Anda di halaman 1dari 48

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYALAHGUNAAN

OBAT DAN ALKOHOL

Oleh :

1. Adit Abdurohman
2. Anggi Gistian
3. Alienda Puspita Putri
4. Devi Indriyani
5. Ina Nurhasanah
6. Muhamad Vijana Putra
7. Novi Khalida Husna
8. Redy Riana
9. Salsabilla Azzahra Agoesman
10. Sendi Septian

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2022

i
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iv
INTISARI ................................................................................................ v
ABSTRACT............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
DAFTAR ISI............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL.................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 7
C. Tujuan Penelitian............................................................... 7
1. Tujuan Umum.............................................................. 7
2. Tujuan Khusus............................................................. 7

ii
D. Manfaat Penelitian............................................................. 7
E. Keaslian Penelitian ............................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 11


A. Tinjauan Teori.................................................................... 11
1. Pengetahuan ................................................................ 11
2. Remaja......................................................................... 13
3. Penyalahgunaan Obat Terlarang.................................. 15
4. Alkohol........................................................................ 21
B. Landasan Teori .................................................................. 29
C. Kerangka Konsep............................................................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................... 31


A. Rancangan Penelitian......................................................... 31
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................... 31
C. Populasi dan Sampel.......................................................... 33
D. Pengumpulan Data............................................................. 33
E. Prosedur Penelitian ........................................................... 37
F. Pengolahan dan Analisis Data........................................... 38
G. Etika Penelitian ................................................................. 40
H. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 42


A. Proses Penelitian ................................................................. 42
B. Hasil Penelitian .................................................................. 42
C. Pembahasan ........................................................................ 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................... 46


A. Simpulan ............................................................................ 46
B. Saran ................................................................................... 46

iii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian............................................................... 9
Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................ 31
Tabel 3.2 Distribusi Sampel................................................................. 33
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang
Penyalahgunaan Obat Dan Alkohol di Desa Sindangjaya
Kecamatan Mangunjaya Kabupaten Pangandaran Tahun
2021..................................................................................... 42

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep................................................................. 30

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Remaja merupakan salah satu populasi terbesar didunia. Masa remaja
adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa, dimana seseorang
belum dikatakan dewasa namun bukan anak-anak). Menurut World Health
Organization (WHO) masa remaja merupakan suatu fase perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10
sampai 19 tahun. Masa remaja merupakan masa paling penting karena masa
ini dikatakan sebagai masa pencarian identitas diri (Stuart, 2016)
Masalah kesehatan usia remaja juga merupakan salah satu masalah
penting dalam siklus kehidupan. Salah satu faktor risiko perilaku yang
berperan dalam status kesehatan usia remaja adalah konsumsi minuman
beralkohol dan pemakaian obat-obatan terlarang atau penyalahgunaan zat
yang dikenal dengan penyalahgunaan Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) (Kemenkes RI, 2019). Penyalahgunaan NAPZA
mempunyai dimensi yang luas dan kompleks; baik dari sudut medik,
psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial-
budaya, kriminalitas dan lain sebagainya). Penyalahgunaan NAPZA adalah
penyakit endemik dalam masyarakat modern, dimana korban umumnya
remaja dan dewasa muda (Hawari, 2016)
Perilaku penyalahgunaan Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut laporan
Nations Office on Drugs And Crime (UNODC) (2018), diperkirakan
sebanyak 450.100 orang di dunia telah meninggal akibat narkoba pada tahun
2015, dari keseluruhan terbukti 167.750 orang termasuk dalam
penyalahgunaan obat golongan opioid. Asia dan Afrika menjadi tujuan
terbanyak dalam penyebaran zat adiktif pada tahun 2015. Sedangkan di Asia,
Asia Tenggara merupakan pengguna zat adiktif terbanyak, antara lain

1
2

Singapura, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia sebanyak 40 orang


meninggal akibat narkoba setiap harinya (BNN, 2018)
Permasalahan penyalahgunaan narkoba merupakan permasalahan
yang masih dihadapi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia.
Pemerintah menyatakan Indonesia dalam kondisi darurat bahaya
penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan terlarang. Angka penyalahgunaan
narkoba di Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 3,8 juta sampai 4,1 juta
orang pada kelompok usia 10-59 tahun di tahun 2018. Diperkirakan jumlah
penyalahgunaan narkoba meningkat menjadi 5 juta orang pada tahun 2020.
Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki peringkat
teratas dalam peredaran narkotika (BNN, 2018).
Penyalahgunaan obat terlarang masih merupakan salah satu masalah
remaja di Indonesia, karena sekitar 27,32% pengguna narkoba di Indonesia
berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Dari hasil survei BNN angka
prevalensi terbanyak penyalahgunaan narkoba adalah pernah mencoba
memakai dan alasan untuk bersenang-senang. Pernah mencoba memakai
tertinggi pada tahun 2018 berada pada kelompok Sekolah Menengah Atas.
Angka prevalensi pernah pakai penyalahgunaan narkoba paling tinggi yaitu di
D.I Yogyakarta (6.6%), diikuti DKI Jakarta (5.3%) dan Jawa Barat (4.7%)
(BNN, 2018).
Data Provinsi Jawa Barat penyalahgunaan dan peredaran NAPZA
semakin meningkat. Data yang diperoleh dari Badan Narkotika Provinsi
(BNP) Jawa Barat, pada tahun 2017 tercatat 63.352 orang pengguna narkotika
di Jawa Barat termasuk kalangan mahasiswa dan pelajar. Pada tahun 2018
meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu 66.612 orang. Persentase
penyalahgunaan narkoba sekitar 1,78 % (sekitar 3.748.200 orang) dari
populasi masyarakat mulai umur 10-59 tahun. Untuk kalangan pelajar dari
18.300 naik menjadi 20.906 orang.
Remaja yang berisiko penyalahgunaan NAPZA adalah remaja yang
perokok aktif, peminum alkohol, tingkat pendidikan orang tua rendah, status
sosial ekonomi rendah, tingkat stres tinggi, depresi, pengalaman mendapatkan
3

dan melakukan kekerasan, dan tinggal di daerah pedesaan atau kota kecil.
Perilaku merokok dan minum alkohol merupakan perilaku yang mendukung
seseorang untuk penyalahgunaan narkotika (Sitorus, 2016).
Menurut (Sitorus, 2016) menyatakan bahwa pengguna narkotika
sebelumnya memiliki kebiasaan minum alkohol yaitu sebesar 76%, memiliki
kebiasaan minum alkohol sampai mabuk sebesar 51,3%. Mengingat
proliferasi penggunaan narkoba di kalangan remaja, terutama alkohol,
tembakau, dan ganja pada tingkat yang lebih rendah, remaja muda mungkin
sangat rentan terpapar dengan penggunaan obat-obatan dan tawaran untuk
menggunakan obat-obatan. Remaja dengan tingkat stres tinggi, kontrol diri
kurang, citra diri negatif, keterampilan koping lemah, penetapan tujuan dan
keterampilan memecahkan masalah kurang, self efficacy tinggi, dan teman
sebayanya menggunakan NAPZA akan lebih cenderung menggunakan
NAPZA (Wahlstrom, 2016).
Salah satu korelasi yang paling kuat dan paling konsisten dari
penggunaan narkoba pada remaja adalah penggunaan narkoba sebaya. Survei
kesehatan remaja diberbagai negara dilakukan guna memantau sejumlah
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan remaja di sekolah. Survei ini
difokuskan untuk memodifikasi faktor resiko dan 5 meningkatkan faktor
protektif melalui keluarga, sekolah, dan program pencegahan di masyarakat
Program pencegahan yang efektif dapat disampaikan di sekolah, keluarga,
dan masyarakat. Beberapa perilaku berisiko pada usia remaja diantaranya
adalah kebiasaan merokok, gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik,
kebersihan dan sanitasi individu, depresi/stress, konsumsi minuman
beralkohol dan konsumsi obat-obatan terlarang (Kemenkes RI, 2019).
Sedangkan dalam masalah minuman, dari semua minuman yang
tersedia hanya satu kelompok saja yang diharamkan yaitu khamar. Definisi
khamar menurut jumhur (mayoritas) ulama sebagaimana tercantum dalam
Tafsir Rawai`ul Bayan karya Syekh Ali ash-Shabuni adalah semua minuman
yang memabukkan, baik itu yang terbuat dari anggur, kurma, gandum,
maupun lainnya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim: “Semua
4

yang memabukkan adalah khamar (termasuk khamar) dan setiap khamar


adalah diharamkan”. penjelasan tersebut jelas bahwa batasan khamar
didasarkan atas sifatnya bukan jenis bahannya, karena bahannya sendiri dapat
apa saja. Secara lebih lanjut keharaman khamar ditegaskan dalam Al-Quran
Surat Al-Maidah ayat 90-91:

Artinya : “sesungguhnya khamar, judi, berkorban untuk berhala, mengundi


nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu).” (Q.S. Al-Maidah : 90-91)

Dampak dari penyalahgunaan NAPZA diantaranya adalah kerusakan


fisik, mental, emosional dan juga spiritual. Selain itu, NAPZA juga
mempunyai dampak negatif yang sangat luas baik secara fisik, psikis,
ekonomi, sosial budaya, hankam serta berbagai unsur kehidupan lainnya.
Banyaknya dampak yang dialami oleh penyalahguna NAPZA sehingga
diperlukanya program pengobatan bagi yang sudah mengalami
penyalahgunan NAPZA serta antisipasi bagi yang belum terjerat
menggunakan NAPZA, terutama dari usia remaja/pelajar. Beberapa faktor
yang melatarbelakangi remaja melakukan penyalahgunaan NAPZA antara
lain kurangnya pengetahuan terhadap NAPZA sehingga mengakibatkan sikap
atau perilaku penggunaan zat terlarang tersebut (Ali, 2017).
Beberapa faktor yang melatarbelakangi remaja melakukan
penyalahgunaan NAPZA antara lain kurangnya pengetahuan terhadap
NAPZA sehingga mengakibatkan sikap atau perilakupenggunaan zat
5

terlarang tersebut. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yeliasti


(2014) mengenai Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku
Penyalahgunaan Narkoba pada siswa siswi SMP menjelaskan bahwa 38,5%
responden kurang memiliki pengetahuan mengenai narkoba. Hasil penelitian
juga menjelaskan bahwa sebagian besar siswa memiliki sikap positif untuk
menjauhi narkoba, namun demikian terdapat 1,9% yang mempunyai sikap
kurang positif menjauhi narkoba.
Pengetahuan, merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan. Teori perilaku Green dalam Notoatmodjo (2018)
bahwa pengetahuan merupakan domain/faktor yang sangat penting untuk
terbentuknya suatu sikap dan tindakan seseorang karena dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasarkan dengan pengetahuan akan
lebih berpengaruh dan menimbulkan kesadaran dalam diri dibandingkan
dengan tidak didasarkan oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2018)
Salah satu upaya yang bersifat strategis dalam penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA adalah upaya pencegahan dengan meningkatkan
upaya promotif dan preventif NAPZA salah satunya deteksi dini penggunaan
NAPZA melalui kegiatan skrining di sekolah. Konsep preventif
penyalahgunaan NAPZA adalah mencegah seseorang yang sebelumnya tidak
memakai zat adiktif untuk tidak mencoba, dan seseorang yang sudah
menggunakan agar tidak masuk dalam kelompok berisiko dan tidak menjadi
tergantung atau adiksi (Direktorat P2 Masalah Keswa dan Napza, 2017).
Program Kesehatan Jiwa dan NAPZA Dinas Kesehatan Kabupaten
Pangandaran pada tahun 2019, salah satunya adalah skrining NAPZA dengan
pemeriksaan urin pada anak sekolah. Pemeriksaan dilakukan secara acak pada
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
dengan jumlah sampel 600 siswa. Dari pemeriksaan yang dilakukan
teridentifikasi 43 siswa positif penyalahgunaan obat, setelah dilakukan
wawancara mengaku menggunakan obat batuk dan obat tidur dan mengaku
menggunakan narkotika. Pada salah satu sekolah wilayah kerja puskesmas
Mangunjaya dari 40 sampel yang diperiksa teridentifikasi 30% (12 orang)
6

positif penyalahgunaan obat dan mengaku menggunakan narkotika. Menurut


pengakuan mereka narkotika yang digunakan adalah jenis shabu yang mereka
dapat dengan sangat mudah yaitu dengan paket hemat atau paket anak
sekolah yang bisa dibeli dengan Rp 50.000,- s/d 100.000,-. Akibat dari
penggunaan narkotika tersebut terjadi kasus kematian 2 orang yang
diakibatkan overdosis penggunaan nakotika.(Dinkes Pangandaran, 2019).
Program untuk kesehatan remaja yang sudah berjalan di Kabupaten
Pangandaran adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pusat Informasi dan
Konseling (PIK) Remaja dan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR). Dari kegiatan PKPR tersebut berdasarkan data kunjungan kasus
tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran, diperoleh data bahwa dari sasaran
usia 13-18 tahun (6631 orang), ditemukan siswa merokok (1.945 orang),
alkohol (217 orang), NAPZA selain merokok dan alkohol (46 orang). Data
kunjungan kasus PKPR perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA (merokok,
alkohol, penyalahgunaan zat dan obat selain rokok dan alkohol) yang paling
banyak terdapat pada Desa Sindangjaya (Dinkes Kabupaten Pangandaran,
2019).
Survei awal yang dilakukan tanggal 24 November 2020 di Desa
Sindangjaya pada 10 orang remaja yang dipilih secara acak, ditemukan 8
orang berisiko penyalahgunaan NAPZA yaitu perilaku merokok (60%) dan
konsumsi alkohol serta pernah menghisap lem selama 1 bulan terakhir. Dari
hasil wawancara yang dilakukan pada remaja mengatakan bahwa mereka
menggunakan rokok berawal dari coba-coba dan ikut-ikutan teman dan
akhirnya ketagihan. Penyalahgunaan alkohol lebih cenderung digunakan saat
adanya hiburan dilingkungan mereka, menurut pengakuan dari 8 orang yang
menggunakan alkohol, minum minuman tersebut bisa meningkatkan
kepercayaan diri, karena mereka menganggap dirinya pemalu dengan
memakai alkohol meningkatkan kepercayaan dirinya. Berdasarkan hasil
wawancara didapatkan mereka lari ke perilaku merokok, alkohol, zat dan
obat-obatan dikarenakan orang tua yang sering marah dan membanding-
bandingkan dengan anak orang lain, kurang perhatian di rumah dan
7

cenderung mendapatkan perhatian dari teman-teman sebaya, sehingga apabila


mempunyai masalah di rumah, maupun sekolah mereka cenderung
menggunakan zat adiktif sebagai pelarian yang membuat mereka nyaman.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan obat
dan alkohol di Desa Sindangjaya Kecamatan Mangunjaya Kabupaten
Pangandaran Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah yang
menjadi fokus penulis dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah
pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan obat dan alkohol di Desa
Lumbung Kecamatan Lumbung Kabupaten Ciamis.

C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang
penyalahgunaan obat dan alkohol di Desa Lumbung Kecamatan Lumbung
Kabupaten Ciamis.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi yang
berguna bagi para pembaca untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan
juga sebagai acuan pembelajaran tentang penerapan asuhan keperawatan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menambah wawasan
perawat mengenai pentingnya pengetahuan mengenai obat dan alkohol
sehingga dapat disosialisasikan kepada masyarakat sekitar sehingga
dapat mencegah adanya penyalahgunaan obat dan alkohol.
8

b. Bagi Remaja
Mengingat begitu besarnya bahaya yang dapatditimbulkan akibat
penyalahgunaan obat dan alkohol baik secara fisik dan psikis, dengan
demikian upaya pencegahan harus dilakukan sejak awal dengan
meningkatkan pengetahuan remaja mengenai bahaya obat dan alkohol
melalui pendidikan di sekolah, keluarga maupun lingkungan
masyarakat sehingga dapat meminimalisir penyalahgunaan
penggunaan obat dan alkohol.
c. Bagi peneliti Selanjutnya
Untuk dapat menambah wawasan dan acuan serta tambahan informasi
bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang penyalahgunaan obat dan
alkohol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Menurut (Nasution, 2016) pengetahuan (knowledge) adalah
bagian yang esensial dari eksistensi manusia, karena pengetahuan
merupakan buah dan aktivitas berfikir yang dilakukan manusia
berfikir (Nathiqiyyah) merupakan differensia (al-fashl) yang
memisahkan manusia dari semua genus lainnya, yaitu seperti hewan.
Menurut Notoatmodjo (2018), menyatakan bahwa dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Menurut Rogers (1974) dalam
Notoatmodjo (2018), mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut.
Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi.
d. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption (menerima), dimana subjek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap
stimulus.

