Anda di halaman 1dari 55

RANCANGAN AKTUALISASI

PESERTA PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III


LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
ANGKATAN XV GELOMBANG V TAHUN 2022

“OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN SAWAH DENGAN SISTEM


PERTANIAN MINA PADI DALAM UPAYA PENERAPAN PERTANIAN
TERPADU DI DESA SALUTAMBUN TIMUR”

Disusun oleh :

Nama : Qifrah Dainur, S.P


NIP : 19911203 202203 1 008
Jabatan : Penyuluh Pertanian Ahli Pertama
Instansi : BPP Kecamatan Buntumalangka
Coach : H. Taufiq, S.Ag., M.M
Mentor : Harming, S.P
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan Rancangan Aktualisasi Peserta Pelatihan Dasar
CPNS Golongan III Lingkup Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat Tahun 2022 dapat
terselesaikan. Adapun judul Rancangan Aktualisai yang akan dilakukan pada instasi
kurang lebih 1 bulan yaitu “OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN SAWAH
DENGAN SISTEM PERTANIAN MINA PADI DALAM UPAYA
PENERAPAN PERTANIAN TERPADU DI DESA SALUTAMBUN TIMUR
KABUPATEN MAMASA PROVINSI SULAWESI BARAT ”
Laporan ini disusun sebagai salah satu bentuk tahapan pelaksanaan kegiatan
Aktualisasi Peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Lingkup Pemerintah
Kabupaten Mamasa Tahun 2022. Dengan selesainya laporan kegiatan ini, peserta
mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak
yang turut berpartisipasi dalam membantu terselesaikannya kegiatan ini.
Peserta menyadari penulisan dan penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan,
sehingga segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
menyempurnakan kegiatan sejenis di masa yang akan datang.

Mamasa, 29 Oktober 2022

QIFRAH DAINUR, S.P

ii

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i


KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang 1
....................................................................................
1.2. Tujuan Aktualisasi 7
..............................................................................
1.3. Manfaat Aktualisasi 7
.............................................................................
1.4. Ruang Lingkup 8
....................................................................................
1.5. Profil Organisasi 8
.................................................................................
1.5.1. Profil BPP Kec Buntimalangka 8
…………………………………………
1.5.2. Visi dan Misi Kabupaten Mamasa 9
.....................................................
1.5.3. Visi dan Misi Kec Buntumalangka .................................................... 10
1.5.4. Tugas Pokok Balai Penyuluh Pertanian............................................. 10
1.5.5. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian .................................................... 12
1.5.6 Sturuktur Organisasi ……………………………………………………. 13
1.5.7 Nilai-nilai Organisasi …………………………………………………… 13

BAB II.IMPLEMENTASI CORE VALUES BerAKHLAK ............................ 15


2.1 Berorientsi Pelayanan 15
..........................................................................
2.2 18
Akuntabel..............................................................................................
2.3 Kompeten 21
............................................................................................
2.4 Harmonis 22
............................................................................................
2.5 Loyal 24
...................................................................................................
2.6 Adaptif 27
................................................................................................
2.7 Kolaboratif .......................................................................................... 29
2.8 Smart ASN 31
..........................................................................................
2.9 Manajemen ASN ................................................................................ 32
BAB III. RANCANGAN AKTUALISASI ..................................................... 34
3.1 Identifikasi Isu ................................................................................... 34
3.2. Isu yang Diangkat ............................................................................. 34
3.3. Gagasan Pemecahan Isu 34
..................................................................
3.4. Tujuan Pemecahan Isu 34
i .....................................................................
3.5. Rancangan Kegiatan Aktualisasi ...................................................... 35
3.6. Jadwal Kegiatan Aktualisasi ............................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis Isu Menggunakan Metode USG................................................ 5


Tabel 2. Matriks Rancangan Kegiatan Aktualisasi................................................ 35
Tabel 3. Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi.............................. 41

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi BPP Buntumalangka.........................................… 16

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

Lampiran 1. Rekapan Hasil Kuisioner/Angket....................................................... 44

iv

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara merupakan SDM dalam pemerintahan yang berfungsi


sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu
bangsa Pada era perkembangan teknologi Masyarakat lebih kritis dalam menilai
berbagai aspek pelayanan. Oleh karna itu ASN diharapkan menanamkan nilai nilai
dasar sebagai acuan dalam pelayanannnya.BERAKHLAK yang di jabarkan sebagai
berikut Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompoten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kompoten, Merupakan nilai nilai dasar PNS yang diharapkan menjadi landasan
untuk melakukan pelayanan publik yang prima.
Sebagai perwujudtan UU No.5 Tahun 2014 tentang ASN tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN) menjelaskan bahwa ASN memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai
pelaksana kebijakan publik, memberikan pelayanan publik, serta mempererat
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan
Pancasila dan peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan hal ini, seorang
ASN harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang dibutuhkan sesuai
dengan jabatannya masing-masing, Menjadi PNS yang dapat mengikuti perubahan
teknologi, dan paham hak kewajiban sebagai seorang ASN sehingga dapat
mengaktualisasikan nilai- nilai tersebut saat terangkat menjadi PNS. Dalam UU No.5
Tahun 2014 juga menyebutkan pegawai ASN berperan sebagai perencana,
pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Salah satu bentuk implementasi pelayanan publik ialah dengan memberikan
pelayanan secara langsung kepada masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsi unit
kerja maupun jabatan. Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan Peraturan Perundang-
Undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik
Mengacu pada Peraturan Menteri Reformasi dan Birokrasi Indonesia Nomor 35
Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan
Angka Kreditnya menyebutkan bahwa penyuluh kehutanan

1
adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penyuluhan
pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Adapun Tugas pokok penyuluh pertanian adalah menyuluh, selanjutnya dalam


menyuluh dapat dibagi menjadi menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan,
mengevaluasi dan melaporkan kegiatan penyuluhan.

Dalam Permen PAN No. 2/2008 menyebutkan bidang dan unsur kegiatan
penyuluh pertanian terdiri atas :

A) Kegiatan persiapan penyuluhan pertanian, meliputi :


1. Identifikasi potensi wilayah
2. Memandu penyusunan rencana usaha petani (RUK, RKK, RKD,
RPKD/PPP)
3. Penyusunan programa penyuluhan pertanian (tim)
4. Penyusunan rencana kerja tahunan penyuluh pertanian

B) Pelaksanaan penyuluhan pertanian, meliputi :


1. Penyusunan materi
2. Perencanaan penerapan metode penyuluhan pertanian
3. Menumbuh/mengembangkan kelembagaan petani

C) Evaluasi dan Pelaporan, meliputi :


1. Evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian
2. Evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian

D) Pengembangan penyuluhan pertanian, meliputi :


1. Penyusunan pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis
penyuluhan pertanian
2. Kajian kebijakan pengembangan penyuluhan pertanian
3. Pengembangan metode/sistem kerja penyuluhan pertanian

Rancangan aktualisasi diawali dengan mengidentifikasi isu yang ada pada Wilayah
Kerja Penyuluh Pertanian Desa Salutambun Timur. Penetapan isu dilakukan
dengan menyebarkan kuesioner/angket.

2
Kuisioner (angket) Menurut Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau tertulis kepada responden untuk dijawab”. Kuesioner
atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
dapat mengetahui persepsi responden. Pengukuran Hasil Responden
menggunakan Skala Likert yakni untuk menganalisis jawaban yang diperoleh dari
kuisoner, digunakan perhitungan dengan metode Skala Likert, yang dikembangkan
oleh Rensis Likert (1932).

Skala Likert (Likert Scale) adalah skala respon psikometri terutama


digunakan dalam kuesioner untuk mendapatkan preferensi responden atas sebuah
pernyataan atau serangkaian laporan. Pengisian kuisioner dilakukan dengan
membagikan form yang berisi daftar pertanyaan kepada responden untuk
mengangkat isu utama dari beberapa isu dibawah.

Berdasarkan identifikasi isu yang telah dilakukan di wilayah kerja BPP Kecamatan
Buntumalangka , terdapat beberapa isu yang diperoleh, yaitu:

1. Kurang optimalnya pemanfaatan lahan sawah dengan sistem Mina padi


dalam penerapan pertanian terpadu
Kurangnya pemanfaatan lahan pertanian akan berdampak pada petani kehilangan
kesempatan untuk menggarap lahannya secara berkelanjutan dan menjadikannya
mata pencaharian. Petani juga jadi kehilangan kesempatan untuk mendapat
manfaat panen atau hasil pertanian yang lebih baik lagi, baik untuk konsumsi
pribadi atau untuk dijual. Terlebih lagi potensi ekonomi yang tersedia pada lahan
tersebut tidak dapat dimaksimalkan dengan baik.
2. Kurang Optimalnya pengadministrasian data di desa
Peran Posluhdes dalam memfasilitasi Petani dalam menyampaikan Kendala
dilapangan yang menyebabkan sosialiasasi tentang administrasi data menjadi
kurang optimal. Karena masih petani masih belum terlalu mengerti dan apatis
terhadap Lembaga-lembaga non structural pertanian yang ada di wilayah kerja
penyuluh pertanian
3. Kurang optimalnya pengetahuan dan informasi petani tentang pemanfatan
pupuk organic

3
Hal ini diakibatkan Kurangnya publikasi tentang pentingnya penggunaan pupuk
organic.

Bahkan petani beranggapan penggunaan pupuk organik ini memberikan dampak


lebih lambat pada pertumbuhan tanaman. Kondisi ini menyebabkan Penyuluh
Pertanian sulit untuk mengalihkan minat petani tersebut.

