Anda di halaman 1dari 75

i

LAPORAN PENELITIAN
TENTANG

PENGARUH KINERJA KADER DAN PENGAWASAN TERHADAP


EFEKTIVITAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING DI
DESA SARIREJO KECAMATAN BOGOREJO KABUPATEN BLORA

oleh Kelompok : F

Nama :

1. Aditya Wahyu Pratama NPM : (201003632011120)


2. Dwi Aji Prabowo NPM : (201003632011070)
3. Ike Nurul Aini NPM : (201003632011106)
4. Susan Yuda Pamungkas NPM : (201003632011110)

Dosen Pembimbing :
Drs. SUGIYANTO, M.Si

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS 1945 SEMARANG
2022/2023
ii

DAFTAR ISI

Halaman

A. BAGIAN AWAL

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

ABSTRAKSI................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN

B. BAGIAN ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 11

B. Ruang Lingkup Masalah ...................................................7

C. Perumusan Masalah7.......................................................... 87

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................8

E. Kerangka Teori................................................................... 9

F. Perumusan Hipotesis.......................................................... 9

G. Definisi Konseptual............................................................ 9

H. Definisi Operasional........................................................... 9

I. Metode Penelitian............................................................... 997


iii

J. Sistematika Penyusunan Hasil Penelitian........................... 9

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Sarirejo.........................................1


11909

B. Gambaran Umum Kelembagaan........................................ 4034

C. Gambaran Umum Responden............................................ 463

BAB III ANALISA DATA

A. Variabel (X1)...................................................................... 4338

B. Variabel (X2)...................................................................... 4639

C. Variabel (Y)........................................................................ 4841

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

A. Analisa Data ......................................................................

B. Pengujian Hipotesis............................................................ 60

C. Uji Regresi.......................................................................... 63 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................... 72 66

B. Saran................................................................................... 7468

C. BAGIAN AKHIR

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel IV. 1 ............................................................................................. 52

Tabel IV. 2 .............................................................................................

Tabel IV. 3 .............................................................................................53

Tabel IV. 4 ............................................................................................. 54


v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 ............................................................................................. 37

Gambar IV.1 ............................................................................................. 37


BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pemanfaatan Dana Desa untuk penanganan stunting dapat dimulai dari

pemetaan sasaran secara partisipatif terhadap warga desa yang terindikasi

perlu mendapat perhatian dalam penanganan stunting oleh kader

pemberdayaan di desa. Selanjutnya lewat Rembuk Stunting Desa, seluruh

pemangku kepentingan di desa merumuskan langkah yang diperlukan dalam

upaya penanganan stunting termasuk bekerja sama dengan dinas layanan

terkait. Dukungan Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi dalam upaya

penurunan stunting antara lain melalui pengaktifan kegiatan-kegiatan yang

bisa dilakukan oleh unsur desa. Beberapa kegiatan tersebut seperti

pembangunan/rehabilitasi poskesdes, polindes dan Posyandu, penyediaan

makanan sehat untuk peningkatan gizi balita dan anak, perawatan kesehatan

untuk ibu hamil dan menyusui. Kemudian ada kegiatan pembangunan sanitasi

dan air bersih, lantas melalui pengadaan insentif untuk kader kesehatan

masyarakat, pembangunan rumah singgah, pengelolaan Balai Pengobatan

Desa, pengadaan kebutuhan medis (makanan, obat-obatan, vitamin, dan lain-

lain), sosialisasi dan edukasi gerakan hidup bersih dan sehat, serta melalui

1
2

pengadaan ambulans desa yang bisa berupa mobil atau kapal motor di desa

yang memiliki kawasan perairan.

Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering)

akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari

kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak

terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai1.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022,

angka stunting turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun 2022.

Namun angka ini masih di atas toleransi dari WHO untuk Stunting yakni

20%.

Stuntingmerupakan salah satu permasalahan yang sudah menjadi

perhatian oleh Pemerintah Kabupaten Blora sesuai denganPeraturan Bupati

No 13 Tahun 2022 tentang Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten

Blora. Peraturan tersebut dibentuk dalam rangka mewujudkan sumber daya

manusia yang sehat, cerdas, dan produktif, serta pencapaian tujuan

pembangunan berkelanjutan dengan dilakukan percepatan penurunan

stunting. Prevalensi stunting di Kabupaten Blora masih cukup tinggi sehingga

1
Lidia Lushinta and Timur Veny Agustina Paluttu Poltekkes Kemenkes, ‘Persepsi Kualitas
Pelayanan Posyandu Dengan Kunjungan Ibu Balita Pada Masa Pandemi Covid-19’, Mahakam
Midwifery Journal, 7.1 (2022), 9–19.
3

diperlukan percepatan penurunan stunting secara holistik, integratif, dan

berkualitas melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi antara Perangkat

Daerah, pemerintah desa dan pemangku kepentingan.Pemerintah berharap

dengan adannya Peraturan Bupati ini ini banyak kasus stunting diwilayah

Blora dapat cepat menurun setiap tahunnya.

Masalah stunting merupakan masalah yang serius di Indonesia karena

prevalensi stunting anak balita di Indonesia masih terbilang tinggi. Hampir di

setiap wilayah Kabupaten Blora terdapat kasus stunting, salah satunya di

Desa Sarirejo yang terletak di Kecamatan Bogorejo, Kabupaten

Blora.Berdasarkan data premier yang diperoleh peneliti saat pra-survei,

prevalensi stunting di Desa Sarirejo mencapai 24% per bulan Februari

2023.Pemerintah telah berkomitmen untuk melakukan percepatan penurunan

stunting dan ini tercermin dalam Peraturan Bupati No 13 Tahun 2022Pasal 8

ayat 1 yaitu dalam rangka pencapaian target Daerah Prevalensi Stunting,

ditetapkan target yang harus dicapai sebesar 14% pada tahun 2024.

Dalam rangka menyelenggarakan Percepatan Penurunan Stunting di

tingkat desa/kelurahan, kepala desa/lurah menetapkan tim Percepatan

Penurunan Stunting tingkat desa/kelurahan. Tim Percepatan Penurunan

Stunting tingkat desa/kelurahan bertugas mengoordinasikan, menyinergikan,


4

dan mengevaluasi penyelenggaraan Percepatan Penurunan Stunting di tingkat

desa/kelurahan. Tim Percepatan Penurunan Stunting tingkat desa/kelurahan

melibatkan;

1. Tenaga kesehatan paling sedikit mencakup bidan, tenaga gizi, dan tenaga

kesehatan lingkungan;

2. Penyuluh Keluarga Berencana dan/atau Petugas Lapangan Keluarga

Berencana;

3. Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK);

4. Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD); dan/atau

5. Sub-PPKBD/Kader Pembangunan Manusia (KPM), kader, dan/atau

unsur masyarakat lainnya.2

Pos Pelayanan Terpadu atau yang disebut posyandu ini merupakan

salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

yang dikelola Tim Percepatan Penurunan Stunting, dan bersama masyarakat,

guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

Kader kesehatan atau posyandu yaitu anggota masyarakat yang dipilih

dari dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai

2
Bupati Blora, Peraturan Bupati Blora Nomor 13 Tahun 2022 Tentang Percepatan Penurunan
Stunting Di Kabupaten Blora,Bab VI, pasal 19.
5

kegiatan kemasyarakatan secara sukarela.3Kader bekerja berfungsi

membinaataupun mengelola kesehatan masyarakat yang ada diwilayah

kerja mereka.Kader bekerja dengan cara memberikan penyuluhan kepada

masyarakat tentang bagaimana cara menjaga kesehatan anggota keluarga

mereka dan diharapkan dapat mengasuh masyarakat disekelilingnya dengan

baik dan benar.

Kader posyandu merupakan penggerak utama dalam pelaksanaan

kegiatan posyandu yang sangat penting dan strategis. Pelayanan posyandu

dapatmenimbulkan implikasi positif terhadap kepedulian dan partisipasi

masyarakat. Kader posyandu juga menjadi pendorong, motivator serta

penyuluhan masyarakat.

Peran kader dalam penyelenggaraan posyandu sangat besar karena

selain menjadi pemberi informasi tentang kesehatan pada masyarakat juga

sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke posyandu dan melaksanakan

perilaku hidup bersih dan sehat. Keberhasilan pengelolaan posyandu

membutuhkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak, baik dukungan moril,

materil maupun finansial. Selain dari dukungan tersebut, diperlukan

3
Nurjaman Melik, dkk, Peran Kader Posyandu Marunda dalam Pencegahan Stunting di Desa
Sanding Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut, Inskripsi, Vol. 2 No. 2, (2022), 3692.
6

kerjasama, tekanan dan dedikasi dari pengelola, termasuk kader posyandu.

Jika kegiatan posyandu diselenggarakan dengan baik, maka akan memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap penurunan angka stunting pada balita.

Masalah yang dapat dilihat dari kegiatan posyandu adalah kurangnya

pengetahuan kader dalam meningkatkan pelayanan yang optimal, maka

diperlukan penyesuaian pengetahuan dan keterampilan kader sehingga dapat

melaksanakan kegiatan sesuai dengan standar, norma, prosedur dan

pengembangan posyandu.

