Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH KOMPETENSI AP ARATUR DES A DAN

PARTISIPASI MASY ARAKAT TERHADAP


AKUNTABILITAS PENGELOLAAN
DANA DES A DI KECAM ATAN
PAMBO ANG KABUP ATEN
MAJENE

PROPOSAL

Oleh:

Wawan Aditama

NIM 105731122416

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMM ADIYAH M AKASS AR
2020
ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8
A. Akuntabilitas Pengelolaan Dana desa......................................... 8
B. Desa ........................................................................................... 11
1. Pengertian Desa .................................................................... 11
2. Kewenangan Desa ................................................................ 12
3. Penyelenggaraan pemerintah desa ....................................... 13
4. Hak dan kewajiban desa dan masyarakat desa..................... 16
C. Pengelolaan Keuangan Desa ..................................................... 17
D. Kompetensi Aparatur Desa ......................................................... 19
E. Partisipasi Masyarakat ................................................................ 22
F. Penelitian Terdahulu ................................................................... 25
G. Kerangka Berfikir......................................................................... 30
H. Hipotesis Penelitian..................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 33
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 33
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 33
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 34
E. Variabel Penelitian ...................................................................... 34

iii
1. Variabel Terikat...................................................................... 34
2. Variabel Bebas ...................................................................... 35
F. Defenisi Operasional Variabel ..................................................... 35
1. Variabel Bebas ...................................................................... 35
2. Variabel Terikat...................................................................... 36
G. Teknik Analisis Data.................................................................... 37
1. Statistik Deskriptif .................................................................. 37
2. Pengujian Kualitas Data ........................................................ 37
a) Uji Validitas....................................................................... 37
b) Uji Reliabilitas ................................................................... 38
3. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 38
a) Uji Normalitas Data .......................................................... 38
b) Uji Multikolinearitas .......................................................... 39
c) Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 39
4. Analisis Regresi Linear Berganda.......................................... 40
5. Pengujian Hipotesis ............................................................... 40
a) Koefisien Determinan (Uji R2) ........................................... 40
b) Uji F .................................................................................. 41
c) Uji T .................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 42

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 .................................................................................................. 25

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 .............................................................................................. 4


Gambar 2.1 .............................................................................................. 31

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

sebagai wujud pengakuan negara terhadap desa, khususnya dalam

rangka memperjelas fungsi dan kewenangan desa, serta memperkuat

kedudukan desa dan masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

Undang-Undang desa telah menempatkan desa sebagai ujung tombak

pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa

diberikan kewenangan dan sumber dana yang memadai agar dapat

mengelola potensi yang dimilikinya guna meningkatkan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat. Guna mendukung pelaksanaan tugas dan

fungsi desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

desa dalam segala aspeknya sesuai dengan kewenangan yang

dimilikinya.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 memberikan mandat kepada

pemerintah pusat untuk mengalokasikan dana desa. Dana desa

dianggarkan setiap tahun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kab/Kota (APBD Kab/Kota).

Pemerintah desa diamanatkan untuk lebih mandiri dalam mengelola

pemerintahan desa dan berbagai sumber daya alam yang dimilki desa

termasuk didalamnya pengelolaan keuangan dan aset desa.

1
2

Sebuah wacana pembangunan dalam visi misi atau dikenal dengan

istilah Nawa Cita Presiden Joko Widodo yaitu membangun Indonesia dari

pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Guna memaksimalkan

pembangunan daerah dan desa, maka pemerintah pusat mengalokasikan

bantuan pendanan berupa dana desa untuk setiap desa. Dana desa yang

diberikan oleh pemerintah pusat diharapkan dapat membangun desa

dengan memanfaatkan potensi desa secara maksimal. Penggunaan dana

desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa, peningkatan kualitas hidup manusia serta

penanggulangan kemiskinan.

Dalam Rapat Terbatas (Ratas) yang diadakan di Istana Negara

Jakarta Pusat, Presiden Joko Widodo membahas mengenai penyaluran

dana desa tahun 2020. Dalam rapat terbatas tersebut Presiden

menekankan 3 (tiga) arahan mengenai dana desa. Pertama, pemanfaatan

dana desa harus dimulai pada awal tahun dan diutamakan untuk program

dan kegiatan dengan pola padat karya yang dapat memberikan

kesempatan kerja bagi masyarakat miskin di desa. Kedua, penggunaan

dana desa diarahkan untuk menggerakkan sektor ekonomi produktif.

Mulai dari pengelolaan pasca panen, industri kecil di desa, budidaya

perikanan, desa wisata dan industrialisasi pedesaan yang mampu menjadi

pengungkit ekonomi desa. Ketiga, meningkatkan manajemen penggunaan


3

dana desa sekaligus pendampingan lapangan sehingga tata kelola dana

desa semakin baik, semakin akuntabel dan transparan.

(http://m.Liputan6.com)

Selama 5 tahun kedepan hingga 2024 pemerintah bertekad

mengalokasikan anggaran dana desa dengan total nilai Rp.400 triliun.

Khusus untuk tahun 2020 jumlah dana desa yang dialokasikan pemerintah

pusat sebesar Rp.72 triliun. Dengan jumlah alokasi dana desa yang setiap

tahunnya mengalami peningkatan, pemerintah mengajak masyarakat

untuk ikuti mengawasi dana desa. Dana desa diharapkan memiliki

dampak yang signifikan terhadap desa terutama dalam percepatan

pengembangan ekonomi produktif, menggerakkan industri di pedesaan

serta dapat mengurangi angka kemiskinan di desa.

Pada tahun 2015 hingga 2019 pemerintah pusat telah

menggelontorkan anggaran dana desa sejumlah Rp.257 triliun.

Berdasarkan penuturan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam

kunjungannya ke Maumere Kabupaten Sikka bahwa dalam periode 2015

sampai 2018 telah banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat

terutama dalam bidang infrastruktur. Infrastruktur yang telah dibangun

dengan menggunakan dana desa diantaranya 191,6 ribu Km jalan desa,

1.140,4 Km jembatan desa, 9 ribu unit pasar desa, 4.175 unit embung

desa, 24,8 ribu unit posyandu, 959,6 ribu unit sarana air bersih, 240,6 ribu

unit MCK, 9.692 unit polindes, 50,9 ribu unit paud dan 29,5 juta unit

drainase. (www.kemenkeu.go.id)
4

Dana Desa (Trilliun)


80
70
60
50
40
70
30 60 60
20 46
10 20.7
0
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: ccn Indonesia
Gambar 1.1
Alokasi Dana Desa 2015-2019

Dana desa yang diperoleh dari pemerintah pusat membutuhkan

pemantauan dan pengawasan yang ketat demi meminimalisir terjadinya

penyelewengan dana desa. Dalam Undang-Undang tentang desa Nomor

6 Tahun 2014 dan peraturan lainnya yang terkait dengan desa dengan

tegas menyebutkan bahwa pengelolaan keuangan desa harus dilakukan

secara transparan, akuntabel, partisipatif, dan tertib serta disiplin

anggaran. Selain itu, desa juga memiliki kewajiban untuk membuat

pelaporan dan pertanggungjawaban dana desa.

