Anda di halaman 1dari 50

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN

PERILAKU MAROKOK PADA MAHASISWA PAPUA


DI SEMARANG

SKRIPSSI

Oleh:

YUNUS EDOWAI
1707029

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN........................................................................ i
PERNYATAAN ORISINILITAS................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................... 8
A. Tinjuan Teoretis.................................................................... 8
B. Kerangka Teoretis................................................................. 12
1. Gambaran Pengetahuan..................................................... 12
a. Pengertian Pengetahuan................................................ 12
b. Tingkat Pengetahuan..................................................... 13
c. Metode-Metode Memperoleh Pengetahuan.................. 15
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan......... 17
2. Perilaku Merokok.............................................................. 19
a. Pengertian Perilaku Merokok.................................... 19
b. Aspek-Aspek Perilaku Merokok............................... 22
c. Faktor-faktor Perilaku Merokok................................ 25
C. Kerangka Konsep/Kerangka Berpikir................................... 29
D. Hipotesis................................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN.................................................. 30
A. Desain Penelitian................................................................... 30
B. Lokasi Penelitian................................................................... 32
C. Subjek Penelitian................................................................... 32
1. Populasi Penelitian............................................................ 32
2. Sampel Penelitian.............................................................. 32
D. Definisi Operasional............................................................. 34
E. Variabel Penelitian................................................................ 36
F. Pengumpulan Data................................................................. 36
G. Analisis Data......................................................................... 37
1. Analisis Deskriptif............................................................. 37
2. Pengujian Instrumen Penelitian......................................... 38
3. Analisis Korelasi............................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 42
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku merokok merupakan kegiatan fenomenal, artinya walaupun telah

banyak orang yang mengetahui dampak buruk akibat merokok, tetapi jumlah

perokok tidak menurun bahkan terus meningkat Saat ini kelompok umur perokok

bervariatif dan bukan menjadi dominasi kaum pria saja. Fakta yang teradi saat ini

menunjukan bahwa kebiasaan merokok menjadi trend. Bahkam terjadi

kecenderungan usia mulai merokok yang semakin muda. (Pratiwi, 2018). Merokok

sudah menjadi salah satu kebiasaan lazim yang sering kita temui dalam kehidupan

sehari-hari, tidak terkecuali kaya ataupun miskin, pria ataupun wanita, orang tua,

bahkan remaja pun sudah banyak yang mulai mencoba rokok. Rokok seakan sudah

menjadi salah satu kebutuhan yang hampir menyamai kebutuhan pokok.

Perilaku merokok merupakan masalah yang berkaitan dengan kesehatan

masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan dapat

menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada disekitarnya

(perokok pasif). Setiap orang telah mengetahui bahwa merokok adalah berbahaya

bagi kesehatan, namun pada kenyataanya perilaku merokok masih sangat sulit

untuk dikendalikan. Merokok juga dapat menjadi awal bagi seseorang untuk

mencoba berbagai zat adiktif yang lainnya, karena bagi seorang perokok lebih

mudah untuk mencoba zat-zat adiktif yang lain tersebut daripada bukan seorang

perokok (Wismanto, 2017). Telah banyak artikel dalam media cetak dan

pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara baik di radio maupun televise serta


penyuluhan mengenai bahaya merokok dan kerugian yang ditimbulkan akibat

rokok. Berbagai kebijakan dan aturan yang memuat sanksi bagi para perokok

dipublikasikan secara terus menerus. Rokok merupakan zat adiktif yang

mengancam kesehatan karena didalamnya mengandung zat-zat yang

membahayakan tubuh.

Badan KesehatanDunia (WHO) dan beberapa artitel ilmiah menerangkan

bahwa dalam setiap kumpulan asa prokok terkandung kurang lebih 4000 racun

kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang

tumbuhnya kanker). Beberapa zat yang berbahaya tersebut di antaranya tar, karbon

monoksida (CO) dan nikotin (Abadi, 2015). Melalui zat yang dihisap dalam rokok,

hampi rsekitar 90% kanker paru-paru tidak dapat diselamatkan (Basyir, 2015).