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkat masalah

ini. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin mengkaji mendalam

mengenai PENGARUH KINERJA KADER DAN PENGAWASAN

TERHADAP EFEKTIVITAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN

STUNTING DI DESA SARIREJO KECAMATAN BOGOREJO

KABUPATEN BLORA.

B Ruang Lingkup Masalah

Penentuan ruang lingkup dalam suatu penelitian dimaksudkan agar

adanya batasan pembahasan dalam penelitian tersebut, serta mempermudah

peneliti untuk mencari data dan bahan analisa pada pokok permasalahan

sebagai sasaran penelitian menjadi lebih jelas dan terarah.


7

Batasan masalah itu dalam artian kata lain sebenarnya menegaskan

atau memperjelas apa yang menjadi masalah. Dengan kata lain, upaya

merumuskan pengertian dan menegaskan batasan dengan dukungan data hasil

penelitian pendahuluan seperti apa masalah tersebut.

Batasan masalah dapat pula dipahami sebagai batasan pengertian

masalah, yaitu penegasan secara operasional (definisi operasional) masalah

tersebut yang akan memudahkan untuk melakukan penelitian (pengumpulan

data)

Berdasarkan pemahaman konsep ruang lingkup permasalahan diatas,

maka penelitian ini akan dibatasi terkait beberapa hal, yaitu :

1. Ruang lingkup Wilayah

Locus pada penelitian ini yaitu pencegahan dan penangananstunting di

Desa Sarirejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora

2. Ruang Lingkup Materi

a. Kinerja dalam penelitian ini dibatasi dengan meneliti aspek hasil kerja

kader dalam pencegahan dan penanganan stunting.

b. Pengawasan oleh kader dalam pencegahan dan penangan stunting di

Desa Sarirejo, dibatasi dengan meneliti aspek pengawasan feedback-

control, yaitu pengawasan yang dilakukan setelah kegiatan selesai.


8

c. Pencegahan dan penanganan stunting dilakukan melalui dua intervensi,

yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

1) Intervensi gizi spesifikmenyasar penyebab langsung terjadinya

stunting yang meliputi; Kecukupan asupan makanan dan gizi;

Pemberian makan, perawatan dan pola asuh; dan pengobatan

infeksi/penyakit.

2) Intervensi sensitif untuk menyasar penyebab tidak langsung yang

meliputi; Peningkatan akses pangan bergizi; Peningkatan kesadaran,

komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak; Peningkatan

akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; dan Peningkatan

penyediaan air bersih dan sarana sanitasi.

C Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas,

maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh kinerja kader terhadap efektivitas pencegahan dan

penanganan stunting di Desa Sarirejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten

Blora?
9

2. Apakah ada pengaruh pengawasan terhadap efektivitas pencegahan dan

penanganan stunting di Desa Sarirejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten

Blora?

3. Apakah ada Apakah ada pengaruh kinerja kader dan pengawasan terhadap

efektivitas pencegahan dan penanganan stunting di Desa Sarirejo

Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora ?

D Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja kader terhadap

efektivitas pencegahan dan penanganan stunting di Desa Sarirejo

Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengawasan terhadap

efektivitas pencegahan dan penanganan stunting di Desa Sarirejo

Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.

c. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja kader dan

pengawasan terhadap efektivitas pencegahan dan penanganan stunting

di Desa Sarirejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.


10

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pengembangan teori terkait

dengan pengaruh kinerja kader dan pengawasan terhadap efektivitas

pencegahan dan penanganan stunting di Desa Sarirejo Kecamatan

Bogorejo Kabupaten Blora.

b. Kegunaan Praktis

1) Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi berbagai lembaga

pemerintahan terutama dalam berbagai hal yang ada hubunganya

dengan kesehatan masyarakat.

2) Untuk mengetahuai dan menemukan masalah yang timbul dalam

pencegahan dan penanganan stunting di Desa Sarirejo Kecamatan

Bogorejo Kabupaten Blora serta memberikan alternatif

pemecahanya.

E Kerangka Teori

Kerangka teori atau landasan teori ini sangat penting dalam penelitian,

karena dalam kerangka teori menerangkan mengenai teori-teori yang

berkaitan dengan pengaruh kinerja kader dan pengawasan terhadap efektivitas


11

pencegahan dan penanganan stunting di Desa Sarirejo Kecamatan Bogorejo

Kabupaten Blora. Adapun beberapa teori berikut sebagai berikut :

1. Kinerja

a) Pengertian Kinerja

“Kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan persepsi peranan”.

Stoner dalam Ismail Nawawi Uha (2013:213). “Kinerja merupakan

sebuah proses dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi

kerja karyawan”. Handoko dalam Ismail Nawawi Uha (2013:213).

“Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai

dengan tugas dan fungsinya”. Gilbert dalam Notoatmodjo (2009:124).

Menurut Mangkunegara (2014:67) “Kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan

kepadanya”. Menurut Bernardin dan Russel dalam Wukir (2013:97)

mengemukakan kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang

diperoleh dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun

waktu tertentu. Robbin mendefinisikan kinerja adalah suatu hasil yang


12

dicapai oleh pegawai dalam pekerjaanya menurut kriteria tertentu yang

berlaku untuk suatu pekerjaan.4

Murphy dan Cleveland dalam Ismail Nawawi Uha (2013:212)

mengatakan bahwa “Kinerja adalah kualitas perilaku yang berorientasi

pada tugas dan pekerjaan”. Lebih jelas dikemukakan oleh

Prawirosentono dalam Ismail Nawawi Uha (2013:211) bahwa kinerja

(performance) dari akar kata to perform yang mempunyai beberapa

entries sebagai berikut :

1) Melakukan, menjalankan, dan melaksanakan.

2) Memenuhi, menjalankan kewajiban suatu nazar.

3) Menjalankan suatu karakter dalam suatu permainan.

4) Menggambarkan dengan suara atau alat musik.

5) Melaksanakan atau menyempurnakan suatu tanggung jawab.

6) Melakukan suatu kegiatan dalam suatu permainan.

7) Memainkan pertunjukan musik.

8) Melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin.

4
Robbins dalam Bintoro dan Daryanto (2017:107) Manajemen Penilaian Kinerja Karyawan,
Penerbit Gaya Media, 2016, 260.
13

Gibson dalam Notoatmodjo (2009:124) mengemukakan bahwa faktor-

faktor yang menentukan kinerja seseorang dikelompokan menjadi 3

variabel utama yakni:

1) Variabel individu, yang terdiri dari pemahaman terhadap

pekerjaannya, pengalaman kerja, latar belakang keluarga, tingkat

sosial ekonomi, dan faktor demografi (umur, jenis kelamin, etnis).

2) Variabel organisasi, yang antara lain terdiri dari kepemimpinan,

desain pekerjaan, struktur organisasi, dan sumber daya yang lain.

3) Variabel psikologis, yang terdiri dari persepsi terhadap pekerjaan,

sikap terhadap pekerjaan, motivasi, kepribadian, dan lain sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang

dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab seseorang dalam

menyelesaikan pekerjaannya, yang dikerjakan secara maksimal

sesuai dengan kode etik yang berlaku dalam suatu perusahaan,

organisasi, ataupun yang lain sebagainya yang dapat dilihat dari

faktor individu, organisasi, dan psikologi.

Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan sebuah proses pencapaian

dari suatu pekerjaan yang dalam pelaksanaannya dapat dilihat dari

motivasi, peranan ataupun dari semangat kerjanya yang kemudian dapat


14

dievaluasi ataupun dinilai untuk menentukan prestasi kerja seseorang

dalam kurun waktu tertentu.

b) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Bangun (2012) bahwa untuk mengukur kinerja karyawan

adalah sebagai berikut:

1) Jumlah Pekerjaan, dimensi ini menunjukkan jumlah pekerjaam

yangdihasilkan individu atau kelompok sebagai persyaratan yang

menjadistandar pekerjaan.

2) Kualitas Pekerjaan, setiap pekerjaan dalam perusahaan

harusmemenuhi persyaratan tertentu untuk dapat menghasilkan

pekerjaansesuai kualitas yang dituntut suatu pekerjaan tertentu.

3) Ketetapan Waktu, setiap pekerjaan memiliki karakteristik

yangberbeda, untuk jenis pekerjaan tertentu harus diselesaikan tepat

waktu, karena memiliki ketergantungan atas pekerjaan lainnya.

4) Kehadiran, suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut

kehadirankaryawan dalam mengerjakan sesuai waktu yang

ditentukan.

