DOSEN PEMBIMBING:
TAHUN 2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Gangguan Eliminasi Urine pada Pasien ISK”.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
....................................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
....................................................................................................................................
1
A. Latar Belakang
.................................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
.................................................................................................................................
2
C. Tujuan Penulisan
.................................................................................................................................
2
D. Manfaat
.................................................................................................................................
2
iii
A. Konsep Teori Infeksi Saluran Kemih
.................................................................................................................................
4
B. Konsep Gangguan Eliminasi Urine
.................................................................................................................................
9
C. Konsep Asuhan Keperawatan
.................................................................................................................................
11
A. Pengkajian Keperawatan
.................................................................................................................................
24
B. Analisa Data
.................................................................................................................................
33
C. Diagnosa Keperawatan
.................................................................................................................................
33
D. Intervensi Keperawatan
.................................................................................................................................
34
E. Implementasi Keperawatan
.................................................................................................................................
36
F. Evaluasi Keperawatan
.................................................................................................................................
39
iv
BAB IV PENUTUP
....................................................................................................................................
41
A. Kesimpulan
.................................................................................................................................
41
B. Saran
.................................................................................................................................
42
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................................
43
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) sering terjadi pada wanita. Di karenakan uretra
wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati jalur ke
kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah kecenderungan untuk menahan urin
serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin. Uretra pendek
meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih. ISK memunculkan gejala- gejala
nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih, Spasame pada area kandung kemih,
hematuria, nyeri punggung dapat terjadi, demam, menggigil, nyeri panggul dan pinggang,
nyeri ketika berkemih, malaise, mual dan muntah sehingga terjadi gangguan eliminasi
urine (Sepalanita, 2012).
Infeksi saluran kemih salah satu penyakit infeksi dengan jumlah bakteri uria
berkembang biak dengan jumlah kuman biakan urin >100.000/ml urin. Bakteriuria
asimtomatik didefinisikan sebagai kultur urin positif tanpa keluhan, sedangkan bakteriuria
simtomatik didefinisikan sebagai kultur urin positif disertai keluhan. Infeksi saluran kemih
disebabkan oleh berbagai macam bakteri diantaranya E.coli, klebsiella sp, proteus sp,
providensiac, citrobacter, P. aeruginosa, acinetobacter, enterococu faecali, dan
staphylococcus saprophyticusnamun, sekitar 90% ISK secara umum disebabkan oleh
Ecoli. (Jennifer, 2012).
Infeksi saluran kemih disebabkan invasi mikroorganisme ascending dari uretra
ke dalam kandung kemih. Invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal dipermudah
dengan refluks vesikoureter. Pada wanita, mula- mula kuman dari anal berkoloni vulva
kemudian masuk ke kandung kemih melalui uretra yang pendek secara spontan atau
mekanik akibat hubungan seksual dan perubahan pH dan flora vulva dalam siklus
menstruasi. Ketika urin sulit keluar dari kandung kemih, terjadi kolonisasi
mikroorganisme dan memasuki saluran kemih bagian atas secara ascending dan merusak
epitel saluran kemih sebagai host. Hal ini disebabkan karena pertahanan tubuh dari host
yang menurun dan virulensi agen meningkat (Kiran dkk, 2013).
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. mendeskripsikan hasil pengkajian data, klasifikasi data dan analisa data secara tepat
pada gangguan eliminasi urine pada pasien ISK
b. merumuskan diagnosa keperawatan pada gangguan eliminasi urine pada pasien ISK
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Keluarga
2
3. Bagi Pelayanan Kesehatan/Rumah Sakit
E. Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat
A. Pengkajian Keperawatan
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di kandung
kemih yang umumnya steril.Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi
urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih yang tidak hanya mengenai
kandung kemih (prostatitis, uretritis) (Mansjoer, 2016).
Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme.Sebagian besar Infeksi
Saluran Kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi
penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah yang disebabkan oleh Escherichia coli, suatu
organisme yang sering ditemukan di daerah anus (Corwin, 2009).
