Anda di halaman 1dari 23

Tugas : Perekonomian Indonesia

MAKALAH
Penyaluran Dana Desa Dalam Rangka Mewujudkan
Sistem Perekonomian Yang Mandiri dan Berkeadilan

DOSEN PENGAMPU :
Drs. AFFANDI TOBING, M.Si

DISUSUN OLEH :
CHAIRUNNISA (22030145)

SEKOLAH TINGGGI ILMU EKONOMI


PANCA BHAKTI PALU
2021/2022
KATA PEGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yabg


Maha Esa atas karunia dan izin-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Penyaluran Dana Desa Dalam Rangka Mewujudkan
Sistem Perekonomian Yang Mandiri dan Berkeadilan".

Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima


kasih kepada dosen mata kuliah Perekonomian
Indonesia yang telah membimbing dan mengarahkan
kami sehingga tugas makalah ini dapat di selesaikan
dengan baik.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas


makalah ini, masih banyak kekurangan yang ditemui.
Untuk itu, kami mengharapkan adanya saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, semoga tugas makalah ini dapat


memberikan manfaat bagi kita semua terutama bagi
rekan-rekan mahasiswa.

Palu, 15 Juni 2022


Chairunnisa

Nama : Chairunnisa

No. Stambuk : 22030145

Kelas : M2P20

Jurusan : S1 Manajemen

Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia


DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL.....................................................................................
..................... i
KATA
PENGANTAR...........................................................................
........................... ii
PROFIL
PENULIS..................................................................................
.................... iii

DAFTAR
ISI.............................................................................................
....................... iii
BAB 1
PENDAHULUAN......................................................................
.......................... 1
1.1 Latar
Belakang.................................................................................
............... 1
1.2 Rumusan
Masalah..................................................................................
.........
BAB 11
PEMBAHASAN.......................................................................
.......................... 2
2.1 Pengertian Dana
Desa.....................................................................................
2
2.2 Sumber dan Mekanisme Penyaluran Dana
Desa........................................................................................
... 3
2.3 Tujuan Dana
Desa........................................................................................
.3
2.4 Manfaat Dana
Desa............................................................................. 4
2.5 Prioritas Dana
Desa........................................................................................
.4
2.6 Arah Kebijakan Dana
Desa................................................................................... 5
2.7 Penggunaan Dana
Desa.................................................11
2.8 Peran Dana Desa...........................................................
12
2.9 Tantangan dan Catatan Dana
Desa..................................................... 12
2.10 Dana Desa dan Kriteria Ekonomi Daerah....... 13
2.11 Pemerintahan Desa dan Kemandirian
Desa............................................ 15
2.12 Pengelolaan Keuangan Dana
Desa................................................................... 16
2.13 Alokasi Dana
Desa.................................................................................. 17
BAB III
PENUTUP................................................................................
......................... 18
3.1
Kesimpulan.............................................................................
....................... 18
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................
..................... 19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menjalankan kewenangannya dalam mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat, desa memerlukan
sumber pendapatan. Pendapatan desa merupakan sumber daya yang sangat vital
bagi penyelenggaraan pemerintahan desa.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disebutkan bahwa desa
mempunyai sumber pendapatan berupa pendapatan asli desa, alokasi anggaran dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), bagian dari hasil pajak daerah
dan retribusi daerah kabupaten/kota, Alokasi Dana Desa yang merupakan bagian
dari dana perimbangan yang diterima oleh kabupaten/kota, bantuan keuangan dari
APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota, hibah dan sumbangan yang tidak
mengikat dari pihak ketiga, serta lain-lain pendapatan desa yang sah.

Sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang


Desa, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dana
Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang
ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Rencananya setiap desa akan
mendapatkan dana maksimal sebesar 1,4 miliar rupiah. Dalam Peraturan Pemerintah
disebutkan pula bahwa pengalokasian Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah desa
dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas
wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.

Tahun 2015 merupakan awal dikucurkannya Dana Desa. Dalam pelaksanaannya


pencairan Dana Desa dari Kementerian Keuangan melalui pemerintah
kabupaten/kota mengalami kendala. Sebagian Dana Desa terhenti di tingkat
kabupaten/kota sehingga belum sampai ke desa yang berhak menerimanya.
Akibatnya, program pemerintah untuk percepatan pembangunan terkendala.
Penyaluran Dana Desa selama ini tersendat lantaran prosedur yang terlalu rumit.
Pasalnya, untuk mendapatkan dana tersebut, terdapat sejumlah syarat, seperti dari
pemerintah kabupaten/kota harus mengeluarkan peraturan bupati terkait petunjuk
teknis Dana Desa. Di sisi lain, agar Dana Desa yang telah berada di kas
kabupaten/kota bisa disalurkan ke Kas Desa, masing-masing desa perlu membuat
realisasi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RKPD).

Untuk mempermudah prosedur penyaluran Dana Desa, Pemerintah melalui Menteri


Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mencetuskan ide
penerbitan Keputusan Bersama Tiga Menteri (Menteri Dalam Negeri, Menteri
Keuangan, dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi)
tentang Percepatan Penyaluran, Pengelolaan dan Penggunaan Dana Desa Tahun
2015. Dengan terbitnya Keputusan Bersama Tiga Menteri tersebut, diharapkan dapat
mempercepat proses penyaluran Dana Desa yang hingga kini masih banyak yang
belum sampai ke desa-desa yang berhak menerimanya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Pengertian Dana Desa ?


b. Untuk Mengetahui Bagaimana Penyaluran Dana Desa ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dana Desa

Menurut Undang-Undang Desa, Dana Desa didefinisikan sebagai dana yang


bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD
Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat.

Terkait istilah “dana desa”, Pasal 1 angka 2 PP 60/2014jo. PP 8/2016 mengartikan


dana desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi desa
yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

2.2 Sumber dan Mekanisme Penyaluran Dana Desa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang
bersumber dari APBN, dialokasikan secara berkeadilan berdasarkan 1) alokasi dasar,
dan 2) alokasi yang dihitung memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan,
luas wilayah, dan tingkat kesuitan geografis desa setiap kabupaten/kota.

