Anda di halaman 1dari 65

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN PRINSIP AKUNTABILITAS DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN

BERBASIS APLIKASI SISTEM KEUANGAN DESA (SISKEUDES) DI DESA KUKUTIO

(Studi Pada Kantor Desa Kukutio Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka)

OLEH:

SINDY PRAMUDITA

C1G120073

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................6
2.1 Konsep Penerapan.............................................................................................6
2.2 Konsep Akuntabilitas........................................................................................6
2.2.1 Karakteristik Akuntabilitas.................................................................7
2.2.2 Dimensi Akuntabilitas........................................................................7
2.3 Konsep Pengelolaan..........................................................................................8
2.4 Konsep Keuangan Desa.....................................................................................9
2.5 Konsep Pengelolaan Keuangan Desa................................................................10
2.5.1 Asas-Asas Dan Prinsip Keuangan Desa.............................................11
2.5.2 Tujuan Pengelolaan............................................................................12
2.5.3 Tahapan Pengelolaan Keuangan Desa................................................13
2.5.4 Anggaran Dana Desa Di Desa Kukutio..............................................15
2.6 Konsep Aplikasi Siskeudes Dalam Pengelolaan Keuangan..............................17
2.7 Penelitian Terdahulu..........................................................................................23
2.8 Kerangka Pikir...................................................................................................28

ii
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................29
3.1 Tipe Penelitian...................................................................................................29
3.2 Lokasi Penelitian...............................................................................................29
3.3 Subjek Dan Informan Penelitian........................................................................29
3.3.1 Subjek Penelitian................................................................................29
3.3.2 Informan Penelitian............................................................................30
3.4 Teknik Penentuan Informan..............................................................................30
3.5 Jenis Dan Sumber Data......................................................................................31
3.5.1 Jenis Data............................................................................................31
3.5.2 Sumber Data.......................................................................................31
3.6 Teknik Pengumpulan Data................................................................................31
3.7 Definisi Konseptual...........................................................................................32
3.8 Teknik Analisis Data.........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................34

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rincian Anggaran Dana Desa Kukutio 2023......................................................16

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu............................................................................................23

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perencanaan Keuangan Desa..........................................................................19

Gambar 2.2 Penganggaran Keuangan Desa ........................................................................20

Gambar 2.3 Penatausahaan Keuangan Desa .......................................................................21

Gambar 2.3 Pembukuan Keuangan Desa............................................................................22

Gambar 2.4 Kerangka Pikir.................................................................................................28

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalankan sistem pemerintahan Desa seringkali ditemui berbagai permasalahan

yang ada khususnya dalam bidang akuntansi. Baik pemerintah pusat maupun masyarakat itu

sendiri sehingga pemerintah harus melaporkan penggunaan dan pengeluaran keuangan yang

diterima serta direalisasikan dalam APBDes kepercayaan masyarakat semakin kuat terhadap

pemerintah. Adanya isu-isu yang mungkin didengar oleh masyarakat entah itu dari luar desa

ataupun cerita yang berkembang dari dalam masyarakat itu sendiri membuat masyarakat

berprasangka buruk terhadap pemerintah yang ada mengenai penggunaan dana desa yang

diberikan oleh pemerintah pusat.

Pengelolaan keuangan desa sangat rawan akan manipulasi sehingga pemerintah memberikan

alternatif yaitu aplikasi dana desa SISKEUDES. pemerintah membuat aplikasi ini karena yaitu

berdasar pada UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Desa diberikan kesempatan untuk

mengurus tata pemerintah sendiri, pengeluaran keuangan dan melakukan pembangunan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa.

Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) telah dikembangkan bersama oleh Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan Kementerian Dalam Negeri

(Kemendagri). Aplikasi SISKEUDES mulai diterapkan di Tahun 2015 dengan dukungan dari

Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 143/8350/BPD tanggal 27 November 2015 Aplikasi

Pengelolaan Keuangan Desa dan Surat KPK Nomor B.7508/01-16/08/2016 tanggal 31 Agustus
2016 tentang Himbauan Terkait Pengelolaan Keuangan Desa/Dana Desa. Aplikasi ini merujuk

kepada peraturan pengelolaan keuangan desa yaitu Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa. Rilis terakhir dari Aplikasi SISKEUDES ini yaitu Rilis

V1.0.R1.06. Aplikasi ini dapat digunakan sampai dengan penyusunan Laporan APBDes Tahun

Anggaran 2018. Pada Bulan April 2018, Kemendagri mengeluarkan Permendagri Nomor 20

Tahun 2018 mengenai Pengelolaan Keuangan Desa yang mencabut Permendagri Nomor 113

Tahun 2014, sehingga Aplikasi SISKEUDES perlu disesuaikan dengan regulasi tersebut.

Aplikasi SISKEUDES versi terbaru dikeluarkan dengan Rilis Versi 2.0 (Petunjuk Pengoperasian

Aplikasi Sistem Keuangan Desa) (Siskeudes 2.0)

Sebagaimana versi sebelumnya, Aplikasi SISKEUDES 2.0 menggunakan database

Microsoft Access sehingga lebih portable dan mudah diterapkan oleh pengguna aplikasi yang

awam sekalipun. Transaksi keuangan desa termasuk dalam kelompok skala kecil, sehingga lebih

mudah ditangani dengan database Microsoft Access ini. Penggunaan aplikasi dengan

menggunakan database SQL Server hanya dikhususkan untuk tujuan tertentu atau volume

transaksi sudah masuk dalam kategori skala menengah. Aplikasi SISKEUDES ditujukan kepada

aparat pemerintah desa untuk memudahkan pengelolaan keuangan desa mulai dari tahap

perencanaan hingga tahap pelaporan/pertanggungjawaban. Prosedur penggunaan Aplikasi

SISKEUDES oleh Pemerintah Desa dilakukan melalui permohonan dari Pemerintah Daerah

untuk penggunaan aplikasi SISKEUDES kepada Kemendagri atau Perwakilan BPKP setempat.

Tujuannya adalah agar penggunaan Aplikasi SISKEUDES dikoordinasikan oleh Pemerintah

Daerah sehingga dapat diterapkan pada seluruh desa yang ada pada wilayah pemerintah daerah

yang bersangkutan. persetujuan penggunaan Aplikasi SISKEUDES dilakukan dengan cara

2
memberikan kode SML pemda yang dikeluarkan secara resmi oleh BPKP dan Kemendagri

(Petunjuk Pengoperasian Aplikasi Sistem Keuangan Desa) (SISKEUDES 2.0)

Dengan adanya aplikasi SISKEUDES ini pemerintah desa memiliki satu hal lagi yang

menjadi kewajiban untuk digunakan dan di manfaatkannya dalam pengelolaan keuangan

desa.pengelolaan berbasis computer telah berevolusi dari yang hanya mendukung pengelolaan

menjadi hal utama, teknologi saat ini diharapkan menjadi hal yang signifikan. (Wirawan dan

Suardhika 2016).

Hal ini menunjukan pentingnya system tegnologi di zaman ini terkhusus elektronik dan aplikasi

berbasis web, keuangan, teori penerima teknologi informasi, atau di sebut TAM (technology

acceptance model). (Febri Lusiono dan Suharman 2017).

Pada Desa Kukutio yang ada di Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka,

sebagaimana diperkenalkannya aplikasi SISKEUDES pada tahun 2015 dimana aplikasi ini

sangat membantu dan memudahkan salah satunya dalam pengelolaan, dana yang ada di desa baik

pengeluaran maupun pemasukan seperti pendapatan desa, belanja desa dan lain sebagainya.

Aplikasi SISKEUDES sangat mempermudah dan mempercepat dalam proses pelaporan

pertanggungjawaban dan memberikan hasil pelaporan yang berkualitas, akuntabel, dan tepat

waktu.

Seperti juga yang tertera pada sebuah penelitian, dimana penelitian ini menunjukkan

perbedaan dari berbagai segi mengenai sebelum dan sesudah penggunaan aplikasi SISKEUDES

ini, seperti salah satunya dari segi pengelolaan keuangan yang di peroleh hasil bahwa

pengelolaan keuangan dengan menggunakan aplikasi SISKEUDES memang jauh lebih baik,

dikarenakan ketepatan waktu dalam penetapan APBDes Ketika menggunakan aplikasi

3
SISKEUDES berjalan dengan sangat baik.(Morenly Marchel,Rosalina A.M. Koleangan,George

M.V. Kawung (2018))

Namun, dalam penggunaan aplikasi SISKEUDES di Desa Kukutio ini masih terdapat

kendala yaitu kendala jaringan dimana di Desa Kukutio saat ini masih sering terjadi pemadaman

listrik dan dimana saat pemadaman listrik maka jaringan pun turut menghilang, serta perangkat

desa yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya, di periode berikutnya di gantikan dengan orang

lain sehingga kurangnya pengetahuan yang mendalam mengenai aplikasi tersebut.

Pembagian dana membutuhkan pengelolaan keuangan desa yang transparan, akuntabel, clean,

tertib, dan efisien, Sebagai tanggung jawab dan tugas desa menyusun laporan keuangan yang

dipermudah dengan adanya Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES). Dan dapat

mengurangi kecurigaan dalam pengoprasian dan pengelolaan dana serta mengurangi kecurangan

(Rita Martini, Resy Agustin, Amira Fairuz Dita, Anggun Noval Murinda,2019)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan prinsip pengelolaan keuangan desa melalui aplikasi

SISKEUDES di Desa Kukutio?

2. Faktor apakah yang menjadi kendala dalam penerapan prinsip pengelolaan keuangan

desa melalui aplikasi SISKEUDES di Desa Kukutio?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan prinsip

akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa melalui aplikasi SISKEUDES di Desa Kukutio.

4
1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan tujuan yang

ingin dicapai, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara Akademis diharapkan dapat melatih dan mengembangkan kemampuan

berfikir secara ilmiah dan sistematis dalam menyusun kajian, mengembangkan ilmu

pengetahuan dan memperluas wawasan dalam Pemerintahan Desa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber data untuk para peneliti

yang tertarik untuk melakukan penelitian serupa.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penerapan

Menurut Lukman Ali (2011:104), “penerapan adalah mempraktekkan atau

memasangkan”.

Sedangkan Riant Nugroho (2014:158) “penerapan pada prinsipnya cara yang dilakukan

agar dapat mencapai tujuan yang didinginkan”.

Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan adalah suatu metode, atau

cara yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.

2.2 Konsep Akuntabilitas

Menurut Hasniati (2016) Akuntabilitas dapat dimaknai sebagai perwujudan kewajiban

apparat pemerintah desa dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan Dana Desa dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan agar dilaksanakan secara efisien, efektif, dan ekonomis.

Menurut Mardiasmo (2006) akuntabilitas merupakan kewajiban dari pemegang amanah

untuk memberikan tanggungjawab, menyajikan, mengungkapkan dan melaporkan seluruh

aktivitas pemerintahan kepada pihak yang telah memberi amanah yaitu masyarakat.

6
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas adalah

pertanggungjawaban atas kewajiban dalam hal menyajikan dan melaporkan kepada pihak

tertentu.

2.2.1 Karakteristik Akuntabilitas

Dari segi perspektif akuntabilitasnya, Mardiasmo (2006) menyebutkan beberapa karakteristik

pokok sistem akuntabilitas, diantaranya :

1. Fokus pada hasil kerja yang maksimal.

2. Menggunakan parameter dalam pengukuran kinerja.

3. Menghasilkan informasi yang berkualitas atas kinerja yang telah dicapainya untuk

para pengambil keputusan.

