MAKALAH
Penyaluran Dana Desa Dalam Rangka Mewujudkan
Sistem Perekonomian Yang Mandiri dan Berkeadilan
DOSEN PENGAMPU :
Drs. AFFANDI TOBING, M.Si
DISUSUN OLEH :
CHAIRUNNISA (22030145)
Nama : Chairunnisa
Kelas : M2P20
Jurusan : S1 Manajemen
HALAMAN
JUDUL.....................................................................................
..................... i
KATA
PENGANTAR...........................................................................
........................... ii
PROFIL
PENULIS..................................................................................
.................... iii
DAFTAR
ISI.............................................................................................
....................... iii
BAB 1
PENDAHULUAN......................................................................
.......................... 1
1.1 Latar
Belakang.................................................................................
............... 1
1.2 Rumusan
Masalah..................................................................................
.........
BAB 11
PEMBAHASAN.......................................................................
.......................... 2
2.1 Pengertian Dana
Desa.....................................................................................
2
2.2 Sumber dan Mekanisme Penyaluran Dana
Desa........................................................................................
... 3
2.3 Tujuan Dana
Desa........................................................................................
.3
2.4 Manfaat Dana
Desa............................................................................. 4
2.5 Prioritas Dana
Desa........................................................................................
.4
2.6 Arah Kebijakan Dana
Desa................................................................................... 5
2.7 Penggunaan Dana
Desa.................................................11
2.8 Peran Dana Desa...........................................................
12
2.9 Tantangan dan Catatan Dana
Desa..................................................... 12
2.10 Dana Desa dan Kriteria Ekonomi Daerah....... 13
2.11 Pemerintahan Desa dan Kemandirian
Desa............................................ 15
2.12 Pengelolaan Keuangan Dana
Desa................................................................... 16
2.13 Alokasi Dana
Desa.................................................................................. 17
BAB III
PENUTUP................................................................................
......................... 18
3.1
Kesimpulan.............................................................................
....................... 18
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................
..................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menjalankan kewenangannya dalam mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat, desa memerlukan
sumber pendapatan. Pendapatan desa merupakan sumber daya yang sangat vital
bagi penyelenggaraan pemerintahan desa.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disebutkan bahwa desa
mempunyai sumber pendapatan berupa pendapatan asli desa, alokasi anggaran dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), bagian dari hasil pajak daerah
dan retribusi daerah kabupaten/kota, Alokasi Dana Desa yang merupakan bagian
dari dana perimbangan yang diterima oleh kabupaten/kota, bantuan keuangan dari
APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota, hibah dan sumbangan yang tidak
mengikat dari pihak ketiga, serta lain-lain pendapatan desa yang sah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang
bersumber dari APBN, dialokasikan secara berkeadilan berdasarkan 1) alokasi dasar,
dan 2) alokasi yang dihitung memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan,
luas wilayah, dan tingkat kesuitan geografis desa setiap kabupaten/kota.
Mekanisme penyaluran Dana Desa terbagi menjadi 2 (dua) tahap yakni tahap
mekanisme transfer APBN dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening
Kas Umum Daerah (RKUD) dan tahap mekanisme transfer APBD dari RKUD ke kas
desa.
Mekanisme pencairan dana dan penyaluran Alokasi Dana Desa selengkapnya seperti
di bawah ini.
1. Pencairan Dana Desa dilakukan bertahap dengan presentase tertentu yang telah
ditetapkan.
2. Pencairan pertama diajukan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat
disertai dengan kelengkapan administrasi yang telah ditentukan.
3. Pencairan tahap ke dua, dapat dilakukan apabila penggunaan pada pencairan
pertama sudah dipertanggungjawabkan baik secara administratif, secara teknis dan
secara hukum.
4. Pencairan baik tahap pertama maupun ke dua dilakukan dengan pemindahbukuan
dana dari kas daerah ke rekening kas desa.
5. Penyaluaran Alokasi Dana Desa dari kas desa kepada pelaku aktivitas (pemimpin
pelaksana kegiatan).
Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, tujuan disalurkannya dana desa
adalah sebagai bentuk komitmen negara dalam melindungi dan memberdayakan
desa agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis. Dengan adanya Dana Desa,
desa dapat menciptakan pembangunan dan pemberdayaan desa menuju
masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Penggunaan Alokasi Dana Desa yang diterima pemerintah desa 30% alokasi dana
desa dipergunakan untuk operasional penyelenggaraan pemerintah desa dalam
pembiayaan operasional desa, biaya operasional BPD, biaya operasional tim
penyelenggara alokasi dana desa. Sedangkan 70% dana desa dipergunakan untuk
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana ekonomi
desa, pemberdayaan dibidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi
masyarakat terutama untuk mengentaskan kemiskinan dan bantuan keuangan
kepala lembaga masyarakat desa, BUM Desa, kelompok usaha sesuai potensi
ekonomi masyarakat desa, serta bantuan keuangan kepada lembaga yang ada di
desa seperti LPMD, RT, RW, PKK, Karang Taruna, Linmas.
Berdasarkan prinsip pengelolaan Dana Desa bagian yang tak terpisahkan dari
pengelolaan keuangan Desa dalam APBD, seluruh kegiatan yang dibiayai Dana Desa
direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan
seluruh lapisan masyarakat desa, semua kegiatan harus dipertanggung jawabkan
secara admistratif, secara, teknis, dan secara hukum. Dana Desa dipergunakan
secara terarah, ekonomis, efesien, efektif, berkeadilan, dan terkendali.
Pengentasan Kemiskinan
Dana desa memiliki dampak yang luas, dari segi kemiskinan hingga menumbuhkan
perekonomian di pedesaan. Dari sisi kemiskinan, dengan dana desa, angka
kemiskinan di desa menurun dua kali lipat dibandingkan di kota. Ini sebagai imbas
dari adanya dana desa. Kini ada 1,2 juta penduduk di desa sudah berhasil dientaskan
dari kemiskinan. Sebagaimana telah disampaikan Presiden Jokowi saat memberikan
sambutan pada acara "Sosialisasi Prioritas Penggunaan Dana Desa 2019 dan
Evaluasi Kebijakan Pembangunan serta Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi
Banten".
Hingga saat ini tak kurang dari Rp187 triliun telah disalurkan ke seluruh desa di
Indonesia. Dengan adanya dana desa ini, masyarakat bisa memanfaatkan sesuai
dengan kebutuhannya untuk meningkatkan produktivitasnya dan memperbaiki
kualitas hidup di desa. Dari alokasi dana desa telah terbangun pasar desa sebanyak
6.932 unit, saluran irigasi sebanyak 39.351 unit, dan jembatan sepanjang 1.028.225
meter. Realisasi dana desa mendukung aktivitas ekonomi agar tetap bergerak di
masyarakat meskipun terdapat hambatan global yang mengganggu.
Sebagai wujud komitmen pemerintah dalam pembangunan desa, angaran dana desa
terus meningkat. Jika pada tahun 2015 dana desa hanya sebesar Rp20,76 triliun,
tahun 2016 meningkat menjadi Rp46,98 triliun, dan untuk tahun 2017 menjadi Rp60
triliun.
Dengan dukungan alokasi dana desa yang terus meningkat ini diharap bisa
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sesuai UU Desa.
Berdasarkan prinsip pengelolaan Dana Desa bagian yang tak terpisahkan dari
pengelolaan keuangan Desa dalam APBD, seluruh kegiatan yang dibiayai
Dana Desa direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan
melibatkan seluruh lapisan masyarakat desa, semua kegiatan harus
dipertanggung jawab kan secara admistratif, secara, teknis, dan secara
hukum. Dana Desa dipergunakan secara terarah, ekonomis, efisien, efektif,
berkeadilan, dan terkendali.
Menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dana desa merupakan dana yang
dialokasikan dalam APBN, diperuntukkan bagi desa dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat,
dan pemberdayaan masyarakat. Dana desa dimaksudkan untuk meningkatkan
pelayanan publik di desa, mengentaskan kemiskinan, memajukan perekonomian
desa, dan mengatasi kesenjangan pembangunan antar-desa.
Adapun arah dan kebijakan dana desa tahun 2019. Pertama, meningkatkan pagu
anggaran dana desa. Diperkirakan dana desa 2019 akan mengalami kenaikan dari
Rp75 triliun hingga Rp80 triliun. Kedua, menyempurnakan formulasi pengalokasian
dana desa dengan tetap memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan. Ketiga,
mengoptimalkan pemanfaatan dana desa pada beberapa kegiatan prioritas desa,
yaitu 3-5 kegiatan. Keempat, melanjutkan skema padat karya tunai dalam
penggunaan dana desa untuk pembangunan infrastruktur atau sarana dan prasarana
fisik.
Kedelapan, sinergi pengembangan desa melalui pola kemitraan dengan dunia usaha.