Mekanisme penyaluran Dana Desa terbagi menjadi 2 (dua) tahap yakni tahap
mekanisme transfer APBN dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening
Kas Umum Daerah (RKUD) dan tahap mekanisme transfer APBD dari RKUD ke kas
desa.

Mekanisme pencairan dana dan penyaluran Alokasi Dana Desa selengkapnya seperti
di bawah ini.
1. Pencairan Dana Desa dilakukan bertahap dengan presentase tertentu yang telah
ditetapkan.
2. Pencairan pertama diajukan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat
disertai dengan kelengkapan administrasi yang telah ditentukan.
3. Pencairan tahap ke dua, dapat dilakukan apabila penggunaan pada pencairan
pertama sudah dipertanggungjawabkan baik secara administratif, secara teknis dan
secara hukum.
4. Pencairan baik tahap pertama maupun ke dua dilakukan dengan pemindahbukuan
dana dari kas daerah ke rekening kas desa.
5. Penyaluaran Alokasi Dana Desa dari kas desa kepada pelaku aktivitas (pemimpin
pelaksana kegiatan).

2.3 Tujuan Dana Desa

Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, tujuan disalurkannya dana desa
adalah sebagai bentuk komitmen negara dalam melindungi dan memberdayakan
desa agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis. Dengan adanya Dana Desa,
desa dapat menciptakan pembangunan dan pemberdayaan desa menuju
masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

Sementara tujuan Alokasi Dana Desa adalah:


1. Mengatasi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.
2. Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat
desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
3. Mendorong pembangunan infrastruktur pedesaan yang berlandaskan keadilan dan
kearifan lokal.
4. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial, budaya dalam rangka
mewujudkan peningkatan kesejahteraan sosial.
5. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa.
6. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat desa.
7. Meningkatakan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui BUM Desa.

Penggunaan Alokasi Dana Desa yang diterima pemerintah desa 30% alokasi dana
desa dipergunakan untuk operasional penyelenggaraan pemerintah desa dalam
pembiayaan operasional desa, biaya operasional BPD, biaya operasional tim
penyelenggara alokasi dana desa. Sedangkan 70% dana desa dipergunakan untuk
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana ekonomi
desa, pemberdayaan dibidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi
masyarakat terutama untuk mengentaskan kemiskinan dan bantuan keuangan
kepala lembaga masyarakat desa, BUM Desa, kelompok usaha sesuai potensi
ekonomi masyarakat desa, serta bantuan keuangan kepada lembaga yang ada di
desa seperti LPMD, RT, RW, PKK, Karang Taruna, Linmas.

Berdasarkan prinsip pengelolaan Dana Desa bagian yang tak terpisahkan dari
pengelolaan keuangan Desa dalam APBD, seluruh kegiatan yang dibiayai Dana Desa
direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan
seluruh lapisan masyarakat desa, semua kegiatan harus dipertanggung jawabkan
secara admistratif, secara, teknis, dan secara hukum. Dana Desa dipergunakan
secara terarah, ekonomis, efesien, efektif, berkeadilan, dan terkendali.

2.4 Manfaat Dana Desa

Dana desa diprioritaskan manfaatnya untuk membiayai pembangunan dan


pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa,
kualitas hidup manusia, serta penanggulangan kemiskinan, yang dituangkan dalam
Rencana Kerja Pemerintah Desa.

 Pengentasan Kemiskinan
Dana desa memiliki dampak yang luas, dari segi kemiskinan hingga menumbuhkan
perekonomian di pedesaan. Dari sisi kemiskinan, dengan dana desa, angka
kemiskinan di desa menurun dua kali lipat dibandingkan di kota. Ini sebagai imbas
dari adanya dana desa. Kini ada 1,2 juta penduduk di desa sudah berhasil dientaskan
dari kemiskinan. Sebagaimana telah disampaikan Presiden Jokowi saat memberikan
sambutan pada acara "Sosialisasi Prioritas Penggunaan Dana Desa 2019 dan
Evaluasi Kebijakan Pembangunan serta Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi
Banten".

Hingga saat ini tak kurang dari Rp187 triliun telah disalurkan ke seluruh desa di
Indonesia. Dengan adanya dana desa ini, masyarakat bisa memanfaatkan sesuai
dengan kebutuhannya untuk meningkatkan produktivitasnya dan memperbaiki
kualitas hidup di desa. Dari alokasi dana desa telah terbangun pasar desa sebanyak
6.932 unit, saluran irigasi sebanyak 39.351 unit, dan jembatan sepanjang 1.028.225
meter. Realisasi dana desa mendukung aktivitas ekonomi agar tetap bergerak di
masyarakat meskipun terdapat hambatan global yang mengganggu.

 Dana Desa untuk Pemerataan Pembangunan


Membangun dari desa adalah salah satu komitmen pemerintah untuk menghadirkan
pemerataan ekonomi yang berkeadilan. Itulah sebabnya jumlah dana desa terus
ditingkatkan setiap tahunnya, termasuk juga untuk masyarakat adat sebagai
pengakuan terhadap hak-hak masyarakat adat. Untuk mewujudkan pemerataan
ekonomi, distribusi dana desa harus diikuti dengan penguatan kelembagaan desa,
serta keterbukaan pengelolaan anggarannya yang perlu dikembangkan untuk
disempurnakan.

Sebagai wujud komitmen pemerintah dalam pembangunan desa, angaran dana desa
terus meningkat. Jika pada tahun 2015 dana desa hanya sebesar Rp20,76 triliun,
tahun 2016 meningkat menjadi Rp46,98 triliun, dan untuk tahun 2017 menjadi Rp60
triliun.

Dengan dukungan alokasi dana desa yang terus meningkat ini diharap bisa
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sesuai UU Desa.

 Dana Desa untuk Menahan Laju Urbanisasi


Dana Desa bukan hanya untuk mengentaskan desa dari kemiskinan namun juga
untuk menarik minat anak muda untuk tidak ber-urbanisasi. Dana desa bisa
menciptakan peluang kerja bagi anak muda. Seperti yang terjadi di Desa
Nglanggeran, berkat pengelolaan wisata Gunung Api Purba, ratusan pemuda
mendapat pekerjaan kreatif mengelola wisata. Juga terjadi di Desa Wisata di
Kecamatan Dlingo, Bantul, Yogyakarta. Ratusan pemuda di kecamatan ini kini
menikmati pekerjaan sebagai pengelola puluhan objek wisata yang bersebaran di
desa desa mereka.

