Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

CERITA REMAJA
(CEGAH RESIKO KESEHATAN PADA REMAJA)

DISUSUN OLEH

MUTIA H.AKILI, A.Md Keb

PUSKESMAS BONGOMEME KAB. GORONTALO


DINAS KESEHATAN KAB. GORONTALO
PROVINSI GORONTALO
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Tujuan Sasaran dan Strategi........................................................... 2
BAB II ISI……………….....................................................................................
4
A. Permasalahan Kesehatan . .................................................................
4
B. Permasalahan Kesehatan Di Wilayah Kerja......................................4
C. Karya Inovasi ....................................................................................
5
D. Kerangka Konsep Inovasi............................................................... 7
E. Kajian Kerangka Inovasi...................................................................
8
F. Hasil ................................................................................................. 8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................
11
A. Kesimpulan .......................................................................................
11
B. Saran .................................................................................................
12
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
14

LAMPIRAN - LAMPIRAN ....................................................................................


15

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Remaja mudah untuk terjebak dalam perilaku yang tidak sehat seperti
merokok, minum-minuman keras, penggunaan narkoba, seks pranikah,
tawuran, tindakan kriminal, dan kebut-kebutan di jalan.Semua perilaku
menyimpang ini sangat beresiko terhadap kesehatan dan keselamatan
mereka.Sikap terhadap perilaku beresiko, didefinisikan sebagai persepsi
remaja sendiri atas kerentanan terhadap kemungkinan konsekuensi negatif dari
perilaku beresiko.Terdapat kesepakatan di kalangan remaja tentang apakah
seorang remaja biasa yang mengkonsumsi alkohol atau memiliki banyak
pasangan seksual. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa persepsi prototipe
terhubung dengan keputusan remaja tentang apakah mereka akan terlibat
dalam beberapa perilaku beresiko atau tidak (Maglica, 2011).
Mentri Kesehatan menggalakkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan pendekatan
keluarga.Peran daerah dalam mendukung gerakan ini diantaranya dengan
menggalang kerjasama lintas sektor sebagai motor pengggerak utama,
Memanfaatkan dana untuk mendukung pelaksanaan program seperti BOK,
dana desa, APBD, dan sebagaianya.
Untuk dapat dan mampu hidup sehat, masyarakat perlu mengetahui
masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatannya,
baik sebagai individu, keluarga, ataupun sebagai bagian dari anggota
masyarakat.Dalam menemukan permasalahan ini perlu adanya pemantauan
serta informasi dari pihak-pihak terkait untuk mengatasi permasalahan yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Informasi adalah sesuatu yang berisi berita ataupun permasalahan baik
berbentuk lisan maupun tulisan (data). Informasi yang memuat tentang suatu
permasalahan kesehatan yang terjadi disuatu wilayah tertentu sangat penting
untuk di sampaikan maupun di koordinasikan oleh semua pihak baik kepala
wilayah, kader kesehatan dan masyarakat di wilayah tersebut. Permasalahan
tersebut dapat diatasi setelah dilakukan peninjauan secara langsung kemudian
selanjutnya dilakukan intervensi terhadap sumber kejadian.
Untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah, dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat
perlu disediakan dan diselenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dengan sebaik-baiknya. dalam menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tersebut, banyak yang harus diperhatikan. Yang paling penting
adalah pelayanan masyarakat yang dimaksud harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui
masalah kesehatan yang ada dimasyarakat.
Puskesmas Bongomeme merupakan salah satu unit Penyelenggara
Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat yang berada di kabupaten Gorontalo
dengan 15 desa. Guna memaksimalkan pelayananan kepada masyarakat perlu
dilakukan identifikasi masalah-masalah kesehatan yang ada di wilayah
jangkauan Puskesmas Bongomeme.

B. TUJUAN SASARAN DAN STRATEGI


1. Tujuan
Yang menjadi Tujuan dari pelaksanaan CEKATAN MANTAP yaitu :
a. Untuk mendeteksi faktor resiko PTM
b. Mengadvokasi serta kerja sama dengan lintas sektor untuk
memanejemen PTM.
c. Penguatan surveilans,pengawasan dan riset PTM
d. Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari faktor perilaku
beresiko
e. Mengidentifikasi dan memodifikasi perilaku beresiko agar tidak
menjadi onset PTM
f. Menemukan dini kasus-kasus berpotensi PTM agar dapat diirujuk ke
FKTP dan ditangani sesuai standar
2. Sasaran
Seluruh masyarakat usia ≥15 tahun yang berada di desa-desa di
wilayah kerja Puskesmas Bongomeme.
3. Strategi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah :
a. Meningkatkan kapasitas kegiatan utama dari program pengendalian
PTM
b. Kolaborasi antar sector dan keterlibatan masyarakat, jejaring yang di
bentuk program pengendalian PTM telah ditingkatkan dengan
dukungan politis yang kuat dan berkeordinasi dengan masyarakat.
c. Meningkatkan Koordinasi Lintas Program yang ada di Puskesmas
d. Melaksanakan Evaluasi setiap Triwulan.
BAB II
ISI

