9 786025 310676
Komisi Aparatur Sipil Negara
Hak Penerbitan pada Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sistem - Komisi Aparatur Sipil Negara
(PPS - KASN).
Jl. Letjen M.T. Haryono No. Kav. 52-53, RT 3/RW 4, Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan. 13630
Hak cipta dilindungi undang - undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan
sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis penerbit.
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu hak cipta atau
memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda
paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp.
500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
KATA SAMBUTAN
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga
laporan Penilaian Penerapan Sistem Merit dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) di
Instansi Pemerintah tahun 2019 dapat diselesaikan. Penerbitan ini disusun berdasarkan hasil
penilaian yang dilakukan oleh Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sistem Komisi Aparatur
Sipil Negara (KASN), sebagai salah satu bentuk pelaksanaan tugas dan fungsi KASN dalam
melakukan pengawasan penerapan sistem merit.
Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh instansi pemerintah baik pusat
(Kementerian dan Lembaga), Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah
melakukan penilaian mandiri penerapan sistem merit. Serta semua pihak yang telah membantu
dalam proses penilaian penerapan sistem merit di Instansi Pemerintah dan telah membantu
dalam penyelesaian penerbitan ini.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penerbitan ini, untuk itu
kritik dan saran terhadap penyempurnaan penerbitan ini sangat diharapkan. Semoga penerbitan
ini dapat memberi manfaat bagi semua instansi dalam meningkatkan penerapan sistem merit
dalam manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN).
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup dan Hasil
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manajemen Aparatur Sipil Negara menjadi salah satu fokus pembangunan pemerintah
pada tahun 2020. Melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas telah
disusun Rancangan Teknokratis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RT-
RPJMN) 2020-2024 yang merupakan RPJMN tahap ke-4 dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. RPJMN 2020-2024 diarahkan untuk pengembangan
SDM baik dari sektor publik (aparatur) maupun pemberdayaan dari sektor non-publik untuk
mencapai SDM yang berdaya saing di tingkat global. Upaya untuk memperkuat daya saing ini
merupakan strategi meningkatkan pertumbuhan ekonomi demi mewujudkan Indonesia sebagai
negara yang memiliki kekuatan ekonomi keempat di dunia sebagaimana tema dalam RT
RPJMN 2020-2024 yaitu “Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil,
dan Berkesinambungan.”
Dalam RT RPJMN 2020-2024 telah dijabarkan bahwa terdapat 5 (lima) agenda Prioritas
Nasional (PN), dimana Agenda PN ke-3 adalah “Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang
Berkualitas dan Berdaya Saing”. Selanjutnya, pemerintah juga telah menyusun agenda
Prioritas Pembangunan Bidang. Khusus di bidang aparatur, Kementerian PPN/Bappenas telah
menyusun tiga prioritas pembangunan yaitu (1) Peningkatan akuntabilitas kinerja, pengawasan
dan reformasi birokrasi; (2) Peningkatan inovasi dan kualitas pelayanan publik; dan (3)
Penguatan implementasi manajemen ASN berbasis merit. Upaya untuk mendukung kebijakan
Prioritas Pembangunan Bidang Aparatur ini, KASN secara konsisten melakukan tugas dan
fungsinya dalam mengawasi pelaksanaan norma dasar, kode etik dan kode perilaku ASN, serta
penerapan sistem merit dalam kebijakan manajemen ASN pada instansi pemerintah.
Meskipun demikian, pelaksanaan norma dasar, kode etik dan kode perilaku ASN, serta
penerapan sistem merit dalam manajemen ASN masih diwarnai dengan capaian yang beragam
pada Instansi Pemerintah salah satunya yaitu dalam indeks efektivitas pemerintah. Kualitas
Aparatur Sipil Negara menjadi salah satu indikator dalam mengukur indeks efektivitas
pemerintah. Namun saat ini, tingkat efektivitas penyelenggaraan pemerintahan Indonesia
masih rendah, terutama jika dibandingkan dengan negara lainnya di Asia Tenggara, seperti
terlihat pada grafik di bawah ini.
84,13
76,44
54,81
66,83
52,88
51,92
Sumber : Worldbank
Rendahnya kualitas aparatur sipil negara di Indonesia karena masih maraknya praktek
spoil system dalam manajemen ASN. Spoil System tersebut erat kaitannya dengan dominasi
kepentingan politik yang mewarnai birokrasi (Sunaryo & Cecillia, 2014:3). Relasi antara
kepentingan politik dan aktor administrasi membuat kinerja birokrasi rawan terjadi
penyimpangan. Meningkatnya praktek spoil system merupakan salah satu pendorong tingginya
tingkat korupsi di kalangan politisi dan aparatur sipil negara di daerah. Sistem merit di dalam
manajemen ASN juga penting untuk mengungkit posisi Indonesia di kancah persaingan global
yang makin kompetitif. Mengingat pada rentang waktu dua tahun (2017-2019) profil Indonesia
Selain itu terdapat beberapa masalah untuk menerapkan manajemen ASN berbasis merit,
terutama dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi secara terbuka diantaranya yaitu
(Dwiputrianti, 2018):
1. Kurangnya kesiapan lembaga untuk melakukan seleksi terbuka;
2. Terbatasnya jumlah assesor dan assessment center yang terakreditasi;
3. Terbatasnya panitia seleksi JPT yang kompeten, kredibel dan non-politik;
4. Keenganan ASN untuk bersaing dan menerapkan sistem merit;
5. Peraturan terkait ASN yang tumpang tindih;
6. Lemahnya sistem manajemen kinerja;
7. Tingginya intervensi politik dalam manajemen ASN;
8. Pengisian JPT yang belum berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan kebutuhan
organisasi.
