kekuatan, atau
kemampuan (power) kepada masyarakat atau indivvidu menjadi lebih berdaya. Proses
ini dapat dilengkapai pula dengan upaya membangun aset material guna mendukung
pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi dan kedua kecenderungan
sekunder, yaitu kecenderungan yang mnekankan pada proses memberikan simultan,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan
untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog
(Sumodiningrat, 2002).
Dari beberapa definisi pemberdayaan dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan merupakan suatu usaha atau upaya yang dilakukan dalam rangka
mengembangkan kemampuan dan kemandirian indivudu atau masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2014:80), dalam konsep pemberdayaan
menampakan dua kecenderungan yaitu:
1. Pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian
kekuasaan, kekuatan atau kemampuan ( power) kepada masyarakat, organisasi
atau individu agar menjadi lebih berdaya. Proses ini sering disebut sebagai
kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.
2. Menekankan pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi individu
agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menetukan apa yang
11

menjadi pilihan hidupnya. Proses ini sering disebut sebagai kecenderungan


sekunder dari makna pemberdayaan.
Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim
yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).Logika ini
didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat tanpa memiliki daya. Setiap
masyarakat pasti memiliki daya akan tetapi kadang-kadang mereka tidak menyadari
atau daya tersebut masih belum dikatahui secara eksplisit. Oleh klarena itu daya harus
digali dan dikembangkan. Jika asumsi ini berkembang maka pemberdayan upaya
untuk membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.

2.2.2 Pengertian Masyarakat


Masyarakat menurut Koentjaraningrat (2009) adalah kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu,
dan yang terkait oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan
masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu:
a. Interaksi antar warga-warganya
b. Adat istiadat
c. Kontinuitas waktu
d. Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga
Hasan Shadly (1963:20) memberikan pengertian masyarakt sebagai golongan besar
atau kecil dari beberapa manusia yang dengan sendirinya bertalian golongan dan
mempunyai pengaruh satu sama lain.
Menurut Soerjono Soekanto (1982) masyarakat adalah sekumpulan orang
yang bertempat tinggal di suatu wilayah (secara geografis) dengan batas-batas
tertentu, dimana yang menjadi dasaranya adalah interaksi yang lebih besar dari
anggota-anggotanya dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahya.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang saling berinteraksi yang terikat oleh suatu kesatuan dan
12

hidup bersama, memiliki kebiasaan, tradisi dan sikap yang sama yang menghasilkan
kebudayaan.

2.2.3 Konsep Pemberdayaan Masyarakat


Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Sugit Agus Tricahyono (2008:9)
berkaitan dengan dua istilah yang saling bertentangan, yaitu konsep berdaya dan tidak
berdaya terutama bila dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan menguasai
potensi dan kesejahteraan sosial.
Menurut Prijono dan Pranarka (1996:44-45) dalam Sedarmayanti (2014:80)
pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan yang adil (equitable sharing of power)
sehingga menigkatkan kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang lemah serta
memperbesar pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan. Dari
perspektif lingkungan, pemberdayaan mengacu pada pengamanan akses terhadap
sumber daya alam dan pengelolaannya secara berkelanjutan.
Dalam kaitan ini, Bennis and Mische (1995:45) dalam Sedarmayanti
(2014:80) menjelaskan bahwa pemberdayaan berate menghilangkan batasan
birokratis yang mengkotak-kotakan orang dan membuat mereka menggunakan
seefektif mungkin keterampilan, pengalaman, energy dan ambisinya. Ini berarti
memperkenankan mereka untuk mengembangkan suatu perasaan memiliki bagian-
bagian dari proses, khususnya yang menjadi bagian tanggung jawab dan kepemilikan
yang lebih luas dari keseluruhan proses (Sedarmayanti 2014:80).
Hikmat, R Harry (2010) menjelaskan konsep pemberdayaan selalu
dihubungkan dengan kemandirian, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan.Pada
dasarnya pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial.
Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) dimana pemberdayaan masyarakat
merupakan syarat utama yang akan membawa masyarakat menuju kesejahteraan baik
secara ekonomi, sosial, dan lingkungan yang dinamis.
13