5) Kemampuan Kerja Sama, tidak semua pekerjaan dapat

diselesaikansatu orang karyawan saja. Untuk jenis pekerjaan tertentu


15

mungkinharus diselesaikan oleh dua orang atau lebih sehingga

membutuhkankerjasama antar karyawan sangat dibutuhkan.

c) Pengukuran Kinerja

Sebuah organisasi didirikan tentunya memiliki sebuah tujuan tertentu

yang hendak dicapai. Tujuan organisasi tidak sepenuhnya akan bisa

dicapaijika karyawan tidak memahami tujuan dari pekerjaan yang akan

dilakukan. Artinya, bahwa tercapainya tujuan dari setiap pekerjaan yang

dilakukan oleh karyawan akan berdampak secara terhadap tujuan dari

organisasi tersebut. Oleh sebab itu, seorang karyawan harus mampu

memahami indikator-indikator kinerja sebagai bagian dari pemahaman

terhadap hasil akhir dari pekerjaannya. Melalui hal tersebut, indikator

untuk mengukur kinerja karyawan menurut Bangun (2012:233) sebagai

berikut:

1) Kuantitas

Pengukuran kinerja seorang karyawan dapat dilihat dari

kuantitaskerja yang diselesaikan dalam waktu tertentu. Dengan

kuantitas tersebut seorang karyawan memiliki kemampuan atau

kepercayaan untuk melakukan pekerjaan organisasi.


16

a) Melakukan pekerjaan sesuai dengan target output yang harus

dihasilkan per orang per satu jam.

b) Melakukan pekerjaan sesuai dengan jumlah siklus aktivitas yang

diselesaikan.

2) Kualitas

Indikator ini mengukur derajaat kesesuaian antara kualitas produk

atau jasa yang dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan konsumen.

Penyelesaian bukan hanya terlihat dari penyelesaian tapi dilihat dari

kecakapan dan juga hasil.

3) Ketetapan Waktu

Indikator ini mengukur apakah pekerjaan telah diselesaikan secara

benar dan tepat waktu. Karena setiap pekerjaan memiliki

karakteristik yang berbeda, untuk jenis pekerjaan tertentu harus

diselesaikan tepat waktu karena ketergantungan dengan pekerjaan

lainnya.

a) Menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan deadline yang telah

ditentukan.
17

b) Memanfaatkan waktu pengerjaan sesuai dengan jam kerja yang

telah ditentukan.

4) Kehadiran

Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam

mengerjakan sesuai waktu yang telah ditentukan.

a) Datang tepat waktu

b) Melakukan pekerjaan sesuai dengan jam kerja yang telah

ditentukan.

5) Kemampuan Kerjasama

Tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu karyawan

saja,untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh

dua orang karyawan atau lebih. Kinerja karyawan dapat dinilai dari

kemampuan bekerja sama dengan rekan kerja lainnya.

a) Membantu atasan dengan memberikan saran untuk peningkatan

b) Produktivitas perusahaan.

c) Menghargai rekan kerja satu sama lain.

d) Bekerjasama dengan rekan kerja secara baik.


18

Jadi, pada dasarnya pengukuran kinerja seseorang dapat dilihat secara

kualitas kerja, kuantitas atau sebanyak apa ia mampu menghasilkan

suatupekerjaan dalam waktu tertentu, ketetapan waktu penyelesaiaan

pekerjaan serta pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, kemandirian

baik secara individu atau kerjasama tim, komitmen terhadap organisasi

dan tanggungjawab terhadap apa yang dikerjakan.

d) Penilaian Kinerja

Menurut Bangun (2012:231) seorang karyawan bisa dikatakan berhasil

melaksanakan pekerjaanya atau memiliki kerja yang baik, apabila hasil

kerja yang diperoleh lebih tinggi dari standar kerja, untuk mengetahui

hal itu perlu dilakukan penilaian kinerja setiap karyawan dalam

perusahaan. Sedangakan penilaian kinerja adalah suatu proses yang

dilakukan organisasi untuk mengevaluaisi atau menilai keberhasilan

karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Penilaian dapat dilakukan

dengan membandingkan hasil kerja yang dicapai karyawan dengan

standar pekerjaan. Bila hasil yang diperoleh sampai atau melebihi

standar pekerjaan dapat dikatakan kinerja seorang karyawan termasuk

pada kategori baik. Sebaliknya, seorang karyawan yang hasil

pekerjaannya tidak mencapai standar pekerjaan termasuk pada kinerja


19

yang tidak baik atau bekerja rendah. Berdasarkan pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa kinerja adalah kesediaan individu atau kelompok

dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan

melalui proses kerjadalam waktu tertentu.

e) Pengertian Kader

Kader merupakan orang yang mampu menjalankan amanat, orang yang

memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian serta kemampuan untuk

memenejemen kelangsungan suatu organisasi. Menurut Nano Wijaya

“kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu

lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun

militer, yang berfungsi sebagai “pemihak” dan atau membantu tugas

dan fungsi pokok organisasi tersebut”.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kader). Kader merupakan seseorang yang

diberi kepercayaan yang dipercaya memiliki kapasitas pengetahuan dan

keahlian yang dapat menjalankan amanat, yang berfungsi sebagai

pemihak dengan mendengarkan secara langsung segala bentuk aspirasi

dari suatu anggota organisasi, membantu dalam proses perencanaan,

dalam suatu kegiatan.

f) Peranan Kader Posyandu


20

Menurut Abu Ahmadi mengatakan bahwa peran sebagai suatu komplek

pengharapan manusia terhadap cara individu bersikap danberbuat dalam

situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya (Ahmadi,

1982:50). Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (2002:243) Peran

merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

maka ia menjalankan suatu peranan.

Peran tidak lepas hubungannya dengan tugas yang diemban seseorang.

Oleh karena itu, peran merupakan bagian utama yang yang

harusdijalankan. Didalam kehidupan berkelompok terjadi sebuah

interaksi yang terjadi antara anggota masyarakat yang satu dengan

masyarkat yang lainnnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka dapat

menciptakanhubungan yang saling ketergantungan, sehingga dalam

kehidupan bermasyrakat munculah apa yang dinamakan peran (role).

Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang,

apabila seseorang menjalankan hak-hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya maka orang tersebut sedang menjalankan suatu

peran.Peranan kader dalam posyandu merupakan orang yang

memegang tanggungjawab dalam mengembangkan serta menggerakkan


21

masyarakat untuk mengikuti posyandu. Kegiatan yang dilakukkan

dalam posyandu yaitu memberikan pengobatan, pencegahan,

peningkatan maupun pemulihan sesuai dengan kemampuan dan

kewenangan yang dimiliki.

g) Tugas dan Tanggung Jawab Kader Posyandu Lansia

Menurut Kemenkes RI (2011) tugas dan tanggung jawab

pelaksanaposyandu dalam hal ini adalah kader sebagai berikut:

1) Sebelum Hari H Pelaksanaan Posyandu Lansia

a) Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga

setempat.

b) Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu.

c) Mempersiapkan sarana Posyandu.

d) Melakukan pembagian tugas antar kader.

e) Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.

f) Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan

2) Saat Hari H Pelaksanaan Posyandu Lansia

a) Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.

b) Melakukan pengukuran IMT melalui pengukuran berat badan dan

tinggi badan.
22

c) Mencatat hasil penimbangan di buku KMS dan mengisi buku

register Posyandu.

d) Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan

seperti Kegiatan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan kadar

haemoglobin darah (Hb), gula darah dan kolesterol darah.

e) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan

gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT.

f) Melaksanakan Konseling usaha ekonomi produtif dilakukan

sesuai dengan kebutuhan dan Kegiatan aktivitas fisik/senam.

g) Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas

kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan

serta tindak lanjut.

3) Setelah Hari H Pelaksanaan Posyandu Lansia

a) Membuat grafik jumlah seluruh lansia yang ada diwilayah binaan

posyandu lansia.

b) Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak datang dan

sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan.

c) Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke

Posyandu saat hari buka.


23

d) Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan

menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi

keagamaan.

h) Pelatihan Kader

Menurut Widiastuti (2006) mengatakan bahwa untuk meningkatkan

kemandirian kader, perlu dilakukan pelatihan, pembekalan kader

tentang kegiatan posyandu dan perlunya jadwal yang teratur dalam

pelaksanaan kegiatan posyandu. Kader perlu dijelaskan tentang fungsi

posyandu dan manfaat posyandu bagi kader dan ibu yang

memanfaatkan kegiatan posyandu tersebut.

Pengetahuan tentang tugas, serta peran dan fungsi kader sangat

diperlukan oleh seluruh anggota agar dalam melaksanakan tugasnya

mempunyai tujuan yang jelas dan efektif. Pengetahuan yang baik akan

menunjang terwujudnya tindakan yang baik pula. Karena, semakin

tinggi tingkat pengetahuan anggota kader maka semakin luas pula

pemahamanmengenai tugas, peran, serta fungsinya dalam

meningkatkan kinerja kader posyandu (Muzakir, 2013).