Diperlukan sumber daya manusia yang kompeten untuk mengelola

dana desa dengan baik. Aparat desa harus memiliki kompetensi yang

memadai seperti pengetahuan, keterampilan, kemampuan serta selalu

terdorong untuk bekerja secara efektif, efisien, dan produktif. Aparatur

yang memiliki kompetensi yang baik akan menghasilkan kinerja

pengelolaan keuangan baik (Safwan dan Abdullah, 2014). Menurut Ferina


5

dkk (2016), sumber daya manusia yang kompeten dalam pengelolaan

keuangan desa harus di dukung dengan latar belakang pendidikan

memadai, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan dan mempunyai

pengalaman dibidang keuangan. Kompetensi merujuk pada pengetahuan

(knowledge), keahlian (skills) dan kemampuan (abilities) (Rudana dalam

Julianto dan Dewi 2019). Para perangkat desa memikili peran penting

dalam pembangunan desa. Seluruh sumber daya pembangunan yang ada

di desa seperti sumber daya manusia, sumber daya alam dan kekayaan

desa termasuk dana desa harus dimanfaatkan secara optimal untuk

mencapai sasaran pembangunan desa.

Selain aparat yang kompeten, partisipasi masyarakat juga sangat

dibutuhkan dalam pengelolaan dana desa. Partisipasi masyarakat yang

tinggi untuk ikut terlibat dalam pengelolaan keuangan desa demi

meminimalkan penyelewengan keuangan desa. Semakin tinggi partisipasi

masyarakat maka semakin banyak individu yang ikut terlibat didalamnya.

Semakin banyak individu yang terlibat maka semakin besar pula rasa

tanggungjawab mereka untuk melaksanakan keputusan yang telah

dihasilkan. Tanggungjawab yang besar menjadi landasan dasar untuk

pembangunan lebih baik kedepannya. Pengelolaan dana desa yang baik

akan menghasilkan pembangunan yang baik (Medianti dalam Masruhin

dan Kaukab, 2019). Koordinasi yang maksimal antara aparat desa dan

masyarakat akan menghasilkan kerjasama yang baik sehingga aspirasi


6

dari masyarakat dapat dilaksanakan oleh pihak pelaksana dengan sebaik-

baiknya.

Kecamatan Pamboang merupakan salah satu kecamatan yang

berada di wilayah hukum Kabupaten Majene denga luas wilayah 70,19

Km². Kecamatan Pamboang terdiri dari 2 Kelurahan dan 13 Desa.

Akuntabilitas pengelolaan dana desa pada Kecamatan ini menurut peneliti

masih belum tercapai. Hal ini disebabkan rekruitmen aparat desa tidak

berdasarkan pada seleksi calon aparat desa, itu artinya pemilihan aparat

desa tidak berdasarkan pada kompetensi. Dibutuhkan seleksi aparat desa

yang baik guna untuk menghasilkan sumber daya manusia yang

kompeten. Akuntabilitas akan tercapai dengan adanya pengelolaan

keuangan desa baik yang dilakukan oleh sumber daya yang kompeten.

Selain itu, masih belum adanya keterbukaan dari aparat desa dalam

pelaksanaan pembangunan yang dibiayai dengan dana desa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diambil rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kompetensi aparatur desa terhadap

akuntabilitas pengelolaan dana desa ?

2. Bagaimana pengaruh partisipasi masyarakat terhadap akuntabilitas

pengelolaan dana desa ?


7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka dapat

diketahui tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi aparatur desa terhadap

akuntabilitas pengelolaan dana desa.

2. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat terhadap

akuntabilitas pengelolaan dana desa.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini peneliti berharap dapat memberi manfaat bagi

berbagai pihak atas hasil penelitian. Adapun manfaat yang diharapkan

dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan dan menambah wawasan serta dapat menjadi bahan

kajian yang baru untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Pemerintah Kecamatan Pamboang

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian yang baru

dalam pengelolaan dana desa Kecamatan Pamboang kedepannya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak yang diberikan amanah

(agent) kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan

kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban (Mardiasmo, 2018:27).

Kewajiban agent meliputi pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan,

dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi

tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal).

Akuntabilitas merupakan istilah untuk menilai dan mengukur efektifitas

pengelolaan dana publik (Ladasape, 2019:8). Dalam konteks

pemerintahan, akuntabilitas publik berarti pemberian informasi dan

pertanggungjawaban atas aktivitas dan kinerja pemerintah sebagai

pengelola kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi

tersebut.

Menurut Mardiasmo (2018:27) akuntabilitas publik terdiri atas dua

macam yaitu akuntabilitas vertikal (vertical accountability) dan

akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas vertikal

atau pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban

pengelolaan keuangan kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya

pertanggungjawaban kepada kepala pemerintah daerah. Akuntabilitas

horizontal atau pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban kepada

masyarakat.

8
9

Akuntabilitas merupakan konsep yang lebih luas dari stewardship.

Menurut Mardiasmo (2018:27) akuntabilitas mengacu pada

pertanggungjawaban seorang steward kepada pemberi tanggung jawab,

sedangkan stewardship mengacu pada pengelolaan atas suatu kegiatan

secara ekonomis dan efisien tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan.

Tujuan utama dari pengelolaan sektor publik yaitu mewujudkan

pengelolaan yang akuntabilitas yang dilakukan oleh lembaga publik

sebagai pengelola dana publik. Pengelolaan yang akuntabilitas tidak

hanya diperuntukkan kepada otoritas yang lebih tinggi tetapi kepada

masyarakat yang lebih luas. Tiga prasyarat untuk mewujudkan

akuntabilitas, yaitu adanya transparansi para penyelenggara, adanya

standar kinerja yang dapat diukur di setiap institusi, dan adanya partisipasi

masyarakat untuk menciptakan pelayanan masyarakat yang baik.

Menurut Ellwood (1993) dalam Mardiasmo (2018:28) menyebutkan

terdapat empat dimensi akuntabilitas sektor publik, yaitu:

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum

Akuntabilitas kejujuran mengacu kepada penghindaran

penyalagunaan jabatan, sedangkan akuntabilitas hukum terkait

dengan jaminan kepatuhan hukum dan aturan yang berlaku menganai

penggunaan dana publik.

2. Akuntabilitas proses

Akuntabilitas proses terkait penilaian prosedur yang digunakan

dalam melaksanakan tugas meliputi penilaian kecukupan sistem


10

informasi manajemeni, sistem informasi akuntansi dan prosedur

administrasi.

3. Akuntabilitas program

Akuntabilitas program terkait pertimbangan penilaian

pencapaian tujuan yang telah dicapai dan apakah telah

mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang

optimal dengan biaya yang minimal.

4. Akuntabilitas kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait pertanggungjawaban pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah atas kebijakan yang diambil

pemerintah.

Pada dasarnya laporan keuangan pemerintah adalah asersi dari pihak

manajemen pemerintah yang menyajikan informasi yang berguna untuk

pengambilan keputusan. Pemerintahan pusat dan pemerintah daerah

harus bisa memenuhi hak dan kewajiban publik yaitu hak untuk

mendapatkan informasi, beraspirasi, dan diberi penjelasan. Menurut

Hamid Muhammad (2007) untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan

dana publik pemerintah daerah harus melakukan delapan hal, yaitu:

1. Pemerintah daerah harus menyusun aturan tentang sistem

akuntabilitas termasuk mekanisme pertanggungjawaban.