2. Etiologi
Menurut Pierce & Neil (2007), faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko
ISK meliputi:
4
c. Disfungsi kandung kemih (neuropatik)
d. Imunosupresi
e. Diabetes mellitus
f. Kelainan structural (misalnya refluks vesikoureter)
g. Kehamilan
3. Manifestasi Klinis
Menurut Pierce & Neil (2006) manifestasi klinis ISK dibedakan berdasarkan letak
infeksi:
a. ISK bagian bawah
1) Disuria
2) Frekuensi dan urgensi
3) Nyeri suprapubik
4) Hematuria
5) Nyeri pada skrotum (epididimo-orkitis) atau nyeri pada perineum (prostatitis)
b. ISK bagian atas
1) Demam, menggigil
2) Nyeri pinggang
3) Malaise
4) Anoreksia
5) Nyeri tekan pada saidut kostovertebra dan abdomen
4. Patofisiologi
Pada individu normal, biasanya pria maupun wanita urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing.Utero distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negatif (Sudoyo,
2006).
Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke
dalam kandung kemih.Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat
mencapai ginjal. Proses ini, dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi
mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkin akibat lanjut dari
bakteriema. (Sudoyo, 2006).Pada wanita, jalur yang biasa terjadi adalah mula-mula kuman
dari anal berkoloni di vulva, kemudian masukke kandung kemih melalui uretra yang
pendek secara spontan atau mekanik akibat hubungan seksual. Pada pria, setelah prostat
5
terkoloni maka akan terjadininfeksi asenden. Mungkin juga terjadi akibat pemasangan
alat, seperti kateter.terutama pada golongan usia lanjut (Mansjoer, 2016). Disuria,
frekuensi miksi yang bertambah, dan nyeri suprapubik adalah gejala iritasi kandung
kemih.Beberapa pasien mengeluh bau yang tidak menyenangkan utan keruh, dan mungkin
hematuria.Bila mengenai saluran kemih atas, mungkin terdapat gejala-gejala pielonefritis
akut seperti demam, mual, dan nyeri pada ginjal.Namun pasien dengan infeksi ginjal,
mungkin hanya menunjukkan gejala saluran kemih bawah atau tidak bergejala (Mansjoer,
2016).
6
5. WOC (Web Of Caution)
Munitas Bakteri
ISK bawah
Pengeluaran hormone
Pengaktifan prostagladin Nyeri akibat peradangan
katekolamin
perenkim ginjal
Perangsangan pusat
thermost di hipotalamus Nyeri menyebar ke pinggang Asam lambung
Thermost tubuh
MK: HIPERTERMIA
7
6. Klasifikasi
Menurut Sudoyo (2006), Infeksi Saluran Kemih (ISK) diklasifikasikan menjadi :
a. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.
1) Pada perempuan, terdapat dua jenis ISK bawah pada perempuan yaitu sistitis dan
sindrom uretra akut. Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna.Sindrom Uretra Akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis
tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
Penelitian terkini SUA disebabkan mikroorganisme anaerob.
2) Pada laki-laki, presentasi klinis ISK bawah mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis,
dan uretritis.
b. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
1) Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan infeksi bakteri.
2) Pielonefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.Obstruksi saluran kemih dan
refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang
spesifik.Bakteriuria asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi
tidak pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.
7. Pemeriksaan Penunjang
Analisis urin rutin pemeriksaan mikroskopik urin segar, kultur urin serta jumlah
bakteri/ml urin merupakan protokol standar untuk pendekatan diagnosis ISK. Pemeriksaan
lainnya seperti pencitraan ginjal (renal imaging).Namun pemeriksaan ini tidak boleh rutin
dan harus berdasarkan indikasi klinis kuat seperti USG, radiografi (fotopolos perut,
pielografi IV, sistogram miksi) dan isotop scanning (Sudoyo, 2006).
8. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita infeksi saluran kemih antara lain: batu
saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kumanyang multisistem, gangguan
8
fungsi ginjal (Rani, et al. 2004)Sedangkan menurut Suharyanto (2009) komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita dengan infeksi saluran kemih adalah:
1) Pyelonephritis
Infeksi yang naik dari uretra ke ginjal, tubulus ruflux dan jaringan intestinal yang
terjadi pada satu atau dua ginjal.
2) Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu lama dan bila infeksi sering berulang dan tidak di obati dengan
tuntas sehingga dapat menyebabkan kerusakan ginjal baik secaraakut atau kronis.
4) Kolik Renal
Nyeri hebat yang biasanya terjadi pada daerah iga dan panggul, yang menjalar
sepanjang abdomen dan dapat berakhir pada daerah genitalia dan paha dalam.
Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh yang bertujuan
untuk mengeluarkan bahan sisa dari tubuh. Eliminasi urin ini sangat tergantung kepada
fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.Ginjal menyaring produk limbah dari
darahuntuk membentuk urin.Ureter bertugas mentranspot urin dari ginjal ke kandung
kemih.Kandung kemih berguna untuk menyimpan urin sampai timbul keinginan untuk
berkemih. Kandung kemih dalam kondisi normal dapat menampung urin sebanyak 600 ml.
Akan tetapi, keinginan untuk berkemih dapat dirasakan pada saat kandung kemih terisi
urin dalam jumlah yang lebih kecil (150-200 ml pada orang dewasa).
9
Terjadinya peningkatan volume urin, dinding kandung kemih akan meregang dan
mengirim impuls-impuls sensorik ke pusat mikturisi di medulla spinalis pars sakralis.
Impuls saraf parasimpatis dari pusat mikturisi menstimulus otot detrusor untuk
berkontraksi secara teratur. Sfingter uretra interna juga akan berelaksasi sehingga urin
dapat masuk ke dalam uretra. Kandung kemih akan berkontraksi, impuls saraf naik ke
medulla spinalis sampai ke pons dan korteks serebral. Individu akan menyadari
keinginanya untuk berkemih, urin akan keluar dari tubuh melalui uretra(Smeltzer, 20013).
Banyak faktor yang mempengaruhi volume serta kualitas urin serta kemampuan
klien untuk berkemih, yaitu diet dan asupan makanan, respon keinginan awal untuk
berkemih, gaya hidup, stress psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan serta
kondisi penyakit. Hal ini juga dapat menyebabkan beberapa perubahan tersebut dapat
terjadi bersifat akut dan kembali pulih/reversible ataupun dapat pula terjadi perubahan
yang bersifat kronis serta tidak dapat sembuh kembali/ireversibel (Smeltzer, 2013).
2. Batasan karakteristik
4. Inkontinensia adalah kondisi dimana klien tidak dapat mengontrol buang air kecil
5. Inkontinensia urine merupkan ketidak mapoan otot sphinter eksternal sementara atau
menetap untuk mengotrol eksresi urine
6. Nokturia yaitu keluhan saat berkemih pada malam hari atau terbagun pada malm hari
untuk berkemih lebih dari 1 kali dalam 1 malam
7. Retensi urine yaitu penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih
8. Sering berkemih
10
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Gangguan Eliminasi Urine Faktor-faktor yang
berhubungan dengan gangguan eliminasi urine menurut nanda yaitu:
3. Obstruksi anatomik
4. Penyebab multiple
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan infeksi saluran kemih meliputi
identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakir terdahulu,
riwayat penyakit keluarga, serta pengkajian psikososial dan spiritual.
1. Identitas
1) Identitas klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, status perkawinan, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
registrasi, dan diagnosa medis.
1) Keluhan utama : biasanya pada pasien dengan infeksi saluran kemih keluhan utamanya
meliputi dysuria, polyuria, nyeri, terdesak kencing.
11
3. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang timbul rasa sakit atau terbakar pada daerah perut bagian
bawah, sering berkemih namun urin yang dikeluarkan hanya sedikit, tidak dapat
menahan rasa ingin berkemih.
