Anda di halaman 1dari 15

Makalah Geografi

USAHA PEMERATAAN PEMBANGUNAN DI


DESA Kabupaten BANYUWANGI

DISUSUN OLEH
Kelas XII IPS 1

Wahyu Romansyah

SMA NEGERI 10 kota bekasi


TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
khususnya bagi penulis sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran geografi.
Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada guru geografi kami, Ibu
Fesha Tresane Handoyo yang telah membimbing dan membantu kami dalam
penyelesaian makalah ini. Dan juga terima kasih atas bantuan dari semua pihak, semoga
bantuan yang diberikan itu mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan YME.
Makalah ini berisi tentang
“ USAHA PEMERATAN PEMBANGUNAN DI DESA KABUPATEN
BANYUWANGI ”.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
yang kami buat ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.

Bekasi, 19 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.............................................................................................................................................
1
KATA PENGANTAR
.............................................................................................................................................
2
DAFTAR ISI
.............................................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
.............................................................................................................................................
4
1.1 Latar Belakang
.........................................................................................................................................
4
1.2 Rumusan Masalah
.........................................................................................................................................
6
1.3 Tujuan
.........................................................................................................................................
6
1.4 Manfaat
.........................................................................................................................................
6
BAB II PEMBAHASAN
.............................................................................................................................................
7
2.1. Landasan Teori
.........................................................................................................................................
7

3
2.2. Letak Desa Kabupaten Banyuwangi secara Geografis
.............................................................................................................................................
7
2.3. Kondisi desa Banyuwangi
.............................................................................................................................................
8
2.3.1 Secara Fisiografi
.............................................................................................................................................
8
2.3.2 Secara Demografi
.............................................................................................................................................
9
2.4. Potensi Pemerataan Pembangunan di Desa Kabupaten Banyuwangi
.............................................................................................................................................
10
2.5. Bentuk Desa Kabupaten Banyuwangi
.............................................................................................................................................
11
2.6. Permasalahan di Desa Kabupaten Banyuwangi
.............................................................................................................................................
11
BAB III PENUTUP
.............................................................................................................................................
13
3.1. Kesimpulan
.........................................................................................................................................
13
3.2. Saran
.........................................................................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................................................................
14

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerataan pembangunan telah digariskan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 alinea keempat, yang menyatakan bahwa fungsi sekaligus tujuan
Negara Indonesia yakni memajukan kesejahteraan umum. Salah satu proses
pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo
(1988) dalam Husna dkk (2011), pembangunan adalah “upaya suatu masyarakat
bangsa yang merupakan suatu perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang
kehidupan ke arah masyarakat yang lebih maju dan baik, sesuai dengan
pandangan masyarakat itu”. Jadi, pembangunan dimaksudkan agar ada perubahan
positif yang terjadi dalam semua bidang, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya,
infrastruktur, dan bidang lainnya. Tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri
yakni tercapainya kesejahteraan bagi masyarakat.
Perjalanan pembangunan di Indonesia sejak jaman kepemimpinan
Presiden Sukarno hingga Presiden Susilo Bambang Yudoyono saat ini, telah
banyak menghasilkan perkembangan dan kemajuan bagi keberlanjutan
pembangunan di Indonesia. Walaupun demikian permasalahan pembangunan di
Indonesia masih cukup banyak, angka kemiskinan masih tinggi, kesenjangan
sosial, hutang negara, distribusi pendapatan serta disparitas antar daerah akibat
ketidakmerataan pembangunan masih menjadi tugas rumah yang harus diselesaikan oleh

5
pemerintah. Berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan pembangunan di Indonesia
telah banyak dilakukan oleh pemerintah.
Pemerataan pembangunan sampai ke daerah-daerah adalah salah satu agenda
penting pemerintah. Karena pembangunan yang merata berdampak baik bagi kemajuan
ekonomi suatu bangsa. Tujuan pemerataan pembangunan sampai ke daerah-daerah yang
dilakukan pemerintah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan karena pembangunan
(baik itu infrastruktur maupun SDM) merupakan komponen penting untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi. Sementara pembangunan ekonomi sendiri
mendorong laju pertumbuhan ekonomi.

Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
Timur merupakan daerah otonom yang memiliki andil dalam 4 mewujudkan
pembangunan nasional melalui pencapaian pembangunan daerah. Keberhasilahan akan
pembangunan nasional yang juga didukung dari keberhasilan pembangunan daerah
menjadi sangat penting bagi setiap pemerintah daerah termasuk Kabupaten Banyuwangi
untuk selalu mendorong laju pembanguanan baik pembangunan fisik maupun
pembangunan non fisik seperti pembangunan ekonomi dengan meningkatkatkan
pertumbuhan ekonomi yang kemudian akan menjadikan masyarakat semakin sejahtera.

6
1.2 Rumusan Masalah
1. Dimana Letak Kabupaten Banyuwangi ?
2. Bagaimana kondisi Fisiografis dan Demografis nya ?
3. Bagaimana potensi Pemerataan Pembangunan desa tersebut ?
4. Bagaimana bentuk desa tersebut ?
5. Apa saja permasalahan desa tersebut ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Letak kabupaten Banyuwangi
2. Untuk mengetahui kondisi Fisiografis dan Demografis kabupaten Banyuwangi
3. Untuk mengetahui bagaimana pembangunan di desa kabupaten Banyuwangi
4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk dan permasalahan yang ada di desa
kabupaten Banyuwangi.

1.4 Manfaat
 Manfaat untuk penulis
Dapat memberikan pengalaman penulis dalam membuat karya tulis ilmiah.

 Manfaat untuk pembaca


Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang usaha pemerataan
pembangunan di desa kabupaten Banyuwangi.

7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui
upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses
perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan
(Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Portes (1976)
mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.
Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki
berbagai aspek kehidupan masyarakat
Pemerataan Pembangunan adalah Sebagai suatu usaha, pembangunan
merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka
meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran
serta masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara
untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena
kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan
masyarakat.
Menurut Sutarjo Kartohadikusumo, Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana
bermukim sutau masyarakat yang berkuasa dan masyarakat tersebut mengadakan
pemerintah sendiri.

2.2 Letak Desa Kabupaten Banyuwangi secara Geografis


Secara geografis Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan Kabupaten
Situbondo di sebelah utara, Samudera Indonesia di sebelah Selatan, Kabupaten
Bondowoso disebelah barat, dan Selat Bali di sebelah Timur. Luas wilayah
Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,50 km2 yang merupakan kabupaten terluas di
Provinsi Jawa Timur.
Letak geografis Banyuwangi sangat strategis, berada di ujung timur pulau
jawa
merupakan pintu gerbang koridor ekonomi jawa sebagai “Pendorong Industri dan
Jasa Nasional”, yang menghubungkan dengan Koridor Ekonomi Bali Nusa Tenggara
sebagai “Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional”. Selain itu
sumber daya alam yang cukup melimpah tersedia di wilayah Kabupaten

8
Banyuwangi. Menurut data statistik, potensi lahan pertanian di Kabupaten
Banyuwangi berada dalam peringkat ketiga setelah kabupaten Malang dan Jember.
Sehingga tidak mengherankan apabila Kabupaten Banyuwangi menjadi bagian dari
salah satu lumbung pangan di provinsi Jawa Timur. Selain potensi dibidang
pertanian, Kabupaten Banyuwangi memiliki bentangan pantai yang cukup panjang,
sehingga ke depan, pengembangan sumberdaya kelautan dapat menjadi fokus
perhatian pemerintah dalam meningkatkan sektor tersebut melalui berbagai upaya
intensifikasi dan diversifikasi pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairan laut.
Bukan hal yang tidak mungkin apabila percepatan pengembangan sektor-sektor
potensial seperti kekayaan laut dan sektor potensial lainnya ini dapat segera terwujud
mengingat potensi yang dimiliki cukup besar.