2. Pemerintah daerah membutuhkan pengawasan yang ketat serta

memberikan sanksi yang tegas.


11

3. Pemerintah daerah menyusun pengembangan pemerintah daerah dan

menyampaikan kepada publik disetiap awal tahun anggaran.

4. Menyusun indikator pengukuran kinerja pemerintah.

5. Melakukan pengukuran pencapaian kinerja pelayanan pemerintah

daerah.

6. Memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dan pengaduan publik.

7. Penyediaan akses kepada masyarakat untuk memperoleh informasi

mengenai agenda pemerintah daerah.

8. Memperbarui rencana kinerja yang baru.

B. Desa

1. Pengertian Desa

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Permendagri Nomor 20 Tahun 2018, desa diartikan sebagai kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Widjaja (2003) dalam Indrianasari

(2017:32) bahwa desa adalah kesatuan masyarakat yang mempunyai

susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa.

Sedangkan menurut Herlinse (2018:8) bahwa desa merupakan kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri.
12

2. Kewenangan Desa

Kewenangan desa merupakan kewenangan yang dimiliki desa

meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintah desa,

pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan

pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal usul dan adat istiadat desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa menjelaskan kewenangan desa yang meliputi;

a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul.

b. Kewenangan lokal berskala desa.

c. Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah

provinsi atau pemerintah daerah Kab/Kota.

d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Peraturan Bupati Majene No. 17 Tahun 2016 dijelaskan

mengenai:

a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul

Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak yang

merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa desa atau

prakarsa masyarakat desa sesuai dengan perkembangan kehidupan

masyarakat. Kewenangan hak asal usul desa minimal terdiri atas:

1) Sistem organisasi masyarakat adat.

2) Pembinaan kelembagaan masyarakat.

3) Pembinaan lembaga dan hukum adat.


13

4) Pengelolaan tanah kas desa.

5) Pengembangan peran masyarkat.

b. Kewenangan lokal berskala desa

Kewenangan lokal berskala desa adalah kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa yang telah

dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh desa atau

yang muncul karena perkembangan desa dan prakarsa masyarakat

desa. Kriteria kewenangan lokal berskala desa meliputi:

a. Kewenangan yang mengutamakan kegiatan pelayanan dan

pemberdayaan masyarakat.

b. Kewenangan yang mempunyai lingkup pengaturan dan

kegiatan hanya didalam wilayah dan masyarakat desa yang

mempunyai dampak internal desa.

c. Kewenangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan

sehari-hari masyarakat desa.

d. Kegiatan yang telah dijalankan oleh desa atas dasar prakarsa

desa.

e. Program kegiatan pemerintah, pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten dan pihak ketiga yang telah diserahkan dan dikelola

oleh desa.

3. Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pemerintahan desa diselenggarakan oleh pemerintah desa.

Pemerintah desa dipimpin oleh kepala desa sebagai pemilik otoritas


14

kekuasaan tertinggi di dalam pemerintahan desa. Kepala desa bertugas

menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan

desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat

desa. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang kepala desa dibantu

oleh perangkat desa yang terdiri atas sekretariat desa, pelaksana

kewilayahan dan pelaksana teknis.

Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 bahwa

penyelenggaraan pemerintahan desa yang dijalankan berdasarkan asas

kepastian hukum, tertib penyelenggaraan pemerintahan, tertib

kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas,

akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, kearifan local, keberagaman dan

partisipatif.

Dalam melaksanakan tugas kepala desa mempunyai kewenangan,

hak dan kewajiban. Kewenangan kepala desa dalam pengelolaan

keuangan desa berdasarkan buku pintar dana desa yang diterbitkan oleh

menteri keuangan Republik Indonesia (2017:49) yaitu:

a. Menetapkan kebijakan pelaksanaan APBDesa.

b. Menetapkan Pelaksana Teknik Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD).

c. Menetapkan petugas yang memungut penerimaan desa.

d. Menyetujui pengeluaran yang ditetapkan dalam APBDesa.

e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

APBDesa.
15

Hak kepala desa dalam menjalankan tugas berdasarkan amanat

Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 yaitu:

a. Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa.

b. Mengajukan rancangan dan menetapkan peraturan desa.

c. Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan

penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan.

d. Mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan.

e. Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya

kepada perangkat desa.

Kewajiban kepala desa berdasarkan Undang-Undang tentang Desa

Nomor 6 Tahun 2014, yaitu:

a. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

c. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa.

d. Menaati dan menegakkan peraturan perundang- undangan.

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang akuntabel,

transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari

kolusi, korupsi, dan nepotisme.

f. Mengelola keuangan dan aset desa.


16

g. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

desa.

h. Mengembangkan perekonomian masyarakat desa.

i. Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat desa.

j. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup.

k. Memberikan informasi kepada masyarakat desa.

4. Hak dan kewajiban desa dan masyarakat desa

Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang jelas, sudah menjadi hak desa untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat

istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa, desa juga berhak untuk

menetapkan dan mengelola kelembagaan desa serta mendapatkan

sumber pendapatan.

Selain desa mempunyai hak, desa juga mempunyai kewajiban

dalam pemerintahan. Kewajiban desa diatur dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Kewajiban desa meliputi kewajiban

untuk melindungi dan menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat desa,

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa, pemberdayaan

masyarakat desa, serta memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Desa merupakan rumah bagi masyarakat. Masyarakat sebagai

subjek pembangunan desa mempunyai hak dan kewajiban dalam

pemerintahan desa. Hak dan kewajiban masyarakat diatur dalam Undang-


17

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa. Masyarakat desa berhak

untuk:

a. Meminta dan mendapatkan informasi dari pemerintah desa serta

mengawasi kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan

pemberdayaan masyarakat desa.

b. Memperoleh pelayanan yang sama dan adil.

c. Menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapatl isan atau tertulis ecara

bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan

desa, pelaksanaan Pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan

desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

d. Mendapatkan pengayoman dan perlindungan dari gangguan

ketenteraman dan ketertibandi desa.

C. Pengelolaan Keuangan Desa

Dalam Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 bahwa pengelolaan

keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

palaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban

keuangan desa. Menurut Suharsimi (1988) dalam Masruhin dan Kaukab

(2019:121), pengelolaan adalah subtantif dari mengelola, sedangkan

mengelola berarti suatu tindakan mulai dari penyusunan data,

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan

pengawasan dan penilaian. Sedangkan Ladasape (2019:18), pengelolaan

kekayaan milik desa merupakan rangkaian kegiatan mulai dari


18

perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan,

penghapusan, pemindatanganan, panatausahaan, pelaporan, penilaian,

pembinaan, pengawasan dan pengendalian kekayaan milik desa.

Perencanaan pembangunan desa ditandai dengan penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) desa untuk jangka waktu enam

tahun dan Rencana Kerja Pemerintah Desa yang merupakan penjabaran

dari RPJM untuk jangka waktu satu tahun (Ladasape, 2019:18). RPJM

merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala desa.

Pelaksanaan pembangunan desa dilaksanakan sesuai dengan rencana

kerja pemerintah desa yang telah disusun.