4. Menghasilkan data dari waktu ke waktu.

5. Melaporkan hasil secara terbuka dan teratur.

2.2.2 Dimensi Akuntabilitas

Akuntabilitas yang harus dilakukan organisasi pemerintaham terdiri atas beberapa dimensi.

Menurut Rasul (2002:11) terdapat 5 dimensi, diantaranya :

1) Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran

Pada akuntabilitas hukum berhubungan dengan kepatuhan pemerintah terhadap

hukum yang berlaku pada perundang-undangan maupun peraturan dalam organisasi.

Dengan adanya dimensi akuntabilitas hukum ini dapat terciptanya supremasihukum

didalam lingkup pemerintah. Sedangkan akuntabilitas kejujuran dikaitkan dengan

penghindaran penyelewengan jabatan maupun dana publik seperti korupsi, kolusi dan

7
nepotisme. Dengan adanya akuntabilitas kejujuran terciptanya praktik lembaga publik

yang sehat.

2) Akuntabilitas Manajerial

Akuntabilitas manajerial dengan kata lain akuntabilitas kinerja merupakan

pertanggungjawaban atas tindakan pemerintah dalam menyelenggrakan pemerintahannya

yang dilaksanakan secara efektif dan seefisien mungkin.

3) Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program berkaitan dengan pertanggungjawaban untuk memastikan

bahwa program yang direncanakan dan akan dilaksanakan nantinya sesuai kebutuhan

yang ada, dengan berprinsip pada program yang bermutu serta dapat mencerminkan

sesuai visi, misi, dan tujuan organisasi.

4) Akuntabilitas Kebijakan

Lembaga publik mengeluarkan serta menetapkan kebijakan harus didasari pada

bagaimana dampak yang akan ditimbulkan kedepannya, tujuan dilakukannya kebijakan

tersebut, serta mengapa kebijakan tersebut dilakukan.

5) Akuntabilitas Finansial

Akuntabilitas ini berkaitan dengan pertanggungjawaban lembaga publik dalam

mengelola sampai menggunakan dana publik sefisien dan seefektif mungkin. Pemerintah

mempunyai kewajiban atas laporan yang dibuat berdasarkan gambaran kinerja finansial.

2.3 Konsep Pengelolaan

Menurut G.R Terry (dalam Hasibuan, 2014:2), menyatakan bahwa: “Manajemen adalah

suatu proses kelas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,

8
pergerakan dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan

sumber daya manusia dan sumber daya lainnya”.

Pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapat awalan “pen” dan akhiran “an”

sehingga menjadi pengelolaan yang berarti pengurus, perawatan, pengawasan, pengaturan.

Pengelolaan itu sendiri awal katanya “kelola”, di ditambah awalan ipe” dan akhiran “an” istilah

lain dari pengelolahan adalah management”. Manajemen adalah ikatan yang aslinya dari bahasa

inggris yaitu “management”, yang berarti keterlaksanaan, citata pimpinan, pengelolaan

manajemen atau pengelolaan dalampengertian umum menurut suharismiarikunto adalah

pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan. Namun katan management sendiri

sudah diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi kata manajemen yang berarti sama dengan

“pengelolaan”, yakni sebagai suatu proses mengkoordinasi dan mengintegrasi kegiatan kegiatan

kerja agar dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar

Bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996),

Menurut pengertian di diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan merupakan

pengendalian, pengaturan atau mengorganisir suatu hal agar tertata sedemikian semestinya.

2.4 Konsep Keuangan Desa

Keuangan menurut Gitman (2012:4) adalah Finance can be defined as the science and art

of managing money. Dari definisi tersebut maka dapat dikembangkan bahwa keuangan sebagai

seni berarti melibatkan keahlian dan pengalaman, sedangkan sebagai ilmu berarti melibatkan

prinsip-prinsip, konsep, teori, proposisi dan model yang ada dalam ilmu keuangan.

9
Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:34) Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam

mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. iKeuangan

berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instruments yang terlibat dalam transfer yang

mana diantara individuals maupun antar bisnis dan pemerintah”.

Dalam UU Desa N0. 06 Tahun 2014 menjelaskan bahwa Keuangan Desa adalah semua

pihak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan

barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

Melihat pengertian para ahli tersebut maka dapat di simpulkan bahwa keuangan desa

adalah isemua milik desa yang bertujuan untuk kepentingan desa. Yang diprioritaskan untuk

kepentingan skala lokal yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan

masyarakat.

Sehingga keuangan desa menjadi hal pokok yang patut diawasi pengelolaannya, tidak

hanya oleh pemerintah melainkan juga masyarakat wajib ikut serta dalam pengawasan

pengelolaan keuangan desa.

2.5 Konsep Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut Nugroho (2003: 119), Pengelolaan adalah bahasa yang biasa di dipakai pada

ilmu manajemen. Secara etimologis, istilah manajemen berasal dari kata management yang

biasanya mengacu pada proses mengelola atau menangani sesuatu dalam rangka mencapai tujuan

tertentu. Oleh karena itu, manajemen adalah ilmu manajemen yang menyangkut pada proses

pengelolaan dan pengolahan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu (Hariyanto, 22/12/2012)

10
George R. Terry dalam buku Principles of Management (Sukarna, 2011:3), juga

menyatakan bahwa management is the accomplishing of a predetermined objectives through the

efforts of iotherpeople atau manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

melalui atau bersama-sama usaha orang lain. (Katha N. Bartol dan David C. Marti,

Desember,30,2015) menjelaskan “pengelolaan adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan

organisasi dengan melakukan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, idan

imengendalikan.” Sementara itu James A.F. Nter T.Hani Handoko (1982:8) mengartikan

pengelolaan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi

upaya anggota suatu organisasi dengan menggunakan sumber daya lainnya dalam mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Yuliansyah (2016:27). pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan dipertanggung jawabkan

keuangan desa”. Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dalam masa 1 tahun anggaran,

terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Berdasarkan uraian menurut para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan keuangan atau manajemen keuangan desa merupakan rancangan, proses, pelaporan,

pelaksanaan pengorganisasian dari keuangan desa.

Dalam hal tersebut, maka pengelolaan keuangan desa menjadi faktor penting sebab

Pengelolaan atau manajemen keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan

keuangan desa (Bastian, 2015:24). Manajemen keuangan desa memberikan manfaat dalam

pelaksanaan tugas utama desa yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui permasalahan dalam rangka penyediaan layanan publik di desa

11
2. Menyusun rencana dan merumuskan tujuan

3. Mengidentifikasi kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman dalam perencanaan.

4. Sebagai acuan dalam penetapan anggaran desa

5. Sebagai alat pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan desa.

2.5.1 Asas-asas dan prinsip keuangan desa

Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, keuangan desa harus dikelola

berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif dan dilakukan dengan tertib dan disiplin

anggaran. Terdapat tiga prinsip dalam pengelolaan keuangan pemerintah menurut Mardiasmo

(2002:105) antara lain sebagai berikut:

 Transparansi

Transparansi atau prinsip keterbukaan. Prinsip iin memberikan pengertian bahwa

anggota masyarakat memiliki hak dan diakses yang sama untuk mengetahui proses

anggaran.

 Akuntabilitas

Prinsip akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti

penganggaran dimulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-

benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat.

 Value for money

12
Prinsip value for money yang menerapkan proses penganggaran secara ekonomis,

efisien dan efektif. (Mardiasmo, 2002).

2.5.2 Tujuan Pengelolaan

Dari beberapa pengertian di atas tentu bisa disimpulkan tujuan pengelolaan adalah untuk

mendapatkan sesuatu dengan nilai yang lebih baik dengan cara mengerahkan usaha-usaha.

Misalnya sebuah gedung bisa dikelola menjadi lebih bermanfaat dan berdaya guna serta

menghasilkan keuntungan. Pengelolaan gedung yang baik, tidak akan menyebabkan penyusutan

nilai gedung tersebut, tapi meningkatkannya.

Untuk lebih jelasnya berikut beberapa tujuan dari pengelolaan.

1. Mendapatkan nilai suatu barang atau jasa yang lebih tinggi

2. Mendapat keuntungan

3. Menghindari kerugian akibat menyusutnya nilai barang

4. Menjadikan suatu objek menjadi lebih baik

5. Menata atau mengorganisir sesuatu agar lebih berguna

2.5.3 Tahapan Pengelolaan keuangan Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan

Desa menyebutkan bahwa pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban

keuangan desa. Dari definisi tersebut maka siklus pengelolaan keuangan desa terdiri dari: (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) penatausahaan, (4) pelaporan, dan 5) pertanggungjawaban.

13
Tahap perencanaan dimulai dari Pemerintah Desa menyusun rencana pembangunan desa

sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan

Kabupaten/Kota. Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka meliputi: Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu enam tahun, dan

Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP

Desa) yang merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu satu tahun. Setelah

APBDes ditetapkan, maka pelaksanaan keuangan desa mengacu pada APBDesa.

Kegiatan pelaksanaan keuangan desa meliputi penerimaan dan pengeluaran keuangan desa.

Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa

dilaksanakan melalui rekening kas desa dan harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

Seluruh kegiatan pelaksanaan keuangan desa harus ditatausahakan.

Penatausahaan merupakan serangkaian kegiatan pencatatan setiap transaksi penerimaan

dan pengeluaran desa secara tertib ke dalam buku kas umum dan buku pembantu. Penatausahaan

dilakukan oleh Bendahara Desa. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan

dan pengeluaran serta melakukan ditutup buku setiap akhir bulan secara tertib dan membuat

laporan pertanggungjawaban setiap bulan kepada Kepala Desa paling lambat tanggal 10 ibulan

iberikutnya. (Permendagri 113 Tahun 2014, Pasal 35).

Adapun kegiatan pelaporan adalah kegiatan penyampaian laporan Kepala Desa kepada

Bupati/Walikota berupa laporan semester pertama, dan laporan semester akhir tahun. Laporan

semester pertama disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan, sedangkan

laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun berikutnya.

(Permendagri 113 Tahun 2014, Pasal 37).


14
Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa kepada Bupati/Walikota di setiap akhir tahun anggaran. Laporan tersebut terdiri dari

pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa

tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa dilampiri: Format Laporan

Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran berkenaan, Format

Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan, dan Format

Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa. (Permendagri 113

Tahun 2014, Pasal 38)

Namun diperlukan model kebijakan implementasi AD yang komprehensif sehingga

meningkatkan kemampuan pemerintah desa dalam hal perencanaan, mplementasi dan

pengendalian AD untuk pembangunan. Sedangkan Riyanto, 2015, dengan judul Akuntabilitas

Finansial Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa ADD) di Kantor Desa Perangat Selatan

Kecamatan seMarang sekayu Kabupaten Kutai Kartanegara, menemukan bahwa Akuntabilitas

Finansial dalam pengelolaan ADD di Kantor Desa Perangat Selatan dimulai dari pelaksanaan

sampai dengan pencapaian hasilnya dapat dipertanggungjawabkan di depan seluruh aparat

Pemerintah Desa, namun belum dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh masyarakat desa.

2.5.4 Anggaran Dana Desa Di Desa Kukutio

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan: “Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan

dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang

diukur dalam satuan uang yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk suatu

periode”.

15
Menurut Halim dan Kusufi (2017:48), “Anggaran adalah dokumen yang berisi estimasi

kerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran yang disajikan dalam ukuran moneter yang akan

dicapai pada periode waktu tertentu dan menyertakan data masa lalu sebagai bentuk

pengendalian dan penilaian kinerja.

