Anda di halaman 1dari 65

METODOLOGI KUANTITATIF

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM

TERHADAP PERILAKU CYBERBULLYING PADA SISWA SMK

MUHAMMADIYAH 2 SMD DI MASA PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh :

Nabila Jihan safhira


1911102413187

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN

TIMUR 2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................ii
DAFTAR TABEL........................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..............................................................1
A. Latar Belakang....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................7
C. Tujuan Penelitian.................................................................7
1. Tujuan Umum..............................................................8
2. Tujuan Khusus.............................................................8
D. Manfaat Penelitian...............................................................8
1. Manfaat Bagi Masyarakat.............................................8
2. Manfaat Bagi Peneliti....................................................8
3. Manfaat Bagi Universitas Muhammadiyah Kaltim 8 E.
Keaslian Penelitian....................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................11
A. Tinjauan Pustaka Penelitian..............................................11
1. Cyberbullying.............................................................11
2. Media Sosial................................................................16
3. Instagram.....................................................................19
4. Remaja........................................................................21
B. Tinjauan Sudut Pandang Islam..........................................23
C. Kerangka Teori Penelitian.................................................23
D. Kerangka Konsep Penelitian.............................................25
E. Hipotesis Penelitian...........................................................26
BAB III METODE PENELITIAN................................................26
A. Rancangan Penelitian.......................................................26
B. Populasi dan Sampel........................................................26
C. Waktu dan Tempat...........................................................29
D. Definisi Operasional.........................................................29
E. Instrumen Penelitian.........................................................30
F. Uji Validitas.....................................................................31
G. Teknik Pengumpulan Data...............................................32
H. Teknik Analisis Data........................................................32
I. Alur Penelitian..................................................................34
J. Etika Penelitian................................................................35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................36
A. Gambaran Umum.............................................................37
B. Hasil Penelitian.................................................................37
1. Analisis Univariat......................................................37
2. Analisis Bivariat........................................................39
C. Pembahasan......................................................................41
D. Keterbatasan Penelitian....................................................47
BAB V PENUTUP.....................................................................48
A. Kesimpulan.................................................................48
B. Saran...........................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...............................................................50
LAMPIRAN.............................................................................55
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian......................................................................9


Tabel 3. 1 Perhitungan Jumlah Sampel....................................................28
Tabel 3.2 Devinisi Operasional.................................................................29
Tabel 3.3 Rentang Skor Rata-rata Instrumen..........................................31
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur............37
Table 4 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin.........................................................................................................38

Table 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengguna


Media Sosial Instagram...............................................................................38

Table 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan perilaku


cyberbullying...............................................................................................39

Table 4.5 Distribusi Uji Chi Square Penggunaan Media Sosial


Instagram terhadap Perilaku Cyberbullying Pada Siswa/i SMK Putra
Bangsa Bontang..........................................................................................40

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Statistik Pengguna Media Sosial...........................................3


Gambar 2. 1 Kerangka Teori Penelitian Hubungan Antara Media Sosial
Instagram Terhadap Perilaku Cyberbullying (sumber : Notoatmodjo
2011...............................................................................................................24
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Antara Media
Sosial Instagram Terhadap Perilaku Cyberbullying................................25
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuesioner Penelitian...............................................56


1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Covid-19 pertama kali terdeteksi pada akhir tahun 2019 di kota


Wuhan,China. Penyebaran virus covid-19 yang terus-menerus terjadi sampai
31 maret 2020 di china menurut WHO ( World Health Organization)
tercatat 3.322 jiwa meninggal dunia dan 76.571 yang berhasil sembuh.
Coronavirus (COVID-19) merupakan penyakit menular yang di sebabkan
oleh adanya virus corona versi terbaru yang telah ditemukan di akhir tahun
2019 lalu yang ditandai dengan gangguan pernapasan ringan hingga sedang
dan sembuh tanpa perawatan secara khusus. Sebagian besar penularannya di
usia lanjut dan yang memiliki riwayat penyakit tertentu seperti diabetes,
kardiovaskuler, penyakit pernapasan kronis, yang mana dapat berpotensi
untuk berkembangnya virus covid-19 menjadi penyakit yang lebih serius
atau parah (Sampurno et al., 2020). Sedangkan covid-19 muncul pertama
kali di Indonesia pada 2 maret 2020 yang telah diumumkan oleh Joko
Widodo selaku Presiden Republik Indonesia. Penularan covid-19 di
Indonesia semakin hari semakin bertambah pada 9 juli 2020 kasus yang
terkonfirmasi sekitar 70.736 dan kasus meninggal sekitar 3.417 (Kesehatan,
2020). Adanya pandemi covid-19 menunjukkan dampak psikologi berupa
stress, kecemasan dan depresi. Masing-masing individu merasakan hal
tersebut seperti stress yang disebabkan oleh kehidupan yang telah berubah
sebelum terjadi wabah covid-19 hingga telah terjadi wabah covid-19 dengan
melakukan aktivitas yang terbatas dirumah saja dan dapat terjadi perilaku
penindasan di media sosial. (Barlett et al., 2021).
2

Di era saat ini, internet sangat berpengaruh terhadap masyarakat


sebagai ruang untuk mencari informasi, berkumpul dan memberikan
pendapat ataupun minat melalui media sosial. Media sosial merupakan
wadah komunikasi oleh masyarakat yang dianggap lebih mudah untuk
dijangkau dikalangan masyarakat khususnya para remaja. Remaja adalah
masa-masa dimana perubahan dari anak-anak menuju lebih dewasa. Menurut
WHO, Remaja adalah penduduk yang memiliki rentan usia sekitar 10 hingga
19 tahun (WHO, 2018) .
Sedangkan menurut peraturan menteri kesehatan tahun 2014, remaja
merupakan penduduk dengan rentan usia 10-18 tahun (Kusumaryani, 2017).
Remaja dapat berfikir seperti halnya orang dewasa yang merasa tidak di
bawah pengawasan orang tua lagi dan melanjutkan jiwa sosianya dengan
bantuan dari teman sebayanya, hal tersebut membutuhkan interaksi tak
hanya di lingkungan sekitar melainkan dibantu dengan adanya media sosial.
Salah satunya yaitu instaram, instagram merupakan media sosial yang
digunakan kedua (Muzdalifah & Zanirah, 2018). Saat ini tak dapat
dipungkiri kalangan remaja sangat tertarik dibidang digital, sebagai contoh
media sosial dimana mereka lebih mengetahui hal-hal yang lebih trending
pada masanya yang membuat kalangan remaja lebih tertarik menggunakan
media sosial. Menurut data Hootsuit Data Tren Internet dan Media Sosial
Tahun 2020, pengguna media sosial aktif di seluruh dunia mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya sekitar 316 milyar dan pengguna media
sosial di Indonesia juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sekitar
10 juta. Salah satu media sosial yang sedang tren dimasa pandemi yaitu
instagram (Hootsuite, 2020) . Dikutip dari Berita Satu mengatakan bahwa,
dari hasil survey yang dilakukan Global Web Index ( GWI ) tahunn 2020-
2021 menyatakan
3

bahwa Indonesia memiliki pengguna internet pada bulan januari 2021


sebanyak 202,6 juta jiwa. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 27 juta atau
16% dibandingkan dari tahun sebelumnya. Sementara penetrasi internet
mencapai 73,7% dapat dilihat dari gambar sebagai berikut :

Gambar 1. 1 Statistik Pengguna Media

Sosial Paling Populer 2020-2021

Berdasarkan gambar statistik penggunaan media sosial diatas


diketahui bahwa jenis media sosial yang paling popular dan sering
digunakan di Indonesia dalah satunya adalah media sosial Instagram yang
menduduki peringkat ke 3 (tiga) terpopuler setelah media sosial Youtube dan
Whatsapp. Media sosial Instagram juga mengalami kenaikan pada pengguna
sebesar 10% dari tahun sebelumnya (Berita.satu, 2021). Oleh karena itu
dengan adanya media sosial dapat mempengaruhi perubahan pada remaja
dalam bersosialisasi hal tersebut sangat membantu kalangan remaja tak
hanya sebagai objek
4

hiburan saja melainkan sebagai tempat mencari informasi yang cepat dan
tepat (Sukmaningtyas, 2017).
Menurut Alican dan Saban, sebuah penelitian ditemukan bahwa remaja
yang telah memiliki atau menggunakan media sosial sebesar 89,2% (Irfan et
al., 2020) dan instagram merupakan media sosial yang paling diminati
(Karaman, 2020). Menurut Studi Kementerian PPPA (Pembedayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak) menyimpulkan bahwa 12-15% anak
laki-laki dan anak perempuan berusia 13-17 tahun pernah mengalami
penindasan di media daring atau media sosial dalam kurun waktu 12 bulan
terakhir (UNICEF, 2020). Price & Dalgeish (2010) menyebutkan persentase
terbesar usia yang terlibat dalam cyberbullying adalah usia 10 hingga18
tahun (Sinaga, 2016). Menurut Maryolein, S dalam (Sultan, 2020). saat ini
Instagram semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu,
Instagram memiliki fitur-fitur terbaru seperti instastory ( membagikan
aktivitas keseharian), fitur yng dapat disimpan (Archive), inner circle, dan
Instagram Promote. Dengan adanya fitur-fitur terbaru yang terdapat di
Instagram membuat tindakan cyberbullying semakin mudah dilakukan
dimanapun dan oleh siapapun tanpa melihat jabatan, agama, ras maupun
kasta. .
Banyaknya pengguna media sosial seperti instagram, facebook,
tweter hingga whatsapp memungkinkan hal-hal positif dan negatif terjadi di
masa pandemi covid-19 ini , hal-hal positifnya seperti mencari informasi
tentang pendidikan, sebagai media komunikasi antar guru dan siswa yang
mungkin sangat bermanfaat bagi remaja saat ini kemudian hal-hal negatifnya
seperti menyebarnya berbagai rumor yang tidak benar dan bahkan dapat
menimbulkan penindasan
5