Dasar pengelolaan keuangan desa yaitu Permendagri Nomor 20

Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa perubahan atas

Permendagri Nomor 113 Tahun 2014. Keuangan desa merupakan semua

hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala

sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan

hak dan kewajiban desa. Keuangan desa dikelola selama satu tahun

anggaran mulai dari 1 Januari sampai 31 Desember tahun berjalan

(Humas DJPK, 2017:48). Sumber pendapatan desa tidak hanya berasal

dari dana desa yang dialokasikan pemerintah pusat tetapi desa

mempunyai sumber pendapatan yang lain yang dapat dikelompokkan

menjadi tiga yaitu pendapatan asli desa, transfer, dan pendapatan lain.

Dalam buku pintar dana desa (Humas DJPK, 2017:50), kepala desa

berperan sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa


19

(PKPKD). Kepala desa memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan

tentang pelaksanaan APBDesa. Dalam pengelolaan keuangan desa

kepala desa melimpahkan sebagian kekuasaannya kepada perangkat

desa selaku Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD)

yang terdiri dari sekretaris desa, kepala urusan, kepala seksi dan

bendahara. PTPKD bertugas membantu kepala desa untuk melaksanakan

pengelolaan keuanagan desa.

Selain pengelolan terhadap keuangan desa, pengelolaan kekayaan,

potensi atau aset desa juga perlu dilakukan. Untuk mengelola kekayaan

desa dibutuhkan tata kelola yang baik dalam hal pengelolaan keuangan

desa. Pengelolaan keuangan desa dilakukan berdasarkan asas

transparan, akuntabel, partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan

disiplin anggaran (Lasasape, 2019:17). Pengelolaan keuangan transparan

apabila pihak pengelola memberikan informasi keuangan yang terbuka

dan jujur kepada masyarakat atas tanggunggjawab pemerintah dalam

pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan yang akuntabel jika

pelaksanaan keuangan dapat diukur dan dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat. Asas partisipatif biasa diwujudkan dengan melibatkan

masyarakat dalam pengelolaan keuangan desa termasuk mendengar

aspirasi dan saran masyarakat.

D. Kompetensi Aparatur Desa

Kompetensi adalah kemampuan individu untuk melakukan suatu

pekerjaan atau tugas yang dilandasi keterampilan dan pengetahuan


20

Wibowo (2017:271). Kompetensi adalah karakteristik perilaku yang

menggambarkan motif, sifat, konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan dan

keterampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya dengan baik

(Ladasape, 2019:25). Sedangkan menurut Moeheriono (2009) dalam

Masruhin dan Kaukab (2019:121) kompetensi merupakan karakteristik

dasar seorang individu yang mengindikasikan cara berpikir, bersikap dan

bertindak. Unsur-unsur kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan,

dan perilaku.

Menurut Spencer (1993) dalam Masruhin (2019:121) bahwa terdapat

enam kelompok dalam penetapan standar kompetensi, yaitu:

1. Kemampuan merencanakan dan mengimplementasikan, kemampuan

ini meliputi motivasi untuk berprestasi, ketelitian, kualitas kerja,

proaktif, dan kemampuan mencari dan memanfaatkan informasi.

2. Kemampuan melayani, kemampuan ini meliputi empati, berorientasi

pada pelanggan.

3. Kemampuan memimpin, meliputi kemampuan untuk mempengaruhi,

kesadaran berorganisasi, kemampuan membangun hubungan.

4. Kemampuan mengelola, meliputi kemampuan mengembangkan orang

lain, kemampuan mengarahkan, mampu memimpin kelompok dan

memiliki kemampuan bekerja dalam tim.

5. Kemampuan berfikir, meliputi kemampuan berfikir analitis, berfikir

konseptual.
21

6. Kemampuan bersikap dewasa, meliputi kemampuan mengendalikan

diri, fleksibilitas dan komitmen terhadap organisasi.

Aparatur desa sebagai unsur pemerintahan desa mempunyai peran

penting dalam kemajuan desa. Salah satu kendala dalam pelaksanaan

pengelolaan dana desa yaitu kurangnya kompetensi yang dimiliki aparatur

desa. Kompetensi aparat desa sebagai pengelola keuangan desa akan

mempengaruhi kualitas akuntabilitas laporan keuangan yang dihasilkan.

Menurut Anto (2017) dalam Dewi dan Gayatri (2019:1276), kompetensi

aparatur desa sangat diperlukan agar pengelolaan dana desa dapat

dicapai dengan menggunakan kecerdasan, pengetahuan, dan

keterampilan serta perilaku untuk mendorong pembangunan desa yang

maksimal. Sumber daya manusia dapat mempengaruhi akuntabilitas

pengelolaan keuangan desa hal itu dikarena laporan keuangan yang

berkualitas tidak mampu terealisasi tanpa adanya keterlibatan sumber

daya manusia yang kompeten (Ferina dkk, 2016).

Aparat desa yang tidak memiliki kemampuan maka tidak akan

mampu untuk mengelola dana desa secara maksimal. Untuk dapat

menghasilkan kinerja yang berkualitas maka diperlukan kapasitas aparat

desa yang memadai agar mampu menjalankan sistem dengan baik

(Pratiwi dan Ulfah, 2018:431). Syarat untuk mampu dalam melaksanakan

tugas di bidang pekerjaan tertentu yaitu memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan keahlian yang berkaitan dengan pekerjaannya (Dewi

dan Gayatri, 2019:1276). Dalam meningkatkan kompetensi perangkat


22

desa perlu dilakukan upaya peningkatan kompetensi melalui kegiatan

pendidikan dan pelatihan serta pengalaman itu sendiri (Aziiz dan Pratiwi,

2019:335). Selain itu, untuk memperoleh sumber daya manusia yang

kompeten diperlukan pemilihan yang baik tanpa adanya interpensi dari

luar. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pengelolaan dana desa aparatur

desa harus memiliki kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan, dan

pengalaman agar pengelolaan dana desa dapat maksimal.

Menurut Zwell dalam Wibowo (2017) kompetensi dapat dibedakan

menjadi lima kategori kompetensi yaitu (1) kategori task achievement

merupakan kompetensi yang berhubungan dengan kinerja karyawan, (2)

kategori relationship merupakan kompetensi yang berhubungan dengan

kemampuan berkomunikasi dan kemampuan bekerjasama dengan orang

lain, (3) kategori personal attribute adalah kategori kompetensi instrinsik

individu dan menghubungkan bagaimana orang berfikir, belajar, dan

berkembang, (4) kategori managerial merupakan kategori kompetensi

yang berkaitan dengan pengelolaan, pengawasan, dan memotivasi orang

lain, (5) kategori leadership merupakan kompetensi yang berkaitan

dengan kemampuan individu memimpin organisasi dalam mencapai

tujuan organisasi.

E. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam

kegiatan pembangunan serta ikut memanfaatkan hasil dari pembangunan

(Sugiyono, 2004). Sedangkan menurut Dewi dan Gayatri (2019) partisipasi


23

masyarakat dapat diartikan sebagai keikutsertaan dalam proses

penetapan kebijakan maupun anggaran pemerintah sebagai bentuk

pengendalian terhadap pihak manajemen dalam menjalankan organisasi.