Menurut Dewi Utari dkk. (2016:185) menyatakan bahwa “Anggaran adalah rencana kerja

yang dituangkan dalam angka-angka keuangan baik itu dalam jangka pendek atau jangka

panjang. Seperti halnya yang dilakukan oleh pemerintah Desa Kukutio dengan mengikuti

ketentuan penyusunan anggaran dana desa serta menampilkan rincian anggaran dana desa di

depan kantor balai Desa Kukutio berbentuk spanduk(baliho). Berikut Anggaran Dana Desa Di

Desa Kukutio 2023:

Tabel 2.1 Rincian Anggaran Dana Desa Kukutio 2023

NO URAIAN ANGGARAN KETERANGAN

(RP)

1 Pendapatan

Pendapatan Asli Desa Rp.6.000.000,-

Pendapatan Transfer Rp.164.526.900,-

Pendapatan Lain Sebagainya Rp.500.000,-

JUMLAH PENDAPATAN RP.2.171.026.900

2 Belanja Desa

16
Penyelenggaraan Pemerintahan Rp.659.256.875,- 30%

Pelaksanaan Pembangunan Desa Rp.748.010.950,- 34%

Kemasyarakatan Rp.201.003.675,- 11%

Pemberdayaan Masyarakat Rp.268.739.000,- 12%

Bidang Pen.Bencana,Dan Mendesak Rp.277.823.600,- 13%

JUMLAH BELANJA RP.2.190.854.100

3 Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan/Silpa Tahun RP.31.208.294,-

Lalu

Pengeluaran Pembiayaan RP.10.000.000,-

2.5 Konsep Aplikasi SISKEUDES Dalam Pengelolaan Keuangan

Dengan disahkannya UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa diberikan kesempatan

yang besar untuk mengurus citata pemerintahannya sendiri serta pelaksanaan pembangunan

untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa. Selain itu pemerintah

desa diharapkan untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan berbagai sumber daya

alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa.

Begitu besar operan yang diterima oleh desa, tentunya disertai dengan tanggung jawab yang

besar pula. Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip transparansi dan
17
akuntabilitas. Seiring dengan itu maka badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP)

bersama ditjen bina pemerintahan desa kementerian dalam negeri mengembangkan aplikasi

system keuangan desa (SISKEUDES).

Aplikasi SISKEUDES ditujukan kepada aparat pemerintah desa untuk memudahkan

pengelolaan keuangan desa mulai dari tahap perencanaan hingga tahap

pelaporan/pertanggungjawaban. Prosedur penggunaan Aplikasi SISKEUDES oleh pemerintah

desa dilakukan melalui permohonan dari pemerintah Daerah untuk penggunaan aplikasi

SISKEUDES kepada Kemendagri atau Perwakilan BPKP setempat. Tujuannya adalah agar

penggunaan Aplikasi SISKEUDES dikoordinasikan oleh pemerintah Daerah sehingga dapat

diterapkan pada seluruh desa yang ada pada wilayah pemerintah daerah yang bersangkutan.

Persetujuan penggunaan Aplikasi SISKEUDES dilakukan dengan cara memberikan kode SML

pemda yang dikeluarkan secara resmi oleh BPKP dan Kemendagri.

` Aplikasi Sistem Keuangan Desa di (SISKEUDES) yang sebelumnya dikenal dengan

nama SIMDA Dza merupakan aplikasi gratis yang dapat menjadi solusi. SISKEUDES

didistribusikan secara cuma-cuma (gratis) melalui pemerintah kabupaten/kota kepada desa di

seluruh indonesia. Aplikasi ini menggunakan database Microsoft access sehingga lebih mudah

dalam penggunaannya. Pelatihan SISKEUDES bagi perangkat didesa maupun pembina di

tingkat kabupaten/kota biayanya dianggarkan dalam APBD masing-masing. Aplikasi ini sedari

mulai diterapkannya tentu saja mengalami banyak kendala.

Aplikasi SISKEUDES merupakan aplikasi berbasis online yang dimana penerapannya

membutuhkan jaringan internet, menggunakan user id dan password untuk menggunakannya,

proses utama yang harus dilakukan adalah pengisian data umum pemerintah daerah dengan

18
memberikan kode SML pemda yang dikeluarkan secara resmi oleh BPKP dan Kemendagri,

tanpa melakukannya maka ada beberapa proses yang tidak dapat dilakukan serta dalam

output/laporan yang tidak dapat ter informasi secara lengkap. Menu Data Umum Pemda

digunakan untuk melakukan penginputan data umum pemerintah daerah yang menggunakan

aplikasi Siskeudes, seperti: Nnama Pemda, Alamat, Ibu Kota, Nama Kepala Daerah, dan Tahun

Anggaran. Menu Parameter Kecamatan dan Desa digunakan untuk melakukan penginputan data

Kecamatan dan Desa yang terdapat pada kabupaten/kota yang bersangkutan. Berikutnya adalah

menu data entri,Data Entry merupakan menu untuk yang digunakan oleh Pemerintah Desa. Menu

Data dibagi dalam 4 kelompok menu yang disesuaikan dengan tahapan pengelolaan keuangan

desa. Pengelompokan menu data dimaksud terdiri dari:

a) Modul – Perencanaan, merupakan kelompok menu yang digunakan untuk

merekam Data Umum Desa, RPJMDesa dan RKPDesa.

Gambar 2.1 Perencanaan Keuangan Desa

Sumber foto: manual operasi aplikasi siskeudes 2.0 (2018)

19
b) Modul – Penganggaran, merupakan kelompok menu yang digunakan untuk

melakukan proses penyusunan anggaran dengan output utama APBDes dan Penjabaran

APBDesa.

Gambar 2.2 Penganggaran Keuangan Desa

Sumber foto: manual operasi aplikasi siskeudes 2.0 (2018)

c) Modul – Penatausahaan merupakan kelompok menu yang digunakan untuk

melakukan proses penatausahaan dalam tataran pelaksanaan anggaran APBDes yang

meliputi pengajuan SPM, pencairan dan pertanggungjawaban.

20
Gambar 2.3 Penatausahaan Keuangan Desa

Sumber foto: manual operasi aplikasi siskeudes 2.0 (2018)

d) Modul – Pembukuan, merupakan kelompok menu dalam rangka menghasilkan

Laporan Keuangan Pemerintah Desa yang meliputi Laporan Pelaksanaan Anggaran

APBDes dan Catatan atas Laporan Keuangan Desa di(CaLK). iPad modul ini juga

disediakan Laporan Kompilasi yang menggabungkan seluruh laporan desa-desa yang ada

di pemda.

Gambar 2.3 Pembukuan Keuangan Desa

21
Sumber foto: manual operasi aplikasi siskeudes 2.0 (2018)

Menurut salah satu aparat desa yaitu AA Putu Subagia Pembinaan mengenai aplikasi

sistem keuangan desa (SISKEUDES) cukup rutin dilakukan setiap tahunnya. Pada tahun 2016

hingga tahun 2019 pelatihan dilaksanakan di kaur di (kepala urusan) di kabupaten kolaka dan

pada tahun 2022 di dilaksanakan di kaur (kepala urusan) di kota kendari. Dalam penerapannya

masih ada beberapa kendala hingga saat. Penerapan aplikasi SISKEUDES berpengaruh pada

keefektifan pengelolaan keuangan di desa.

22
2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

NO JUDUL PENULIS HASIL PENELITIAN PERBEDAAN


PENELITIAN
1 PENGELOLAAN NURARINI Hasil penelitian Perbedaan dari
KEUANGAN ARSYAD (2021) menunjukkan bahwa penelitian ini
DESA BERBASIS Pengelolaan keuangan desa adalah Lokusi dan
APLIKASI di desa Tonasa dijalankan indikator yang di
SISKEUDES berdasarkan Permendagri digunakan.
DALAM No. 20 Tahun 2018 dan
PERSPEKTIF Penerimaan aplikasi
TAM (Studi Pada siskeudes di desa Tonasa, di
Pemerintah Desa ditinjau dari dua persepsi
Tonasa, Kecamatan yaitu persepsi kegunaan dan
Tombolo persepsi kemudahan
Pao,Kabupaten penggunaan serta peran
Gowa) aplikasi siskeudes dalam
pengembangan Sistem
informasi akuntansi di desa
Tonasa dapat dilihat dari dua
konsep yaitu kualitas sistem
dan kualitas informasinya,
yang kemudian disimpulkan
bahwa aplikasi Siskeudes di
desa Tonasa di terima karena
aplikasi tersebut
mempermudah dan memberi
manfaat yang besar dalam
pengelolaan keuangan desa
sehingga aplikasi Siskeudes
tersebut menjadi suatu
sistem keuangan yang
membantu dalam
pengembangan Sistem
Informasi Akuntansi di desa.
2 PENERAPAN ALFIZA EVA Hasil penelitian Perbedaan dari
SISTEM LISTA(2021) menunjukkan bahwa proses penelitian ini
KEUANGAN pengelolaan keuangan adalah Lokusi dan
DESA gampong melalui Siskeudes indikator yang di
di(SISKEUDES) DI sesuai dengan Permendagri digunakan
GAMPONG dan Pergub. Aceh Besar.

23
EMPEE BATA Dalam pelaksanaan aplikasi
KECAMATAN ini terdapat kendala yaitu
BLANG BINTANG kurangnya sumber daya
KABUPATEN manusia idi gampong Empee
ACEH BESAR Bata, tidak adanya
pembiayaan upah untuk
operator Siskeudes serta
tidak adanya kantor sebagai
tempat untuk bekerja.
Lainnya dikarenakan
peraturan tentang
penggunaan angaran desa
yang sering berubah
mengakibatkan proses
perubahan data Pada aplikasi
memakan waktu dan proses
yang selama, ini kemudian
menghambat gampong untuk
melanjutkan proses
pengelolaan keuangan
gampong lainnya. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa
dengan adanya Siskeudes ini
sangat membantu gampong
dalam pengelolaan
keuangannya, dan ikan lebih
maksimal jika hal ini
didukung dengan
kemampuan gampong yang
mampu mengaplikasikannya
dengan baik. Pelatihan dan
penyediaan fasilitas masih
sangat dibutuhkan untuk
mendukung suksesnya
pelaksanaan aplikasi
Siskeudes.
3 PENGELOLAAN REZKY Hasil penelitian ini Perbedaan dari
KEUANGAN ARJULIADI(2022) menunjukkan bahwa penelitian ini yaitu
DESA MELALUI pengelolaan keuangan desa ilocus
APLIKASI melalui aplikasi Siskeudes di
SISTEM Gampong Cot Ba'u
KEUANGAN Kecamatan Sukajaya Kota
DESA Sabang sudah sesuai dengan
di(SISKEUDES) DI Permendagri no.20 Tahun
GAMPONG COT 2018 tentang Pengelolaan
BA'U Keuangan Desa. Dimana

