Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejaksaan Republik Indonesia termasuk dalam salah satu lembaga yang
memiliki kekuasaan kehakiman. Dalam menjalankan tugasnya, Kejaksaan
harus bebas dari pengaruh pihak manapun. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Kejaksaan Republik
Indonesia, Kejaksaan merupakan lembaga pemerintahan yang menjalankan
kekuasaan di bidang penuntutan dan kewenangan lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya, Kejaksaan
Republik Indonesia sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan
kekuasaan Negara di bidang penuntutan harus mampu mewujudkan
kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran berdasarkan
hukum dan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, dan
kesusilaan, serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan
yang hidup dalam masyarakat.
Sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan Negara
di bidang penuntutan serta tugas-tugas lain berdasarkan peraturan
perundang-undangan, maka Kejaksaan memerlukan adanya satu tata pikir,
satu tata laku dan tata kerja dengan mengingat norma-norma agama, susila,
kesopanan serta memperhatikan rasa keadilan dan nilai-nilai kemanisiaan
dalam masyarakat.
Kepala Kejaksaan Negeri selaku pimpinan dan penanggung jawab
Kejaksaan ditingkat daerah yang memimpin, mengendalikan pelaksanaan
tugas, dan wewenang Kejaksaan Agung RI dalam rangka menjaga
kehormatan dan martabat profesi sebagaimana yang diamanfaatkan dalam
Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia, menetapkan kode perilaku
Jaksa sebagai pedoman dalam menjalankan tugas profesi, seperti yang
tertuang dalam peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia,
Nomor:PER067/A/JA/ 07 tahun 2007, tentang kode etik perilaku Jaksa.

1|Page
Bahwa salah satu peran Jaksa dalam proses penuntutan khususnya
Bidang Tindak Pidana Umum tidak lepas dari aktivitas penanganan berkas
perkara. Tanggung jawab Jaksa sebagai Penuntut Umum adalah mengikuti
perkembangan penanganan perkara sejak diterimanya Surat Perintah
Dimulainya Penyidikan (SPDP) baik dari Penyidik Kepolisian maupun
Penyidik PPNS sampai dengan tahap Exsekusi baik terhadap terdakwa
maupun terhadap barang bukti. Bahwa dalam pelaksanaan kegiatan
penuntutan setiap Jaksa Penuntut umum harus melewati beberapa tahapan,
salah satunya adalah tahap pra-penuntutan sebagaimana diatur di dalam
PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR:
PER-036/A1JAl09/2011 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP) PENANGANAN PERKARA TlNDAK PIDANA UMUM. Terkait dengan
tahap Pra-Penuntutan tindakan Jaksa dalam menangani berkas perkara
diatur sebagaimana Pasal 12 ayat (3) berbunyi “Apabila berdasarkan hasil
penelitian Penuntut Umum terhadap berkas perkara ditemukan adanya
kekurangan, dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya berkas perkara,
Penuntut Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penyidik, dan dalam
waktu 14 (empat belas) hari sejak diterimanya penyerahan Tahap pertama,
Penuntut Umum mengembalikan berkas perkara tersebut disertai petunjuk
yang harus dilengkapi” (P-18 & P-19) hal tersebut juga berlaku jika berkas
tersebut dinyatakan lengkap (P-21). Dengan demikian ketentuan ini mengikat
bagi para Jaksa Penuntut Umum yang diberikan beban dan tanggung jawab
untuk menerima berkas perkara dan menyelesaikannya sesuai dengan SOP
tersebut.
Bahwa berdasarkan Rencana Strategis Kejaksaan Ri Tahun 2020 sampai
dengan 2024 sebagaimana diatur dalam Peraturan Kejaksaan RI No.12
Tahun 2020, berdasarkan Renstra , capaian Kinerja Kejaksaan diukur dari 6
sasaran strategis dengan menggunakan 10 indikator kinerja , dimana pada
Tahun 2022 target capaian khusus Bidang pidana umum yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap telah terpenuhi dimana Target adalah
sebesar 75%, dengan Capaian 225%, sehingga Capaian Target adalah
sebesar 303.13%, dengan demikian secara kuantitatif target terpenuhi bahkan
jauh melebihi tarfget yang kemudian menjadi nilai plus, secara kualitatif
Kejaksaan Negeri Ketapang dinyatakan berhasil namun demikian terhadap