Kesembilan, melakukan penguatan atas monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan dana desa, kapasitas SDM perangkat desa, serta koordinasi, konsolidasi
dan sinergi dari tingkat pemerintahan pusat, pemda, kecamatan, hingga desa.
Penghitungan dana desa di 2019 haruslah benar-benar mengacu pada pasal 72 ayat
2 UU Desa, yaitu dana desa dihitung berdasarkan jumlah desa, dan dialokasikan
dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan
tingkat kesulitan geografis. Dana Desa 2019 tidak boleh bertentangan dengan
amanat dan semangat UU Desa.
Ada dua catatan penting lainnya. Pertama, soal penyaluran dana desa di tahun 2019
sebaiknya dua tahap saja sehingga memudahkan aparatur desa dalam penggunaan,
penyerapan, dan pelaporan. Kedua, meminta pemerintah jangan mengedepankan
fungsi korporasi di dalam BUMDes karena akan mematikan kearifan lokal desa.
Sebaliknya, pemerintah harus mendorong asas rekognisi atau pengakuan dan
subsidiaritas di dalam pengelolaan BUMDes.
Dana desa akan bermanfaat dan memiliki peran yang positif sebagai pelumas roda
ekonomi pembangunan desa, apabila memenuhi klasifikasi antara lain
penggunaannya dengan tata kelola yang baik, menghindari penyalahgunaan
penggunaannya, transparan, optimal melalui swakelola, dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan melakukan pengawasan ketat.
1. Tata Kelola Dana Desa Harus Baik
Dengan tata kelola pemerintahan desa yang baik melalui prinsip-prinsip good
governance maka upaya menuju desa sejahtera mandiri bukan hal yang tak mungkin.
Maka pengungkapan kasus akhir-akhir ini, di beberapa media menjadi tolok ukur
keberhasilan dalam penerapan prinsip good governance. Pemeriksaan terhadap
beberapa personel pemerintah desa oleh aparat hukum karena pelaksanaan
pembangunan yang gagal, tidak berkualitas, salah sasaran, dan tidak sesuai
kebutuhan merupakan kemunduran yang harus dievaluasi. Menuju desa sejahtera
mandiri yang maju dan sejahtera hanya akan dicapai dengan tata kelola pemerintah
yang baik, optimal, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Keempat lemahnya pengawasan dan kelima adalah penggelapan honor aparat desa.
Dana desa yang diselewengkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi desa.
Untuk mencegahnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan soal penggunaan
dana desa salah satu jalan adalah transparansi dan peran aktif warga untuk turut
serta mengawasi penggunaan dana desa. Untuk mendukung kecepatan dan
ketepatan penyaluran, penggunaan dan pengelolaan dana desa, Kemendes
membentuk tim satgas sesa yang dipimpin Bibit Samad Rianto mantan pimpinan
KPK. Selain berfungsi sebagai pengawas, Satgas Desa juga membantu evaluasi
regulasi dana desa, sosialisasi, serta advokasi.
Selain itu, bisa juga melaporkan penyelewengan dana desa melalui penyelewengan
dana desa melalui website lapor.go.id. Atau bisa juga langsung lapor ke satgas desa
dari Kemendes melalui website satgas.kemendesa.go.id.
3. Mencegah Penyalahgunaan Dana Desa melalui Transaksi Non Tunai
Beragam upaya dilakukan demi menyelamatkan program dana desa dari kejahatan
korupsi. Salah satunya melalui kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) melalui
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) untuk mencegah korupsi. BI melalui Kantor
Perwakilan Cirebon telah mulai masuk desa dan menjalankan konsolidasi untuk
mengembangkan gerakan ini.
Berbeda dengan kerja sama BI dan dengan institusi lain seperti kerja sama dengan
pengelola gerbang tol misalnya, kerja sama dengan desa memiliki tingkat kesulitan
yang lebih tinggi. Dalam program kerja sama gerakan non tunai ini BI melakukan
pelatihan khusus bagi desa sehingga pola transaksi yang dilakukan kemudian tidak
perlu menjadi persoalan meski dilakukan secara non tunai. BI juga akan melatih
bagaimana aparat desa menjadi tahu cara mencegah beredarnya uang palsu. Kerja
sama dengan BI hannyalah salah satu cara untuk mencegah kemungkinan
penyalahgunaan dana desa.
Dengan adanya optimalisasi kerja sama antara Kemendes dan Kejaksaan ini
diharapkan proses pendistribusian dana desa berjalan dengan tertib dan terhindar
dari pemanfaatan oknum kepala daerah untuk kepentingan pribadi dan kelompok.