24
KECAMATAN seluruh tahapan mulai dari
SUKAJAYA perencanaan, pelaksanaan,
KOTA SABANG penatausahaan, pelaporan
hingga pertanggungjawaban
telah terimplementasi
dengan baik. Pelaporan
keuangan Gampong Cot
Ba'u juga menjadi lebih
efektif dan efisien dengan
menerapkan aplikasi
Siskeudes. Namun dalam
prosesnya terdapat kendala
yang dihadapi yaitu sistem
terkadang tidak support idan
error, kurangnya pelatihan
dan bimbingan teknis
langsung serta ciharus hati-
hati dalam menginput data.
Penelitian ini menyimpulkan
bahwa aplikasi Siskeudes
sangat membantu aparatur
gampong di dalam
mengelola keuangan dan
membuat laporan
pertanggungjawaban,
meskipun terdapat beberapa
kendala dalam proses
pengoperasiannya.
4 ANALISIS PERAN Muhammad ainur Berdasarkan hasil penelitian Perbedaan dari
APLIKASI Ridwan(2019) menunjukan bahwa (1) penelitian ini yaitu
SISTEM untuk pengelolaan aplikasi Metode
KEUANGAN SISKEUDES di Desa penelitiannya,
DESA Bogorejo sudah iterstruktur yang
di(SISKEUDES) dengan baik dan memenuhi menggunakan
DALAM standar penerapan serta metode penelitian
MENINGKATKA melakukan proses kuantitatif,
N KUALITAS pertanggungjawaban yang indikator yang di
AKUNTABILITAS relevan, sehingga semua digunakan, dan
KEUANGAN proses pengelolaan isudah locus.
DESA iDI baik. (2) aplikasi sistem
diTINJAU DARI keuangan desa
PERSPEKTIF di(SISKEUDES) sangat
EKONOMI SLAM membawa perubahan yang
(Studi Pada Desa baik di Desa Bogorejo,
Bogorejo, karena mempermudah dalam
Kecamatan Gedong pelaporan

25
Tataan, Kabupaten pertanggungjawaban,
Pesawaran) menghasilkan laporan
keuangan yang akurat,
relevan dan mampu
menyajikan laporan
keuangan dengan wajar
sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun
2005, sehingga dengan
penerapan aplikasi sistem
keuangan desa mampu
berperan dalam
meningkatkan kualitas
akuntabilitas keuangan desa
dalam rangka mewujudkan
tata kelola desa yang baik.
5 APLIKASI ASRIADI(2021) Perbedaan dari
SISTEM Hasil penelitian penelitian ini yaitu
KEUANGAN menunjukkan bahwa aplikasi Locus dan terdapat
DESA siskeudes di Desa Liu tiga indikator yang
di(SISKEUDES) Kecamatan Majauleng digunakan
DALAM Kabupaten Wajo
MEWUJUDKAN menggunakan perangkat
GOOD keras (hardware) komputer
GOVERNANCE minimal intel Celeron 1,5 hz
(STUDI KASUS DI dengan memori RAM 1 Gb
DESA LIE dan menggunakan perangkat
KECAMATAN lunak (software) yang telah
MAJAULENG disiapkan oleh BPKP dengan
KABUPATEN database SQL Server dan
WAJO) Microsoft Acces, dengan
adanya aplikasi siskeudes
imemudahkan aparat desa
dalam menyusun dan
menginput laporan keuangan
desa dimulai dari
perencanaan, penganggaran,
penatausahaan, dan
pelaporan sehingga aplikasi
siskeudes dapat mewujudkan
good governance dengan
terbentuknya, 1) transparansi
keuangan Desa Lium dengan
adanya papan informasi
APBDes yang dapat idi
diakses oleh masyarakat,

26
2) akuntabilitas keuangan
Desa Liu dilakukan
imusrembang serta realisasi
APBDesa kepada inspektorat
dan masyarakat,
3) Partisipasi yang dilakukan
oleh masyarakat dengan ikut
serta dalam perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi
Pada pengelolaan keuangan
Desa Liu.

27
2.7 Kerangka Pikir

Penelitian ini membahas mengenai Prinsip Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Berbasis

Aplikasi Keuangan Dana Desa (SISKEUDES) Di Desa Kukutio Kecamatan Watubangga

Kabupaten Kolaka, peneliti ingin mengetahui bagaimana pengelolaan keuangan berbasis

aplikasi SISKEUDES di desa tersebut, serta kendala apasaja yang menghambat dalam

peneraapan prinsip pengelolaan keuangan desa dengan menggunakan prinsip-prinsip

pengelolaan keuangan yang meliputi: 1.Transparansi 2.Akuntabilitas 3.Value For Money.

Menurut Mardiasmo (2002:105) Namun untuk keperluan penelitian, peneliti hanya

menggunakan satu indikator yaitu indikator Akuntabilitas.

Gambar 2.4 Kerangka Pikir

PENERAPAN PRINSIP AKUNTABILITAS DALAM PENGELOLAAN

KEUANGAN BERBASIS APLIKASI SISTEM KEUANGAN DESA

(SISKEUDES) DI DESA KUKUTIO (Studi Pada Kantor Desa Kukutio

Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka)

Pengelolaan keuangan desa

Prinsip Pengelolaan
Keuangan :

Akuntabilitas

Mardiasmo (2002:105)

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif. menurut

Mukhtar (2013: 10) metode penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah metode yang

digunakan peneliti untuk menemukan pengetahuan atau teori terhadap penelitian pada satu

waktu tertentu. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Dalam penelitian ini, objek yang dimaksud adalah Prinsip Pengelolaan Keuangan

Berbasis Aplikasi Dana Desa (Siskeudes) Di Desa Kukutio Kecamatan Watubangga.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kantor desa di Desa Kukutio Kecamatan

Watubangga Kabupaten Kolaka. Lokasi tersebut dipilih karena adanya permasalahan yang

menjadi faktor penghambat berjalannya Penerapan Prinsip Pengelolaan Keuangan Melalui

Aplikasi Sistem Keuangan Dana Desa. Selain itu, factor biaya dan waktu serta akses

itransportasi juga menjadi pertimbangan bagi peneliti.

3.3 Subjek dan informan Penelitian

3.3.1 Subjek Penelitian

Menurut Muhammad Idrus (2009), subjek penelitian merupakan elemen benda,

individu maupun organisme sebagai sumber informasi yang diperlukan peneliti untuk

mendapatkan data penelitian.Adapun subjek dalam penelitian ini adalah aparat desa

kukutio.

29
3.3.2 informan Penelitian

Informan dalam penelitian tersebut merupakan orang-orang yang benar-benar

menguasai dan mengetahui masalah, serta terlibat langsung dengan masalah pada

penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari:

1. Kepala Desa Kukutio

2. Sekretaris Desa Kukutio

3. Bendahara Desa Kukutio

4. Operator Desa Kukutio

5. Kepala BPD Desa Kukutio

6. 2 Masyarakat Desa Kukutio

3.4 Teknik Penentuan informan

Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive. Teknik purposive

ini adalah teknik mengambil informan atau narasumber dengan tujuan tertentu sesuai dengan

tema penelitian karena orang tersebut dianggap memiliki informasi yang diperlukan bagi

penelitian. Dalam hal ini peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui permasalahan

yang akan dikaji serta mampu memberikan informasi yang dapat dikembangkan untuk

memperoleh data.

30
3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif yaitu data yang

disajikan dalam bentuk katan verbal bukan dalam bentuk angka (Sugiyono,2013:).

3.5.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data Primer

merupakan data yang di diperoleh langsung dari responden atau objek yang di

diteliti melalui wawancara. insert data sekunder yaitu berupa dokumen-dokumen

atau literatur-literatur dari internet, surat kabar, jurnal dan lain sebagainya,

pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil atau menggunakan

sebagian atau seluruhnya dari kumpulan data yang telah dicatat atau diperoleh.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan usaha untuk mengumpulkan bahan-bahan yang

berhubungan dengan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

antara lain :

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya

jawab yang dilakukan secara langsung oleh pihak-pihak yang terkait dan berhadapan

langsung dengan informan kunci yang dianggap mengerti tentang permasalahan yang

akan diteliti.

2. Dokumentasi

31
Dokumentasi yaitu dengan memanfaatkan dokumen tertulis, gambar, maupun

foto-foto yang dilakukan penulis untuk mendukung data penelitian ini.

3.7 Definisi Konseptual

1. Penerapan prinsip pengelolaan keuangan desa yang dimaksudkan yakni dimana

prinsip yang sebagaimana merupakan pedoman untuk berpikir dan bertindak dijadikan

landasan dan diterapkan dalam pengelolaan dana desa

2. Pengelolaan keuangan yang di maksud adalah bagaimana sistem atau cara

memanajemen keuangan dalam suatu pemerintahan sehingga dapat menguntungkan bagi

masyarakat dan telah sesuai dengan ketentuan dan prinsip yang ada.

3. Pengelolaan keuangan melalui aplikasi siskeudes iyalah seperti apa akuntabilitas

dan transparansi yang idi diberikan aplikasi siskeudes dalam membantu pengelolaan

keuangan desa.

4. Keuangan desa merupakan pidana atau anggaran yang dimiliki desa untuk

keperluan dan kesejahteraan desa serta masyarakat desa.

5. Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban mengenai kejelasan segala aktivitas

kepada suatu pihak yang dapat berupa salah satunya pelaporan.

3.8 Teknik Analisis Data

Secara umum, penelitian ini menggunakan teknik analisis data interaktif yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman, (1994: 12)

Kompenen pertama analisis data interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan

Huberman yaitu reduksi data menjelaskan bahwa langkah reduksi data melibatkan beberapa

32
tahap. Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas

data. Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai

berbagai hal, termasuk yang berkaitan dengan aktivitas serta proses proses sehingga peneliti

dapat menemukan tema-tema, kelompok kelompok, dan pola-pola data. Catatan yang

dimaksud disini tidak lain adalah gagasan-gagasan atau ungkapan yang mengarah pada

terorisme berkaitan dengan data yang ditemui.

Pengumpulan data Penyajian Data Reduksi Data Penarikan kesimpulan Komponen

kedua analisis interaktif dari Miles dan Huberman, yakni penyajian data yang melibatkan

langkah-langkah mengorganisasikan data, yaitu menjalin kelompok data yang satu dengan

kelompok data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan

dalam satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam

perspektif dan terasa bertumpuk oleh karena sebab penyajian data pada umumnya diyakini

sangat membantu proses analisis.

Dalam hubungan ini, data yang disajikan berupa kelompok-kelompok yang saling

dikait-kaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan. Gambar-gambar idan diagram

yang menunjukkan keterkaitan antara gejala satu dengan gejala lain sangat diperlukan

untuk kepentingan analisis data. Pad komponen yang terakhir, yakni penarikan dan

pengujian kesimpulan, penelitian pada dasarnya mempertimbangkan pola-pola data yang

ada atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Ada kalaya kesimpulan telah

tergambar sejak awal, namun kesimpulan final tidak pernah dapat dirumuskan secara

memadai tanpa peneliti menyelesaikan analisis diseluruh data yang ada. hal memiliki

sejumlah makna pesan yang disampaikan melalui sejumlah tanda dalam bentuk audio

impun visual.

33
BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa Kukutio

Kukutio berasal dari bahasa suku MORONENE yang artinya CUBIT SEDIKIT.

Kronologis Desa Kukutio, konon katanya sebelum adanya penempatan program

trasmigrasi areal kawasan ini telah di tempati oleh sekelompok komunitas suku

Moronene, yang berjumblah kurang lebih 30 KK yang bermata pencaharian petani

dengan sifat mengelola kebun bersifat berpindah-pindah atau nomaden.komunitas

suku Moronene bertempat tinggal di sekitar rawa dan luas rawa tersebut kurang lebih

1 Ha. Yang mereka sebut telaga. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan

termasuk daerah terpencil sehingga sarana dan prasarana masi sangat terbatas. Areal

kawasan itu secara administrasi pemerintahan termasuk wilayah administrasi Desa

Toari.