2. Pengawasan

a) Pengertian Pengawasan
24

Menurut Setyowati (2013) pengawasan mempunyai arti penting bagi

setiap organisasi atau perusahaan. Pengawasan bertujuan agar hasil

pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara efektif dan efisien, sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, dan sebagaimana

diketahui bahwa masing-masing fungsi manajemen berhubungan erat

satu sama lain, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, menyusun dan

memberi perintah, serta pengawasan. Dari semua fungsi manajemen,

fungsi pengawasan merupakan salah satu kunci yang menentukan

berhasil tidaknya mencapai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan

sebelumnya Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses kegiatan-

kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan di selesaikan

sebagai telah di rencanakan dan proses mengoreksi setiap

penyimpangan yang terjadi.5 Pengawasan sebagai proses pengamatan

dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar

supaya semua pekerjaan yang sedang di lakukan berjalan sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan.6

5
Setyowati, Organisasi Dan kepemimpinan Modern, Yogyakarta : Ruko Jambusari, 2013, 151-
152.
6
Darmawati, T, Pengaruh Pengawasan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Cv. Havraco Jaya
Palembang,Jurnal Media Wahana Ekonomika, 2019, 97.
25

Selanjutnya Saydam dalam Kadarisman (2013:186) mengemukakan

bahwa Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengendalikan pelaksanaan pekerjaan pembangunan yang dilakukan,

agar proses pekerjaan itu sesuai dengan hasil yang diinginkan. Menurut

S.P Siagian (2003:258) dalam mendefinisikan pengawasan adalah suatu

proses pengamatan kegiatan operasional yang dimaksudkan untuk lebih

menjamin bahwa penyelenggaraannya sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan yaitu pengawasan

merupakan proses pengamatan untuk memastikan pekerjaan terlaksana

dengan baik dan tidak menyimpang dengan rencana yang telah

ditentukan.

Certo (2006) menyebutkan ada tiga tipe pengawasan, yaitu :

1) Pengawasan Pendahuluan (Preliminary Control)

Prosedur-prosedur pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya

manajerial guna memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil actual

akan berdekatan hasilnya dibandingkan dengan hasil-hasil yang

direncanakan. Merumuskan kebijakan-kebijakantermasuk dalam

fungsi perencanaansedangkan tindakan implementasi kebijakan


26

merupakan bagian dari fungsi pengawasan. PengawasanPendahuluan

Meliputi :

a) Pengawasan Pendahuluan Sumber Daya Manusia.

b) Pengawasan Pendahuluan Bahanbahan.

c) Pengawasan Pendahuluan Modal.

d) Pengawasan Pendahuluan Sumber Daya Finansial.

2) Pengawasan Pada Saat Kerja Berlangsung (Cocurrent Control)

Pengawasan pada saat kerja berlangsung (Cocurrent Control)

terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang

mengarahkan pekerjaan pada bawahan mereka. Direction Control

berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu

mereka berupaya untuk :

a) Mengajarkan para bawahan mereka bahwa bagaimana cara

penerapan metode-metode serta prosedur-prosedur yang tepat.

b) Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan

sebagaimana mestinya. Proses memberikan pengarahan bukan

saja meliputi cara dengan apa petunjuk-petunjuk dikomunikasikan

tetapi ia meliputi juga sikap orang-orang yang memberikan

penyerahan.
27

3) Pengawasan Feed Back (Feed Back Control)

Sifat khas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan balik)

adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal,

sebagai landasan untuk mengoreksi tindakantindakan masa

mendatang. Adapun sejumlah metode Pengawasan feed back yang

banyak dilakukan oleh dunia bisnis yaitu :

a) Analisis Laporan Keuangan

b) Analisis Biaya Standar

c) Pengawasan Kualitas

d) Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja

b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengawasan

Menurut T. H. Handoko (2003) ada berbagai faktor yang membuat

pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi. Faktor-faktor

itu adalah:

1) Perubahan Lingkungan Organisasi

Melalui fungsi pengawasan manajer mendeteksi perubahan-

perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi,

sehingga mampu menghadapi tentang atau memanfaatkan

kesempatan yang diciptakan perubahan-perubahan yang terjadi.


28

2) Peningkatan Kompleksitas Organisasi

Semakin besar organisasi semakin memerlukan pengawasan yang

lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi

untuk menjaminbahwa kualitas dan profitabilitas tetap terjaga,

penjualan eceran pada penyalur perlu di analisa dan dicatat secara

tepat.

3) Kesalahan- Kesalahan

Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-

kesalahan yang ada sebelum menjadi kritis.

4) Kebutuhan Manajer untuk Mendelegasikan Wewenang

Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah

melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan kepadanya adalah

dengan mengimplementasikan sistem pengawasan. Berdasarkan

kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengawasan memiliki

banyak faktor yang mempengaruhi, maka untuk menciptakan

pengawasan yang baik dalam sebuah perusahaan maka

manajer/pimpinan perlu memperhatikan setiap faktor tersebut untuk


29

menghindari terjadinya indikasi masalah jika dibiarkan akan menjadi

masalah didalam perusahaan itu sendiri.

c) Tujuan Pengawasan

Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang

direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar

merealisaskani tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada taraf

pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi

yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan

serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana

berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan

untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu maupun waktu-waktu yang

akan datang.7 Adapun tujuan dari pengawasan menurut Griffin dalam

Tisnawati Sule (2005:318) adalah:

1) Adaptasi lingkungan

Tujuan pertama dari fungsi pengawasan adalah agar perusahaan

dapatterus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkugan

perusahaan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun

eksternal.
7
Manullang. 1982. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. cetakan ke 6. Jakarta: PT.
Rajawali Press. Hal 173.
30

2) Meminimumkan kegagalan

Tujuan kedua dari fungsi pengawasan adalah meminimumkan

kegagalan. Ketika perusahaan melakukan kegiatan produksi

misalnya, perusahaan berharap kegagalan seminimal mungkin.

3) Meminimumkan biaya

Tujuan ketiga dari fungsi pengawasan adalah meminimumkan biaya.

Ketika perusahaan mengalami kegagalan 1000 unit, maka ada

pemborosan 1.000 unit yang tidak memberikan keuntungan bagi

perusahaan.

4) Antisipasi kompleksitas organisasi

Tujuan terakhir dari fungsi pengawasan adalah agar perusahaan

dapat mengantisipasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks.

d) Jenis-Jenis Pengawasan

Saydam dalam Kadarisman (2013:205) mengemukakan macam-macam

pengawasan sebagai berikut:

1) Pengawasan melekat (Waskat)

Pengawasan melekat diartikan sebagai proses pemantauan,

pemeriksaan, dan evaluasi oleh pimpinan unit organisasi kerja


31

terhadap fungsi semua komponen dalam melaksanakan pekerjaan di

lingkungan suatu organisasi.

2) Pengawasan Fungsional (Wasnal)

Merupakan proses pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi oleh

aparaturpengawasan dalam sistem pemerintahan yang fungsi dan

tugas pokoknyakhusus di bidang pengawasan. Proses

pengawasannya terutama dilakukan untuk mengetahui apakah

pelaksanaan pekerjaan pihak yang di awasi telahsesuai dengan

perencanaan dan peraturan undang-undang yang berlaku.

3) Pengawasan Masyarakat (Wasmas)

Merupakan setiap pengaduan, kritik, saran, pertanyaan dan lain-lain

yang disampaikan anggota masyarakat mengenai pelaksanaan

pekerjaan oleh unit atau organisasi kerja non-profit di bidang

pemerintahan dalam melaksanakan tugas pokoknya memberikan

pelayanan umum danpembangunan untuk kepentingan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

e) Indikator Pengawasan
32

Untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi

kriteriakriteria tertentu yang dijadikan sebagai indikator pengawasan.

Semakin terpenuhinya kriteria-kriteria tersebut semakin efektif sistem

pangawasan tersebut. Menurut Siagian (2015:7) pengawasan dapat

diukur dari indikator yaitu penetapan standar, memantau, pengukuran

kerja, membandingkan, dantindakan perbaikan/koreksi.

Adapun menurut Handoko (2003:373-374) yang menjadi indikator

pengawasan adalah sebagai berikut:

1) Akurat

Informasi tentang keterangan harus akurat. Data yang tidak akurat

dansistem pengawasan dapat menyebabkan organisasi mengambil

tindakan, koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan masalah

yang sebenarnyatidak ada.

2) Tepat waktu

Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi

secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.

3) Obyektif dan menyeluruh

Informasi harus mudah dipahami dan bersifat obyektif serta lengkap.


33

4) Terpusat pada titik-titik pengawasan strategis

System pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang-

bidang dimana penyimpangan-penyimpangan dari standar paling

sering terjadiatau yang akan mengkibatkan kerusakan paling fatal.

5) Realistis secara ekonomis

Biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus lebih rendah atau paling

tidak sama, dengan kegunaan yang diperoleh dari system tersebut.

6) Realistis secara organisasional

Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan-

kenyataan organisasi.

7) Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi

Informasi pengawasan harus terkordinasi dengan aliran kerja

organisasi.

8) Fleksibel

Pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk memberikan

tanggapanatau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari

lingkungan.

9) Bersifat sebagai petunjuk dan operasional


34

Sistem pengawasan efektif harus menunjukkan, baik deteksi atau

deviasidari standar, tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil.

10) Diterima para anggota organisasi

Sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja

paraanggota organisasi dengan mendorong perasaan ekonomi,

tanggung jawab dan prestasi.