Berbagai masalah tersebut membuat birokrasi diisi oleh aparatur yang tidak kompeten dan
memiliki mental feodal. Alhasil, pola birokrasi yang terbentuk adalah patrimonial. Dimana
muncul perasaan paling tahu dan berkuasa dalam diri birokrat karena memiliki sumber daya
pengetahuan dan wewenang. Dalam bahasa Rina Martini (2013:3) birokrasi ibarat entitas yang
memiliki seluruh otoritas, sehingga layak untuk dipatuhi. Sedangkan masyarakat diposisikan
sebagai entitas yang tidak berdaya dan harus tunduk terhadap peraturan yang dibuat entitas di
atasnya. Pola semacam ini berlangsung lama, sehingga birokrasi mendapat reputasi yang jelek
di mata masyarakat. Tak jarang di akar rumput seringkali keluhan masyarakat terdengar
menyoroti buruknya pelayanan publik. Sebagai frontliner pelayanan publik, sudah tentu hal
tersebut menjadi sinyalemen bahwa perubahan perlu segera dilakukan. Menurut Turner et al.
Melihat masih belum meratanya capaian positif pelaksanaan norma dasar, kode etik dan
kode perilaku ASN, serta penerapan sistem merit pada K/L dan Pemerintah Daerah, Indonesia
perlu kerja keras lebih agar mampu mewujudkan ASN berkelas dunia pada tahun 2024.
Peranan strategis untuk mempercepat penerapan sistem merit diemban oleh KASN. Sebagai
lembaga nonstruktural yang mandiri dan bebas dari intervensi politik, KASN diberikan tugas
dalam UU No. 5/2014 untuk mengawasi pelaksanaan norma dasar, kode etik dan kode perilaku
serta penerapan sistem merit pada Instansi Pemerintah. Kegiatan pengawasan KASN sejatinya
harus berguna sebagai bahan evaluasi penerapan sistem merit di Instansi Pemerintah agar
berprogres ke level yang lebih baik. KASN menjalankan kewenangan untuk mengawasi setiap
tahap proses seleksi terbuka bagi pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT). Disamping itu,
KASN juga berwenang untuk menetapkan apakah suatu instansi sudah menerapkan sistem
merit dalam manajemen ASN di instansinya sehingga dapat dikecualikan dari pelaksanaan
seleksi terbuka.
Berdasarkan latar belakang tersebut, salah satu upaya KASN untuk menjalankan
kewenangannya, KASN telah melakukan penilaian penerapan sistem merit di lingkungan
Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan Pemerintah Provinsi pada tahun
2018. Penilaian tersebut menjadi dasar bagi KASN untuk menyusun kebijakan dan strategi
dalam meningkatkan penerapan sistem merit di Instansi Pemerintah. Oleh karena itu pada tahun
2019, KASN melakukan penilaian penerapan sistem merit yang lebih luas yaitu di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten/Kota dan melakukan updating penilaian serta pembinaan penerapan
sistem merit di Instansi Pemerintah Pusat (Kementerian dan LPNK) dan Pemerintah Provinsi.
Tujuan
Tujuan penilaian penerapan sistem merit dalam manajemen Aparatur Sipil Negara yaitu:
1. Membangun data base tentang tingkat penerapan sistem merit dalam Manajemen ASN
di Lingkungan Instansi Pemerintah;
2. Menganalisis kelebihan dan kelemahan instansi pemerintah dalam menerapkan sistem
merit dalam manajemen ASN;
3. Menyediakan umpan balik bagi peningkatan kualitas penerapan sistem merit dalam
Manajemen sumber daya manusia yang berbasis merit dipercayai dapat menarik orang-
orang terbaik untuk bekerja di suatu organisasi karena sistem tersebut memberi kesempatan
kepada siapa saja untuk mengembangkan kariernya sesuai dengan kemampuan masing-masing,
dan tidak dipengaruhi oleh pertimbangan lain seperti gender, suku, dan faktor-faktor non-merit
lainnya. Penerapan sistem merit juga dipercayai dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
mengurangi korupsi. Sistem merit menurut Merriam-Webster Dictionary adalah sistem dimana
rekrutmen dan promosi pegawai dilaksanakan berdasarkan kemampuan dalam melaksanakan
tugas, bukan dikarenakan oleh koneksi politik. Sistem merit merupakan lawan dari spoil
system, yaitu sistem dimana jabatan di pemerintahan diisi oleh teman-teman, keluarga, atau
pendukung partai yang berkuasa.
Menurut Bernard Rossen (1975), sistem merit merupakan “fair and orderly process for
hiring, paying, developing, promoting, retaining, disciplining, and retiring people on the basis
of ability and performance”. Kellough (2005), mendefinisikan merit sebagai seperangkat
kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memaksimalkan sebuah pekerjaan. Prinsip merit
pada dasarnya ialah seorang pegawai harus diseleksi dan dipromosikan berdasarkan pada
kemampuan mereka dalam melakukan pekerjaan. “a set of policy and procedure which is order
to use in job fulfilment. Merit principle is related to the public personnel opinion have to be
selected and promotion by demonstrating their ability to run the job”. Sthal (1962),
mengartikan sistem merit sebagai “personnel system in which comparative merit or
achievement governs each individual’s selection and progress in the service and in which the
Henry, dkk dalam Elias (2014) justru memberikan penekanan apakah merit dapat
dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan dalam konteks kebijakan affirmative, sebab
konsep keadilan dan merit terkadang saling bertolak belakang. Sebagai contoh, ketika terdapat
dua orang yang masing masing berasal dari kelompok mayoritas dan minoritas, orang pertama
yang berasal dari kelompok mayoritas memiliki kompetensi dan kinerja yang baik, dan orang
kedua berasal dari kelompok minoritas yang memiliki kompetensi dan kinerja di bawah orang
pertama, karena adanya kebijakan affirmative, maka yang dipilih untuk menempati posisi
tertentu ialah orang kedua, hal tersebut tentu tidak sejalan dengan prinsip merit. Selanjutnya,
McCourt (1998) menjelaskan bahwa merit mengacu pada “The Best Person” untuk menempati
posisi tertentu. “The Best Person” di sini didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki
kemampuan paling baik yang tidak dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, politik, kolega,
agama, etnis, dan gender. Untuk menjadi “The Best Person” tersebut, setidaknya ada empat
definisi implikasi dari “The Best Person”, yang tertuang dalam tabel berikut:
2. The appointee is the best candidate The appointee is the merely able to do
the job
Berdasarkan pada tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa empat implikasi yang ideal ialah: 1)
Dari proses perekrutan, orang dapat melamar di setiap level jabatan, tidak terfokus dari jabatan
yang paling bawah; 2) Orang yang ditunjuk merupakan kandidat terbaik; 3) Jabatan yang
kosong terbuka untuk kandidat yang memenuhi syarat; 4) Proses pemilihan haruslah sistematis,
transparan, dan menantang.