2|Page
kwalitas penanganan Jaksa penuntut umum dalam menangani perkara yang
menjadi tanggungjawabnya belum dapat dipastikan telah memenuhi SOP
dalam tahap Pra-Penuntutan sebagaimana diharapkan antara capaian kinerja
dengan pelaksanaan harus sesuai seiring sejalan. Hal ini merupakan dampak
dari kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia yakni Jaksa Penuntut Umum
yang di tugaskan di Kejaksaan Negeri Ketapang sebagai fungsional adalah 5
orang dengan beban kerja penanganan perkarakurang lebih 640 perkara per
tahun dengan demikian tiap Jaksa diberi beban kerja tiap bulannya masing
masing 7 sampai 8 perkara untuk tahap Pra-Penuntutan. Bahwa Saat ini
penanganan berkas perkara tindak pidana umum pada Kejaksaan Negeri
Ketapang secara capaian telah berhasil namun dalam penanganan pada
tahap Pra-Penuntutan belum sepenuhnya berjalan dengan baik dan tepat
waktu, contohnya ada beberapa penanganan berkas perkara yang berlarut-
larut melewati batas waktu yang sudah ditetapkan. Dimana seharusnya Jaksa
Penuntut Umum berdasarkan SOP setelah 7 hari berkas perkara diterima
harus segera di pelajari dan dalam tenggang waktu tersebut harus
menentukan sikap apakah ada kekurangan baik secara formiil maupun
materiil sehingga harus diberikan petunjuk dan hal ini harus segera
ditindaklanjuti dengan P.18 dan P19 harus dikeluarkan dalam jangka waktu
14 hari, begitu juga apabila berkas dinyatakan lengkap dalam jangka 14 hari
sejak diterimanya berkas perkara Jaksa Penuntut Umum dapat menyatakan
P-21.
Bahwa ternyata pada saat Reformer melakukan pemeriksaan terhadap
berkas perkara baik kelengkapan formil dan Materiil ditemukan bahwa Jaksa
Penuntut Umum yang menangani berkas perkara menyatakan berkas belum
lengkap atau lengkap lebih dari waktu yang ditetukan sehingga sebagai
Reformer dan sesuai dengan tanggung jawab maka Reformer wajib leakukan
pengawasan dan mengembalikan Jaksa pada SOP sebenarnya dengan
segera melakukan penyebab dari masalah tersebut, Bahwa keterlambatan
terhadap penanganan perkara dapat berakibat pada tahapan selanjutnya
seperti waktu penahanan tersangka yang akan habis, kemudian berakibat
juga pada penyerahan tersangka dan barang bukti menjadi lebih lama dan
menyebabkan berkas perkara yang menumpuk, dan berpengaruh terhadap
stakeholder lainnya khususnya Penyidik yang memerlukan kepastian petunjuk