2) Riwayat penyakit dahulu : apakah sebelumnya pernah mengalami sakit infeksi saluran
kemih (ISK)
3) Riwayat penyakit keluarga : infeksi saluran kemih (isk) bukanlah penyakit yang bisa di
turunkan melalui genetik.
4. Riwayat psikososial dan spiritual biasanya klien cemas, bagaimana mekanisme koping
yang digunakan mengalami gangguan dalam melakukan ibadat karena klien merasa lemah.
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
Gejala : Perasaan sangat sakit pada saat ingin buang air kecil, sering berkemih dan rasa
seperti terbakar saat berkemih, tidak mampu mengosongkan kandung kemih, sakit
pinggang dan deman
Tanda : penurunan bising usus, perubahan turgor kulit, edema,(umum, bagian bawah)
12
e. Neurosensory
f. Nyeri/Kenyaman
g. Keamanan
2. Diagnosa Keperawatan
Perawat diharapkan memiliki rentang perhatian yang luas, baik pada klien sakit
maupun sehat. Respons-respons tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan
dan proses kehidupan yang dialami klien. Masalah kesehatan mengacu kepada respons
klien terhadap kondisi sehat-sakit, sedangkan proses kehidupan mengacu kepada respons
klien terhadap kondisi yang terjadi selama rentang kehidupannya dimulai dari fase
pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal yang membutuhkan diagnosis
keperawatan dan dapat diatasi atau diubah dengan intervensi keperawatan (Christensen &
Kenney, 2009; McFarland & McFarlane, 1997; Seaback, 2006).
Berdasarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih, diagnose yang mungkin
muncul pada klien dengan infeksi saluran kemih menurut Standar Diagnosa Keperawatan
antara lain :
13
3. Inkontinensia urin berlebih berhubungan dengan kerusakan atau ketidakadekuatan
jalur aferen
4. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan penurunan tonus kandung kemih
5. Inkontensia urine refleks
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara
mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah (Potter & Perry, 2009).
14
- Ambil sampel urine
tengah (midstream)
atau kultur
Edukasi
- Ajarkan tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih
- Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urine
- Ajarkan mengambil
specimen urine
midstream
- Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan
waktu yang tepat
untuk berkemih
- Ajarkan terapi
modalitas penguatan
otot- oto
panggul/berkemihan
- Anjurkan minum
yang cukup, jika
tidak ada
kontraindikasi
- Anjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
supositoria uretra,
jika perlu
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
15
dengan agen pencedera selama 3 x 24 jam, maka
fisiologis (mis. Inflamasi, Tingkat Nyeri menurun, Observasi
iskemia, neoplasma) dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi,
dibuktikan dengan - Kemampuan karakteristik, durasi,
subjektif mayor mengeluh menuntaskan aktivitas frekuensi, kualitas,
nyeri. Objektif mayor (1) intensitas nyeri
tampak meringis, bersikap - Keluhan nyeri (5) - Identifikasi skala
protektif, gelisah, - Meringis (5) nyeri
frekuensi nadi meningkat, - Fungsi berkemih (5) - Identifikasi respon
sulit tidur. Objektif minor nyeri non verbal
tekanan darah meningkat, - Identifikasi faktor
pola napas berubah, nafsu yang memperberat
makan berubah, proses dan memperingan
berpikir terganggu, nyeri
menarik diri, berfokus - Identifikasi
pada diri sendiri, pengetahuan dan
diaphoresis. keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
16
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
17
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, maka : BAB/BAK
hambatan lingkungan Pola Tidur Membaik, Observasi
dibuktikan dengan dengan kriteria hasil : - Identifikasi
subjektif mayor mengeluh - Keluhan sulit tidur (1) kebiasaan BAK/BAB
sulit tidur, mengeluh - Keluhan sering terjaga sesuai usia
sering terjaga, mengeluh (1) - Monitor integritas
tidak puas tidur, mengeluh - Keluhan istirahat tidak kulit pasien
pola tidur berubah, cukup (1) Terapeutik
mengeluh istirahat tidak - Kemampuan - Buka pakaian yang
cukup. Subjektif minor beraktivitas (1) diperlukan untuk
mengeluh kemampuan memudahkan
beraktivitas menurun. eliminasi
- Dukung penggunaan
toilet/commode/pisp
ot/urinal secara
konsisten
- Jaga privasi selama
eliminasi
- Ganti pakaian pasien
setelah eliminasi,
jika perlu
- Bersihkan alat bantu
BAK/BAB setelah di
gunakan
- Latih BAB/BAB
18
sesuai jadwal, jika
perlu
- Sediakan alat bantu
( mis. Kateter
ekternal, urinal ) jika
perlu
EDUKASI
- Anjurkan BAK/Bab
secara rutin
- Anjurkan ke kamar
mandi/ toilet, jika
Perlu
4. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertermia
dengan proses penyakit selama 3 x 24 jam, maka Observasi
(mis. Infeksi, kanker) Termoregulasi membaik, - Identifikasi penyebab
dibuktikan dengan objektif dengan kriteria hasil : hipertermia (mis.