Merit dan meritokrasi merupakan dua hal yang berbeda. McNamee (2004),
menjelaskan bahwa merit merupakan sebuah karakter individu, sedangkan meritokrasi adalah
karakter masyarakat. Meritokrasi adalah sistem sosial di mana seseorang mendapatkan
penghargaan berdasarkan pada kinerja dan kemampuannya, “Merit is an individual character,
while meritocracy as a society character. Meritocracy is a social system where someone get
his reward directly as a result from his work and his ability.” Menurut Setyowati (2010),
meritokrasi adalah sebuah sistem sosial di mana penghargaan seseorang didasarkan pada
kinerja dan kemampuannya. Dengan demikian, meritokrasi dapat berjalan apabila ada
mekanisme yang dinamakan sistem merit.
Sistem merit sudah dikenal pada dinasti Qin dan Han di Cina. Sistem tersebut
dikembangkan agar jabatan di pemerintahan tidak hanya diduduki oleh para bangsawan, namun
juga penduduk pedesaan yang mempunyai kemampuan. Sistem tersebut kemudian diadopsi
oleh pemerintahan British India pada abad ke 17 dan selanjutnya berkembangan di Eropa dan
kemudian di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, sistem merit sebagai kebijakan nasional
diatur dalam the Civil Service Reform Act of 1978, dimana disebutkan bahwa tujuan penerapan
sistem merit adalah ”to provide the people of the United States with a competent, honest, and
productive workforce and to improve the quality of public service, federal personnel
management should be implemented consistent with merit system principles.” Dalam
mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut, US Merit Protetcion Board menggunakan 9
(sembilan) prinsip dan menetapkan 12 larangan dalam menerapkan sistem merit. Berikut 9
Prinsip Merit menurut US Merit Protection Board:
Sementara itu UNDP, di dalam laporannya dengan judul Meritocracy for Public Service
Excellence yang diterbitkan pada tahun 2015, mendefinisikan prinsip merit sebagai berikut:
a. Jobs at every level: prinsip merit harus diterapkan tidak hanya untuk promosi,
namun juga untuk rekrutmen awal;
b. The best candidate: Memilih yang terbaik dari sejumlah kandidat untuk mendapatkan
Pengisian JPT melalui seleksi terbuka dan kompetitif merupakan salah satu
bentuk quick win bagi penerapan sistem merit dalam manajemen ASN. Kebijakan
tersebut bertujuan untuk mendapatkan Pejabat Pimpinan Tinggi yang kompeten, netral,
berintegritas dan berkinerja tinggi yang dapat mendorong meningkatnya kinerja
birokrasi Pemerintah. Sebagaimana diatur dalam UU ASN, rencana pengisian JPT
diumumkan paling tidak di tingkat Provinsi untuk JPT Pratama dan di tingkat nasional
untuk JPT Madya dan Utama. Seleksi dilaksanakan oleh Panitia Seleksi yang dibentuk
oleh PPK dan beranggotakan wakil-wakil dari internal dan eksternal instansi. Seleksi
dilakukan berdasarkan pertimbangan kualifikasi, kompetensi, kinerja dan rekam jejak,
serta dilakukan secara transparan. Panitia seleksi memilih tiga kandidat terbaik yang
memenuhi persyaratan untuk diajukan kepada PPK. Sesuai dengan kewenangannya,
PPK akan memilih salah satu diantaranya, menetapkan dan melantik pejabat yang
terpilih ke jabatan yang akan diisi.
Salah satu tugas Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) sesuai dengan Undang Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara adalah mengawasi penerapan sistem merit
dalam Manajemen ASN. Untuk menjalankan tugas ini, KASN meminta Instansi Pemerintah
untuk melakukan penilaian mandiri penerapan sistem merit di lingkungan instansinya,
kemudian dokumen dan bukti tersebut diverifikasi oleh KASN. Awalnya, penilaian mandiri ini
dilaksanakan dengan metode manual, yaitu pengisian kuesioner dan menyampaikan bukti atas
penilaian mandiri tersebut. Metode ini memiliki beberapa kekurangan, di antaranya:
a. Metode ini memerlukan waktu yang lama, mulai dari membagikan kuesioner hingga
mengumpulkan bukti penilaian mandiri;
b. Memerlukan banyak ruang penyimpanan untuk menyimpan bukti fisik yang disampaikan
kepada KASN;
c. Instansi Pemerintah memerlukan biaya yang besar untuk menyerahkan bukti fisik.
Berdasarkan kekurangan tersebut, KASN membangun sistem informasi untuk
mempermudah proses penilaian mandiri, yaitu aplikasi SIPINTER (Sistem Informasi Penilaian
Mandiri Penerapan Sistem Merit). Aplikasi SIPINTER ini dibangun dengan tujuan:
a. Alat bantu Instansi Pemerintah untuk melakukan penginputan penilaian mandiri penerapan
Berikut prosedur penilaian mandiri sistem merit dalam manajemen Aparatur Sipil Negara
(ASN) di lingkungan Instansi Pemerintah pada gambar dibawah ini.
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Kementerian LPNK Provinsi Kab-Kota
MEMPUNYAI 32 21 23 176
MENGGUNAKAN 18 13 13 60
MEMPUNYAI MENGGUNAKAN
Ketersediaan kebijakan internal instansi Sudah menyusun kebijakan internal Peraturan internal
terkait pelaksanaan pengadaan pegawai ASN yang mencakup pengadaan CPNS, (Permen/Pergub/Perbup/Perwali)
secara terbuka, kompetitif, transparan dan PPPK dan penerimaan PNS dari tentang tata cara dan mekanisme
tidak diskriminatif; instansi lain serta TNI/Polri untuk rekrutmen pegawai ASN di
instansi tertentu. lingkungan instansinya.