Selain itu rokok dapat menyebabkan kanker mulut, bibir, kerongkongan, penyakit

jantung, bahkan disinyalir dapat memperpendek usia.

Merokok adalah suatu kegiatan menghisap gulungan tembakau yang

berbalut daun nipah atau kertas yang dibakar kemudian asapnya dimasukan ke

dalam tubuh dan menghembuskanya kembali keluar. Dalam kehidupan sehari-hari

kita dapat menemukan orang-orang yang merokok di tempat-tempat umum bahkan

disekitar lingkungan rumah kita sendiri. Merokok dapat membuat dampak yang

tidak baik bagi kesehatan bukan hanya untuk perokok itu sendiri namun bagi orang

sekitar yang menghirup asap rokok (perokok pasif )Memahami pentingnya

fenomena bahaya nikotin, perubahan intensitas terengah-engah selama merokok

satu batang rokok terkait bukan dengan kontrol serapan nikotin tetapi juga

modifikasi komposisi asap rokok sebelum menghirup. Disarankan agar nikotin,


selain efek utamanya, memilikitindakan lokal untuk mengurangi respons saluran

napas akut terhadap komponen iritasi asap rokok. Diharapkan memiliki implikasi

baik untuk desain rokok dan rekomendasi yang diberikan pada perokok oleh

badan kesehatan wajib undang-undang. Memiliki implikasi yang luas untuk teori

psikologis dan filosofis, formotivation.

Tembakau dapat dibuat rokok, dikunyah dan dihirup. Nikotin dan asap rokok

akan keluar dari tembakau dalam proses merokok (menghirup) ataupun

mengunyah. Pada daun yang masih asli, nikotin terikat pada asam organik dan

tetap terikat pada asam bila daun dikeringkan perlahan-lahan. Kandungan

senyawa penyusun rokok yang dapat mempengaruhi pemakai adalah golongan

alkaloid yang bersifat perangsang (stimulant). Alkaloid yang terdapat dalam daun

tembakau antara lain:nikotin, nikotirin, anabasin, myosmin, dan lain-lain. Nikotin

adalah senyawa yang paling banyak ditemukan dalam rokok sehingga semua

alkaloid dianggap sebagai bagian dari nikotin.

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2018, menyatkan

bahwa rokok telah membunuh lebih dari 7 juta orang setiap tahun. Lebih dari 6

juta kematian tersebut adalah akibat dari penggunaan tembakau langsung.

Sementara, sekitar 890.000 adalah akibat terpapar oleh asap rokok (perokok pasif).

Sekitar 80% dari 1,1 miliar perokok didunia, tinggal di negara berpenghasilan

rendah dan menengah

Merokok merupakan salah satu kegiatan yang masih dilakukan individu

dalam segala usia mulai dari anak-anak hingga dewasa dan tidak menutup

kemungkinan untuk mereka yang sebelumnya sudah merokok, kemudian merokok


kembali, ataupun bagi mereka yang sebelumnya belum pernah mencoba merokok

pun menjadi tertarik untuk mencobanya. Perlahan seperti air, mereka selalu

memiliki alasan untuk merokok (Aulia, dalam el hasna, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO), tembakau membunuh lebih

dari 5 juta orang pertahun dan diprediksi akan membunuh 10 juta orang sampai

tahun 2020, dari jumlah itu 70% korban berasal dari negara berkembang

didominasi oleh kaum laki-laki sebesar 700 juta terutama di Asia. WHO

memperkirakan 1,1 miliar orang merokok didunia berumur 15 tahun ke atas yaitu

sepertiga dari total penduduk dunia. Indonesia menduduki peringkat ke-3 dalam

konsumsi rokok di dunia setelah China dan India.

Berdasarkan Kemenkes tahun 2013, Di Indonesia sebesar 85% rumah tangga

terpapar asap rokok, artinya adalah 8 perokok meninggal karena perokok aktif,

satu perokok pasif meninggal karena terpapar asap rokok orang lain. Dari masalah

diatas maka ± 25.000 kematian di Indonesia dikarenakan asap rokok orang lain.