2.3 Kondisi desa Banyuwang


2.3.1 Secara Fisiografis

( Gambar 1.1 Peta Kabupaten Banyuwangi )

Kondisi Geografi pada Kabupaten Banyuwangi terbagi dalam beberapa jenis


topografi 0- 50 mdpl merupakan wilayah pantai dan dataran rendah, 50-500 mdpl
merupakan wilayah dataran rendah. Wilayah tersebut sangat sesuai untuk kawasan
perikanan dan pertambakan, pertanian tanaman pangan dan pertanian tanaman semusim
serta pengembangan perdesaan dan perkotaan. 500-1000 mdpl seluas 86.908 Ha,
merupakan wilayah perbukitan dan sangat sesuai untuk tanaman keras/tahunan dan
sebagai penyangga bagi kawasan perlindungan tanah dan air dan juga sangat sesuai

9
untuk lahan pertanian tanaman pangan dengan terlebih dahulu membentuk penampang
lahan menjadi lahan terassiring serta untuk pengembangan pedesaan. Ketinggian 1000-
2000 mdpl merupakan wilayah pegunungan dengan kesesuaian lahan untuk kawasan
penyangga sebagai kawasan p-erlindungan tanah dan air dan ketinggian >2000 sangat
sesuai untuk pemanfaatan hutan lindung yang berfungsi untuk melindungi kawasan
bawahannya. Kemiringan lahan terbagi dalam beberapa kelerengan 0-8 % merupakan
lahan datar agak landai seluas 401.352 Ha dan memiliki kesesuaian lahan untuk
pertanian tanaman pangan atau sejenis tanaman lainnya. Kelerengan 8-15 % sekitar 12
% merupakan lahan landai yang bergelombang dan sangat sesuai untuk pertanian
tanaman pangan dan pertanian tanaman semusim dengan lebih memperhatikan usaha
pengawetan tanah dan air. Kelerengan 15-12 % merupakan lahan bergelombang dan
berbukit seluas 58.195 Ha sangat sesuai untuk tanaman keras/tahunan dan sebagai
penyangga bagi kawasan perlindungan tanah dan air serta pertanian tanaman pangan,
namun terlebih dahulu membentuk penampang tanah menjadi lahan terasiring. 24-45 %
merupakan lahan berbukit atau gunung, sangat sesuai untuk tanaman semusin tapi lebih
diutamakan untuk tanaman keras dan lahan terjal dengan kelerengan > 45 sangat sesuai
untuk tanaman keras dan penghijauan yang berfungsi sebagai perlindungan tanah, air
dan menjaga ekosistem lingkungan.

2.3.2 Secara Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi secara keseluruhan mencapai


1.556.078 jiwa. Diantara 24 kecamatan, Kecamatan Muncar dan Kota Banyuwangi
memiliki jumlah penduduk penduduk paling banyak yaitu 128.924 jiwa (8,29%) dan
106.000 jiwa (6,81%). Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Licin hanya
sebanyak 27.878 jiwa (1,79%). Kepadatan jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi
secara keseluruhan mencapai 269,08 jiwa/km2 . Diantara 24 kecamatan, Kecamatan
Kota Banyuwangi dengan kepadatan jumlah penduduk paling tinggi yaitu 3518,09
jiwa/km2 , kemudian Kecamatan Giri dengan kepadatan 1.337,87 jiwa/km2 . Sedangkan
wilayah kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan terendah terkecil adalah
Kecamatan Tegal Dlimo hanya sebanyak 45,60 jiwa/km2. penduduk Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2009 didominasi oleh penduduk usia produktif terutama usia
15-19 tahun sebanyak 148.700 jiwa. Jumlah penduduk usia produktif (15- 64th)
sebanyak 1.092.110 jiwa (68,80%) sedangkan usia non produktif (0- 14th dan 65th+)
sebanyak 495.293 jiwa (31,20%).