Pelaksanaan penerimaan CPNS, PPPK atau Penerimaan CPNS, PPPK dan PNS 1. Pengumuman Pansel tentang
PNS dari instansi lain dilakukan secara dari instansi lain diumumkan secara penerimaan CPNS dan/atau
terbuka; luas melalui media regioal dan PPPK melalui media cetak dan
nasional. elektronik (website resmi);
2. Pengumuman Pansel tentang
seleksi PNS yang akan pindah
(mutasi) dari instansi lain.
Pelaksanaan Pelatihan Prajabatan/Pelatihan Pelaksanaan Pelatihan Prajabatan 1. SK Pengangkatan CPNS;
Dasar bagi CPNS; /Pelatihan Dasar dilakukan langsung 2. Laporan pelaksanaan Latsar
(paling lama 1 bulan) CPNS
setelahpengangkatan CPNS. *untuk menghitung berapa lama
waktu pelaksanaan latsar sejak
Pengembangan Ketersediaan standar kompetensi manajerial, Sudah menyusun standar kompetensi Peraturan internal
Karier teknis, dan sosial-kultural untuk setiap manajerial, teknis dan sosial-kultural (Permen/Pergub/Perbup/Perwali)
jabatan dengan keputusan PPK untuk seluruh pegawai dan sudah tentang penetapan standar
ditetapkan oleh PPK. kompetensi jabatan.
Ketersediaan informasi tentang profil Sudah pernah melakukan pemetaan 1. Laporan hasil uji kompetensi per
pegawai melalui pemetaan talenta yang talenta/kompetensi, serta sudah individu secara lengkap (memuat
dilakukan oleh lembaga penilai yang mempunyai profil seluruh pegawai. kelemahan dan kekuatan
terakreditasi atau tim asesor yang pegawai);
bersertifikat; 2. Peta talenta/kompetensi pegawai
yang bersangkutan (berdasarkan
nine box talent matrix).
Pembangunan talent pool dan rencana Sudah membangun talent pool 1. Peta talenta/kompetensi seluruh
suksesi yang disusun berdasarkan profil ASN berdasarkan kesesuaian kompetensi pegawai yang telah di-assessment
Berdasarkan data terakhir pada bulan Desember 2019, terdapat 183 Instansi Pemerintah
baik Pusat maupun daerah yang terdiri dari 27 Kementerian, 19 LPNK, 34 Pemerintah
Provinsi, 27 Pemerintah Kota, dan 76 Pemerintah Kabupaten yang telah melakukan penilaian
mandiri penerapan sistem merit. Penilaian mandiri penerapan sistem merit tersebut dilakukan
baik melalui kuisioner (manual) dan melalui aplikasi SIPINTER, dengan hasil sebagai berikut.
100%
Persentase Instansi Pemerintah
90%
80%
70% 59,3% 61,8%
57,9% 55,3%
60%
50%
40% 31,1%
25,9% 26,3%
30% 20,6%
14,8% 15,8% 17,6%
20% 11,7%
10% 0,0% 0,0% 0,0% 1,9%
0%
Kementerian LPNK Provinsi Kab/Kota
Jenis Instansi Pemerintah
*: Data gabungan antara penilaian yang sudah diverifikasi dan belum diverifikasi KASN
50
189
Indragiri Hilir
*
146
Kuantan Singingi
180
Rokan Hilir
171
Indragiri Hulu
Bangka Selatan
219,5
202
Pelalawan
Tabanan
206,5
Jembrana
184,5
171
Bengkalis
Lingga
165,5
280
Kendal
: sudah diverifikasi
Banyuwangi
255,5
176
Bangka Barat
153
Kudus
Siak
Tasikmalaya 186,5
227,5
Sragen
245,5 248
Trenggalek
265
Mojokerto
229
Lamongan
170
Nganjuk
Brebes
213,5
Belitung
187,5
207
Magelang
Pati
251,5
195
Temanggung
152
Aceh Jaya
196
Wonosobo
Ponorogo
213,5
Sleman
Ogan Komering Ilir
Oku Selatan
153,5152,5
213
Barru
189,5
180
Tana Toraja
221
Lombok Utara
Sumbawa
207 205
Bima
Jeneponto
172,5
Wajo
233,5
Sumbawa Barat
157,5
Lombok Timur
186,5
Aceh Utara
174,5
Balangan
209,5
Bulungan
165,5
177
Barito Kuala
Tana Tidung
224,5
Kotawaringin Timur
230,5
182
Barito Timur
Seruyan
172,5
Grafik 4. Penilaian Penerapan Sistem Merit di 76 Pemerintah Kabupaten
Gunung Mas
222,5
Mahakam Ulu
201,5
Lamandau
176,5
155
Kotawaringin Barat
Kepulauan Selayar
220,5
209
Sinjai
188
Pidie Jaya
173
Jombang
Pinrang
157,5
Sidoarjo
268,5
Kediri
143.5
Bone
102,5
131
Maros
Garut
326,5
Luwu Utara
191,5
Badung
152,5
Soppeng
264,5
Bulukumba
231,5
Kulon Progo
Grafik 5. Penilaian Penerapan Sistem Merit di 27 Pemerintah Kota
400
350
302,5
300 281 288,5
259 267,5 266,5
250 235 241,5 237,5235,5
229 223 219,5
207 205,5 210,5
198 195
200 183,5
174,5181,5 180,5
170 172
149,5 156
146,5
150
100
50
400
350
317,5 313,5
300
277 280 270,5
246,5
227,5 234,5 250,5
250 233
240
237 231 232
226,5 223
218,5
211 207,5 202 206 207,5
200 197,5
200 190,5 212,5 188 169,5
166 167,5
161,5 162
162 150
150
100
50
400
357,5 354 348,5
350 334 336,5
317 310,5 310
308
294 295,5
300 288
271,5
257 252 256,5
245
250
223,5
192
200
150
100
50
BPOM
BSN
BASARNAS
BPK
BSSN
ANRI
BPS
BKN
BPPT
BNN
BKKBN
LIPI
LAPAN
BNPB
BPKP
BNP2TKI
BAPETEN
BATAN
LAN
Sumber: Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sistem - KASN, 2019
* : sudah diverifikasi
255,5
Kemenko Perekonomian 330
Kemenko Polhukam
255,5
: sudah diverifikasi
Kementerian Luar Negeri
230,5
Kementerian ESDM
242
Kementerian Kominfo
212,5
Kementerian PUPR