Pemberdayaan memiliki makna membangkitkan sumber daya, kesempatan,


pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dalam
menentukan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka (Suparjan dan Hempri,
2003:43). Konsep utama yang terkandung dalam pemberdayaan bagaimana
memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah
kehidupan dalam komunitasnya.
Menurut Sedarmayanti (2014:80), munculnya konsep pemberdayaan ini pada
awalnya merupakan gagasan yang ingin menempatkan manusia sebagai subjek dari
dunianya sendiri. Oleh karena itu wajar apabila konsep ini menampakan dua
kecenderungan .
Pertama, pemberdayaan menekankan kepada proses memberikan
ataumengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada
masyarakat, organisasi atau individu agar menjadi lebih berdaya. Proses ini sering
disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.
Kedua, kecenderungan sekunder, menekankan pada proses
menstimulasi,mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.

2.2.4 Proses Pemberdayaan


Seperti yang dikemukakan oleh Ginandjar (1996) dalam
(Sedarmayanti2012:446), proses-proses pemberdayaan sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi manusia
berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia memiliki
potensi yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah membangun daya itu
dengan mendorong, membangun dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh manusia, upaya ini meliputi
langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan serta pembukaan
akses pada berbagai peluang yang membuat manusia menjadi berdaya. Dan
14

upaya utamanya adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, dan


akses pada sumber-sumber kemajuan ekonomi.
3. Proses pemberdayaan harus mencegah yang lemah, oleh Karena kekurang-
berdayaannya dalam menghadapi yang kuat. Dan perlu adanya peraturan
perundangan yang secara jelas melindungi yang lemah.

2.2.5. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi (2005), tujuan
pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah membantu mengembangkan
manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat yang lemah, miskin, marjinal,
kaum kecil, dan memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara
sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam
pengembangan masyarakat.
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan
masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik
karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi
eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil) (Soerjono
Soekanto 1987).
Ada beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok
lemah atau tidak berdaya meliputi:
a. Kelompok lemah secara struktural, naik lemah secara kelas, gender, maupun
etnis.
b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak, dan remaja penyandang
cacat, gay, lesbian, dan masyarakat terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah
pribadi atau keluarga. ( Edi Suharto, 2005:58).
Jadi tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka
15

lakukan tersebut. Lebih lanjut perlu ditelusuri apa yang sesungguhnya dimaknai
sebagai suatu masyarakat yang mandiri. Kemandirian masyarakat merupakan suatu
kondisi yang dialami masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk
memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi
mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan
daya dan kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif,
psikomotorik, dan efektif, dan sumber daya lainnya yang bersifat fisik material.
(Ambar Teguh, 2004:80-81).
Pemberdayaan masyarakat hendaklah pada pembentukan kognitif
masyarakat yang lebih baik.Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan
kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seorang atau
masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi.Kondisi
konatif merupakan suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk dan diarahkan
pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pembangunan dan
pemberdayaan.Kondisi efektif merupakan sense yang dimiliki oleh masyarakat
yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan
perilaku.Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang
dimiliki masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat dalam rangka
melakukan aktivitas pembangunan (Ambar Teguh, 2004: 80-81).
Terjadinya keberadaan pada empat aspek tersebut (kognitif, konatif,
efektif, dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya
kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, karena dengan demikian dalam
masyarakat akan terjadi cakupan wawasan yang dilengkapi dengan kecakapan
ketrampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan
perilaku sadar akan kebutuhan tersebut, untuk mencapai kemandirian masyarakat
diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar maka masyarakat secara bertahap
akan memperoleh kamampuan atau daya dari waktu ke waktu, dengan demikian
akan terakumulasi kemampuan yang memadai untuk mengantarkan kemandirian
mereka, apa yang diharapkan dari pemberdayaan yang merupakan visualisasi dari
16

pembangunan sosial ini diharapakan dapat mewujudkan komunitas yang baik dan
masyarakat yang ideal (Ambar Teguh,2004: 80-81).

2.2.6 Tahap Pemberdayaan


Menurut Sumodiningrat (2002) pemberdayaan tidak bersifat selamanya,
melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, meski dari jauh dijaga
agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melaui
suatu masa proses belajar hingga mencapai status mandiri, meskipun demikian dalam
rangka mencapai kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat,
kondisi dan kemapuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran
lagi. Sebagai mana disampaikan bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan
masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui
tersebut meliputi:
1. Tahap penyadaran dan tahap pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan
peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas diri.
2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan
keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga
dapat mengambil peran didalam pembangunan.
3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecapakan keterampilan sehingga
terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada
kemandirian.