atau perundungan yang terjadi di media sosial (cyberbullying) dengan


mengancam korban atau mengolok-olok korban. Cyberbullying merupakan
tindakan penindasan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok
dengan menggunakan alat komunikasi elektronik yang bertujuan untuk
menjatuhkan orang lain, menyebarkan informasi yang tidak benar ke publik,
mendiskriminasi bahkan berkomentar yang berisi singgungan, hal tersebut
merupakan tindakan yang dapat menyakiti orang lain (Elpemi, 2020). Perlu
diketahui bahwa cyberbullying merupakan bagian dari bullying dan memiliki
persamaan yaitu sama- sama melakukan penindasan terhadap korbannya,
akan tetapi untuk cyberbullying ini termasuk penindasan yang unik dimana
pelaku melakukan intimidasi melalui fitu-fitur unik yang terdapat di media
sosial (Martínez et al., 2020).
Pada saat pandemi ini masyarakat termasuk remaja melakukan
aktivitas di dalam rumah untuk waktu yang lama untuk mencegah terjadinya
penyebaran virus covid-19 akan tetapi semua aktivitas yang sebelumnya
dilakukan di luar rumah seperti sekolah, bekerja di kantor dan lainnya
dilakukan dengan menggunakan perangkat elektronik . Menurut Park &
Dotterer (2018) dan Yang & Lou (2017) dalam (Yang, 2021), Hal yang
dapat memicu penyebab stress dari individu atau individu lain diantaranya
dapat terjadi depresi bahkan dapat mengintimidasi orang lain. Menurut data
Riskesdas tahun 2018 prevalensi Gangguan Emosional penduduk usia >15
tahun di Kalimantan Timur sebesar 9,6% (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018). Menurut KPAI, Berdasarkan data terbaru tahun 2020 kasus
pengaduan anak (korban dan pelaku) klaster perundungan anak (cyber
crime) dari tahun 2019-2020 sekitar 282 anak (KPAI, 2020).
6

Dampak yang terjadi apabila korban cyberbullying terus menerus


akan mengakibatkan stress, depresi, hilangnya prestasi disekolah dan
hilangnya kepercayaan diri. Dan dampak yang lebih ditakutkan untuk korban
yaitu rasa ingin bunuh diri. Tindakan preventif harus dilakukan untuk
mengatasi masalah cyberbullying ini. Tindakan preventif dapat dilakukan
oleh orang tua seperti mengawasi anak saat menggunakan alat komunikasi
serta saling terbuka dan diri sendiri seperti melakukan aktivitas yang lebih
positif dengan memperluas ilmu pengetahuan serta kreatifitas hal tersebut
dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental para korban (Rifauddin, 2016).
Dengan melakukan tindakan penindasan melalui media sosial pelaku lebih
mudah melakukan aksinya tanpa perasaan bersalah yang terkadang hanya
iseng saja, mencari perhatian orang, ada juga yang marah dan melakukan
tindakan balas dendam, semua itu yang mendasari terjadinya cyberbullying
dikalangan remaja (Putranto, 2017).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 4
Samarinda, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Didapatkan hasil
sebanyak 150 siswa/I pada tanggal 30 Maret 2021 merupakan pengguna
media sosial instagram, facebook, twitter dan youtube.
Berdasarkan wawancara kepada siswa/i bahwa pihak sekolah tidak
memperbolehkan siswa/I membawa handphone saat kesekolah. Sebelum
pemberlakuan pembelajaran daring, pihak sekolah rutin melakukan
penggeledahan atau razia handphone. Dari razia tersebut didapatkan
handphone siswa yang didalamnya terdapat konten- konten buruk seperti
penindasan kepada siswa lainnya seperti wajah siswa digunakan sebagai
stiker bahkan berkomunikasi menggunakan
7

kata-kata yang kasar. Dari sebagian siswa menggunakan dan mengakses


media sosial seperti facebook,twitter, instagram,tiktok dan whatsapp. Dan
setelah pemberlakuan pembelajaran secara daring pada masa pandemi covid-
19 yang dilakukan di rumah masing-masing sehingga siswa/i lebih leluasa
menggunakan internet bahkan media sosial tanpa batas waktu.
Wawancara juga dilakan dengan guru BP ( Bimbingan Penyuluhan )
diperlukan untuk membandingkan dari informasi yang telah didapatkan,
bahwa adanya penindasan disekolah maupun di media komunikasi hingga
masuk daftar hitam sekolah karena melakukan hal-hal yang tidak terpuji.
Sebelum adanya pembelajaran daring pihak sekolah tidak memperbolehkan
siswa/inya untuk membawa handphone ke sekolah. Pihak sekolah juga rutin
melakukan razia handphone para siswa/i. Dari hasil razia ditemukan
percakapan berupa ancaman bahkan kata-kata kasar.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yaitu data sekunder dan
survey pendahuluan peneliti tertarik melakukan penelitian yang dilakukan di
SMK Putra Bangsa Bontang untuk membuktikan apakah penggunaan media
sosial instagram memiliki hubungan dengan perilaku cyberbullying pada
masa pandemi covid-19 yang seluruh aktivitasnya dilakukan secara online.
8

B. Rumusan Masalah
Hubungan Antara Media Sosial Instagram Terhadap
Cyberbullying Dikalangan Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Antara Media Sosial Instagram Terhadap
Cyberbullying dikalangan Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan instagram pada remaja di
SMK Muhammadiyah 4 Samarinda di masa pandemi covid- 19
b. Untuk mengetahui perilaku cyberbullying pada remaja di SMK
Muhammadiyah 4 Samarinda di masa pandemi covid-19
c. Untuk mengetahui hubungan antara pengguna media sosial instagram
terhadap perilaku cyberbullying pada remaja di SMK
Muhammadiyah 4 Samarinda di masa pandemi covid-19
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitia ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan serta informasi mengenai cyberbullying pada ramaja di
masa pandemi ini terutama pada para orang tua.
2. Bagi Universitas Muhammadiyah Kaltim
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
informasi,pembanding, pertimbangan, dan pengembangan penelitian
sejenis.
3. Bagi Peneliti / Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman
serta dapat mengaplikasikan ilmu yang dimiliki pada masa perkuliahan.
9

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Tujuan Variabel Metode Subjek Lokasi

Peneliti Penelitian Penelitian


(Tahun)
1. Muchamma Budaya Media Untuk Media Kualitatif Masyarakat Jakarta

d Bayu Tejo Sosial, mengetahui sosial,eduk


Sampurno, Edukasi bagaimana media asi
dkk (2020) Masyarakat mempengaruhi masyarakat
dan Pandemi masyarakat dan dan pandemi
Covid-19 dengan covid-19
melibatkan
komunikasi
media massa
dalam strategi
untuk
meningkatkan
kesadaran
tentang usaha
penanganan dan
pencegahan
COVID-19

2. Cristopher Cyberbullyin Untuk Cyberbullyi Kuantitatif - Washington

P. Barlett g mengetahui ng, covid-


(2021) perpetration peningkatan 19
in the stress dan
COVID-19 perilaku
era: An cyberbullying di
application era covid-19
of general
strain theory
10

Christopher
3. Dra. Merry Prioritaskan Untuk Kesehatan Literatur Remaja Depok
Kusumarya Kesehatan memprioritaska reproduksi Review
ni,M.,Si Reproduksi n kesehatan remaja dan
(2017) Remaja reproduksi demografi
Untuk remaja untuk
Mnikmati menikmasti
Bonus bonus
Demografi demografi
4. Machsun Fenomena Untuk Cyberbullyi kualitatif Remaja Yogyakarta
Rifauddin Cyberbullyin mengetahui ng, media
(2016) g Pada tindakan sosial
Remaja cyberbulying facebook
yang terjadi
pada kalangan
Remaja
5. Yohanna Hubungan Untuk Perilaku Kuantitatif Remaja 12- Yogyakarta
Viscanesia antara perilaku mengetahui asertif dan 18 tahun
Sinaga asertif dan hubungan antara perilaku
(2016) perilaku perilaku asertif cyberbullyin
cyberbullying dan g
dijejaring perilaku
sosial pada cyberbullying
remaja dijejaring sosial
pada remaja
6. Retha Rizky Perilaku Untuk Perilaku Kualitatif Remaja yogyakarta
Fitriansyah cyberbullying mengeksplorasi cyberbullyin
dan Ema dengan media perilaku g dan
Waliyanti sosial pada cyberbullying di media
remaja di kalangan remaja sosial
yogyakarta di instagram
yogyakarta
24

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka Penelitian
1. Cyberbullying
Cyberbullying merupakan istilah yang menuju ke pengguna internet
yang melakukan penindasan dengan mengancam atau menggertak dengan
mengirim pesan yag bersifat negatif. Cyberbullying adalah tindakan
penindasan yang dilakukan oleh pelaku melalui internet yang bertujuan
ingin korban merasa tertekan dengan mengirim pesan kejam dan
menggunggah foto kemudian disebarkan kepada orang lain (Rifauddin,
2016).
Cyberbullying merupakan perilaku negatif yang dilakukan oleh setiap
individu atau kelompok tertentu dengan mengirimkan pesan, gambar atau
video di media sosial dengan unsur menyindir, penghinaan yang
ditujukan langsung kepada korban bullying(Marsinun & Riswanto, 2020)
Motif dari pelaku sangat beragam diantaranya hanya bermain- main
saja (bercanda) atau sekedar iseng, melampiaskan kemarahan serta ingin
balas dendam dan ingin mencari perhatian kepada teman-teman
sebayanya.

a. Perbedaan cyberbullying dengan bullying diantaranya:


1) Cyberbullying dapat menimbulkan efek yang sangat cepat.
Dimana mereka( korban ) yang mendapatkan tindakan penindasan
secara langsung dilingkungan sekolah atau di tempat lain bisa
dialihkan dengan menggunakan internet yang dilakukan secara
online tanpa ada rasa takut dan bersalah