Analisis Isu

Selanjutnnya 3 (tiga) isu diatas tersebut dilakukan analisis lanjutan dengan hasil
tanggapan responden menggunakan metode USG (Urgency: seberapa mendesak
suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti; Seriousness: seberapa
serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan; dan
Growth: seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika
tidak ditangani segera).

Berdasarkan data jumlah kelompok tani yang berada di desa Salutambun


Timur kecamatan Buntumalangka berjumlah 6 (Enam) kelompok tani, setiap
kelompok tani terdiri dari 25 orang, dari hal tersebut dilakukan survei pada satu
kelompok tani. Hasil pengisian kuisioner kemudian ditabulasi dan diperoleh data
bahwa isu yang paling banyak di pilih oleh responden yaitu dengan deskripsi
tanggapan dari total responden kelompok tani terhadap kuisioner
isu/permasalahan yang memiliki skor dan persentase interval tertinggi dari data
survei awal di temukan ada beberapa kelompok yang kurang memiliki
pengetahuan dalam Pemanfaatan dan penggunan lahan sawah di wilayah
Pertanian dan dari hasil survei tersebut dapat dikemukakan rincian isu sebagai
berikut data terlampir yaitu :

1. Kurang optimalnya pemanfaatan lahan sawah dengan sistem Mina padi dalam
penerapan pertanian terpadu di Desa Salutambun Timur berdasarakan
tanggapan 20 responden total nilai 246.

2. Kurang Optimalnya pengadministrasian data di desa Salutambun Timur.


Berdasarkan tanggapan 20 responden dengan total nilai 240.

3. Kurang optimalnya pengetahuan dan informasi petani tentang pemanfatan


pupuk organic berdasarkan tanggapan 20 responden dengan total nilai 239.

4
Berikut merupakan rincian table dari tabulasi hasil angket dari pengisian
kuesioner dari total responden 20 orang (1 kelompok tani yang mewakili) berturut-
turut dari nilai tertinggi ke rendah dari kriteria Urgency (u), Seriousness (s) dan
Growth (G) sebagai berikut :

Tabel 1. Tabel Analisis Isu menggunakan Metode USG

Kriteria
Isu Permasalahan Urgency (U) Seriousness Growth (G) Total Rank
(S)
Kurang optimalnya pemanfaatan
lahan sawah dengan sistem Mina
84 81 81 246 I
padi dalam penerapan pertanian
terpadu
Kurang optimalnya
pengetahuan dan informasi
81 81 77 239 II
petani tentang pemanfatan
pupuk organic
Kurang Optimalnya
pengadministrasian data Kelompok 83 80 77 240 III
Tani

Keterangan :

Urgency (U) Seriousness (S) Growth (G)

5 = paling mendesak 5 = fatal 5 = sangat cepat


4 = sangat mendesak 4 = sangat gawat 4 = cepat
3 = mendesak 3 = gawat 3 = agak cepat
2 = biasa 2 = biasa 2 = biasa
1 = tidak mendesak 1 = tidak gawat 1 = lambat/tetap

Berdasarkan hasil analisis USG didapatkan isu prioritas yaitu “Belum optimalnya
pemanfaatan dan penggunaan Lahan sawah di wilayah pertanian dengan
sistem Mina Padi dalam upaya penerapan sistem pertanian Terpadu di Desa
Salutambun Timur”. Metode tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Urgency (U): isu terpilih termasuk ke dalam kriteria sangat mendesak (4) karena
Pemanfaatan lahan harus sesegara mungkin di terapkan dalam Kawasan

5
pertanian petani, karena menyangkut khalayak dan keberlangsungan hidup petani
kedepannya.

b. Seriousness (S): isu terpilih termasuk ke dalam kriteria gawat (3) karena
kurangnya pemahaman tentang penggunaan lahan pertanian dengan baik makan
dapat mempengaruhi kinerja dan hasil pertanian, serta pengambilan keputusan
dan kebijakan terkait penerapan system pertanian terpadu dan berkelanjutan.
c. Growth (G): isu terpilih termasuk ke dalam kriteria cepat (4) karena perlunya
segera tindak lanjut dalam memberikan pemahaman kepada kelompok tani
tentang pentingnya peran intensifikasi lahan ke lahan yang lebih produktif lagi
yang dapat menunjang dari skala Ekonomi Masyarakat atau petani.

Untuk menyelesaikan permasalahan prioritas tersebut, diperlukan strategi


berdasarkan hasil identifikasi dari berbagai faktor (faktor internal dan faktor eksternal)
dengan menggunakan analisis SWOT. Dari hasil analisis SWOT yang telah
dilakukan, diperoleh bahwa strategi optimalisasi pemanfaatan lahan dengan
intensifikasi lahan sawah petani dengan mengedepankan ekonomi yang berbasis
teknologi ramah lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang dihasilkan.
Konsep integrated farming system sebagai solusi pemenuhan kebutuhan berupa
pangan, sandang, dan papan. Jangka panjangnya, sistem tersebut bisa menjadi
alternatif peningkatan produktivitas lahan, pengembangan desa, serta konservasi
lingkungan terpadu.

Konsep Intensifikasi Lahan dalam upaya penerapan (sistem pertanian terpadu)


sebagai solusi pemenuhan kebutuhan berupa pangan, sandang, dan pakan. Jangka
panjangnya, sistem tersebut bisa menjadi alternatif peningkatan produktivitas lahan,
pengembangan desa, serta konservasi lingkungan terpadu. Konsep
pengembangan ini merupakan strategi dalam mengatasi kelangkaan sumber daya
alam, membentuk sistem pembangunan berkelanjutan dan menyadarkan konsumen
akan pentingnya melestarikan alam.

Dikabupaten Mamasa khususnya di desa salutambun Timur sebagai Penyuluh


pertanian dengan melihat kondisi Alam, cuaca maupun Iklim yang sangat mendukung
akan terus melakukan inovasi sebagai wilayah utama sasaran peningkatan dan

6
pengembangan produksi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan
dengan menginplementasikan system kombinasi pertanian (combine farming)salah
satunya antara pertanian dan perikanan yang merupakan gabungan antara budidaya
ikan dan budidaya padi di sawah dengan satu areal yang sama, siklus tanam dan
tebar yang sama dan diharapkan panen dalam jangka waktu yang sama pula atau
satu siklus panen.

Melalui minapadi, produktifitas sawah diharapkan akan meningkatkan produksi ikan


secara organik dan ramah lingkungan, baik dari padi yang dihasilkan maupun hasil
panen dari ikan. Selain itu, minapadi juga dipercaya akan mencegah serangan hama
padi utamanya tikus dan pemanfaatan kotoran dari ikan sebagai penyuplai pupuk
organik pada tanaman padi. Minapadi pun diharapkan menjadi kegiatan yang dapat
menyerap tenaga kerja bersifat padat karya sehingga mampu mencegah urbanisasi
dan merupakan cara yang efektif untuk sinergitas keberlanjutan usaha pertanian dan
perikanan serta meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan kedaulatan pangan
dan skala Ekonomi masyarakat.

Berdasarkan semua uraian tersebut di atas, maka dipandang perlu dalam


melakukan satu Langkah awal yaitu untuk “OPTIMALISASI PEMANFAATAN
LAHAN SAWAH DENGAN SISTEM PERTANIAN MINA PADI SEBAGAI
UPAYA PENERAPAN SISTEM PERTANIAN TERPADU DI DESA
SALUTAMBUN TIMUR ” dalam mendukung penguatan ketahanan pangan dan
meningkatkan kedaulatan pangan dan Skala Ekonomi petani.

1.2 Tujuan Aktualisasi


Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan aktualisasi ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Bagi CPNS


Mengakaktualisasikan nilai Beorientasi Pelayanan Publik, Akunbtabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif dalam lingkup kerja BPP
Kecamatan Buntumalangka.
2. Tujuan Bagi Organisasi
Meningkatkan mutu dalam menjalankan tugas dan fungsi Kolaboratif dalam
lingkup kerja BPP Kecamatan Buntumalangka.
3. Tujuan Bagi Masyarakat
7
Mengoptimalkan pemanfaatan lahan sawah dengan sistem pertanian mina
padi sebagai upaya penerapan sistem pertanian terpadu di desa salutambun
timur

1.3 Manfaat Aktualisasi


Manfaat dari pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini antara lain
1. Bagi penulis
Menambah wawasan atau pengetahuan sebagai seorang Aparatur Sipil
Negara (ASN) dan dapat merubah mindset di dalam diri untuk menjadi
aparatur yang dapat mengimplementasikan core values BerAKHLAK

2. Organisasi
Menciptakan tunas integritas yang membawa perubahan positif terhadap
organisasi dalam menjalankan tugas secara lebih baik.
3. Masyarakat
ASN dapat belajar untuk mengemban tanggung jawab sebagai abdi negara
pada khususnya dan pelayan masyarakat pada umumnya. Selain itu,
masyarakat memiliki sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam
pemanfaatan lahan dengan integrasi system mina padi pada lahan sawahnya
menjadi lahan yang lebih produktif dan segi ekonomi.