Beberapa fakta di atas menunjukkan bagaimana dana desa mampu mendorong


kreativitas warga desa menciptakan peluang-peluang pendapatan baru dalam skala
yang signifikan. Di Desa Wisata Nglanggran, tidak hanya pemuda yang mendapatkan
income rutin melainkan juga ratusan warga pemilik warung, rumah sewa,
transportasi, dan kelompok ibu-ibu rumah tangga pembuat makanan kecil yang kini
laris menjual makanannya pada para pengunjung.

2.5 Prioritas Dana Desa

Dana Desa diprioritaskan untuk pembiayaan pelaksanaan program dan kegiatan


berskala lokal desa dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa dan kualitas hidup masyarakat serta penanggulangan kemiskinan. Prioritas
Dana Desa dialokasikan untuk membiayai bidang pemberdayaan masyarakat
didasarkan atas kondisi dan potensi desa, sejalan dengan pencapaian target
RPJMDes dan RKPDes setiap tahunnya, melalui:
1. Dana Desa diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan dasar meliputi:
➢Pengembangan pos kesehatan Desa dan Polindes;
➢ Pengelolaan dan pembinaan Posyandu; dan
➢ Pembinaan dan pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

2. Dana Desa diprioritaskan untuk pembangunan sarana dan prasarana desa,


yang diantara-Nya dapat meliputi :
➢ Pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana jalan desa;
➢ Pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana jalan usaha tani;
➢ Pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana embung desa;
➢ Pembangunan energi baru dan terbarukan;
➢ Pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan;
➢ Pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala desa;
➢ Pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier;

3. Dana Desa diprioritaskan untuk pengembangan potensi ekonomi lokal guna


meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha,
peningkatan pendapatan, serta perluasan skala ekonomi masyarakat desa.

Berdasarkan prinsip pengelolaan Dana Desa bagian yang tak terpisahkan dari
pengelolaan keuangan Desa dalam APBD, seluruh kegiatan yang dibiayai
Dana Desa direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan
melibatkan seluruh lapisan masyarakat desa, semua kegiatan harus
dipertanggung jawab kan secara admistratif, secara, teknis, dan secara
hukum. Dana Desa dipergunakan secara terarah, ekonomis, efisien, efektif,
berkeadilan, dan terkendali.

4. Penggunaan dana desa tidak hanya pada program yang bersifat


pembangunan fisik saja melainkan juga peningkatan kualitas SDM atau
sumber daya manusia yang berada di desa;

5. Penggunaan dana desa harus dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat


desa seperti pengadaan pembangunan, hingga pengembangan serta
pemeliharaan harta sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan seperti
transportasi, energi, dan beberapa manfaat kebutuhan lainnya;
6. Dana desa harus dapat meningkatkan pelayanan publik di tingkat desa berupa
kegiatan di bidang kesehatan (penyediaan air bersih dan sanitasi, pemberian
makan tambahan untuk bayi dan balita, hingga pelatihan pemantauan
perkembangan kesehatan ibu hamil atau ibu menyusui serta beberapa
kegiatan lainnya);

7. Penggunaan dana desa seperti Program Pembangunan Sarana Olahraga Desa


serta peningkatan SDM yaitu Program Kegiatan Padat Karya termasuk
penanganan masalah kemiskinan dan juga pengangguran di desa dengan
menciptakan lapangan kerja baru, harus diputuskan melalui musyawarah
desa;

2.6 Arah Kebijakan Dana Desa

Menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dana desa merupakan dana yang
dialokasikan dalam APBN, diperuntukkan bagi desa dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat,
dan pemberdayaan masyarakat. Dana desa dimaksudkan untuk meningkatkan
pelayanan publik di desa, mengentaskan kemiskinan, memajukan perekonomian
desa, dan mengatasi kesenjangan pembangunan antar-desa.

Adapun arah dan kebijakan dana desa tahun 2019. Pertama, meningkatkan pagu
anggaran dana desa. Diperkirakan dana desa 2019 akan mengalami kenaikan dari
Rp75 triliun hingga Rp80 triliun. Kedua, menyempurnakan formulasi pengalokasian
dana desa dengan tetap memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan. Ketiga,
mengoptimalkan pemanfaatan dana desa pada beberapa kegiatan prioritas desa,
yaitu 3-5 kegiatan. Keempat, melanjutkan skema padat karya tunai dalam
penggunaan dana desa untuk pembangunan infrastruktur atau sarana dan prasarana
fisik.

Kelima, meningkatkan porsi pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan


masyarakat. Keenam, meningkatkan perekonomian desa melalui optimalisasi peran
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), menciptakan produk unggulan desa, dan
memberikan kemudahan akses permodalan. Ketujuh, meningkatkan akuntabilitas
pelaksanaan dana desa melalui kebijakan penyaluran berdasarkan kinerja
pelaksanaan.

Kedelapan, sinergi pengembangan desa melalui pola kemitraan dengan dunia usaha.
Kesembilan, melakukan penguatan atas monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan dana desa, kapasitas SDM perangkat desa, serta koordinasi, konsolidasi
dan sinergi dari tingkat pemerintahan pusat, pemda, kecamatan, hingga desa.

Penghitungan dana desa di 2019 haruslah benar-benar mengacu pada pasal 72 ayat
2 UU Desa, yaitu dana desa dihitung berdasarkan jumlah desa, dan dialokasikan
dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan
tingkat kesulitan geografis. Dana Desa 2019 tidak boleh bertentangan dengan
amanat dan semangat UU Desa.

Ada dua catatan penting lainnya. Pertama, soal penyaluran dana desa di tahun 2019
sebaiknya dua tahap saja sehingga memudahkan aparatur desa dalam penggunaan,
penyerapan, dan pelaporan. Kedua, meminta pemerintah jangan mengedepankan
fungsi korporasi di dalam BUMDes karena akan mematikan kearifan lokal desa.
Sebaliknya, pemerintah harus mendorong asas rekognisi atau pengakuan dan
subsidiaritas di dalam pengelolaan BUMDes.

