Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

GANGGUAN ELIMINASI URINE PADA PASIEN ISK

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

1. RIFKAH FITRIA W. (P01720322034)


2. SABILATUL KHOIRI (P01720322035)
3. VANESA KANAYA (P01720322043)
4. WIRDA MUFTIA (P01720322044)
5. YESMIN RIKA A. (P01720322046)
6. YINDA NUPITASARI (P01720322047)
7. YUKE FIRDAHALIZA (P01720322100)
8. ZAHROTUL HAWALIYAH (P01720322049)

DOSEN PEMBIMBING:

NS. FITRI RAHAYU, S.Kep., M.Kep.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Gangguan Eliminasi Urine pada Pasien ISK”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini


masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun
penyusunan dan metodologi, oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk
saran maupun kritik yang membangun dari berbagai pihak agar makalah ini dapat
lebih sempurna lagi kedepannya.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini dapat


bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama
bagi kami sendiri dan mahasiswa Prodi Keperawatan Bengkulu lainnya.

Bengkulu, 6 April 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
....................................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
....................................................................................................................................
1
A. Latar Belakang
.................................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
.................................................................................................................................
2
C. Tujuan Penulisan
.................................................................................................................................
2
D. Manfaat
.................................................................................................................................
2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


....................................................................................................................................
4

iii
A. Konsep Teori Infeksi Saluran Kemih
.................................................................................................................................
4
B. Konsep Gangguan Eliminasi Urine
.................................................................................................................................
9
C. Konsep Asuhan Keperawatan
.................................................................................................................................
11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


....................................................................................................................................
24

A. Pengkajian Keperawatan
.................................................................................................................................
24
B. Analisa Data
.................................................................................................................................
33
C. Diagnosa Keperawatan
.................................................................................................................................
33
D. Intervensi Keperawatan
.................................................................................................................................
34
E. Implementasi Keperawatan
.................................................................................................................................
36
F. Evaluasi Keperawatan
.................................................................................................................................
39

iv
BAB IV PENUTUP
....................................................................................................................................
41

A. Kesimpulan
.................................................................................................................................
41
B. Saran
.................................................................................................................................
42

DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................................
43

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) sering terjadi pada wanita. Di karenakan uretra
wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati jalur ke
kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah kecenderungan untuk menahan urin
serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin. Uretra pendek
meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih. ISK memunculkan gejala- gejala
nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih, Spasame pada area kandung kemih,
hematuria, nyeri punggung dapat terjadi, demam, menggigil, nyeri panggul dan pinggang,
nyeri ketika berkemih, malaise, mual dan muntah sehingga terjadi gangguan eliminasi
urine (Sepalanita, 2012).
Infeksi saluran kemih salah satu penyakit infeksi dengan jumlah bakteri uria
berkembang biak dengan jumlah kuman biakan urin >100.000/ml urin. Bakteriuria
asimtomatik didefinisikan sebagai kultur urin positif tanpa keluhan, sedangkan bakteriuria
simtomatik didefinisikan sebagai kultur urin positif disertai keluhan. Infeksi saluran kemih
disebabkan oleh berbagai macam bakteri diantaranya E.coli, klebsiella sp, proteus sp,
providensiac, citrobacter, P. aeruginosa, acinetobacter, enterococu faecali, dan
staphylococcus saprophyticusnamun, sekitar 90% ISK secara umum disebabkan oleh
Ecoli. (Jennifer, 2012).
Infeksi saluran kemih disebabkan invasi mikroorganisme ascending dari uretra
ke dalam kandung kemih. Invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal dipermudah
dengan refluks vesikoureter. Pada wanita, mula- mula kuman dari anal berkoloni vulva
kemudian masuk ke kandung kemih melalui uretra yang pendek secara spontan atau
mekanik akibat hubungan seksual dan perubahan pH dan flora vulva dalam siklus
menstruasi. Ketika urin sulit keluar dari kandung kemih, terjadi kolonisasi
mikroorganisme dan memasuki saluran kemih bagian atas secara ascending dan merusak
epitel saluran kemih sebagai host. Hal ini disebabkan karena pertahanan tubuh dari host
yang menurun dan virulensi agen meningkat (Kiran dkk, 2013).

1
B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Eliminasi Urine pada Pasien


ISK meliputi tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaa asuhan keperawatan pada gangguan


eliminasi urine pada pasien ISK.

2. Tujuan Khusus

a. mendeskripsikan hasil pengkajian data, klasifikasi data dan analisa data secara tepat
pada gangguan eliminasi urine pada pasien ISK

b. merumuskan diagnosa keperawatan pada gangguan eliminasi urine pada pasien ISK

c. mendeskripsikan perencanaan keperawatan yang tepat dan sesuai pada gangguan


eliminasi urine pada pasien ISK

d. mendeskripsikan implementasi keperawatan pada gangguan eliminasi urine pada


pasien ISK

e. mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan eliminasi


urine pada pasien ISK

D. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa mengetahui tentang


teori maupun asuhan keperawatan dengan masalah Gangguan Eliminasi Urine pada
Pasien ISK

2. Bagi Keluarga

Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam merawat anggota


keluarga dengan Gangguan Eliminasi Urine pada Pasien ISK

2
3. Bagi Pelayanan Kesehatan/Rumah Sakit

Dapat memberikan informasi tentang penerapan asuhan keperawatn pada pasien


dengan Gangguan Eliminasi Urine pada Pasien ISK. Menerapkan aplikasi proses
asuhan keperawatan dengan Gangguan Eliminasi Urine pada pasien ISK

E. Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Teori Infeksi Saluran Kemih


B. Konsep Gangguan Eliminasi Urine
C. Konsep Asuhan Keperawatan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP TEORI INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )


1. Pengertian

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di kandung
kemih yang umumnya steril.Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi
urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih yang tidak hanya mengenai
kandung kemih (prostatitis, uretritis) (Mansjoer, 2016).

Infeksi Saluran Kemih adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam


saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain. (Suharyanto, 2009). Infeksi Saluran Kemih adalah episode
bakteriuria signifikan (yaitu infeksi dengan jumlah koloni.>100,000 mikroorganismo
tunggal per ml) yang mengenai saluran kemih bagian atas (pielonefritis) atau bagian
bawah (sistitis), atau keduanya (Pierce & Neil, 2007).

Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme.Sebagian besar Infeksi
Saluran Kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi
penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah yang disebabkan oleh Escherichia coli, suatu
organisme yang sering ditemukan di daerah anus (Corwin, 2009).

2. Etiologi

Pada umumnya ISK disebabkan mikroorganisme tunggal.Escherichia coli


merupakan mikroorganisme yang paling sering ditemukan.Mikroorganisme lainnya yang
sering ditemukan seperti Proteus spp. Klebsiella spp, dan Staphylococcus dengan
koagulase negatif.Namun infeksi yang disebabkan Pseudomonas spp dan mikroorganisme
lainnya seperti Staphylococcus jarang dijumpai, kecuali pasca kateterisasi (Sudoyo, 2006).

Menurut Pierce & Neil (2007), faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko
ISK meliputi:

a. Obstruksi saluran kemih


b. Pemasangan instrument pada saluran kemih (misalnya kateter)

4
c. Disfungsi kandung kemih (neuropatik)
d. Imunosupresi
e. Diabetes mellitus
f. Kelainan structural (misalnya refluks vesikoureter)
g. Kehamilan

3. Manifestasi Klinis
Menurut Pierce & Neil (2006) manifestasi klinis ISK dibedakan berdasarkan letak
infeksi:
a. ISK bagian bawah
1) Disuria
2) Frekuensi dan urgensi
3) Nyeri suprapubik
4) Hematuria
5) Nyeri pada skrotum (epididimo-orkitis) atau nyeri pada perineum (prostatitis)
b. ISK bagian atas
1) Demam, menggigil
2) Nyeri pinggang
3) Malaise
4) Anoreksia
5) Nyeri tekan pada saidut kostovertebra dan abdomen

4. Patofisiologi
Pada individu normal, biasanya pria maupun wanita urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing.Utero distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negatif (Sudoyo,
2006).
Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke
dalam kandung kemih.Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat
mencapai ginjal. Proses ini, dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi
mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkin akibat lanjut dari
bakteriema. (Sudoyo, 2006).Pada wanita, jalur yang biasa terjadi adalah mula-mula kuman
dari anal berkoloni di vulva, kemudian masukke kandung kemih melalui uretra yang
pendek secara spontan atau mekanik akibat hubungan seksual. Pada pria, setelah prostat
5
terkoloni maka akan terjadininfeksi asenden. Mungkin juga terjadi akibat pemasangan
alat, seperti kateter.terutama pada golongan usia lanjut (Mansjoer, 2016). Disuria,
frekuensi miksi yang bertambah, dan nyeri suprapubik adalah gejala iritasi kandung
kemih.Beberapa pasien mengeluh bau yang tidak menyenangkan utan keruh, dan mungkin
hematuria.Bila mengenai saluran kemih atas, mungkin terdapat gejala-gejala pielonefritis
akut seperti demam, mual, dan nyeri pada ginjal.Namun pasien dengan infeksi ginjal,
mungkin hanya menunjukkan gejala saluran kemih bawah atau tidak bergejala (Mansjoer,
2016).

6
5. WOC (Web Of Caution)

Munitas Bakteri

Memasuki saluran kemih bawah


Tubuh rentan terinfeksi bakteri

Bakteri berkembang biak Bakteri berkembang biak MK: RISIKO


di vesika urinaria di saluran kemih lain INFEKSI

ISK bawah

Terjadi inflamasi Distensi kandung


vesika urinaria Iritasi visika urinaria

Terjadi reaksi inflamasi


frekuensi disuria
oliguria
Reaksi antigen -antibody

Pelepasan mediator inflamasi MK: GG


ELIMINASI urine

Merangsang pusat sensori nyeri Stress tubuh


Endrogen , pirogen

Pengeluaran hormone
Pengaktifan prostagladin Nyeri akibat peradangan
katekolamin
perenkim ginjal

Perangsangan pusat
thermost di hipotalamus Nyeri menyebar ke pinggang Asam lambung

Thermost tubuh

Suhu tubuh MK: NYERI MK: GANGGUAN MK: RESIKO


AKUT POLA TIDUR DEFISIT NUTRISI

MK: HIPERTERMIA

7
6. Klasifikasi
Menurut Sudoyo (2006), Infeksi Saluran Kemih (ISK) diklasifikasikan menjadi :
a. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.
1) Pada perempuan, terdapat dua jenis ISK bawah pada perempuan yaitu sistitis dan
sindrom uretra akut. Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna.Sindrom Uretra Akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis
tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
Penelitian terkini SUA disebabkan mikroorganisme anaerob.
2) Pada laki-laki, presentasi klinis ISK bawah mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis,
dan uretritis.
b. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
1) Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan infeksi bakteri.
2) Pielonefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.Obstruksi saluran kemih dan
refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang
spesifik.Bakteriuria asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi
tidak pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.

7. Pemeriksaan Penunjang
Analisis urin rutin pemeriksaan mikroskopik urin segar, kultur urin serta jumlah
bakteri/ml urin merupakan protokol standar untuk pendekatan diagnosis ISK. Pemeriksaan
lainnya seperti pencitraan ginjal (renal imaging).Namun pemeriksaan ini tidak boleh rutin
dan harus berdasarkan indikasi klinis kuat seperti USG, radiografi (fotopolos perut,
pielografi IV, sistogram miksi) dan isotop scanning (Sudoyo, 2006).

8. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada penderita infeksi saluran kemih antara lain: batu
saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kumanyang multisistem, gangguan

8
fungsi ginjal (Rani, et al. 2004)Sedangkan menurut Suharyanto (2009) komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita dengan infeksi saluran kemih adalah:

1) Pyelonephritis

Infeksi yang naik dari uretra ke ginjal, tubulus ruflux dan jaringan intestinal yang
terjadi pada satu atau dua ginjal.

2) Gagal Ginjal

Terjadi dalam waktu lama dan bila infeksi sering berulang dan tidak di obati dengan
tuntas sehingga dapat menyebabkan kerusakan ginjal baik secaraakut atau kronis.

3) Pembentukan Abses ginjal

Peradangan ginjal akibat infeksi yang ditandai dengan pembentukansejumlah bercak


kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang menjalar
ke jaringan ginjal melalui aliran darah.