Seiring dengan melihat potensi wilayah administrasi Kecamatan perwakilan

Watubangga yang sangat luas dan didukung sumber daya alam yang potensial, maka

areal kawasan ini melalui kebijakan pemerintah Kab.Daerah tingkat II Kolaka

34
dijadikan salah satu lokasi unit pemukiman trasmigrasi umum yang di tempatkan

pada tanggal 01 januari 1982. Areal kawasan telaga menjadi salah satu penempatan

lokasi trasmigrasi, maka semenjak itulah kampung telaga tersebut diberi nama Telaga

Sari atau SP5 (satuan pemukiman 5) yang dipimpin oleh kepala UPT dengan jumblah

penduduk = 200 KK, atau 615 jiwa terdiri dari Daerah Asal Provinsi Jawa Barat = 98

KK, Provinsi Bali = 102 KK, mengingat kondisi masih sangat luas dan layak,

ditempatkan lokasi unit pemukiman trasmigrasi (SP D) dengan jumblah penduduk =

200 KK (658 jiwa) yang terdiri dari daerah asal Provinsi Jawa Tengah = 98 KK,

Provinsi Jawa Timur = 90 KK dan Provinsi NTB = 22 KK.

Berikut nama-nama pejabat Desa Kukutio dan masa jabatannya :

Table 2.3

Daftar nama-nama pejabat Desa Kukutio

N MULAI AKHIR
O NAMA PEJABAT JABATAN JABATAN JABATAN
KEPALA UPT SP5 DAN
1 MUKMIN KINO SPD 1982 1983
2 WAYAN WIYASA KORADES I 1983 1984
3 DARSO KUSWARA KORADES II 1985 1986
KUSNAN,KARATEKE
4 R PEJABAT KADES 1987 1991
5 KUNU.R,KARATEKER PEJABAT KADES 1992 1993
6 DARSO KUSWARA KADES DEFENITIF 1994 2002
KADES DEFENITIF
7 EDY HARYONO PRIODE 2002 2007
KADES DEFENITIF
8 EDY HARYONO PRIODE 2008 2013
TAHIR
9 NUHUNG,SE.,M.Si PEJABAT KADES 2013 2013
KADEK
10 SUARJANA,S.Sos PEJABAT KADES 2014 2015
11 I NYOMAN KEPALA DESA 2016 2022

35
BUDIARSANA DEFENITIF
KEPALA DESA
12 SUSSILO,S.TP DEFENITIF 2022 2028

2. Kondisi Desa Kukutio

Asal usul Desa Kukutio merupakam gabungan dari Desa Telaga Sari (SP 5) dan

(SP D) dengan jumblah penduduk = 400 KK atau 1.273 jiwa yang dipimpin oleh

kepala UPT yang bernama bapak Makmun Kino. Pada bulan agustus 1982 UPT SP 5

( Telaga Sari) di gabung dengan UPT SP D di lakukan dengan nama Desa Kukutio.

Luas wilayah Desa Kukutio 2.315 Ha, Dusun II Lalowata = 600 Kelapa Sawit =

1.900 Ha, luas kebun coklat, jambu mete, dan jati = 96 Ha, luas sawah tadah hujan =

50 Ha, luas pemukiman 150 H, luas sarana perkantoran = 20, 4 Ha, luas pemakanan =

4 Ha, luas landing pertanian = 95 Ha. Desa Kukutio terletak di 85 km dari Ibu Kota

Kabupaten Kolaka, dan 15 km dari Ibu Kota Kecamatan Watubangga. Batas wilayah

administratif Desa Tonasa Kecamatan Watubangga Kab.Kolaka adalah sebagai

berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanggeau

b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Katsura

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Longgosipi

d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Ranoteta

3. Visi dan Misi Desa Kukutio

36
 Visi :

Melayani masyarakat desa Kukutio secara menyeluruh dan demi terwujudnya

desa yang adi, Makmur, sehat, religious, sejahtera, dan bermartabat untuk menuju

desa maju dan desa mandiri

 Misi :

1. Mmelanjutkan program program-program yang telah di laksanakan pemerintah

sebelumnya sesuai Rancangan Pembangunan Jangks menengah (RPJM)

2. Membangun tata kelola pemerintah yang bersih berdasarkan demokrasi, tarparasi

berkeadilan, kesetaraan gender dan terbebas dari korupsi, nepotisme, kulus,

gratifikasi dan bentuk penyelewengan lainnya.

3. Mengedepankan kebersamaan dalam mengambil keputusan atau musyawarah

mufakat demi kelancaran pembangunan di desa.

4. penggunaan dana desa yang transparan dan melibatkan masarakat dalam sejauh

proses perencanaan pembangunan dan proses pengawasan

5. Peningkatan pemerataan pembangunan infrastruktur secara fisik dan non fisik

6. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan peran BUMDes,

koperasi industri rumah tangga dan program lain yang membuka lapangan kerja

bagi masyarakat desa

7. Menggali potensi desa dalam rangka meningkatkan pendapatan asli desa

8. Mengembangkan perekonomian berbasis kemasyarakatan melalui pengembangan

produktivitas dan kualitas disektor pertanian, perkebunan, peternakan industri,

dan kerajinan demi tercapainya taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

37
9. Memantapkan exsistensi dan meningkatkan peran perempuan dan kepemudaan

dalam tatanan pemerintahan, pembangunan, dan kelembagaan dalam masyarakat

10. Meningkatkan mutu kesejahteraan masyarakat untuk mencapai taraf kehidupan

yang lebih baik berpendidikan layak kesehatan yang prima serta mempunyai rasa

sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama

11. Mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang toleransi aman, nyaman, sadar

hukum, religius, dan menjujung tinggi nilai nilai kearifan lokal.

12. Meningkat pelayanan publik yang mudah dan cepat dengan Mengembangkan

sistem informasi yang senantiasa dimuktahirkan sesuai perkembangan keadaan,

serta sebagai upaya mempromosikan desa dan kegiatan pembangunan desa serta

perkembangan sarana komunikasi yang semakin dinamis dan canggih.

4. Wilayah dan Data Kependudukan Desa Kukutio

Adapun wiyalah desa kukutio dibagi menjadi 6 dusun yaitu :

Table 2.3

Wilayah dan data kependudukan desa kukutio

N JUMBLAH JIWA jumbah kepala


O LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL keluarga
1
2
3
4
5
6
JUMBLAH

38
5. Struktur organisasi Desa Kukutio

Gambar 2.4

Struktur Organisasi Desa Kukutio

BPD SUSSILO,S.TP LPM


(KEPALA DESA)

SUWARTI

(SEKDES)

JEFRIL SITI RAHAYU MARTO MOCH.ILYA


AA PUTU
ANGGA A.Md.Keb AHMAD S,SP
SUBAGIA
ASHARA (KASI SHOLIKIN, S.Pt
(KASI (KAUR
PEMERINT (KAUR PERENCANA
(KASI KESEJAHTERA (KAUR UMUM) KEUANGAN)
AHAN) AN)
PELAYANAN) AN)

DUSUN-DUSUN

KEPALA DUSUN 1 KEPALA DUSUN 2 KEPALA DUSUN 3 KEPALA DUSUN 4 KEPALA DUSUN 5 KEPALA DUSUN 6

ISROH PUTU WINADA INDRAJITO MUJIANTO LUKMAN SUNSRTO

39
B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Penerimaan aplikasi Siskeudes dalam pengelolaan keuangan desa di

Desa Kukutio

Pengelolaan keuangan desa tidak bisa dipandang sebagai sebuah proses yang

tidak berisiko, karena Undang-undang yang ada telah mengatur bahwa mekanisme

pengelolaan keuangan desa saat ini mirip dengan mekanisme pengelolaan APBD

Provinsi/Kabupaten/Kota.

Oleh karena itu, pengelolaan keuangan tersebut harus didukung oleh SDM yang

terlatih, demi mewujudkan prinsip pengelolaan keuangan yakni transparan, akuntabel,

dan value for monay. Terkait wawancara tentang pentingnya prinsip pengelolaan

keuangan desa, ibu Suarti selaku Sekertaris Desa Desa kukutio memberikan

keterangan bahwa:

“Pengelolaan keuangan desa yang baik itu adalah yang transparan, akuntabel,

partisipatif, tertib dan disiplin anggaran serta sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Sebagaimana kita di pemerintah Desa, mengelola keuangan desa berdasarkan

Permendagri No. 20 Tahun 2018”.

Kutipan tersebut memberikan indikasi bahwa pengelolaan keuangan desa di Desa

Kukutio di lakukan sesuai dengan Permendagri No. 20 Tahun 2018 yang mana

pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban

keuangan Desa. Sehingga, kesesuaian antara pengelolaan keuangan di Desa dengan

40
Regulasi yang berlaku menjadi tolak ukur bahwa keuangan desa dilakukan sesuai

dengan ketentuan dan prinsip pengelolaan keuangan yang terdiri dari prinsip

transparan, akuntabel, dan value for monay.

. Pengelolaan keuangan desa berdasarkan asas akuntabel 58 Asas akuntabilitas merangkum

tanggung jawab untuk memperhitungkan manajemen dan kontrol sumber daya, serta

implementasi kebijakan yang dipercayakan, dalam konteks memenuhi tujuan yang

ditetapkan. Menurut prinsip akuntabilitas, setiap tindakan dan hasil akhir dari operasi

administrasi pemerintah desa harus bertanggung jawab kepada masyarakat desa sesuai

dengan hukum. Terkait asas akuntabel, Ibu Fitrawati, S. Pd. selaku Kasi Pemerintahan di

Desa Tonasa memberikan keterangan bahwa: ”Menurut saya, perwujudan asas akuntabel

dapat dilihat dari penyusunan laporan keuangan desa yang tertuang dalam aplikasi

siskeudes, sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah desa dalam mengelola

keuangan desa, itu dari sisi akuntabilitas secara fiskalnya. Sedangkan akuntabilitas secara

sosialnya seperti kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan unsur warga dan juga

didukung dengan dokumen terkait, sesuai prosedur yang ditetapkan dan bisa

dipertanggungjawabkan”. Dari pernyataan tersebut, pengelolaan keuangan desa di Desa

Tonasa dijalankan sesuai asas akuntabel, dimana asas akuntabel merupakan setiap tindakan

atau kinerja pemerintah/lembaga dapat dipertanggungjawabkan kepada pihakpihak yang

memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan akan pertanggungjawaban.

Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran di Desa Tonasa dapat

dipertanggungjawabkan dengan baik, mulai dari proses perencanaan sampai dengan

pertanggungjawabannya. karena asas ini menuntut pemerintah desa

mempertanggungjawabkan dan melaporkan pelaksanaan APBDesa secara occurrence

41
(sesuatu itu benar-benar terjadi), kepada masyarakat maupun kepada jajaran pemerintahan

di atasnya, sesuai peraturan perundangundangan. c. Pengelolaan keuangan desa

berdasarkan asas partisipatif 59 Asas Partisipatif diartikan bahwa penyelenggaraan

pemerintahan desa yang mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.