Pada tahun 2010 diketahui bahwa prevalensi perokok di Indonesia sebesar 34,2%

dan semakin meningkat pada tahun 2013 menjadi 36,3%. Untuk konsumsi rokok

pada setiap harinya per orang di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 12,3 batang

per hari (setara satu bungkus). Indonesia mengalami peningkatan terbesar perilaku

merokok yang cenderung dimulai pada usia yang semakin muda. Pada usia 5-9

tahun terdapat 1,6%, usia 10-14 tahun, terdapat 18% remaja yang merokok, dari

usia diatas tidak hanya laki-laki saja bahkan perempuan dengan usia yang sama

sudah mulai merokok.


Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2019, Tembakau

membunuh lebih dari 7 juta orang setiap tahun. Lebih dari 6 juta kematian tersebut

adalah akibat dari penggunaan tembakau langsung. Sementara, sekitar 890.000

adalah akibat terpapar oleh asap rokok (perokok pasif). Sekitar 80% dari 1,1 miliar

perokok didunia, tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2019, prevalensi

merokok pada penduduk umur 10-18 tahun adalah 9,1% angka ini cenderung

meningkat dari tahun 2013. Selain itu, proporsi konsumsi tembakau (hisap dan

kunyah) pada penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas adalah pria 62,9% dan

wanita 4,8%.

Menurut WHO (2019) pada tahun 2019 di Indonesia diperkirakan 36% atau

sekitar 60 juta pendduduk Indonesia merokok secara rutin, hal ini berbeda dengan

jumlah konsumsi rokok di negara lain yang bisa diperkiran akan menurun, tetapi di

Indonesia bahkan sudah diperkirakan oleh WHO bahwa pada tahun 2025 akan

meningkat hingga 90% penduduk Indonesia menjadi perokok aktif. Jika konsumsi

rokok setiap tahunnya tidak bisa diminimalkan maka angka kematian akibat

merokok di Indonesia juga akan terus meningkat.

Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengendalikan produk

tembakau, salah satunya dengan mengeluarkan peraturan pemerintah (PP) No. 109

tahun 2012 tentang “Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa

Produk Tembakau Bagi Kesehatan” Namun pada kenyataannya jumlah perokok di

Indonesia masih tergolong tinggi. PP tersebut kini diperkuat dengan terbitnya

Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 tentang “Pencantuman


Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau

Berbentuk Gambar dan Tulisan”. Dengan adanya informasi kesehatan berupa

gambar tersebut, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan perokok tentang

bahaya yang ditimbulkan akibat dari merokok. Menurut (Chotidjah 2012), perilaku

merokok dapat dengan mudah berubah jika pengetahuan tentang rokok dan

dampaknya pada kesehatan meningkat. Pemahaman target sasaran terhadap

peringatan bahaya merokok yang terdapat pada kemasan rokok diharapkan dapat

mendukung upaya pencegahan akibat buruk bahaya rokok dan berkontribusi dalam

menurunkan angka prevalensi perokok.

Melihat dari fenomena yang terjadi di Indonesia masih banyak kalangan

yang juga harus sadar terhadap bahaya rokok bagi kesehatan tubuh¸ seperti halnya

di kalangan mahasiswa dengan keadaan yang kebanyakan tinggal jauh dari orang

tua serta memiliki uang jajan yang dapat dikatakan lebih dari sedekar cukup

mereka dengan mudahnya menghisap rokok setiap hari tanpa memikirkan

kesehatan tubuhnya. Rokok memang tidak berdampak secara langsung bagi

kesehatan tetapi dampak dari rokok akan terasa dalam waktu 10-20 tahun.

Meskipun demikian masih banyak orang-orang yang tentunya dikalangan

mahasiswa yang masih menyepelekan hal tersebut. Hal yang menjadi

permasalahan dimasa yang akan datang memang belum pasti diketahui tapi dengan

memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan tubuh meminimalkan angka

kematian akibat merokok.

Perilaku merokok akhir-akhir ini sudah mulai memprihatinkan, sampai saat

ini perilaku merokok merupakan gejala yang dapat kita lihat setiap hari di segala
tempat seperti di jalan, di tempat umun yang sudah di anggap hal yang lumrah.