mayor suhu tubuh diatas - Menggigil (1) Dehidrasi, terpapar
nilai normal. Objektif - Kulit merah (1) lingkungan panas,
minor kulit merah, kejang, - Suhu tubuh (5) penggunaan
takikardi, takipnea, kulit - Suhu kulit (5) incubator)
terasa hangat. - Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar
elektrolit
- Monitor haluaran
urine
- Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
19
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap
hari atau lebih sering
jika mengalami
hyperhidrosis
(keringat berlebihan)
- Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Selimut hipertermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
- Hindari pemberian
antiseptic atau
aspirin)
- Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu
5. Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, maka Observasi
peningkatan kebutuhan Nafsu Makan membaik, - Identifikasi status
metabolism dibuktikan dengan kriteria hasil : nutrisi
dengan objektif mayor - Keinginan makan (5) - Identifikasi alergi
berat badan menurun 10% - Asupan makan (5) dan intoleransi
dibawah rentan ideal.
20
Subjektif minor cepat - Asupan nurtisi (5) makanan
kenyang setelah makan, - Stimulus untuk makan - Identifikasi makanan
kram/nyeri abdomen, (5) yang disukai
nafsu makan menurun. - Identifikasi
Objektif minor bising usus kebutuhan kalori dan
hiperaktif, otot pengunyah jenis nutrient
lemah, otot menelan - Identifikasi perlunya
lemah, membrane mukosa penggunaan selang
pucat, sariawan, serum nasogestrik
albumin turun, rambut - Monitor asupan
rontok berlebihan, diare. makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral
hygiene, jika perlu
- Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
- Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
21
makan melalui
selang nasogatrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetic), jika
perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
4. Implementasi
Implementasi adalah fase tindakan pada proses keperawatan. Tindakan tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan aktivitas mandiri yang merupakan aktivitas
saat perawat menentukan keputusannya sendiri, serta aktivitas kolaboratif yang merupakan
aktivitas- aktivitas yang telah diprogramkan oleh dokter serta dilaksanakan oleh perawat,
contohnya pemberian obat (Potter & Perry, 2009).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,
22
dilanjutkan atau diubah (Kozier, 2010). Tahap penilaiam atau evaluasi adalah
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya (Setiadi, 2012). Evaluasi yang digunakan
berbentuk S (Subjektif), O (Objektif). A (Analisis), P (Perencanaan terhadap analisis).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : Ny. A
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Pendidikan : SMA
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Suku : Melayu
8. Alamat : Jl. Kuala Lempuing
: No. Telp : 085368764251
9. Nama Penanggung Jawab : Tn. M
10. Alamat Penanggung Jawab : Jl. Kuala Lempuing
: No. Telp : 085893216754
11. Tanggal Masuk : 12 April 2023
12. Tanggal Pengkajian : 13 April 2023
13. Diagnosa Medis : ISK
23
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara pada tanggal 12 April 2023 pukul
03.30 WIB dengan keluhan nyeri hebat pada pinggang sebelah kiri atas, disertai
nyeri saat buang air kecil dan BAK terasa tidak puas sejak 2 minggu terakhir.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan sejak ± 2 minggu mengalami nyeri saat buang air kecil
terasa panas seperti terbakar, dan rasa tidak puas saat BAK karena urin yang keluar
sedikit- sedikit dengan frekuensi > 10 kali sehari dengan warna urin kuning keruh.