4) Kolik Renal

Nyeri hebat yang biasanya terjadi pada daerah iga dan panggul, yang menjalar
sepanjang abdomen dan dapat berakhir pada daerah genitalia dan paha dalam.

B. Konsep Gangguan Eliminasi Urine

1. Definisi Eliminasi Urine

Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh yang bertujuan
untuk mengeluarkan bahan sisa dari tubuh. Eliminasi urin ini sangat tergantung kepada
fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.Ginjal menyaring produk limbah dari
darahuntuk membentuk urin.Ureter bertugas mentranspot urin dari ginjal ke kandung
kemih.Kandung kemih berguna untuk menyimpan urin sampai timbul keinginan untuk
berkemih. Kandung kemih dalam kondisi normal dapat menampung urin sebanyak 600 ml.
Akan tetapi, keinginan untuk berkemih dapat dirasakan pada saat kandung kemih terisi
urin dalam jumlah yang lebih kecil (150-200 ml pada orang dewasa).

9
Terjadinya peningkatan volume urin, dinding kandung kemih akan meregang dan
mengirim impuls-impuls sensorik ke pusat mikturisi di medulla spinalis pars sakralis.
Impuls saraf parasimpatis dari pusat mikturisi menstimulus otot detrusor untuk
berkontraksi secara teratur. Sfingter uretra interna juga akan berelaksasi sehingga urin
dapat masuk ke dalam uretra. Kandung kemih akan berkontraksi, impuls saraf naik ke
medulla spinalis sampai ke pons dan korteks serebral. Individu akan menyadari
keinginanya untuk berkemih, urin akan keluar dari tubuh melalui uretra(Smeltzer, 20013).

Banyak faktor yang mempengaruhi volume serta kualitas urin serta kemampuan
klien untuk berkemih, yaitu diet dan asupan makanan, respon keinginan awal untuk
berkemih, gaya hidup, stress psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan serta
kondisi penyakit. Hal ini juga dapat menyebabkan beberapa perubahan tersebut dapat
terjadi bersifat akut dan kembali pulih/reversible ataupun dapat pula terjadi perubahan
yang bersifat kronis serta tidak dapat sembuh kembali/ireversibel (Smeltzer, 2013).

2. Batasan karakteristik

1. Anyang-anyangan adalah kesulitan membuang air kemih sehingga urine yang di


keluarkan tidak lancar dan sedikit demi sedikit atau menetes saja. Sering disertai
dengan rasa sakit dan panas seakan akan terbakar.

2. Disuria (nyeri saat berkemih)

3. Dorongan berkemih merupakan keadaan diman seseorang mengalami pengeluaran urin


tanpa sadar

4. Inkontinensia adalah kondisi dimana klien tidak dapat mengontrol buang air kecil

5. Inkontinensia urine merupkan ketidak mapoan otot sphinter eksternal sementara atau
menetap untuk mengotrol eksresi urine

6. Nokturia yaitu keluhan saat berkemih pada malam hari atau terbagun pada malm hari
untuk berkemih lebih dari 1 kali dalam 1 malam

7. Retensi urine yaitu penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih

8. Sering berkemih

10
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Gangguan Eliminasi Urine Faktor-faktor yang
berhubungan dengan gangguan eliminasi urine menurut nanda yaitu:

1. Gangguan sensori motorik

2. Infeksi saluran kemih

3. Obstruksi anatomik

4. Penyebab multiple

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan


data yang akurat dan sistematis yang akan membantu pemantauan status kesehatan dan
pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa
keperawatan (Doengoes, 2000).

Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan infeksi saluran kemih meliputi
identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakir terdahulu,
riwayat penyakit keluarga, serta pengkajian psikososial dan spiritual.

1. Identitas

1) Identitas klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, status perkawinan, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
registrasi, dan diagnosa medis.

2) Identitas penanggung jawab : nama, hubungan dengan klien, pendidikan, pekerjaan,


alamat

2. Riwayat Masuk Rumah Sakit

1) Keluhan utama : biasanya pada pasien dengan infeksi saluran kemih keluhan utamanya
meliputi dysuria, polyuria, nyeri, terdesak kencing.

11
3. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang timbul rasa sakit atau terbakar pada daerah perut bagian
bawah, sering berkemih namun urin yang dikeluarkan hanya sedikit, tidak dapat
menahan rasa ingin berkemih.

2) Riwayat penyakit dahulu : apakah sebelumnya pernah mengalami sakit infeksi saluran
kemih (ISK)

3) Riwayat penyakit keluarga : infeksi saluran kemih (isk) bukanlah penyakit yang bisa di
turunkan melalui genetik.

4. Riwayat psikososial dan spiritual biasanya klien cemas, bagaimana mekanisme koping
yang digunakan mengalami gangguan dalam melakukan ibadat karena klien merasa lemah.

5. Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan menurut (Doengoes, 2000) pada klien


dengan infeksi saluran kemih adalah sebagai berikut:

a. Aktifitas atau istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise

Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus otot

b. Sirkulasi

Tanda : Terjadi penurunan tekanan darah (hipotensi)

c. Eliminasi

Gejala : Perasaan sangat sakit pada saat ingin buang air kecil, sering berkemih dan rasa
seperti terbakar saat berkemih, tidak mampu mengosongkan kandung kemih, sakit
pinggang dan deman

Tanda : Perubahan warna urin, perubahan pola kemih

d. Makanan Dan Cairan

Gejala : Mual, muntah, nyeri tekan abdomen, dehidrasi, anoreksia

Tanda : penurunan bising usus, perubahan turgor kulit, edema,(umum, bagian bawah)

12
e. Neurosensory

Gejala : sakit kepala, pusing

Tanda : ketidakmampuan berkonsentrasi

f. Nyeri/Kenyaman

Gejala : Nyeri akut, nyeri berat

Tanda : Distensi kandung kemih, distensi abdomen

g. Keamanan

Gejala : Demam, menggigil

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons kllen


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien Individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan.