Kondisi yang memprihatinkan adalah usia saat mulai merokok setiap tahun

semakin muda. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Ukwayi et al (2018)

di University of Calabar, Nigeria dengan menyebarkan kuisioner secara random

pada semua fakultas didapatkan sebanyak 29% mahasiswa adalah perokok yang

disebabkan oleh faktor stres. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Al

Naggar et al (2019) pada Management and Science University di negara Malaysia

sebanyak 20% mahasiswa merokok diakibatkan oleh stres dengan prevalensi

paling banyak pada mahasiswa laki-laki dan pada tingkat semester akhir.

Dikalangan mahasiswa ini mereka merupakan orang dengan pendidikan

yang cukup tinggi, tetapi sejauh mana pengetahuan mereka terhadap bahaya

merokok, sedangkan sudah ada beberapa iklan yang menayangkan korban akibat

dari rokok, tetapi masih banyak yang merokok. Berdasarkan hasil survei awal

terhadap mahasiswa Papua Semarang tentang perilaku merokok menunjukkan

bahwa, dari 12 orang responden terdapat 2 orang responden perokok pasif dan 10

responden merupakan perokok aktif. Berdasarkan survei awal juga diketahui

bahwa 70% mahasiswa mengetahui kandungan rokok dan efek dari rokok.

Responden mengatakan bahwa dilingkungan kampus bertemu dengan teman-

teman atau sedang jeda kuliah mereka merokok dilingkungan kampus. Mahasiswa

tersebut ada yang dari kalangan mahasiswa kesehatan dan non kesehatan.

Sebenarnya mereka sadar akan bahaya merokok tetapi perilaku merokok pada

mahasiswa sulit dihindari. Hal ini terjadi karena dikalangan mahasiswa tersebut

ada yang sudah ketergantungan dengan rokok dan berkumpul dengan teman-teman
dalam waktu satu tahun terakhir dengan teman yang sudah merokok sehingga bisa

terjadi jika mahasiswa yang sebelumnya tidak merokok menjadi ikut merokok.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian tentang penetahuan dan

perilaku merokok menjadi penting untuk dilakukan penelitian dengan judul

hubungan pengetahuan perilaku marokok pada mahasiswa papua semarang.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: adakah

hubungan antara pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok pada

mahasiswa Papua di Semarang?

C. Tujuan Penelitian tujuan secara umum penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara

pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok pada mahasiswa Papua

di Semarang

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan tentang rokok pada mahasiswa

Papua di Semarang

b. Untuk mendeskripsikan perilaku merokok pada mahasiswa Papua di

Semarang.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang rokok dengan

perilaku merokok pada mahasiswa Papua di Semarang.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi perawat

Meninkatkan keterampilan tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan dan mengembankan ilmu khususnya dalam keperawatan,sebagai

upaya promotif dalam pengelolahan dan pengedalian status kesehatan remaja

yang di akibatkan oleh adanya hubungan pengetahuan dengan perilaku

merokok

2. Bagi intitusi pendidkan

Menamba pengetahuan guru dan siswa tentan pentinya memahami hal-hal yang

mengebabkan penurunan prestasi belajar sala satunya kebiasaan merokok dan

dampak buruk yang lainya. Selain itu di harapkan dapat menjadi masukan

dalam bidang ke ilmuan bagi intitusi pendidikan yang akan mengembankan dan

mengimplikasikanya yang berhubungan pengetahuan dengan perilaku

merokok terhadap penurunan pretasi belajar.

3. Bagi masyarakat

Memberi informasi dan masukan bagi masyarakat,orang tua,guru serta remaja

mengenai hubungan pengetahuan perilaku merokok dengan prestasi belajar

dalam upaya meninkatkan kesehatan melalui tindakan promotif cecara mandiri


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan hasil

pengalaman seseorang tentang sesuatu. Dalam tindakan mengetahui selalu kita

temukan dua unsur utama yaitu subjek yang mengetahui (S) dan sesuatu yang

diketahui atau objek pengetahuan (O). Keduanya secara fenomenologis tidak

mungkin dipisahkan satu dari yang lain. Karena itu pengetahuan dapat

dikatakan sebagai hasil tahu manusia tentang sesuatu atau perbuatan manusia

untuk memahami objek yang ia hadapi (Kebung, 2011).