2.2.7 Indikator Pemberdayaan Masyarakat


Menurut Suharto (2005:126) secara umum indikator pemberdayaan dapat
didefinisikan sebagai alat ukur untuk menunjukan atau menggambarkan suatu
keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian.Pemberdayaan mencakup pada
tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosio politik, dan
kompetensi partisipatif.
Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional, maka
perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukan seseorang itu
17

berdaya atau tidak. Sehingga ketika sebuah program pemberdayaan sosial diberikan,
segenap upaya dapat dikosentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari sasaran
perubahan yang dioptimalkan. Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat
dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan
mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis. Ketiga aspek
tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu: kekuasaan di dalam
(powerwithin), kekuasaan untuk (powerto), kekuasaan atas (powerover), dan
kekuasaan dengan (powerwith).
Menurut Sedarmayanti (2014) pengukuran pemberdayaan masyarakat dengan
menggunakan 4 dimensi yaitu kemampuan, kepercayaan, wewenang, dan tanggung
jawab.

2.2.8 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


Pelaksanaan pendekatan pemberdayaan masyarakat berpijak pada pedoman
dan prinsip pekerjaan sosial. Adapun beberapa prinsip yang digunakan dalam
pemberdayaan masyarakat menurut Suharto (2005:68-69) yaitu:
a. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif karena pekerja sosial dan masyarakat
harus bekerja sama sebagai patner.
b. Proses pemberdayaan menempatkan diri sebagai aktor atau subjek yang
berkompeten yang mampu menjangkau sumber-sumber dan kesempatan-
kesempatan.
c. Masyarakat harus melibatkan diri sebagai agen penting yang dapat
mempengaruhi perubahan.
d. Kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup, khususnya
pengalaman yang memberikan rasa mampu pada masyarakat.
e. Solusi yang berasal dari situasi khusus, harus menghargai keberadaan yang
berasal dari faktor-faktor tersebut.
f. Jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang penting bagi
penurunan ketegangan yang meningkatkan kompetensi serta kemampuan
dalam mengendalikan seseorang.
18

g. Masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka sendiri, tujuan


cara dan hasil harus mereka rumuskan sendiri.
h. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena pengetahuan
dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan.

2.2.9 Penerapan Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat


Menurut Suharto (2005-67) terdapat lima penerapan pendekatan
pemberdayaan masyarakat didalam pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan
pemberdayaan yaitu sebagai berikut:
a. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang secara optimal, pemberdayaan harus mampu
membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang
menghambat.
b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat
dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap kemapuan dan
kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian diri mereka.
c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok lemah agar tidak
tertindas kelompok kuat, menghindari persaingan yang tidak seimbang (apalagi
tidak sehat) antara yang kuat dan yang lemah dan mencegah terjadinya ekspoitasi
kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada
penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan
raktyat kecil.
d. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu
menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu
menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang
semakin lemah dan terpinggirkan.
e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan
distribusi kekuasaan antara pembagian kekuasaan dalam masyarakat.
19

Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang


memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

2.2.10 Manfaat Pemberdayaan


Menurut Sedarmayanti (2013:289), pentingnya pemberdayaan sumber daya
manusia karena manfaatnya terhadap berbagai sumber-sumber lain dan
mensinergikan setiap proses kegiatan organisasi, maka keberdayaan berperan antara
lain:
1. Sebagai alat manajemen dalam rangka memberdayakan berbagai sumber untuk
mencapai sumber untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Sebagai pembaharu manajemen dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi.
3. Sebagai inisiator terhadap organisasi dalam rangka memanfaatkan peluang guna
meningkatkan dan mengembangkan organisasi.
4. Sebagai mediator terhadap pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja
organisasi.
20