2.7 Penggunaan Dana Desa

Dana desa akan bermanfaat dan memiliki peran yang positif sebagai pelumas roda
ekonomi pembangunan desa, apabila memenuhi klasifikasi antara lain
penggunaannya dengan tata kelola yang baik, menghindari penyalahgunaan
penggunaannya, transparan, optimal melalui swakelola, dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan melakukan pengawasan ketat.
1. Tata Kelola Dana Desa Harus Baik
Dengan tata kelola pemerintahan desa yang baik melalui prinsip-prinsip good
governance maka upaya menuju desa sejahtera mandiri bukan hal yang tak mungkin.
Maka pengungkapan kasus akhir-akhir ini, di beberapa media menjadi tolok ukur
keberhasilan dalam penerapan prinsip good governance. Pemeriksaan terhadap
beberapa personel pemerintah desa oleh aparat hukum karena pelaksanaan
pembangunan yang gagal, tidak berkualitas, salah sasaran, dan tidak sesuai
kebutuhan merupakan kemunduran yang harus dievaluasi. Menuju desa sejahtera
mandiri yang maju dan sejahtera hanya akan dicapai dengan tata kelola pemerintah
yang baik, optimal, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Menghindari Penyalahgunaan Dana Desa


Akhir-akhir ini banyak pemberitaan di media cetak maupun media Online soal dana
desa yang diselewengkan. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahkan sudah
mengantongi 362 laporan dari masyarakat soal penyalahgunaan dana desa pada
2016. Penyimpangan-penyimpangan dana desa yang sering terjadi antara lain ada
beberapa hal. Pertama adalah pengadaan barang dan jasa yang tidak sesuai. Kedua
adalah markup anggaran yang biasanya tidak melibatkan masyarakat dalam
musyawarah desa. Ketiga adalah penyelewengan dana untuk kepentingan pribadi.

Keempat lemahnya pengawasan dan kelima adalah penggelapan honor aparat desa.
Dana desa yang diselewengkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi desa.
Untuk mencegahnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan soal penggunaan
dana desa salah satu jalan adalah transparansi dan peran aktif warga untuk turut
serta mengawasi penggunaan dana desa. Untuk mendukung kecepatan dan
ketepatan penyaluran, penggunaan dan pengelolaan dana desa, Kemendes
membentuk tim satgas sesa yang dipimpin Bibit Samad Rianto mantan pimpinan
KPK. Selain berfungsi sebagai pengawas, Satgas Desa juga membantu evaluasi
regulasi dana desa, sosialisasi, serta advokasi.

Bagaimana cara mengetahui indikasi penyalahgunaan dana desa? Bagi masyarakat


atau kepada desa yang mengetahui indikasi penyelewengan dana desa diharap
langsung melaporkan ke pusat informasi di nomor 150040 atau melalui SMS Center
di 087788990040.

Selain itu, bisa juga melaporkan penyelewengan dana desa melalui penyelewengan
dana desa melalui website lapor.go.id. Atau bisa juga langsung lapor ke satgas desa
dari Kemendes melalui website satgas.kemendesa.go.id.
3. Mencegah Penyalahgunaan Dana Desa melalui Transaksi Non Tunai
Beragam upaya dilakukan demi menyelamatkan program dana desa dari kejahatan
korupsi. Salah satunya melalui kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) melalui
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) untuk mencegah korupsi. BI melalui Kantor
Perwakilan Cirebon telah mulai masuk desa dan menjalankan konsolidasi untuk
mengembangkan gerakan ini.

BI Cirebon telah resmi bekerja sama dengan Desa Sindangjawa, Kecamatan


Dukuhpuntang, Cirebon, Jawa Barat untuk menggunakan pola non tunai bagi seluruh
proses transaksi dana desa. Program ini dijalankan sebagai upaya mencegah
penyalahgunaan dana desa. Dengan pola non tunai seluruh transaksi bisa dilacak ke
mana larinya. Pola non tunai bisa mengantisipasi manipulasi dalam pengelolaan
dana sehingga bisa mencegah terjadinya korupsi.

Berbeda dengan kerja sama BI dan dengan institusi lain seperti kerja sama dengan
pengelola gerbang tol misalnya, kerja sama dengan desa memiliki tingkat kesulitan
yang lebih tinggi. Dalam program kerja sama gerakan non tunai ini BI melakukan
pelatihan khusus bagi desa sehingga pola transaksi yang dilakukan kemudian tidak
perlu menjadi persoalan meski dilakukan secara non tunai. BI juga akan melatih
bagaimana aparat desa menjadi tahu cara mencegah beredarnya uang palsu. Kerja
sama dengan BI hannyalah salah satu cara untuk mencegah kemungkinan
penyalahgunaan dana desa.

4. Keterbukaan Pengelolaan Dana Desa


Membangun dari desa adalah salah satu komitmen pemerintah untuk menghadirkan
pemerataan ekonomi yang berkeadilan. Untuk itu, jumlah dana desa terus
ditingkatkan setiap tahunnya. Masyarakat adat juga diberikan akses terhadap
kesejahteraan. Untuk mewujudkan pemerataan ekonomi distribusi dana desa,
penguatan kelembagaan desa, serta keterbukaan pengelolaan anggarannya perlu
dikembangkan untuk disempurnakan.

5. Pengelolaan Dana Desa Secara Swakelola


Mulai Januari 2018, Kemendes PDTT memastikan dana desa harus dikelola dengan
pola swakelola. Dana desa juga diprioritaskan pada kegiatan yang mampu
menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi warga desa. Program Swakelola
adalah kegiatan pengadaan barang/jasa di mana pekerjaannya direncanakan,
dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri oleh kementerian/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah/institusi lainnya sebagai penanggung jawab anggaran, instansi
pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.