Pengetahuan adalah hasil kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja

melalui cara-cara dan dengan alat-alat tertentu. Pengetahuan ini bermacam-

macam jenis dan sifatnya, ada yang langsung dan ada yang tak langsung, ada

yang bersifat tidak tetap (berubah-ubah), subyektif, dan khusus, dan ada pula

yang bersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan ini

pengetahuan ini tergantung kepada sumbernya dan dengan cara dan alat apa

pengetahuan itu diperoleh, serta ada pengetahuan yang benar dan ada

pengetahuan yang salah. Tentu saja yang dikehendaki adalah pengetahuan yang

benar (Suhartono, 2017). Pengetahuan adalah fakta, kebenaran atau informasi

yang diperoleh melalui pengalaman atau pembelajaran disebut posteriori, atau

melalui introspeksi diebut priori. Pengetahuan adalah informasi yang diketahui

atau disadari oleh seseorang.


Pengetahuan merupakan landasan utama perilaku seseorang khususnya

dalam melakukan perilaku benrhubungan dengan kesehatan. Pengetahuan

memiliki peranan yang besar dalam mempengarui perilaku merokok

khususnya pada remaja.pengetahuan tentan merokok merupakan semjauh

mana seseorang mampu mengetahui dan memahami tentan merokok.

Pengetahuan baik tentan merokok terhadap kesehatan yang berbeda perilaku

merokoknya di banding mereka yang berpengetahuan kurang (notoatmojo,

2020).

Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang

(notoatmijo,2012b).sedankan menurut poewarminta (2003) dalam kamus

bahasa indonesia pngaru adalah hal yang mempengarui segala apa yang di

ketahui atau kepandain.

2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo, (2010) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan didalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

1) Tahu (know). Dimana mengingat kembali suatu materi yang telah

dipelajari atau objek yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan dalam

menjelaskan dan mampu mengintepretasikan objek atau materi yang telah

dialami dengan benar. Misalnya, orang yang memahami cara

pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar


menyebutkan 3 M (mengubur, menutup dan menguras), tetapi harus dapat

menjelaskan mengapa harus menutup, menguras dan sebagainya tempat-

tempat penampungan air bersih tersebut (Notoatmodjo, 2010).

3) Aplikasi (application), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan objek atau materi yang telah dipahami dalam situasi atau

kondisi nyata. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses

perencanaan, dia harus dapat membuta perencanaan program kesehatan

ditempat dia bekerja atau dimana saja. Orang yang telah paham

metodologi penelitian, dia akan mudah membuat proposal penelitian

dimana saja dan seterusnya (Notoatmodjo, 2010).

4) Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjabarkan suatu materi atau objek dalam beberapa komponen, tetapi

masih dalam satu kaitannya dengan orang lain. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah

apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas

objek tersebut. Misalkan dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty

dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram siklus hidup cacing kremi,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

5) Sintesis (synthesis), yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan dan

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk yang baru. Dengan

kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau


meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah

dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang

telah dibaca (Notoatmodjo, 2010).

6) Evaluasi (evaluation), dimana kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini dengan sendirinya

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau normanorma

yang berlaku dimasyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau

menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak (Notoatmodjo,

2010).

3. Metode-Metode Memperoleh Pengetahuan

Menurut Kebung (2011) metode-metode memperoleh pengetahuan

adalah:

1) Rasionalisme

Rasionalisme adalah aliran berpikir yang berpendapat bahwa pengetahuan

yang benar mengandalkan akal dan ini menjadi dasar pengetahuan ilmiah.

Mereka memandang rendah pengetahuan yang diperoleh melalui indera

bukan dalam arti menolak nilai pengalaman dan melihat pengalaman

sebagai perangsang bagi akal atau pikiran. Kebenaran dan kesesatan ada

dalam pikiran kita dan bukannya pada barang yang dapat dicerap oleh

indera kita (Kebung, 2011).

2) Empirisme

Bagi filsuf empiris, sumber pengetahuan satu-satunya adalah pengalaman

dan pengamatan inderawi. Data dan fakta yang ditangkap oleh panca
indera kita adalah sumber pengetahuan. Semua ide yang benar datang dari

fakta ini. Sebab itu semua pengetahuan manusia bersifat empiris (Kebung,

2011).