1.4 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup dalam pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini adalah :
1. Kegiatan dari rancangan aktualisasi ini akan dilaksanakan selama proses
habituasi yaitu 30 (tiga puluh) hari kerja
2. Lokasi focus (lokus) dari rancangan aktualisasi ini adalah di Wilayah Kerja
Penyuluh Pertanian Kecamatan Buntumalangka Kabupaten Mamasa

1.5 Profil Organisasi


1.5.1 Profil BPP Kecamatan Buntumalangka

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kec. Buntu Malangka merupaka


kelembagaan penyuluh non struktural yang bertanggung jawab kepada Dinas
Pertanian Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. BPP Kecamatan
Buntumalangka melakukan pembinaan di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian
dengan wilayah binaaan 11 Desa.
Balai Penyuluhan Pertanian Memiliki peran strategis dalam menentukan
keberhasilan pembangunan pertanian di wilayah kerjanya. Sesuai dengan
8
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluh Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (SP3K). Salah satu kebijakan penyuluhan adalah
memacu pengembangan Kelembagaan penyuluhan, termasuk di dalamnya Balai
Penyuluhan Pertanian sebagai penggerak utama kegiatan penyuluhan Pertanian
di Kecamatan dan Desa.

BPP Kecamatan Buntumalangka saat ini berada dibawah satuan Organisasi


Perangkat Daerah Dinas Pertanian Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.
Perkembangan Kelembagaan BPP Kecamatan Buntumalangka sebagai berikut :

1. Tahun 2009 sebagai satuan unit kerja kantor Balai Penyuluhan Pertanian
dibawah badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
(BP3K) Kabupaten Mamasa beralamat kantor di desa Salutambun Timur Kec.
Aralle
2. Bulan Desember 2009 sebagai satuan unit kerja BP3K kecamatan
Buntumalangka dengan diresmikannya kecamatan Buntumalangka
3. Tanggal 28 November 2016 sampai sekarang sebagai salah satu unit Dinas
Pertanian Kabupaten Mamasa dan beralamat di Galung Desa Salurinduk
Kecamatan Buntumalangka.

1.5.2 Visi dan Misi Organisasi

A. Pemerintah Kabupaten Mamasa


Dasar Terbentuknya Kabupaten mamasa yang merupakan pemekaran
dari kabupaten Polewali Mamasa berdasarkan UU No. 11 Tahun 2002
tentang pembentukan Kabupaten Mamasa.
Visi :
“Mewujudkan Kabupaten Mamasa yang Maju, Aman dan Sejahtera dalam
kehidupan yang harmonis, berlandaskan nilai-nilai agama dan adat
istiadat”
Misi:

9
1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, listrik,
telekomunikasi serta Air Bersih yang mendukung pengembangan
ekonomi daereah dan aktivitas sosial kemasyarakatan
2. Meningkatkan kemampuan dan Daya Tahan Ekonomi Masyarakat
melalui penguatan sector unggulan yang memperluas lapangan kerja
3. Meningkatkan pelayanan Kesehatan dan Pendidikan yang Terjangkau,
Merata dan Berkualitas
4. Meningkatkan kualitas Manajemen Pemerintahan dan Citra Pelayanan
Terbaik yang berbasis e-Government dan inovasi pada semua bidang
Layanan Pemerintah
5. Mewujudkan stabilitas sosial dan politik yang sangat kondusif dalam
bingkai kearifan local

B. Dinas Pertanian Kabupaten Mamasa


Visi :
“Terwujudnya pertanian yang maju, produktif dan tangguh sebagai pilar utama
pembangunan ekonomi daerah”
Misi :
1. Membina dan mengembangkan komoditas pertanian/perkebunan yang
potensial
2. Mengoptimalkan pemanfaatn sumber daya lahan dan teknologi pertanian
secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
3. Meningkatkan Kwalitas dan kapasitas sumber daya manusia dibidang
pertanian baik aparat, petani dan pelaku usaha
4. Meningkatkan prasarana dan sarana pendukung pembangunan pertanian.

1.5.3 Visi dan Misi BPP Kecamatan Buntumalangka

Visi BPP Kecamatan Buntumalangka adalah “Mewujudkan pelaku utama


dan pelaku usaha pertanian yang Maju, Mandiri dan Modern”.

10
Sebagai penjabaran dari visi yang telah dirumuskan, disusunlah misi dari
BPP Kecamatan Buntumalangka guna mendukung visi tersebut sebagai
berikut:
1. Meningkatkan Kompetensi sumber daya Manusia dan Kelembagaan
penyuluhan Pertanian
2. Meningkatkan jejaring kerja, informasi dan inovasi Teknologi
3. Mengembangkan kemandirian dan keswadayaan petani sebagai pelaku
Agribisnis
4. Meningkatkan kelembagaan petani yang kuat dan Tangguh
5. Meningkatankan Produktivitas potensi unggulan di Bidang Pertanian
6. Mengembangkan potensi pangan local untuk mendukung ketahanan
pangan.

1.5.4 Tugas Pokok dan Fungsi BPP (Balai Penyuluhan Pertanian)

Sesuai dengan Undang-undang nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem


Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) BPP memilik
Tugas dan Fungsi sebagai berikut :
1. Menyusun Programa Penyuluhan pada tingkat Kecamatan sejalan dengan
programa penyuluhan Tingkat Kabupaten/Kota

2. Melaksanakan Penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan.


3. Menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi,
pembiayaan dan pasar.
4. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama
dan pelaku usaha.
5. Memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh pertanian PNS, penyuluh
swadaya, dan penyuluh swasta melalui proses pembelajaran secara
berkelanjutan
6. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan
pengembangan model usaha tani bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

Sedangkan menurut Peraturan Gubernur Sulawesi Barat No 41 Tahun


2017 Tentang Pembentukan Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Cabang Dinas dan BPP kecamatan Buntumalangka Pemerintah
Kabupaten mamasa memiliki tugas dan fungsi secara lebih rinci dan khusus
lagi, yaitu :
11
1. Meningkatkan produksi dan Produktivitas padi dan jagung di wilayah desa
Binaan BPP Kecamatan Buntumalangka untuk mewujudkan swasembada
pangan dan ketahanan pangan.
2. Meningkatkan Produksi Tanaman perkebunan terutama Kopi, Kakao dan
Nilam
3. Meningkatkan produksi peternekan demi mewujudkan system pertanian
terpadu dan berkelanjutan.
4. Menjadikan BPP Kecamatan Buntumalangka sebagai simpul koordinasi
kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Mamasa terkhusus di
Kecamatan Buntumalangka

12
1.5.5 Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

Adapun tugas pokok penyuluh pertanian ahli pertama tercantum didalam


Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 35 Tahun 2020 Pasal 8 Ayat 2 yaitu :
a. Melakukan rekapitulasi dan mengolah data potensi wilayah sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya (SDA, SDM, SDE)
b. Melakukan rekapitulasi dan mengolah data kegiatan penyuluhan pertanian
sesuai kebutuhan masing-masing subsektor sebagai bahan penyusunan
programa Penyuluhan Pertanian
c. Melakukan diseminasi informasi pertanian (teknis, sosial dan ekonomi) sesuai
kebutuhan
d. Mengumpulkan dan mengolah data penumbuhan Poktan
e. Mengumpulkan dan mengolah data peningkatan kelas kemampuan Poktan
f. Mengumpulkan dan mengolah data penumbuhan Gapoktan mengumpulkan
dan mengolah data pengembangan Gapoktan
g. Mengumpulkan dan mengolah data penumbuhan Kelembagaan Ekonomi
Petani (KEP)
h. Mengumpulkan dan mengolah data pengembangan Kelembagaan Ekonomi
Petani (KEP)
i. Melakukan evaluasi peningkatan kapasitas Poktan, Gapoktan, dan
Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP)
j. Melakukan fasilitasi peningkatan akses informasi teknologi, pasar, sarana dan
prasarana Poktan/Gapoktan
k. engumpulkan dan mengolah data fasilitasi penerapan teknologi melalui
kegiatan sekolah lapang, studi banding, pameran dan gelar teknologi
l. Mengumpulkan, mengolah, dan merekapitulasi data fasilitasi peningkatan skala
usaha tani Poktan/Gapoktan
m. Melakukan evaluasi fasilitasi peningkatan produktivitas usaha tani melalui
Demonstrasi plot (demplot)
n. Mengumpulkan, mengolah, dan merekapitulasi data penumbuhan Pos
Penyuluhan Pertanian Desa (Posluhdes)
o. Mengumpulkan, mengolah, dan merekapitulasi data pengembangan Pos
Penyuluhan Pertanian Desa (Posluhdes)

13
1.5.6 Struktur Organisasi

Gambar 1 : Struktur Organisasi Balai Penyuluhan Buntumalngka

1.5.7 Nilai-Nilai Organisasi

Dalam menjalankan Visi dan Misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
terpilih dijabarkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Mamasa Tahun 2019-2023, dimana
dalam RPJMD tersebut telah ditetapkan visi dan misi Pemerintah Kabupaten
Mamasa sebagai berikut: “Mewujudkan Kabupaten Mamasa yang Maju,
Aman dan Sejahtera dalam kehidupan yang harmonis, berlandaskan
nilai-nilai agama dan adat istiadat” Visi ini menjadi arah perjalanan
pembangunan Kabupaten Mamasa selama tahun 2019-2023 dengan
memuat beberapa nilai-nilai dan pikiran pokok dari Kabupaten Mamasa
sebagai berikut:
Maju : Terwujudnya kemajuan daerah yang ditandai dengan tersedianya
infrastruktur dasar, peningkatan ekonomi dan pemerintahan yang
Berdaya saing;
Aman : Adanya jaminan kepastian bagi masyarakat dalam melakukan
segala aktivitas masyarakat dalam kondisi aman, tertib dan tentram;

14
Sejahtera : Kondisi masyarakat Mamasa dalam keadaan sehat, mendapat
pendidikan yang layak dan mendapat jaminan sosial;
Harmonis : Keadaan dimana setiap orang dapat saling merangkul seia,
sekata dalam setiap masalah sehingga terjadi keselarasan, keserasian dan
kedamaian guna mencapai kebahagian bersama sebagaimana falsafah
budaya mamasa “mesakada dipotuo pantan kada dipomate”;
Berlandaskan dengan terwujudnya nilai-nilai agama, kepercayaan terhadap
Tuhan nilai-nilai Yang Maha Esa dan warisan budaya serta adat istiadat
agama dan melandasi cita-cita kemajuan, suasana aman, sejahtera dan
adat istiadat harmonis dalam hidup bermasyarakat

15
BAB II

IMPLEMENTASI CORE VALUES BerAKHLAK

2.1 Berorientasi Pelayanan


Penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum
lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dalam batasan
pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari
penyelenggara pelayanan publik, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan
bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik.

Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsip-prinsip yang


digunakan untuk merespons berbagai kebutuhan dalam penyelenggaraan pelayanan
publik di lingkungan birokrasi. Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa
prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
1. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat,
pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi hasilnya.
2. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara
pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui
segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut,
seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga harus
diberi akses yang sebesar- besarnya untuk mempertanyakan dan menyampaikan
pengaduan apabila mereka merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
3. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan
bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan, akan tetapi juga terkait

16
dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan
biaya penyelenggaraan pelayanan. Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan
keinginan masyarakat yang menduduki posisi sebagai klien.
4. Tidak diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan
antara satu warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan
identitas warga negara, seperti status sosial, pandangan politik, agama, profesi,
jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
5. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik di mana masyarakat harus memenuhi
berbagai persyaratan dan membayar biaya untuk memperoleh layanan yang
mereka butuhkan, harus diterapkan prinsip mudah, artinya berbagai persyaratan
yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah dalam
arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut
terjangkau oleh seluruh warga negara. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan
publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari
keuntungan melainkan untuk memenuhi mandate konstitusi.
6. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang
hendak dicapainya (untuk melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan-
tujuan strategis negara dalam jangka panjang) dan cara mewujudkan tujuan
tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit,
dan biaya yang murah.
7. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau
oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan
kendaraan publik, mudah dilihat, gampang ditemukan, dan lain-lain) dan dapat
dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang
harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
8. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan
sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga negara melalui pajak yang
mereka bayar. Oleh karena itu, semua bentuk penyelenggaraan pelayanan public
harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.

17
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada atasan (pejabat
atau unit organisasi yang lebih tinggi secara vertikal), akan tetapi yang lebih
penting harus dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas
melalui media publik baik cetak maupun elektronik. Mekanisme
pertanggungjawaban yang demikian sering disebut sebagai social accountability.
9. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah memiliki
berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga negara
dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara yang lain. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat melindungi
kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah
Ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.

Kekuatan (Strenght) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Berorientasi Pelayanan


Pubilk” pada unit kerja yaitu terletak pada bagaimana cara pemberian akses pada
masyarakat untuk memperoleh pelayanan publik serta mewujudkan pelayanan
publik yang cepat, murah, mudah,transparan, pasti, dan terjangkau serta
meningkatnya hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik, diperlukan adanya
salah satu model pelayanan yang dapat mengakomodir hal tersebut. Model
pelayanan tersebut adalah model pelayanan terpadu satu atap. Melalui penerapan
pelayanan terpadu satu atap ini efisiensi dan efektifitas pelayanan akan meningkat
melalui peminimalan jarak geografis antar fungsi terkait. Melalui model
pelayananini juga waktu yang digunakan dalam proses pelayanan akan dapat
diperpendek dan masyarakat sebagai pengguna jasa layanan juga akansemakin
mudah memperoleh jasa layanan.
Hambatan (Weakness), terhadap nilai- nilai dasar ASN “Berorientasi Pelayanan
Pubilk” pada unit kerja antara lain :
1. Eksternal :seperti kondisi geografis yang sulit, infrastruktur yang belum
memadai, termasuk dari sisi masyarakat itu sendiri baik yang tinggal di
pedalaman dengan adat kebiasaan atau sikap masyarakat yang kolot, ataupun
yang tinggal di perkotaan dengan kebutuhan yang dinamis dan senantiasa
berubah.

18
2. Internal penyelenggara pelayanan publik berupa :

a) Aparat tidak memahami dan merasakan secara tepat apa yang dikehendaki
atau menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam menggunakan jasa
layanan publik.
b) Adanya perbedaan persepsi aparat dan penetapan spesifikasi standar
pelayanan untuk memenuhi keinginan masyarakat.
c) Aparat tidak mampu menyampaikan jasa pelayanan sebagaimana mestinya
seperti yang telah ditetapkan dalam standar pelayanan publik.
d) Apa yang diharapkan oleh masyaraka tidak sesuai dengan kenyataan yang ia
alami setelah menggunakan jasa layanan.

Peluang (Opportunities) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Berorientasi Pelayanan


Pubilk” pada unit kerja yaitu Organisasi akan semakin maju, karena pengguna jasa
layanan akan secara sukarela memerikan informasi terkait dengan kualitas
pelayanan yang diterima hal ini secara langsung akan mempromosikan kineja
organisasi penyedia pelayanan publik.

Ancaman (Threats) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Berorientasi Pelayanan


Pubilk” pada unit kerja antara lain:
1. etos kerja aparat pelayanan publik yang cenderung mempertahankan status
qou dan tidak mau menerima adanya perubahan(resistance to change),
2. adanya budaya tidak menyukai resiko (riskaversion),
3. rutinitas tugas dan penekanan yang berlebihan padapertanggungjawaban
formal sehingga mengakibatkan adanya proseduryang kaku/lamban,
4. belum adanya sistem insentif dan disinsentif bagipetugas pelayanan yang
berkinerja tinggi.

2.2 Akuntabel

Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk


mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada public.
Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya
perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks
Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:

19
1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barangmilik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal,


akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.
1. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang
seperti kejujuran,integritas, moral dan etika.
2. Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan
kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan.
Pemberi kewenangan bertanggungjawab untuk memberikan arahan yang
memadai, bimbingan, dan sumber daya sertamenghilangkan hambatan kinerja,
sedangkan PNSsebagai aparatur negara bertanggung jawab untukmemenuhi
tanggung jawabnya.
3. Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam
kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka pembagian kewenangan dan
semangat Kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam
sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam tercapainya kinerja
organisasi yang diharapkan.
4. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai,
baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun
kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
5. Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan, dan
pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap
kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan
bermartabat.

20
Kekuatan (Strenght) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Akuntabel” pada unit kerja
yaitu:
1. Adanya pembagian tugas yang jelas baik bagi setiap bidang maupun untuk
setiap individu, sehingga ASN memiliki tanggungjawab dalam menyelesaikan
pekerjaan masing-masing
2. Terbangunnya rasa kepercayaan terhadap sesama ASN menjadikan
lingkungan kerja menjadi lebih harmonis, membuat ASN dapat bekerja secara
stabil dan konsisten

Hambatan (Weakness), terhadap nilai- nilai dasar ASN “Akuntabel” pada unit
kerja antara lain :
1. Melakukan pekerjaan lain sebelum menyelesaikan pekerjaan utama yang telah
deadline
2. Pulang sebelum jam kantor selesai
3. Kurang memahami penggunaan teknologi
4. Memakai kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
5. Tidak memakai atribut lengkap pada Pakaian Dinas Harian
6. Meninggalkan lingkungan kerja saat jam kerja

Peluang (Opportunities) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Akuntabel” pada unit
kerja yaitu :
1. Tersedianya fasilitas kendaraan dinas
2. Adanya absensi fingerprint dikantor
3. Jenjang karir yang semakin transparan
4. Tersedia akses internet
5. Tersedia ATK Kantor
6. Pengadaan pelatihan peningkatan kemampuan bagi pegawai

Ancaman (Threats) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Akuntabel” pada unit kerja
antara lain:
1. Kurangnya tenaga fungsional Penyuluh Kehutanan
2. Melaksanakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang tugas
3. Masih sedikitnya pelatihan kerja yang dilakukan dalam satu tahun
4. Adanya konflik kepentingan seperti gratifikasi, KKN, dan mutase pegawai
5. Intervensi pimpinan pada pegawai

21
2.3 Kompeten
Kompetensi sebagai kemampuan melaksanakan kerja yang didukung oleh
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude). Pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dapat diamati dan diterapkan secara kritis untuk
mencapai tujuan organisasi yang merupakan kontribusi pribadi karyawan
terhadap organisasinya.