Perawat diharapkan memiliki rentang perhatian yang luas, baik pada klien sakit
maupun sehat. Respons-respons tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan
dan proses kehidupan yang dialami klien. Masalah kesehatan mengacu kepada respons
klien terhadap kondisi sehat-sakit, sedangkan proses kehidupan mengacu kepada respons
klien terhadap kondisi yang terjadi selama rentang kehidupannya dimulai dari fase
pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal yang membutuhkan diagnosis
keperawatan dan dapat diatasi atau diubah dengan intervensi keperawatan (Christensen &
Kenney, 2009; McFarland & McFarlane, 1997; Seaback, 2006).

Berdasarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih, diagnose yang mungkin
muncul pada klien dengan infeksi saluran kemih menurut Standar Diagnosa Keperawatan
antara lain :

1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan restraint fisik


2. Inkontinensia urin berlanjut berhubungan dengan kerusakan refleks kontraksi detrusor

13
3. Inkontinensia urin berlebih berhubungan dengan kerusakan atau ketidakadekuatan
jalur aferen
4. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan penurunan tonus kandung kemih
5. Inkontensia urine refleks

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara
mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah (Potter & Perry, 2009).

No Diagnosa (SDKI) Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
1. Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan intervensi Manajemen Eliminasi
berhubungan dengan iritasi selama 3 x 24 jam, maka Urine
kandung kemih dibuktikan Eliminasi Urine membaik, Observasi
dengan subjektif mayor dengan kriteria hasil : - Identifikasi tanda dan
desakan berkemih - Sensasi berkemih (5) gejala retensi atau
(urgensi), urine menetes - Desakan berkemih inkontinensia urine
(dribbling), sering buang (urgensi) (5) - Identifikasi faktor
air kecil, nokturia, - Berkemih tidak tuntas yang menyebabkan
mengompol, enuresis. (5) retensi atau
Objektif mayor distensi - Frekuensi BAK (5) inkontinensia urine
kandung kemih, berkemih - Monitor eliminasi
tidak tuntas (hesitancy), urine (mis.
volume residu urin Frekuensi,
meningkat. konsistensi, aroma,
volume dan warna)
Terapeutik
- Catat waktu- waktu
dan haluaran
berkemih
- Batasi asupan cairan,
jika perlu

14
- Ambil sampel urine
tengah (midstream)
atau kultur
Edukasi
- Ajarkan tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih
- Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urine
- Ajarkan mengambil
specimen urine
midstream
- Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan
waktu yang tepat
untuk berkemih
- Ajarkan terapi
modalitas penguatan
otot- oto
panggul/berkemihan
- Anjurkan minum
yang cukup, jika
tidak ada
kontraindikasi
- Anjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
supositoria uretra,
jika perlu
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
15
dengan agen pencedera selama 3 x 24 jam, maka
fisiologis (mis. Inflamasi, Tingkat Nyeri menurun, Observasi
iskemia, neoplasma) dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi,
dibuktikan dengan - Kemampuan karakteristik, durasi,
subjektif mayor mengeluh menuntaskan aktivitas frekuensi, kualitas,
nyeri. Objektif mayor (1) intensitas nyeri
tampak meringis, bersikap - Keluhan nyeri (5) - Identifikasi skala
protektif, gelisah, - Meringis (5) nyeri
frekuensi nadi meningkat, - Fungsi berkemih (5) - Identifikasi respon
sulit tidur. Objektif minor nyeri non verbal
tekanan darah meningkat, - Identifikasi faktor
pola napas berubah, nafsu yang memperberat
makan berubah, proses dan memperingan
berpikir terganggu, nyeri
menarik diri, berfokus - Identifikasi
pada diri sendiri, pengetahuan dan
diaphoresis. keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi

16
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
17
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, maka : BAB/BAK
hambatan lingkungan Pola Tidur Membaik, Observasi
dibuktikan dengan dengan kriteria hasil : - Identifikasi
subjektif mayor mengeluh - Keluhan sulit tidur (1) kebiasaan BAK/BAB
sulit tidur, mengeluh - Keluhan sering terjaga sesuai usia
sering terjaga, mengeluh (1) - Monitor integritas
tidak puas tidur, mengeluh - Keluhan istirahat tidak kulit pasien
pola tidur berubah, cukup (1) Terapeutik
mengeluh istirahat tidak - Kemampuan - Buka pakaian yang
cukup. Subjektif minor beraktivitas (1) diperlukan untuk
mengeluh kemampuan memudahkan
beraktivitas menurun. eliminasi
- Dukung penggunaan
toilet/commode/pisp
ot/urinal secara
konsisten
- Jaga privasi selama
eliminasi
- Ganti pakaian pasien
setelah eliminasi,
jika perlu
- Bersihkan alat bantu
BAK/BAB setelah di
gunakan
- Latih BAB/BAB
18
sesuai jadwal, jika
perlu
- Sediakan alat bantu
( mis. Kateter
ekternal, urinal ) jika
perlu
EDUKASI
- Anjurkan BAK/Bab
secara rutin
- Anjurkan ke kamar
mandi/ toilet, jika
Perlu
4. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertermia
dengan proses penyakit selama 3 x 24 jam, maka Observasi
(mis. Infeksi, kanker) Termoregulasi membaik, - Identifikasi penyebab
dibuktikan dengan objektif dengan kriteria hasil : hipertermia (mis.
mayor suhu tubuh diatas - Menggigil (1) Dehidrasi, terpapar
nilai normal. Objektif - Kulit merah (1) lingkungan panas,
minor kulit merah, kejang, - Suhu tubuh (5) penggunaan
takikardi, takipnea, kulit - Suhu kulit (5) incubator)
terasa hangat. - Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar
elektrolit
- Monitor haluaran
urine
- Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi

19
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap
hari atau lebih sering
jika mengalami
hyperhidrosis
(keringat berlebihan)
- Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Selimut hipertermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
- Hindari pemberian
antiseptic atau
aspirin)
- Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu
5. Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, maka Observasi
peningkatan kebutuhan Nafsu Makan membaik, - Identifikasi status
metabolism dibuktikan dengan kriteria hasil : nutrisi
dengan objektif mayor - Keinginan makan (5) - Identifikasi alergi
berat badan menurun 10% - Asupan makan (5) dan intoleransi
dibawah rentan ideal.
20
Subjektif minor cepat - Asupan nurtisi (5) makanan
kenyang setelah makan, - Stimulus untuk makan - Identifikasi makanan
kram/nyeri abdomen, (5) yang disukai
nafsu makan menurun. - Identifikasi
Objektif minor bising usus kebutuhan kalori dan
hiperaktif, otot pengunyah jenis nutrient
lemah, otot menelan - Identifikasi perlunya
lemah, membrane mukosa penggunaan selang
pucat, sariawan, serum nasogestrik
albumin turun, rambut - Monitor asupan
rontok berlebihan, diare. makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral
hygiene, jika perlu
- Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
- Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
21
makan melalui
selang nasogatrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetic), jika
perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