369,5
Kementerian Perdagangan
265
Kementerian Perhubungan
Kementerian Perindustrian
295 302,5
Kementerian Dikbud
Kementerian Desa
252,5 258
Kementerian Sosial
300
Kementerian ATR
278,5
Kementerian PPN/BAPPENAS
307
Kementerian PPPA
292
Grafik 8. Penilaian Penerapan Sistem Merit di 27 Kementerian
Kementerian Pertanian
326
Kementerian Keuangan
382,5
Kementerian Pariwisata
250
Kementerian BUMN
382,5
Kementerian Ristekdikti
277,5
Grafik di atas menunjukkan bahwa hasil Penerapan Sistem Merit di Pemerintah
Provinsi cenderung stabil dibandingkan dengan penilaian pada tahun 2018, tidak ada nilai yang
berbeda secara signifikan. Sebagian besar Provinsi masuk dalam kategori II “Kurang”, dan
tidak ada Provinsi yang masuk dalam kategori IV “Sangat Baik”. Kondisi ini menggambarkan
bahwa Pemerintah Provinsi belum menerapkan sistem merit, terutama beberapa Provinsi di
yang masuk dalam kategori I “Buruk”. Hampir seluruh Pemerintah Provinsi yang berada di
Pulau Jawa masuk dalam kategori III “Baik”. Dari hasil tersebut dapat dilihat terdapat gap yang
tinggi dan menunjukkan bahwa pemahaman penerapan sistem merit belum meluas secara
merata di seluruh Indonesia. Pembinaan diperlukan terutama bagi Pemerintah Provinsi yang
masih berada dalam kategori I dan II.
Aspek-aspek manajemen kepegawaian yang masih dianggap lemah dan perlu mendapat
perhatian serius antara lain: identifikasi kebutuhan pegawai; pengembangan karier, termasuk
penyelenggaraan diklat; promosi mutasi; dan penilaian kinerja pegawai. Selain itu, kondisi ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu, kemampuan daerah dalam menerapkan
sistem merit baik dari segi sumber daya manusia, anggaran, fasilitas pendukung yang masih
terbatas, dan pemahaman mengenai penerapan sistem merit itu sendiri yang berbeda-beda.
Serta tingginya intervensi politik sehingga kurang dukungan dari kepala daerah untuk
menerapkan sistem merit di Pemerintah Provinsi.
Sedangkan, terlihat kondisi yang cukup berbeda signifikan antara hasil penerapan
sistem merit Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Pusat. Penerapan sistem merit di Instansi
Pusat (Kementerian dan LPNK) lebih baik dibandingkan dengan pemerintah daerah. Hal ini
dapat dilihat bahwa rata-rata pemerintah pusat mendapatkan nilai pada kategori III (Baik).
Hampir seluruh Kementerian dan LPNK sudah menyusun standar kompetensi baik manajerial,
sosio kultural, dan teknis untuk seluruh pegawai. Standar kompetensi ini menjadi dasar untuk
melakukan assessment meskipun pelaksanaan assessment dilakukan secara bertahap, belum
dilakukan keseluruhan sampai pada jabatan pelaksana. Namun sudah ada pemetaan kompetensi
dan kesenjangan kompetensi khususnya untuk eselon I dan eselon II yang dimasukkan ke
dalam talent pool atau nine box talent.
Kelemahan yang terjadi yaitu pada proses analisis kesenjangan kompetensi dan analisis
kesenjangan kinerja. Hasil dari analisis tersebut belum terhubung dengan jelas kepada program
diklat, praktik kerja, magang, coaching atau program lainnya yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi dan kinerja pegawai. Sehingga cenderung hasil penilaian
kompetensi dan kinerja tidak dianalisis lebih lanjut. Selain itu kelebihan dari instansi pusat
Hasil dari verifikasi dan pembinaan penerapan sistem merit di Instansi Pemerintah,
KASN telah melakukan penetapan hasil penilaian penerapan sistem merit melalui Surat
Keputusan Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara pada 25 Instansi di antaranya yaitu:
Pembangunan
Setelah menetapkan hasil penilaian penerapan sistem merit Instansi Pemerintah, KASN
melakukan beberapa upaya untuk memastikan Instansi Pemerintah melaksanakan rekomendasi
yang telah diberikan, sebagai berikut:
Pengkajian dan Pengembangan Sistem – KASN | 48
1. Pemantauan dan evaluasi Instansi Pemerintah dalam melaksanakan rekomendasi hasil
penilaian penerapan sistem merit berupa audit dan survey internal;
2. Pendampingan dan pembinaan substansi dalam rangka peningkatan kategori penerapan
sistem merit;
3. Pemeriksaan dokumen talent pool dan rencana suksesi sebagai syarat instansi
pemerintah untuk dapat dikecualikan dari pengisian JPT secara terbuka;
4. Pengawasan pelaksanaan pengisian JPT melalui talent pool dan rencana suksesi;
5. Penjatuhan sanksi kepada instansi pemerintah dengan penurunan kategori hasil
penilaian penerapan sistem merit satu tingkat lebih rendah atau dibatalkan dari
ketentuan pengecualian pengisian JPT secara terbuka dan kompetitif apabila instansi
pemerintah melanggar penerapan sistem merit.