11
12

b. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif


Menurut Notoatmodjo (2018), pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu (know),
memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis
(analisys), sintesis (syinthesis) dan evaluasi (evaluation).
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang
Menurut Notoatmodjo (2018) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah yaitu tingkat pendidikan, informasi,
budaya, pengalaman dan usia.
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu sebagai berikut:
1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara tradisional atau kuno ini digunakan orang untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya
metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan
logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini, antara
lain meliputi:
a) Cara coba salah (Trial and Error)
b) Cara kekuasaan atau otoritas
c) Pengalaman pribadi
d) Melalui jalan pikiran
2) Cara modern
Cara modern disebut juga ‘metode penelitian’ atau lebih
populer disebut metodologi penelitian (research methodologi),
mencakup tiga hal pokok, yaitu:
a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang
muncul pada saat dilakukan pengamatan
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pda saat dilakukan pengamatan
13

c) Gejala-gejala yang muncul bervariasi, yaitu gejala-gejala


yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu
(Notoatmodjo, 2018).
e. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan cara
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Hasil pengukuran
pengetahuan mengacu pada teori (Arikunto, 2018) sebagai berikut:
1) Baik, apabila pernyataan dijawab benar oleh responden 76%-
100%.
2) Cukup, apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden 60%-
75%.
3) Kurang, apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden
<60%.
2. Remaja
a. Pengertian
Istilah remaja berasal dari kata latin adolesen yang berarti
remaja atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesen mempunyai
arti yang lebih luas yaitu mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak
tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Ali, 2015). Remaja
adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa.
b. Ciri-ciri Perkembangan Remaja
Masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
1) Masa remaja awal (10-12 tahun),dengan ciri khas antara lain :
a) Lebih dekat dengan teman sebaya.
b) Ingin bebas.
c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir abstrak.
14

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain :
a) Mencari identitas diri.
b) Timbulnya keinginan untuk kencan.
c) Mempunyai rasa cinta yang dalam.
d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
e) Berkhayal tentang aktifitas seks.
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri khas antara lain :
a) Pengungkapan kebebasan diri.
b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.
c) Mempunyai citra jasmani dirinya.
d) Dapat mewujudkan rasa cinta.
e) Mampu berpikir abstrak.
(Kemenkes, 2016)
c. Ciri-ciri Perubahan Fisik Remaja
Ciri-ciri perubahan fisik pada masa remaja diantaranya :
1) Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung
dengan organ seks (terjadinya haid pada remaja putri atau
menarche dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki).
2) Tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
a) Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya
jakun, penis, dan buah zakar bertambah besar, terjadinya
ereksi dan ejekulasi, dada lebih lebar, badan berotot,
tumbuhnya kumis, cambang dan rambut disekitar kemaluan
dan ketiak.
b) Pada remaja putri, pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan
vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut diketiak dan
sekitar kemaluan (pubis).
(Kemenkes, 2016)
15

3. Penyalahgunaan Obat Terlarang


a. Pengertian
Penyalahgunaan obat-obat terlarang adalah penggunaan obat-
obatan yang bukan untuk tujuan pengobatan dan penelitian, serta
digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar, sehingga
dapat menyebabkan gangguan kesehatan fisik, gangguan kesehatan
jiwa, dan kehidupan sosialnya. Ada tiga faktor (alasan) yang dapat
dikatakan sebagai pemicu seseorang dalam penyalahgunakan obat-
obat terlarang. Ketiga faktor tersebut adalah faktor individu, faktor
lingkungan, dan faktor kesediaan obat-obat terlarang itu sendiri.
Pertama, faktor individu, diakibatkan rasa penasaran yang
menimbulkan keinginan untuk mencoba, waktu luang atau situasi dan
kesempatan untuk menggunakan obat-obat terlarang dan tekanan atau
jebakan atau rayuan dari pihak pengedar. Kedua, faktor lingkungan,
ada beberapa hal yang mempengaruhi seseorang menggunakan obat-
obat terlarang. Faktor itu antara lain pengertian yang salah bahwa
mencoba sekali-sekali tidak masalah, ajakan teman sebaya dan
tawaran gratis untuk memakai serta lingkungan yang mendukung
kebebasan memakai atau mengedarkan obat-obat terlarang. Ketiga,
faktor ketersediaan obat-obat terlarang, di mana obat-obat terlarang
semakin mudah untuk didapatkan dan dibeli. Hukuman bagi
penyalahgunaan narkotika telah diatur secara khusus oleh UU No.22
tahun 1997 tentang narkotika. Dalam pasal-pasal tersebut, UU
narkotika dijelaskan ketentuan pidana dan jenis pidana yang
diberikan pada pihak yang menyalahgunakan narkotika secara ilegal.
Adapun sanksi yang diberikan berupa pidana penjara dan denda)
(BNN, 2018)
Berdasarkan undang-undang No.5 tahun 1997, psikotropika
atau obat-obatan terlarang dapat dikelompokkan ke dalam 4
golongan. Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang
sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan
16

sedang diteliti khasiatnya. Contohnya adalah MDMA,ekstasi,


LSD,dan STP. Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif
kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal,
buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya. Golongan IV adalah
psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam (BK,
mogadon, dumolid), diaxepam, dan lain-lain. Berdasarkanilmu
farmakologi, psikotropika dikelompokkan kedalam 3 golongan :
depresan, stimulant, dan halusinogen (BNN, 2018)
b. Sebab-sebab Penyalahgunaan Obat-obat Terlarang
Menurut Mardani (2018) ada banyak sebab-sebab
penyalahgunaan narkoba kendati demikian semua sebab yang
memungkinkan seseorang yang menyalahgunakan narkoba pada
dasarnya dapat kita kelompokkan dalam tiga bagian :
1) Sebab yang berupa dari faktor internal (individu): emosional,
toleransi frustasi, tingkat religious, self esteem (harga diri),
pribadi yang lemah, pengalaman konflik-konflik pribadi.
2) Sebab yang berasal dari faktor eksternal (lingkungan, sosial
kultural) : ganja dan candu (opium) dibenarkan oleh beberapa
kebudayaan tertentu, rendahnya pendidikan, agar mendapat
ganjaran atau pujian dari teman, kurangnya pengawasan orang
tua, kurangnya pengetahuan dan penghayatan agama, akibat
bacaan tontonan dan sebagainya.
3) Sebab-sebab yang berasal dari sifat-sifat obat atau narkotika itu
sendiri.
Anak usia remaja memang paling rawan terhadap
penyalahgunaan narkoba. Karena masa remaja adalah masa pencarian
identitas diri. Ia berusaha menyerap sebanyak mungkin nilai- nilai
17