3|Page
dalam menyelesaikan tugasnya dan petugas administrasi sebagai penerus
dalam pengisian data adminitrasi menjadi terhambat. Terlebih Kejaksaan
Negeri Ketapang memiliki tugas melayani masyarakat dalam hal Penuntutan
maka dengan sendirinya para pihak yang berperkara tentu saja dapat merasa
puas atau tidak puas terkait dengan lamanya pidana yang dijatuhkan atau
ketidakpuasan terhadap penanganan perkara, jika hal ini terjadi maka tidak
menutup kemungkinan para pihak yang berperkara melaporkan perilaku
Jaksa, yang menyebabkan pemeriksaan terhadap Jaksa oleh Pengawasan,
tentunya pertama kali yang diperiksa adalah SOP penanganan perkara,
apabila ternyata Jaksa tidak melakukan sesuai dengan SOP maka terhadap
prilaku Jaksa ini dapat dikenakan sanksi yang tentunya akan berpengaruh
terhadap Reformer dimana lalai melakukan pengawasan.
Mengacu pada kondisi yang ada saat ini, aksi perubahan ini dilakukan
agar terwujudnya penanganan berkas perkara khusunya tindak pidana umum
pada Kejaksaan Negeri Ketapang agar dapat berjalan secara sistematis yang
dibantu dengan penggunaan aplikasi yang bertujuan untuk memudahkan
monitoring, khususnya dalam proses Pra-penuntutan apabila penanganan
berkas perkara berjalan sesuai aturan dan tepat waktu dapat mengurangi
penumpukan berkas dan juga meminimalisir keterlambatan penyerahan
berkas sebelum masa tahanan berakhir. Berkas pekara yang selesai tepat
waktu (14 hari) atau sebelum 14 hari, dapat mempercepat tersangka untuk
menjalani proses hukum lebih lanjut yakni untuk menjalani Tahap Penuntutan
dengan diserahkan tersangka dan barang bukti dari Penyidik untuk
selanjutnya dilimpahkan ke Pengadilan. Oleh karena itu Reformer sebagai
Kepala Kejaksaan Negeri Ketapang selaku leader dalam melaksanakan
monitoring dan evaluasi dalam penanganan perkara pidana umum sulit untuk
mengawasi kinerja Jaksa dalam melakukan penelitian berkas perkara sesuai
dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang berlaku. Terlambatnya
proses penanganan perkara yang dilakukan oleh Jaksa peneliti disebabkan
faktor jumlah perkara yang cukup banyak serta tidak adanya suatu aplikasi
yang dapat mengingatkan Jaksa agar Jaksa dapat menyelesaikan penelitian
berkas perkaranya sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) serta
waktu yang telah ditentukan. Bahwa dengan kondisi tersebut dengan adanya
aplikasi pengingat bagi Jaksa maka para Jaksa Penuntut Umum yang

4|Page
memiliki tugas dan tanggung jawab dalam rangka penuntutan dapat
melaksanakan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur), tepat
waktu, cepat dan cermat akuntabel dan diharapkan menjadi Jaksa yang
profesional sehingga stakeholder lain terlayani untuk mendapatkan kepastian
hukum. Selanjutnya apabila SOP telah di jalankan dengan sendirinya apabila
dalam kurun waktu 14 hari tersebut maka dapat menghindari Jaksa Penuntut
Umum melakukan penyimpangan atau menyalahgunakan kewenangannya
untuk bertindak . Oleh karena itu untuk mengatasi permasalah yang terjadi
diperlukan suatu aplikasi Monitoring Berkas Perkara Kejaksaan Negeri
Ketapang (Si-Monika) sebagai pengingat pagi para Jaksa pada tahap Pra-
Penuntutan untuk dapat menyelesaikan penelitian berkas perkaranya sesuai
dengan SOP.

B. Tujuan Aksi Perubahan


Bertitik tolak dari uraian di atas dapat diuraikan bahwa secara umum
bahwa aksi perubahan yang dilakukan bertujuan untuk melakukan
optimalisasi Sistem administrasi penanganan perkara tindak pidana umum
Untuk tahap Pra-Penuntutan pada Kejaksaan Negeri Ketapang.
Tujuan aksi dari perubahan ini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu jangka
pendek (Juni – Agustus 2023), jangka menengah (September 2023 – Maret
2024), dan jangka panjang (April 2024 – April 2025) adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Jangka Pendek (0-6 bulan)


Tujuan jangka pendek aksi perubahan ini yaitu :
a. Tersedianya database Berkas Tahap I meliputi nomor berkas,
tanggal berkas, nomor surat perintah penunjukan penuntut umum
untuk mengikuti perkembangan Penyidikan perkara tindak pidana
(P-16), tanggal P-16, Instansi Penyidik, instansi pelaksana
Penyidikan, tanggal berkas, nama tersangka, nomor pengantar
berkas, tanggal pengantar berkas, dan jenis perkaranya.
b. Tersimpannya dokumen/data berkas tahap 1 ke dalam database.
c. Tersedianya fitur notifikasi melalui WhatsApp.
d. Berubahnya pola pikir Jaksa khususnya dalam penanganan berkas
perkara tindak pidana umum pada tahapan prapenuntutan sehingga

5|Page
penanganan berkas perkara tindak pidana umum sesuai dengan
SOP dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Jangka Menengah (6 bulan-1 tahun)


Tujuan jangka menengah aksi perubahan ini yaitu :
a. Tersusunnya aplikasi monitoring berkas perkara tahap I pidana
umum yang dapat diakses oleh Kepala Kejaksaan Negeri Ketapang,
Jaksa dan Admin pada kantor Kejaksaan Negeri Ketapang.
b. Terlaksananya aplikasi monitoring berkas perkara tahap I untuk
memonitoring penanganan berkas perkara pidana umum pada
Kejaksaan Negeri Ketapang.
c. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap aplikasi monitoring
berkas perkara tahap I.