4. Implementasi
Implementasi adalah fase tindakan pada proses keperawatan. Tindakan tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan aktivitas mandiri yang merupakan aktivitas
saat perawat menentukan keputusannya sendiri, serta aktivitas kolaboratif yang merupakan
aktivitas- aktivitas yang telah diprogramkan oleh dokter serta dilaksanakan oleh perawat,
contohnya pemberian obat (Potter & Perry, 2009).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,
22
dilanjutkan atau diubah (Kozier, 2010). Tahap penilaiam atau evaluasi adalah
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya (Setiadi, 2012). Evaluasi yang digunakan
berbentuk S (Subjektif), O (Objektif). A (Analisis), P (Perencanaan terhadap analisis).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : Ny. A
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Pendidikan : SMA
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Suku : Melayu
8. Alamat : Jl. Kuala Lempuing
: No. Telp : 085368764251
9. Nama Penanggung Jawab : Tn. M
10. Alamat Penanggung Jawab : Jl. Kuala Lempuing
: No. Telp : 085893216754
11. Tanggal Masuk : 12 April 2023
12. Tanggal Pengkajian : 13 April 2023
13. Diagnosa Medis : ISK

II. RIWAYAT KESEHATAN

23
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara pada tanggal 12 April 2023 pukul
03.30 WIB dengan keluhan nyeri hebat pada pinggang sebelah kiri atas, disertai
nyeri saat buang air kecil dan BAK terasa tidak puas sejak 2 minggu terakhir.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan sejak ± 2 minggu mengalami nyeri saat buang air kecil
terasa panas seperti terbakar, dan rasa tidak puas saat BAK karena urin yang keluar
sedikit- sedikit dengan frekuensi > 10 kali sehari dengan warna urin kuning keruh.
Pasien sudah berusaha dengan berobat ke bidan, namun hanya menghilangkan nyeri
sebentar kemudian muncul lagi. 3 hari yang lalu pasien mengalami demam,
menggigil, mual, tidak nafsu makan dan warna urin menjadi pekat seperti air teh.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 13 April 2023 pasien
mengatakan nyeri pinggang kiri atas dengan skala nyeri saat ini 5/10, nyeri
dirasakan hilang timbul, muncul saat bergerak atau tertekan, lama nyeri ± 2 menit.
Nyeri dan terasa panas saat BAK, urin keluar sedikit-sedikit, frekuensi BAK > 10
kali sehari, mual dan kurang nafsu makan. Dan kepala terasa pusing karena kurang
tidur, sering terbangun untuk buang air kecil
C. Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi, pasien memiliki
riwayat gastritis, dan pernah dirawat di rumah sakit ± 9 bulan yang lalu karena
appendieitis dan dilakukan apendiktomi.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)

: Laki – laki : Tinggal Serumah

: Perempuan : Garis Perkawinan

24
: Meninggal : Pasien

: Garis Keturunan

E. Riwayat Keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang pernah mengalami
penyakit yang sama seperti pasien dan tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit
degenerative seperti hipertensi, DM, jantung dan penyakit infeksi lainnya.

F. Riwayat Kebiasaan Sehari – hari


1. Nutrisi
a. Di Rumah
Pasien makan 3x/hari, nafsu makan baik, porsi sekali makan 1 piring, tidak
ada diet khusus yang dilakukan pasien dan tidak ada penggunaan alat bantu.
Pasien mengatakan memang malas minum, dalam sehari hanya minum ± 3
gelas sehari dan memiliki kebiasaan minum teh atau kopi pada pagi hari.
b. Di Rumah Sakit
Saat dirumah sakit pasien mengatakan frekuensi makan 3x?hari, nafsu
makan tidak baik karena mual, porsi sekali makan ½ piring, makaan diit di
rumah sakit makanan lunak (TKTP), pasien tidak terpasang alat bantu
makan seperti selang NGT. Pasien minum secara oral ± 900 ml/24 jam dan
cairan infuse RL 20 tetes per menit (1440ml/hari).

2. Eliminasi ( BAB, BAK )


a. Di Rumah
Sebelum sakit pasien mengatakan BAK sebanyak 2-4 kali sehari dengan
warna kuning jernih, pasien mengatakan sering menunda/menahan BAK,
pasien memiliki riwayat penggunaan kateter ± 9 bulan yang lalu. Sedangkan
BAB satu kali sehari, konsistensi lunak warna kuning dan berbau khas.
Tidak memiliki keluhan saat BAK maupun BAB.
b. Di Rumah Sakit

25
Saat di rumah sakit pasien mengatakan sudah BAB 1 kali dengan
konsistensi feses lunak dan berwarna kuning tidak ada keluhan saat BAB.
BAK dengan frekuensi yang sulit dihitung ± 10 kali per hari karena urin
keluah sedikit- sedikit dan rasa terdesak ingin BAK, urin berwarna kuning
keruh dengan keluhan nyeri saat BAK, dengan jumlah haluaran urin ± 300
ml/24 jam.

3. Personal Hygiene ( kulit, rambut, kuku dan gigi )


a. Di Rumah
Sebelum sakit pasien mengatakan frekuensi mandi, dan sikat gigi 2x/hari
saat pagi dan sore, dan cuci rambut 1x/2 hari.
b. Di Rumah Sakit
Saat di rumah sakit, pasien mengatakan tidak mandi hanya di lap, dan sikat
gigi 1x/hari saat pagi, dan tidak cuci rambut.