Sedangkan teknik pengawasan menurut Siagian untuk menjadi

indikator pengukuran di dalam pengawasan itu sendiri, yaitu :

1) Pengawasan Langsung

a) Inspeksi Langsung

Inspeksi langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara

langsungatau pemeriksaaan mendadak oleh atasan terhadap

bawahan pada saatkegiatan sedang dilakukan.

b) Observasi di tempat (On-the-spot-observation)

Observasi adalah pengawasan yang dilakukan oleh atasan

terhadapbawahan sebelum kegiatan dilakukan.

c) Laporan di tempat (on-the-sport-report)


35

Laporan di tempat adalah laporan yang disampaikan bawahan

secaralangsung kepada atasan saat mengadakan inpeksi langsung

pada saatkegiatan sedang dilaksanakan.

2) Pengawasan tidak langsung

a) Laporan Tertulis

Laporan tertulis merupakan suatu pertanggungjawaban kepada

atasanmengenai pekerjaan yang dilaksanakan, sesuai dengan

instruksi dantugas-tugas yang diberikan atasan.

b) Laporan Lisan

Laporan lisan adalah laporan yang disampaikan bawahan

secaralangsung kepada atasan mengenai kendala yang dihadapi

saat melaksanakan kegiatan, baik berupa penyimpangan ataupun

sasaransaran.

3. Pencegahan dan Penanganan stunting

a) Pengertian Pencegahan

Pengertian pencegahan Pencegahan adalah cara seseorang untuk

menangkal suatu hal yang akan terjadi baik kepada dirinya sendiri

maupun terhadap orang lain. Pencegahan merupakan suatu usaha yang


36

dapat dilakukan seseorang atau kelompok untuk menghindari segala

bentuk hal yang akan terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada orang

orang lain. Pencegahan juga dapat diartikan dalam bentuk menghalangi

atau menghindari sesuatu dari hal buruk yang akan terjadi saat itu.

Dengan demikian pencegahan adalah suatu tindakan yang dilakukan

seseorang atau kelompok untuk menangkal, mencegah, menghindari

bahkan menghalangi, suatu hal negatif atau hal buruk yang akan

menimpa atau akan terjadi pada diri sendiri ataupun orang lain

disekitarnya. Definisi kata pencegahan menurut kamus besar bahasa

indonesia (KBBI) adalah upaya atau usaha yang dilakukan seseorang

atau kelompok untuk menangkal, mencegah, menghindari, menghalangi

marabahaya atau hal buruk yang akan terjadi pada diri sendiri ataupun

pada orang lain. Sedangkan menurut ahli pencegahan merupakan salah

satu upaya untuk menghindari kerugian, kerusakan yang terjadi pada

seseorang ataupun lingkungan disekitarnya.

b) Pengertian Penanganan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penanganan

memilikisatu arti yaitu penanganan dan berasal dari kata dasar tangan.

Penanganan memiliki arti yang menyatakan sebuah tindakan yang


37

dilakukan dalam melakukan sesuatu. Penanganan juga dapat berarti

proses, cara, perbuatan menangani sesuatu yang sedang dialami.

Jadi menurut pengertian diatas penanganan yaitu suatu jenis tindakan

yang bisa berupa tindakan menyentuh, mengendalikan, mengelola,

menggunakan, dimana ditujukan untuk menyelesaikan suatu perkara

atau masalah.

c) Stunting

1) Definisi Stunting

Stunting merupakan kondisi gagalnya tumbuh pada anakyang

disebabkan karena gizi yang kurang selama lebih dari 6bulan atau

kronis dan mengakibatkan anak menjadi lebihpendek dari usia yang

semestinya. Kondisi stunting baru akanterlihat setelah anak

memasuki usia 2 tahun karena proses initerjadi sejak bayi dalam

kandungan dan pada masa awalsetelah bayi lahir. Balita pendek

(stunted) dan sangat pendek (severely stunted) diketahui apabila

dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut

umurnya dibandingkan dengan standar baku dari Multicenter

Growth Referebce Study hasil pengukarannya di ambang batas


38

(Zscore) <-2 SD sampai sengan -3 SD (pendek/stunted) dan ,-3SD

(sangat pendek/severely stunted) (World HealthOrganization, 2012).

2) Faktor yang mempengaruhi Stunting

a) Pola asuh orang tua

Pola pengasuhan merupakan hal yang penting dalam proses

tumbuh kembang anak. Salah satu faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak adalah adanya faktor

psikososial yang didalamnya mencakup hal penting dalam

kehidupan anak yaitu pentingnya stimulasi dalam pengasuhan.

Pola pengasuhan yang baik merupakan gambaran adanya

interaksi positif anak dengan pengasuh utama yang berperan

dalam perkembangan emosi dan psikologis anak sehingga

menciptakan tumbuh kembang anak yang normal (Turnip, 2008,

dalam Abdul Gafur, dkk, 2020:64).

b) Pendidikan orang tua

Tingkat memahami dan daya serap informasi mengenai

pengetahun gizi dari seorang ibu dapat ditentukan salah satunya

dari tingkat pendidikan. Pengetahuan mengenai gizi merupakan

proses awal dalam peningkatan status gizi, sehingga pengetahuan


39

ibu tentang gizi akan menentukan perilaku ibu dalam

menyediakan makanan untuk anaknya.8

c) Faktor gizi buruk

Protein, iron, zinc, dan kalsium merupakan asupan gizi penting

yang menjadi salah satu faktor yang berpengaruh secara langsung

pada balita stunting dan padaibu selama hamil. Protein, iron, zinc,

dan kalsium dapat diperoleh dari Makanan Pendamping – Air

Susu Ibu dan yang paling bagus adalah Air Susu Ibu atau ASI,

ketepatan pemberian kedua hal tersebut berpengaruh secara

signifikan pada peningkatan tinggi badan anak balita dari usia 6

sampai 24 bulan. Kesehatan dan perkembangan janin sangat

dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil karena bayi berat lahir

rendah merupakan gangguan pertumbuhan dalam kandungan.9

d) Sosial ekonomi

Status atau tingkat sosial ekonomi rumah tangga seseorang juga

merupakan faktor yang berpengaruh penting terhadap status

kesehatan. Status ekonomi yang baik akan memperoleh pelayanan

8
Farah Okky Aridiyah, Ninna Rohmawati, and Mury Ririanty, ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting Pada Anak Balita Di Wilayah Pedesaan Dan Perkotaan (The Factors Affecting
Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas)’, Pustaka Kesehatan, 3.1 (2015), 163–70.
9
Yufitriana Amir, dkk,"Hubungan Pemberian ASI Ekslusif Terhadap Tumbuh Kembang Bayi",
Jurnal Ners Indonesia, 1.1, 2010, 91.
40

yang baik seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, akses jalan

yang akan dapat mempengaruhi status gizi anak. Makanan akan

menjadi lebih baik karena mendapatkan akses daya beli yang

tinggi. Orang tua dengan pendidikan yang lebih rendah lebih

banyak berasal dari keluarga yang sosial ekonominya rendah

sehingga diharapkan pemerintah meningkatkan akses pendidikan

untuk keluarga dengan sosial ekonomi yang kurang (Ikeda, et al.,

2013:341-349). Keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang

kurang disertai jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan

bukan hanya kurang perhatian dan kasih sayang pada anak namun

juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang, dan papan atau

perumahan tidak dapat terpenuhi (Soetjiningsih, 1995).

e) Kurangnya akses air bersih dan sanitasi

Faktor sanitasi dan kebersihan lingkungan berpengaruh pula

untuk kesehatan ibu hamil dan tumbuh kembang anak, karena

anak usia di bawah dua tahun rentan terhadap berbagai infeksi

dan penyakit. Paparan terus menerus terhadap kotoran manusia

dan binatang dapat menyebabkan infeksi bakteri kronis. Infeksi

tersebut, disebabkan oleh praktik sanitasi dan kebersihan yang


41

kurang baik, membuat gizi sulit diserap oleh tubuh (Abdul Gafur,

dkk, 2020:65).

3) Ciri – ciri Stunting pada Anak

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2016) gejala stuntingantara lain:

a) Anak memiliki tubuh lebih pendek dibandingkan anak seusianya

b) Proporsi tubuh yang cenderung normal namun terlihat lebihkecil

dari usianya

c) Berat badan yang rendah untuk anak usianya

d) Pertumbuhan tulang yang tertunda

e) Tanda pubertas terlambat

f) Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar

g) Pertumbuhan gigi terlambat

h) Usia 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidakbanyak

melakukan eye contact

i) Wajah tampak lebih muda dari usianya.

4) Pencegahan Stunting

Upaya intervensi untuk balita stunting difokuskan pada 1000 Hari

Pertama Kehidupan (HPK) yaitu pada masa ibu hamil, ibu menyusui,

dan anak dari usia 0 – 23 bulan, padamasa inilah penanganan balita


42

pendek paling efektif dilakukan. 1000 hari pertama kehidupan ini

meliputi 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah

bayi dilahirkan yang telah dibuktikan secara ilmiah merupakan

periode yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena itu

periode disebut dengan “periode emas”, “periode kritis” atau

“window of opportuntiy” 10
. Perkembangan otak, kecerdasan,

ganggguan pertumbuhan fisik seperti stunting, dan gangguan

metabolism dalam tubuh merupakan akibat buruk yang akan

timbulkan akibat permasalahan gizi pada periode tersebut dalam

jangka panjang.