Prinsip Pengembangan Kompetensi ASN anatara lain yaitu :


1. Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan organisasi maupun individu
melalui proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan
kebutuhan organisasi dan pegawai.
2. Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi
3. Setiap ASN diarahkan pada pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan
jabatan
4. Pengembangan kompetensi sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan
jabatan dan pengembangan karir

Kekuatan (Stenght) terhadap nilai- nilai dasar ASN “ Kompeten” pada unit
kerja antara lain: berupa pengajaran hal- hal baru seperti teknologi informasi yang
dipahami melaui hasil pelatihan ,kemudian mengajarkan penggunaan teknologi
informasi tersebut kepada ASN yang belum mengerti, dengan tujuan
mempermudah setiap ASN dalam melaksanakan tugasnya.
Kelemahan (Weakness) terhadap nilai- nilai dasar ASN “ Kompeten” pada unit
kerja antara lain:
1. Lemahnya kinerja individu dan kinerja organisasi;
2. Tidak terbangunya komitmen dan motivasi yang lebih tinggi antar sesama ASN;
3. Kurangnya upaya untuk menumbuhkan kemampuan kepemimpinan yang lebih
baik ;
4. Komunikasi dan hubungan antara atasan-bawahan kurang berjalan dengan baik;
5. Mengimplementasikan keterampilan yang diperoleh tidak sesuai dengan
standar mutu; dan
6. Semangat untuk menumbuhkan budaya kerja yang lebih terbuka dan produktif
masih kurang.

22
Peluang (Oportunity) terhadap nilai- nilai dasar ASN “ Kompeten” pada unit
kerja antara lain: yaitu pengembangan kompetensi ASN dapat dilakukan dengan
Optimalisasi hak akses pengembangan kompetensi melalui pendekatan pelatihan
non klasikal, diantaranya e-learning, job enrichment dan job enlargement termasuk
coaching dan mentoring. Coaching dan Mentoring selain efesien karena dapat
dilakukan secara masif, dengan melibatkan antara lain atasan peserta pelatihan
sebagai mentor sekaligus sebagai coach.

Ancaman (Threats) terhadap nilai- nilai dasar ASN “ Kompeten” pada unit kerja
antara lain:
1. Seringkali kita terjebak dan asyik dengan apa yang telah kita tahu dan kita
bisa, tanpa merasa perlu mengubah dengan keadaan baru yang terjadi
2. Proses menyesuaikan/meninggalkan pengetahuan dan keahlian lama kita
dengan pengetahuan yang baru dan atau keahlian yang baru belum maksimal
3. Proses membuka diri dalam persepektif baru, dengan pengakuisi pengetahuan
dan atau keahlian baru yang masih belum dilakukan oleh sebagian ASN
4. Perlunya kemudahan dan kemurahan akses pengembangan kompetensi
tersebut diperlukan, sesuai dengan hak pengembangan kompetensi bagi
setiap ASN.
5. Akses pengembangan kompetensi secara luas dapat memanfaatkan
kemudahan teknologi dalam pelaksanaanya. Akses pengembangan baik
melalui e-learning dan instrumen lainnya, yang memungkinkan pelatihan dapat
dilakukan secara efesien dan menjangkau ASN, yang tersebar di seluruh
pelosok tanah air.
6. Masih rendahnya kesadaran ASN untuk aktif dalam akses dan transfer
Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan
jejaring ahli (expert network), pendokumentasian pengalamannya/
pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi
pengalaman
2.4 Harmonis
Saat bekerja dan menjalankan tugas, ASN dituntut untuk sebisa mungkin
mengantisipasi situasi dan kondisi agar situasi harmonis tercipta dan potensi
disharmoni dapat kita hindari. Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi
berawal dari suasana tempat kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa
memberikan dampak positif bagi karyawan yang akhirnya memberikan efek
domino bagi produktivitas, hubungan internal, dan kinerja secara keseluruhan.
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja
23
akan membuat kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang
memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan
produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.

Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya


harmoni dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya adalah sebagai berikut:

1. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, harus bersikap Netral Dan Adil. Netral
dalam artian tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang
ada. Adil, berarti PNS dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku
diskriminatif dan harus obyektif, jujur, transparan. Denganmbersikap netral dan
adil dalam melaksanakan tugasanya, PNS akan mampu menciptakan kondisi
yang aman, damai, dan tentram dilingkungan kerjanya dan di masyarakatnya.
2. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas,
dengan tidak membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan
kelompok tersebut. Termasuk didalamnya ketika melakukan rekrutmen pegawai,
penyusunan program tidak berdasarkan kepada kepentingan golongannya.
3. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk menunjang sikap
netral dan adil karena tidak berpihak dalam memberikan layanan.
4. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka
menolong baik kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya
yang membutuhkan pertolongan.
5. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya. PNS juga harus
menjadi tokoh dan panutan masyarakat. Dia senantiasa menjadi bagian dari
problem solver (pemberi solusi) bukan bagian dari sumber masalah (trouble
maker).
Kekuatan (Strengths) terhadap nilai-nilai dasar “Harmonis” di unit kerja antara lain :
1. Adanya lingkungan organisasi yang harmonis
2. Tersedianya ruang terbuka menjadi sarana bagi pegawai untuk bertukar
pikiran dan berkomunikasi
3. Adanya sikap toleran atas perbedaan yang menunjuang sikap netral dan adil
dalam pemberian layanan
4. ASN menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakat
5. ASN yang menjadi tokoh dan panutan dalam masyarakat, yaitu sebagai
pemberi solusi dan bukan menjadi bagian dari sumber masala

24
Kelemahan (Weakness) terhadap nilai-nilai dasar “Harmonis” di unit kerja antara
lain:
1. Tidak tersedianya tempat ibadah yang layak di kantor
2. Belum adanya reward atau punishment atas hasil kerja ASN
3. Melakukan diskriminatif terhadap latar belakang seseorang
4. Adanya sikap individualitas ASN yang mementingkan ego sendiri
Peluang (Opportunities) terhadap nilai-nilai dasar “Harmonis” di unit kerja
antara lain :
1. Adanya struktur dan atau pembagian tugas yang jelas, akan memudahkan
anggota untuk fokus kepada tugas dan tanggung jawab masing-masing, yang
akan membentuk komitmen sehingga terjalin Kerjasama yang baik untuk
mencapai tujuan Bersama
2. Terlibatnya instansi maupun ASN dalam kegiatan kemanusiaan seperti
pemberian bantuan kepada korban bencana alam
3. Keterbukaan dan kejelasan dalam berkomunikasi akan menciptakan persamaan
pemahaman, sehingga mengurangi terjadinya miskomunikasi.

Ancaman (Threats) terhadap nilai-nilai dasar “Harmonis” di unit kerja antara lain:
1. Adanya pemimpin yang memiliki sikap otoritas sehingga cenderung
memasakkan kehendak diri tanpa memperhatikan sisi kepentingan lain
2. Pegawai ASN yang tidak masuk kerja pada hari-hari kerja akan menciptakan
miskomunikasi karena kurangnya berkomunikasi dengan sesama rekan kerja
yang lain
3. Perbedaan budaya antar pegawai dapat menciptakan ketidakjelasan dalam
berkomunikasi dan menanggapi sesuatu hal

2.5 Loyal
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-citaorganisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam
Core Values ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:

1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;

25
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan


panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau


hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
2. Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi
keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa
juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan
adanya sebuah keyakinan yang teguh.
3. Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang
diberikan dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja,
profesionalisme, finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk
mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien.
4. Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan
keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu
sikap cinta tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan
tujuan yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud
persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan
kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat,
ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau
satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.

Kekuatan (Stenght) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Loyal” pada unit kerja antara
lain:
1. Usia dan masa kerja, mepengaruhi loyalitas pegawai, semakin tinggi usia dan
masa kerjanya semakin loyal pula pada isntansi, walaupun pekerjaannya tidak
sesuai bidang ilmu yang ia tekuni sebelumnya tapi tidak menurunkan
loyalitasnya sebagai seorang ASN. Hal tersebut disebabkan oleh masa kerjanya
yang sudah cukup lama sehingga dirinya menguasaipekerjaannya di UPTD KPH
mapilli
2. Melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan arahan pimpinan dan bidang
tugas/keilmuan yang ditekuni

26
3. Pengalaman dari setia ASN terhadap isntansi stelah melaksanakan pekerjaan,
sehingga menimbulkan rasa aman, merasakan adanya kepuasan pribadi yang
dapatdipenuhi oleh instasni
4. Bersedia tetap bertahan dalam berkerja ketika krisis,tidak keluar dari
pekerjaannya saat itu,
Mengorbankan tenaga, pikiran dan waktu dalam penyelesaian tugas instansi,
meskiun sadar bahwa gaji yang diperleh tidak sesuai dengan kerja keras yang di
jalani selama ini
5. Memiliki inisiatif kreativitas dan kompetensi dalam pekerjaan
6. Terikat secara mosional pada instansi karena banyak sekali ilmu pengalaman
yan telah didapakan selama di instansi selain itu Sikap saling menghormati dan
apresiasi terhadap pimpinan, pegawai, dan tenaga kontrak membuat ASN
menjadi semakin loyal pada instansi
7. Penyaluran pendapat dan saran sangat dihargai dan di catat sebagai bahan
perbaikan instasi
8. Menjadi teladan dalam pegawai lain dalam hal bekerja sesuai aturan, berpakaian
yang rapih menggunakan atribut lengkap, laporan ataupun penugasan
dilaksakan tepat waktu.
Kelemahan (Weakness) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Loyal” pada unit kerja
antara lain:
1. Kurangnya kesadaran untuk menjalankan tugas dan kewajiban secara pofesional
2. Terlibat dalam politik aktif
3. Melanggar aturan yang belaku dalam unit kerja seperti meninggalkan tempat
kerja tidak pada waktunya
4. Bersikap diskriminatif terhadap perbedaan
5. Tidak menggunakan atribut yang telah di tetapkan dlam peraturan instansi
6. Bekerja untuk kepentingan diri sendiri
7. Tidak melaporkan kepada pimpinan menganai hal hal apa saja yang terjadi
pada instansi.