Pihak kejaksaan menyadari berjalannya program dana desa yang bersih dapat
membantu program percepatan pemerintah pusat dalam pembangunan desa-desa
pihak kejaksaan juga mengubah paradigma di bidang pengawasan dari mencari
kesalahan beralih ke pengawasan dan dukungan kepada kepala desa dalam
pengelolaan dana desa sehingga menjadi peluang bagi kejaksaan untuk menjadi
mitra kepala desa dalam pembangunan desa yang menggunakan dana desa
sehingga pembangunan dapat berjalan sesuai dengan target.
2.8 Peran Dana Desa dalam Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional dan
Penanganan Covid-19
1. BLT Desa
Prioritas utama penggunaan Dana Desa pada tahun ini adalah program perlindungan
sosial berupa BLT Desa. BLT Desa merupakan pemberian uang tunai kepada
keluarga miskin atau tidak mampu di desa yang bersumber dari Dana Desa.
Pemberian ini bertujuan untuk membantu warga miskin desa, mengurangi dampak
ekonomi akibat adanya pandemi Covid-19, serta menjadi tambahan pendapatan
untuk meningkatkan daya beli warga miskin dalam memenuhi kebutuhan pokok
sehari-hari.
keluarga miskin atau tidak mampu yang berdomisili di desa bersangkutan dan
diprioritaskan untuk keluarga miskin yang termasuk dalam kategori kemiskinan
ekstrem;
kehilangan mata pencaharian;
mempunyai anggota keluarga yang rentan sakit menahun/kronis;
keluarga miskin penerima jaring pengaman sosial lainnya yang terhenti baik yang
bersumber dari APBD dan/atau dari APBN;
keluarga miskin yang terdampak pandemi Covid-19 dan belum menerima bantuan;
atau
rumah tangga dengan anggota rumah tangga tunggal lanjut usia.
BLT menjadi salah satu instrumen yang sangat penting dalam penanganan
kemiskinan dan penuntasan kemiskinan ekstrem di desa, dan diharapkan dapat
meringankan beban masyarakat desa yang terdampak pandemi Covid-19, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Besaran BLT Desa yang diberikan kepada
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) adalah Rp300.000 per bulannya. Bantuan
tersebut disalurkan secara bertahap setiap bulan selama 12 bulan terhitung sejak
bulan Januari 2022. BLT Desa merupakan wujud kecintaan, perhatian, dan
kepedulian pemerintah kepada warga miskin desa.
BLT Desa tahun 2022 dialokasikan minimal 40% dari alokasi Dana Desa setiap desa,
atau secara nasional alokasi Dana Desa untuk BLT Desa tahun 2022 adalah minimal
sebesar Rp27,2 triliun.
Dukungan pendanaan penanganan Covid-19 paling sedikit 8% dari alokasi Dana Desa
Dalam rangka mendukung pendanaan penanganan pandemi Covid-19 termasuk
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro di desa, Dana Desa
ditentukan penggunaannya paling sedikit sebesar 8% dari pagu Dana Desa setiap
desa. Besaran paling sedikit 8% tersebut di luar dan tidak termasuk pendanaan untuk
BLT Desa. Dana Desa yang ditentukan penggunaannya (earmark) untuk pendanaan
penanganan pandemi Covid-19 pada tahun 2022 sebesar minimal Rp5,4 triliun.
Skema Padat Karya Tunai dalam pelaksanaan Dana Desa diharapkan dapat
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, dengan memberikan honorarium (upah)
langsung tunai kepada tenaga kerja yang terlibat, baik secara harian maupun
mingguan, sehingga dapat memperkuat daya beli masyarakat, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Pada masa pandemi,
program ini sangat dinantikan kehadirannya di tengah terbatasnya ketersediaan
lapangan pekerjaan.
3. Penanganan stunting
Pandemi Covid-19 dikhawatirkan akan menambah angka stunting baru. Dampak
buruk pandemi bagi perekonomian masyarakat akan berefek pada berkurangnya
asupan gizi pada anak-anak mereka terutama anak balita. Kebijakan realokasi
anggaran pun dapat berpengaruh pada alokasi dana untuk kegiatan pencegahan
stunting. Pembatasan kegiatan masyarakat juga menyebabkan terhentinya layanan
Posyandu. Kehadiran Dana Desa menjadi sangat penting dalam keterbatasan yang
ada sebab Dana Desa menjadi salah satu penopang pembiayaan dalam rangka
pencegahan/penanganan stunting.