2) Walaupun pelaku menindas korban secara online mereka tidak


24
dapat menghindar, berbeda dengan bullying pada umumnya. Oleh
karena itu pelaku penindasan memiliki rasa empati atau rasa
bersalah yang sangat rendah sebab tindakannya bersifat rahasia
yang dapat menyamarkan identitasnya di internet.
3) Cyberbullying bersifat anonimitas, pelaku yang melakukan tindak
bullying secara online ini mampu melancarkan aksinya tanpa batas
selama 24 jam. Yang dimaksud anonimitas yaitu model
berkomunikasi secara online dengan menyamarkan identitas asli
sehingga memudahkan pelaku untuk melakukan tindakan agresif
pada korban dan menimbulkan permusuhan (Putranto, 2017).

b. Bentuk-bentuk dari cyberbullying (Elpemi, 2020):


1) Flaming
Pelaku selalu mengirimkan pesan-pesan yang bernada kasar
seperti halnya orang yang sedang marah atau kata-kata kasar yang
idak pantas untuk seseorang.
2) Harassment
Mengirim atu menyebarkan pesan yang kurang pantas berulang
kali yang ujuannya untuk menyinggung orang lain
3) Cyberstalking
Penguntitan di dunia maya atau penggunaan internet untuk
mengetahui hal pribadi orang lain dan melacak keberadaan orang
lain yang berujung di dunia maya.
4) Denigration (put-down)
24

Memposting pesan yang tidak benar dan berbahaya yang


ditujukan kepada orang lain
5) Impersonation
Tindakan peniruan atau berpura-pura menjadi orang lain untuk
mengirim dan memposting hal-hal yang dapat mencemarkan
orang lain.
6) Outing dan trickery
Menyebarkan pesan, gambar atau video sensitive yang memalukan
yang tujuannya untuk membohongi publik atau orang lain.
7) Exclution
Tindakan pengucilan yang ditujukan kepada orang lain dengan
sengaja di dalam sebuah grup online.
c. Karakteristik Cyberbullying
Tujuan dari perilaku cyberbullying yaitu untuk menggangu,
mengancam,mempermalukan,menghina ataupun mengucilkan secara
sosial. Berdasarkan tujuan tersebut menurut Rudi (2010:15) dalam
(Salami, 2019) mengemukakan bahwa ada beberapa karakteristik
daricyberullying diantaranya:
1) Objek cyberbullying berupa gambar/foto,video maupun tulisan
yang di sebarluaskan secara mendunia dan sering kali tidak dapat
dihilangkan
2) Pelaku bullying biasanya bersifat anonim, menggunakan nama
lain bahkan berpura-pura sebagai orang lain
3) Pelaku dapat melakukan tindakan cyberbullying kapan saja dan
dimana saja

d. Faktor-faktor yang mendasari pelaku melakukan cyberbullying


(Pandie & Weismann, 2016)
24

1) Faktor internal
a) Keluarga
Perilaku bullying didasari oleh pengaruh orang tua yang
mendidik dan mendisiplinkan anaknya dengan keras atau
overprotektif. Dengan adanya kekerasan atau penganiayaan yang
dilakukan oleh orang tua di rumah merupakan hal terbesar
terjadinya perilaku pembully-an. Kemungkinan dengan keadaan
keluarga yang berantakan, selalu main hakin sendiri, perilaku
yang tidak mendidik dan tidak memperlakukan keluarga dengan
manusiawi, otomatis anak akan mengadopsi perilaku buruk yang
telah dilakukan oleh orang tuanya sebelumnya seperi bertindak
sewenang-wenangnya, mejadi liar, melakukan kekerasan, dan
perkelahian.
b) Diri sendiri
Sistem mengontrol diri pada remaja sangat mempengaruhi
terjadinya tindakan pembully-an sebab ramaja tidak mampu
untuk mengendalikan atau mengontrol nalurinya sendiri dan
tidak bias menyalurkan sikap dan perilakunya ke perbuatan yang
baik dan bermanfaat

2) Faktor eksternal
Faktor eksternal atau faktor lingkungan sekitar seperti teman
sebaya ikut mendukung terjadinya pembully-an. Tak hanya itu
factor social dan sosiologis juga dapat menimbulkan tingkah
laku yang buruk pada remaja seperti melakukan tindak
kekerasan, kejahatan bahkan perkelahian.
24

e. Dampak dari cyberbullying


Menurut Navarro,Yubero dan Larranaga dalam (Sukmawati et al.,
2020), dampak cyberbullying ada 4 bagian yaitu:
a. Dampak fisik
Kalangan remaja yang pernah mengalami tindakan pembully-an di
media social memiliki tanda dan gejala seperti sakit kepala, sakit
perut,gangguan pada tidur, kekelahan bahkan hilangnya napsu
makan. Hal tersebut terjadi jika korban susah untuk mengontrol
pikirannya yang membuat dirinya tidak nyaman dan kepikiran.
b. Dampak psikologis
Dengan adanya suatu masalah yang terjadi diantara teman dekat
maupun keluarga dapat menimbulkan masalah baru yang terjadi di
media social yang menyerang dan menyindir orang lain. Hal
tersebut sangat berdampak buruk terhadap psikologis pada korban
seperti gangguan rasa takut, kecemasan yang tinggi, stress dan
depresi yang berlebihan akibat terror seseorang di media social.
c. Dampak akademik
Cyberbullying pada remaja berdampak kepada Pendidikan yang
mereka jalani, dimana mereka mengalami penurunan nilai
akademik, menurunnya tingkat konsentrasi, rendahnya motivasi
untuk pergi kesekolah ( jarang masuk kesekolah/membolos).
d. Dampak psikososial
Dengan adanya rasa takut atau cemas akibat terlalu sering
mengalami pembully-an remaja sulit untuk besosialisasi
24

dengan orang lain sehingga berfikir bahwa mereka terkucilkan dan


merasa nyaman untuk menyendiri.

f. Pencegahan tindakan cyberbullying


Maranya tindakan cyberbullying dikalangan remaja yang
menimbulkan dampak-dampak yang merusak masa depan remaja,
oleh karena itu perlu dilakukan tindakan preventif untuk mencegah
atau menanggulangi masalah-masalah tersebut. Tindakan preventif
yang dilakukan yaitu (Rifauddin, 2016):
1) Tindakan preventif yang berasal dari diri sendiri misalnya
melakukan aktivitas yang berguna dan bermanfaat di
teknologi infomasi dengan menambah wawasan,
berkreatifitas, bahkan dapat menanamkan kearifan local.
2) Tindakan preventif yang berasal dari keluarga misalnya
menanamkan sikap keterbukaan pada setiap aanggota
keluarga dan orangtua dapat mendampingi anak- anaknya saat
menggunakan alat komunikasi.
3) Tindakan preventif lainnya yaitu melakukan edukasi secara
khusus atau memberikan pengetahuan secara epidemiologis
dari sebab dan akibat terjadinya cyberbullying di kalangan
remaja (Marsinun & Riswanto, 2020).

2. Media Sosial
Media sosial merupakan perkembangan teknologi canggih dengan
menyebar-luaskan berbagai informasi dan saling berkomunikasi
dengan mudah dan cepat yang dapat
24

mempengaruhi gaya hidup, pandangan bahkan budaya yang ada


pada masyarakat(Pandie & Weismann, 2016).

Media sosial (medsos) merupakan bentuk dari kemajuan


teknologi dan informasi sebagai tempat untuk berkomunikasi dan
berekspresi oleh masyarakat yang dapat menimbulkan dampak
negative bagi pelaku individu maupun berkelompok akibat arus
informasi yang sangat cepat dan lancer tanpa adanya batas waktu
(Fitri, 2021).

a. Fungsi Media Sosial


1) Media social yang di desain untuk berinteraksi secara luas
( siapapun dan dimanapun) dengan menggunakan internet dan
teknologi web.
2) Media social merupakan berhasil berkembang dengan
berkomunikasi antara dua orang saja menjadi kepada banyak
orang.
3) Media social sebagai pendukung tempat untuk mendapatkan
pengetahuan dan juga informasi terbaru(Doni, 2017).

b. Karakteristik Media Sosial


1) Jaringan : Saat ini media social digunakan sebagai ikatan social
dan nilai-nilai di dalam masyarakat secara virtual hal tersebut
tidak memandang untuk saling mengenal ataupun tidak di dunia
maya.
2) Informasi : Media social berfungsi untuk mendapatkan
informasi, membeerikan informasi, dan bertukar informasi,
24

maka dari itu informasi merupakan hal yang sangat bernilai


dalam penggunaan media social saat ini.
3) Arsip : Setiap informasi yang telah didapatkan sebaiknya
disimpan atau di arsipkan yang tujuannyayaitu agar informasi
yang didapatkan sebelumnya dapa di akses kembali dan tidak
hilang pada saat dibutuhkan.
4) Interaksi : Media social tak hanya sebagai tempat untuk
mendapatkan informasi saja bahkan dapat memperluas
pertemanan, saling berkomentar bahkan dapat menyukai foto
oatau postingan orang lain.
5) Simulasi Sosial : Didalam dunia maya tak semua orang
menggunakan identitasnya sendiri dan tak semua orang
mengetahui hal tersebut, simulasi social yang dimaksud ialah
kesadaran seseorang terhadap kenyataan yang dianggap sebagai
ilusi semata dan tidak nyata.
6) Konten : Semua Pengguna media social berhak atau bebas
melakukan sesuatu atau membuat konten sesuai keinginannya
yang dapat di terima oleh orang lain.
7) Penyebaran : Sudah menjadi kebiasaan masyarakat dalam
menyebarkan konten atau informasi milik sendiri maupun milik
orang lain yang telah dikembangkan sebelumnya. Akan tetapi
perlu di perhatikan menurut aspek hokum, politik maupun
budaya yang harus pilih atau dilihat kebenarnya bahkan dari
sebagian orang pengguna media sosial harus menanggung
perbuatannya atas penyebaran informasi yang dinilai tidak benar
(Ulfa, 2019)
24

3. Instagram
Instagram berasal dari kata “Instan” dan “gram”, “instan” yang
dimaksud berupa foto instan aau disebut dengan kamera polaroid pada
masanya. Jadi bisa dikatakan dapat menampilkan foto secara instan atau
otomatis dan “gram” yang dimaksud yaitu telegram yang berfungsi untuk
mengirim informasi secara cepat. Instagram sangat bermanfaat sebagai
tempat untuk menemukan atau bertukar informasi dan berita, sebagai
tempat untuk mempromosikan sesuatu (barang atau jasa), sebagai
hiburan, dan berbagi cerita tentang keseharian yang dapat dilihat oleh
teman maupun pengguna Instagram yang lain.