Upaya intervensi untuk mengatasi masalah diatas antara lain:

a) Ibu hamil

Cara terbaik unutk mengatasi stunting yaitumemperbaiki

kesehatan dan gizi ibu hamil, saat ibu hamilmengalami masalah

kesehatan Kurang Energi Kronis makaharus segera diberikan

makanan tambahan kepada ibuhamil tersebut dan mendapatkan

makanan dengankandungan gizi yang bagus. Tablet penambah

darah perlusekali diberikan kepada ibu ketika hamil, minimal 90

10
R I Kemenkes, ‘Kementerian Kesehatan RI’, Buletin Jendela, Data Dan Informasi Kesehatan:
Epidemiologi Malaria Di Indonesia. Jakarta: Bhakti Husada, 2011.
43

tabletselama proses kehamilan serta perlunya menjaga

kondisikesehatan tubuh ibu hamil.

b) Bayi lahir

Bayi ketika persalinan yang di tolong oleh bidan ataudokter

terlatih dan begitu bayi lahir melakukan InisiasiMenyusui Dini

(IMD), dan bayi sampai usia 6 bulan diberi ASI Eksklusif saja.

c) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

Bayi yang sudah berusia 6 bulan diberikan MakananPendamping

ASI. Pemberian ASI dilakukan sampai bayiberusia 2 tahun atau

lebih, dan anak diberikan imuniasilengkap dan vitamin A.

d) Upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi diniterjadinya

gangguan pertumbuhan adalah memantau pertumbuhan Balita di

Posyandu.

e) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS harus dilaksanakan oleh setiap rumah tangga

termasukmeningkatkan akses air bersih dan fasilitas sanitasi, dan

menjaga kebersihan lingkungan. PHBS akan menurunkan

kejadian sakit terutama penyakit infeksi yang dapatmembuat

energi pertumbuhan dialihkan kepada perlawanantubuh


44

menghadapi infeksi, dan gizi sulit diserap oleh tubuhdan

terlambatnya pertumbuhan.11

F Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, maka dapat

disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :

Ha :

1. Ada pengaruh signifikan antara kinerja kader terhadap efektivitas

pencegahan dan penangan stunting di Desa Sarirejo Kecamatan Bogorejo

Kabupaten Blora.

2. Ada pengaruh signifikan antara pengawasan kader terhadap efektivitas

pencegahan dan penangan stunting di Desa Sarirejo Kecamatan Bogorejo

Kabupaten Blora.

3. Ada pengaruh kinerja kader dan pengawasan kader terhadap efektivitas

pencegahan dan penanganan stunting di Desa Sarirejo Kecamatan

Bogorejo Kabupaten Blora.

Ho :
11
Bappenas," Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di
Kabupaten/Kota", 2018, hal 4-9.
45

1. Tidak adanya pengaruh signifikan antara kinerja kader terhadap efektivitas

pencegahan dan penangan stunting di Desa Sarirejo Kecamatan Bogorejo

Kabupaten Blora.

2. Tidakada pengaruh signifikan antara pengawasan kader terhadap

efektivitas pencegahan dan penangan stunting di Desa Sarirejo Kecamatan

Bogorejo Kabupaten Blora.

3. Tidakada pengaruh kinerja kader dan pengawasan kader terhadap

efektivitas pencegahan dan penanganan stunting di Desa Sarirejo

Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.

Kerangka Konseptual
Kinerja
(X1)
Pencegahan &
Penanganan
Pengawasan stunting
(X2) (Y)

Sumber : Robbins dalam Bintoro dan Daryanto (2017:107), Darmawati, T

(2019), Certo, S. C., & Certo, S. T. (2012). Kemenkes, (2017).

Keterangan :

1. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel yang

lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

a. Kinerja Kader(X1)

b. Pengawasan(X2)
46

2. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang

lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pencegahan &

Penanganan stunting(Y).

Hipotesis dapat diasumsikan sebagai dugaan jawaban yang kebenarannya

bersifat sementara, yang akan di uji kebenarannya dengan data yang di

kumpulkan.

G Definisi Konsepsional

Merupakan batasan konsep yang dipakai oleh peneliti, konsep tersebut

dapat dirumuskan oleh peneliti berdasarkan dari berbagai literatur yang

digunakan pada bagian subbab teori dan konsep.

1. Kinerja

Indikator kinerja adalah alat untuk mengukur sajauh mana pencapain

kinerja karyawan. Berikut beberapa indikator menurut Bangun (2012:233)

untuk mengukur kinerja karyawan adalah;

a. kualitas kerja;

b. kuantitas;

c. ketepatan waktu;

d. efektifitas; dan

e. kemandirian.
47

2. Pengawasan

Adapun menurut Handoko (2003:373-374) yang menjadi indikator

pengawasan adalah sebagai berikut:

a. Akurat.

b. Tepat waktu

c. Obyektif dan menyeluruh

d. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategis

e. Realistis secara ekonomis

f. Realistis secara organisasional

g. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi

h. Fleksibel

i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional

j. Diterima para anggota organisasi

3. Pencegahan dan Penanganan

a. Pengertian Pencegahan

Pencegahan adalah cara seseorang untuk menangkal suatu hal yang

akan terjadi baik kepada dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

Pencegahan merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan seseorang

atau kelompok untuk menghindari segala bentuk hal yang akan terjadi
48

pada dirinya sendiri ataupun pada orang orang lain. Pencegahan juga

dapat diartikan dalam bentuk menghalangi atau menghindari sesuatu

dari hal buruk yang akan terjadi saat itu. Dengan demikian pencegahan

adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk

menangkal, mencegah, menghindari bahkan menghalangi, suatu hal

negatif atau hal buruk yang akan menimpa atau akan terjadi pada diri

sendiri ataupun orang lain disekitarnya. Definisi kata pencegahan

menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) adalah upaya atau usaha

yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk menangkal, mencegah,

menghindari, menghalangi marabahaya atau hal buruk yang akan terjadi

pada diri sendiri ataupun pada orang lain. Sedangkan menurut ahli

pencegahan merupakan salah satu upaya untuk menghindari kerugian,

kerusakan yang terjadi pada seseorang ataupun lingkungan disekitarnya.

b. Pengertian Penanganan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penanganan memiliki

satu arti yaitu penanganan dan berasal dari kata dasar tangan.

Penanganan memiliki arti yang menyatakan sebuah tindakan yang

dilakukan dalam melakukan sesuatu. Penanganan juga dapat berarti

proses, cara, perbuatan menangani sesuatu yang sedang dialami. Suatu


49

jenis tindakan yang bisa berupa tindakan menyentuh, mengendalikan,

mengelola, menggunakan, dll dimana ditujukan untuk menyelesaikan

suatu perkara atau masalah. Dalam hal efektivitas ini sangatlah penting

untuk keberhasilan dalam pencegahan dan penanganan stunting berjalan

dengan lancar.

H Definisi Operasional

Dalam penyusunan definisi operasional didasarkan atas sifat-sifat

yang didefinisikan, yang dapat diamati dan diukur dalam rangka penelitian.

Disamping itu secara praktis terperinci dapat dioperasionalkan dalam

pelaksanaan penelitian sebagai tolok ukur.

Adapun pengukuran atau definisi menurut Bangun (2012:233) secara

operasionalnya dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Kinerja

a. Kuantitas

Jumlah hasil kerja pada waktu tertentu atau siklus aktivitas yang

dilakukan.

b. Ketepatan waktu
50

Tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat

dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu

yang tersedia untuk aktivitas lain.

c. Efektifitas

Kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan manusia untuk

memberikan sesuatu yang diharapkan, juga untuk memilih tujuan yang

tepat dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

d. Kemandirian

Kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan manusia untuk

memberikan sesuatu yang diharapkan, juga untuk memilih tujuan yang

tepat dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pengawasan

Pengawasan oleh kader dalam pencegahan dan penangan stunting diDesa

Sarirejo, dibatasi dengan meneliti aspek pengawasan feedback-control,

yaitu pengawasan yang dilakukan setelah kegiatan selesai. Pengawasan

umpan balik (feed back-control) Sifat khas dari metode-metode

pengawasan umpan balik adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-

hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan- tindakan

masa mendatang. Indikator pengawasan menurut Adapun menurut


51

Handoko (2003:373-374) yang menjadi indikator pengawasan adalah

sebagai berikut:

a. Akurat

b. Tepat waktu

c. Obyektif dan menyeluruh

d. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategis

e. Realistis secara ekonomis

f. Realistis secara organisasional

g. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi

h. Fleksibel

i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional

j. Diterima para anggota organisasi

3. Pencegahan dan Penanganan

Berdasarkan Bappenas (2018:4-9) berikut pedoman pencegahan dan

penanganan stunting:

a. Intervensi gizi spesifik

1) Sasaran 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan)


52

a) Ibu hamil, intervensi dengan cara pemberian makanan tambahan

bagi ibu hamil dari kelompok miskin; suplementasi tablet tambah

darah; suplementasi kalsium; dan pemeriksaan kehamilan.

b) Ibu menyusui dan anak 0-24 bulan, intervensi dengan cara

promosi dan konseling menyusui; promosi dan konseling

pemberian makan bayi dan anak; tata laksana gizi buruk;

pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak kurus;

suplemen kapsul vitamin A; imunisasi; suplementasi zinc untuk

pengobatan diare; manajemen terpadu balita sakit; pencegahan

kecacingan.