Sebagai contoh, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta adalah


salah satu yang sedang melakukan proses ini. BUMDes Pendowomulyo, nama
BUMDes Pendowoharjo berencana mendirikan minimarket di desa mereka.
Minimarket itu akan menjual beragam kebutuhan sehari-hari warga. Keunggulannya
adalah, minimarket ini nanti bakal menjual beragam produk yang dibuat warga
Pendowoharjo sendiri. Tetapi desa ini belum memiliki bangunan untuk calon
minimarket mereka, karenanya harus menyiapkan bangunan yang siap ditempati
minimarket.
6. Kerja Sama Pengawasan Dana Desa
Dalam rangka memaksimalkan kerja sama pengawasan dana desa dan percepatan
pembangunan di desa-desa, Kemendes PDT telah membuat dan menandatangani
MoU dengan pihak kejaksaan, yaitu MoU tentang pelaksanaan dan koordinasi dalam
rangka memaksimalkan dan mengoptimalkan kerja sama antara kedua belah pihak
dalam pengawasan dana desa agar ke depannya minim dari penyimpangan.

Dengan adanya optimalisasi kerja sama antara Kemendes dan Kejaksaan ini
diharapkan proses pendistribusian dana desa berjalan dengan tertib dan terhindar
dari pemanfaatan oknum kepala daerah untuk kepentingan pribadi dan kelompok.
Pihak kejaksaan menyadari berjalannya program dana desa yang bersih dapat
membantu program percepatan pemerintah pusat dalam pembangunan desa-desa
pihak kejaksaan juga mengubah paradigma di bidang pengawasan dari mencari
kesalahan beralih ke pengawasan dan dukungan kepada kepala desa dalam
pengelolaan dana desa sehingga menjadi peluang bagi kejaksaan untuk menjadi
mitra kepala desa dalam pembangunan desa yang menggunakan dana desa
sehingga pembangunan dapat berjalan sesuai dengan target.

2.8 Peran Dana Desa dalam Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional dan
Penanganan Covid-19

1. BLT Desa
Prioritas utama penggunaan Dana Desa pada tahun ini adalah program perlindungan
sosial berupa BLT Desa. BLT Desa merupakan pemberian uang tunai kepada
keluarga miskin atau tidak mampu di desa yang bersumber dari Dana Desa.
Pemberian ini bertujuan untuk membantu warga miskin desa, mengurangi dampak
ekonomi akibat adanya pandemi Covid-19, serta menjadi tambahan pendapatan
untuk meningkatkan daya beli warga miskin dalam memenuhi kebutuhan pokok
sehari-hari.

Kriteria Penerima Manfaat BLT Desa yaitu:

keluarga miskin atau tidak mampu yang berdomisili di desa bersangkutan dan
diprioritaskan untuk keluarga miskin yang termasuk dalam kategori kemiskinan
ekstrem;
kehilangan mata pencaharian;
mempunyai anggota keluarga yang rentan sakit menahun/kronis;
keluarga miskin penerima jaring pengaman sosial lainnya yang terhenti baik yang
bersumber dari APBD dan/atau dari APBN;
keluarga miskin yang terdampak pandemi Covid-19 dan belum menerima bantuan;
atau
rumah tangga dengan anggota rumah tangga tunggal lanjut usia.
BLT menjadi salah satu instrumen yang sangat penting dalam penanganan
kemiskinan dan penuntasan kemiskinan ekstrem di desa, dan diharapkan dapat
meringankan beban masyarakat desa yang terdampak pandemi Covid-19, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Besaran BLT Desa yang diberikan kepada
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) adalah Rp300.000 per bulannya. Bantuan
tersebut disalurkan secara bertahap setiap bulan selama 12 bulan terhitung sejak
bulan Januari 2022. BLT Desa merupakan wujud kecintaan, perhatian, dan
kepedulian pemerintah kepada warga miskin desa.
BLT Desa tahun 2022 dialokasikan minimal 40% dari alokasi Dana Desa setiap desa,
atau secara nasional alokasi Dana Desa untuk BLT Desa tahun 2022 adalah minimal
sebesar Rp27,2 triliun.

Dukungan pendanaan penanganan Covid-19 paling sedikit 8% dari alokasi Dana Desa
Dalam rangka mendukung pendanaan penanganan pandemi Covid-19 termasuk
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro di desa, Dana Desa
ditentukan penggunaannya paling sedikit sebesar 8% dari pagu Dana Desa setiap
desa. Besaran paling sedikit 8% tersebut di luar dan tidak termasuk pendanaan untuk
BLT Desa. Dana Desa yang ditentukan penggunaannya (earmark) untuk pendanaan
penanganan pandemi Covid-19 pada tahun 2022 sebesar minimal Rp5,4 triliun.

2. Padat Karya Tunai Desa


Padat Karya Tunai Desa merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa,
khususnya yang miskin dan marginal. Kegiatan ini bersifat produktif dengan
mengutamakan pemanfaatan sumber daya, tenaga kerja, dan teknologi yang berasal
dari desa yang bersangkutan (lokal). Tujuan dari Padat Karya Tunai Desa antara lain
memberikan tambahan upah atau pendapatan, mengurangi kemiskinan,
meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan sekaligus mendukung penurunan angka
stunting.

Skema Padat Karya Tunai dalam pelaksanaan Dana Desa diharapkan dapat
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, dengan memberikan honorarium (upah)
langsung tunai kepada tenaga kerja yang terlibat, baik secara harian maupun
mingguan, sehingga dapat memperkuat daya beli masyarakat, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Pada masa pandemi,
program ini sangat dinantikan kehadirannya di tengah terbatasnya ketersediaan
lapangan pekerjaan.

3. Penanganan stunting
Pandemi Covid-19 dikhawatirkan akan menambah angka stunting baru. Dampak
buruk pandemi bagi perekonomian masyarakat akan berefek pada berkurangnya
asupan gizi pada anak-anak mereka terutama anak balita. Kebijakan realokasi
anggaran pun dapat berpengaruh pada alokasi dana untuk kegiatan pencegahan
stunting. Pembatasan kegiatan masyarakat juga menyebabkan terhentinya layanan
Posyandu. Kehadiran Dana Desa menjadi sangat penting dalam keterbatasan yang
ada sebab Dana Desa menjadi salah satu penopang pembiayaan dalam rangka
pencegahan/penanganan stunting.

Ketika perekonomian melemah akibat Covid-19, diperlukan stimulus keuangan untuk


menyelamatkan perekonomian dan meningkatkan konsumsi masyarakat. Dengan
dukungan alokasi Dana Desa dalam beberapa program di atas, Dana Desa telah
menjadi tulang punggung dalam pemulihan ekonomi nasional dan penanganan
pandemi Covid-19 di tingkat desa.