Instagram merupakan sebuah aplikasi yang digunakan untuk berbagi


foto maupun video yang tujuannya dapat dilihat oleh pengikutnya atau
followersnya serta dapat saling berkomentar baik dari pengunggah
maupun pengikutnya (Anatasya et al., 2020).

Menurut Maryolein, S. saat ini Instagram semakin berkembang


seiring dengan berjalannya waktu, Instagram memiliki fitur-fitur terbaru
seperti instastory ( membagikan aktivitas keseharian), fitur yng dapat
disimpan (Archive), inner circle, dan Instagram Promote (Sultan, 2020).

Berikut kekurangan dan kelebihan dari Instagram (Ulfa, 2019)


a. Kelebihan dari Instagram
1) Dapat memperluas jangkauan pertemanan
2) Dapat menyimpan foto dan video galeri akun
3) Dapat mencantumkan tempat di foto ataupun video yang
diambil
24

4) Menjadi tempat untuk promosi

b. Kekurangan dari Instagram


1) Tempat mennjukkan kepercayaan diri kepada orang lain
2) Menampilkan berbagai macam informasi atau berita yang tak
alayak untuk diperlihatkan oleh anak-anak maupun remaja

Adapun manfaat dari Instagram yaitu sebagai tempat menemukan


berbagai macam informasi. Instagram juga merupakan tempat yang
tepat sebagai sarana untuk promosi barang maupun jasa yang dilakukan
dengan cara memposting foto maupun video yang tujuannya untuk
diperlihatkan kepada orang lain seperti teman dekat atau berkomunikasi
dengan orang baru

Kegunaan Instagram tidak hanya untuk mengambil maupun


membagikan foto maupun video, Instagram juga memiliki berbagai
fitur-fitur yang ada di dalam Instagram (Ferlitasar, 2018) :
a. Hastag yaitu fitur Instagram yang banyak digunakan oleh bebera
orang yang berfungsi untuk mengkatagorikan topik dalam bentuk
tagar pada setiap update-an foto maupun video
b. Mentions yaitu fitur yang digunakan untuk memberikan label nama
atau menyebut nama orang lain yang dicantumkan dalam caption
foto maupun video yang akan di update.
c. Follow yaitu fitur yang berfungsi untuk dapat berkomunikasi
dengan teman maupun pengguna lain yang disertai dengan mem-
follow terlebih dahulu atau mengikuti akun instagramnya.
24

d. Like yaitu seberapa besar kualitas foto maupun video yang


dibagikan di Instagram serta kata-kata yang tertuang di caption yang
membuat orang lain menyukainya
e. Komentar yaitu fitur Instagram sebagai tempat berkomunikasi
dengan orang lain yang dituangkan dalam saran dan kritik seseorang
di akun Instagram.

4. Remaja
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.
Dimana masa ini merupakan masa periode persiapan menuju masa
dewasa yang akan menghadapi atau melewati beberapa fase kehidupan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja
merupakan penduduk yang berusia 10-18 tahun (Kusumaryani, 2017).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak mejadi


dewasa yang identic dengan masa pengenalan diri yang dimulai melalui
pencarian jari diri serta penilaian karakteristik psikologis yang tijuannya
untuk diterima di lingkungannya (Malihah & Alfiasari, 2018).

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi 3 tahap perkembangan


(Salami, 2019):
a. Masa remaja awal(12-15 tahun) yang ditandai dengan ciri khas
diantaranya:
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
2) Lebih ingin selalu bebas
3) Memiliki pemikiran yang abstrak dan banyak
memperhatikan keadaan tubuhnya
24

b. Masa remaja tengah (15-18 tahun) yang ditandai dengan ciri khas
diantaranya:
1) Mulai mencari identitas pada dirinya
2) Timbul perasaan ingin melakukan kencan dengan lawan jenis
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkan kemampuan berpikir yang abstrak
5) Berkhayal tentang aktivitas seks
c. Masa remaja akhir (18-21 tahun) yang ditandai dengan ciri khas
diantaranya:
1) Pengungkapan identias diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman yang sebaya
3) Dapat mewujudkan rasa cinta
4) Sudah mampu berpikir abstrak

Ciri-ciri remaja (Saputro, 2017):


a. Usia remaja fase dimana mulai untuk berpendapat yang dapat
memungkinkan untuk terjadinya kekacauan atau perselisishan dalam
keluarga
b. Masa remaja sudah mulai mudah untuk dipengaruhi orang lain
termasuk oleh teman sebayanya. Bahkan remaja memiliki
kesenangannya atau keinginannya sendiri dan peran orang tua disini
semakin berkurang
c. Perubahan fisik yang dialami oleh remaja dari perumbuhan maupun
munculnya perasaan seksualitas.
d. Emosi yang tidak terkendali dan menjadi terlalu percaya diri
membuat remaja susah untuk menerima nasehat dari orang tua.

B. Tinjauan Sudut Pandang Islami


24

Mengacu pada akibat dari melakukan tindakan cyberbullying di media sosial


yang diambil dari sudut pandang islam telah diperintahkan untuk tidak
mengolok-olok bagi sesama manusia.
C. Kerangka Teori Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2012) dalam (Rahayu & Mulyani, 2020)
mengemukakan bahwa Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-
sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan)
seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Menurut
Notoatmodjo (2011) dalam (Nurahmah & Mukti, 2021) Perilaku sendiri
ditentukan dari 3 faktor yaitu (1) faktor predisposing atau factor predisposisi
yang terwujud dari sikap, pengetahuan, tindakan, nilai-nilai, tradisi
kepercayaan (2) faktor enabling atau pemungkin yang terwujud dalam
ketersediaan pelayanan kesehatan seperti puskesmas, obat-obatan dll dan
paparan media informasi (3) faktor reinforcing atau fator penguat yang
terwujud dengan adanya dukungan dari tokoh masyarakat, orang tua, teman
sebaya.

Faktor Predisposing
Sikap
Nilai- Nilai
Pengetahuan
Kepercayaan
Tindakan

Faktor Enabling
1. Ketersediaan Pelayanan
Perilaku
Kesehatan
2. Paparan media informasi Kesehatan

Factor Reinforsing
Dukungan tokoh masyarakat
Dukungan orangtua
Dukungan teman sebaya

Gambar 2. 1 Kerangka Teori Penelitian Hubungan Antara Media Sosial


Instagram Terhadap Perilaku Cyberbullying (sumber : Notoatmodjo
2011 )
24

D. Kerangka Konsep Penelitian


Variabel Independen Variabel Dependen

Factor Enabling Penggunaan Tindakan Cyberbullying


media sosial (Instagram)

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Antara Media


Sosial Instagram Terhadap Perilaku Cyberbullying

E. Hipotesis/Pertanyaan Penelitian
Hipotesis atau dugaan sementara yang diharapkan yaitu adanya
hubungan antara media sosial Instagram terhadap perilaku cyberbullying
pada siswa smk muhammadiyah 4 samarinda di masa pandemi covid-19.

H0 : Tidak ada hubungan antara pengguna media sosial Instagram terhadap


perilaku cyberbullying pada siswa/I SMK Muhammadiyah 4 Samarinda
selama masa pandemi covid-19

H1 : Ada hubungan antara pengguna media sosial Instagram terhadap


perilaku cyberbullying pada siswa/I SMK Muhammadiyah 4 Samarinda
selama masa pandemi covid-19
25

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan rancangan
penelitian kuantitatif dan menggunakan desain penelitian cross sectional.
Menurut Notoatmodjo, 2010 dalam (Ardiana, 2017) Penelitian cross
sectional ini merupakan uji korelasi antara paparan atau faktor resiko
(independent), dengan akibat atau efek (dependen). Dalam penelitian ini,
peneliti ingin mengukur variabel independent (cyberbullying) dan variabel
dependen (instagram) apakah responden melakukannya dengan bersamaan.

B. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi yang digunakan adalah siswa SMK Muhammadiyah
4 samarinda kelas XI yang berjumlah 150 siswa/I dari kompetensi
keahlian akuntansi, keperawatan, Teknik sepeda motor, Teknik
computer dan jaringan yang memenuhi karakteristik usia 16-19 tahun
yang telah ditentukan oleh peneliti .
2. Sampel
a. Sampel merupakan sebagaian dari keseluruhan fenomena yang
terjadi atau yang akan diteliti. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu siswa/I kelas XI SMK Muhammadiyah 4
Samarinda yang terdiri dari 4 kompetensi keahlian akuntansi,
keperawatan, Teknik sepeda motor, Teknik computer dan
jaringan .
33

Perhitungan sampel penelitian ini menggunakan rumus


slovin untuk menetukan jumlah sampel karena populasinya telah
diketahui jumlahnya.
Rumus Slovin: n = N/1+Ne²
Keterangan :
n = Besarnya ukuran sampel N
= Populasi
E = ketidaktelitian atau kesalahan yang ditorerir, misal 5%
(0,5) berdasarkan data yang ada.
Maka peneliti memerlukan sampel sebanyak: n =
N/1+Ne²
n = 150/1+150 (0,5) ²
n = 150/1+150 (0,0025) n
= 150/1+0,375
n = 150/1,375
n = 109,09
n = 110 (dibulatkan)

maka dari hasil perhitungan diatas didapatkan sampel


sebanyak 110 siswa/I di SMK Putra Bangsa Bontang.
b. Kriteria Inklusi
1) Siswa/I yang menggunakan media sosial Instagram
2) Siswa/I yang bersedia mengisi kuesioner

c. Teknik Pengumpulan Sampel


Menurut Sugiyono (2017:217) dalam (Sopian & Suwartika,
2019) Teknik sampling merupakan Teknik pengambilan sampel
untuk menentukan sampel mana yang akan
33

digunakan dalam penelitian. Teknik pengambilan sampling menggunakan


metode Stratified Random Sampling.