2) Kelompok sasaran usia lainnya

a) Remaja putri dan wanita usia subur, intervensi dengan cara

pemberian suplementasi tablet tambah darah.

b) Anak 24-59 bulan, intervensi dengan cara tata laksana gizi buruk;

pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak kurus;

pemantauan dan promosi pertumbuhan; suplementasi kapsul

vitamin A; suplementasi taburia; suplementasi zinc untuk

pengobatan diare, manajemen terpadu balita sakit; pencegahan

kecacingan.
53

b. Intervensi sensitif

1) Peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi

a) Akses air minum yang aman

b) Akses sanitasi yang layak

2) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan

a) Akses pelayanan Keluarga Berencana (KB).

b) Akses Jaminan Kesehatan (JKN).

c) Akses bantuan uang tunai untuk keluarga kurang mampu (PKH).

3) Peningkatan kesadaran, komitmen, dan praktik pengasuhan dan gizi

ibu dan anak.

a) Penyebarluasan informasi melalui berbagai media.

b) Peyediaan konseling perubahan perilaku antar pribadi.

c) Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang tua.

4) Penyediaan akses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), promosi

stimulasi anak usia dini, dan pemantauan tumbuh-kembang anak.

a) Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi untuk remaja.

b) Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

5) Peningkatan akses pangan bergizi


54

a) Akses bantuan pangan non tunai (BPNT) untuk keluarga krang

mampu.

b) Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam, tepung terigu,

minyak goreng).

c) Akses kegiatan kawasan rumah pangan lestari (KRPL).

d) Penguatan regulasi mengenai label dan iklan pangan.

I Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan

pengetahuan, teori, untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi

masalah dalam kehidupan manusia:

1. Tipe Penelitian

Metode penelitian merupakan serangkaian langkah-langkah yang

dilakukan secara terencana dan sistematis dalam usaha mendapatkan

jawaban terhadap masalah yang dihadapi, yaitu dengan menggunakan

cara-cara atau teknik-teknik tertentu.

Agar mendapatkan hasil yang memuaskan dari suatu penelitian, maka

harus didukung denganberbagai metode yang sesuai dan yang benar secara

ilmiah, sehingga kebenaran yang hendak dicapai dapat ditemukan, untuk


55

itu dalam penulisan skripsi inimenggunakan langkah-langkah sebagai

berikut:

Masri Singarimbun (2011) mengemukakan ada 3 tipe penelitian yaitu :

a) Penelitian Penjajagan (Exploratif Research) yaitu penelitian yang

bersifat terbuka, masih mencari-cari dan belum memiliki hipotesa

b) Penelitian Penjelasan(Explanatory Research) yaitu penelitian yang

menyoroti hubungan antara variable-variabel penelitian dan menguji

hipotesa yang telah dirumuskan.

c) Penelitian Deskriptif (Deskriptif Research) yaitu penelitian untuk

mengetahui perkembangan secara fisik tertentu atau frekuensi

terjadinya aspek fenomena sosial tertentu.

Berdasarkan ketiga tipe penelitian di atas, maka penelitian ini

menggunakan tipe penelitian penjelasan (Explanatory Research) yaitu

menyoroti hubungan antara variable-variabel penelitian dan menguji

hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Alasan penggunaan tipe

penelitian ini karena dalam penelitian ini akan menyoroti pengaruh kinerja

kader dan pengawasan terhadap efektivitas pencegahan dan penanganan

stunting di Desa Sarirejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.

2. Populasi dan sampel penelitian


56

Populasi

Menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atasobjek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.12

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa

Sarirejo yang menjadi sasaran pencegahan dan penanganan stunting

sejumlah 80 KK.

Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Bila populasi yang diteliti besar, peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi tersebut, hal ini dikarenakan

oleh keterbatasan dana, tenaga, dan waktu penelitian sehingga peneliti

dapat menggunakan sampel yang diambil dari pepulasi tersebut. Apa yang

dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk

populasi.13

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari seluruh masyarakat

yang menjadi sasaran pencegahan dan penanganan stunting Desa Sarirejo

12
Sugiyono, Prof. Dr. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung 2006.
13
Ibid.
57

Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora sejumlah 80 KK. Dari 80 KK

masyarakat Desa Sarirejo maka dari itu peneliti mengambil 38% dari

populasi yaitu sejumlah 30 KK yang akan dijadikan sampel atau responden

penelitian. Peneliti beranggapan jumlah tersebut sudah mewakili dari

seluruh jumlah populasi yang ada.

a) Elemen

Elemen atau unsur terkecil yang memiliki sifat karakteristik. Nazir

mendefinisikan “unsur atau unit elementer adalah objek dimana akan

dilakukan pengukuran-pengukuran”.14

Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi elemen dari penelitian ini

adalah masyarakat yang menjadi sasaran pencegahan dan penanganan

stunting oleh kader posyandu di Desa Sarirejo Kecamatan Bogorejo

Kabupaten Blora.

b) Kerangka sampel

Adalah daftar yang berisi satuan-satuan sampling yang ada dalam

sebuah populasi (kader posyandu di Desa Sarirejo Kecamatan

Bogorejo Kabupaten Blora), yang berfungsi sebagai dasar untuk

14
Nasir, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta: 1983,327
58

penarikan sampel. Setiap satuan sampling mempunyai nomor urutan

tertentu.

No
Nama Responden Alamat
.
1 Paisah Sarirejo RT 06 RW 01
2 Liza Yudhiyana Sarirejo RT 05 RW 01
3 Jami Sarirejo RT 03 RW 01
4 Rohmad Saebudin Sarirejo RT 03 RW 01
5 Eko Wahyudi Sarirejo RT 03 RW 01
6 Sarti Sarirejo RT 02 RW 01
7 Zaenuri Sarirejo Dk Sumberejo RT 02 RW 02
8 Parno Sarirejo RT 04 RW 01
9 Lasmongin Sarirejo Dk Sumberejo RT 02 RW 02
10 Riawati Sarirejo Dk Sumberejo RT 02 RW 02
11 Tugirah Sarirejo RT 03 RW 02
12 Damin Sarirejo RT 06 RW 01
13 Exta Wanli Sarirejo RT 01 RW 03
14 Dwi Setiyana Sarirejo Dk Sumberejo RT 02 RW 02
15 Peni Setiyo Sarirejo RT 03 RW 01
16 Mugir Sarirejo RT 03 RW 01
17 Kartono Sarirejo RT 07 RW 01
18 Lasiban Sarirejo Gebang RT 02 RW 02
19 Tarni Sarirejo Gebang RT 02 RW 02
20 Toyibun Sarirejo RT 06 RW 01
21 Sali Sarirejo Dk Sumberejo RT 03 RW 07
22 Sutiyono Sarirejo RT 01 RW 01
23 Damiri Sarirejo RT 04 RW 01
24 Kasturi Sarirejo RT 02 RW 02
25 Wardi Sarirejo RT 03 RW 01
26 Suntari Sarirejo Dk Sumberejo RT 03 RW 02
27 Slamet Sarirejo Dk Sumberejo RT 03 RW 02
28 Ramini Sarirejo RT 04 RW 01
29 Paijan Sarirejo Dk Sumberejo RT 03 RW 02
30 Karjono Sarirejo Dk Sumberejo RT 03 RW 02

c) Teknik Pengambilan Sampel


59

Sutrisno Hadi (2004) mengemukakan bahwa ada dua teknik

pengambilan sampel yaitu :

1) Teknik random sampling

Teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

semua elemen dari penelitian dalam diri sendiri maupun kelompok

mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.

2) Teknik non random sampling

Teknik non random sampling adalah teknik pengambilan sampel

dimana tidak semua elemen dalam penelitian baik sendiri maupun

kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan

sampel.

Teknik pengambilan sampel sangat banyak dalam bidang penelitian.

Akan tetapi, dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan

data sempel non random sampling. Dengan menggunakan sempel

non random sampling yaitu pengambilan sampel dengan responden

yang telah dipilih peneliti karena responden harus Masyarakat Desa

Sarirejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.