4. Aktivitas / Activity Daily Living (ADL)


a. Di Rumah
Sebelum masuk rumah sakit pasien merupakan seorang ibu rumah tangga,
aktivitas pasien kadang membantu anaknya menjaga warung sehingga
terbiasa duduk yang lama, pasien mengatakan jarang berolahraga, dan tidak
ada keluhan dalam beraktivitas.
b. Di Rumah Sakit
Saat di rumah sakit pasien hanya berbaring ditempat tidur karena merasa
lemas dan terasa nyeri pinggang. Jika akan melakukan aktivitas/ bergerak
pasien di damping oleh keluarganya.

5. Istirahat dan Tidur


a. Di Rumah
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan tidur siang 1-2 jam sehari
dan tidur malam 6-8 jam sehari. Tidak ada kebiasaan khusus yang dilakukan
pasien sebelum tidur.
b. Di Rumah Sakit
Saat di rumah sakit pasien mengatakan tidak tidur siang dan tidur malam ± 3
jam namun tidak nyenyak, dan terganggu karena ingin BAK.
26
III. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Psikologi
Pasien mengatakaan orang terdekat dengannya adalah suami. Suami dan anaknya
adalah orang yang paling berarti. Dalam kegiatan masyarakat pasien mengatakan
sering ikut dalam kegiatan seperti gotong royong dan arisan. Komunikasi dalam
keluarga dilakukan secara terbuka, setiap ada masalah selalu diselesaikan dengan
musyawarah. Dalam pengambilan keputusan biasanya oleh suami setelah diskusi
yang dilakukan bersama.
2. Sosial Ekonomi
Pasien sehari- hari sebagai ibu rumah tangga.
3. Spiritual
Pasien dan keluarga mengatakan cemas dan takut pasien akan berdoa agar pasien
segera sembuh sehingga dapat pulang dan tidak mencemaskan keluarganya.

IV. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE


1. Keadaan Umum : Lemas
2. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
3. Ekspresi : Datar
4. Penampilan : Baik
5. Tanda- tanda Vital
Tekanan Darah : 130/70 mmHg Pulse : 86x/menit
Frekuensi Pernafasan : 22x/menit Temperatur : 36,5 °C
6. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

A. Kepala
 Inspeksi
 Rambut
 Jumlah : Sedikit
 Distribusi : Rambut merata
 Tekstur : Kasar
 Kebersihan : Bersih
 Palpasi

27
 Kulit Kepala
 Lesi : Tidak ada lesi
 Tlg. Tengkorak
 Kontur : Keras
 Ukuran : Sedang
 Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekanan

Wajah
 Inspeksi
 Kesimestrisan : Simestris kiri dan kanan
 Ekspresi : Datar

Kulit
 Inspeksi
 Warna : Warna kulit merata dengan warna kulit lainnya
 Lesi : Tidak terdapat lesi

Mata
 Inspeksi
 Kelopak Mata : Tidak terdapat edema ataupun lesi
 Konjungtiva : An anemis
 Sclera : An ikterik
 Kedudukan Bola Mata : Simetris kiri dan kanan
 Pergerakan Bola Mata : Normal
 Reaksi Pupil : Bereaksi dengan cahaya
 Alis Mata : Simetris kiri dan kanan
 Ketajaman Penglihatan : Melihat dengan jelas
 Kornea : Jernih
 Pupil : Isokor

Telinga
 Inspeksi
 Struktur Luar : Daun telinga bersih

28
 Bagian Dalam : Terlihat sedikit serumen
 Tes Pendengaran
- Weber :-
- Rinne :-

Hidung
 Inspeksi
 Struktur Luar : Simetris kanan dan kiri
 Apakah Pasien Bernafas : Terlihat bernafas menggunakan cuping hidung
Dengan Cuping Hidung
 Sinus : Tidak ada kelainan
 Struktur Dalam
- Warna : Merata dengan warna lainnya
- Konka : Tidak ada peradangan
- Septum : Tidak ada deviasi septum

Mulut
 Inspeksi
 Bibir : Simetris
 Gigi : Gigi terlihat kuning
 Gusi : Gusi terlihat kotor
 Paring
- Warna : Merah muda, merata dengan warna lainnya
- Eksudat : Tidak ada
 Lidah
- Warna : Merah muda
- Lesi : Tidak ada
- Gerakan : Normal (tidak ada kelainan)
 Tes Pengecapan : Tidak dilakukan

B. Leher
 Inspeksi

29
 Kesimetrisan : Simetris
 Palpasi
 KGB : Tidak ada pembesaran
 Tiroid : Tidak ada pembesaran
 Deviasi Trakea : Tidak ada deviasi trakea
 Vena Jugularis : Terdapat vena jugularis

C. Dada daan Paru paru


 Inspeksi
 Bentuk : Simetris kanan dan kiri
 Ukuran : Normal
 Retraksi inspiratory :terlihat reaksi saat bernafas
 Rate : 22x/menit
 Irama : tidak teratur
 Kedalaman : pasien sering bernafas dalam
 Palpasi
 Fraktur iga : tidak ada
 Hematum : tidak ada
 Ekspansi thorak :-
 Perkusi : sonor
 Auskultasi : suara nafas vesikuler jantung
D. Jantung
 Palpasi : tidak ada pembengkakan
 Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 normal, regular, bising (-)
E. Payudara
 Inspeksi
 Ukuran & simetris : simetris kanan dan kiri
 Kontur : tidak ada pembesaran
 Kondisi kulit : kering
 Putting susu : coklat
 Palpasi
 Nodul : Tidak ada massa (benjolan)
 Lokasi : Tidak ada

30
 Ukuran : Tidak ada

V. Hasil Laboratorium
Tabel 3.3.1 Pemeriksaan Urine
Tanggal pemeriksaan 12 April 2023

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Makroskopik

- Warna Kuning Kuning


- Kejernihan Keruh Jernih
- pH 6,0 4,5 – 8,0

- Reduksi/ glukosa Negatif (-) Negatif (-)


- Protein Negatif (-) Negatif (-)
- Bilirubin Negatif (-) Negatif (-)

Mikroskopik

- Eritrosit 10 – 15 < 3 LPB


- Leukosit 2–5 < 3 LPB
- Epitel 5 – 10 < 3 LPB
- Silinder Negatif (-) Negatif (-)
- Kristal Negatif (-) Negatif (-)
- Bakteri Positif (+) Negatif (-)