Berdasarkan data populasi yang diambil pada kelas XI, maka


pengambilan sampel juga harus dihitung setiap strata kelasnya (
4 kompetensi keahlian yang berbeda dan berjumlah 5 kelas).
Cara perhitungan pengambilan sampel menggunakan metode
Stratified Random Sampling, sehingga dari masing-masing
kelas dapat diambil beberapa sampel yang dianggap dapat
mewakili dalam penelitian dengan rumus.
Tabel 3. 1 Perhitungan Jumlah Sampel
No Kompetensi Jumlah Jumlah masing- Sampel
Keahlian Populasi masing Kelas
1. Keperawatan 1 21 21/150x110 15

2. Keperawatan 2 39 39/150x110 29

3. Akuntansi 30 30/150x110 22

4. Teknik Sepeda Motor 20 20/150x110 15

5. Teknik Komputer dan 40 40/150x110 29


Jaringan
Total 150 110
33

C. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan hasil dari bulan februari-juni 2021.
2. Tempat Penelitian
Tempat untuk melaksanakan penelitian yaitu di SMK
Muhammadiyah 4 Samarinda, Kalimantan Timur.

D. Definisi Operasional
Tabel 3. 2 Devinisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
1. Variabel Cyberbullying Menggunakan 1. Melakukan Ordinal
Dependen adalah tindakan kuesioner perilaku
(Cyberbullyin penindasan yang dengan skala cyberbullying
g) dilakukan oleh guttman yang =2
pelaku melalui berjumlah 9
internet yang pernyataan
bertujuan ingin 2. Tak
korban merasa Melakukan
tertekan dengan perilaku
mengirim pesan cyberbullying
kejam dan =1
menggunggah foto
kemudian
disebarkan
(Aryati, 2013)
kepada orang lain
2. Variabel Penggunaan Menggunakan Dikatakan tak Ordinal
Independen Instagram kuesioner sering jika
(Penggunaa n merupakan dengan skala mengakses
Instagram) pengguna sebuah ukur guttman Instagram < 2
aplikasi yang kali
33

digunakan untuk yang berjumlah Selama < 2 jam


berbagi foto 5 pertanyaan sehari
maupun video yang
tujuannya dapat Dikatakan
dilihat oleh sering jika
pengikutnya atau mengakses
followersnya serta instagram > 2
dapat saling kali selama
berkomentar baik >2 jam
dari pengunggah Sehari
maupun
pengikutnya (RizkyFitransyah
& Waliyanti,
2018)

E. Intrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan dalam
mengambil data di lapangan. Instrument yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu menggunakan survei sederhana dengan menggunakan kuesioner
elektronik yaitu google form yang didalamnya berisi pertanyaan yang
digunakan sebagai data dari responden.
Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner ini meliputi
beberapa bagian.
1. Sub A berisi tentang karakteristik atau identitas responden
penelitian yang mencakup nama responden, jenis kelamin
responden, umur responden, kelas dan jurusan.
2. Sub B berisi pernyatan terkait perilaku cyberbullying
menggunakan Instagram dengan instrument terdiri dari 10
penyataan
33

3. Sub C berisi pertanyaan terkait penggunaan media sosial


Instagram pada remaja sebanyak 4 pertanyaan

F. Uji Validitas
1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu pengukuran untuk mengukur apakah
valid atau tidak alat/ instrument yang akan digunakan untuk penelitian.
Untuk menguji validitas dalam penelitian ini dengan menggunakan
validitas isi (Content validity). Dalam uji validitas isi ini
menggunakan pendapat dari para ahli (expert judgement). Menurut
sugiono (2011) dalam(Latifah,2017) expert judgement merupakan
Teknik pemeriksaan data yang dilakukan oleh para ahli yang
membidanginya dalam bentuk opini maupun pernyataan. Jumlah tenaga
ahli sebanyak 1 orang di bidang psikologi.
Tabel 3. 3 Rentang Skor Rata-rata Instrumen

Bobot Rentang Skor


Instrument sudah layak digunakan 3,1-4,0
Instrument sudah layak digunakan 2,1-3,0
dengan revisi
Instrument kurang layak digunakan 1,1-2,0
Instrument tidak layak digunakan 0-0,1

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa syarat instrumen


sudah layak digunakan berada di rata-rata 3,1 – 4,0, instrumen sudah
layak digunakan berada pada rata-rata 2,1 – 3,0, instrumen kurang
layak digunakan berada di rata-rata 1,1 – 2,0
33

dan instrumen tidak lagi digunakan pada rata-rata 0 – 1,0 (Dwiantoro,


2019).

2. Uji Realibilitas
Uji realibilitas merupakan suatu data yang bertujuan untuk
mengukur sebuah kuesioner dengan indikator dari variabel atau
konstruk. Uji realibilitas dapat dilakukan secara bersamaan terhadap
seluruh butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel (Cahyani et
al., 2016).

Uji reabilitas sebagai alternative jawaban lebih dari dua


menggunakan uji Cronbach’s Alpha, yang nilainya dapat
dibandingkan dengan nilai koefisien reabilitas minimal yang diterima
(Fanani et al., 2016).

G. Teknik Pengumpulan Data


Peneliti mengumpulkan data dengan memberika kuesioner elektrik
dengan menggunakan google form langsung kepada siswa/I di SMK
Muhammadiyah 4 Samarinda.
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang telah diperoleh
melalui hasil wawancara langsung dengan guru bimbingan konseling
serta siswa/i kelas XI
2. Data sekunder
Data sekunder dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari data
World Health Organization, data Riset Kesehatan Dasar 2018, data
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, dan data Kementrian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.
33

H. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Berikut kegiatan dalam analisis data:
1. Pemeriksaan data
a. Penyuntingan data (Editing)
Hasil wawancara yang diperoleh dari kuesioer perlu
dilakukan penyuntingan atau editing. Secara umum editing
merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isi kuesioner. Dan
apabila masih ada data atau informasi yang tidak lengkap maka
harus dilakukan wawancara ulang,maka kuesioner tersebut tidak
bias diolah karena “ Data Missing”

b. Pemberian kode (Coding)


Setelah semua kuesioner diedit , selanjutnya dilakukan
pengkodean atau coding, yakni memberikan tanda pada alat
penelitian dan mengubah data bentuk kalimat / huruf menjadi
bilangan atau angka. Misalnya jenis kelamin 0 = laki-laki, 1 =
perempuan. Koding ini atau pemberian kode ini sangat berguna
dalam memasukka data ( Data Entry )
c. Pemberian angka ( Skoring )
Memberikan skor dalam bentuk angka pada setiap jawaban
atau memberikan nilai pada jawaban.
d. Memasukkan data ( Data Entry )
Proses pemindahan data ke dalam computer, agar diperoleh
data masukan yang siap diolah sistem degan menggunakan
perangkat lunak pengolahan data statistik.
e. Menyusun data ( Tabulating )
Memasukkan dan mengelompokkan data sesuai dengan tujuan
penelitian kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah ada.
33

2. Analisis data
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk penyajian distribusi frekuensi dari
seluruh data yang akan diteliti dari variabel independent
(cyberbullying) dan variabel dependen (media sosial instagram)
). Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabeldan
narasi singkat berdasarkan masing-masing variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menilai ada tidaknya hubungan
antara veriabel independent (Cyberbullying) dan variabel dependen
( Media sosial Instagram ). Dalam penelitian ini dilakukan
analisis menggunakan chi-square karena variabel independent dan
dependen dalam jenis variabel katagorik. Untuk mengetahui
adanya hubungan dilihat berdasarkan pada nilai p :1 Jika nilai p>
0,05 maka tidak ada hubungan, 2. Jika nilai p < 0,05 maka
terdapat hubungan. Namun perlu diketahui syarat- syarat uji ini
adalah frekuensi responden atau sampel yang digunakan besar,
sebab ada beberapa syarat dimana uji chi- square dapat digunakan
yaitu:

a. Tidak ada sel dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut


Actual Count (F0) sebesar 0 (nol)
b. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1
sel saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut dengan
expected cound (“Fh”) kurang dari 5
c. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 X 2, maka jumlah sel dengan
frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%
33

I. Alur Penelitian
Alur dalam penelitian ini melalui beberapa tahap antara lain:
1. Pembekalan untuk penyusunan proposal dan skripsi
2. Melakukan survei pendahuluan dan pembuatan proposal
3. Meminta izin kepada pihak SMK Muhammadiyah 4 Samarinda
4. Melakukan permohonan izin untuk meminta data siswa/I kepada pihak
SMK Muhammadiyah 4 Samarinda
5. Menentukan sampel yang sesuai dengan karakteristik dalam
penelitian
6. Melakukan seminar proposal
7. Menghubungi tenaga ahli psikolog untuk dilakukannya uji valid

8. Menghubungi wali kelas atau ketua kelas untuk memudahkan


penyebaran kuesioner elektrik ( Google Form ) serta menjelaskan tata
cara pengisian kuesioner
9. Memberikan kuesioner elektrik (Google Form) untuk siswa/I SMK
Muhammadiyah 4 Samarinda
10. Melakukan pengolahan dan analisis data yang sudah didapat dari
responden
11. Melakukan interpretasi data yang telah diolah dan di analisis
12. Memaparkan hasil penelitian didalam penulisan skripsi

J. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan keharusan dalam sebuah penelitian yang
bertujuan agar menjamin tidak ada seseorang yang di rugikan dalam proses
penelitian. Penelitian ini berpedoman pada prinsip etika penelitian
Anonymity atau kerahasian, dimana Peneliti akan menjamin kerahasian
dari seluruh responden yang tidak mencantumkan nama responden maupun
memberitahukan kepada orang lain atau pihak lainnya.
33