Keberpihakan pemerintah kepada rakyat ditunjukkan pada penentuan prioritas


penggunaan Dana Desa. Penggunaan Dana Desa diharapkan dapat membantu
masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional
dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari desa yang merupakan
tatanan masyarakat terkecil. Peran Desa/Kelurahan menjadi sangat penting sebagai
kepanjangan tangan pemerintah dalam mengelola dana desa secara efektif, efisien,
prudent, transparan, dan akuntabel sehingga kesejahteraan masyarakat semakin
meningkat serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

2.9 Tantangan dan Catatan Dana Desa

Salah satu instrumen yang dilakukan oleh pemerintahan untuk meningkatkan


ekonomi di setiap desa adalah dengan alokasi dana desa. Dengan pemberian dana
desa ini desa akan lebih berdaya, dan optimisme serta rasa percaya diri menjadi
wong ndeso semakin tinggi. Dengan dana desa, setidaknya ada dua persoalan yang
harus diselesaikan.

Pertama, membuka lapangan pekerjaan baru karena dana desa ini bersifat pada
karya. Artinya, pembangunan dilakukan oleh pihak desa dengan orang-orang desa
tersebut sebagai pekerjanya. Kedua, dengan adanya pembangunan desa maka
kegiatan ekonomi semakin baik. Dan pendapatan setiap kepala rumah tangga di
desa meningkat. Tantangan adalah sebagai berikut
1. Hampir setiap desa mendapatkan dana Rp1 miliar. Angkanya berbeda-beda,
namun kemungkinan besar semakin meningkat. Tujuannya agar memberi
keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia, bukan hanya mereka yang
ada di daerah perkotaan. Ada pihak kurang setuju dengan beberapa alasan.
Pertama, dana yang tidak sedikit tersebut memang tidak bisa memberikan
imbas secara signifikan untuk negara. Karena dana tersebut ditujukan untuk
pembangunan desa dan imbasnya untuk warga desa.

Peningkatan ekonomi di desa mungkin tidak dirasakan dalam skala nasional


tapi bisa menumbuhkan ekonomi pedesaan. Kedua adalah banyaknya
penyelewengan. Terbukti banyak sekali kepala desa yang tersandung kasus
korupsi dana desa. Apalagi jumlah dana desa tahun 2019 semakin tinggi.
Risiko penyelewengan dana juga semakin tinggi. Ini menjadi PR pemerintah,
terutama pemerintah daerah untuk mengawasi pelaksanaan penggunaan
dana desa
.
2. Masalah dana desa terletak di penyimpangannya. Selain itu, penggunaan yang
tidak tepat akan menjadi problem serius. Dana desa harus digunakan untuk
kepentingan desa, bukan untuk kepentingan sesaat saja. Itulah mengapa
sekarang ini kepala desa dituntut harus sudah memiliki prioritas. Ada yang
memprioritaskan pada persawahan, irigasi diperbaiki agar akses pengambilan
hasil panen lebih cepat dan lebih murah. Ada juga kepala desa yang
mencanangkan desa wisata agar infrastruktur jalan diperbaiki dengan
harapan banyak wisatawan yang datang berimbas pada peningkatan
perekonomian desa.

3. Desa-desa se-Indonesia sekarang berada di persimpangan jalan. Di satu sisi


desa harus pintar menggunakan dana desa untuk membangun kesejahteraan
warga desa, salah satunya melalui BUMDesa. Di sisi lainnya harus
berhadapan dengan pengadilan jika sampai terjadi penyalahgunaan dana
desa. Tantangannya, sangat tidak mudah mengimplementasikan penggunaan
anggaran yang besar ini. Selain itu, sebagian besar perangkat desa belum
memiliki kapasitas untuk membelanjakan dana desa sesuai tata aturan yang
ditetapkan. Utamanya mengenai penyertaan modal untuk BUMDesa karena
BUMDesa masih cukup baru sehingga masih banyak kepala desa yang
bingung cara mengucurkannya.

4. Besarnya dana bagi desa ditambah kepercayaan pemerintah pusat pada desa
yang begitu besar langsung menciptakan dua persoalan. Di satu sisi
membuat desa harus berpikir keras menyusun program kerja yang bisa
menciptakan perubahan ekonomi yang signifikan bagi desanya. Di sisi lain
banyak bermunculan berderet kasus penyalahgunaan dana yang menyeret
kepala desa ke tembok penjara.

5. Pengawasan publik masih lemah dan berbanding terbalik dengan tingkat


kepatuhan penggunaan dana sesuai aturan pemerintah. Semakin lemah
pengawasan semakin kuat kemungkinan perangkat desa menyalahgunakan
dana desa. Semakin kuat pengawasan, semakin baik penggunaan dana. Maka
harus ada penanganan khusus dalam menggunakan dana desa agar
perangkat desa tidak terjebak dalam masalah.

2.10 Dana Desa dan Kinerja Ekonomi Daerah

Dana desa merupakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
ditransferkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten
atau kota dan diprioritaskan untuk pembangunan daerah utamanya di desa dan
pemberdayaan masyarakat desa setempat. Dana desa sejatinya memiliki tujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik bagi masyarakat desa setempat,
mengentaskan kemiskinan di desa, memajukan perekonomian desa, mengatasi
kesenjangan pembangunan antar desa, dan memperkuat partisipasi masyarakat
desa dalam pelaksanaan pembangunan desa. Sebab itu, dana desa diharapkan
dapat menjadi angin segar bagi pembangunan desa sehingga mampu menjadikan
desa mandiri dalam melakukan dan melaksanakan pembangunan berkelanjutan
sesuai harapan masyarakat.