BAB III
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

3.1 Wawancara
Untuk menghasilkan kualitas data dan informasi serta analisis yang baik dan
bermutu, penulis menggunakan wawancara sebagai teknik pengumpulan data secara
efektif dan efisien. Wawancara yaitu suatu metode dalam pengumpulan data dengan
cara sistematis untuk memperoleh keterangan mengenai masalah yang diteliti
berdasarkan tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan pihak
yang terlibat secara langsung pada hari Kamis, 6 Desember 2018 dengan
mewawancarai dua orang responden yaitu bapak Sapturi selaku Sekretaris Desa
Suranadi dan ibu Parsiatun selaku Bendahara Desa Suranadi. Daftar pertanyaan dari
wawancara dengan dua responden yaitu : Data penduduk Desa Suranadi? Data
pekerjaan masyarakat Desa Suranadi? Data tingkat pendidikan masyarakat Desa
Suranadi? Kegiatan apa saja yang dilakukan terkait pemberdayaan masyarakat desa
tahun 2017 dan 2018? Berapa Alokasi Dana Desa yang dikeluarkan untuk kegiatan
pemberdayaan masyarakat desa tersebut?
21

BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Geografi dan Demografi


4.1.1 Geografi
Desa Suranadi merupakan bagian wilayah dari Kecamatan Narmada yang
sering disebut sebagai Kota Air . Jarak antara desa dengan kecamatan ± 8 KM
dengan luas wilayah 34 Km2 dengan luas wilayah pemukiman 40 Ha. Kondisi
wilayah Desa Suranadi sangat subur karena dikelilingi oleh hutan-hutan yang
masih sangat dijaga kelestariannya.
Iklim Desa Suranadi sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia
mempunyai iklim tropis yang terbagi dalam dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap mata
pencaharian khususnya bagi para petani di Desa Suranadi.

4.1.2 Demografi
Desa Suranadi terdiri dari 8 (delapan) Dusun yang memiliki penduduk
sebanyak 6.282 Jiwa, dengan jumlah KK = 1.860. Tingkat pendidikan masyarakat
di Desa Suranadi berdasarkan data 13% tamat SD.
Mata pencaharian warga Desa Suranadi sebagian besar adalah buruh, selain
itu ada juga yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI, POLRI,
pensiunan PNS, purnawirawan TNI, petani, buruh tani, buruh, wiraswasta,
karyawan swasta, hononer, pedagang, tukang, perawat, satpam, dan perangkat
desa.
Jumlah Penduduk Sesuai dengan Dusun

No Nama Dusun Jumlah Jiwa Kepala


L P Total Keluarga
1 Suranadi Barat 307 359 666 206
22

2 Suranadi Utara 597 554 1.151 358


3 Suranadi Selatan 553 469 1.022 280
4 Orong Sedalem 238 189 427 131
5 Kalimanting 535 425 960 260
6 Eyat Kandel 552 518 1.070 305
7 Kuang Mayung 265 225 490 166
8 Pemunut 277 219 496 154
Total 3.324 2.958 6.282 1.860

Jumlah Penduduk sesuai Tingkat Pendidikan


No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Keterangan
(Orang)
1 Belum Sekolah 119
2 Masih SD/Sederajat 124
3 Tamat SD 331
4 Masih SMP/Sederajat 51
5 Tamat SMP 139
6 Masih SMA/Sederajat 31
7 Tamat SMA 144
8 Sedang Kuliah 17
9 Tamat D1/D2/D3 9
10 Tamat S1 12
11 Tamat S2 2
12 Tamat S3 1
13 Tidak Pernah Sekolah 121
Total 1.101

Jumlah Penduduk sesuai Pekerjaan


No Pekerjaan Jumlah Keterangan
23

1 PNS 9
2 TNI 2
3 POLRI 1
4 Pensiunan PNS 4
5 Purnawirawan TNI 1
6 Petani 71
7 Buruh Tani 34
8 Buruh 256
9 Wiraswasta 70
10 Karyawan swasta 28
11 Honorer 10
12 Pedagang 28
13 Tukang 9
14 Mahasiswa 15
15 Pelajar 208
16 Ibu Rumah Tangga 191
17 Belum Kerja 160
18 Perawat 1
19 Satpam 1
20 Perangkat Desa 2
Total 1.101

4.1.3 Keadaaan Sosial


Penduduk Desa Suranadi masih cukup kuat memegang adat istiadat.
Mayoritas penduduk Desa Suranadi yaitu agama Hindu. Bahasa sehari-hari yang
digunakan masyarakatnya adalah bahasa Sasak dan bahasa Bali. Sementara itu agama
yang dianut oleh penduduknya adalah agama Islam dan Hindu. Kebiasaaan gotong
royong juga masih cukup terpelihara misalnya dalam membersihkan lingkungan desa,
pesta adat dan menjaga kelestarian sumber mata air di Desa Suranadi.
24