Keterlibatan masyarakat mulai dari proses mengidentifikasi masalah

dalam masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan dan

keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang

terjadi (Isbandi dalam Masruhin, 2019:122). Oleh karena itu, pemerintah

desa harus melibatkan masyarakat dalam pengelolaan dana desa mulai

dari evaluasi sampai pelaporan.

Menurut Mahayani (2017) dalam Dewi dan Gayatri (2019:1272),

terdapat tiga alasan mengapa pasrtisipasi masyarakat sangat penting

dalam pengelolaan kekayaan desa, yakni; (1) partisipasi masyarakat

merupakan alat untuk memperoleh informasi mengenai kondisi dan

kebutuhan masyarakat, (2) untuk mewujudkan transparansi kepada

masyarakat dengan melibatkan mereka dalam persiapan dan

perencanaan program pembangunan, (3) mendorong partisipasi umum.

Prinsip-prinsip partisipasi menurut Monique (2004) dalam Masruhin

dan Kaukab (2019:122), yaitu:

1. Cakupan, artinya semua orang atau perwakilan dari semua kelompok

yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan.

2. Kesetaraan dan kemitraan. Setiap individu pada dasarnya mempunyai

keterampilan, kemampuan, dan prakarsa.


24

3. Transparansi, artinya semua pihak harus bisa menjalin komunikasi

terbuka mengenai pembangunan.

4. Kesetaraan kewenangan, artinya semua pihak yang ikut terlibat harus

dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk

menghindari terjadinya dominasi.

5. Kesetaraan tanggungjawab, artinya semua pihak mempunyai

tanggungjawan yang jelas dan keterlibatan dalam pengambilan

keputusan.

6. Kerjasama, artinya semua pihak yang terlibat harus bisa menjalin

kerjasama sesama anggota.

Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal pengelolaan

dana desa. Semakin tinggi partisipasi masyarakat maka semakin banyak

individu yang ikut terlibat dalam pengelolaan dana desa. Semakin banyak

individu yang terlibat maka semakin besar pula rasa tanggungjawab

aparat desa untuk melaksanakan keputusan yang telah dihasilkan

(Masruhin, 2019:120). Tanggungjawab yang besar merupakan landasan

dasar untuk pembangunan lebih baik kedepannya. Pengelolaan dana

desa yang baik akan menghasilkan pembangunan yang baik (Medianti

dalam Masruhin dan Kaukab, 2019:120).

Partisipasi masyarakat juga bertujuan untuk meminimalkan

penyelewengan dana desa dalam pelaksanaannya. Partisipasi

masyarakat sangat dibutuhkan mengingat pengelolaan dana desa sangat

rentan terhadap penyelewengan (Dewi dan Gayatri, 2019:1277). Hal


25

tersebut serupa dengan pendapat Masruhin (2019:120) bahwa partisipasi

masyarakat yang tinggi dalam pengelolaan dana desa akan menurunkan

munculnya kesalahan (kecurangan). Dengan keterlibatan masyarakat

dapat meminimalkan penyelewengan kekayaan desa. Keterlibatan

masyarakat juga perperan sebagai pengawasan pembangunan desa.

Melibatkan masyarakat dalam program pembangunan desa menjadi kunci

keberhasilan pengelolaan dana desa, keterlibatan masyarakat dalam

proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengawasan (Julianto

dan Dewi, 2019:26)

Keterlibatan masyarakat juga dapat meningkatkan akuntabilitas

pengelolaan dana desa. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mada dkk (2019:113) bahwa semakin tinggi partisipasi

masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan dana desa maka

pengelolaan dana desa akan semakin akuntabel.

F. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


1. Masiyah Akuntabilitas 1. Pelaksanaan alokasi
Kholmi (2016). pengelolaan alokasi dana desa dapat
dana desa: Studi di dikatakan akuntabel,
desa Kedungbetik hal itu dikarenakan
Kecamatan prosedur pencairan,
Kesamben penyaluran, dan
Kabupaten Jombang. pelaksanaan kegiatan
alokasi dana desa
26

sesuai degan peraturan


Bupati dan Undang-
Undang.
2. Dalam pelaporan
pertangungjawaban
belum ada standarisasi
laporan keuangan.
3. Rendahnya kompetensi
yang dimiliki aparat
desa dibuktikan dengan
adanya beberapa
aparatur yang tidak
menguasai dengan baik
komputerisasi.
2. Neny Tri Peran perangkat 1. Perangkat desa cukup
Indrianasari desa dalam berperan dalam
(2017). akuntabilitas pengelolaan keuangan
pengelolaan desa dan secara
keuangan desa keseluruhan
(Studi pada desa pelaksanaan
Karangsari pengelolaan keuangan
Kecamatan desa sesuai dengan
Sukodono). Permendagri No. 113
Tahun 2014.
3. Sarifuddin Pengaruh 1. Kompetensi aparat
Mada, Lintje kompetensi aparat pengelola dana desa,
Kalangi, dan pengelola dana desa, komitmen organisasi,
Hendrik komitmen organisasi dan partisipasi
Gamaliel pemerintah desa, masyarakat
(2017). dan partisipasi berpengaruh positif dan
27

masyarakat signifikan terhadap


terhadapakuntabilitas akuntabilitas
pengelolaan dana pengelolaan dana desa
desa di Kabupaten di Kabupaten
Gorontalo. Gorontalo.

4. Nur Ida Analisis faktor yang 1. Pengujian hipotesis


Yesinia, Norita mempengaruhi telah membuktikan
Citra Yuliarti akuntabilitas terdapat pengaruh
dan Dania pengelolaan alokasi positif dan signifikan
Puspitasari dana desa. peran perangkat desa
(2018). dan sistem
pengendalian internal
terhadap akuntabilitas
pengelolaan anggaran
dana desa.

5. Umi Pratiwi Faktor yang 1. Pemahaman peraturan


dan Permata mempengaruhi pemerintah tentang
Ulfah (2018). kinerja aparatur akuntabilitas dana desa
pemerintah desa terhadap kinerja
dalam akuntabilitas aparatur pemerintah
dana desa. desa tidak berpengaruh
terhadap kinerja
aparatur pemerintah
desa.
2. Penerapan prinsip-
prinsip good
government
governance
berpengaruh terhadap
28

kinerja aparatur
pemerintah desa.
3. Kualitas sumber daya
manusia signifikan
berpengaruh terhadap
kinerja aparatur
pemerintah desa.
6. Anam Pengaruh 1. Kompetensi aparatur,
Masruhin dan kompetensi aparatur, komitmen organisasi,
M. Elfan komitmen organisasi, partisipasi masyarakat,
Kaukab partisipasi dan kejelasan sasaran
(2019). masyarakat, dan anggaran mempunyai
kejelasan sasaran pengaruh positif
anggaran terhadap terhadap pengelolaan
pengelolaan dana dana desa.
desa (Studi empiris
pada perangkat desa
di Kecamatan
Mojotengah
Kabupaten
Wonosobo).
7. I Putu Julianto Pengaruh partisipasi 1. Partisipasi masyarakat,
dan Gusti Ayu masyarakat, penggunaan
Ketut penggunaan sistem Siskeudes, kompetensi
Rencana Sari keuangan desa pendamping desa dan
Dewi (2019). kompetensi komitmen pemerintah
pendamping desa daerah berpengaruh
serta komitmen secara positif dan
pemerintah daerah signifikan terhadap
terhadap keberhasilan
29

keberhasilan pengelolaan dana desa.