Tabel 3.3.2 Pemeriksaan Hematologi

Tanggal pemeriksaan 13 April 2023

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

31
Hemoglobin 13,6 Laki-laki : 130 – 18,0 gr/dl
Perempuan : 12,0 – 160 gr/dl

Laki-laki : 130 – 18,0 gr/dl


Hematokrit 40%
Perempuan : 12,0 – 160 gr/dl
Leukosit 9.600 5000 – 10.000 sel/ mm³

Trombosit 202.000 150.000 – 400.000 sel/ mm³

Tabel 3.3.3 Pemeriksaan USG

Tanggal pemeriksaan 14 April 2023

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

USG Abdomen - Vesikolitiasis


- Nefrolitiatis Sinistra

VI. Penatalaksanaan / Terapi Pengobatan

Nama Pasien : Ny.A No MR : 131564

Umur : 52 Tahun Ruangan : Anggrek

Tabel 3.4 Terapi Pengobatan

Nama Obat Dosis Rute

IVFD Ringer Laktat 20 tetes / menit IV

Aktrain 3 x 1 amp ( 1 gr ) Drip

Ondansentron 2 x 1 amp ( 4 mg / 2 ml ) IV

Ceftriaxone 2 x 1 vial ( 1 gr ) IV

32
Urinter 2 x 1 tablet ( 400 mg ) Oral

Terapi obat tanggal 14 April 2023 :

- Terapi dilanjutkan, Ceftriaxone stop dan ditambah 3x1 kaplet

Terapi obat tanggal 15 April 2023

- Terapi lanjutan

B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS: Proses inflamasi Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri pinggang sebelah kiri saluran kemih
terasa
- Pasien mengatakan skala nyeri 5
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang
timbul
- Pasien mengatakan nyeri muncul saat bergerak
atau tertekan, lama nyeri ± 2 menit
- Pasien mengatakan nyeri saat BAK seperti rasa
terbakar / panas
DO :
- Nyeri ketuk pada CVA sinistra(pinggang kiri
atas)
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Tampak urin berwarna keruh
- Nyeri tekan kandung kemih
- Hasil pemeriksaan urin terdapat bakteri (+),
leukosit 2-5 LBP, eritrosit 10-15 LBP
dan epitel 5-10 LBP

33
C. Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma) dibuktikan dengan subjektif mayor mengeluh nyeri. Objektif mayor tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Objektif minor
tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir
terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa (SDKI) Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera selama 3 x 24 jam, maka Observasi
fisiologis (mis. Inflamasi, Tingkat Nyeri menurun, - Identifikasi lokasi,
iskemia, neoplasma) dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
dibuktikan dengan - Kemampuan frekuensi, kualitas,
subjektif mayor mengeluh menuntaskan aktivitas intensitas nyeri
nyeri. Objektif mayor (1) - Identifikasi skala
tampak meringis, bersikap - Keluhan nyeri (5) nyeri
protektif, gelisah, - Meringis (5) - Identifikasi respon
frekuensi nadi meningkat, - Fungsi berkemih (5) nyeri non verbal
sulit tidur. Objektif minor - Identifikasi faktor
tekanan darah meningkat, yang memperberat
pola napas berubah, nafsu dan memperingan
makan berubah, proses nyeri
berpikir terganggu, - Identifikasi
menarik diri, berfokus pengetahuan dan
pada diri sendiri, keyakinan tentang
diaphoresis. nyeri
- Identifikasi pengaruh

34
budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis
35
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

E. Implementasi Keperawatan

Tanggal Waktu Implementasi Respon Hasil Paraf


13/04/23 14.40 1. Mengukur tanda tanda vital 1. TD : 130/70 mmHg, Nadi :
dan berat badan pasien 86x/menit, Suhu : 36,5°C,
RR : 22x/menit, BB : 66 kg
15.00 2. Mendiskusikan nyeri yang 2. Pasien mengatakan nyeri
dialami pasien dengan sering muncul saat bergerak
metode P,Q,R,S,T serta atau tertekan, nyeri pada
sharing untuk mengetahui pinggang kiri atas dengan
pengalaman nyeri dan skala 5/10, nyeri hilang
36
kecemasan pasien timbul, dan saat muncul
lamanya ± 2 menit
3. Mengajarkan pasien 3. Pasien mengatakan akan
15.10 tekmik relaksasi nafas melakukan anjuran yang
dalam, menganjurkan diberikan. Pasien mampu
kompres hangat pada supra mendemonstrasikan nafas
pubik dan pijatan dengan baik.
punggung, dan banyak
istirahat untuk mengurangi
nyeri
4. Menganjurkan pasien 4. Pasien mengatakan akan
15.25 banyak minum dan melakukan anjuran yang
menghindari minum kopi, diberikan
teh, dan minuman soda.
Dan minm air atau jeruk
hanga
5. Mengajarkan tanda dan 5. Pasien mendengarkan dan
15.27 gejala infeksi dan aktif bertanya saat
memberikan pendidikan diberikan pendidkan
kesehatan mengenai ISK kesehatan
6. Mengganti cairan infus 6. Cairan infus diganti dan
16.50 pasien Ringer Laktat 20 pasien melaporkan nyeri
tetes/menit dengan drip berkurang
analgetik ”antrain 1gr”
7. Menganjurkan pasien tidur 7. Pasien mengatakan akan
19.40 sebelum pukul 00.00 WIB melakukan teknik yang
dan mengingatkan teknik diberikan saat nyeri
relaksasi, kompres hangat terutama saat sulit tidur
dan pijatan punggung untuk
mengurangi nyeri

14/04/23 14.00 1. Mendiskusikan skala nyeri 1. Pasien mengatakan nyeri


pasien pinggang sudah berkurang

37
dengan skala 4/10
14.15 2. Mengingatkan dan 2. Pasien mengatakan
menanyakan penggunaan kadang-kadang melakukan
nafas dalam, kompres nafas dalam dan pijatan
hangat pada kandung punggung, dan nyeri
kemih dan pijatan dirasakan berkurang.
punggung Pasien mampu
mendemonstrasikan nafas
dalam dengan baik