3) Kritisisme

Tiga macam pengetahuan, pertama, pengetahuan analitis, dimana predikat

sudah termuat dalam subyek atau predikat diketahui melalui dua analisis

subyek. Misalnya, lingkaran itu bulat. Kedua, pengetahuan sintesis a

posteriori, dalam mana predikat dihubungkan dengan subyek berdasarkan

pengalaman inderawi. Sebagai missal, hari ini sudah hujan, merupakan

suatu hasil pengamatan inderawi. Dengan kata lain setelah membuat

observasi saya mengatakan S=P, ketiga, pengetahuan sintesis a priori yang

menegaskan bahwa akal budi dan pengalaman inderawi dibutuhkan secara

serempak. Ilmu pasti juga ilmu alam bersifat sintesis a priori (Kebung,

2011).

4) Positivisme

Positivisme selalu berpangkal pada apa yang telah diketahui, yang faktual

dan positif. Semua yang diketahui secara postif adalah semua gejala atau

sesuatu yang tampak. Karena itu mereka menolak metafisika. Yang paling

penting adalah pengetahuan tentang kenyataan dan menyelidiki hubungan-

hubungan antar kenyataan untuk bisa memprediksi apa yang akan terjadi

di kemudian hari, dan bukannya mempelejarai hakikat atau makna dari

semua kenyataan itu.Tokoh utama positivism adalah August Comte. Ia


membagi perkembangan pemikiran manusia dalam tiga tahap, yaitu tahap

teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah (postif). (Kebung, 2011).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbangan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kerah cita-cita tertentu yang

menemukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiannya. Pendidikan diperlukan

untuk mendapat informasi misalnya halhal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Mantra dalam

Wawan dan Dewi (2010), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk sikap dalam pembangunan. Semakin tinggi

pendidikan maka semakin mudah menerima informasi. Menurut UU

Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional, pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu;

Pendidikan dasar; SD dan SMP, Pendidikan menengah;

SMA/SMK/MA, dan Pendidikan tinggi; Diploma, Sarjana, Magister

b) Pekerjaan

Menurut Thomas dalam Wawan dan Dewi (2010) pekerjaan adalah

keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan.

Pekerjaan bukannya sumber kesenangan, tetapi lebih banyak


merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan

banyak tantangan. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyait pengaruh

terhadap kehidupan.

c) Umur

Menurut Elisabeth dalam Wawan dan Dewi (2010) usia adalah umur

individu yang terhitung mulai dari saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Kepercayaan

masyarakat seseorang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum

tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Menurut Nursalam dalam Wawan dan Dewi (2010) lingkungan

merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang dan kelompok.

b) Faktor Budaya

Sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam penerimaan informasi.

c). Pengukuran pengetahuan

pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menyakan tentan isi materi yang akan di ukur subjek atau
responden.kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat kita sesuaikan dengan tinkat pengetahuan di dalam domain

kognitif (Notoatmojo, 2012). Pengetahuan yang dimiliki oleh

seseorang dapatt dibagi menjadi tiga bagian yaiyu :

jumlah nilai benar


x = x100%
jumlah item
Keterangan:
5. Tinkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 70-100%
6. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%
7. Tingkat pengetahuan kuran bila skor atau nilai 56≤%

B. Perilaku Merokok

1. Pengertian Perilaku Merokok

Menurut Martin dan Pear (2015) perilaku (behavior) adalah apa pun

yang dikatakan atau dilakukan seseorang. Secara teknis, perilaku adalah apa

pun aktivitas otot, kelenjar atau aktivitas di sebuah organisme. Perilaku atau

aktivitas-aktivitas tersebut dalam pengertian yang luas, yaitu perilaku yang

menampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak menampak (innert

behavior), demikian pula aktivitasaktivitas tersebut di samping aktivitas

motorik juga termasuk aktivitas emosional dan kognitif. Menurut Walgito,

(2012) perilaku merupakan fungsi atau bergantung pada lingkungan

(environment) dan organisme yang bersangkutan. Sedangkan menurut

Notoatmodjo, (2010) perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Dari aspek biologis perilaku adalah suatu

kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.