baru dari luar yang dianggap dapat memperkuat jati dirinya. Ia selalu
ingin tahu dan ingin mencoba, apalagi taerhadap hal-hal yang
mengandung bahaya atau resiko (risk taking behavior). Umumnya,
anak atau remaja mulai mengagunakan narkoba karena ditawarkan
kepadanya dengan berbagai janji, atau tekanan dari kawan atau
kelompok. Ia mau mencobanya karena sulit menolak tawaran itu, atau
terdorong oleh beberapa alasan seperti keinginan untuk diterima
dalam kelompok, ingin dianggap dewasa dan jantan, dorongan kuat
untuk mencoba, ingin menghilangkan rasa bosan, kesepian, stress
atau persoalan yang sedang dihadapinya (Mardani, 2018).
c. Efek Obat-obat Terlarang
Pemakaian narkoba secara umum dan juga psikotropika yang
tidak sesuai dengan aturan dapat menimbulkan efek yang
membahayakan tubuh. Penyalahgunaan obat jenis narkoba sangat
berbahaya karena dapat mempengaruhi susunan syaraf,
mengakibatkan ketagihan, dan ketergantungan karena mempengaruhi
susunan syaraf, narkoba mempengaruhi perilaku, perasaan, persepsi
dan kesadaran (Martono, 2018). Berdasarkan efek yang ditimbulkan
dari penyalahgunaan narkoba dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Depresan obat ini menekan atau melambat fungsi system saraf
pusat sehingga dapat mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Obat
anti depresan ini dapat membuat pemakai merasa tenang,
memberikan rasa melambung tinggi, memberi rasa bahagia dan
bahkan membuatnya tertidur atau tidak sadarkan diri. Contoh
opida/opiate (apium, marphin, herain, kodein), alkohol, dan obat
tidur trankuliser atau obat penenang. Obat penenang depresan
yang tergolong pada kelompok obat yang disebut benzodiazepine.
Obat – obat ini diresepkan, untuk membantu orang tidur, dan
kegunaan kedokteran lainnya. Biasanya obat- obat ini berbentuk
kapsul atau tablet, beberapa orang menyalahgunakan obat
penenang karena efeknya menenangkan. Pengaruh obat penenang
18

terhadap tiap orang berbeda- beda tergantung besarnya dosis berat


tubuh, umur sesorang, bagaimana obat itu dipakai dan suasana
hati si pemakai.
2) Stimulan adalah berbagai jenis yang dapat merangsang sistem
saraf pusat dan meningkatkan kegairahan (segar dan
bersemangat) dan kesadaran. Obat ini dapat bekerja mengurangi
rasa kantuk karena lelah, mengurangi nafsu makan, mempercepat
detak jantung, tekanan darah dan pernafasan, mengerutkan urat
nadi, serta membersihkan biji mata.
3) Halusinogen merupakan obat-obatan alamiah atau pun sintetik
yang memiliki kemampuan untuk memproduksi zat yang dapat
mengubah indera yang jelas serta merubah perasaan dan pikiran
sehingga menimbulkan kesan palsu atau halusinasi.
Adapun efek yang ditimbulkan kepada seseorang yang telah
menyalahgunakan Narkoba secara mikro adalah sebagi berikut :
adanya efek untuk diri sediri yaitu berupa tergantungnya fungsi otak,
daya ingin menurun, sulit untuk berkonsentrasi, implusif, suka
berkhayal, intoksikasi (keracunan), overdosis, adanya gejala putus
zat, berulang kali kambuh, gangguan perilaku/mental-sosial,
gangguan kesehatan, kendornya nilai- nilai, timbulnya kriminalitas,
dan terinfeksi HIV/AIDS (Martono, 2018).
Dampak terhadap keluarga adalah berupa hilangnya suasana
nyaman dan tentram dalam keluarga, keluarga resah karena barang –
barang berharga di rumah hilang, anak berbohong, mencuri, menipu,
bersikap kasar, acuh tak acuh dengan urusan keluarga tak
bertanggung jawab, hidup semaunya sehingga hilangnya norma
dalam keluarga. Orang tua merasa malu, karena mempunyai anak
pecandu (Purwandari, 2018).
Kegiatan anak dalam lingkungan sekolah sangat berpengaruh
atas perubahan yang terajadi pada seorang anak diantaranya narkoba
merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting bagi proses
19

belajar, siswa penyalahguna mengganggu suasana belajar mengajar,


prestasi belajar turun drastis, penyalahguna juga membolos lebih
banyak daripada siswa lain. Dan juga penyalahguna dapat
mengganggu suasana tertib dan keamanan. Dan juga perusakan
barang- barang milik sekolah masyarakat mempunyai efek juga untuk
para penyalahguna yaitu seorang mafia perdagangan gelap yang
selalu berusaha memasok narkoba. Terjalain hubungan antara
pengedar atau Bandar dan korban tercipta pasar gelap. Oleh karena
itu, sekali pasar terbentuk, sulit untuk memutus mata rantai
peredarannya. Masyarakat yang rawan narkoba tidak memiliki daya
tahan sehingga kesinambungan pembangunan terancam. Negara
menderita kerugian, karena masyarakat tidak produktif dan tingkat
kejahatan meningkat, belum lagi sarana dan prasarana yang harus
disediakan. Disamping itu rusaknya generasi penerus bangsa
(Nababan, 2017)
d. Dampak Penyalahgunaan Obat-obat Terlarang
Narkoba akan memberikan dampak pada diri seseorang
apabila narkoba digunakan secara terus menerus atau sudah melebihi
takaran yang telah ditentukan adapun hal ini menyebabkan adanya
ketergantungan pada seorang penyalahguna. Kecanduan inilah yang
dapat mengakibatkan gangguan pada fisik dan psikologis seorang
penyalahguna, karena adanya gangguan syaraf pusat dan organ-
organ tubuh seperti jantung, paru-parum hati dan ginjal. Dampak
pada penyalahguna juga muncul oleh jenis narkoba yang digunakan,
kepribadian pengguna dan kondisi pengguna. Secara umum dampak
kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis, maupun sosial
seseorang (Purwandari, 2018). Dampak penyahgunaan narkoba
menurut (Nababan, 2017) terbagi menjadi beberapa dimensi
diantaranya :
1) Dimensi kesehatan
Penyalahgunaan narkoba merusak/ menghancurkan kesehatan
20

manusia baik secara jasmani, mental, emosional dan kewajiban


seseorang, merusak susunan syaraf pusat di otak, organ – organ
lainnya seperti hati, ajntung, paru-paru, usus, dan penyakit
komplikasi, timbulnya gangguan psikis pada perkembangan
normal remaja, daya ingat, perasaan, persepsi dan kendali diri,
merusak system reproduksi, seperti produksi sperma menurun,
penurunan hormone testasterane, kerusakan kramasam, kelaian
sex keguguran dan lain-lain. Dan dapat menimbulkan penyakit
AIDS.
2) Dimensi sosial
Penyalahgunaan narkoba memperburuk kondisi yang apda
umumnya juga sudah tidak harmonis. Keluarga - keluarga yang
penuh masalah akan mempengaruhi kehidupan dilingkungan
masyarakat, seseorang yang ketergantungan kepada narkoba
seseorang memerlukan banyak biaya untuk membeli narkoba,
sehingga para pecandu mencuri, merampok, menipu,
mengedarkan narkoba bahkan bisa membunuh unutk
mendapatkan uang kesemuanya ini merugikan masyarakat.
3) Dimensi penegakkan hukum
Di Indonesia terdapat kultivasi gelap ganja utamanya di aceh, dan
sebenarnya ganja mudah sekali tumbuh di berbagai tanah di
Indonesia yang baisanya ditanam di daerah pegunungan/ hutan
yang sulit dijangkau dan diketahui menimbulkan persoalan
hukum tersendiri dalam memberantasnya, system distribusi dari
sindikat narkoba, sangat tertutup dan memakai system sel,
berjenjang sehingga sangat sulit untuk mengetahui apalagi
memperlukan orang-orang penting dari sindikat tersebut,
mengingat system hukum di Indonesia, money laundering
(pencurian uang) merupakan kejahatan yang berkaitan dengan
kejahtan narkoba, sangat sulit diberantas dan dibuktikan,
menangani penyalahgunaan narkoba yang jumlahnya sangat
21