Kesimpulan
Rekomendasi Kebijakan
Strategi KASN
PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan sistem merit dalam manajemen ASN di Instansi Pemerintah merupakan sebuah
sistem yang sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya untuk terciptanya birokrasi yang
sehat, efektif dan efisien. Dengan terciptanya ASN yang profesional dapat mendorong
Indonesia menjadi middle upper countries yang mampu bersaing dengan negara lain. Penilaian
sistem merit yang dilakukan oleh KASN dapat menunjukkan bagaimana penerapan sistem
merit di Instansi Pemerintah. Hasil penilaian penerapan sistem merit di Kementerian, LPNK,
dan Pemerintah Provinsi akan terus berkembang selama proses verifikasi dan pembinaan dari
KASN untuk meningkatkan penerapan sistem merit dalam manajemen ASN di Instansi
Pemerintah.
Hasil pemetaan penilaian mandiri penerapan sistem merit dalam manajemen ASN di
lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota menunjukkan hasil yang kurang Baik. 83,5% dari
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki nilai “Kurang” dan “Buruk”. Berbagai prasayarat masih
perlu disiapkan dalam penerapan sistem merit, namun Instansi Kabupaten/Kota dihadapkan
pada keterbatasan anggaran, fasilitas, dan pengalaman serta pemahaman dalam
mengembangkan penerapan sistem merit dalam Manajemen ASN. Selain itu, Komitmen
Pimpinan sebagai PPK memiliki peran yang penting untuk mewujudkan manajemen ASN yang
berbasis sistem merit dan harus adanya dukungan dari pemerintah provinsi untuk bersama-
sama membangun sistem merit dalam manajemen ASN. Hasil pemetaan ini dapat menjadi
dasar bagi KASN untuk melakukan pembinaan di tahun berikutnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan penerapan sistem merit di Pemerintah Kabupaten/Kota.
Rekomendasi Kebijakan
Rekomendasi yang diberikan oleh KASN fokus kepada manajemen talenta (talent pool)
karena dengan memiliki manajemen talent yang berkualitas, instansi tidak perlu melakukan
seleksi terbuka untuk pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dan memudahkan pengembangan
karier ASN. Namun, Penerapan manajemen ASN berbasis merit dengan manajemen talenta
yang berkualitas, terdapat tantangan yang harus dihadapi ke depan, yaitu:
a. Perencanan kebutuhan pegawai yang masih kurang rasional, yang belum dikaitkan dengan
kebutuhan untuk mewujudkan visi dan misi serta tujuan organisasi;
b. Rencana kebutuhan pegawai yang hanya terfokus pada pengisian jabatan melalui jalur
CPNS (develop), dan kurang mempertimbangkan jalur-jalur lain seperti pengalihan PNS
P e n g k a j i a n d a n P e n g e m b a n g a n S i s t e m – K A S N | 50
dari instansi lain (borrow) dan rekrutmen dari non-PNS (buy), yang sebenarnya diperlukan
untuk mengisi jabatan yang tidak dapat diisi melalui CPNS;
c. Pengisian jabatan melalui jaur pengalihan PNS dari instansi lain dan rekrutmen PPPK yang
belum diatur secara rinci yang dapat membuat kebijakan menjadi tidak efektif dan memberi
peluang terjadinya penyalahgunaan wewenang;
d. Pengembangan karier yang belum dibangun secara lengkap karena kesulitan instansi dalam
menetapkan kompetensi teknis dan membangun instrument untuk megukurnya, serta
program peningkatan kapasitas pegawai yang belum dikaitkan dengan kesenjangan
kompetensi individu pegawai;
e. Pengukuran kinerja yang belum obyektif karena kesulitan instansi dalam membangun
target kinerja individu yang selaras dengan target kinerja unit kerja dan instansi, penilaian
kinerja yang hanya dilakukan setahun sekali, dialog kinerja yang jarang dilakukan, serta
hasil penilaian kinerja yang tidak dianalisis sehingga tidak ada feed back bagi pegawai yang
berkinerja kurang baik;
f. Pembangunan talent pool dan rencana suksesi yang hanya didasarkan pada hasil uji
kompetensi manajerial dan hasil penilaian kinerja yang kurang akurat.
Strategi KASN
Dalam upaya mencapai target nasional 2019-2024, KASN berupaya untuk meningkatkan
penilaian sistem merit berjalan secara efektif dan efisien dengan melakukan beberapa strategi
sebagai berikut:
1. Meningkatkan komunikasi, kolaborasi dan sinergi dengan stakeholders (Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, BKN, LAN, dan
Kementerian Dalam Negeri) untuk efektivitas Pembinaan Penerapan Sistem Merit
Instansi Pemerintah dalam kebijakan dan manajemen ASN secara terkoordinasi dan
terpadu;
Bambang Sunaryo, Celly Cecillia. 2014. Nilai Penting Konsep Affirmative Action Policy
Dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Berbasis Merit. Jurnal
Kebijakan dan Manajemen PNS. Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN.
Jakarta.
Bernard Rosen. 1975. The Merit System in The United States Civil Service – A Monograph,
Washington, D.C., Committee on Post Office and Civil Service, House of
Representatives, Government Printing Office;
C. McCrudden.1998. “Merit Principle”. Oxford Journal of Legal Studies. Vol. 18. No. 21, p
545.
Komisi Aparatur Sipil Negara. 2019. Peraturan Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara
Republik Indonesia. 2017. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jakarta: Kemenkumham.
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN). Jakarta: Kemenkumham.
Setyowati, Endah. 2010. Merit System in Recruitment and Selection Process of Civil Servant
Candidate in Malang Indonesia (Implementation of Recruitment and Selection of Civil
Servant Candidate in 2010). Journal of Administrative Science and Policy Studies, Vol.
4 No.1 PP 83-95.
S. J. McNamee. 2004. The Meritocracy Myth., New York: Rowman & Littlefield Publishers.
Stahl O. Glenn, 1962. The Merit System, Manpower, and The Human Age. Civil Service
Journal, v.1 April – June 1961:5 – 6.