10
2.4 Potensi Pemerataan Pembangunan di Desa Kabupaten Banyuwangi
Deklarasi Bupati Banyuwangi Abdullah Azzwar Anas yang menyatakan
bahwa Kabupaten Banyuwangi sebagai “Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru” menjadi
sebuah momentum yang harus benar-benar dipersiapkan oleh pemerintah daerah
Banyuwangi. Pergerakan ekonomi Banyuwangi yang meningkat dalam beberapa
tahun terakhir, dikontribusi oleh dua sektor utama yaitu pertanian (termasuk
perikanan dan peternakan) serta perdagangan, hotel dan restoran. Pertanian
memberikan kontribusi rata-rata 46,5 persen sedangkan perdagangan, hotel dan
restoran memberikan kontribusi rata-rata 26,8 persen. Menurut laporan Banyuwangi
Economic Outlook 2012 (Sectoral Analysis), sektor pertanian menjadi sektor andalan
Banyuwangi, sumbahsihnya paling tinggi diantara sembilan sektor lainnya terhadap
PDRB menjadikan sektor pertanian sebagai sektor unggulan dibebearapa tahun
terakhir. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran, meskipun dalam
posisi kedua dalam memberi kontribusi ekonomi Banyuwangi, namun menjadi
lokomotif utama yang mengangkat tumbuhnya perekonomian. Sektor ini pada tahun
2011 mampu tumbuh 8,9 persen dan pada tahun 2012 mencapai posisi 9,2 persen
melampaui total pertumbuhan ekonomi Banyuwangi. Sedangkan sektor pertanian
yang menjadi unggulan utama, hanya tumbuh rata-rata 5 persen. Ketika sektor
perdagangan, jasa, dan restoran serta sektor konstruksi mengalami trend peningkatan,
sektor lainnya akan mengalami trend penurunan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
saat ini Banyuwangi dalam proses transformasi, dari pertanian ke sektor jasa
perdagangan. Sektor pertanian, di samping 6 pertumbuhannya lambat, kontribusinya
terhadap total PDRB semakin tahun semakin menurun. Tahun 2007-2008 kontribusi
sektor pertanian pada posisi diatas 47 persen, namun pada tahun 2010 turun menjadi
46 persen dan turun lagi pada posisi 45,9 persen pada tahun 2011. Sedangkan pada
sektor perdagangan, hotel dan restoran, yang menjadi lokomotif pertumbuhan
ekonomi Banyuwangi, faktanya merupakan sektor „terbelakang‟ dalam konstelasi
ekonomi Jawa Timur. Rata - rata pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan
restoran Jawa Timur lebih tinggi daripada Banyuwangi. Inilah tantangan yang masih
harus dihadapi saat ini dan pada tahun-tahun mendatang. Meskipun ekonomi
Banyuwangi meunjukan pergerakan yang stabil dan tumbuh meningkat, namun
beban dan tantangan masih terbilang cukup tinggi. Perubahan pola sektoral ekonomi
yang terjadi seperti telah dijelaskan diatas harus segera mendapat penanganan yang
cepat dan tepat sehingga tidak terjadi kebijakan yang salah sasaran, apalagi

11
mengingat saat ini di kawawasan Banyuwangi selatan telah ditemukan sumberdaya
alam baru berupa tambang emas, yang kemungkinan bisa menjadi sektor unggulan
baru. Penentuan sektor basis sangat perlu segera dilaksankan untuk menentukan
sektor mana yang akan mendorong peningkatan PDRB Banyuwangi dan akan
menajdi penopang perekonomian. Identifikasi sektor basis yang akan diprioritaskan
menjadi sangat penting untuk segera dikerjakan agar daerah dapat segera
menggunakan potensi ekonominya secara maksimal. 7 Dari pemaparan bahasan
diatas maka diperlukan adanya suatu penelitian untuk mengetahui potensi ekonomi
serta identifikasi sektor-sektor yang potensial di Kabupaten Banyuwangi sebagai
pedoman dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta diera otonomi daerah saat ini.