Terkait asas partisipatif, Ibu Linda Amelia selaku Kaur Umum, memberikan keterangan

bahwa: “kalau persoalan partisipan, dari unsur pemuda, dari unsur masyarakat banyak yang

ikut serta membangun desa agar lebih maju. Cuman untuk persoalan keuangan desa, yah

mereka tentu hanya memberikan dukungan dalam beberapa rencana kegiatan untuk desa

yang akan menggunakan anggaran, selebihnya kami di pemerintah desa yang menjalankan,

partisipasinya itu dalam Musrenbang”. Dari kutipan tersebut, pengelolaan keuangan desa di

Desa Tonasa sesuai dengan asas partisipatif dimana asas ini menyatakan bahwa setiap

tindakan dilakukan dengan mengikutsertakan keterlibatan masyarakat baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.

Dalam Pengelolaan keuangan desa dari tahap perencanaan sampai pertanggungjawaban

wajib melibatkan masyarakat para pemangku kepentingan didesa serta masyarakat luas.

Utamanya, kelompok marjinal sebagai penerima manfaat dari kegiatan pembangunan desa.

d. Pengelolaan keuangan desa berdasarkan asas tertib dan disiplin anggaran Asas tertib dan

disiplin anggaran memberikan arti bahwa pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada

aturan atau pedoman yang melandasinya. Terkait asas tertib dan disiplin anggaran, Bapak

Amrullah, S.E. selaku Sekertaris Desa Tonasa, memberikan keterangan bahwa: “Kami

mengelola keuangan desa sesuai regulasi yang ada, yaitu berdasarkan permendagri No. 20

tahun 2018, dan yang pastinya sesuai dengan apa yang ada dalam aplikasi Siskeudes itu

sendiri”. 60 Dari kutipan tersebut, pengelolaan keuangan desa di Desa Tonasa sesuai dengan

asas tertib dan disiplin anggaran, dimana Tertib dan disiplin anggaran diartikan bahwa

42
anggaran itu harus dilaksanakan secara konsisten dengan pencatatan atas penggunaannya

sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan di desa. Hal ini dimaksudkan bahwa pengelolaan

keuangan desa harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu

dengan mengelola keuangan desa sesuai Permendagri No. 20 Tahun 2018. Dengan

demikian, pengelolaan keuangan desa di Desa Tonasa sesuai dengan asas pegelolaan

keuangan desa dalam Permendagri No. 20 Tahun 2018. Selain itu, pengelolaan keuangan

desa di Desa Tonasa di lakukan dengan tahapan pengelolaan keuanagan desa mulai

perencanaan sampai dengan pertanggungjawaban berdasarkan Permendagri No. 20 Tahun

2018. Terkait tahapan pengelolaan keuangan tersebut, Bapak Amrullah, S.E memberikan

keterangan bahwa: “Singkatnya, Alur perencanaan kami di sini, berawal dari RPJM Desa

yang periodenya selama 6 Tahun, kemudian berlanjut ke RKP Desa yang periodenya setiap

Tahun dibuat, nah itu yang menjadi dasar untuk masuk ke APBDesa. Kemudian, setelah

APBDesa sudah jadi untuk tahun berjalan, Kaur keuangan menginput masuk ke

penganggaran. Selanjutnya, dana sudah ada dalam rekening desa dan kaur keuangan

mengajukan SPP ke kepala desa, kemudian mulai melakukan penatausahaan berdasarkan

SPP yang dibuat. Terakhir tahap pelaporan, dalam pelaporannya menggunakan triwulan

pertiga bulan khusus Laporan realisasi kegiatan, sedangkan laporan APBDesa menggunakan

semester pertama yaitu 30 Juni tahun berjalan dan semester akhir yaitu 31 Desember”. Dari

kutipan tersebut, tahapan pengelolaan keuangan desa berdasarkan Permendagri No. 20

Tahun 2018 sangat dipahami dengan baik oleh bapak sekertaris desa di Desa Tonasa. Hal itu

dapat di simpulkan bahwa pengelolaan keuangan desa 61 di Desa Tonasa di lakukan sesuai

dengan regulasi yang ada, karena dalam penerapannya pemerintah desa sangat memahami

apa yang tertuang dalam Permendagri N0. 20 Tahun 2018 tersebut. Selanjutnya, dalam

pengelolaannya pemerintah desa Tonasa menggunakan aplikasi Siskeudes, dimana aplikasi

43
ini merupakan aplikasi yang diluncurkan khusus untuk pengelolaan keuangan di Desa dan

tentu menjadi aplikasi yang wajib di operasikan di seluruh tingkatan pemerintah desa di

Indonesia. Sehingga, adanya aplikasi ini tentu menjadi sesuatu yang sulit untuk diterima

oleh sebagian pemerintah desa, apalagi yang memiliki SDM yang kurang, baik dari segi

kuantitas maupun kualitasnya. Namun berbeda dengan pemerintah desa di Desa Tonasa,

aplikasi Siskeudes ini diterima dan diaplikasikan sejak tahun 2016. Penerimaan aplikasi

siskeudes di Desa Tonasa di tinjau dari perspektif TAM (Technology Acceptance Model).

Sebuah teori yang menjelaskan bagaimana pengguna mau menerima dan menggunakan

teknologi yang dapat di lihat dalam dua persepsi yaitu Perceived Usefulness (persepsi

kegunaan) dan Perceived Ease Of Use (persepsi kemudahan penggunaan). a. Perceived

Usefulness (persepsi kegunaan) Diluncurkannya aplikasi siskeudes pada tahun 2015 menjadi

kewajiban bagi pemerintah desa untuk bisa mengelola keuangannya dengan menggunakan

aplikasi Siskeudes. Hal itu menjadi sesauatu yang tidak mudah bagi sebagian pemerintah

desa untuk menerimanya. Tetapi di Desa Tonasa, dapat dilihat bagaimana 62 pemerintah

desa menerima aplikasi tersebut. Dengan menggunakan persepsi kegunaan, bisa

menunjukan keyakinan pemakai pada kontribusi sistem informasi terhadap kinerja pemakai.

Perceived usefulness (persepsi kegunaan) melihat sejauh mana seseorang meyakini bahwa

penggunaan sistem informasi tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Karena kegunaan

persepsian merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika

seseorang merasa percaya bahwa sistem berguna maka dia akan menggunakannya.

Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia

tidak akan menggunakannya. Terkait konsep persepsi kegunaan dalam penerimaan aplikasi

Siskeudes, Bapak Amrullah, S.E. selaku pengelola aplikasi Siskeudes di pemerintah Desa

Tonasa memberikan keterangan bahwa: “Aplikasi siskeudes ini, mulai di terapkan sejak

44
tahun 2016 di sini dan aplikasi siskeudes sangat bagus, karena alurnya teratur mulai dari

perencanaan, penganggaran, penatausahaan sampai dengan pelaporan. Selain itu, hadirnya

aplikasi tersebut mampu meminimalisir kesalahankesalahan yang ada”. Dari kutipan

tersebut, menunjukkan bahwa kegunaan yang dirasakan oleh responden yaitu dapat

memberikan jaminan atas kecepatan dan kemudahan dalam melakukan pelaporan

keuangan. Pengelola aplikasi atau User dari aplikasi siskeudes di Desa Tonasa, merasa

terbantu dengan hadirnya aplikasi Siskeudes dalam mengelola keuangan desa. Oleh karena

itu, aplikasi Siskeudes di Desa Tonasa di terima karena mereka percaya bahwa aplikasi

siskeudes ini berguna. 63 b. Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan) Davis

et al. (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan persepsian sebagai tingkat keyakinan

seseorang bahwa dalam menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha yang keras.

Meskipun usaha menurut setiap orang bebedabeda tetapi pada umumnya untuk

menghindari penolakan dari pengguna sistem atas sistem yang dikembangkan, maka sistem

harus mudah diaplikasikan oleh pengguna tanpa mengeluarkan usaha yang dianggap

memberatkan. Terkait persepsi kemudahan penggunaan dalam aplikasi Siskeudes, bapak

Amrullah, S.E memberikan keterangan bahwa: “Menurut saya pribadi, aplikasi ini

memberikan kemudahan dalam penggunaannya. Mungkin di awal adanya aplikasi ini,

memang sedikit ribet, tetapi karena sudah terbiasa, jadi aplikasi ini menjadi lebih mudah,

dan sangat membantu kami di pemerintah desa dalam pelaporan keuangan desa”

Berdasarkan kutipan tersebut, responden selaku pengguna aplikasi siskeudes sangat

meyakini bahwa penggunaan aplikasi siskeudes itu mudah dan tidak memerlukan usaha

keras dari pemakainya untuk bisa menggunakannya. Sehingga dalam persepsi kemudahan

penggunaan apliaksi siskeudes tersebut memberikan kejelasan tujuan penggunaan sistem

dan kemudahan penggunaan sistem untuk tujuan sesuai dengan keinginan pemakai. Oleh

45
karena itu, penerimaan aplikasi ini khususnya di Pemerintah desa Tonasa dianggap sebagai

sebuah system yang mudah digunakan. Sebagaimana bapak Amrullah, S.E memberikan

keterangan bahwa: “Aplikasi Siskeudes ini, secara pribadi sangat memberikan kemudahan

dalam tata kelola keuangan desa karena dilengkapi petunjuk pelaksanaan implementasi dan

manual aplikasi. Juga, disajikan pengelolaan keuangan desa secara sederhana sehingga

memberikan kemudahan kepada pengguna dalam mengoperasikan aplikasi Siskeudes”. 64

Berdasarkan kutipan tersbut, sangat jelas bahwa aplikasi siskeudes membantu pemerintah

desa dalam mengelola keuangannya sesuai dengan regulasi yang berlaku. Sebagaimana di

jelaskan secara detail oleh Bapak Amrullah, S. E. sambil menampilkan aplikasi siskeudes

tersebut, menyatakan bahwa: “Jadi begini, kita login menggunakan akun desa, kemudian

proses penginputannya dilakukan sekali sesuai dengan transaksi yang ada, nah di sini

terdapat menu perencanaan, menu penganggaran, menu penatausahaan, dan menu

pelaporan yang kemudian, aplikasi ini menghasilkan beberapa output, yaitu Dokumen

Penatausahaan, Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Bukti Penerimaan, Surat Setoran Pajak

(SSP), buku pajak, Laporan Penganggaran (Perdes APB Desa, RAB, APB Desa per sumber

dana), Laporan Penatausahaan, Buku Kas Umum, Buku Bank, dan Buku Pembantu”.

Berdasarkan kutipan tersebut, penerapan aplikasi Siskeudes memberi kemudahan dalam

penggunaan aplikasi, karena pada dasarnya pengelola aplikasi di desa Tonasa memang

sudah dibekali ilmu dasar akuntansi. Selain itu pula, pengoprasian aplikasi ini juga dibekali

melalui pelatihan. Pendidikan dan pelatihan sangat perlu diikuti oleh pengguna aplikasi.

karena Pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan pemahaman pengguna mengenai

manfaat yang diberikan atas penggunaan aplikasi dan memudahkan dalam penggunaannya.