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
SMK Putra Bangsa berdiri sejak tahun 1991 dan menjadi salah satu sekolah
swasta terkemuka di bontang Kalimantan timur. Pada awal berdirinya SMK
Putra Bangsa Bontang dibuka beberapa program keahlian seiring dengan
berjalannya waktu dan tuntutan zaman maka SMK Putra Bangsa Bontang
menambah kompetensi baru di tahun 2009 antara lain akuntansi, Teknik
computer dan jaringan, teknik sepeda motor. Kemudian pada tahun 2014
kompetensi keahlian keperawatan mulai dibuka untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja di bontang Kalimantan timur.
Lokasi penelitian ini bertempat di Jl. KS Tubun No. 70 Bontang Utara, Kota
Bontang, Kalimantan Timur dengan luas lahan 9.719 m2. Adapun responden
pada penelitian ini yaitu seluruh siswa/i kelas 11 jurusan keperawatan 1,
keperawatan 2, akuntansi, teknik sepeda motor, teknik computer dan jaringan
yang mana penelitia ini membahas mengenai hubungan antara penggunaan
media sosial Instagram terhadap perilaku cyberbullying pada siswa/i SMK
Putra Bangsa di masa covid-19.
Selama pandemi covid-19 sekolah di seluruh di Indonesia di tutup sesuai
dengan edaran dari pemerintah dan diberlakukan pembelajaran online maka
dari itu siswa/i melakukan pembelajaran dengan menggunakan handphone
maupun laptop hanya dirumah saja termasuk SMK Putra Bangsa Bontang yang
telah menerapkan pembelajaran online. Dengan adanya pemberlakuan
pembelajaran online ini memungkinkan siswa/i dapat mengadopsi perilaku
cyberbullying dengan mudah dan tanpa batas.
33

B. Hasil Penelitian
Bab ini merupakan penjabaran dari hasil penelitian mengenai penggunaan
media sosial Instagram terhadap perilaku cyberbullying pada siswa/i di SMK
Putra Bangsa Bontang. Penelitian ini dilakukan pada siswa/i SMK Putra Bangsa
Bontang dari kelas 11 jurusan keperawatan,akuntansi,teknik sepeda motor dan
teknik computer dan jaringan yang dilakukan pada bulan juli 2021 secara online
dengan menggunakan google form yang langsung di share kepada siswa/i-nya.
Sampel yang diperoleh sebanyak 110 siswa dari total 150 siswa/i.
pengambilan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner online yaitu
google form sebagai alat ukur yang berupa karakteristik responden. Kuesioner
tersebut berisikan pertanyaan terkait penggunaan media sosial Instagram serta
pernyataan terkait perilaku cyberbullying. Teknik dalam pengisian kuesioner
telah tertera di google form kemudian akan diisi sendiri oleh responden.
1. Analisis Univariat
Analisis ini terdiri dari distribusi dari karakteristik responden
berdasarkan usia, jenis kelamin, jurusan dan penggunaan Instagram dan
perilaku cyberbullying.
a. Karakteristik Responden
1) Umur
Table 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase


16 tahun 35 31.8
17 tahun 55 50.0
18 tahun 18 16.4
19 tahun 2 1.8
Total 110 100.0
Sumber: Data Primer
33

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah responden


tertinggi yaitu rentang umur 17 tahun yang berjumlah 55 orang
dengan persentase sebesar 50.0% dan terendah pada rentang umur
19 tahun yang berjumlah 2 orang dengan persentase sebesar 1.8%.

2) Jenis Kelamin
Table 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


Perempuan 78 70.9
Laki-laki 32 29.1
Total 110 100.0
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah responden
perempuan berjumlah 78 orang dengan persentase sebesar 70.9%
dan laki-laki berjumlah 32 orang dengan persentase 29.1%.

3) Penggunaan Media Sosial Instagram


Table 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengguna Media Sosial Instagram

Penggunan IG Frekuensi Persentase


Tak sering 33 30.0
Sering 77 70.0
Total 110 100.0
Sumber: Data Primer
33

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui jumlah responden yang tak


sering menggunakan media sosial Instagram berjumlah
33 orang dengan persentase sebanyak 30.0% dan responden
yang sering menggunakan media sosial Instagram berjumlah 77
orang dengan persentase sebanyak 70.0%.

b. Perilaku Cyberbullying

Table 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


perilaku cyberbullying

Perilaku Frekuensi Persentase


Cyberbullying
Tak melakukan 67 60.9
Melakukan 43 39.1
Total 110 100.0
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui jumlah responden yang tak
melakukan perilaku cyberbullying berjumlah 67 orang dengan
persentase sebanyak 60.9% dan responden yang melakukan perilaku
cyberbullying berjumlah 43 orang dengan persentase sebanyak
39.1%.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara dua
variabel. Analisis bivariat dalam penelitian ini yaitu hubungan antara media
sosial Instagram terhadap perilaku cyberbullying pada siswa/i SMK Putra
Bangsa Bontang sebagai berikut:
33

Table 4.5 Distribusi Uji Chi Square Penggunaan Media Sosial Instagram
terhadap Perilaku Cyberbullying Pada Siswa/i SMK Putra Bangsa
Bontang

Perilaku Cyberbullying
Kategori Media Tak Total P
Sosial Melakukan Melakukan value
Instagram
n % N % n %
Tak Sering 27 24.5% 6 5.5% 33 30.0%
Sering 40 36.4% 37 33.6% 77 70.0% 0,006
Total 67 60.9% 43 39.1% 110 100.0%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil uji Chi-Square menunjukkan


jumlah responden sebanyak 110 responden, responden yang tak sering
menggunakan media sosial Instagram dan tak melakukan perilaku
cyberbullying yang sebanyak 27 responden (24.5%) serta responden yang
sering menggunakan media sosial Instagram dan yang tak melakukan
perilaku cyberbullying sebanyak 40 responden (36.4%). Responden yang
tak sering menggunakan media sosial Instagram dan yang melakukan
perilaku cyberbullying sebanyak 6 responden (5.5%) serta responden yang
sering menggunakan media sosial Instagram dan yang melakukan perilaku
cyberbullying sebanyak (33.6%) responden (28.9%).
Hasil uji statistk menggunakan uji Chi-Square didapatkan hasil nilai
p-value sebesar 0.006 atau p < 0.05,yang artinya dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media sosial Instagram
terhadap perilaku cyberbullying pada siswa/i SMK Putra Bangsa Bontang.
33

C. Pembahasan
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
1) Umur
Dari hasil penelitian menurut karakteristik responden
berdasarkan usia didapatkan hasil responden menurut umur yang
tertinggi yaitu rentang umur 17 tahun yang berjumlah 55 orang
dengan persentase sebesar 50.0% dan terendah pada rentang umur 19
tahun yang berjumlah 2 orang dengan persentase sebesar 1.8%.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Price & Dalgeish
dalam (Sinaga, 2016) menemukan bahwa remaja yang banyak
melakukan atau mengalami tindakan cyberbullying pada usia 10-14
tahun (50%), 15-18 tahun (42%) dan 19-25 tahun (8%). Dari
persentase terbesar diatas yang terlibat dalam tindakan cyberbullying
berusia 10-18 tahun. Pada usia remaja ialah usia dimana masa
perubahan dari anak-anak menuju dewasa, perubahan yang dialami
diantaranya perubahan fisik, kognitif,emosional dan sosial. Pada
masa remaja menyebabkan perilaku yang gergesa-gesa dan labil
dalam mengambil keputusan sehingga dapat menimbulkan masalah.
2) Jenis kelamin
Dari hasil penelitian menurut karakteristik responden
berdasarkan usia didapatkan hasil responden menurut jenis kelamin
perempuan berjumlah 78 orang dengan persentase sebesar 70.9% dan
laki-laki berjumlah 32 orang dengan persentase 29.1%.
Menurut Studi Kementerian PPPA (Pembedayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak) menyimpulkan bahwa 12-
33

15% anak laki-laki dan anak perempuan berusia 13-17 tahun pernah
mengalami penindasan di media daring atau media sosial dalam
kurun waktu 12 bulan terakhir (UNICEF, 2020).

3) Penggunaan media sosial instagram

Media sosial merupakan perkembangan teknologi canggih


dengan menyebar-luaskan berbagai informasi dan saling
berkomunikasi dengan mudah dan cepat yang dapat mempengaruhi
gaya hidup, pandangan bahkan budaya yang ada pada
masyarakat(Pandie & Weismann, 2016).
Instagram merupakan sebuah aplikasi yang digunakan untuk
berbagi foto maupun video yang tujuannya dapat dilihat oleh
pengikutnya atau followersnya serta dapat saling berkomentar baik
dari pengunggah maupun pengikutnya (Anatasya et al., 2020).