A. PERMASALAHAN KESEHATAN
Kebijakan pembangunan kesehatan, terutama diarahkan pada :
1. Peningkatan jumlah jaringan dan kualitas sarana dan prasarana
kesehatan
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan
3. Pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi penduduk
miskin
4. Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat
5. Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini
6. Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar.
Banyak kemajuan yang telah dicapai, tetapi masih juga banyak
masalah-masalah yang memerlukan kerja keras dan lebih cerdas lagi.
Kesenjangan masalah kesehatan antar wilayah, disparitas antar sosial
ekonomi, pemberdayaan masyarakat yang ditunjukan dengan tingkat
partisipasi masyarakat dan seluruh stack holder dalam bentuk kegiatan yang
terintegrasi dan terkoordinasi khususnya dalam pelayanaan kesehatan
masyarakat terutama pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil 1000 HPK
demi wujudkan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai
macam transisi kesehatan berupa transisi demografik, transisi epidemiologi,
transisi gizi, dan transisi perilaku.masalah ksehatan tidak hanya ditandai
dengana keberadaan penyakit, tetapi gangguan kesehatan yang ditandai
dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental, dan sipiritual.

B. MASALAH KESEHATAN DI WILAYAH KERJA

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan


ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu
investasi untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Dalam
pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM). kesehatan adalah salah
satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-
undangNomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Kemenkes RI.
2016).
Puskesmas Bongomeme merupakan salah satu dari 21 Puskesmas yang
ada di Kabupaten Gorontalo yang memiliki 15 Desa dan 56 dusun dengan
strata Puskesmas Terpencil berdasarkan PERMENKES nomor 75 tahun
2014. Pada tahun 2017 Puskesmas Bongomeme sudah diakreditasi oleh
Komisi Akreditasi Nasional dengan kriteria Madya (Profil Puskesmas
Bongomeme, 2018).
Wilayah puskesmas bongomeme secara geografis mempunyai luas
215,96 KM2,jumlah penduduk 19.730 jiwa dan 5.519 KKdengan
karakteristik wilayah pegunungan dan daerah aliran sungai yang terdiri dari
15 desa dengan kriteria 7 Desa sangat terpencil (Desa Liyoto, Desa
Kayumerah, Desa Molanihu, Desa Liyodu,Desa Batulayar, Desa Tohupo dan
Desa Batuloreng), 3 Desa Terpencil (Desa Upomela, Desa Owalanga dan
Desa Otopade) dan 5 Desa biasa (Desa Molopatodu, Desa Molas, Desa
Huntulohulawa, Desa Bongohulawa dan Desa Dulamayo) (Profil Puskesmas
Bongomeme, 2018).

C. KARYA INOVASI
“CEKATAN MANTAP“ ini di bentuk setelah melihat data masih ada
masyarakat yang melakukan pemeriksaan tidak sesuai sandar dan rapat
(Evaluasi program) yang dimana diketahui bahwa salah atau sumber
permasalahan dalam pencapaian target program adalah kurangnya informasi
mengenai permasalahan kesehatan .Oleh karenanya maka Kepala Puskesmas
beserta staf puskesmas sepakat untuk melaksanakan suatu kegiatan yang dapat
memecahkan permasalahan kesehatan yang ada.Selanjutnya Kepala
Puskesmas melakukan Konsultasi dengan pihak Dinas kesehatan Kabupaten
Gorontalo untuk mendapatkan saran dan masukan mengenai pelaksanaan
kegiatan yang di maksud.Setelah melakukan beberapa kali pertemuan dengan
staf Puskesmas serta konsultasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo maka lahirlah kegiatan / Program “CEKATAN MANTAP sebagai
upaya dari Puskesmas Bongomeme dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Stakeholder yang dilibatkan dalam kegiatan CEKATAN MANTAP
Sebagai berikut :
 KepalaDesa
Sebagai mitra kerja dalam mengeluarkan kebijakan dana angaran
diwilayahnya.
 Kader Kesehatan
Kader kesehatan berperan membantu petugas kesehatan dilapangan dalam
pemantauan kesehatan masyarakat
 Kepala Dusun
Sebagai Pendorong Masyarakat Untuk Melaksanakan Kegiatan Kesehatan.
D. KERANGKA KONSEP INOVASI