Oleh karena itu dari segi biologis, semua makhluk hidup mulai dari binatang

sampai dengan manusia mempunyai aktivitas masing-masing.

Menurut Wismanto dan Sarwo (2017) menyatakan merokok adalah

perilaku manusia yang sudah berusia ratusan tahun bahkan ribuan tahun.

Perilaku merokok adalah perilaku yang merugikan bukan hanya pada diri si

perokok sendiri namun juga merugikan orang lain yang ada di sekitarnya.

Menurut Santrock (2017) merokok (di mana obat aktifnya adalah nikotin)

adalah salah satu sumber utama timbulnya masalah kesehatan meskipun

sebetulnya dapat dicegah. Sedangkan menurut Dariyo (2018) merokok

merupakan sebuah kebiasaan (life style) yang sudah mendarah daging dan

sulit untuk dihentikan. Padahal merokok memiliki efek yang membahayakan,

seperti kanker (kanker mulut, kanker tenggorokan, kanker perut, kanker paru),

penyakit jantung dan gangguan pernafasan kronis. Beberapa penyakit tersebut

terserang karena adanya kandungan atau unsur zat dari rokok yaitu berupa

karbomonoksida, tar dan nikotin. Efek perilaku dari nikotin meliputi atensi

dan kesiagaan yang meningkat, penurunan rasa marah dan kecemasan, serta

hilangnya rasa sakit. Pada akhirnya, perilaku merokok menjadi sebuah

kebiasaan. Menghisap sebatang rokok dapat mendorong hilangnya otonomi

ketika seorang perokok merasa bahwa tidak merokok memerlukan usaha atau

menyebabkan ketidaknyamanan, selanjutnya seseorang mulai memberikan

label perokok pada dirinya dan merokok menjadi bagian dari konsep dirinya,

bahkan, merokok dapat menjadi ketergantungan secara fisiologis akibat

perilaku merokok karena adanya


Perilaku merokok seseorang secara keseluruhan dapat dilihat dari

jumlah rokok yang dihisapnya. Seberapa banyak seseorang merokok dapat

diketahui melalui intensi merokoknya. Intensi merokok dapat diartikan

sebagai besaran atau kekuatan untuk suatu tingkah laku. Berdasarkan hal

tersebut perilaku merokok seseorang dapat dikatakan tinggi maupun rendah

yang dapat diketahui dari intensi merokoknya yaitu banyaknya seseorang

dalam merokok (Kartono, 2013).

Perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa

membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat

terisap oleh orang-orang disekitarnya. menurut Aritonang (2014) merokok

adalah perilaku yang komplek, karena merupakan hasil interaksi dari aspek

kognitif, kondisi psikologis, dan keadaan fisiologis. Perilaku merokok dapat

juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku

merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan

fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari.

Perilaku merokok adalah suatu aktivitas atau tindakan menghisap

gulungan tembakau yang tergulung kertas yang telah dibakar dan

menghembuskannya keluar sehingga dapat menimbulkan asap yang dapat

terhisap oleh orang-orang disekitarnya serta dapat menimbulkan dampak

buruk baik bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya

(Nasution, 2017).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok kemudian


menghisapnya dan menghembuskannya keluar yang dapat menimbulkan asap

yang dapat terisap oleh orang lain dan merupakan pengalaman dan interaksi

dengan lingkungan yang berkaitan dengan rokok dan merokok

2. Aspek-Aspek Perilaku Merokok

Aspek-aspek perilaku merokok menurut Aritonang, (2014), yaitu:

1) Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari

Fungsi merokok dapat menggambarkan perasaan yang dialami oleh

perokok, seperti perasaan positif ataupun negatif selain itu merokok juga

berkaitan dengan masa mencari jati diri pada remaja. Perasaan positif

seperti mengalami perasaan yang tenang dan nyaman ketika

mengkonsumsi rokok.

2) Intensitas merokok

Presty (2017) mengklasifikasikan perokok berdasarkan banyaknya rokok

yang dihisap, yaitu : a) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang

rokok dalam sehari. b) Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok

dalam sehari. c) Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam

sehari.