Peluang (Oportunity) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Loyal” pada unit kerja yaitu
terciptanya suasanya yang kondusif dalam bekerja. Terutama dalam hal
pembinaan-pembinaan yang diberikan oleh pimpinan dapat meningkatkan motivasi
dalam bekerja, sehingga membuat semua unsur dalam instansi mulai dari
pimpinan,

27
pegawai lainnya dan tenaga kontrak bekerja secara sinergis untuk meningkatkan
kualitas instansi dalam memberika pelayanan nantinya.
Ancaman (Threats) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Loyal” pada unit kerja dapat
dilihat dari karakteristik pekerjaan yang meliputi tantangan dalam bekerja,
tekanan dalam bekerja, kesempatan untuk berinteraksi sosial, job enrichment,
identifikasi tugas, dan kecocokan tugas.

2.6 Adaptif
Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan
keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan
budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya
tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur
kepemimpinan dan lainnya.

Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana


ASN memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan
organisasi yang berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses
internal yang berkesinambungan.

Peter Senge memperkenalkan paradigma organisasi yang disebutnya


Learning Organization, yaitu untuk menggambarkan bahwa organisasi itu seperti
manusia yang butuh pengetahuan yang perlu terus diperbaharui untuk bertahan
hidup, bahkan leading dalam kehidupan. Untuk memastikan agar organisasi terus
mampu memiliki pengetahuan yang mutakhir, maka organisasi dituntut untuk
melakukan lima disiplin, yaitu:

1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat


mahir (personal mastery);
2. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama
atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan
dicapai bersama (shared vision);
3. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang
organisasi ingin wujudkan (mental model);
4. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatankegiatan
untuk mewujudkan visinya (team learning);

28
5. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau
bermental silo (systems thinking).

Lima disiplin ini sangat aplikatif dalam konteks pelaksanaan tugas dan fungsi ASN di
lingkungan kerjanya masing-masing. Dengan mempraktikkan kelima disiplin tersebut,
ada jalan bagi organisasi untuk selalu mendapat pengetahuan baru. Tanpa
pengetahuan yang selalu diperbarui maka organisasi cenderung menggunakan
pengetahuan lama, atau kadaluwarsa, yang justru akan menjadi racun bagi
organisasi tersebut.

Kekuatan (Strengths) terhadap nilai-nilai dasar “Adaptif” di unit kerja, antara


lain :
1. Terdapat perilaku yang menunjukkan tanggung jawab psikologis, saling
menghormati, menghargai pandangan dan pendapat satu sama lain, bekerja
dalam tim yang saling mendukung\
2. Adanya pemimpin yang senantiasa memberikan tantangan bagi ASN dengan
memberikan kesempatan untuk pengembangan pribadi melalui pengalaman
baru, dan yang memperlakukan semua orang dengan adil dan pengertian

Kelemahan (Weakness) terhadap nilai-nilai dasar “Adaptif” di unit kerja, antara


lain :
1. Tidak memiliki rasa ingin tahu sehingga tidak mendorong proses belajar
yang meningkatkan kualitas kinerja
2. Kurangnya sinergis antar pegawai dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang dapat mewujudkan visi dan misi organisasi
3. Cenderung berperilaku tertutup, memperhatikan diri sendiri, politis
dan birokratis.

Peluang (Opportunities) terhadap nilai-nilai dasar “Adaptif” di unit kerja, antara


lain :
1. Mampu memanfaatkan kondisi atau peluang yang berubah dalam
memaksimalkan kinerja pelayanan publik ‘
2. Memberikan peluang bagi pegawai untuk mendiskusikan keinginan dan
aspirasi serta meningkatkan kepedulian terhadap pekerjaan yang saat ini
diemban

29
3. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat dan kemudian menyetujui rencana
tersebut apabila tidak ada perubahan.

Ancaman (Threats) terhadap nilai-nilai dasar “Adaptif” di unit kerja yaitu


ketidakmampuan ASN dalam menerima perkembangan teknologi informasi sehingga
menyebabkan beberapa ASN mengalami keterlambatan penerimaan informasi dan
bidang keahlian.

2.7 Kolaboratif
Istilah collaborative governance merupakan cara pengelolaan pemerintahan
yang melibatkan secara langsung pemangku kepentingan di luar pemerintahan atau
negara, berorientasi pada konsensus dan musyawarah dalam proses pengambilan
keputusan kolektif yang bertujuan untuk membuat atau melaksanakan kebijakan
publik serta program-program publik (Ansell dan Gash, 2008).

Whole of Goverment adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan


pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu
pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-
urusan yang relevan.

Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WoG menjadi


penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari
pemerintah. Pertama, adalah adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik
dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar
tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. Selain itu perkembangan
teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga
mendorongmpentingnya WoG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai
penyelenggara kebijakan dan layanan publik. Kedua, terkait faktor-faktor internal
dengan adanyaf enomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagaiakibat dari
adanya nuansa kompetisi antar sektor dalampembangunan. Satu sektor bisa
menjadi sangat superiorterhadap sektor lain, atau masing-masing sektor tumbuh
namun tidak berjalan beriringan, melainkan justru kontraproduktif atau „saling
membunuh‟. perbedaan-perbedaan orientasi sektor dalam pembangunan bisa

30
menyebabkan tumbuhnya ego sektoral (mentalitas silo) yang mendorong perilaku
dan nilai individu maupun kelompok yang menyempit pada kepentingan sektornya.
Ketiga, khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang nilai,
budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendrong adanya potensi
disintegrasi bangsa. Pemerintah sebagai institusi formal berkewajiban untuk
mendorong tumbuhnya nilai-nilai perekat kebangsaan yang akan menjamin
bersatunya elemen-elemen kebangsaan ini dalam satu frame NKRI.

Beberapa prilaku kolaboratif yg perlu dilakukan pemerintah yaitu:

1. Face to face dialogue (dialog tatap muka)


Kolaborasi didasarkan pada dialog tatap muka antara para pemangku
kepentingan. Sebagai proses yang berorientasi konsensus, dialog tatap muka
atau dapat disebut dialog langsung diperlukan oleh para pemangku kepentingan
untuk mengidentifikasi peluang untuk keuntungan bersama (Ansel dan Gash
dalam Rahmawati, 2016: 42). Dalam mewujudkan kerja sama atau
kolaborasi, dialog tatap muka atau komunikasi dua arah (timbal balik)
antarinstansi atau
lembaga dengan para pemangku kepentingan dalam konteks bertemu dan
bermusyawarah
untuk mencapai suatu konsensus yang disepakati merupakan keputusan kolektif
dan
menjadi tanggung jawab bersama
2. Commitment to process (komitmen terhadap proses)
Kolaborasi menekankan pada penciptaan hubungan kerjasama yang didasari
atas komitmen dalam pencapaian tujuan yang dapat menguntungkan pihak-
pihak yang terlibat (stakeholder) di dalamnya.
3. Shared Understanding (pemahaman bersama)
Indikator proses kolaborasi yang terakhir adalah adanya pemahaman bersama
antara kedua belah pihak yang berkolaborasi.

Kekuatan (Stenght) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Kolaboratif”, pada unit kerja
antara lain:
1. Menganggap perubahan sebagai suatu yang perlau dilakukan guna
menunjang kinerja ASN

31
2. Menghormati setiap hasil tugas yang diberikan ASN, karna instansi
mengaggap individu ASN sebagai aset ang berharga
3. Menghormati setia pendapat yang berbeda
4. Masalah dalam organisasi di bahas secara transparan
5. Setiap individu menyadari kualitas layanan yang di berikan

Kelemahan (Weakness) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Kolaboratif”, pada unit
kerja antara lain:
1. Masih terdapat beberapa ASN tidak ingin bekerjasama dalam berbagai
hal terkait dengan tujuan instasi
2. Kurangnya kepercayaan terhadap pihak lain apabila ingin melakukan kerjasama
3 Komunikasi dalam bernegosiasi mash belum maksimal dan tidak
menggunakan bahasa yang baik
4 Kurangnya pemahaman terkait tujuan bersama yang ingin di capai
5 Tidak adanya kesepakatan terhadap hasil yang akan di capai

Peluang (Oportunity) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Kolaboratif”, pada


unit kerja yaitu dapat terciptanya kerjasama- kerjasama antar lembaga
danisntansi seperti kerjasama informal, perjanjian bantuan bersama,
memberikan dan meneria pelatihan bersama, memberikan dan menerima
bantuan teknis, memberikan dan menerima bantuan hibah.

Ancaman (Threats) terhadap nilai- nilai dasar ASN “Kolaboratif”, pada unit
kerja yaitu ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman
dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi juga tidak
jelas.

2.8 Smart ASN


Era Teknologi Informasi saat ini memberikan kemudahan dalam melakukan
segala hal. Banyak manfaat yang diperoleh dari kemajuan teknologi informasi,
salah satunya perkembangan pesat bidang komunikasi. Saat ini, perilaku
manusia dalam berkomunikasi menjadi semakin kompleks. Dahulu, manusia
berkomunikasi dengan cara bertemu, namun kini dengan adanya teknologi,
tersedia media baru dalam berkomunikasi, yaitu melalui jejaring sosial. Jejaring
sosial ini membuat manusia terhubung satu sama lain tanpa harus bertatap
muka. Dengan media baru ini, informasi juga dapat disebarluaskan dengan
cepat.