pengelolaan dana
desa.
8. Lalita Ivana Pengaruh 1. Kompetensi aparatur,
Maria kompetensi aparatur, motivasi aparatur, dan
Ladasape motivasi aparatur komitmen organisasi
(2019). dan komitmen secara simultan
organisasi terhadap berpengaruh terhadap
akuntabilitas akuntabilitas
pengelolaan dana pengelolaan dana desa.
desa di Kecamatan
Nelle, Kecamatan
Koting, dan
Kecamatan Kangae
Kabupaten Sikka.
9. Muhammad Faktor-faktor yang 1. Kompetensi aparat
Nur Aziiz dan mempengaruhi desa, pemanfaatan
Sawitri Dwi akuntabilitas dana teknologi informasi, dan
Prastiti (2019). desa. Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah
mempengaruhi
akuntabilitas dana
desa.
10. Ni Komang Faktor-faktor yang 1. Kompetensi perangkat
Ayu Julia berpengaruh pada desa, kepemimpinan
Praba Dewi akuntabilitas kepala desa, dan
dan Gayatri pengelolaan dana partisipasi masyarakat
(2019). desa. memiliki pengaruh
positif pada
akuntabilitas
30

pengelolaan dana desa.


11. Nora Angelita Faktor-faktor yang 1. Kompetensi perangkat
Widiawaty berpengaruh pada desa, kepemimpinan
(2019). akuntabilitas kepala desa, komitmen
pengelolaan dana organisasi pemerintah
desa di Kecamatan desa tidak berpengaruh
Windusari Kabupaten terhadap akuntabilitas
Magelang. pengelolaan dana desa.
2. Partisipasi masyarakat,
pemanfaatan teknologi
informasi berpengaruh
positif terhadap
akuntabilitas
pengelolaan Dana
desa.
12. Tarjo (2019). Pengaruh 1. Kompetensi aparat
kompetensi aparat desa dan komitmen
desa dan komitmen organisasi berpengaruh
organisasi terhadap signifikan terhadap
akuntabilitas dana akuntabilitas dana desa
desa (Studi pada di desa Muara Niro.
desa Muara Niro
Kecamatan VII Koto
Kabupaten Tebo.
Sumber: Data Diolah 2020

G. Kerangka Pikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana

hubungan teori-teori dengan faktor-faktor yang akan didefenisikan sebagai

suatu permasalahan. Menurut Suliyanto dalam Ladasape (2019),


31

kerangka pemikiran dijabarkan dalam bentuk bagan dengan substansi

dalam bagan tersebut harus ditulis secara ringkas. Variabel akuntabilitas

pengelolaan dana desa merupakan tingkat pencapaian sasaran dan

tujuan pemerintah desa yang mengidentifikasi tingkat keberhasilan atau

kegagalan pengelolaan dana desa yang akuntabel. Akuntabilitas

pengelolaan dana desa adalah variabel terikat yang dipengaruhi oleh

variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi kompetensi

aparatur desa dan partisipasi masyarakat.

Partisipasi
Masyarakat (X1) Akuntabilitas
Pengelolaan
Partisipasi Dana desa (Y)
Masyarakat (X2)
Gambar 2.1
Kerangka Pikir

H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian landasan teori dan hasil penelitian terdahulu,

maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengaruh Kompetensi Aparatur Desa terhadap Akuntabilitas


Pengelolaan Dana Desa.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi akuntabilitas yaitu faktor

kompetensi. Kompetensi merupakan kemampuan seseorang dalam

menyelesaikan tugas sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Menurut

Ladasape (2019:36), rendahnya kompetensi aparatur dapat menjadi faktor

penghambat dalam pengelolaan dana desa yang akuntabel. Penilaian

kompetensi seseorang dapat dilihat setelah ia menyelesaikan tugasnya.

Frink dan Klimoski (2004) dalam Mada (2017:108), untuk meningkatkan


32

akuntabilitas dibutuhkan yang namanya kompetensi. Hal tersebut sejalan

dengan hasil penelitian beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya

penelitian yang dilakukan Aziiz dan Prastiti (2019), Yesinia dkk (2018),

Masruhin dan Kaukab (2019), Tarjo (2019), Ladasape (2019), Praba Dewi

dan Gayatri (2019), dan Mada dkk (2017).

H1 : Kompetensi aparatur desa berpengaruh positif terhadap


akuntabilitas pengelolaan dana desa.

2. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Akuntabilitas Pengelolaan


Dana Desa.
Salah satu tujuan utama dari pengalokasian dana desa selain untuk

melakukan pembangunan desa juga untuk mensejahterakan masyarakat

desa dan menurunkan angka memiskinan di desa. Dibutuhkan partisipasi

masyarakat untuk ikut dalam mengelola dana desa sehingga pengelolaan

dana desa tepat sasaran. Mada (2017:108), berpendapat bahwa

pasrtisipasi masyarakat sebagai kunci untuk meningkatkan responsivitas

pemerintah daerah terhadap masyarakat kurang mampu dan agar

pembangunan lebih berpihak kepada masyarakat kurang mampu didesa.

Partisipasi dilakukan mulai dari evaluasi sampai dengan tahap pelaporan

(Ebrahim dalam Sarifuddin, 2017). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu

yang dilakukan beberapa penelitian diantaranya Julianto dan Dewi (2019),

Widiawati (2019), Masruhin dan Kaukab (2019), Dewi dan Gayatri (2019),

dan Mada dkk (2017) bahwa partisipasi masyarakat berpengaruh

terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa.

H2 : Partisipasi masyarakat berpengaruh positif terhadap


akuntabilitas pengelolaan dana desa.
34

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu jenis penelitian eksplanatori. Penelitian

eksplanatori bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara satu atau

lebih variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel

mempengaruhi variabel lainnya. Sedangkan metode penelitian yang

digunakan yaitu metode kuantitatif. Menurut Sugiyono (2018) metode

penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu dengan menggunakan

instrumen penelitian dengan tujuan menggambarkan dan menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada desa-desa yang berada di Kecamatan

Pamboang Kabupaten Majene. Waktu yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu selama 2 bulan mulai dari bulan April sampai dengan bulan Mei

2020.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat pada 15 desa

di Kecamatan Pamboang Kabupaten Majene. Metode pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random

sampling. Menurut Sugiyono (2017:82) simple random sampling

merupakan teknik pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan


35

secara acak. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100

responden.

D. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis data

primer. Data primer merupakan hasil dari jawaban responden atas

pertanyaan pada kuesioner. Menurut Riadi (2016:48) data primer adalah

informasi yang diperoleh tangan pertama yang dikumpulkan secara

langsung dari sumbernya. Data primer diperoleh dari kuesioner yang

dibagikan kepada responden untuk memberikan jawaban atau pendapat

dalam bentuk angka. Menurut Sekaran dan Roger (2017) dalam Ladasape

(2019), kuesioner adalah pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya

dimana akan memberikan jawaban, biasanya dalam alternatif yang jelas.