Hal tersebut dapat dicapai melalui pendidikan dan pelatihan yang tepat. Terkait pentingnya

pendidikan dan pelatihan dalam penerapan aplikasi siskeudes, bapak Amrullah, S.E

46
memberikan keterangan bahwa: “Pendidikan dan pelatihan untuk aparat desa memang

sangat dibutuhkan agar seluruh aparatur desa bisa lebih terampil dalam menggunakan

sistem yang ada” Penerapan aplikasi siskeudes memang memberikan banyak hal yang

berbeda dari sistem manual sehingga pelatihan sangat penting untuk lebih 65 memahami

aplikasi tersebut. Sebagaimana penjelasan bapak Amrullah, S.E, menyatakan bahwa: “Iya,

ada pelatihan dan sosialisasi yang di ikuti, karena ini aplikasi setiap tahun di update atau ada

fitur-fitur terbaru dan untuk tahun ini kami menerapkan aplikasi versi terbarunya, jadi

pelatihan itu sangat penting agar kita tidak ketinggalan dengan update terbarunya”. Hal itu

di perkuat oleh Ibu ikawati Amd. Ak, selaku Kaur keuangan juga memberikan keterangan

bahwa: “Aplikasi siskeudes ini memang lebih tersistem, jadi pendidikan dan pelatihan akan

memberikan keuntungan bagi kami dalam pelaporan keuangan pada khususnya, dan dalam

menjalankan pengelolaan keuangan desa pada umumnya”. Berdasarkan semua keterangan

para responden, Penerimaan aplikasi siskeudes di pemerintah desa Tonasa dipertimbangkan

sesuai dengan faktor perceived usefulness dan perceived ease of use dari pemakai terhadap

aplikasi tersebut. .Oleh karena itu, Teori TAM menjelaskan bagaimana sikap individu untuk

menerima dan menggunakan teknologi. Jika di sesuaikan dengan tahapan pengelolaan

keuangan desa menurut Pemendagri No. 20 Tahun 2018, aplikasi siskeudes ini sebagai

pengawasan terhadap pengelolaan keuangan desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan dan perttanggungjawaban keuangan desa. Sebagaimana modul

atau menu yang tersedia dalam melakukan tahapan pengelolaan keuangan desa melalui

aplikasi Siskeudes yaitu dalam menu data entri terdapat empat modul yaitu, perencanaan,

penganggaran, penatausahaan dan pembukuan. Berikut ini alur pengelolaan keuangan desa

dalam aplikasi siskeudes: 66 Gambar 4.2 Alur Perencanaan Dalam Aplikasi Siskeudes

Membuka Data Entri Memilih Menu Perencanaan Mengisi Submenu Pada Perencanaan

47
Mengisi data umum desa Mengisi visimisi desa Mengisi RPJM desa Menyimpan data dalam

Database 67 Gambar 4.3 Alur penganggaran Dalam Aplikasi Siskeudes Membuka Data Entri

Memilih submenu penganggaran Mengisi submenu isian data Mengisi submenu isian

peraturan APBDes Anggaran kas desa Perdes Perk des Ptj. APBDes Menyimpan data dalam

database 1. Mengisi bagian kegiatan 2. Mengisi bagian pendapatan 3. Mengisi bagian

belanja 4. Mengisi bagian pembiayaan 1 dan 2 68 Gambar 4.4 Alur Penatausahaan Dalam

Aplikasi Siskeudes Untuk tahap pelaporan, tersedia lima macam laporan yang ada dalam

aplikasi yaitu laporan parameter keuangan desa, laporan perencanaan, laporan

penganggaran, laporan penatausahaan dan laporan pembukuan. Membuka data entri

Memilih menu penatausahaan Penerimaan desa Penyetoran pajak Mutasi kas 1.

Penerimaan Tunai 2. Penerimaan Bank 3. Penyetoran Spp Kegiatan Spp Definitif Spp

Pembiayaan Pengambilan Penyetoran Pend. bunga B.Adm . bank Menyimpan data dalam

database Spp Panjar Pelaporan 69 2. Peran aplikasi Siskeudes dalam pengembangan Sistem

Informasi Akuntansi di Desa Tonasa. Pengembangan sistem informasi akuntansi dapat

dilihat dari penggunaan aplikasi siskeudes yang bisa menghasilkan informasi laporan

keuangan desa yang berkualitas, di tinjau dari kualitas sistem dan kualitas informasi dari

aplikasi tersebut. a. Kualitas sistem Kualitas sistem merupakan suatu ukuran terhadap

sistem informasi itu sendiri dan terfokus pada interaksi antara pengguna dan sistem. Dalam

penelitian ini, pengukuran kualitas sistem berfokus pada teori menurut DeLone and McLean

(2003) yang menyatakan bahwa untuk dapat mengukur seberapa besar kualitas sistem telah

meningkat, diperlukan indikator. Karena kualitas sistem adalah variabel tersembunyi yang

tidak dapat dikuantifikasi secara langsung, indikator diperlukan.. Indikator kualitas sistem

yang dapat diukur melalui beberapa indikator menurut DeLone dan McLean (2003), sebagai

berikut: a) Ease of use (Kemudahan Penggunaan) artinya suatu sistem informasi dikatakan

48
berkualitas jika sistem tersebut dirancang untuk memenuhi kepuasan pengguna melalui

kemudahan dalam menggunakannya. Sebagaimana pernyataan bapak Amrullah, S.E,

menyatakan bahwa: “Aplikasi Siskeudes ini, secara pribadi sangat memberikan kemudahan

dalam tata kelola keuangan desa karena dilengkapi petunjuk pelaksanaan implementasi dan

manual aplikasi. Juga, disajikan pengelolaan keuangan desa secara sederhana, jadi aplikasi

ini memberikan kemudahan kepada pengguna dalam mengoperasikannya”. 70 b) Response

Time (Kecepatan Akses), artinya lama waktu yang dibutuhkan setelah user mengawali

aktivitas input sampai sistem dapat menampilkan hasil respon. Pernyataan dari Bapak

Amrullah, S.E, bahwa: “Waktu yang dibutuhkan tidak sampai berjam-jam, semua tergantung

pada jaringan. Kalau jaringan lancar, respon aplikasi juga cepat. Dan juga tergantung pada

pemahaman pengguna dalam pengoperasian aplikasi”. c) Reliability (Keandalan Sistem),

artinya ketahanan sistem dari kerusakan dan kesalahan. Sebagaimana pernyataan bapak

Amrullah, S.E, bahwa: “Kalau soal keandalan sistemnya, menurut saya selama lima tahun

kami menggunakan aplikasi ini, tidak pernah ada kerusakan atau kendala pada sistemnya,

yang ada error karena faktor jaringan, namanya di kampung kan jaringan tidak selancar di

kota” d) Flexibility (fleksibilitas), artinya kemampuan sistem informasi dalam melakukan

perubahan-perubahan kaitannya dengan memenuhi kebutuhan pengguna. Sebagaimana

pernyataan oelah Bapak Amrullah, S.E., bahwa: “Iya fleksibel, karena aplikasi ini kan di

update setiap tahun, jadi fitur-fiturnya juga terbaru dan mau tidak mau kami di pemerintah

desa harus bisa merespon adanya perubahan tersebut”. e) Security (keamanan), artinya

Keamanan sistem melalui data pengguna yang aman disimpan oleh suatu sistem. Terkait hal

tersebut Bapak Amrullah, S.E., memberikan keterangan bahwa: “Saya rasa perihal data desa

yang ada dalam aplikasi ini, aman. Karena untuk login ke aplikasi ini, hanya kami di

pemerintah desa yang bisa karena hanya kami yang tahu passwordnya. Apalagi aplikasi ini

49
kan langsung dari BPKP, jadi yah mudah-mudahan aman”. Berdasarkan beberapa kutipan

responden, peran aplikasi siskeudes di pemerintah desa Tonasa di lihat dari sisi kualitas

sistemnya, aplikasi tersebut memiliki interaksi yang sangat kuat dengan pengguna sistem

informasi akuntansi, 71 dimana aplikasi tersebut sebagai instrumen yang digunakan untuk

menghasilkan informasi akuntansi di desa. b. Kualitas informasi Dalam penelitian ini,

pengukuran kualitas informasi berfokus pada teori menurut DeLone dan McLean (2003)

yang menyatakan bahwa kualitas informasi diukur melalui empat indikator, yaitu: 1. Relevan

(relevancy) Artinya informasi harus memberikan manfaat bagi pengguna. Sebagaimana di

katakan oleh pengelola aplikasi siskeudes di desa Tonasa terkait persepsi kegunaan dalam

aplikasi tersebut, bahwa aplikasi siskeudes sangat bermanfaat karena pengelolaan keuangan

desa menjadi tertata. Artinya, informasi yang akan dihasilkan bisa memberikan manfaat.

Karena informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses

pengambilan keputusan. Relevansi didefinisikan sebagai kemampuan informasi untuk

memengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi

kejadian di masa lalu, sekarang, atau di masa depan, serta memverifikasi atau memperbaiki

temuan evaluasi sebelumnya. Informasi memiliki fungsi dalam peramalan (prediktif) dan

konfirmasi (konfirmasi) dalam peramalan. Pengguna dapat memanfaatkan informasi tentang

struktur dan ukuran aset yang dimiliki untuk memperkirakan potensi perusahaan untuk

mengambil keuntungan dari peluang dan menanggapi peristiwa buruk misalnya. 72 Data

yang sama juga dapat digunakan untuk memberikan konfirmasi (fungsi konfirmasi) untuk

perkiraan sebelumnya, seperti bagaimana struktur keuangan desa akan diatur. Informasi

tentang keuangan dan kinerja historis sering digunakan sebagai dasar untuk

memproyeksikan kondisi keuangan dan kinerja masa depan, serta faktor-faktor lain yang

segera menarik perhatian pengguna, seperti pembayaran upah, kapasitas desa untuk

50
menyelesaikan tanggung jawab mereka ketika mereka dewasa. Informasi tidak harus dalam

bentuk perkiraan eksplisit untuk memiliki nilai prediksi. Munculnya informasi tentang

transaksi dan kejadian historis, di sisi lain, dapat meningkatkan kapasitas laporan keuangan

untuk membuat perkiraan. 2. Akurat (accuracy) Artinya Informasi harus bebas dari

ketidakakuratan dan harus dipahami dengan benar. Ketidakakuratan dapat berkembang

ketika sumber informasi dirugikan atau diubah secara sengaja, menyebabkan data asli rusak

atau berubah. Sebagaimana dalam kutipan bapak Amrullah, S.E terkait persepsi kegunaan,

beliau mengatakan bahwa adanya aplikasi siskeudes ini bisa meminimalisir kesalahan-

kesalahan yang ada. Artinya informasi yang dihasilkan dari aplikasi ini tidak bebas dari

kesalahan tetapi bisa di minimalisir. Karena salah satu kualitas informasi paling signifikan

yang terkandung dalam laporan keuangan adalah kemampuan pengguna untuk

memahaminya segera. Pengguna dianggap memiliki pemahaman yang cukup tentang

ekonomi dan 73 bisnis, serta kesediaan untuk mempelajari informasi dengan keuletan yang

dapat diterima, untuk tujuan ini. 3. Tepat waktu (timeliness) Artinya informasi yang

disediakan atau yang diperlukan tidak boleh ditunda. Informasi yang terlambat bernilai

rendah, karenanya menggunakannya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan akan

menghasilkan kesimpulan dan tindakan yang membawa bencana.. Sebagaimana Ibu Ika

Sulastri, A.Md. Ak., memberikan keterangan bahwa: “Kami di pemerintah desa, memang

harus mengikuti seluruh alur dalam aplikasi seskeudes. Termasuk memasukkan laporan

kedalam menu yang tersedia, karena terlambatnya pelaporan akan berpengaruh pada

pencairan Dana Desa”. 4. Dapat dipercaya (Reliability) Artinya Informasi yang disajikan

dalam suatu sistem informasi harus dapat dipercaya kebenarannya sehingga dapat

digunakan secara langsung oleh pengguna. Berikut pernyataan Kaur Keungan desa Tonasa,

Ibu Ika Sulastri, A.Md. Ak., bahwa: “Informasi yang disajikan tentu bisa di percaya, karena

51
aplikasi ini membarikan laporan yang akurat. Jika ada kecurangan, maka akan terlihat

nantinya. Kan dana desa yang diberikan itu sudah jelas tertera digunakan untuk apa, tersisa

berapa, jadi susah untuk melakukan kecurangan". Informasi memiliki kualitas andal jika

bebas dari pengertian yang menyesatkan, material, dan dapat diandalkan pemakaiannya

sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara

wajar diharapkan dapat disajikan. Sebagaimana penjelasan Ibu Ika sulastri, A.Md. Ak., 74

terkait penyajian laporan keuangan yang harus memenuhi asas kejujuran, menyatakan

bahwa: “Informasi harus di sajikan dengan jujur mulai dari transaksi serta peristiwa lainnya.