Dari hasil penelitian menurut karakteristik responden


berdasarkan pengguna media sosial Instagram yang tak sering
menggunakan Instagram dengan ketentuan waktu < 2jam/kali
sebanyak 33 orang dengan persentase (30.0%) dan responden yang
sering menggunakan media sosial Instagram sebanyak 77 orang
dengan persentase (70.0%)
Pada dasarnya jika seseorang sudah menggunakan media
sosial maka tidak akan sadar dengan waktu. Data yang diperoleh dari
hasil survey Taylor Nelson Sofres (TNS) sebanyak 89% seseorang
yang berusia muda yang menggunakan instagram(Muzdalifah &
Zanirah, 2018).
33

Menurut penelitian (RizkyFitransyah & Waliyanti, 2018),


intensitas penggunaan Instagram di kalangan remaja > 2 kali sehari.
Bahkan dalam sehari remaja dapat mengakses Instagram lebih dari 7
kali jika terkoneksi oleh jaringan paket data yang lumayanbesar.

b. Perilaku Cyberbullying
Dari hasil penelitian menurut karakteristik responden
berdasarkan perilaku cyberbullying responden yang tak melakukan
perilaku cyberbullying sebanyak 67 orang dengan persentase ( 60.9%)
dan responden yang melakukan perilaku cyberbullying sebanyak 43
orang dengan persentase sebesar (39.1%).
Menurut penelitian (Pandie & Weismann, 2016), cyberbullying
merupakan tindakan pelecehan dalam bentuk intimidasi yang dilakukan
oleh si pelaku dengan menggunakan teknologi seperti media sosial.
Cyberbullying ialah kegiatan yang berulang kali dilakukan oleh
seseorang dalam bentuk menghina,melecehkan dan mengejek orang lain
di media sosial. Menurut penelitian safaria, 2016 dalam (Malihah &
Alfiasari, 2018), menunjukkan dari 80% siswa dalam penelitiannya
sering mengalami tindakan cyberbullying yang merupakan peristiwa
kehidupan pembawa stress. Dalam kasus cyberbullying ini akan selalu
meningkat seiring dengan perkembangan penggunaan teknologi
informasi.
33

2. Analisis Bivariat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media sosial
instagram pada siswa/i SMK Putra Bangsa Bontang yang sering
menggunakan media sosial Instagram 77 responden (70.0%) dan yang tak
sering 33 responden (30.0%). Remaja yang menggunakan teknologi
informasi berlebih dapat berpengaruh terhadap peningkatan tindak
penyalahgunaan media sosial yaitu cyberbullying (RizkyFitransyah &
Waliyanti, 2018).
Dalam penelitian ini yang melakukan perilaku cyberbullying pada
siswa/i SMK Putra Bangsa Bontang sebanyak 43 responden (39.1%) dan
yang tak melakukan sebanyak 67 responden (60.9%).
Menurut peneliti terdahulu (RizkyFitransyah & Waliyanti, 2018),
yang membahas tentang periliaku cyberbullying dengan media social
Instagram pada remaja Yogyakarta menyebutkan perilaku cyberbullying
dengan media social Instagram seperti mengapload foto, berkata kasar serta
mengomentari foto dengan kata yang kasar dipengaruhi oleh intensitas
penggunaan media social, karakter korban serta kemampuan empati korban.
Remaja yang menjadi korban cyberbullying akan merasakan dampaknya
seperti kurang percaya diri dan kurang memperhatikan pelajaran di sekolah.
Sedangkan menurut penelitian (Rumra et al., 2021), menyebutkan
bentuk cyberbullying yang dilakukan antara lain flaming sebesar
(60,5%), harassment (39,5%), cyberstalking
(10,5%), denigration (10,5%), impersonation (18,4%), outing (5,3%),
trickery (10,5%) dan exclusion (65,8%).
33

Menurut hasil analisis bivariate dengan menggunakan uji Chi-


Square didapatkan hasil nilai p-value sebesar 0.006 nilai ini lebih kecil
dari taraf signifikan yaitu α = 0.05 atau p < 0.05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara penggunaan media sosial
Instagram terhadap perilaku cyberbullying pada siswa/i SMK Putra Bangsa
Bontang Selama Masa Pandemi Covid-19.
Odds Ratio dari penelitian ini adalah 4,2 yang berarti bahwa yang
sering menggunakan media sosial Instagram untuk melakukan perilaku
cyberullying adalah 4,2 lebih besar dari pada yang tak melakukan perilaku
cyberbullying dan tak sering untuk penggunaan media sosial Instagram.
Berdasarkan peneliti terdahulu dari hasil uji hipotesis yaitu jika t-
hitung lebih besar dari t-tabel (6,218>2,002) maka Ha diterima, yang
artinya penggunaan media social instagram berpengaruh signifikan terhadap
perilaku cyberbullying pada remaja gampong batoh kecamatan lueng bata
kota banda aceh (Rifka Nadila, 2018).
Menurut hasil survei di sekolah bahwa pihak sekolah belum pernah
melakukan sosialisasi terkait perundungan maya (cyberbullying) serta dari
hasil penelitian ditemukan bahwa sebesar 39,1% siswa/i SMK Putra Bangsa
Bontang melakukan tindakan perundungan maya (cyberbullying). Maka
dari itu perlu dilakukan sosialisasi atau Pendidikan tambahan mengenai
perundungan maya (cyberbullying) pada siswa/i SMK Putra Bangsa
Bontang. Pihak sekolah dapat bekerja sama dengan dinas perlindungan anak
maupun puskesmas setempat guna mengurangi perilaku perundungan maya
dilingkungan remaja di SMK Putra Bangsa Bontang.
33

Tak hanya pihak sekolah yang melakukan pencegahan perilaku


perundungan maya (cyberbullying) pada siswa/i nya, pengaruh orang tua
juga sangat berpengaruh dalam pencegahan perilku perundungan maya
pada anak-anaknya.
Berdasarkan penelitian terdahulu pola asuh yang otoriter memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku cyberbullying pada anak
oleh sebab itu terdapat hubungan antara pola asuh anak terhadap perilaku
cyberbullying. Kemudian dengan menerapkan pola asuh yang sesuai
dengan karakter anak seperti menjalin komunikasi yang baik dan
memberikan kesempatan anak untuk berpendapat sehingga anak dapat
terhindar dari perilaku bullying di sekolah maupun di dunia maya(Angga
Januar Ramadhan, 2018).
33

D. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini keterbatasan yang dialami peneliti yaitu:

1. Kendala yang dialami pada instrumen penelitian yaitu kuesioner, hal ini
dikarenakan isi pertanyaan yang banyak sehingga membuat responden jenuh
dan bosan serta pemberian kuesioner yang dilakukan secara online sehingga
membuat kinerja dalam penelitian tidak maksimal.

2. Adanya pandemic covid-19 peneliti kesulitan mengambil data secara


langsung yang bisa beresiko terjadi bias.
3. Tidak terbukanya responden dalam jawaban yang jujur terkait perilaku
cyberbullying.
4. Kendala dalam menghubungi pihak sekolah karena sekolah ditutup dan
melakukan pembelajaran daring dirumah saja.
5. Tidak melakukan uji reabilitas karena keterbatasan responden dimasa
pandemi covid-19
33

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara dia sosial Instagram terhadap perilaku cyberbullying pada
siswa/i SMK Putra Bangsa Bontang yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi penggunaan meda sosial Instagram
pada siswa/i SMK Putra Bangsa, responden yang tak sering menggunakan
media sosial Instagram berjumlah 33 orang denga persentase sebesar
30.0% dan responden yang sering menggunakan media sosial Instagram
berjumlah 77 orang dengan persentase sebanyak 70.0%.
2. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi perilaku cyberbuying pada siswa/i
SMK Putra Bangsa, responden yang melakukan perilaku cyberbullying
berjumlah 43 orang dengan persentase 39.1% dan yang tak melakukan
perilaku cyberbullying berjumlah 67 orang dengan persentase 60.9%.
3. Berdasarkan hasil uji Chi-Square, nilai p-value = 0.006 (p-value
<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
penggunaan media sosial Instagram terhadap perilaku cyberbullying pada
siswa/i SMK Putra Bangsa Bontang Selama Masa Pandemi Covid-19.
33

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan diperoleh maka
peneliti memberikan saran sebagai perbaikan selanjutnya:
1. Perlu dilakukan promosi kesehatan mengenai perilaku perundungan
maya ( cyberbullying ) kepada siswa/i SMK Putra Bangsa Bontang untuk
mencegah tindakan cyberbullying.
2. Pihak orang tua wajib mengawasi anak dirumah saat beraktifitas dan saat
sedang melakukan pembelajaran daring serta orang tua perlu
membangun suasana yang baik di rumah.
50

DAFTAR PUSTAKA

Anatasya, S., Murad, A., Negeri, U., Jl, M., Iskandar, W., & Utara, S. (2020).
Indonesia Counseling And Psychology , 1 ( 1 ), 2020 , 34-42 Analisis
Penyalahgunaan Instagram Pada Siswa Kelas X Sma Dharma
Pancasila Medan Tahun Ajaran 2019 / 2020 Dan Impilikasinya
Terhadap Layanan Informasi Di Sekolah. 1(1), 34–42.

Angga Januar Ramadhan, F. C. (2018). Peran Pola Asuh Orang Tua Terhadap Cyberbullying
Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 283.
Ardiana, D. (2017). Dengan Kejadian Depresi Postpartum Pada Ibu
Postpartum Di Rsud Wonosari Tahun 2016 Dika Ardiana P
07124215089 Prodi D-Iv Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Tahun 2017.
Aryati, Y. D. (2013). Gambaran Cyberbullying pada Siswa SMA Negeri 3
Jember.
Barlett, C. P., Rinker, A., & Roth, B. (2021). Cyberbullying perpetration in the
COVID-19 era: An application of general strain theory. The Journal of Social
Psychology, 00(00), 1–11.
https://doi.org/10.1080/00224545.2021.1883503
Berita.satu. (2021). Data penggunaan media sosial paling populer di
indonesia tahun 2020-2021. http://brt.st/73Pw

Cahyani, N. M., Indriyanto, E., & Masripah, S. (2016). Uji Validitas dan Reabilitas
Terhadap Implementasi Aplikasi Penjualan dan Pembelian. Information
System for Education and Professionals, 1(1), 21–34.
Doni, rohma F. (2017). Perilaku Penggunaan Smartphone Pada Kalangan Remaja.
Journal Speed Sentra Penelitian Engineering Dan Edukasi, 9(2), 16–23.
51

Dwiantoro, H. B. (2019). Hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar


muatan pelajaran matematika siswa kelas iv sd negeri deresan.
Elpemi, N. (2020). Fenomena cyberbullying pada peserta didik. Indonesian
Journal of Counseling and Education, 1(1), 1–5.
https://jurnal.lp2msasbabel.ac.id/index.php/IJoCE/%0ANopia