3. Jangka Panjang (lebih dari 1 tahun)


Tujuan jangka panjang aksi perubahan ini yaitu dengan adanya aplikasi
monitoring tersebut diharapkan Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan
Negeri Ketapang dapat melakukan penanganan perkara sesuai SOP dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

C. Manfaat Aksi Perubahan


Secara umum manfaat aksi perubahan yang dilakukan akan
mengoptimalkan penanganan perkara tindak pidana umum pada tahap Pra-
Penuntutan oleeh Jaksa Penuntut Umum menjadi sesuai SOP diharapkan
tepat waktu, cepat dan cermat, terhindar dari adanya penjatuhan hukuman
administrasi yang berpengaruh kepada karir Jaksa Penuntut umum itu sendiri
karena lalai menjalankan SOP dan bagi pimpinan sebagai pengawas.
Sehingga apabila Jaksa Penuntut Umum telah menjalankan SOP dengan
benar maka diharapkan dapat menjadi Jaksa yang profesional, dan
berintegritas.
Adapun manfaat dari aksi perubahan ini adalah :
1. Manfaat Bagi Administrator
Aplikasi ini sangat bermanfaat bagi Administrator sebagai pemangku
atau penanggungjawab terhadap semua program sesuai dengan Rencana

6|Page
kerja strategis. Dalam konteks ini Administrator diberikan tanggungjawab
untuk melakukan pembinaan, monitoring (pengawasan) dan evaluasi
terhadap seluruh program bidang bidang khususnya bidang Tindak pidana
umum, aksi perubahan yang dilakukan akan memberi manfaat pemantauan
kinerja Jaksa dalam penanganan perkara dalam tahap pra-penuntutan,
dengan data dan posisi penanganan jelas waktu dan tahapannya.
Adapun manfaat lain bagi Administrator adalah memberikan
kemudahan dalam proses penyimpanan, penyajian data/arsip yang
dibutuhkan sewaktu waktu terhadap perkara yang ditangani oleh Jaksa
Penuntut umum..
2. Manfaat Bagi Organisasi
Aksi perubahan ini adalah bentuk Komitmen Jaksa Penuntut Umum
pada Kejaksaan Negeri Ketapang sebagaimana diamanahkan dalam Visi
pelayanan Kejaksaan Agung RI ”Mewujudkan Pelayanan Publik yang
profesional, Responsif, Inovatif, Modern daan Akuntabel” dan merupakan
pengkhususan dalam penanganan perkara tindak pidana umum
sebagaimana dalam MISI pelayanan point 4 yakni meningkatkan
optimalisasi kinerja aparatur RI dalam penanganan perkara pidum sesuai
Misi Presiden dan wakil presiden nomr 6 dan 7, yang selanjutnya
ditindaklanjuti dalam pelaksanaan kegiatan didasarkan pada Peraturan
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: Per-036/A1jal09/2011 Tentang
Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Perkara Tlndak Pidana
Umum.
Bahwa dengan dilakukannya aksi perubahan dengan membuat
aplikasi Monitoring Berkas Perkara Kejaksaan Negeri Ketapang (Si-
Monika) diharapkan Jaksa dapat memiliki pola pikir yang profesional
dengan menjalankan sistem administrasi penanganan perkara pidum
sesuai SOP, dimana pekerjaan para Jaksa terhubung dengan administraor
langsung yang mengawasi tahapan pelaksanaan Pra-Penuntutan,
sehingga Jaksa tertib dalam menangani perkara.
3. Bagi Stakeholders
Bahwa dengan di buatnya Aplikasi Monitoring Berkas Perkara
Kejaksaan Negeri Ketapang (Si-Monika) yang bersifat sebagai pengingat
dan monitoring Administrator maka akan mempercepat proses