2.5 Bentuk Desa Kabupaten Banyuwangi

2.6 . Permasalahan di Desa Kabupaten Banyuwangi


Menurut laporan Banyuwangi Economic Outlook 2012 (Sectoral Analysis), sektor
pertanian menjadi sektor andalan Banyuwangi, sumbahsihnya paling tinggi diantara
sembilan sektor lainnya terhadap PDRB menjadikan sektor pertanian sebagai sektor

12
unggulan dibebearapa tahun terakhir. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, meskipun dalam posisi kedua dalam memberi kontribusi ekonomi
Banyuwangi, namun menjadi lokomotif utama yang mengangkat tumbuhnya
perekonomian. Sektor ini pada tahun 2011 mampu tumbuh 8,9 persen dan pada tahun
2012 mencapai posisi 9,2 persen melampaui total pertumbuhan ekonomi Banyuwangi.
Sedangkan sektor pertanian yang menjadi unggulan utama, hanya tumbuh rata-rata 5
persen. Ketika sektor perdagangan, jasa, dan restoran serta sektor konstruksi mengalami
trend peningkatan, sektor lainnya akan mengalami trend penurunan. Kondisi ini
menunjukkan bahwa saat ini Banyuwangi dalam proses transformasi, dari pertanian ke
sektor jasa perdagangan. Sektor pertanian, di samping 6 pertumbuhannya lambat,
kontribusinya terhadap total PDRB semakin tahun semakin menurun. Tahun 2007-2008
kontribusi sektor pertanian pada posisi diatas 47 persen, namun pada tahun 2010 turun
menjadi 46 persen dan turun lagi pada posisi 45,9 persen pada tahun 2011. Sedangkan
pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, yang menjadi lokomotif pertumbuhan
ekonomi Banyuwangi, faktanya merupakan sektor „terbelakang‟ dalam konstelasi
ekonomi Jawa Timur. Rata - rata pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran
Jawa Timur lebih tinggi daripada Banyuwangi. Inilah tantangan yang masih harus
dihadapi saat ini dan pada tahun-tahun mendatang.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemerataan Pembangunan adalah Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan
tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan
pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat,
pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembangunan.
Perkembangan pembangunan daerah tidak terlepas dari perkembangan daerah
perkotaan dan perdesaan. Bila diperhatikan proses perkembangan suatu desa menjadi
kota, terlihat jelas bahwa kota dan desa, atau kawasan perkotaan dan perdesaan, saling
melengkapi dan membentuk satu sistem yang saling terkait.
Pembangunan perkotaan dan pembangunan perdesaan harus diusahakan sekuat
tenaga agar tidak saling merugikan, melainkan justru harus saling mendukung dan
saling memperkuat sehingga tercipta pemerataan pembangunan daerah yang dapat
dinikmati secara luas oleh masyarakat.
3.2 Saran
1. Sebaiknya pemerintah dalam melaksanakan pemerataan pembangunan
dilaksanakan berdasarkan asas transparansi, akuntabel, partisipatif serta
dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
2.  Pemerintah diharapkan mengusahakan pembangunan secara maksimal
dengan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat menunjang kearah
pembangunan yang lebih baik.

14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/30991115/
STUDI_ANALISIS_PARTISIPASI_MASYARAKAT_DALAM_PROGRAM_NASIO
NAL_PEMBERDAYAAN_MASYARAKAT_PNPM_
https://cookpierun.wordpress.com/2015/11/16/pembangunan-yang-tidak-merata-di-
indonesia/
https://pemdesbaok.wordpress.com/2014/06/01/dengan-disahkannya-undang-undang-
republik-indonesia-nomor-6-tahun-2014-tentang-desa-kepala-desa-harus-belajar-
pembukuanaccounting/
https://prezi.com/oy_oduizoo7k/interaksi-desa-kota-dalam-pembangunan-daerah/
https://slideplayer.info/slide/3030816/
http://untungsupraptogeografi14.blogspot.com/2016/06/makalah-geografi-
perkotaan_1.html
https://yohanli.com/upaya-pemerataan-pembangunan/

15

Anda mungkin juga menyukai