Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jaksa Penuntut Umum mempunyai wewenang dan tugas untuk melakukan

penuntutan sebagaimana diatur dalam pasal 14 huruf (g) Jo Pasal 137 Undang –

Undang N0.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP). Dimana Jaksa Penuntut Umum apabila melakukan penuntutan

terhadap terdakwa harus membuat surat dakwaan yang berisi tentang Pasal –

pasal yang dilanggar oleh terdakwa.

Dalam melakukan penuntutan ini Jaksa Penuntut Umum dapat melakukan

tindakan prapenunututan terhadap berkas perkara yang dinilai kurang lengkap.

Prapenuntutan ini dilakukan sebelum suatu perkara diajukan ke pengadilan. Hal

ini dimaksudkan untuk mempersiapkan tindakan penuntutan di depan sidang

pengadilan dan menentukan keberhasilan dalam penuntutan, artinya tindakan

prapenuntutan sangat penting guna mencari kebenaran materiil yang akan menjadi

dasar dalam proses penuntutan.1

Sebelum jaksa penuntut umum melakukan penuntutan umumnya

didahului dengan “prapenuntutan” yakni mempelajari dan meneliti kembali Berita

Acara Pemeriksaan (BAP) yang diajukan oleh Penyidik termasuk mempersiapkan

surat dakwaan sebelum dilakukan penuntutan. Tujuannya adalah dalam rangka

1
M. Prodjohamidjojo, Tanya Jawab KUHAP, Ghalia Indonesia, Jakarta Timur, 1982, Hlm 34.

1
2

mengetahui BAP sudah lengkap atau belum, atau untuk mengetahui berkas

perkara itu telah memenuhi persyaratan untuk dilimpahkan ke pengadilan atau

belum. Jika dalam penuntutan ditemukan kekurangan atau tidak lengkapnya

persyaratan yang diperlukan. Jaksa Penuntut Umum dapat mengembalikan BAP

tersebut ke penyidik untuk dilengkapi dengan memberi petunjuk hal-hal yang

perlu dilengkapi.

Dalam sebuah pelaksanaan prapenuntutan, proses prapenuntutan selain

dapat memacu terhindarinya rekayasa penyidikan juga dapat mempercepat

penyelesaian penyidikan juga menghindari terjadinya arus bolak - balik perkara.

Proses prapenuntutan selain dapat menghilangkan kewenangan penyidikan oleh

penuntut umum dalam perkara tindak pidana umum juga dalam melakukan

pemeriksaan tambahan bilamana penyidik Polri menyatakan telah melaksanakan

petunjuk penuntut umum secara optimal namun penuntut umum tidak dapat

melakukan penyidikan tambahan secara menyeluruh artinya penuntut umum

hanya dapat melakukan pemeriksaan tambahan terhadap saksi - saksi tanpa dapat

melakukan pemeriksaan terhadap tersangka.

Prapenuntutan itu sendiri adalah pengembalian berkas perkara dari jaksa

penuntut umum kepada penyidik karena Jaksa Penuntut Umum berpendapat

bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata kurang lengkap disertai petunjuk untuk

melengkapinya. 2

2
Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta,Halaman 60.
3

Dari segi proses penanganan suatu perkara dalam proses hukum kita,

maka simaklah Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara

Pidana (KUHAP). Ihwal prapenuntutan memang tidak diatur dalam bab tersendiri

tapi terdapat di dalam bab tentang Penyidikan dan bab Penuntutan (Pasal 109 dan

Pasal 138 KUHAP).

Proses berlangsungnya prapenuntutan dilaksanakan baik oleh Penyidik

maupun Jaksa Penuntut Umum sebagaimana ketentuan Pasal 110 ayat (2) Jo, Pasal 138

ayat (1), (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP). Jaksa penuntut umum setelah menerima pelimpahan

dan melakukan penelitian terhadap berkas perkara wajib memberitahukan lengkap

tidaknya berkas perkara tersebut kepada penyidik. Bila penelitian terhadap berkas

perkara hasil penyidikan tersebut belum lengkap, maka jaksa penuntut umum

mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai dengan petunjuk.

Tingkat prapenuntutan, yaitu antara dimulainya Penuntutan dalam arti

sempit (perkara dikirim ke pengadilan) dan penyidikan yang dilakukan oleh

penyidik. Dalam melakukan penuntutan, Jaksa dapat melakukan prapenuntutan.

Prapenuntutan adalah tindakan jaksa untuk memantau perkembangan penyidikan

setelah menerima pemberitahuan dimulainya penyidikan oleh penyidik,

mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang

diterima dari penyidik serta memberikan petunjuk guna dilengkapi penyidik

untuk dapat menentukan apakah berkas perkara tersebut dapat dilimpahkan atau

tidak ke tahap penuntutan.