Misalnya, Laporan Kekayaan Milik Desa harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta

peristiwa lainnya dalam bentuk aset dan kewajiban pada tanggal pelaporan yang memenuhi

kriteria pengakuan. Dan semua itu ada dalam aplikasi Siskeudes” Berdasarkan kutipan

tersebut, aplikasi siskeudes di pemerintah desa Tonasa menyajikan dengan jujur transaksi

serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, karena peristiwa tersebut perlu dicatat dan

disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.

Sebagaimana dalam Firman Allah SWT QS. Asy-syuara/26:181-182 sebagai berikut: ُ‫مْ خِ ِس ريَ ن‬

)182( ‫(ْ ِ قْ سَ ط\\اِ س الْ ِ الَ وِ زُن وا ب‬181( ‫ َْ ْك يَ لَ ََول َت ُ كوُن واِ مَ ن الْ ْ وُف وا الَ ُ مْ سَِتقِيم أ‬Terjemahannya:

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang merugikan; dan

timbanglah dengan timbangan yang lurus. (Departemen Agama RI, 2004). Ayat tersebut

menjadi suatu landasan tentang pengukuran dalam keuangan desa yang harus di ukur sesuai

dengan yang sebenar-benarnya kemudian di input dalam aplikasi Siskeudes. Karena dalam

informasi keuangan harus memenuhi kriteria netralitas. Ketika netralitas informasi harus

disesuaikan dengan persyaratan dan keinginan pihak-pihak tertentu. Tidak boleh ada upaya

untuk menyampaikan materi dengan cara yang menguntungkan pihak-pihak tertentu sambil

merugikan orang lain dengan kepentingan yang berlawanan. Selain itu, pertimbangan untuk

52
menghasilkan laporan keuangan yang sehat Ada beberapa contoh ketika peristiwa dan

kondisi tidak diketahui, seperti akun 75 miring dan estimasi masa pakai peralatan yang

dapat digunakan. Esensi dan jumlah ketidakpastian diungkapkan, dan perawatan sehat

digunakan dalam pembuatan laporan keuangan. Terkait hal tersebut, bapak Amrullah, S.E.,

memberikan keterangan bahwa

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dijabarkan pada bab sebelumnya, maka dalam penelitian skripsi ini dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut: 1. Pengelolaan keuangan desa di desa Tonasa di jalankan sesuai dengan

asas pengelolaan keuangan desa yang terdiri dari asas transparan, asas akuntabel, asas

partisipatif, asas tertib dan disiplin anggaran berdasarkan Permendagri No. 20 Tahun 2018.

a. Asas transparan di Desa Tonasa, dapat dilihat dari adanya papan informasi dan spanduk di

depan kantor desa Tonasa yang berisi informasi APBDesa, dari rencana anggaran sampai

realisasi anggaran. b. Asas akuntabel di Desa Tonasa , dapat dilihat dari penyusunan laporan

keuangan desa yang tertuang dalam aplikasi siskeudes, sebagai bentuk pertanggungjawaban

pemerintah desa dalam mengelola keuangan desa. c. Asas partisipatif di Desa Tonasa, dapat

dilihat dari kegiatan musrenbang yang menghadirkan beberapa tokoh masyarakat, untuk

ikut serta dalam pengelolaan keuangan desa. 81 d. Asas tertib dan disiplin anggaran di Desa

53
Tonasa, dapat dilihat dari pengelolaan keuangan desanya sesuai dengan regulasi yang ada,

dan sesuai dengan apa yang ada dalam aplikasi Siskeudes. 2. Penerimaan aplikasi siskeudes

di desa Tonasa, di tinjau dari dua persepsi yaitu persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan

penggunaan. Kedua persepsi ini merupakan bagian pengukuran dari teori TAM, berikut

penjelasannya: a. Ditinjau dari persepsi kegunaan, bagi Pemerintah Desa Tonasa hadirnya

aplikasi Siskeudes dapat memberikan jaminan atas kecepatan dan kemudahan dalam

melakukan pelaporan keuangan. Oleh karena itu, aplikasi Siskeudes di Desa Tonasa di terima

karena mereka percaya bahwa aplikasi siskeudes ini sangat berguna. b. Ditinjau dari

persepsi kemudahan penggunaan, bagi pemerintah Desa Tonasa, aplikasi siskeudes

memberikan kemudahan dalam tata kelola keuangan desa karena dilengkapi petunjuk

pelaksanaan implementasi dan manual aplikasi. Juga, disajikan pengelolaan keuangan desa

secara sederhana sehingga memberikan kemudahan kepada pengguna dalam

mengoperasikannya. 3. Peran aplikasi siskeudes dalam pengembangan Sistem Informasi

akuntansi di desa Tonasa dapat dilihat dari dua konsep yaitu kualitas sistem dan kualitas

informasi. a. Peran aplikasi siskeudes di pemerintah desa Tonasa di lihat dari sisi kualitas

sistemnya, aplikasi tersebut memiliki interaksi yang sangat 82 kuat dengan pengguna sistem

informasi akuntansi, dimana aplikasi siskeudes memberikan kemudahan, kecepatan respon,

keandalan sistem, fleksibilitas, dan keamanan data. b. Peran aplikasi siskeudes di

pemerintah desa Tonasa ditinjau dari kualitas informasinya, sudah memenuhi target

pengembangan sistem informasi akuntansi di desa. Dimana, terjadi proses mengolah data

akuntansi yang berasal dari berbagai sumber menjadi informasi akuntansi yang diperlukan

oleh berbagai macam pemakai untuk mengambil keputusan, hal itu terlihat dari informasi

akuntansinya yang relevan, akurat, tepat waktu, dan dapat dipercaya. B. Keterbatasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut beberapa keterbatasan yang di temui

54
peneliti yaitu aksebilitas yang kurang terhadap dokumen-dokumen keuangan karena kantor

desa sedang berada dalam masa pembangunan, sehingga beberapa dokumen di arsipkan

dan di simpan di tempat yang berbeda. C. Saran Peneliti memahami bahwa temuan

penelitian memiliki banyak kekurangan, tetapi peneliti berusaha menawarkan beberapa ide,

seperti menyediakan operator Sisseudes untuk mengawasi penggunaan aplikasi Siskeudes di

Desa Tonasa. Sehingga sekretaris desa tidak harus merangkap jabatan sebagai operator

Siskeudes, dan Kaur Financial juga harus sangat dapat diandalkan dan memahami 83

manajemen keuangan desa dengan memanfaatkan aplikasi Siskeudes, sehingga aplikasi

Siskeudes tidak hanya digunakan oleh sekretaris desa . Kaur Finance, di sisi lain,

bertanggung jawab atas semua administrasi keuangan. Ini berupaya meningkatkan

efektivitas pemerintah desa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya

55
DAFTAR PUSTAKA

Barthol Kath M. Dan Martin David (2015:12/30) SSN 2303-1174 A.D. Sabijono., HR.

Vokas., N,S. Budiarso Analisis Perlakuan Akuntansi Penerimaan

Pajak Restoran Di Kota Manado Analysis Of Accounting

Treatment Of Restaurant Tax Revenues In Manado City Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Slam

Ratulangi, Manado Jurnal EMBA

Cara M.Bonita And Antonio Cordela World Bank. Penerapan E-Government Dalam

Pelayanan Publik Di Kabupaten Sidoarjo Oleh: Sabino Mariano

Magister Kebijakan Publik Universitas Airlangga Surabaya

George R Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, I(Jakarta: Bumi Aksara, 2012),

Gitman (2012:4), Sundjaja Dan Barlian (2002:3/4) Malayu SP Hasibuan, Op.Cit,Winda

Sari, “Penerapan Fungsi Manajemen Dalam Pengelolaan

Perpustakaan” Jurnal Lmu Informasi Kepustakaan Dan Kearsipan”

Handoko T.Hani A.F. Tune James R (1982:8), Jurnal Akuntansi Dan Pajak Vol. 20 No.

2, Januari 2020 Table Of Contents

Jonathan Sarwono (2006) Metode Kuantitatif Dan Kualitatif

Kementerian Dalam Negeri, Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (Bpkp)

Manual Operasi Aplikasi Siskeudes 2.0 (2018), PERMENDAGRI

NO.20 (2018) Petunjuk Pengoperasian Aplikasi Sistem Keuangan

56
Desa (Siskeudes 2.0), UNDANG-UNDANG REPUBLIK

NDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

Mardiasmo (2002:10/5), Bastian (2015:24), Pengelolaan Keuangan Desa Berbasis

Aplikasi Siskeudes Dalam Perspektif TAM (2021), Azas Dan

Prinsip Pengelolaan Keuangan

Martini Rita, Agustin Resy, Fairuzdita Imira, Murinda Noval Anggun (2019), Mal Et

Tangkaroro (2017), Analisis Pengelolaan Keuangan Rural

Infrastructure Support Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (Ris–Pnpm) Di Organisasi Masyarakat Setempat

(Oms) Kecamatan Tuah Negeri Kabupaten Musi Rawas Yunita

Hasrina.

Menurut Muhammad Idrus (2009) Subjek Penelitian

Miles Dan Huberman, (1994: 12) Teknik Analisis Data

Morenly Marchel,Rosalina A.M. Koleangan,George M.V. Kawung (2018) Perbandingan

Sebelum Dan Sesudah Menggunakan Aplikasi SISKEUDES

Dalam Pengelolaan Desa Dan Dampaknya Dalam Pembangunan

Desa

Mukhtar (2013: 10) Definisi Kualitatif Deskriptif

57
Nugroho (2003:11/9), Hariyanto (2012:12/22) Jurnal Ilmu Administrasi Dan Kebijakan

Publik Implementasi Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah

Provinsi Jawa Tengah Maryono, Y. Warella, Kismartini(JIAKP,

Vol. 4, No. 7 Januari 2007)

Sugiyono (2013:) Jenis Data

Sukarna, (2011:3 KESIAPAN APARATUR DESA DALAM PENGELOLAAN DANA

DESA Sumber : Hariyati, Lintang Venusita, Dian Arianti Agustin

Terry George R. (2011:3) Dalam Buku Principles Of Management

W.J.S. Poerwadarminta (1996) Kamus Besar Bahasa Indonesia

Internet :

SPBE,EGD.Diakses Dari Https://Www.Kominfo.Go.Id/Content/Detail/30024/Hasil-

Survei-Pbb-E-Government-Indonesia-Naik-Peringkat/0/Artikel

58
59
LAMPIRAN
60

Anda mungkin juga menyukai