MASALAH

Penyakit PTM meningkat

PENYEBAB MASALAH

- Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mencegah penyakit


tidak menular ( PTM)
- Kurangnya dukungan dari Pemerintah Desa maupun stake holder
terkait
- Akses yang sulit untuk mengecek atau memeriksakan kesehatan
- Dukungan keluarga (orang terdekat) yang kurang

INOVASI

- CEKATAN MANTAP (CEk


KesehATAN MANTAP)
KERJA SAMA (MOU) PEMBERDAYAAN

-Camat Kepala Desa


-Kepala Desa -Kepala Dusun
-Kepala Dusun -Kader Kesehatan
-Instansi Lain yang mengurusi -PKK
masalah PTM -Kepala Dusun
-

PEMERIKSAAN KESEHATAN

-Petugas Kesehatan

TUJUAN

-Untuk mendeteksi faktor resiko PTM


E. Kajian Kerangka Inovasi
-Mengadvokasi serta kerja sama dengan
1. Cekatan Mantap
lintas sektor untuk memanejemen PTM
-Penguatan surveilans,pengawasan dan riset
Inovasi Cekatan Mantap ini dilaksakan dengan tujuan untuk
PTM
meningkatkan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas
Bongomeme dan untuk mendeteksi faktor resiko PTM
2. Kerja sama
Inovasi yang di lakukan tidak akan berjalan efektif jika Puskesmas
hanya bekerja sendiri, jadi di perlukan kerja sama lintas sektor baik,
camat, kepala desa, kepala dusun, dan instansi lain yang mengurusi
masalah lansia. Kerjasama ini juga bertujuan agar masalah tenaga dan
pendanaan bisa dipikirkan bersama-sama.
3. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pembangunan dimana masyarakat
berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki
situasi dan kondisi diri sendiri. Dalam pemberdayaan ini akan dilakukan
penyuluhan atau sosialisasi maupun pelatihan, yang diharapkan mereka
bisa memberdayakan diri sendiri maupun orang-orang yang disekitarnya.
4. Pemeriksaan Kesehatan
Selain melakukan pemberdayaan dengan melakukan penyuluhan
kita juga harus melakukan cek kesehatan untuk mengertahui seberapa
besar faktor risiko. Pemantaun ini dilakukan oleh petugas kesehatan.

F. HASIL INOVASI
Inovasi CEKATAN MANTAP telah dikembangkan dan terus
dilaksanakan sampai dengan sekarang ini. Peran serta stakeholder dalam
memberikan informasi maupun petugas kesehatan dalam melakukan
kunjungan sangat menunjang keberhasilan inovasi ini.

1. Data Kegiatan Yang di Lakukan/ Di tangani Setiap Desa


informasi kesehatan yang terjadi di desa secara keseluruhan merupakan
tanggung jawab semua pihak antara lain kepala dusun, kepala desa, kader
kesehatan, masyarakat dan tenaga kesehatan Puskesmas.
a. Data hasil persentasi penderita hipertensi berobat sesuai standar tahun
2017s/d 2019
Data penderita hipertensi berobat sesuai standar
2017-2019
120

100
99.4 100
100
100 100
95.6
94.1 94.4 94.4 92
89.1 90
88.9 89.5
80 85 86
83.3 82.2
77.8 77.6
74

60 65.9
60 60 2017
Persentasi

54.3 54
50.8 48.4
47
50 2018
40 44.1
41
44.3
40 40 2019

20 23.1
13.8 14.1
9.1
0
0 0 0 0 0 0
o a la o g u u o h r e las odu nga awa
ay law me hup ren nih yod iyot era laya pad o
m
la ohu Upo To tulo ola Li L M pat la ul
u l yum Batu Oto lo wa goh
D u Ba M Ka o O n
nt M Bo
Hu
Desa
Sumber : data primer IKS 2017 s/d 2019
Pada data grafik diatas, terlihat rerata semua desa di tahun 2017 sebanyak
58,3% penderita hipertensi berobat sesuai standar. selanjutnya di tahun 2018
terjadi peningkatan sebanyak 65,5%. Pada tahun 2019 rata-rata penderita
hipertensi berobat sesuai standar di seluruh desa kembali mengalami peningkatan
menjadi 77,6%.

b. Data hasil persentasi Diabetes Melitus berobat sesuai standar tahun 2017
s/d 2019