Fanani, I., Djati, S. P., & Silvanita, K. (2016). Pengaruh Kepuasan Kerja dan
Komitmen Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB)
(Studi Kasus RSU UKI). Indonesian Christian University, 1(1), 40–53.
Ferlitasar, R. (2018). Pengaruh Media Sosial Instagram Terhadap Perilaku
Keagamaan Remaja. 61.

http://repository.radenintan.ac.id/4221/1/SKRIPSI.pdf
Fitri, W. (2021). Kajian Hukum Islam Atas Perbuatan Perundungan (
Bullying ) Secara Online Di Media Sosial. 9(1), 143–157.
Hootsuite. (2020). Data Tren Internet dan Media sosial 2020 di Indonesia.
https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2020/
Irfan, M., Bela, S., Putri, R., Aryanti, T., Ari, A., & Susanti, K. (2020).
Fenomena Cyberbullying Dalam Teknologi Media Sosial ( Instagram )
Perspektif Ilmu Komunikasi. 1(April), 1–7.
Karaman, H. B. (2020). An Investigation Of Adolescents’ Level Of Exposure
to Cyberbullying in Terms of Social Media Attitude and Social
Appearance Anxienty. 9(3), 17–25.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional Riset
Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI, 1–582.
Kesehatan, K. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
deases (Covid-19). Kementrian Kesehatan, 5, 178.
https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV-
05_Pedoman_P2_COVID-19_13_Juli_2020.pdf
52

KPAI. (2020). Data Kasus Perlindungan Anak Data Update Per - 31 Desember 2020
Mileston Sistem Pendataan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Kusumaryani, M. (2017). Brief notes : Prioritaskan kesehatan reproduksi remaja
untuk menikmati bonus demografi. Lembaga Demografi FEB UI, 1–6.
http://ldfebui.org/wp-content/uploads/2017/08/BN-06-2017.pdf
Latifah, S. (2017). Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap Moral Dan
Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Pada Siswa Kelas III, IV Dan V SD Negeri
Kemirirejo 3 Magelang). Jurnal Pendidikan Indonesia.
Malihah, Z., & Alfiasari, A. (2018). Perilaku Cyberbullying pada Remaja dan
Kaitannya dengan Kontrol Diri dan Komunikasi Orang Tua. Jurnal Ilmu
Keluarga Dan Konsumen, 11(2), 145–156.
https://doi.org/10.24156/jikk.2018.11.2.145
Marsinun, & Riswanto. (2020). Perilaku Cyberbullying Remaja di Media Sosial
Youth Cyberbullying Behavior in Social Media. 12(2), 98–111.
Martínez, J., Rodríguez-Hidalgo, A. J., & Zych, I. (2020). Bullying and
cyberbullying in adolescents from disadvantaged areas: Validation of
questionnaires; prevalence rates; and relationship to self-esteem, empathy and
social skills. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 17(17), 1–17. https://doi.org/10.3390/ijerph17176199
Muzdalifah, F., & Zanirah, F. (2018). Pengaruh Keterampilan Sosial Terhadap
Cyberbullying Pada Remaja Pengguna Instagram. JPPP - Jurnal
Penelitian Dan Pengukuran Psikologi, 7(2), 60–67.
https://doi.org/10.21009/jppp.072.01
Nurahmah, & Mukti. (2021). Remaja dengan perilaku merokok saat ini
dianggap sebagai perilaku yang wajar di masyarakat , tingkat
penyebaran perokok saat ini paling tinggi juga terjadi pada anak usia
remaja . Perilaku merokok adalah gaya hidup yang merugikan merokok
terdapat di Kambo. 1, 11–21.
53

Pandie, M. M., & Weismann, I. T. J. (2016). Pengaruh Cyberbullying Di


Media Sosial Terhadap Perilaku Reaktif Sebagai Pelaku Maupun
Sebagai Korban Cyberbullying Pada Siswa Kristen SMP Nasional
Makassar. Jurnal Jaffray, 14(1), 43–62.
https://doi.org/10.25278/jj.v14i1.188.43-62
Putranto. (2017). Cyberbullying di kalangan remaja urban (Studi Tentang
Tindakan Pelaku Cyberbullying di Kalangan remaja Urban. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Rahayu, C. D., & Mulyani, S. (2020). Jurnal Ilmiah Kesehatan 2020 Jurnal Ilmiah
Kesehatan 2020. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 19(Mei), 33–42.
Rifauddin, M. (2016). Fenomena Cyberbullying pada Remaja (Studi Analisis

Media Sosial Facebook). Khizanah Al-Hikmah : Jurnal Ilmu


Perpustakaan, Informasi, Dan Kearsipan, 4(1), 35–44
Rifka Nadila, H. M. (2018). Pengaruh Pengguaan Media Sosial Instagram
Terhadap Perilaku Cyberbullying Pada Remaja (Studi Pada Remaja
Gampong Batoh Kecamatan Lueng Bata Banda Aceh), 3(4).
RizkyFitransyah, R. , & Waliyanti, E. (2018). Perilaku Cyberbullying Dengan
Media Instagram Pada Remaja Di Yogyakarta. Indonesian Journal of
Nursing Practice, 2(1), 36–48. https://doi.org/10.18196/ijnp.2177
Rumra, N. S., Rahayu, B. A., Ringroad, J., & Blado, S. (2021). Perilaku
cyberbullying remaja. 3(1), 41–52.
Salami, S. A. (2019). Hubungan antara regulasi emosi dengan cyberbullying
pada remaja di smp negeri se-kecamatan bumiayu. 20–22.
Sampurno, M. B. T., Kusumandyoko, T. C., & Islam, M. A. (2020). Budaya
Media Sosial, Edukasi Masyarakat, dan Pandemi COVID-19. SALAM:
Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(5).
https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.15210
Saputro, Z. khamim. (2017). Aplikasia: Jurnal aplikasi ilmu-ilmu agama (
memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja). Jurnal Aplikasi Ilmu
Ilmu Agama, Volume 17(No 1), 25–32.
54

Sinaga, Y. V. (2016). Hubungan antara perilaku asertif dan perilaku


cyberbullying di jejaring sosial. 130. ri:
http://repository.usd.ac.id/id/eprint/6490
Sopian, D., & Suwartika, W. (2019). Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Dan
Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kinerja Karyawan. JSMA (Jurnal
Sains Manajemen Dan Akuntansi), 11(2), 40–53.
https://doi.org/10.37151/jsma.v11i2.5
Sukmaningtyas, W. F. (2017). Penggunaan Jejaring Sosial Pada Perilaku
Perundungan Siber Remaja Di Smk Negeri 1 Samarinda. eJournal Ilmu
Komunikasi, 5(1), 170–180.
Sukmawati, A., Puput, A., & Kumala, B. (2020). Dampak cyberbullying pada
remaja di media sosial. 1(1), 55–65.
Sultan, I. S. (2020). Efektifitas Penggunaan Fitur Instagram Dalam Meningkatkan
Pertemanan Remaja SMA Negeri 1 Maros di Era Digital. Avant Garde, 8(2),
178. https://doi.org/10.36080/ag.v8i2.1135
Ulfa, N. F. (2019). Dampak Penggunaan Instagram Terhadap Gaya Hidup
Remaja. 13.
UNICEF. (2020). Situasi Anak di Indonesia - Tren, Peluang, dan Tantangan dalam
Memenuhi Hak-hak Anak. Unicef, 8–38.
file:///C:/Users/USER/Documents/SKRIPSI KAK PUTRI/Situasi-Anak-di-
Indonesia-2020.pdf
WHO. (2018). Handout for Module A Introduction. In Department of Child
and Adolescent Health and Development.
https://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/pdfs/924159
1269_op_handout.pdf
Yang, F. (2021). Coping strategies, cyberbullying behaviors, and depression among
Chinese netizens during the COVID-19 pandemic: a web-based nationwide
survey. Journal of Affective Disorders, 281(June 2020), 138–144.
https://doi.org/10.1016/j.jad.2020.12.023
55
56

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN MEDIA SOSIAL

Dengan mengisi kuesioner ini tidak mempengaruhi nilai disekolah dan identitas
akan dirahsiakan oleh peneliti.
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Kelas :
Jurusan :

Pentunjuk Pengisian :
1. Berilah tanda centang pada salah satu jawaban yang dianggap benar
2. Keterangan YA atau TIDAK
3. Semua item pertanyaan mohon diisi

No Pernyataan Keterangan
1. Dalam sehari berapa
jam anda mengakses
instagram?
2. Dalam sehari berapa
kali anda mengakses
Instagram ?
57

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN CYBERBULLYING

Pentunjuk Pengisian :

1. Berilah tanda centang pada salah satu jawaban yang dianggap benar
2. Keterangan
 YA
 TIDAK
3. Semua item pertanyaan mohon diisi

No Pernyataan YA TIDAK
1. Saya sering mengirimkan pesan kasar yang
mengolok-olok teman sekolah melalui media
sosial instagram
2. Saya selalu menjadi bahan ejekan teman-teman
sekolah di kolom komentar foto saya di
Instagram karena tidak terlalu pandai dan tidak
popular disekolah
3. Saya sering mendapat pesan yang mengolo-olok
dari teman sekolah yag membua saya sakit hati
melalui dia sosial instagram
4. Ketika seseorang membuat saya sakit hati, saya
mengirimkanpesan kasar melalui media sosial
Instagram kepadanya terus menerus
5. Saya menyebarkan tentang kejelekan seseorang
lewat media sosial Instagram ketika dibuat mah
atau kesal secara terus-menerus
58

6. Saya sengaja memberi komentar negative pada


orang yang saya tidak sukai di status-status
yang diunggahnya
7. Saya sering mendapat pesan ejekan dari teman-
teman sekolah karena memiliki fisik kurang
baik
di media sosial instagram
8. Saya sering mengirim pesan mengejek teman di
media sosial instagam karena memiliki fisik
yang kurang baik
9. Saya selalu mendapat perilaku yang buruk dari
teman saya di media sosial Instagram seperti
mendapat komentar buruk di kolom komentar
foto saya

Sumber : (Aryati, 2013)


59

Anda mungkin juga menyukai