7|Page
penanganan perkara karena Jaksa telah tepat waktu dan terjadwal,
sehingga kepercayaan para pihak terutama pihak Penyidik Polri
mendapatkan kepastian dalam tindak lanjut pemenuhan perkara yang
ditanganinya, pengelola administrasi dapat lebih cepat memberikan data
yang akurat dalam sistem yang berjalan melalui CMS ataupun E Terpadu
yang terhubung dengan Stakeholder lain yaknin pelaporan ke KeKejaksaan
Agung, dan E terpadu ke pihak Kepolisian dan pengadilan sehingga
penanganan berkas perkara lebih cepat terselesaikan berdampak
langsung kepada pihak korban segera mendapat kepastian langsung
tentang laporannya, dan terdakwa mendapatkan kepastian hukum.
Aksi perubahan ini juga akan mendorong efektifitas dan efisiensi
dalam penanganan berkas perkara yang akan berkontribusi pada
meningkatknya kepercayaan Masyarakat terhadap Kinerja Kejaksaan
dalam penanganan perkara Sidang yang cepat, mudah dan biaya murah.

D. Ruang Lingkup Aksi Perubahan


Ruang lingkup aksi perubahan ini dapat meliputi seluruh permasalahan
yang terkait optimalnya sistem administrasi penanganan perkara tindak
pidana umum pada tahap Pra-penuntutan pada Kejaksaan Negeri Ketapang,
berdasarkan data CMS Case Management System penanganan perkara
tindak pidana umum pada periode tahun 2022 sebanyak 762 perkara.
Memperhatikan banyaknya jumlah penanganan perkara tindak pidana
umum di Kejaksaan Negeri Ketapang maka pembahasan dan penyusunan
Rancangan Aksi Perubahan kinerja organisasi dalam reformasi birokrasi ini
difokuskan pada Bidang Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Ketapang
yang termasuk area pelayanan public dalam optimalisasi penanganan berkas
perkara tindak pidana umum.
Rencana aksi perubahan kinerja organsasi ini dilaksanakan mulai tanggal
12 Juni 2023 sampai dengan 20 Agustus 2023 di Bagian Tindak Pidana
Umum Kejaksaan Negeri Ketapang.
1. Ruang Lingkup jangka pendek terdiri dari :
a. Menyediakan database Berkas Tahap I meliputi nomor berkas, tanggal
berkas, nomor surat perintah penunjukan penuntut umum untuk
mengikuti perkembangan Penyidikan perkara tindak pidana (P-16),

8|Page
tanggal P-16, Instansi Penyidik, Instansi pelaksana Penyidikan, tanggal
berkas, nama tersangka, nomor pengantar berkas, tanggal pengantar
berkas, dan jenis perkaranya. Tersimpannya dokumen/data berkas
tahap 1 ke dalam database.
b. Menciptakan fitur notifikasi melalui WhatsApp.
c. Mengubah pola pikir Jaksa khususnya dalam penanganan berkas
perkara tindak pidana umum pada tahapan prapenuntutan sehingga
penanganan berkas perkara tindak pidana umum sesuai dengan SOP
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Ruang lingkup jangka menengah terdiri dari :
a. Tersedianya aplikasi monitoring berkas perkara tahap I pidana umum
yang dapat diakses oleh Kepala Kejaksaan Negeri Ketapang, Jaksa
dan Admin pada kantor Kejaksaan Negeri Ketapang.
b. Jaksa Penuntut umum lebih profesional, akuntabel, dan tertib
administrasi.
3. Jangka Panjang
a. Aplikasi Si-Monika sebagai Aplikasi Monitoring dapat merubah Mindset
para Jaksa untuk bertindak professional dan menyadari bahwa tugas
dan tanggung jawab mereka diawasi oleh pemangku kepentingan.
b. Aplikasi ini dapat dipergunakan juga di seluruh Kejaksaan Negeri di
Indonesia.
c. Diharapkan Aplikasi ini akan dimutakhirkan dapat terintegrasi dengan
Stakeholder terkait khususnya Penyidik sehingga Penyidik dapat
memantau kinerja Jaksa dalam penanganan perkara pidana umum
yang lebih professional.

9|Page

Anda mungkin juga menyukai