4

Kota Malang adalah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Kota ini
berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km di sebelah selatan Kota
Surabaya dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang
merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya dan dikenal
Julukan dengan kota Pelajar. Kota Malang yang terletak pada ketinggian antara
440-667 meter diatas permukaan air laut, merupakan salah satu kota tujuan
wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya
yang berada di tengah-tengah wilayah kabupaten Malang secara astronomis
terletak 112,06º - 112,07º Bujur Timur dan 7,06º - 8,02º Lintang Selatan.3

Persoalan-persoalan penegakan hukum tentunya tidak terlepas dari

persoalan yang timbul dari proses sistem peradilan pidana, secara khusus dapat

menyoroti satu bagian dari rangkaian proses tersebut yaitu pada proses

prapenuntutan dan dibatasi pada pengiriman berkas tahap pertama oleh penyidik

atau penilitian berkas perkara oleh penuntut umum di Kejaksaan Negeri Kota

Malang.

Dalam penanganan tindak pidana umum, proses prapenuntutan

merupakan pintu gerbang bagi penuntut umum untuk menentukan proses

peradilan selanjutnya, keberhasilan suatu proses penyidikan akan menentukan

keberasilan dalam proses penuntutan, demikianpun selanjutnya, keberhasilan

penuntutan akan menentukan keberasilan dalam pemeriksaan di pengadilan,

yang akhirnya terdakwa dinyatakan terbukti melakukan tindak pidana,

sebaliknya gagalnya tindakan penyidikan akan mengakibatkan gagalnya pula

proses atau tahap-tahap selanjutnya. Proses prapenuntutan merupakan

penghubung antara proses penyidikan yang dilakukan oleh Polri dengan proses

3
Pemerintah Kota Malang. http ://malangkota.go.id Diakses Tanggal 6 Juni 2014
5

penuntutan yang dilakukan oleh Penuntut Umum, sehingga proses prapenuntutan

merupakan bagian yang sangat penting bagi penuntut umum untuk mempelajari

dan meneliti fakta-fakta hukum secara formil dan materil yang telah

dikumpulkan oleh penyidik di dalam berkas perkara yang berakhir pada proses

pembuktian dalam sidang pengadilan. Hasil penyidikan yang tidak sempurna,

misalnya yang dilakukan dengan upaya-upaya kekerasan merupakan suatu input

yang akan menghasilkan penuntutan dan putusan atau vonis yang tidak sesuai

dengan harapan masyarakat dan akan memberikan dampak negatif bagi citra atau

wibawa hukum, bagi pencari keadilan dan bagi korban dalam menuntut keadilan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang akan ditulis dalam sebuah judul skripsi dengan judul :

STANDAR KELENGKAPAN ADMINISTRASI BERITA ACARA

PEMERIKSAAN PENYIDIKAN DALAM PRAPENUNTUTAN

PELAKSANAAN PASAL 110 KUHAP ( Studi di Kejaksaan Negeri Kota

Malang )

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana standar kelengkapan dari penyidik untuk menghindari bolak-

balik atau pengembalian berkas perkara prapenuntutan yang ditentukan

oleh jaksa penuntut umum?


6

2. Apa alasan jaksa penuntut umum melakukan prapenuntutan ?

3. Bagaimana implikasi tidak dilengkapinya berkas BAP penyidikan oleh

penyidik ?

C. TujuanPenelitian

1. Untuk mengetahui standar kelengkapan dari penyidik untuk menghindari

bolak-balik atau pengembalian berkas perkara prapenuntutan yang

ditentukan oleh jaksa penuntut umum.

2. Untuk mengetahui alasan jaksa penuntut umum melakukan prapenuntutan.

3. Untuk mengetahui implikasi tidak dilengkapinya berkas BAP penyidikan

oleh penyidik.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk kemajuan dibidang hukum

pidana khususnya yang berkaitan dengan standar kelengkapan dari

penyidik untuk menghindari bolak-balik atau pengembalian berkas

perkara prapenuntutan yang ditentukan oleh jaksa penuntut umum.


7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan bagi penulis untuk mengembangkan teori

berkaitan dengan permasalahan yang diangkat, serta sebagai syarat

akademis untuk mendapat gelar sarjana (S1) di bidang Ilmu Hukum.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan untuk menambah pemahaman hukum

bagi masyarakat, sekaligus membantu dan memberi masukan dalam

mencari upaya penyelesaian hukum yang adil.

c. Bagi Instansi Terkait

Bagi aparat penegak hukum sebagai instrumen negara dalam

melaksanakan peraturan Perundang-undangan khususnya Penuntut

Umum dalam melaksanakan tanggung jawabnya ;

E. Kegunaan Penelitian

Penilitian ini diharapkan berguna untuk instansi yang ada dalam

penelitian ini, yaitu Kejaksaan Negeri Kota Malang.