14.20 3. Mengingatkan kembali 3. Pasien mengatakan tidak


pasien banyak minum dan meminum the, kopi
menghindari minum kopi, ataupun minuman bersoda
teh, dan minuman soda
15.00 4. Mengganti cairan infus 4. Cairan infus diganti dan
pasien Ringer Laktat 20 pasien melaporkan nyeri
tetes/menit dengan drip berkurang
15.10 analgetik ”antrain 1gr”
5. Mengukur tanda-tanda 5. Tekanan darah : 120/80
vital pasien mmHg, Suhu : 36,3 °C,
RR : 22x/menit, Nadi :
80x/menit
16.00 6. Memberikan obat sesuai
order dokter dengan 6. Pasien tampak meminum
prinsip 6 benar obat pada obat dengan mandiri
Ny. A “Renax 1 kapsul”

15/04/23 08.20 1. Menanyakan skala nyeri 1. Pasien mengatakan nyeri


pasien pinggang sudah berkurang
dengan skala 3/10.
08.27 2. Menanyakan penggunaan 2. Pasien mengatakan sering
nafas dalam, kompres menggunakan teknik nafas
hangat pada kandung dalam saat nyeri

38
kemih dan pijatan
punggung

08.30 3. Memberikan obat sesuai 3. Pasien tampak meminum


order dokter dengan obat dengan mandiri
prinsip 6 benar obat pada
Ny. A “Renax 1 kapsul”
09.00 4. Mengukur tanda-tanda 4. TD: 120/80mmHg, Suhu;
vital pasien 36,6°C, RR: 20x/menit,
Nadi: 82x/menit
13.45 5. Melakukan up infus 5. Pasien mengatakan akan
pasien dan mengingatkan mengkonsumsi obat
pasien untuk menjaga dirumah
asupan makanan,
mengontrol nyeri dirumah
seperti nafas dalam dan
mengonsumsi obat yang
diberikan

F. Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


Nyeri akut berhubungan 15 April S :
dengan agen pencedera 2023 - Pasien mengatakan nyeri sudah
fisiologis (mis. Inflamasi, berkurang
iskemia, neoplasma) - Pasien mengatakan skala nyeri 3
dibuktikan dengan subjektif - Pasien mengatakan melakukan
mayor mengeluh nyeri. relaksasi nafas dalam saat merasa
Objektif mayor tampak nyeri
meringis, bersikap protektif, - Pasien mengatakan sudah mampu
gelisah, frekuensi nadi istirahat dengan baik
meningkat, sulit tidur. - Pasien mengatakan nyeri berkurang
Objektif minor tekanan saat dimasukkan obat
darah meningkat, pola napas
39
berubah, nafsu makan O:
berubah, proses berpikir - TD : 120/80 mmHg
terganggu, menarik diri, RR : 20x/menit
berfokus pada diri sendiri, Nadi : 82x/menit
diaphoresis. Suhu : 36,6°C
- Pasien tampak meminum obat
secara mandiri
- Pasien tidak menolak pemberian
obat
- Pasien tampak lebih nyaman
A:
- Pengendalian nyeri saat ini pada
level sering, dan tingkat nyeri
ringan
P:
- Menganjurkan pasien mengontrol
nyeri di rumah (pasien pulang)

40
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus Gangguan Eliminasi Urine pada Pasien ISK yang telah
kelompok lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan metode pengumpulan data wawancara,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Data fokus yang didapat dari hasil
pemeriksaan pada Ny.A (klien) mengeluh nyeri hebat pada pinggang sebelah kiri atas,
disertai nyeri saat buang air kecil dan BAK terasa tidak puas sejak 2 minggu terakhir..
Berdasakan pengkajian tersebut keluhan yang dialami klien menunjukkan Gangguan
eliminasi urine.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama yang diangkat dari kasus adalah Gangguan


eliminasi urine berhubungan dengan restraint fisik dibuktikan dengan subjektif mayor
desakan berkemih (urgensi), urine menetes (dribbling), sering buang air kecil, nokturia,
mengompol, enuresis. Objektif mayor distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas
(hesitancy), volume residu urin meningkat.

3. Intervensi Keperawatan

41
Intervensi Keperawatan pada Ny. A telah direncanakan sesuai diagnosa yang
telah ditegakkan yang merujuk pada buku SIKI, SLKI dan jurnal sebagai evidence
base. Intervensi disusun berdasarkan fokus dari penulisan makalah ini yaitu mengenai
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Eliminasi Urine pada Pasien ISK.
4. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan semua intervensi yang disusun hamper semua dilakukan
implementasi. Implementasi Gangguan Urine pada Pasien ISK dilakukan selama 3 hari
pada pasien. Kelompok mendapatkan bahwa pasien Ny. A mengatakan bahwa nyeri
saat BAK sudah berkurang.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada kasus Ny. A dilakukan menggunakan metode SOAP. Hasil
akhir yang didapat pada implementasi hari ketiga yaitu pada Ny. A tampak lebih
nyaman, tingkat nyeri ringan, dan pasien dibolehkan pulang.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa mengetahui tentang


teori maupun asuhan keperawatan dengan masalah Gangguan Eliminasi Urine pada
Pasien ISK

2. Bagi Keluarga

Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam merawat anggota


keluarga dengan Gangguan Eliminasi Urine pada Pasien ISK

3. Bagi Pelayanan Kesehatan/Rumah Sakit

Dapat memberikan informasi tentang penerapan asuhan keperawatn pada pasien


dengan Gangguan Eliminasi Urine pada Pasien ISK. Menerapkan aplikasi proses
asuhan keperawatan dengan Gangguan Eliminasi Urine pada pasien ISK

42
DAFTAR PUSTAKA

Hendarson,M.R. 2014. Pola Kuman dan Hasil Uji Kepekaan terhadap Antibiotika dari
Spesimen Urin yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Tahun 2011 hingga 2013.
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68435/…/S1-2014-296434-chapter1.pdf
diakses pada tanggal 10 November 2016

Hurts, Marlene. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta : EGC

Kozier, Berman. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik
Volume 1 Edisi VII. Jakarta : EGC

Mandal B.K.,dkk. 2008. Lecture Notes Penyakit Infeksi Edisi 4. Jakarta : Erlangga Medical
Series

Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik Edisi
7. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
12. Jakarta: EGC

Sudoyo W, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I Edisi $. Jakarta : FKUI

Suharyanto, Toto. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media

43
44

Anda mungkin juga menyukai