banyak, melelahkan, membutuhkan tenaga, pikiran dan biaya


yang besar dalam pengungkapannya.
4. Alkohol
a. Pengertian Alkohol
Minuman keras (alkohol) dalam kehidupan manusia
mempunyai fungsi ganda yang saling bertentangan. Disatu sisi
alkohol merupakan suatu zat yang dapat membantu umat manusia
terutama dalam bidang kedokteran yakni dapat digunakan sebagai
pembersih kulit. Perangsang nafsu makan dalam tonikum dan juga
dapat digunakan untuk kompres. Akan tetapi disisi lain alkohol atau
minuman keras merupakan boomerang yang sangat membahayakan
dan menakutkan karena dewasa ini minuman keras dikalangan
masyarakat atau khalayak ramai telah menjadi sumber kerawanan
dan kesenjangan dalam masyarakat itu sendiri (Dirdjosisworo, 2017)
Minuman keras adalah semua minuman yang mengandung
alkohol (zat psikoaktif) bersifat adiktif yang bekerja secara selektif,
terutama pada otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada
perilaku, emosi, dan kognitif, serta bila dikonsumsi secara berlebihan
dan terus-menerus dapat merugikan dan membahayakan jasmani,
rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara berfikir kejiwaan.
Perilaku penggunaan minuman keras saat ini merupakan
permasalahan yang cukup berkembang dan menunjukkan
kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun, yang akibatnya
dirasakan dalam bentuk kenakalan-kenakalan, perkelahian,
perbuatan asusila, dan maraknya premanisme (Surya, 2018)
Alkohol Adalah minuman yang mengandung alkohol yang
bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus dapat
merugikan dan membahayakan jasmani, rohani maupun bagi
kepentingan perilaku dan cara berpikir kejiwaan, sehingga akibat
lebih lanjut akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan hubungan
masyarakat sekitarnya (Wresniwiro, 2019).
22

Minum sangat banyak yang kronis dikaitkan dengan


kerusakan dibanyak bagian otak, yang banyak diantaranya berperan
dalam fungsifungsi memori. Orang-orang yang tergantung pada
alkohol secara umum memiliki simtom-simtom gangguan yang lebih
parah, seperti toleransi dan putus zat (Davison dan Gerald. 2016).
Resiko yang berkaitan dengan alkoholisme bervariasi. Jika
seorang pecandu alkohol (menurut ukuran lima pint – sehari), kira-
kira empat kali kemungkinannya meninggal pada usia tertentu
dibandingkan orang yang tidak kecanduan yang usia, jenis kelamin
dan status ekonominya sama. Lebih besar kemungkinannya
mendapat kecelakaan serius, dan terjangkit kanker berbagai jenis.
Jika pecandu alkohol, lebih besar kemungkinannya terlibat dalam
suatu tindak kekerasan dan bahkan menanggung resiko kerusakan
otak yang serius dan permanen (Wresniwiro, 2019).
b. Sebab-sebab Penyalahgunaan Alkohol
Terdapat 4 kelompok determinan dari penyalahgunaan
alkohol (sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan) yang mana
peranannya sangat kompleks dan saling terkait satu sama lainnya
(Sarwono, 2018).
1) Sosial
Penggunaan alkohol sering kali didasari oleh motif-motif sosial
seperti meningkatkan prestige ataupun adanya pengaruh
pergaulan dan perubahan gaya hidup. Selain itu faktor sosial lain
seperti sistem norma dan nilai (keluarga dan masyarakat) juga
menjadi kunci dalam permasalahan penyalahgunaan alcohol
(Sarwono, 2018).
2) Ekonomi
Masalah penyalahgunaan alkohol bisa ditinjau dari sudut
ekonomi. Tentu saja meningkatnya jumlah pengguna alkohol di
Indonesia juga dapat diasosiasikan dengan faktor keterjangkauan
harga minuman keras (import atau lokal) dengan daya beli atau
23

kekuatan ekonomi masyarakat. Dan secara makro, industri


minuman keras baik itu ditingkat produksi, distribusi, dan
periklanan ternyata mampu menyumbang porsi yang cukup besar
bagi pendapatan negara (tax, revenue dan excise).
3) Budaya
Melalui sudut pandang budaya dan kepercayaan masalah alkohol
juga menjadi sangat kompleks. Di Indonesia banyak dijumpai
produk lokal minuman keras yang merupakan warisan tradisional
(arak, tuak, badeg, dll) dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat
dengan alasan tradisi. Sementara bila tradisi budaya tersebut
dikaitkan dengan sisi agama dimana mayoritas masyarakat
Indonesia adalah kaum muslim yang notabene melarang
konsumsi alkohol, hal ini tentu saja menjadi sangat bertolak
belakang.
4) Lingkungan
Peranan negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih dari
penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Bentuk peraturan
dan regulasi tentang minuman keras, serta pelaksanaan yang
tegas menjadi kunci utama penanganan masalah alkohol ini.
Selain itu yang tidak kalah penting adalah peranan provider
kesehatan dalam mempromosikan kesehatan terkait masalah
alkohol baik itu sosialisasi di tingkat masyarakat maupun
advokasi pada tingkatan decision maker (Sarwono, 2018).
c. Efek
Alkohol yang berlebih jika masuk pada tubuh manusia akan
menyebabkan berbagai macam penyakit, karena sistim organ dalam
tubuh semuanya telah terganggu. Alkohol jika masuk dalam organ
tubuh dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut
1) Efek negatif alkohol terhadap otak
Adanya alkohol dapat mengganggu kemampuan Otak. Segelas
alkohol sudah cukup untuk mengganggu komunikasi antara dua
24

bagian otak yang mengendalikan perilaku kita. Otak berinteraksi


membuat orang dapat menilai lingkungan kita secara akurat dan
mengatur reaksi terhadapnya (Amaral, 2018)
Penelitian yang dilakukan oleh tim Phan meneliti 12 orang
peminum berat (10 pria dan 2 wanita) yang rata-rata berumur 23
tahun. Mereka diberi minuman beralkohol atau placebo, lalu
ditunjukkan serangkaian wajah sambil otak mereka discan.
Dengan scan peneliti melacak aktivitas otak subyek. Ternyata
hasil yang diperoleh adalah alkohol mengurangi interaksi
Amygdala dan orbitofrontal cortex (bagian dari prefrontal 40
cortex) ketika mereka mencoba memasangkan wajah marah,
takut, dan gembira. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa
alkohol mengganggu kemampuan Amygdala memecahkan sinyal
ancaman. Alkohol mempengaruhi system saraf. Hal ini
menunjukkan, saat diracuni alkohol, isyarat emosional yang
menandakan ancaman tidak diproses di otak secara normal
karena Amygdala tidak merespon seperti seharusnya (Zakhari,
2018).
2) Efek negatif alkohol terhadap hati
Salah satu efek negatif dari alkohol pada kesehatan adalah
menyebabkan kerusakan hati. Hati adalah organ pertama yang
akan rusak karena minuman memabukkan ini. Kerusakan hati
karena alkohol dapat fatal dalam kondisi tertentu. Hati adalah
organ berada di belakang tulang rusuk kanan dan memainkan
peran penting dalam menjaga keseimbangan metabolisme tubuh.
Jika tidak ada hati, tidak akan dapat memproses nutrisi seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dari makanan
yang dimakan, tubuh tidak dapat menyingkirkan semua racun
dan mikroba dan darah tidak akan pernah menggumpal. Karena
hati melakukan begitu banyak fungsi penting tubuh, hati sangat
25

rentan terhadap berbagai metabolik, racun, mikroba, peredaran


darah dan penyakit kanker (Zakhari, 2018).
Hati akan bekerja sangat ekstra untuk mengubah etanol
(CH3CH2OH) menjadi asam asetat (CH3COOH). Asetat ini
sifatnya kurang beracun, dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh
sebagai urin. fungsi utama hati adalah menyediakan glukosa.
Glukosa sangat penting bagi otak. Kekurangan glukosa atau
hipoglikemia adalah salah satu alasan utama seseorang yang
mengonsumsi alkohol menjadi mabuk, merasa lesu, telah
menurunkan fungsi kognitif dan menderita mual, muntah, sakit
kepala dan kelelahan setelah minum alkohol. Ini adalah efek
jangka pendek dari alkohol. Efek jangka panjang alkohol yang
berlebihan adalah penyebab utama untuk semua penyakit hati.
Lemak disimpan karena penyerapan alkohol menyebabkan
penyakit hati berlemak dan menyebabkan peradangan hati yang
menyebabkan hepatitis alkoholik (salah satu tahap pertama dari
penyakit hati alkoholik), kemudian dapat berkembang menjadi
fibrosis (penebalan jaringan) atau sirosis (penyakit hati kronis
yang ditandai oleh degenerasi sel, peradangan dan fibrosis lanjut)
(Zakhari, 2018).
3) Efek negatif alkohol terhadap otak sistim kardiovaskular
Sistim kardiovaskular disebut juga dengan sistem peredaran
darah yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem
kardiovaskular juga berperan dalam menstabilkan suhu dan pH
tubuh manusia. Jika kardiovaskular terganggu, seseorang
biasanya berisiko terserang penyakit jantung. Salah satu faktor
pemicu penyakit kardiovaskular misalnya adalah mengonsumsi
alkohol berlebih. Penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung
dan pembuluh darah masih menjadi salah satu pembunuh
manusia nomor satu di dunia. Fakta tersebut hasil dari data
lembaga kesehatan dunia WHO. (Zakhari, 2018).
26

4) Efek negatif alkohol terhadap sistim kekebalan tubuh.