Terutama tentang standar kelengkapan dari penyidik untuk menghindari bolak-

balik atau pengembalian berkas perkara prapenuntutan yang ditentukan oleh

jaksa penuntut umum dan tentang alasan apa saja hingga jaksa penuntut umum

melakukan prapenuntutan.
8

F. Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi, untuk memberikan kebenaran dari penulisan

maka diperlukan suatu metode penelitian yang tepat, karena metode penelitian

sangat penting dalam penulisan karya ilmiah sebagai pedoman dalam

pelaksanaan analisa terhadap data – data dari penelitian untuk menghasilkan

jawaban – jawaban atas permasalahan yang dibahas.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan,

dengan menggunakan metode – metode tertentu. Adapun metode yang digunakan

adalah :

1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan

secara yuridis sosiologis yakni melihat hukum yang didasarkan pada

ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku dengan

dikaitkan pada teori hukum serta dengan melihat kenyataan yang ada

dalam masyarakat.4 Dengan metode pendekatan ini pendekatan masalah

dilakukan dengan cara menggali keterangan dari berbagai pihak terkait

sebagai kajian dalam proses pembahasan dengan membandingkan teori

dan kenyataan yang berdasarkan perundang – undangan yang berlaku,

serta dikaitkan dengan teori – teori hukum dan dengan melihat kenyataan

yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini.

4
Bambang Waluyo, 2007, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, hal.6
9

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian ini adalah

di Kantor Kejaksaan Negeri Kota Malang yang terletak di Jalan Simpang

Panji Suroso No. 5 Kota Malang. Alasan mengapa memilih lokasi

tersebut, karena dari informasi yang diketahui di Kejaksaan Negeri Kota

Malang terdapat kasus yang sering dihadapi dalam proses prapenuntutan

yaitu beberapa kendala yang dihadapi oleh Jaksa Penuntut Umum dalam

melakukan Prapenuntutan.

3. Sumber Data

Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan agar peneliti

dapat memperoleh data yang relevan dan akurat.Adapun pengambilan

data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan responden,

yakni Jaksa Penuntut Umum di Kejaksaan Negeri Kota Malang untuk

memberikan informasi kepada peneliti mengenai kendala yang

dihadapi jaksa penuntut umum untuk melakukan prapenuntutan

dalam rangka proses penuntutan tindak pidana umum di Kejaksaan

Negeri Kota Malang.


10

b. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

dihimpun dengan cara studi kepustakaan, studi dokumentasi, dan

penelusuran internet yang terkait dengan kendala yang dihadapi

jaksa penuntut umum untuk melakukan prapenuntutan dalam rangka

proses penuntutan tindak pidana umum.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1) Teknik Pengumpulan Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara wawancara (Interview). Dalam

penelitian ini digunakanlah teknik wawancara langsung terhadap

responden. Pendekatan wawancara yang dilakukan adalah dengan

wawancara terpimpin atau wawancara terarah (directive interview). 5

Wawancara ini dilaksanakan dengan sistem terbuka, sehingga jika

ada pertanyaan yang belum dicantumkan dalam daftar pertanyaan

dapat langsung ditanyakan.

2) Teknik Pengumpulan Data sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan melalui

bahan-bahan literatur yaitu Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan,

studi dokumentasi melalui dokumen atau arsip-arsip dari pihak yang

5
Ronny Haninjto Soemitro, 1999, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, Halaman 57.
11

terkait dengan cara mencatat atau meringkas dokumen-dokumen,

serta penelusuran situs-situs internet yang berhubungan dan terkait

kendala yang dihadapi jaksa penuntut umum untuk melakukan pra

penuntutan dalam rangka proses penuntutan tindak pidana umum.

5. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif.

Teknik analisis data deskriptif kualitatif ialah peneliti memaparkan data

yang didasarkan pada kualitas yang relevan dengan permasalahan yang

dibahas dalam penulisan penelitian ini dengan menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtut, logis, tidak tumpang

tindih, dan efektif, sehingga memudahkan dalam pemahaman dan

interpretasi data.6

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan hukum ini akan menyajikan empat bab yang

terdiri dari sub-sub bab yang bertujuan untuk mempermudah penulis dalam

penulisannya, bagi pembaca dan penguji agar mudah dalam memahaminya.

Adapun sistemtika dalam penulisan hukum ini sebagai berikut:

6
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
Halaman172.
12

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab I ini penulis akan menguraikan mengenai latar belakang penulis

mengambil masalah ini, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian

ini. Dengan tujuan dan manfaat penelitian yang dapat berguna baik secara teoritis

maupun praktis. Lalu penulis menguraikan terkait dengan metode penelitian,

teknik pengumpulan data, teknik analisa bahan hukum dan sistematika penulisan

diharapkan dapat mempermudah untuk memahami dan mempelajari hasil

peneliti.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab II ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan berbagai teori-teori

hukum yang dapat mendukung peneliti dalam membahas dan menjawab rumusan

masalah terkait denganimplikasi yuridis terhadap perbuatan hukum yang

dilakukan direksi perseroan yang telah berakhir masa jabatannya

BAB III : PEMBAHASAN

Dalam bab III ini penulis akan menjawab, menguraikan dan menganalisa secara

rinci dan jelas terkait dengan rumusan masalah yang berhubungan dengan

implikasi yuridis terhadap perbuatan hukum yang dilakukan direksi perseroan

yang telah berakhir masa jabatannya dengan berdasarkan berbagai teori-teori

hukum yang telah diuraikan dalam bab II dalam penelitian hukum ini.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab IV berisi kesimpulan-kesimpulan, ini merupakan kristalisasi hasil

penelitian, sedangkan saran merupakan sumbangan pemikiran penulis.

Anda mungkin juga menyukai