Kuesioner merupakan daftar beberapa pertanyaan yang terkait dengan

objek yang diteliti.

E. Variabel Penelitian
Riadi (2016:52) mendefenisikan variabel sebagai karakteristik atau

atribut dari individu atau organisasi yang apabila diamati hasilnya selalu

bervariasi.

1. Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas sehingga variabel ini dapat berubah-

ubah. Menurut Kelinger (2002) dalam Riadi (2016:52), variabel terikat

merupakan akibat dari variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel terikat yaitu akuntabilitas pengelolaan dana desa (Variabel Y).


36

2. Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang dapat

mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel terikat baik secara positif atau negatif. Menurut

Kerlinger (2002) dalam Riadi (2016:52) variabel bebas adalah sebab yang

diduga sebagai penyebab kemunculan variabel terikat. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah kompetensi aparatur desa dan partisipasi

masyarakat (Variabel X).

F. Defenisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas

a. Kompetensi Aparatur Desa

Kompetensi adalah padanan kata mampu yaitu yang dapat

melaksanakan pekerjaan atau tugas yang diamanatkan kepadanya

secara baik serta memiliki keterampilan dan keahlian lainnya (Tarjo,

2019:2). Ferina dkk (2018) berpendapat bahwa sumber daya manusia

yang kompeten memiliki latar belakang pendidikan yang baik, sering

mengikuti pelatihan serta mempunyai pengalaman dibidang

keuangan. Dalam penelitian ini, indikator kuesioner diambil dari

penelitian Bani Renggo (2018) yang terdiri dari knowledge

(pengetahuan), skill (kemampuan), dan attitude (sikap)dengan

pertanyaan sebanyak 11 pertanyaan serta menggunakan pengukuran

skala likert sebagai skala pengukuran data. Skala likert terdiri atas 5
37

angka penilaian yaitu; (1). Sangat tidak setuju, (2). Tidak setuju, (3).

Netral, (4). Setuju, dan (5). Sangat setuju.

b. Partisipasi Masyarakat

Menurut Isbandi dalam Masruhin dan Kaukab (2019:123)

partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat mulai dari

proses mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam masyarakat,

pemilihan dan pengambilan kepurutusan tentang solusi serta tindak

lanjut masalah dan evaluasi perubahan. Sebagai pihak yang akan

merasakan manfaat dari pengelolaan dana desa maka dibutuhkan

partisipasi masyarakat untuk ikut teribat dalam pengelolaan dana

desa. Dalam penelitian ini, indikator kesioner diambil dari penelitian

Bani Renggo (2018) yang meliputi pengambilan keputusan dan

pelaksanaan anggaran dengan pertayaan sebanyak 4 pertanyaan

serta menggunakan pengukuran skala likert sebagai skala

pengukuran data. Skala likert terdiri atas 5 angka penilaian yaitu (1).

Sangat tidak setuju, (2). Tidak setuju, (3). Netral, (4). Setuju, dan (5).

Sangat setuju.

2. Variabel Terikat
a. Akuntabilitas Pengelolaan Dana desa

Menurut Mardiasmo (2018) akuntabilitas merupakan kewajiban

pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban mulai

dari menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas

dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab kepada pihak pemberi

amanah yaitu kepada otoritas yang lebih tinggi (vertikal) dan kepada
38

masyarakat luas (horizontal) yang mempunyai hak dan kewenangan

untuk meminta pertanggungjawaban pengelola keuangan. Dalam

penelitian ini, indicator kesioner diambil dari penelitian Ladasape

(2019) yang terdiri dari 4 pertanyaan serta menggunakan pengukuran

skala likert sebagai skala pengukuran data.Skala likert terdiri atas 5

angka penilaian yaitu (1). Sangat tidak setuju, (2). Tidak setuju, (3).

Netral, (4). Setuju, dan (5). Sangat setuju.

G. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Menurut (2016:57) statistik deskriptif merupakan alat bantu peneliti

yang ingin mengungkapkan dan memecahkan masalah sebuah

generalisasi dari populasi sehingga dapat memberikan gambaran atau

infomasi mengenai karakteristik data.

2. Pengujian Kualitas Data

a) Uji Validitas

Uji validitas data digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya

pertanyaan pada kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

yang terdapat didalam kuesioner mampu untuk mengungkapkan

variabel yang diukur oleh kuesioner tersebut. Pertanyaan yang tidak

valid atau tidak sah harus dikeluarkan dari kuesioner sebelum disebar

kembali ke responden. Menurut Sugiyono (2018) bahwa valid

menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sebenarnya terjadi

pada objek dengan data yang didapat dari responden.


39

b) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berfungsi untuk menetapkan apakah instrumen

yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali,

paling tidak responden yang sama akan menghasilkan data yang

konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas mencirikan tingkat konsistensi.

Peneliti menggunakan koefisien Cronbach Alpha (α) untuk melihat

reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan. Jika nilai

Cronbach Alpha > 0,6 atau 60% menunjukkan instrumen yang

digunakan reliabel.

3. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis statistik uji hipotesis dalam hal ini uji

analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Data

yang digunakan harus bebas dari asumsi klasik meliputi bebas normalitas,

multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.

a) Uji Normalitas Data

Uji normalitas merupakan salah satu syarat sebelum melakukan

uji regresi berganda. Data penelitian harus diuji kenormalan

distribusinya untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau

tidak. Pengujian menggunakan metode uji Kolmogorov Smirnov.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas Kolmogorov

Smirnov yaitu sebagai berikut.

1. Jika nilai sig > 0,05 maka data penelitian berdistribusi normal.

2. Jika nilai sig < 0,05 maka data penelitian tidak berdistribusi normal.
40

b) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya

korelasi antara dua atau lebih variabel independen dalam model

regresi berganda. Model regresi yang baik yaitu tidak terjadi korelasi

diantara dua atau lebih variabel independen. Cara mendeteksi adanya

multikolinearitas dalam model regresi yaitu dengan cara melihat nilai

Tolerance dan Variance Inflating Factor (VIP). Dasar pengambilan

keputusan dalam melihat nilai Tolerance dan Variance Inflating Factor

yaitu sebagai berikut.

1. Jika nilai Tolerance > 0.1 dan VIP < 10 maka tidak terjadi

multikolinearitas.

2. Jika nilai Tolerance < 0.1 dan VIP > 10 maka tidak terjadi

multikolinearitas.

c) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas berguna untuk mengetahui ada atau

tidaknya penyimpangan yaitu adanya ketidaksamaan varian dari

residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Salah

satu cara mendeteksi gejala heteroskedastisitas yaitu dengan

melakukan uji Gletser. Dasar pengambilan keputusan uji Gletser yaitu

sebagai berikut.