Tanda bahwa sistim kekebalan tubuh mulai hilang adalah
mulainya seseorang terkena penyakit. Salah satu hal yang dapat
menyebabkan seseorang terkena penyakit adalah dengan
mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat
mengganggu sistem kekebalan tubuh. Menurut hasil penelitian
adalah tidak boleh mengonsumsinya alkohol secara berlebihan.
Menurut para peneliti, baik pria dan wanita tidak boleh
mengonsumsi alkohol lebih dari satu gelas sehari. Minum
alkohol berlebih mengurangi kemampuan sel darah putih untuk
secara efektif melawan bakteri berbahaya sehingga tubuh akan
rentan terserang penyakit. Peminum alkohol kronis bahkan dapat
terjangkit penyakit pneumonia (Zakhari, 2018)
5) Efek negatif alkohol terhadap sistim pencernaan
Pada sistem pencernaan, alkohol menyebabkan hal-hal berikut:
a) Penyakit pankreatitis kronik akibat kerusakan sel-sel asinus
dan sel-sel telat pankreas
b) Mengalami malnutrisi akibat asupan nutrien yang berkurang,
gangguan penyerapan, pencernaan dan konsumsi makanan.
Pankreas memiliki peran yang cukup penting dalam sistem
tubuh, bahkan bisa menjadi jalan pintas menuju kematian.
(Zakhari, 2018)
6) Efek negatif alkohol terhadap ginjal
Ginjal merupakan merupakan organ terpenting dan memiliki
peran vital untuk kesehatan tubuh. Apabila kondisi ginjal
terganggu, maka hal tersebut juga akan mempengaruhi fungsi
ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat penting dan
mempunyai peran vital untuk menjaga kesehatan tubuh kita.
Apabila kondisi ginjal terganggu, maka hal tersebut juga akan
mempengaruhi kesehatan kita secara keseluruhan. Oleh sebab
itu, menjaga kondisi ginjal agar tetap berfungsi dengan baik
27

adalah suatu keharusan. Salah satu cara untuk menjaganya adalah


dengan menerapkan pola hidup yang baik dan menghindari hal-
hal yang dapat merusak ginjal. Salah satu hal yang dapat
mengganggu kinerja ginjal adalah alkohol. Dampak buruk
alkohol bagi kesehatan tubuh adalah ginjal pun dirusak akibat
dari minum minuman keras. Penyebab gagal ginjal banyak yang
tidak diketahui oleh banyak orang. Hal itu dikarenakan gagal
ginjal barulah akan diketahui gejalanya saat kondisinya sudah
kronis. Ginjal merupakan salah satu organ yang digunakan dalam
ekskresi manusia. Sistem urin akan melibatkan ginjal, dimana
ginjal berfungsi sebagai penyaring kotoran yang berasal dari
darah dan ginjal akan membuangnya bersamaan dengan air yang
disebut dengan urin. Kandungan alkohol tidak bisa dicerna ginjal
sehingga ginjal akan bekerja sangat keras untuk mencerna
kandungan di dalam alkohol. Jika ginjal bekerja keras setiap
harinya, fungsi ginjal pun akan mudah rusak dan terganggu
(Zakhari, 2018)
d. Dampak
Dampak negatif penggunaan alkohol dikategorikan menjadi
3, yaitu dampak fisik, dampak neurologi dan psikologi, juga dampak
sosial.
1) Dampak Fisik
Beberapa penyakit yang diyakini berasosiasi dengan kebiasaan
minum alkohol antara lain serosis hati, kanker, penyakit jantung
dan syaraf. Sebagian besar kasus serosis hati (livercirrhosis)
dialami oleh peminum berat yang kronis. Sebuah studi
memperkirakan bahwa konsumsi 210 gram alkohol atau setara
dengan minum sepertiga botol minuman beralkohol (liquor)
setiap hari selama 25 tahun akan mengakibatkan serosis hati.
Berkaitan dengan kanker terdapat bukti yang konsisten bahwa
alkohol meningkatkan resiko kanker di beberapa bagian tubuh
28

tertentu, termasuk: mulut, kerongkongan, tenggorokan, larynx


dan hati (Amaral, 2018)
Alkohol memicu terjadinya kanker melalui berbagai mekanisme.
Salah satunya alkohol mengaktifkan enzim-enzim tertentu yang
mampu memproduksi senyawa penyebab kanker. Alkohol dapat
pula merusak DNA (Deoksiribo NucleicAcid), sehingga sel akan
berlipat ganda (multiplying) secara tak terkendali. Peminum
minuman beralkohol cenderung memiliki tekanan darah yang
relatif lebih tinggi dibandingkan non peminum (abstainer),
demikian pula mereka lebih berisiko mengalami stroke dan
serangan jantung. Peminum kronis dapat pula mengalami
berbagai gangguan syaraf mulai dari dementia (gangguan
kecerdasan), bingung, kesulitan berjalan dan kehilangan memori.
Diduga konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menimbulkan
defisiensi thiamin, yaitu komponen vitamin B komplek
berbentuk Kristal yang esensial bagi berfungsinya sistem syaraf
(Amaral, 2018).
2) Dampak Psikoneurologis
Pengaruh addictive, imsonia, depresi, gangguan kejiwaaan, serta
dapat merusak jaringan otak secara permanen sehingga
menimbulkan gangguan daya ingatan, kemampuan penilaian,
kemampuan belajar, dan gangguan neurosis lainnya (Amaral,
2018).
3) Dampak Sosial
Dampak sosial yang berpengaruh bagi orang lain, di mana
perasaan pengguna alkohol sangat labil, mudah tersinggung,
perhatian terhadap lingkungan menjadi terganggu. Kondisi
inimenekan pusat pengendalian diri sehingga pengguna menjadi
agresif, bila tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan yang
melanggar norma bahkan memicu tindakan kriminal serta
meningkatkan resiko kecelakaan (Amaral, 2018).
29

B. Landasan Teori
Masalah kesehatan usia remaja juga merupakan salah satu masalah
penting dalam siklus kehidupan. Salah satu faktor risiko perilaku yang
berperan dalam status kesehatan usia remaja adalah konsumsi minuman
beralkohol dan pemakaian obat-obatan terlarang atau penyalahgunaan zat
yang dikenal dengan penyalahgunaan Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) (Kemenkes RI, 2015).
Beberapa faktor yang melatarbelakangi remaja melakukan
penyalahgunaan NAPZA antara lain kurangnya pengetahuan terhadap
NAPZA sehingga mengakibatkan sikap atau perilakupenggunaan zat
terlarang tersebut. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yeliasti
(2014) mengenai Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku
Penyalahgunaan Narkoba pada siswa/i SMP menjelaskan bahwa 38,5%
responden kurang memiliki pengetahuan mengenai narkoba. Hasil penelitian
juga menjelaskan bahwa sebagian besar siswa memiliki sikap positif untuk
menjauhi narkoba, namun demikian terdapat 1,9% yang mempunyai sikap
kurang positif menjauhi narkoba.
Pengetahuan, merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan. Pengetahuan, merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan. Teori perilaku Green dalam
Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan merupakan domain/faktor yang
sangat penting untuk terbentuknya suatu sikap dan tindakan seseorang
karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasarkan dengan pengetahuan akan lebih berpengaruh dan menimbulkan
kesadaran dalam diri dibandingkan dengan tidak didasarkan oleh
pengetahuan.
30

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan
dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan
secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah
(Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan diatas maka
kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut

Baik
Pengetahuan remaja
Remaja tentang penyalahgunaan Cukup
obat dan alkohol
Kurang
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
(Kemenkes RI (2015), Notoatmodjo, 2012)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan (Sugiyono, 2018).