Susanto, Ely. 2017. Change in Paradigm of Civil Servant Management in Indonesia: From a
Traditional Toward a Strategic Approach: Opportunities and Challenges. International
Journal of Policy Studies Vol.8, No.2, 67 86.
Mark Turner, Eko Prasojo & Rudiarto Sumarwono. 2019. The challenge of reforming big
bureaucracy in Indonesia. Policy Studie. DOI: 10.1080/01442872.2019.1708301.
United Nation Development Programme. 2015. Meritocracy for Public Service Excellence.
Singapore: UNDP Global Centre for Public Service Excellence.
United States Merit System Protection Board. 2017. The Merit System Principles: Keys to
Managing Federal Workforce. Washington, DC: USMSPB.
ASPEK
NO. KEMENTERIAN PERENCANAAN PENGADAAN PENGEMBANGAN MUTASI, PENGELOLAAN PENGGAJIAN, PERLINDUNGAN FASILITAS TOTAL KATEGORI
KEBUTUHAN PEGAWAI KARIER DAN ROTASI KINERJA PENGHARGAAN PENDUKUNG NILAI
PEGAWAI PENINGKATAN DAN DAN DISIPLIN
KOMPETENSI DEMOSI
KRITERIA
NO. LEMBAGA/BADAN PERENCANAAN PENGADAAN PENGEMBANGAN MUTASI, PENGELOLAAN PENGGAJIAN, PERLINDUNGAN FASILITAS TOTAL KATEGORI
KEBUTUHAN PEGAWAI KARIER DAN ROTASI KINERJA PENGHARGAAN PENDUKUNG NILAI
PEGAWAI PENINGKATAN DAN DAN DISIPLIN
KOMPETENSI DEMOSI
1 Badan Pengkajian 40 34 92,5 25 67,5 37,5 16 24 336,5 IV
dan Penerapan
Teknologi
2 Lembaga 40 38 97,5 32,5 75 37,5 16 21 357,5 IV
Administrasi
Negara
3 Badan Pemerika 35 36 100 32,5 77,5 35 16 22 354 IV
Keuangan
4 Arsip Nasional 35 38 97,5 35 75 35 12 21 348,5 IV
Republik
Indonesia
5 Badan 40 34 82,5 30 70 37,5 16 24 334 IV
Kepegawaian
Negara
6 Lembaga 60 22 64 20 42,5 32,5 4 12 257 III
Penerbangan dan
Antariksa
KRITERIA
NO. PROVINSI PERENCANAAN PENGADAAN PENGEMBANGAN MUTASI, PENGELOLAAN PENGGAJIAN, PERLINDUNGAN FASILITAS TOTAL KATEGORI
KEBUTUHAN PEGAWAI KARIER DAN ROTASI KINERJA PENGHARGAAN PENDUKUNG NILAI
PEGAWAI PENINGKATAN DAN DAN DISIPLIN
KOMPETENSI DEMOSI
8. Kalimantan 30 26 60 20 45 25 14 20 240 II
Timur
NO. PROVINSI PERENCANAAN PENGADAAN PENGEMBANGAN MUTASI, PENGELOLAAN PENGGAJIAN, PERLINDUNGAN FASILITAS TOTAL KATEGORI
KEBUTUHAN PEGAWAI KARIER DAN ROTASI KINERJA PENGHARGAAN PENDUKUNG NILAI
PEGAWAI PENINGKATAN DAN DAN DISIPLIN
KOMPETENSI DEMOSI
NO. PROVINSI PERENCANAAN PENGADAAN PENGEMBANGAN MUTASI, PENGELOLAAN PENGGAJIAN, PERLINDUNGAN FASILITAS TOTAL KATEGORI
KEBUTUHAN PEGAWAI KARIER DAN ROTASI KINERJA PENGHARGAAN PENDUKUNG NILAI
PEGAWAI PENINGKATAN DAN DAN DISIPLIN
KOMPETENSI DEMOSI
KRITERIA
NO. KOTA PERENCANAAN PENGADAAN PENGEMBANGAN MUTASI, PENGELOLAAN PENGGAJIAN, PERLINDUNGAN FASILITAS TOTAL KATEGORI
KEBUTUHAN PEGAWAI KARIER DAN ROTASI KINERJA PENGHARGAAN PENDUKUNG NILAI
PEGAWAI PENINGKATAN DAN DAN DISIPLIN
KOMPETENSI DEMOSI
NO. KOTA PERENCANAAN PENGADAAN PENGEMBANGAN MUTASI, PENGELOLAAN PENGGAJIAN, PERLINDUNGAN FASILITAS TOTAL KATEGORI
KEBUTUHAN PEGAWAI KARIER DAN ROTASI KINERJA PENGHARGAAN PENDUKUNG NILAI
PEGAWAI PENINGKATAN DAN DAN DISIPLIN
KOMPETENSI DEMOSI
KRITERIA
NO. KABUPATEN PERENCANAAN PENGADAAN PENGEMBANGAN MUTASI, PENGELOLAAN PENGGAJIAN, PERLINDUNGAN FASILITAS TOTAL KATEGORI
KEBUTUHAN PEGAWAI KARIER DAN ROTASI KINERJA PENGHARGAAN PENDUKUNG NILAI
PEGAWAI PENINGKATAN DAN DAN DISIPLIN
KOMPETENSI DEMOSI
NO. KABUPATEN PERENCANAAN PENGADAAN PENGEMBANGAN MUTASI, PENGELOLAAN PENGGAJIAN, PERLINDUNGAN FASILITAS TOTAL KATEGORI
KEBUTUHAN PEGAWAI KARIER DAN ROTASI KINERJA PENGHARGAAN PENDUKUNG NILAI
PEGAWAI PENINGKATAN DAN DAN DISIPLIN
KOMPETENSI DEMOSI
NO. KABUPATEN PERENCANAAN PENGADAAN PENGEMBANGAN MUTASI, PENGELOLAAN PENGGAJIAN, PERLINDUNGAN FASILITAS TOTAL KATEGORI
KEBUTUHAN PEGAWAI KARIER DAN ROTASI KINERJA PENGHARGAAN PENDUKUNG NILAI
PEGAWAI PENINGKATAN DAN DAN DISIPLIN
KOMPETENSI DEMOSI
NO. KABUPATEN PERENCANAAN PENGADAAN PENGEMBANGAN MUTASI, PENGELOLAAN PENGGAJIAN, PERLINDUNGAN FASILITAS TOTAL KATEGORI
KEBUTUHAN PEGAWAI KARIER DAN ROTASI KINERJA PENGHARGAAN PENDUKUNG NILAI
PEGAWAI PENINGKATAN DAN DAN DISIPLIN
KOMPETENSI DEMOSI
NO. KABUPATEN PERENCANAAN PENGADAAN PENGEMBANGAN MUTASI, PENGELOLAAN PENGGAJIAN, PERLINDUNGAN FASILITAS TOTAL KATEGORI