Pertama, membuka lapangan pekerjaan baru karena dana desa ini bersifat pada
karya. Artinya, pembangunan dilakukan oleh pihak desa dengan orang-orang desa
tersebut sebagai pekerjanya. Kedua, dengan adanya pembangunan desa maka
kegiatan ekonomi semakin baik. Dan pendapatan setiap kepala rumah tangga di
desa meningkat. Tantangan adalah sebagai berikut
1. Hampir setiap desa mendapatkan dana Rp1 miliar. Angkanya berbeda-beda,
namun kemungkinan besar semakin meningkat. Tujuannya agar memberi
keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia, bukan hanya mereka yang
ada di daerah perkotaan. Ada pihak kurang setuju dengan beberapa alasan.
Pertama, dana yang tidak sedikit tersebut memang tidak bisa memberikan
imbas secara signifikan untuk negara. Karena dana tersebut ditujukan untuk
pembangunan desa dan imbasnya untuk warga desa.
4. Besarnya dana bagi desa ditambah kepercayaan pemerintah pusat pada desa
yang begitu besar langsung menciptakan dua persoalan. Di satu sisi
membuat desa harus berpikir keras menyusun program kerja yang bisa
menciptakan perubahan ekonomi yang signifikan bagi desanya. Di sisi lain
banyak bermunculan berderet kasus penyalahgunaan dana yang menyeret
kepala desa ke tembok penjara.
Dana desa merupakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
ditransferkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten
atau kota dan diprioritaskan untuk pembangunan daerah utamanya di desa dan
pemberdayaan masyarakat desa setempat. Dana desa sejatinya memiliki tujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik bagi masyarakat desa setempat,
mengentaskan kemiskinan di desa, memajukan perekonomian desa, mengatasi
kesenjangan pembangunan antar desa, dan memperkuat partisipasi masyarakat
desa dalam pelaksanaan pembangunan desa. Sebab itu, dana desa diharapkan
dapat menjadi angin segar bagi pembangunan desa sehingga mampu menjadikan
desa mandiri dalam melakukan dan melaksanakan pembangunan berkelanjutan
sesuai harapan masyarakat.
Selain itu, di masa pandemi saat ini pun dana desa juga mampu memberikan
kontribusi yang signifikan dalam menangani dampak ekonomi akibat Covid-19 di
perdesaan. Selama pandemi, pemerintah menetapkan penggunaan dana desa
sebagai bagian dari jaring pengaman sosial. Dana desa direlokasi sebagai Bantuan
Langsung Tunai (BLT) desa yang ditujukan untuk warga miskin yang kehilangan
mata pencaharian karena pandemi Covid-19 dan juga masyarakat desa yang belum
mendapat bantuan apa pun. Di masa pandemi, dana desa langsung disalurkan ke
rekening desa untuk memotong birokrasi sehingga dana tersebut dapat langsung
diterima oleh desa.
Dalam naskah peraturan desa, tidak dijelaskan secara eksplisit tentang konsep
maupun parameter Desa Mandiri. Oleh karena tidak ada definisi baku, maka banyak
orang maupun institusi menafsirkan makna kemandirian Desa berdasarkan
argumentasi masing-masing. Berangkat dari pasaran ini penulis mencoba
memberikan landasan konseptual Teoritis mengenai kemandirian desa yang
dimaknai melalui perspektif pemberdayaan masyarakat. Pemerintah desa
merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat yang memiliki peran strategis
dalam pengaturan masyarakat desa atau kelurahan dan keberhasilan pembangunan
nasional. Kemampuan untuk mengurusi urusan desa dan kemandirian desa
dibuktikan dengan tidak lagi bergantung pada pemerintahan yang lebih tinggi.
Otonomi desa tentu saja harus memperhatikan latar belakang perkembangan desa.
Dalam hal pengelolaan keuangan desa, berdasarkan peraturan menteri dalam negeri
nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa, yang berwenang ialah
kepala desa. Dalam mengelola dana desa tersebut, kepala desa wajib
menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDes kepada bupati atau Walikota
berupa laporan semester pertama dan laporan akhir tahun , selain itu juga kepala
desa wajib menyampaikan laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APBDes akhir tahun, dan informasi kepada masyarakat secara
tertulis dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Dalam
rangka mewujudkan pengelolaan dana desa yang tertib transparan akun tabel dan
berkualitas.