3. Sumber data
60

Dalam penelitian ini terdapat 2 macam sumber data yang diperoleh

peneliti, sumber data tersebut meliputi :

a) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh peneliti secaralangsung

(dari tangan pertama). Data primer dapat berupa opini subyek(orang)

secara individu atau kelompok, hasil observasi terhadap suatubenda

(fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil penguji. Metode yangdigunakan

untuk mendapatakan data primer yaitu :

1) Metode Survei

2) Metode Observasi

Jadi yang dimaksud sumber data primer adalah masyarakat Desa

Sarirejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora menjadi sasaran

pencegahan dan penanganan stunting oleh kader posyandu di Desa

Sarirejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.

b) Sumber Data Sekunder

Data Sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan
61

atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)

yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

Data sekunder dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

1) Pemahaman masalah

2) Penjelasan masalah

3) Formulasi alternatif penyelesaian masalah yang layak

4) Solusi masalah

Jadi sumber data sekunder adalah dokumen kependudukan Desa

Sarirejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kali ini digunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan

data antara lain dengan :

a) Observasi

Yaitu teknik pengumpul data yang dilaksanakan dengan mengadakan

pengamatan dan catatan secara sistematis terhadap obyek- obyek

penelitian observasi yang dilakukan secara langsung di Posyandu Desa

Sarirejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.

b) Interview
62

Adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara atau

tanya jawab secara langsung kepada kader maupun masyarakat secara

umum dan masyarakat yang menjadi sasaran pencegahan dan

penanganan stunting oleh kader posyandu di Desa Sarirejo Kecamatan

Bogorejo Kabupaten Blora .

c) Quesionaire

Teknik ini memberikan tanggungjawab kepada resoponden

untukmembaca dan menjawab pertanyaan. Quesionaire dapat

didistribusikan dengan berbagai cara antara lain, secara langsung

disampaikan olehpeneliti maupun secara tidak langsung.

d) Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara melihat

stratifikasi dokumen, pelaporan, literature dan lain-lain yang ada

hubungannya dengan penelitian.

5. Skala Pengukuran Data

Agar tidak salah dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian

selanjutnya maka perlu adanya pengklasifikasian yang akan diukur.

Jenis-jenis skala pengukuran ada 4 macam, yaitu

a) Skala Ordinal
63

Skala pengukuran yang menunjukkan tingkatan. Tingkatan yang paling

rendah sampai ke tingkat yang paling tinggi menurut suatu atribut

tertentu tanpa ada petunjuk yang jelas tentang beberapa jumlah absolut

yang dimiliki oleh masing-masing responden tersebut dan berapa

interval antara responden dengan lainnya.

b) Skala Nominal

Dalam ukuran ini tidak ada asumsi tentang jarak maupun urutan antara

kategori-kategori dalam ukuran itu. Dasar penggolongannya adalah

kategori yang tidak tumpang tindih (Mutuality Ekslusif)

c) Skala Rasio

Skala ini adalah interval yang benar-benar memiliki nilai nolmutlak.

Dengan demikian skala rasio menunjukan jenis pengukuran yang sangat

jelas dan akurat.

d) Skala Interval

Skala interval yaitu ukuran yang tidak semata-mata mengurutkan orang

atau obyek berdasarkan suatu atribut, tetapi juga memberikan informasi

tentang interval antara satu obyek dengan obyek lainnya.


64

Dari berbagai jenis skala pengukuran penelitian tersebut, maka dalam

penelitian ini digunakan skala pengukuran ordinal dengan cara sebagai

berikut :

1) Pengukuran indikator masing-masing variabel yang telah dijabarkan

dalam item-item pertanyaan.

2) Pedoman untuk mendapatkan skor menggunakan skala Likert

dimana ketentuannya adalah sebagai berikut:

a) Apabila responden menjawab sesuai yang diharapkan maka

mendapatkan skor tertinggi, yaitu 5.

b) Apabila jawaban resoponden tidak sesuai yang diharapkan maka

mendapatkan skor terendah, yaitu 1.

c) Kategori jawaban dibagi menjadi 5 alternatif, yaitu

1. Responden menjawab sangat mampu diberiskor 5.

2. Responden menjawab mampu diberi skor 4.

3. Responden menjawab cukup mampu diberi skor 3.

4. Responden menjawab kurang mampu diberiskor 2.

5. Responden menjawab tidak mampu diberi skor 1.


65

Selanjutnya untuk melengkapi analisa kuantitatif akan digunakan Analisa

berdasarkan nilai rata-rata persentase pada setiap jawaban dengan pengukuran

sebagai berikut :

∑ skor yang dicapai X 100 %


∑ skor yang diharapkan
Dengan nilai yang dihasilkan, maka dapat diklasifikasikan dalam 4

kategori sebagai berikut :

75,00% - 100%= kategori tinggi

50,00% - 74,99% = kategori sedang

25,00% - 49,99% = kategori rendah

0,00% - 24,99% = kategori sangat rendah

6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

a. Teknik Pengolahan Data

Menurut Moh Pabundu Tika (2005: 63-75) sebelum melakukan analsis

data, perlu dilakukan pengolahan data terlebih dahulu. Tahap

pengolahan data dalam penelitian ini meliputi editing, coding, dan

tabulasi.

1) Editing
66

Editing atau pemeriksaan adalah pengecekan atau penelitian

kembalidata yang telah dikumpulkan untuk mengetahui dan menilai

kesesuaian dan relevansi data yang dikumpulkan untuk bisa diproses

lebih lanjut. Hal yang perlu diperhatikan dalam editing ini adalah

kelengkapan pengisisan kuesioner, keterbacaan tulisan, kesesuaian

jawaban, dan

relevansi jawaban.

2) Coding

Coding atau pemberina kode adalah pengklasifikasian jawaban yang

diberikan responden sesuai dengan macamnya. Dalam tahap koding

biasanya dilakukan pemberian skor dan simbol pada jawaban

responden agar nantinya bisa lebih mempermudah dalam pengolahan

data.

3) Tabulasi

Tabulasi merupakan langkash lanjut setelah pemeriksaan dan

pemberian kode. Dalam tahap ini data disusun dalam bentuk tabel

agarlebih mempermudah dalam menganalisis data sesuai dengan

tujuan penelitian. Tabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

table frekuensi yang dinyatakan dalam persen.


67

b. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam sebuah penelitian adalah menggunakan

analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.

1) Analisis Data Kualitatif

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-

macam (trianggulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai

datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus

mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada

umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data

kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada

polanya yang jelas.Oleh karena itu sering mengalami kesulitan

dalam melakukan analisis.

2) Analisis Data Kuantitatif

Dalam pengertian kuantitatif, analilis data yang digunakan sudah

jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau

menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Karena

datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode

statistik yang sudah tersedia. Misalnya akan menguji hipotesis


68

hubungan antar dua variabel, bila datanya ordinal maka statistik

yang digunakan adalah Korelasi Spearman Rank, sedang bila

datanya interval atau ratio digunakan Korelasi Pearson Product

Moment. Bila akan menguji signifikansi komparasi data dua sampel,

datanya interval atau ratio digunakan t-test dua sampel, bila datanya

nominal digunakan Chi Kuadrat. Selanjutnya, bila akan menguji

hipotesis komparatif lebih dari dua sampel, data intervalnya,

digunakan Analisis Varian.

J Pengujian Hipotesis /Uji Statistik

Adapun untuk menguji hipotesis penelitian sebagai berikut. Untuk

menguji pengaruh kinerja kader (X1) terhadap Pencegahan dan penanganan

stunting (Y) menggunakan korelasi product moment :

ʳx_1 y=(∑x_1 y)/√((∑〖x_1 ²)〗^ (∑y²))

Untuk menguji pengaruh pengawasan (X2) terhadap Pencegahan dan

penanganan stunting (Y) menggunakan korelasi product moment berikut :

ʳx_2 y=(∑x_2 y)/√((∑〖x_2 ²)〗^ (∑y²))

Untuk menguji pengaruh kinerja kader (X1) dan pengawasan (X2)

terhadap Pencegahan dan penanganan stunting (Y) menggunakan koefisien

korelasi berganda sebagai berikut :

r_(x_1 x_2 y)= √((r^2 x_1 y+r^2 x_2 y- 〖 2 (r 〗 _(x_1 y)) (r_(x_2 y))

(r_(x_1 x_2 )))/(1- r^2 x_1 x_2 ))


69

Kemudian dari rumus perhitungan diatas, hasilnya dapat

dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikansi 5% dengan

ketentuan sebagai berikut :

Bila r hitung ≥ r tabel, pada taraf signifikansi 5% korelasi dinyatakan

signifikan, maka hipotesis diterima.

Bila r hitung ≤ r tabel, pada taraf signifikansi 5% korelasi dinyatakan

signifikan, maka hipotesis ditolak.

Untuk menghitung besarnya kontribusi variabel X1 kinerja kader

dan variabel X2 pengawasan dalam mempengaruhi variabel Y

Pencegahan dan penanganan stunting diuji signifikasi:

Fhitung = (R^2 (n-k-1))/(k(1-R^2))

Keterangan :

R = Koefisien korelasi ganda

k = jumlah variable independen

n = jumlah anggota sampel

selanjutnya sebagai kriteria untuk menentukan apakah koefisien

korelasi product moment signifikan atau tidak dikonsultasikan dengan F table

product moment dengan pembilang= k dan dk peneyebut = n – k – 1 dan taraf

signifikan 5%. Adapun aturan pengujian hipotesa adalah sebagai berikut :

Bila F hitung > F tabel, pada taraf signifikansi 5% korelasi dinyatakan

signifikan, maka hipotesis diterima.

Bila F hitung < F tabel, pada taraf signifikansi 5% korelasi dinyatakan

signifikan, maka hipotesis ditolak.


70

Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dengan simbol r2 merupakan proporsi

variabilitas dalam suatu data dihitung didasarkan pada model statistik. Rumus

untuk menghitung koefisien determinasi (KD) adalah :

KD = r2 x 100%

Anda mungkin juga menyukai