Data Diabetes Melitus berobat sesuai standar tahun 2017-2019

60

50 53
49
45 46 46 45
40 42.1
40 38
37
30 34 33.8
30 32 29 31
Persentasi

20 25 23.6 2017
22 19.7 18.3 20.2 20.4 21.920.5 21.4
17 18.7 17.3 17 19 17.3 17.1 18.3 2018
10 15
12 10 2019
7 6 6
0 3 4
0 1 0s
o a la o g u u o h r e u a a
ay law me hup ren nih yod iyot era laya pad ola tod lang law
al m hu po To l o ola Li L m u
u Bat Ot o M a a u
Du tulo U at
u
ay op Ow goh
B M K ol n
Hu
n M Bo

Desa

Sumber : data primer Puskesmas 2017 s/d 2019


Pada data grafikdiatas, terlihat rerata semua desa di tahun 2017 sebanyak
36% penderita diabetes melitusberobat sesuai standar. Sementara di tahun 2018
terjadi penurunan sejumlah 17,3%. Pada tahun 2019 rata-rata penderita diabetes
melitus berobat sesuai standar di seluruh desa sebanyak 19,4%.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dengan adanya pengembangan dari CEKATAN MANTAP semua
informasi yang terjadi di desa dapat teridentifikasi.Kemudian apabila masalah
telah teridentifikasi, selanjutnya dilakukan pendataan dan observasi untuk
selanjutnya akan dilakukan intervensi atau penanganan terhadap kasus
tersebut, yang merupakan Output dari gerakan melihat dan memantau dengan
hasil sebagai berikut :
1. Teridentifikasinya data tentang masalah kesehatan berdasarkan 12
indikator keluarga sehat (IKS) dan masalah berbasis lingkungan serta
kejadian luar biasa.
2. Beberapa kasus yang berhubungan dengan kasus kejadian Luar biasa
seperti DBD, dapat ditangani dalam 24 jam selama tahun 2017-2019
dengan rata-rata persentasi total kasus di temukan atau terjadi yaitu 15,3 %
dan segera tertangani dalam 24 jam
3. Meningkatkan Akses sanitasi oleh keluarga seperti penggunaan Jamban
dan sarana air bersih yang terus meningkat . Untuk kasus penyakit yang
disebabkan oleh lingkungan dan pola makan, kasus diare juga mengalami
penurunan kasus sebanyak 27,6% diantara tahun 2017-2019.
4. Pada kasus penyakit tidak menular seperti Hipertensi dan Diabetes
Melitus, rata-rata penderita hipertensi berobat sesuai standar mengalami
peningkatan dari 58,3% menjadi 77,6%. Sementara untuk data penderita
diabetes mellitus berobat sesuai standar dari tahun 2017 mengalami
penurunan dari 36% menjadi 17,3%, selanjutnya meningkat kembali
menjadi 19,4%.

B. SARAN
1. Perlu adanya dukungan pendampingan dari seluruh stake holder terkait
serta dalam memberikan data dan informasi kesehatan yang terjadi di
masyarakat.
2. Dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di masyarakat perlu adanya
pelaporan dari pihak masyarakat dalam hal ini keluarga, kader kesehatan,
kepala dusun serta kepala desa untuk mengatasi bersama permasalahan
kesehatan yang terjadi di lingkungan Puskesmas Bongomeme.
BAB IV
PENUTUP

Upaya untuk mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup sehat


dalam lingkungan yang bersih perlu adanya kesadaran masyarakat dan dukungan
keluarga.
Demikian makalah ini saya susun sebagai salah satu referensi dalam
keberhasilan program pemberdayaan pada masyarakat desa khususnya masyarakat
dusun diwilayah kerja Puskesmas Bongomeme dalam upaya meningkatkan
kesehatan dan Keberhasilan dari seluruh program yang mencangkup indikator
keluarga sehat. hal ini tidak lepas dari kerjasama, koordinasi dan konsultasi yang
sinergi antara pihak puskesmas dengan lintas sektor terkait dengan harapan dapat
memperoleh masukan dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Tongasa, I. Masalah kesehatan di Indonesia. https://www.academia.edu/


5273136/Masalah_Kesehatan_di_Indonesia?auto=download
Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018
PKM Bongomeme. 2016. Profil Kesehatan Tahun 2016. Puskesmas Bongomeme
Kab. Gorontalo.
Kemenkes RI. 2016. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan Program Keluarga
Sehat Melalui Pendekatan Keluarga. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakart
DOKUMENTASI KEGIATAN INOVASI CEKATAN MANTAP

Anda mungkin juga menyukai