32
Komunikasi yang bersifat serba digital menjadikan literasi digital sebagai salah
satu kebutuhan wajib di era serba teknologi seperti sekarang. Indonesia saat ini
memiliki daya saing digital yang rendah, yang disebabkan diantaranya rendahnya
literasi digital, juga membuat Indonesia menghadapi sejumlah ancaman; mulai dari
penyebaran konten negatif, konten berbau hoaks, ujaran kebencian atau hate
speech, perundungan, ragam praktik penipuan, hingga radikalisme.
Berbagai tantangan di ruang digital harus diimbangi dengan literasi digital yang
mumpuni sehingga ASN mampu mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi secara cepat dan dapat terwujud kinerja yang bukan hanya cakap di
dunia nyata namun juga cakap di dunia digital.
ASN saat ini diharapan menjadi karakter yang efektif, efisien, inovatif, dan
memiliki kinerja yang bermutu, dalam penyelenggaraan program pemerintah,
khususnya program literasi digital, pilar literasi digital, sampai implementasi dan
implikasi literasi digital dalam kehidupan bersosial dan dunia kerja.

2.9 Manajemen ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.

Ada beberapa alasan mengapa Indonesia menerapkan system merit dalam


penyelenggaraan pemerintahan, salah satunya karena berdasarkan Undang-
Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil negara (ASN) telah
mengamanatkan bahwa penerapan system merit dalam kebijakan dan manajemen
ASN.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014, system merit adalah


sebuah kebijakan dan manajemen Aparatur Sipil negara (ASN) yang berdasarkan
pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membelakangi latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi kecacatan tertentu. Tujuan dari
adanya penerapan system merit di Indonesia yaitu:

33
1. Melakukan recruitmen, seleksi dan promosi jabatan yang didasarkan pada
kompetensi yang terbuka dan adil dengan menyusun perencanaan sumber daya
manusia (SDM) aparatur secara berkelanjutan.
2. Memberikan perlakuan yang adil dan setara kepada seluruh pegawai ASN
3. Memberikan pengelolaan yang efektif dan efisien kepada pegawai ASN
4. Memberikan remunerasi yang setara untuk pekerjaan yang setara dengan
tetap memperhatikan hasil kinerja
5. Memberikan penghargaan kepada kinerja pegawai yang tinggi
6. Memberikan hukuman atau punishment atas pelanggaran disiplin
7. Menjaga standart tinggi untuk integritas, etika dan kepedulian untuk
kepentingan masyarakat
8. Menerapkan pengisian jabatan dengan uji kompetensi sesuai dengan standart
kompetensi jabatan yang dipersyaratkan
9. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi kepada pegawai
ASN
10. Melaksanakan manajemen kinerja pegawai untuk mencapai tujuan organisasi
11. Memberikan perlindukan kepada pagawai ASN dari intervensi politik dan
Tindakan kesewenang-wenangan.

34
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Identifikasi Isu : A. Kurang optimalnya pemanfaatan lahan sawah dengan sistem
pertanian mina padi dalam upaya penerapan pertanian terpadu di desa
Salutambun timur Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat

B. Kurang optimalnya pengetahuan dan informasi petani tentang pemanfatan


pupuk organik di Desa Salutambun Timur Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi
Barat.

C. Kurang Optimalnya pengadministrasian data Kelompok Tani di Desa


Salutambun Timur Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat

3.2 Isu yang Diangkat : Kurang optimalnya pemanfaatan lahan sawah dengan sistem
pertanian mina padi dalam upaya penerapan pertanian terpadu di
desa Salutambun timur Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat

3.3 Gagasan Pemecahan Isu : Mengoptimalkan pemanfaatan lahan sawah dengan sistem pertanian
mina padi dalam upaya penerapan pertanian terpadu di desa
Salutambun timur Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat

3.4 Tujuan Pemecahan Isu : Optimalnya pemanfaatan lahan sawah dengan sistem pertanian mina
padi dalam upaya penerapan pertanian terpadu di desa Salutambun
timur Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat

35
3.5 Rancangan Kegiatan
Tabel 2. Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
Keterkaitan Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Hasil Subtansi Visi dan Misi Organisasi
Mata Organisasi
Pelatihan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8
)
1. Persiapan Menyiapkan bahan Tersedianya Dokumen yang Akuntabel
Maju,
Pelaksanaan konsultasi ke bahan berisi bahan Kolaborasi Berorientasi
Aman
Aktualisasi atasan mengenai konsultasi yang konsultasi
Harmonis Pelayanan
rencana akan Dokumentasi Sejahtera
pelaksanaan disampaikan (foto/video) Akuntabel
Harmonis
kegiatan aktualisasi kepada mentor
Kompeten
Melakukan konsultasi Dokumen hasil Akuntabel
Terlaksananya konsultasi Kolaborasi Harmonis
dengan mentor terkait konsultasi
rancangan dengan mentor Harmonis
dengan mentor Loyal
pelaksanaan Dokumentasi
aktualisasi yang akan (foto/video) Adaptif
dilaksanakan
Kolaboratif
Mengatur jadwal Adaptif
Tersedianya Tersedianya
pelaksanaan Akuntabel
catatan jadwal catatan jadwal
aktualisasi Loyal
pelaksanaan pelaksanaan Kompeten
aktualisasi aktualisasi
Mengajukan Surat Dokumen Adaptif Berorientasi
permohonan persetujuan permohonan Akuntabel Pelayanan Maju,
persetujuan pelaksanaan persetujuan Kompeten Aman
Akuntabel
Kegiatan kegiatan kegiatan Kompeten Sejahtera
Harmonis Harmonis
Loyal
Adaptif
Kolaboratif

36
2. Melakukan  Konsultasi dengan Terlaksananya Dokumentasi Kompeten Berorientasi Maju,
kegiatan penyuluh senior/ diskusi dengan diskusi dengan Adaptif Pelayanan Aman
konsultasi dan rekan kerja rekan kerja. rekan kerja kolaboratif Akuntabel Sejahtera
Koordinasi Tersedianya Konsep Berorientasi Kompeten Harmonis
dengan rekan  Menyusun refrensi Harmonis
konsep/refren Penerapan pelayanan
kerja serta dan Konsep Loyal
si Penerapan Sistem Kompeten
Pelaku Utama Penerapan Sistem Adaptif
sistem pertanian
pertanian Mina Kolaboratif
pertanian Mina Padi
Padi
Mina Padi
 Berkoordinasi Terlaksananya Adaptif
dengan petani/ koordinasi Dokumentasi Akuntabel
kelompok Tani dengan petani/ koordinasi Kompeten
yang bersedia kelompok Tani dengan pelaku Kolaborati
dengan penerapan Utama/ Petani f
sistem pertanian dan/atau
Mina Padi Kelompok Tani

 Berkoordinasi
dengan kelompok  Terlaksananya Dokumentasi
perikanan koordinasi foto lahan/kolam Adaptif
(pokdakan) dengan petani/ pokdakan Akuntabel
diwilayah kelompok Tani Kompeten
pertanian Kolaboratif
pertanian Mina
Padi

3. Persiapan  Melakukan survei  Terlaksananya  Akuntabel Berorientasi Maju,


Dokumentasi
Pemanfaatan lokasi dan Kompeten Pelayanan Aman
survei lokasi Lahan sawah
Lahan dengan peninjauan Berorientasi Akuntabel Sejahtera
lahan sistem penerapan
37
sistem Mina langsung ke pelayanan Kompeten Harmonis
Mina Padi sistem Mina
Padi lapangan Harmonis
Padi
Loyal
Adaptif
 Mepersiapkan alat  Tersedianya  Dokumentasi Kolaboratif
dan bahan yang alat dan Lahan sawah Berorientasi
akan digunakan Bahan petani sistem pelayanan
dalam Penerapan mina padi
sitem Mina padi
pada lahan sawah
 Melakukan  Tersedianya  Dokumentasi
sosialisasi tentang panduan pemanfaatan Berorientasi
tata cara dan tentang lahan sawah pelayanan
panduan persiapan pemanfaatan sistem Mina Kompeten
lahan sawah Lahan sawah Padi
dengan sistem
mina padi

 Melakukan  Diperolah  Dokumentasi


pemetaan lahan data dasar pengukuran Berorientasi
berdasar dengan luas lahan menggunakan pelayanan
luas sawah petani dan jumlah aplikasi Offline Kompeten
dengan jumlah total Maps
tebaran ikan yang sebaran
akan di aplikasikan ikan
pada sistem Mina
Padi

38
4 Penggolongan  Mencari Tersedianya Dokumentasi Kompeten Berorientasi Maju,
dan Pemilihan refrensi terkait refrensi jenis dan Video Loyal Pelayanan Aman
Benih Ikan jenis ikan ikan Kolaboratif Akuntabel Sejahtera
sawah sistem sistem Mina Kompeten Harmonis
Mina padi padi Harmonis
 Menentukan Tersedianya Dokumentasi Kompeten Loyal Adaptif
jenis ikan dan jenis ikan yang dan Video Loyal Kolaboratif
serta akan di jadikan Kolaboratif
perlakuannya sample
Terlaksananya Dokumentasi Kompeten
 Melakukan penyortiran dan Video Loyal
penyortiran ikan ikan Kolaboratif
sesuai dengan
ukuran sebaran
 Melakukan Terlaksananya Dokumentasi Kompeten
karantina karantina dan Video Loyal
sementara sementara Kolaboratif
5 Melakukan Penanaman padi Terlaksana nya Dokumentasi Berorientasi Maju,
demonstrasi Berorientasi
H-15 sebelum penanaman dan video Pelayanan Aman
pemanfaatan Pelayanan
penebaran ikan padi serentak kegiatan Akuntabel Sejahtera
lahan sawah Kompeten Harmonis
petani/kelompok Persiapan Berorienta
tani Tersedianya Tempat Harmonis
Lahan dan si Loyal Adaptif
lahan yang pelaksanaan
proses pelayanan Kolaboratif
telah dikelola dan
pengisian air Akuntabel
dokumentasi
pada kolam
Penebaran ikan Tersebaranya Dokumentasi Berorientasi
sawah pada ikan H+15 Penebaran Pelayanan
sistem Mina setelah tanam benih pada Harmonis
padi padi nesawah mina
padi
Mengukur Data berat/bobot Dokumentasi dan Harmonis
berat/bobot badan ikan. video pengukuran Loyal
badan awal bobot ikan
ikan sebelum