4.2 Pengaruh Alokasi Dana Desa Terhadap Pemberdayaan Masyarakat


Kegiatan yang dilakukan dalam menunjang program pemberdayaan
ekonomi masyarakat Desa Suranadi pada tahun 2017 yaitu program usaha Jamur
Tiram dan kelompok Menjahit.
Program usaha jamur tiram dilaksanakan pada awal tahun 2017 yang
diikuti oleh masyarakat desa Suranadi. Alokasi Dana Desa yang terealisasi sebesar
Rp 15.000.000. Tiap dusun maksimal membawa 10 perwakilan untuk mengikuti
program tersebut. Diutamakan yang belum memiliki pekerjaan dan mempunyai
rasa yang tinggi membuka peluang usaha. Program usaha jamur tiram dilakukan
selama 1 bulan. Pelatihannya dilakukan setiap sekali seminggu. Dilaksanakan di
balai Desa Suranadi.
Program kelompok menjahit dilaksanakan sekitar bulan agustus tahun
2017. Program ini diikuti lebih banyak oleh ibu-ibu Desa Suranadi. Pelatihan
kelompok menjahit ini menargetkan 20 orang per dusun. Alokasi Dana Desa yang
dianggarkan sebesar Rp 18.750.000 dan yang terealisasi sebesar Rp 19.834.000.
program ini dilaksanakan dua kali seminggu selama 2 bulan.
Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa alokasi dana desa dapat
meningkatkan pemberdayaan masyarakat, hal ini dapat dibuktikan dengan
meningkatnya mata pencaharian masyarakat desa suranadi.

Data pekerjaan penduduk Desa Suranadi tahun 2017


No Pekerjaan Jumlah Keterangan
1 Wiraswasta 55 Usaha jamur tiram dan kelompok
menjahit.
2 Pedagang 15
Total 70

Data pekerjaan penduduk Desa Suranadi tahun 2018


No Pekerjaan Jumlah Keterangan
25

1 Wiraswasta 70 Usaha jamur tiram dan kelompok


menjahit.
2 Pedagang 28
Total 98

Kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa Suranadi tahun 2018 dibidang


ekonomi masyarakat yaitu program pelatihan sablon sublinasi dan program
pelatihan bengkel.
Program pelatihan sablon sublinasi menghabiskan dana sebesar Rp
25.000.000 dengan jumlah peserta yang cukup banyak. Kegiatan ini dilaksanakan
pada bulan Juni 2018 bertempat di balai desa Suranadi. pelatihan ini dilaksanakan
kurang lebih 3 bulan.
Program pelatihan bengkel yang direncanakan akan terealisasi pada tahun
2018 dibatalkan karena disebabkan oleh beberapa kendala seperti waktu yang
mepet dengan pemilihan kepala desa baru dan juga dana yang dianggarkan tidak
mencukupi terlaksananya kegiatan dari program tersebut. Sekretaris desa
mengatakan akan mengalihkan program pelatihan bengkel tersebut pada awal
tahun 2019 sebagai program kerja bagian kegiatan pemberdayaan ekonomi
masyarakat desa Suranadi tahun 2019.
26

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat diajukan
kesimpulan sebagai berikut.
Alokasi dana desa berpengaruh positif dan signfikan terhadap
pemberdayaan masyarakat. Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari
pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan
berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasarkan
keanekaragaman, partisipasi, otonomi, demokratisasi, pemberdayaan masyarakat
dapat meningkatkan peran Pemerintah Desa dalam memberikan pelayanan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
27

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Keuangan Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Penjelasan Mengenai


Desa

PeraturanMenteri dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Desa.

PeraturanMentri Dalam Negeri No 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan


Keuangan Daerah

Putra, Chandra Kusuma. Pratiwi, Ratih Nur. Suwondo.Pengelolaan Alokasi Dana

Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat.Jurnal.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pasal 72 ayat (1) point(d),
dan butir(4).

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintah Daerah

Maulana,2017.Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Meningkatkan


Pemberdayaan Masyarakat di Desa Miau Baru Kecamatan Kongbeng
Kabupaten Kutai Timur. Skripsi

Anda mungkin juga menyukai