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Menurut Notoatmodjo (2018), bahwa variabel adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Variabel yang
diteliti dalam penelitian ini hanya satu variabel yaitu pengetahuan remaja
tentang penyalahgunaan obat dan alkohol
Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan
(Riduan Akdon, 2018).
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari
hubungannya antara satu variabel dengan lainya dan pengukurannya. Definisi
operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat
diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan (Riduwan dan Akdon, 2018).

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


konseptual oprasional
1 Pengetahuan Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner 1. Baik jika Ordinal
Remaja tentang merupakan hasil yang diketahui skor 76%
obat terlarang dari tahu, dan ini remaja tentang - 100%
dan alkohol terjadi setelah tentang 2. Cukup
seseorang pengertian, jika skor
melakukan sebab, dampak 60-75%
penginderaan dan efek obat 3. Kurang
terhadap suatu terlarang dan jika skor
objek tertentu alkohol <60%
(Notoatmodjo,
2018).

46
47

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono (2018), Populasi adalah wilayah generalisasi
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja usia 16-19 tahun
di Desa Lumbung Kecamatan Lumbung Kabupaten Ciamis sebanyak 732
orang
2. Sampel:
Menurut Sugiyono (2018) sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk menentukan
jumlah sampel dilakukan sebuah sampling. Teknik sampling merupakan
teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah proporsional random sampling yaitu sebagian
dari populasi yang dapat mewakili target keseluruhan (Notoatmodjo,
2018). Cara pengambilan sampel dengan menggunakan rumus dari
Notoatmodjo (2010), yaitu sebagai berikut :
N
2
n = 1+N ( d )

Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat kepercayaan 0,1
maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah :
732 732
2
n = 1+7 32(0,1 ) n = 1+7 32(0 , 01)
732
n = 1+7,32
732
n = 8,32
48

n = 87,98 dibulatkan menjadi 88


Dari perhitungan di atas diperoleh n =88, dengan demikian jumlah
sampel yang diperoleh minimal 88 orang remaja berumur 16-19 tahun
yang ada di Desa Sindangjaya Kecamatan Mangunjaya Kabupaten
Pangandaran.
Cara yang tepat dan dianggap mewakili populasi yaitu dengan
mengalokasikan jumlah sampel berdasarkan keluarahan cara proporsional,
dengan rumus :

N
׿ ¿
n = Ntotal n total

Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
Berdasarkan rumus di atas maka dapat diperoleh distribusi jumlah
sampel yang dibutuhkan menurut dusun di Desa Lumbung Kecamatan
Lumbung Kabupaten Ciamis, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Distribusi Sampel Desa Lumbung Kecamatan Lumbung Kabupaten Ciamis.

Populasi N
No. Nama Dusun n= x n total Sampel
(N) N Total
146
1. Kersaratu 146 ×88 18
732
153
2. Cirapuan 153 ×88 18
732
149
3. Hegarmanah 149 ×88 18
732
152
4. Babakan 152 ×88 18
732
132
5. Kedungpicung 132 ×88 16
732
Jumlah 732 88
49

Setelah diketahui proporsi dari setiap dusun maka penulis


mengambil sampel dengan cara diundi. Dengan Kriteria Sampel :
1) Kriteria sampel inklusi
a. Bersedia menjadi responden
b. Usia 16-19 tahun
c. Warga Desa Sindangjaya
2) Kriteria sampel eksklusi
a. Remaja yang tidak bisa membaca
b. Remaja yang pindah status kependudukan

D. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data
primer yaitu data yang langsung diperoleh dari objek penelitian yang
dilakukan dengan cara langsung kepada responden, tetapi sebelumnya
responden diminta kesediaanya untuk berpartisipasi dalam penelitian
dengan menandatangani informed consent (pernyataan kesediaan menjadi
responden).
2. Instrumen Penelitian
Proses penelitian memerlukan suatu alat untuk mengumpulkan
data. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan
oleh responden. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui tanggapan
responden terhadap pertanyaan yang diajukan. Dengan kuesioner ini
responden mudah memberikan jawaban karena alternatif jawaban sudah
disediakan dan membutuhkan waktu singkat dalam menjawabnya.
Kuesioner ini dilakukan dengan membagikan suatu daftar
pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada sejumlah objek untuk
mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban dan sebagainya. Teknik ini
50

lebih cocok untuk memperoleh data yang cukup luas dari


kelompok/masyarakat yang berpopulasi besar, dan bertebaran tempatnya.
Kuesioner pengetahuan terdiri dari 20 pertanyaan dengan kategori
benar dan salah tentang penyalahgunaan obat dan alkohol.
Tabel 3.3
Kisi Kisi Instrumen Penelitian

No Indikator Variabel Nomor item Jumlah


1 Pengetahuan 1-20 20
a. Pengertian penyalahgunaan
obat dan alkohol 1-5 5
b. Sebab-sebab
penyalahgunaan obat dan
6-10 5
alkohol
c. Efek-efek penyalahgunaan
obat dan alkohol 11-15 5
d. Dampak penyalahgunaan
obat dan alkohol 16-20 5

3. Uji Validitas dan Reliabilitas


a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
(Arikunto, 2018).
Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut
mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan
uji korelasi skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total
kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi
“Product Moment” dengan rumus sebagai berikut:
Teknik korelasi yang dipakai adaah “Product Moment” dengan
rumus:
51

Keterangan:
r : Koefisien relasi
N : Jumlah responden uji coba
X : Skor salah satu pertanyaan
Y : Skor total
XY : Skor pertanyaan nomor 1 dikalikan skor total
Setelah dilakukan perhitungan korelasi antara masing-masing
pertanyaan dengan skor total, maka untuk melihat signifikansi dari
setiap pertanyaan maka dapat dilihat tabel nilai product moment. Jika
r-hitung lebih besar dari r-tabel maka perhitungannya memenuhi taraf
signifikan dan pertanyaan itu dianggap valid untuk dijadikan alat ukur
penelitian. Batas validitas r-tabel product moment untuk 10 orang
responden dengan tingkat kepercayaan 5% (α=0,05) adalah 0,632. Jika
nilai r-hitung lebih besar dari 0,632 maka pertanyaan tersebut dianggap
valid dan dapat dijadikan alat ukur penelitian (Arikunto, 2018).
Kuesioner dalam penelitian telah diujikan kepada 10 orang
masyarakat di Desa Jangraga Kecamatan Mangunjaya Kabupaten
Pangandaran yang memiliki karakteristik hampir sama dengan
masyarakat di Desa Sindangjaya Kecamatan Mangunjaya Kabupaten
Pangandaran. Berdasarkan perhitungan dari 20 pernyataan tentang
pengetahuan, semua pertanyaan dinyatakan valid karena r hitung > r
tabel dengan nilai r hitung 0,660-0,885 dan r tabel (0,05) = 0,632.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau
asas tetap bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.
52

Dan untuk memperoleh indeks reliabilitas soal dengan


menggunakan Spearman Brown (Arikunto, 2018), yaitu:

2 xr 1 .1
2 2
r 1. 1 =
1+ r 1 .1
2 2

Keterangan:
r1.1 : Reliabilitas instrumen
r½.½ : rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan
instrumen.
Setelah dilakukan perhitungan reliabilitas dari kuesioner, maka
untuk melihat reliabilitasnya dari setiap pertanyaan maka dapat dilihat
tabel nilai korelasi product moment. Jika nilai r1.1 lebih besar dari nilai
rtabel, maka pertanyaan tersebut reilabel atau layak untuk dijadikan alat
ukur penelitian. Kriteria pengujian dengan menggunakan taraf
signifikansi (α) = 0,05. Batas reliabilitas r-tabel product moment untuk
10 orang responden dengan derajat kebebasan (α=0,05) adalah 0,632
Jika nilai r-alfa lebih besar dari 0,632 maka pertanyaan tersebut
dianggap reliabel atau layak dijadikan alat ukur penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai r1.1=0,954
dikonsultasikan dengan r tabel (0,05) = 0,632 maka dapat disimpulkan
bahwa semua pertanyaan tersebut reliabel karena r hitung > r table

E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Penelitan ini diawali dengan melakukan survey pendahuluan untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. Data dasar diambil
dari Dinkes Kabupaten Pangandaran, dalam berbagai tinjauan pustaka
dapat dijadikan sebagai referensi yang digunakan dalam penyusunan
skripsi. Konsultasi dengan pembimbing dalam penyempurnaan pembuatan
53

skripsi, melaksanakan sidang skripsi untuk mendapatkan masukan lebih


lanjut.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Persiapan lapangan dengan menentukan dan membuat kerjasama
dengan kader ditempat penelitian yang akan membantu pelaksanaan
penelitian, yang sebelumnya kader telah diberikan penjelasan tentang
proses penelitian.
3. Tahap Penyelesaian Penelitian
Setelah data dientry dan dianalisis, dilakukan penyajian hasil
pengolahan data dan diinterpretasikan bentuk laporan, selanjutnya
dilakukan pembahasan dari temuan-temuan penelitian, menarik
kesimpulan serta membuat saran atau rekomendasi mengacu hasil
penelitian yang telah dilakukan.

F. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data menurut Arikunto (2013) sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Data (Editing data)
Dimaksudkan untuk meneliti setiap pertanyaan yang telah terisi
yaitu tentang kelengkapan pengisian serta kesalahan pengisian. Jika
jawaban ada yang kosong, petugas pengumpulan data bertanggung
jawab untuk melengkapi dengan melakukan kunjungan ulang pada
responden.
b. Pemberian kode (Coding)
Dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengolahan data
kegiatan yang dilakukan adalah memberikan kode dengan angka yang
telah ditetapkan. Untuk jawaban benar diberi kode 1 dan salah diberi
kode 0. Untuk pengetahuan baik diberi kode 1, pengetahuan cukup
diberi kode 2 dan pengetahuan kurang diberi kode 3.
54

c. Pemasukan Data (Entry data)


Setelah editing dan koding data selesai dan jawaban dilembar
jawaban sudah rapih dan memadai untuk mendapatkan data yang baik
selanjutnya dilakukan entry data dengan menggunakan komputerisasi.
Data yang telah di beri kode dalam program excel terus dimasukkan
kedalam program untuk mengolah data sehingga diperoleh data
distribusi frekuensi
d. Pembersihan Data (Cleaning data)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di
entry apakah ada kesalahan atau tidak. Cara yang bisa dilakukan adalah
dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti
dan melihat kelogisannya, bila ternyata terdapat kesalahan dalam
memasukan data, maka harus dilakukan pembetulan dengan
menggunakan komputerisasi..
2. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisa univariat,
yaitu analisis yang dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian
(Arikunto, 2018). Analisis dilakukan dengan menggunakan komputer
untuk mendapatkan frekuensi dari tiap-tiap sub variabel.
Analisis dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi setiap
variable dengan perhitungan analisis menurut Notoatmodjo (2018) yaitu
sebagai berikut :
f
P= x 100 %
n
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekuensi
n : Jumlah Sampel
55

G. Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia
menjadi isu sentral saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan, karena hampir
90% subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus
memahami prinsip-prinsip etika penelitian (Nursalam, 2018).
Secara umum prinsip etika dalam penelitian ini dapat dibedakan
menjadi tiga bagian Nursalam (2018), yaitu:
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus. Proses
penelitian ini tidak ada tindakan khusus yang bisa merugikan atau
mengganggu kenyamanan responden karena hanya melakukan
pengisian kuesioner.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian dihindarkan dari keadaan
yang tidak menguntungkan. Semua responden dalam keadaan bersedia
untuk menjadi subjek penelitian dan tidak ada unsur pemaksaan untuk
menjadi responden.
c. Resiko
Peneliti berhati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan
yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan. Peneliti
memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian
kepada responden.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)
Subjek diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak
memutuskan apakah mereka bersedia menjadi responden atau tidak.
Tidak ada unsur pemaksaan untuk menentukan kesediaan menjadi
responden.
56

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right


to full disclosure)
Peneliti memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung
jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek. Peneliti
menjelaskan dulu tujuan penelitian kepada calon responden serta
memberikan lembar pernyataan penelitian.
c. Informed consent
Subjek mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Setelah responden
bersedia responden diminta mengisi kesediaan menjadi responden dan
menandatanganinya.
3. Prinsip keadilan
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian. Semua responden di
perlakukan sama tidak ada yang dibedakan sehingga antar responden
yang satu dan yang lainya tidak terjadi kecemburuan sosial.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama
(anonymity) dan kerahasiaan (confidentiality). Hasil dari penelitian
yang didapat hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian dan
kerahasiaan reponden terjamin dengan tidak mencantumkan nama
hanya berupa nomor responden saja.

H. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Lumbung Kecamatan
Lumbung Kabupaten pada Juni 2022.
DAFTAR PUSTAKA

Ali. (2017). Psikologi Remaja. www.google.co.id. Diakses tanggal 02 Februari


2021

Amaral. (2018). Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dengan Program AJI.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Arikunto. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

BNN. (2018), Komunikasi Penyuluhan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Davison dan Gerald. (2016). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada
Dirdjosisworo. (2017) Hukum Narkotika Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti

Harrop & Catalano. (2015). Evidence - Based Prevention for Adolescent


Substance Use. Child and Adolescent Psychiatry Clinics of NA.
https://doi.org/10.1016/j.chc.2016.03.001.

Hawari. (2016). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA(Narkotika, Alkohol,


dan Zat Aditif) Edisi Kedua. Jakarta: FK-UI Pres.

Kemenkes RI. (2019). Gambaran Umum Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia.


Jakarta: Kemenkes RI; 2019.
Mardani. (2018). . Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Martono. (2018). Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya.


Jakarta: Balai Pustaka

Nababan (2017) Analisis Kriminologi dan Yuridis terhadap Penyalahgunaan


Narkoba yang dilakukan oleh Anak. Skripsi Departemen Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
.
Nursalam. (2018). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
In Nursalam (P. 2013). Jakarta : Salemba Medika.

Nations Office on Drugs And Crime (UNODC) (2018), World Drug Report 2014.
United Nations, New York.

48
49

Purwandari. (2018). Orientasi Nilai-nilai Hidup: Proses Pengambilan Keputusan


Berhenti Mengkonsumsi Napza. Jurnal Penelitian Humaniora, 2007: 8 (2):
148-165.

Riduwan Akdon. (2018). Rumus Dan Data Dalam Analisis Dan Statistik.
Bandung : Alfabeta.

Sarwono. (2018). Psikologi remaja. Edisi revisi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sitorus. (2016). Kormobiditas Pecandu Narkotika. FKM Universitas Sriwijaya.


Palembang.

Sugiono, P. D. (2018). Metode Penelitian Kuntitatif Dan Kualitatif. R & D.


Bandung : Alfabeta.

Surya. (2018). Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obatan Terlarang Di


Kalangan Remaja serta Akibat dan Antisipasinya. DPC Granat Surakarta.

Stuart, (2016)). Buku Saku Keperwatan Jiwa. Jakarta: EGC

Wahlstrom. (2016). Perspectives on human communication. USA: Pennsylvania


State University Press

Wresniwiro. (2019). Narkotika, Psikotropika dan Obat Berbahaya. Jakarta,


Yayasan Mitra Bintibmas.

Zakhari. (2018). Narkotika Membawa Malapetaka bagi Kesehatan, Bandung:


Sinergi Pustaka Indonesia,
52

Anda mungkin juga menyukai