Kemajuan Indonesia sangat ditentukan oleh pengembangan dan pembangunan


berbagai desa di Indonesia, baik itu pengembangan sumber daya manusianya atau
pembangunan infrastruktur secara berkala. Sehingga, pemerintah melalui
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes
PDTT) terus menggulirkan dana desa serta melakukan pendampingan pemanfaatan
dana desa. Dana tersebut dikucurkan untuk mengentaskan kemiskinan dan
pemerataan ekonomi di seluruh pelosok Tanah Air. Data menunjukkan bahwa dana
desa telah berhasil mengurangi jumlah desa tertinggal di Indonesia di mana pada
2011 mencapai 26% menjadi 20% pada 2019. Selain itu, keberhasilan dana desa
dalam mendorong pembangunan desa juga terlihat dari angka tingkat pengangguran
terbuka (TPT) dan angka kemiskinan di desa lebih kecil daripada di kota. Data Badan
Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa peningkatan TPT di desa hanya
0,79%. Angka tersebut jauh dari TPT di kota sebesar 69%. TPT di desa bertambah
606.121 jiwa, sedangkan di kota bertambah 2.063.879 jiwa. Begitu pula dengan
angka kemiskinan di kota mengalami kenaikan hingga 0,5%, sedangkan kenaikan
angka kemiskinan di desa hanya 0,38%. Apabila dilihat dari jumlahnya, warga miskin
di kota bertambah 880.000, sementara di desa hanya bertambah 250.000 jiwa.
Keberhasilan salah satu desa di Indonesia dalam mengelola dana desa tercermin
pada Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Dana desa yang
digunakan untuk mendirikan badan usaha milik desa (BUMDes) telah berhasil
menyulap desa ini menjadi lokasi wisata yang menyedot ribuan pengunjung setiap
harinya. Berawal dari program inovasi desa yang bertujuan untuk menyejahterakan
para petani, namun ternyata pada perjalanannya juga berdampak positif serta
menghasilkan multiplier effect bagi sektor lainnya sehingga kesejahteraan seluruh
warga desa di Pujon Kidul meningkat tajam. BUMDes yang didirikan oleh Desa Pujon
Kidul tersebut pada tahun 2018 telah berhasil meningkatkan pendapatan asli daerah
(PADes) mencapai lebih dari Rp1,3 miliar. Sebelumnya tak pernah terbayang oleh
Desa Pujon Kidul bahwa desa tersebut mampu memiliki pendapatan asli daerah
mencapai angka Rp1 miliar, mengingat PADes sebelumnya rata-rata hanya berkisar
antara Rp30 juta-Rp40 juta. Akan tetapi, melalui inovasi dan pengelolaan BUMDes
yang baik, peningkatan PADes bukan menjadi suatu hal yang tak mungkin.

Selain itu, di masa pandemi saat ini pun dana desa juga mampu memberikan
kontribusi yang signifikan dalam menangani dampak ekonomi akibat Covid-19 di
perdesaan. Selama pandemi, pemerintah menetapkan penggunaan dana desa
sebagai bagian dari jaring pengaman sosial. Dana desa direlokasi sebagai Bantuan
Langsung Tunai (BLT) desa yang ditujukan untuk warga miskin yang kehilangan
mata pencaharian karena pandemi Covid-19 dan juga masyarakat desa yang belum
mendapat bantuan apa pun. Di masa pandemi, dana desa langsung disalurkan ke
rekening desa untuk memotong birokrasi sehingga dana tersebut dapat langsung
diterima oleh desa.

2.11 Pemerintahan desa dan kemandirian desa

Dalam naskah peraturan desa, tidak dijelaskan secara eksplisit tentang konsep
maupun parameter Desa Mandiri. Oleh karena tidak ada definisi baku, maka banyak
orang maupun institusi menafsirkan makna kemandirian Desa berdasarkan
argumentasi masing-masing. Berangkat dari pasaran ini penulis mencoba
memberikan landasan konseptual Teoritis mengenai kemandirian desa yang
dimaknai melalui perspektif pemberdayaan masyarakat. Pemerintah desa
merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat yang memiliki peran strategis
dalam pengaturan masyarakat desa atau kelurahan dan keberhasilan pembangunan
nasional. Kemampuan untuk mengurusi urusan desa dan kemandirian desa
dibuktikan dengan tidak lagi bergantung pada pemerintahan yang lebih tinggi.
Otonomi desa tentu saja harus memperhatikan latar belakang perkembangan desa.

Untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya, Desa dipimpin oleh


seorang kepala desa yang mempunyai tugas melaksanakan pembangunan desa,
pembinaan masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Selain itu juga,
kepala desa juga berwenang untuk menetapkan anggaran pendapatan dan
pembelanjaan desa, pembinaan dan meningkatkan perekonomian desa dalam
rangka meningkatkan kualitas kehidupan demi tercapainya kesejahteraan
masyarakat. Kepala desa juga memiliki tugas mengembangkan sumber pendapatan
desa yang bersumber dari alokasi anggaran pendapatan dan belanja negara, bagian
dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten atau kota, hasil aset,
swadaya, dan lain-lain pendapatan desa yang sah dalam upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Kepala desa diwajibkan memanfaatkan
sumber daya alam, menetapkan kebijakan melalui program, kegiatan, dan prioritas
kebutuhan masyarakat, agar mencapai perekonomian desa yang baik dan
kemakmuran masyarakat desa serta melaksanakan tata pemerintahan yang akun
tabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi,
korupsi dan nepotisme.

Dalam hal pengelolaan keuangan desa, berdasarkan peraturan menteri dalam negeri
nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa, yang berwenang ialah
kepala desa. Dalam mengelola dana desa tersebut, kepala desa wajib
menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDes kepada bupati atau Walikota
berupa laporan semester pertama dan laporan akhir tahun , selain itu juga kepala
desa wajib menyampaikan laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APBDes akhir tahun, dan informasi kepada masyarakat secara
tertulis dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Dalam
rangka mewujudkan pengelolaan dana desa yang tertib transparan akun tabel dan
berkualitas.

2.12 Pengelolaan Keuangan Dana Desa

Pengelolaan keuangan desa diatur dalam permendagri/113/ 2004 tentang


pengelolaan keuangan desa. Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas
transparan , akuntabel , partisipasi serta dilakukan dengan tertib dan disiplin
anggaran. Rencana peraturan desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun
berkenaan dan menyampaikan rencana peraturan desa tentang APBDesa kepada
kepala desa. Rencana peraturan desa tentang APBDesa disepakati bersama paling
lambat bulan Oktober tahun berjalan rencana peraturan desa tentang APBDesa yang
telah disepakati disampaikan oleh kepala desa kepada bupati atau Walikota melalui
camat atau sebutan lain paling lambat 3 hari sejak disepakati untuk dievaluasi.
Bupati atau wali kota menyatakan hasil evaluasi rencana peraturan desa tentang
APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, kepala desa melakukan penyempurnaan panggil nama 7
hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak
ditindaklanjuti oleh kepala desa sebagaimana dan kepala desa tetap menetapkan
rancangan pengaturan desa tentang APBDesa menjadi peraturan desa bupati atau
Walikota membatalkan peraturan desa.