KEBUTUHAN PEGAWAI KARIER DAN ROTASI KINERJA PENGHARGAAN PENDUKUNG NILAI
PEGAWAI PENINGKATAN DAN DAN DISIPLIN
KOMPETENSI DEMOSI
Nomor: BA.01/PMPSM/PPS.KASN/IX/2019
Pada hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Tiga bulan September Tahun Dua
Ribu Sembilan Belas, Tim Verifikasi Hasil Penilaian Mandiri Penerapan
Sistem Merit dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara yang dibentuk
berdasarkan Keputusan Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara Nomor:
KEP/13/KASN/9/2019 telah melaksanakan kegiatan verifikasi terhadap
hasil penilaian mandiri penerapan Sistem Merit dalam Manajemen Aparatur
Sipil Negara di lingkungan ............ yang berlangsung pada tanggal 12
September 2019, dengan hasil verifikasi sebagaimana pada formulir
penilaian terlampir.
Demikian Berita Acara ini dibuat dan ditandatangani oleh Tim
Verifikasi untuk dilaporkan dan dibahas dalam Rapat Pleno Pimpinan Komisi
Aparatur Sipil Negara, sebagai dasar penetapan nilai dan kategori penerapan
sistem merit di lingkungan ..........
Muhlis Irfan
1. Septiana Dwiputrianti
2. Abdul Hakim
3. Nurhasni
4. Sumardi
5. John Ferianto
6. Andri Abubakar
Nama Instansi :
Tim Verifikasi : (sebagaimana tanda tangan terlampir)
Tanggal Pelaksanaan Penilaian : 12 September 2019
NILAI
NILAI
TIM
NO. ASPEK SUB-ASPEK TIM CATATAN
VERIFIKASI
INSTANSI
KASN
I PERENCANAAN 1. Ketersediaan peta jabatan dan rencana 10 10 Perencanaan Kebutuhan Pegawai
KEBUTUHAN kebutuhan pegawai untuk jangka sudah baik karena telah menyusun
menengah 5 (lima) tahun yang sudah rencana kebutuhan untuk jangka
ditetapkan PPK; menengah yang telah ditetapkan
oleh PPK serta didukung dengan
2. Ketersediaan data kepegawaian secara 10 10
data kepegawaian yang lengkap
lengkap dan real time yang disusun
dan real time.
menurut jabatan, pangkat, unit kerja,
kualifikasi dan kompetensi;
3. Ketersediaan data pegawai yang akan 10 10
memasuki masa pensiun dalam 5 (lima)
tahun yang disusun menurut jabatan,
pangkat, unit kerja;
4. Ketersediaan rencana pemenuhan 10 10
kebutuhan ASN jangka menengah 5
(lima) tahun yang berasal dari CALON
PNS, PPPK ataupun PNS dari instansi
lain;
Jumlah 40 40
Nomor: BA.01/PMPSM/KASN/IX/2019
Pada hari ini Selasa, tanggal Dua Puluh Empat bulan September
tahun Dua Ribu Sembilan Belas, bertempat di Kantor Komisi Aparatur Sipil
Negara, telah dilakukan Rapat Pleno Pimpinan Komisi Aparatur Sipil Negara
untuk membahas hasil verifikasi terhadap penerapan Sistem Merit dalam
Manajemen Aparatur Sipil Negara di lingkungan ............., berdasarkan
Berita Acara Verifikasi Hasil Penilaian Mandiri Penerapan Sistem Merit dalam
Manajemen Aparatur Sipil Negara di lingkungan ........... Nomor:
BA.01/PMPSM/PPS.KASN/IX/2019 Tanggal 23 September 2019, dengan
kesepakatan sebagai berikut:
1. Bahwa penerapan Sistem Merit dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara
di lingkungan ........... ditetapkan pada kategori IV (Sangat Baik), dengan
nilai 382,5 (tiga ratus delapan puluh dua koma lima) dan Indeks 0,95 (nol
koma sembilan puluh lima).
2. Bahwa berdasarkan penetapan sebagaimana pada angka 1 (satu) di atas,
maka untuk peningkatan kualitas penerapan Sistem Merit dalam
Manajemen Aparatur Sipil Negara di masa yang akan datang, KASN
merekomendasikan penyempurnaan terhadap aspek Pengembangan Karir
yaitu dengan menyempurnakan manajemen talenta. Proses pengisian peta
talenta dilakukan berdasarkan hasil uji kompetensi manajerial, teknis,
sosio kultural dan kinerja, kemudian peta talenta tersebut dianalisis dan
ditentukan nama kandidat untuk menempati posisi penempatan tertentu.
Demikian Berita Acara ini dibuat dan ditanda tangani oleh Pimpinan
Komisi Aparatur Sipil Negara untuk menjadi dasar keputusan Ketua Komisi
Aparatur Sipil Negara tentang penerapan Sistem Merit dalam Manajemen
Aparatur Sipil Negara di lingkungan............
1. Ketua KASN
2. Wakil Ketua KASN
3. Anggota
4. Anggota
5. Anggota
6. Anggota
7. Anggota
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 September 2019
SOFIAN EFFENDI