1. Jika nilai sig > 0,05 maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

2. Jika nilai sig < 0,05 maka terjadi gejala heteroskedastisitas.


41

4. Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Hair dkk dalam Yamin (2009), regresi berganda adalah

metode analisis yang tepat ketika dalam penelitian melibatkan satu

variabel terikat yang diperkirakan berhubungan dengan satu atau lebih

variabel bebas. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk

mengetahui pengaruh beberapa variabel bebas atau variabel independen

terhadap variabel terikat atau dependen. Model persamaan analisis

regresi linear berganda dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Y1 = b0 + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan:
Y1 = Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa.
b0 = Konstanta.
b1, b2, b3 = Koefisien Regresi.
X1 = Kompetensi Aparatur Desa.
X2 = Partisipasi Masyarakat.
5. Pengujian Hipotesis

a. Koefisien Determinan (Uji R²)

Koefisien determinan atau uji R-Square digunakan untuk

mengetahui seberapa jauh kemampuan model penelitian dalam

menerangkan variabel dependen (variabel terikat). Nilai koefisien

determinan antara nol sampai satu. Semakin kecil nilai koefisien

determinan berarti semakin terbatas kemampuan variabel independen

menjelaskan variasi variabel dependen. Semakin nilai koefisien

determinan mendekati satu berarti variabel independen memberikan


42

hampir semua informasi yang dibutuhkan dalam memprediksi variasi

variabel dependen.

b. Uji F

Uji F atau uji serentak yaitu uji untuk melihat pengaruh semua

variable bebas secara bersama-sama terhadap variable terikat. Uji F

dapat dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel

dengan derajat kepercayaan sebesar 5% atau 0,05. Jika Fhitung >

Ftabel maka secara bersama-sama (simultan) kompetensi aparatur

desa dan partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap akuntabilitas

pengelolaan dana desa.

c. Uji T

Uji T atau uji variable digunakan untuk menguji signifikasi

pengaruh dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji T

dapat dilakukan dengan membandingkan T hitung dengan Ttabel

dengan derajat kepercayaan sebesar 5% atau 0,05. Jika T hitung >

Ttabel maka variabel bebas secara parsial mempengaruhi variabel

terikat.
DAFTAR PUSTAKA

Aziiz, Muhammad Nur., danSawitri Dwi Prastiti. 2019. “Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Akuntabilitas Dana desa”. Jurnal Akuntansi
Aktual. Volume 6, Hal: 280-344
Ferina, Ika Sasti., Burhanuddin., dan Herman Lubis. 2016. “Tinjaun
Kesiapan Pemerintah Desa Dalam Implementasi Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus Pada Pemerintah
Desa Di Kabupaten Ogan Ilir)”. Jurnal Manajemen Dan Bisnis
Sriwijaya. Volume 14, Hal: 321-336.
Gilar, Ramdhani. 2020. Mendagri Minta Pengelolaan Dana desa
Dilakukan Secara Efektif dan Efisien.
http://m.liputan6.com/news/read/4181971/mendagri-minta-
pengelolaan-dana-desa-dilakukan-secara-efektif-dan-efisien.
Diakses pada tanggal 20 februari 2020.
Humas DJPK Kementerian Keuangan. 2017. Buku Pintar Dana desa Edisi
1. www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5562. Diakses pada tanggal
21 februari 2020.
Herlinse, Meitri Yani. 2018. “Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Akuntansi
dan Kompetensi Perangkat Desa terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Rambutan
Kabupaten Banyuasin”. Skripsi. Politeknik Negeri Sriwijaya.
Indrianasari, Neny Tri. 2017. “Peran Perangkat Desa dalam Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Desa (Studi pada Desa Karangsari
Kecamatan Sukodono)”.Jurnal Ilmiah Ilmu Akuntansi,
Keuangan dan Pajak. Peran perangkat desa dalam
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa (Studi pada desa
Karangsari Kecamatan Sukodono). Volume 1, Hal: 29-46.
Julianto, I Putu., dan Gusti Ayu Ketut Rencana Sari Dewi. 2019.
“Pengaruh Partisipasi Masyarakat, Penggunaan Sistem
Keuangan Desa Kompetensi Pendamping Desa Serta
Komitmen Pemerintah Daerah terhadap Keberhasilan
Pengelolaan Dana desa”. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Volume 4,
Hal: 24-42.
Kholmi, Masiyah. 2016. “Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana desa:
Studi di Desa Kedungbetik Kecamatan Kesamben Kabupaten
Jombang”. Jurnal Ekonomika-Bisnis. Volume 7, Hal: 143-152.
Ladasape, Lalita IvanaMaria. (2019). Pengaruh Kompetensi Aparatur,
Motivasi Aparatur, dan Komitmen Organisasi terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Dana desa Di Kecamatan Nelle,
Kecamatan Koting, Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka.
Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Mada, Sarifuddin., Lintje Kalangi., dan Hendrik Gamaliel. 2017.” Pengaruh
Kompetensi Aparat Pengelola Dana desa, Komitmen
Organisasi Pemerintah Desa, dan Partisipasi Masyarakat

42
43

terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana desa Di Kabupaten


Gorontalo”.Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing.Volume 8,
Hal:106-115.
Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Terbaru. Yogyakarta:
Andi.
Masruhin, Anam., dan M. Elfan Kaukab. 2019. “Pengaruh Kompetensi
Aparatur, Komitmen Organisasi, Partisipasi Masyarakat, dan
Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Pengelolaan Dana
desa (Studi Empiris pada Perangkat Desa di Kecamatan
Mojotengah Kabupaten Wonosobo)”. Journal Of Economic,
Business and Engineerin. Volume 1, Hal: 118-130.
Peraturan Bupati Majene Nomor 17 Tahun 2016 tentang Kewenangan
Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala
Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Praba Dewi, Ni Komang Ayu Julia., dan Gayatri. 2019. “Faktor-faktor
yang Berpengaruh pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana
desa”. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Volume 26, Hal:
1270-1298.
Pratiwi, Umi., dan Permata Ulfah. 2018. “Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Aparatur Pemerintah Desa Dalam Akuntabilitas Dana
desa”. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan. Volume 6, Hal:
429-440.
Riadi, Edi. 2016. Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS.
Yogyakarta: Andi.
Ridwan dan Sunarto. 2014. Pengantar Statistik Untuk Penelitian. Edisi
Ketujuh. Bandung: Alfabeta.
Safwan. dan Nadirsyah Syukriy Abdullah. 2014. “Pengaruh Kompetensi
Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan
Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya”.
Jurnal Akuntansi. Volume 3, Hal: 133-139.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Tarjo. 2019. “Pengaruh Kompetensi Aparat Desa Dan Komitmen
Organisasi terhadap Akuntabilitas Dana desa (Studi pada
Desa Muara Niro Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo”.
Jurnal Tata Sejuta. Volume 5, Hal: 2-16.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Widiawaty, Nora Angelita. 2019. “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada
Akuntabilitas Pengelolaan Dana desa Di Kecamatan
Windusari Kabupaten Magelang”. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Magelang.
Yamin, Sofyan. Dan Heri Kurniawan. 2011. SPSS Complete: Teknik
Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Jakarta:
Salemba Infotek.
44

Yesinia, Nur Ida., Norita Citra Yuliarti., dan Dania Puspitasari. 2018.
“Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas
Pengelolaan Alokasi Dana desa”. Jurnal Aset (Akuntansi
Riset). Volume 10, Hal: 105-112.
Wibowo. 2017. Manajemen Kinerja. Edisi Kelima. Depok: Rajawali Pres.

Anda mungkin juga menyukai