39
tebar

40
6 Monitoring Monitoring Terlaksananya Dokumentasi Kompeten Berorientasi Maju,
Kegiatan pertumbuihan kegiatan dan video Loyal Pelayanan Aman
Pemberdayaan/ tanaman padi Monitroing Monitr\oring Kolaboratif Akuntabel Sejahtera
pemanfaatan Kompeten Harmonis
Lahan sawah
sistem Mina Padi Harmonis
Monitoring Terlaksananya Tabel Kompeten
Loyal
pertumbuhan kegiatan berat/bobot Loyal
Adaptif
dan berat/bobot Monitroing badan ikan Kolaboratif Kolaboratif
badan ikan
Terlaksana Tabel Kompeten
Monitoring
nya pemberian Loyal
intensif dan
kegiatan Pakan ikan Kolaboratif
pola pakan
Monitroing
ikan sesuai
dengan
berat/bobot
nya
Monitoring Terlaksananya Dokumentasi Kompeten
keadaan fisik kegiatan Monitoring Loyal
tumbuhan/tana Monitroing Keadaan Fisik Kolaboratif
man padi Tanaman Padi
akibat hama
tikus dengan
solusi Mina
padi

41
7 Menyusun 1. Melakukan Berorientasi Maju,
Laporan Adaptif
Koordinasi Terlaksananya Dokumentasi Pelayanan Aman
Aktualisasi Akuntabel
dengan metor koordinasi koordinasi Akuntabel Sejahtera
Harmonis
terkait semua dengan dengan Kompeten Harmonis
Kolaboratif
kegiatan yang Mentor Mentor Harmonis
telah dilakukan Loyal
Adaptif
2. Menyiapakan Tersedianya Dokumen dan Kolaboratif
Akuntabel
bukti fisik bukti dan data data fisik Harmonis
dokumentasi penunjang penyusunan Kolaboratif
dan data penyusunan laporan
penyusunan laporan
laporan
aktualisasi
Tersedianya Adaptif
3. Menyiapkan
bahan serta Dokumen Akuntabel
dan menyusun
tersusunnya bahan laporan Kompeten
bahan laporan
bahan aktualisasi
aktualisasi
laporan
aktualisasi
Adaptif
4. Membuat Tersedianya Dokumen Akuntabel
Laporan hasil laporan hasil laporan hasil Kompeten
aktualisasi aktualisasi aktualisasi

42
3.6 Jadwal Kegiatan
Tabel 3. Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi

Waktu Pelaksanaan
NO Kegiatan NOVEMBER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

43
Persiapan
1 Pelaksanaan
Aktualisasi

Melakukan
2 kegiatan
konsultasi dan
Koordinasi
dengan rekan
kerja serta
Pelaku Utama

Minggu
Minggu

Minggu

Minggu
Sabtu

Sabtu

Sabtu

Sabtu
Persiapan
3 Pemanfaatan
Lahan dengan
sistem Mina
Padi
Penggolongan
4 dan Pemilihan
Benih Ikan
sawah sistem
Mina padi

Melakukan
5 demonstrasi
pemanfaatan
lahan sawah
petani/kelompok
tani
Monitoring
6 Kegiatan

44
Pemberdayaan/
pemanfaatan
Lahan sawah
sistem Mina
Padi
Menyusun
7 Laporan
Aktualisasi

45
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor


13/K.1/PDP.07/2022 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar
Calon Pegawai Negeri Sipil

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Peraturan Lembaga


Administrasi Negara Nomor 1 tahun 2021 tentang Manajemen Aparatur Sipil
Negara

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Berorientasi Pelayanan:


Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Akuntabel: Modul Pelatihan


Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Kompeten: Modul Pelatihan


Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Harmonis: Modul Pelatihan


Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Loyal: Modul Pelatihan Dasar
Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Adaptif: Modul Pelatihan


Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Kolaboratif: Modul Pelatihan


Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.

Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2021


Tentang Perubahan Atas Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 mengenai Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil.

Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


No 20 Tahun 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding
Aparatur Sipil Negara

Tim Penyusun Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. 2021.BerAKHLAK Sebagai


Nilai Dasar PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
46
Tim Penyusun Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. 2021. Smart ASN. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara.

Tim Penyusun Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. 2017. Manajemen ASN. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara.

KUESIONER ANALISIS USG

Urgency : Seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis


dan di tindaklanjuti;
Seriousness : Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan
akibat yang akan ditimbulkan;
Growth : Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut
jika tidak ditangani segera).

Tabel 1. Identifikasi isu


“Kurang optimalnya pemanfaatan lahan sawah dengan sistem Mina padi dalam
penerapan pertanian terpadu di Desa Salutambun Timur”
NO Nama Petani Urgency (U) Seriousness (S) Growth (G)
1 YESAYA 5 5 5
2 YUSTAM 4 4 4
3 HAMDAN 4 4 4
4 MARTINUS 4 5 5
5 HERMAN 5 5 4
6 SEMUEL 3 3 3
7 UNTUNG 4 4 5
8 DIKMAN 4 4 5
9 SOPIAN 5 5 5
10 JIDON L. 5 5 5
11 RUBEN 5 4 4
12 RISAL 4 4 4
13 MUSA Y. 3 3 3
14 MANGHADI 4 4 4
15 MORES 5 4 5
16 IMANUEL GAFANG 5 5 5
17 YOSIA 5 4 4
18 ROSMERI 4 4 4

47
19 MONIKA 4 4 4
20 HANNA 5 4 4
TOTAL 84 81 81

Keterangan :
Urgency (U) Seriousness (S) Growth (G)

5 = paling mendesak 5 = fatal 5 = sangat cepat


4 = sangat mendesak 4 = sangat gawat 4 = cepat
3 = mendesak 3 = gawat 3 = agak cepat
2 = biasa 2 = biasa 2 = biasa
1 = tidak mendesak 1 = tidak gawat 1 = lambat/tetap

KUESIONER ANALISIS USG

Urgency : Seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis


dan di tindaklanjuti;
Seriousness : Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan
akibat yang akan ditimbulkan;
Growth : Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut
jika tidak ditangani segera).

Tabel 2. Identifikasi isu


“Kurang optimalnya pengetahuan dan informasi petani tentang pemanfatan pupuk
organik”
NO Nama Petani Urgency (U) Seriousness (S) Growth (G)

1 5 5 5
YESAYA

2 4 4 4
YUSTAM

3 4 4 4
HAMDAN

4 4 5 5
MARTINUS

5 4 4 4
HERMAN

6 3 3 3
SEMUEL

7 5 5 4
UNTUNG

8 4 4 4
DIKMAN

48
9 4 4 4
SOPIAN

10 4 4 3
JIDON L

11 RUBEN 4 4 4
12 RISAL 4 4 4
13 MUSA Y. 3 3 3
14 MANGHADI 5 5 4
15 MORES 4 3 4
16 IMANUEL GAFANG 4 4 4
17 YOSIA 4 3 3
18 ROSMERI 5 5 4
19 MONIKA 4 4 4
20 HANNA 4 4 4
TOTAL 81 81 77
Keterangan :
Urgency (U) Seriousness (S) Growth (G)

5 = paling mendesak 5 = fatal 5 = sangat cepat


4 = sangat mendesak 4 = sangat gawat 4 = cepat
3 = mendesak 3 = gawat 3 = agak cepat
2 = biasa 2 = biasa 2 = biasa
1 = tidak mendesak 1 = tidak gawat 1 = lambat/tetap

49
KUESIONER ANALISIS USG

Urgency :Seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan di


tindaklanjuti;
Seriousness : Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan
akibat yang akan ditimbulkan;
Growth : Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika
tidak ditangani segera).

Tabel 3. Identifikasi isu


“Kurang Optimalnya pengadministrasian data Kelompok Tani”

NO Nama Petani Urgency (U) Seriousness (S) Growth (G)


1 YESAYA 4 4 4
2 YUSTAM 4 3 5
3 HAMDAN 3 4 4
4 MARTINUS 4 4 3
5 HERMAN 4 3 5
6 SEMUEL 4 4 5
7 UNTUNG 5 5 4
8 DIKMAN 4 4 3
9 SOPIAN 5 5 4
10 JIDON L. 3 4 3
11 RUBEN 4 4 4
12 RISAL 4 4 3
13 MUSA Y. 3 3 3
14 MANGHADI 4 4 3
15 MORES 5 4 4
16 IMANUEL GAFANG 5 5 5
17 YOSIA 5 4 4
18 ROSMERI 4 4 3
19 MONIKA 4 4 4
20 HANNA 5 4 3
TOTAL 83 80 77

50

Anda mungkin juga menyukai