Pasien sudah berusaha dengan berobat ke bidan, namun hanya menghilangkan nyeri
sebentar kemudian muncul lagi. 3 hari yang lalu pasien mengalami demam,
menggigil, mual, tidak nafsu makan dan warna urin menjadi pekat seperti air teh.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 13 April 2023 pasien
mengatakan nyeri pinggang kiri atas dengan skala nyeri saat ini 5/10, nyeri
dirasakan hilang timbul, muncul saat bergerak atau tertekan, lama nyeri ± 2 menit.
Nyeri dan terasa panas saat BAK, urin keluar sedikit-sedikit, frekuensi BAK > 10
kali sehari, mual dan kurang nafsu makan. Dan kepala terasa pusing karena kurang
tidur, sering terbangun untuk buang air kecil
C. Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi, pasien memiliki
riwayat gastritis, dan pernah dirawat di rumah sakit ± 9 bulan yang lalu karena
appendieitis dan dilakukan apendiktomi.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)
24
: Meninggal : Pasien
: Garis Keturunan
E. Riwayat Keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang pernah mengalami
penyakit yang sama seperti pasien dan tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit
degenerative seperti hipertensi, DM, jantung dan penyakit infeksi lainnya.
25
Saat di rumah sakit pasien mengatakan sudah BAB 1 kali dengan
konsistensi feses lunak dan berwarna kuning tidak ada keluhan saat BAB.
BAK dengan frekuensi yang sulit dihitung ± 10 kali per hari karena urin
keluah sedikit- sedikit dan rasa terdesak ingin BAK, urin berwarna kuning
keruh dengan keluhan nyeri saat BAK, dengan jumlah haluaran urin ± 300
ml/24 jam.
A. Kepala
Inspeksi
Rambut
Jumlah : Sedikit
Distribusi : Rambut merata
Tekstur : Kasar
Kebersihan : Bersih
Palpasi
27
Kulit Kepala
Lesi : Tidak ada lesi
Tlg. Tengkorak
Kontur : Keras
Ukuran : Sedang
Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekanan
Wajah
Inspeksi
Kesimestrisan : Simestris kiri dan kanan
Ekspresi : Datar
Kulit
Inspeksi
Warna : Warna kulit merata dengan warna kulit lainnya
Lesi : Tidak terdapat lesi
Mata
Inspeksi
Kelopak Mata : Tidak terdapat edema ataupun lesi
Konjungtiva : An anemis
Sclera : An ikterik
Kedudukan Bola Mata : Simetris kiri dan kanan
Pergerakan Bola Mata : Normal
Reaksi Pupil : Bereaksi dengan cahaya
Alis Mata : Simetris kiri dan kanan
Ketajaman Penglihatan : Melihat dengan jelas
Kornea : Jernih
Pupil : Isokor
Telinga
Inspeksi
Struktur Luar : Daun telinga bersih
28
Bagian Dalam : Terlihat sedikit serumen
Tes Pendengaran
- Weber :-
- Rinne :-
Hidung
Inspeksi
Struktur Luar : Simetris kanan dan kiri
Apakah Pasien Bernafas : Terlihat bernafas menggunakan cuping hidung
Dengan Cuping Hidung
Sinus : Tidak ada kelainan
Struktur Dalam
- Warna : Merata dengan warna lainnya
- Konka : Tidak ada peradangan
- Septum : Tidak ada deviasi septum
Mulut
Inspeksi
Bibir : Simetris
Gigi : Gigi terlihat kuning
Gusi : Gusi terlihat kotor
Paring
- Warna : Merah muda, merata dengan warna lainnya
- Eksudat : Tidak ada
Lidah
- Warna : Merah muda
- Lesi : Tidak ada
- Gerakan : Normal (tidak ada kelainan)
Tes Pengecapan : Tidak dilakukan
B. Leher
Inspeksi
29
Kesimetrisan : Simetris
Palpasi
KGB : Tidak ada pembesaran
Tiroid : Tidak ada pembesaran
Deviasi Trakea : Tidak ada deviasi trakea
Vena Jugularis : Terdapat vena jugularis
30
Ukuran : Tidak ada
V. Hasil Laboratorium
Tabel 3.3.1 Pemeriksaan Urine
Tanggal pemeriksaan 12 April 2023
Makroskopik
Mikroskopik
31
Hemoglobin 13,6 Laki-laki : 130 – 18,0 gr/dl