Dana desa merupakan bagian dari belanja pemerintah pusat dalam rangka
mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat di perdesaan. "Arah kebijakan
yang pertama adalah meningkatkan anggaran dana desa serta menyempurnakan
alokasi dengan tetap memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan," kata Prima
saat rapat dengan Badan Anggaran DPR RI pada Rabu (4/7/2018). Prima
menyebutkan, rapat dengan Badan Anggaran kali ini merupakan rapat pendahuluan.
Sehingga, dia belum bisa menyebutkan angka ketika ditanya mengenai berapa
kenaikan dana desa untuk tahun depan. Meski belum bisa menyampaikan angka,
Dirjen Pertambangan Keuangan memastikan akan ada sejumlah perubahan pada
pelaksanaan dana desa tahun depan. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan
pemanfaatan dana desa pada beberapa kegiatan prioritas desa, sekitar 3 sampai 5
kegiatan. Selain itu, program cash for work atau padat karya tunai juga akan
dilanjutkan untuk menopang pembangunan infrastruktur di desa berikut .sarana dan
prasarana fisiknya. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memberdayakan
masyarakat seraya meningkatkan perekonomian desa melalui optimalisasi Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes )
"Kami juga akan meningkatkan akuntabilitas pendanaan dana desa melalui kebijakan
penyaluran, sinergi pembangunan desa melalui kelola kemitraan, dan penguatan
atas monitoring serta evaluasi kapasitas SDM (Sumber Daya Manusia) dari
kecamatan hingga tingkat desa," tutur Prima.
Dalam APBN 2018, alokasi dana desa ditetapkan sebesar Rp 60 triliun. Berdasarkan
data terakhir, sampai dengan 31 Mei 2018, realisasi anggaran dana desa yang telah
disalurkan dari rekening umum kas negara (RKUN) ke rekening umum kas daerah
(RKUD) tercatat sebesar Rp 20,66 triliun. Realisasi hingga akhir Mei 2018 sudah
memenuhi 34,43 persen dari total pagu yang dialokasikan. Adapun realisasi ini lebih
rendah Rp 7,53 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar Rp
28,19 triliun atau 47 % dari pagu. Rendahnya realisasi periode itu disebabkan
pemerintah daerah yang masih fokus pada upaya penyaluran Tahap I sebesar 20 %
dari RKUD ke Rekening Kas Desa (RKD). Hal itu membuat penyaluran Tahap II
sebesar 40 % jadi terlambat.
Pencairan alokasi dana desa (ADD) dilakukan setelah ada permohonan pencairan
ADD dari desa kepada bupati melalui camat. ada 2 tahapan pencarian alokasi dana
desa yang tercantum pada peta petunjuk teknis dalam peraturan bupati nomor 12
tahun 2011 sebagaimana berikut :
▪ Pencairan ADD tahap 1
▪ Permohonan pencarian ADD tahap 1 sebesar 50% dengan dilampiri:
▪ rencana penggunaan penggunaan dana 1 tahun
▪ kondisi fisik 0%
▪ .Keputusan keputusan kepala desa tentang pembentukan tim pelaksana desa.
▪ Keputusan Kepala Desa tentang penunjukan bendahara desa
▪ laporan penyelenggaraan pemerintahan desa (LPPDesa) tahun sebelumnya
▪ Peraturan Desa tentang APBDesa tahun berjalan.
▪ Peraturan Desa tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa tahun
sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasal 1 angka 2 PP 60/2014jo. PP 8/2016 mengartikan dana desa adalah dana yang
bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui APBD
kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat.
Dalam rangka pelaksanaan kebijakan Dana Desa yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 72 ayat
(1) huruf b dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
DAFTAR PUSTAKA
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/bukittinggi/id/data-publikasi/artikel/2951-dana-
desa-pengertian,-sumber-dana,-penyaluran-dana,-dan-prioritasnya.html
https://wartaekonomi-co-
id.cdn.ampproject.org/v/s/wartaekonomi.co.id/amp/read229990/dana-desa-
sebagai-pelumas-roda-pembangunan-ekonomi-desa?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#aoh=16552
956516756&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%2
51%24s&share=https%3A%2F%2Fwartaekonomi.co.id%2Fread229990%2Fdana-
desa-sebagai-pelumas-roda-pembangunan-ekonomi-desa
https://kemendesa.go.id/berita/view/detil/1592/4-langkah-strategis-
mensejahterakan-desa
https://feb.ub.ac.id/id/membangun-desa-melalui-dana-desa.html