2.13 Alokasi Dana desa (ADD)

Dana desa merupakan bagian dari belanja pemerintah pusat dalam rangka
mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat di perdesaan. "Arah kebijakan
yang pertama adalah meningkatkan anggaran dana desa serta menyempurnakan
alokasi dengan tetap memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan," kata Prima
saat rapat dengan Badan Anggaran DPR RI pada Rabu (4/7/2018). Prima
menyebutkan, rapat dengan Badan Anggaran kali ini merupakan rapat pendahuluan.
Sehingga, dia belum bisa menyebutkan angka ketika ditanya mengenai berapa
kenaikan dana desa untuk tahun depan. Meski belum bisa menyampaikan angka,
Dirjen Pertambangan Keuangan memastikan akan ada sejumlah perubahan pada
pelaksanaan dana desa tahun depan. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan
pemanfaatan dana desa pada beberapa kegiatan prioritas desa, sekitar 3 sampai 5
kegiatan. Selain itu, program cash for work atau padat karya tunai juga akan
dilanjutkan untuk menopang pembangunan infrastruktur di desa berikut .sarana dan
prasarana fisiknya. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memberdayakan
masyarakat seraya meningkatkan perekonomian desa melalui optimalisasi Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes )
"Kami juga akan meningkatkan akuntabilitas pendanaan dana desa melalui kebijakan
penyaluran, sinergi pembangunan desa melalui kelola kemitraan, dan penguatan
atas monitoring serta evaluasi kapasitas SDM (Sumber Daya Manusia) dari
kecamatan hingga tingkat desa," tutur Prima.

Dalam APBN 2018, alokasi dana desa ditetapkan sebesar Rp 60 triliun. Berdasarkan
data terakhir, sampai dengan 31 Mei 2018, realisasi anggaran dana desa yang telah
disalurkan dari rekening umum kas negara (RKUN) ke rekening umum kas daerah
(RKUD) tercatat sebesar Rp 20,66 triliun. Realisasi hingga akhir Mei 2018 sudah
memenuhi 34,43 persen dari total pagu yang dialokasikan. Adapun realisasi ini lebih
rendah Rp 7,53 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar Rp
28,19 triliun atau 47 % dari pagu. Rendahnya realisasi periode itu disebabkan
pemerintah daerah yang masih fokus pada upaya penyaluran Tahap I sebesar 20 %
dari RKUD ke Rekening Kas Desa (RKD). Hal itu membuat penyaluran Tahap II
sebesar 40 % jadi terlambat.

Kemudian juga dikarenakan adanya perubahan kebijakan untuk pelaksanaan


program padat karya tunai yang mengamanatkan 30 % dana desa bidang
pembangunan wajib digunakan sebagai upah tenaga kerja. Hal tersebut membuat
perlunya perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sehingga
membutuhkan waktu lebih. Pemberian anggaran kepada desa untuk melaksanakan
program-program desa yang diserahkan oleh pusat untuk suatu desa. Alokasi dana
desa selanjutnya disebut ADD adalah dana yang bersumber dari APBD kabupaten
yang dipakai dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan masyarakat. alokasi dana desa
merupakan perolehan bagian keuangan desa dari kabupaten yang penyaluran nya
melalui kas desa. alokasi dana desa merupakan bagian dana perimbangan keuangan
pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten. Pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya itu dengan mendorong, memotivasiikan, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

Pencairan alokasi dana desa (ADD) dilakukan setelah ada permohonan pencairan
ADD dari desa kepada bupati melalui camat. ada 2 tahapan pencarian alokasi dana
desa yang tercantum pada peta petunjuk teknis dalam peraturan bupati nomor 12
tahun 2011 sebagaimana berikut :
▪ Pencairan ADD tahap 1
▪ Permohonan pencarian ADD tahap 1 sebesar 50% dengan dilampiri:
▪ rencana penggunaan penggunaan dana 1 tahun
▪ kondisi fisik 0%
▪ .Keputusan keputusan kepala desa tentang pembentukan tim pelaksana desa.
▪ Keputusan Kepala Desa tentang penunjukan bendahara desa
▪ laporan penyelenggaraan pemerintahan desa (LPPDesa) tahun sebelumnya
▪ Peraturan Desa tentang APBDesa tahun berjalan.
▪ Peraturan Desa tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa tahun
sebelumnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pasal 1 angka 2 PP 60/2014jo. PP 8/2016 mengartikan dana desa adalah dana yang
bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui APBD
kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat.

Dana Desa yang dialokasikan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


merupakan konsekuensi dari dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Dana Desa juga merupakan bentuk pengakuan Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Desa untuk dapat menyelenggarakan pemerintahannya yang
berdasarkan hak asal-usul. Sehingga dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan
akan lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tepat sasaran.

Dalam rangka pelaksanaan kebijakan Dana Desa yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 72 ayat
(1) huruf b dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
DAFTAR PUSTAKA

https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/bukittinggi/id/data-publikasi/artikel/2951-dana-
desa-pengertian,-sumber-dana,-penyaluran-dana,-dan-prioritasnya.html
https://wartaekonomi-co-

id.cdn.ampproject.org/v/s/wartaekonomi.co.id/amp/read229990/dana-desa-
sebagai-pelumas-roda-pembangunan-ekonomi-desa?

amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#aoh=16552
956516756&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%2
51%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwartaekonomi.co.id%2Fread229990%2Fdana-
desa-sebagai-pelumas-roda-pembangunan-ekonomi-desa

https://kemendesa.go.id/berita/view/detil/1592/4-langkah-strategis-
mensejahterakan-desa

https://feb.ub.ac.id/id/membangun-desa-melalui-dana-desa.html

Anda mungkin juga menyukai