Perempuan : 12,0 – 160 gr/dl
Ondansentron 2 x 1 amp ( 4 mg / 2 ml ) IV
Ceftriaxone 2 x 1 vial ( 1 gr ) IV
32
Urinter 2 x 1 tablet ( 400 mg ) Oral
- Terapi lanjutan
B. Analisa Data
33
C. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma) dibuktikan dengan subjektif mayor mengeluh nyeri. Objektif mayor tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Objektif minor
tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir
terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.
D. Intervensi Keperawatan
34
budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis
35
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
E. Implementasi Keperawatan
37
dengan skala 4/10
14.15 2. Mengingatkan dan 2. Pasien mengatakan
menanyakan penggunaan kadang-kadang melakukan
nafas dalam, kompres nafas dalam dan pijatan
hangat pada kandung punggung, dan nyeri
kemih dan pijatan dirasakan berkurang.
punggung Pasien mampu
mendemonstrasikan nafas
dalam dengan baik
38
kemih dan pijatan
punggung
F. Evaluasi Keperawatan
40
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus Gangguan Eliminasi Urine pada Pasien ISK yang telah
kelompok lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan metode pengumpulan data wawancara,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Data fokus yang didapat dari hasil
pemeriksaan pada Ny.A (klien) mengeluh nyeri hebat pada pinggang sebelah kiri atas,
disertai nyeri saat buang air kecil dan BAK terasa tidak puas sejak 2 minggu terakhir..
Berdasakan pengkajian tersebut keluhan yang dialami klien menunjukkan Gangguan
eliminasi urine.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
41
Intervensi Keperawatan pada Ny. A telah direncanakan sesuai diagnosa yang
telah ditegakkan yang merujuk pada buku SIKI, SLKI dan jurnal sebagai evidence
base. Intervensi disusun berdasarkan fokus dari penulisan makalah ini yaitu mengenai
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Eliminasi Urine pada Pasien ISK.
4. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan semua intervensi yang disusun hamper semua dilakukan
implementasi. Implementasi Gangguan Urine pada Pasien ISK dilakukan selama 3 hari
pada pasien. Kelompok mendapatkan bahwa pasien Ny. A mengatakan bahwa nyeri
saat BAK sudah berkurang.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada kasus Ny. A dilakukan menggunakan metode SOAP. Hasil
akhir yang didapat pada implementasi hari ketiga yaitu pada Ny. A tampak lebih
nyaman, tingkat nyeri ringan, dan pasien dibolehkan pulang.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Keluarga
42
DAFTAR PUSTAKA
Hendarson,M.R. 2014. Pola Kuman dan Hasil Uji Kepekaan terhadap Antibiotika dari
Spesimen Urin yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Tahun 2011 hingga 2013.
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68435/…/S1-2014-296434-chapter1.pdf
diakses pada tanggal 10 November 2016
Kozier, Berman. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik
Volume 1 Edisi VII. Jakarta : EGC
Mandal B.K.,dkk. 2008. Lecture Notes Penyakit Infeksi Edisi 4. Jakarta : Erlangga Medical
Series
Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik Edisi
7. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
12. Jakarta: EGC
Sudoyo W, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I Edisi $. Jakarta : FKUI
Suharyanto, Toto. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media
43
44