3) Tempat merokok

Tipe perokok berdasarkan tempat ada dua, yaitu : 1) Merokok di tempat-

tempat umum atau ruang publik a) Kelompok homogen (sama-sama

perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya

perokok masih menghargai orang lain, karena itu perokok menempatkan

diri di smoking area. b) Kelompok yang heterogen (merokok ditengah


orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo dan orang

sakit. 2) Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi a) Kantor atau di

kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempattempat seperti ini sebagai

tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga

kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam. b) Toilet. Perokok

jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

4) Waktu merokok

Menurut Presty (2017) remaja yang merokok dipengaruhi oleh keadaan

yang dialaminya pada saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan

teman, cuaca yang dingin, setelah dimarahi orang tua.

Sulistyo (2014) menyatakan bahwa setiap individu dapat

menggambarkan setiap perilaku menurut tiga aspek berikut:

1) Frekuensi

Sering tidaknya perilaku muncul mungkin cara yang paling sederhana

untuk mencatat perilaku hanya dengan menghitung jumlah munculnya

perilaku tersebut. Frekuensi sangatlah bermanfaat untuk mengetahui sejauh

mana perilaku merokok seseorang muncul atau tidak. Dari frekuensi dapat

diketahui perilaku merokok seseorang yang sebenarnya sehingga

pengumpulan data frekuensi menjadi salah satu ukuran yang paling banyak

digunakan untuk mengetahui perilaku merokok seseorang.

2) Lamanya berlangsung

Waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan setiap tindakan

(seseorang menghisap rokok lama atu tidak). Jika suatu perilaku


mempunyai permulaan dan akhir tertentu, tetapi dalam jangka waktu yang

berbeda untuk masing-masing peristiwa, maka pengukuran lamanya

berlangsung lebih bermanfaat lagi. Aspek lamanya berlangsung ini

sangatlah berpengaruh bagi perilaku merokok seseorang, apakah seseorang

dalam menghisap rokoknya lama atau tidak.

3) Intensitas

Banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut. Aspek ini

digunakan untuk mengukur seberapa dalam dan seberapa banyak

seseorang menghisap rokok. Dimensi intensitas mungkin merupakan cara

yang paling sebjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang.

Berdasarkan penjabaran aspek-aspek perilaku merokok dari

beberapa pendapat ahli di atas, peneliti akan menggunakan aspek-aspek

perilaku merokok menurut Aritonang sebagai indikator untuk penyusunan

skala, yaitu meliputi; fungsi merokok, intensitas merokok, tempat

merokok dan waktu merokok, karena aspek-aspek tersebut lebih rinci

sehingga diharapkan dapat mengungkapkan data lebih dalam tentang

perilaku merokok.

3. Faktor-faktor Perilaku Merokok

Subanada (2014) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku

merokok:

1) Faktor Psikologis

Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan

kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin


tahu, stres, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakan hal-hal yang

dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu, individu dengan

gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk menghilangkan

kecemasan yang mereka alami.

2) Faktor Biologis

Faktor genetik dapat dapat mempengaruhi seseorang untuk mempunyai

ketergantungan terhadap rokok. faktor lain yang mungkin mengkontribusi

perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan adanya efek

bermanfaat dari nikotin. Proses biologinya yaitu nikotin diterima reseptor

asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke jalur imbalan dan jalur

adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat,

memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih

tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar.

Di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada

bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya

sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari

rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit

meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia

berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang.

3) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain

orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, reklame

tembakau, artis pada reklame tembakau di media. Orang tua memegang


peranan terpenting, selain itu juga reklame tembakau diperkirakan

mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua atau

teman sebaya, hal ini mungkin karena me mpengaruhi persepsi remaja

terhadap penampilan dan manfaat rokok

Menurut Ronald (2013), faktor-faktor perilaku merokok dapat dibagi

dalam beberapa golongan sekalipun sesungguhnya faktor-faktor itu saling

berkaitan satu sama lain:

1) Faktor Genetik

Beberapa studi menyebutkan faktor genetik sebagai penentu dalam

timbulnya perilaku merokok dan bahwa kecenderungan menderita kanker,

ekstraversi dan sosok tubuh piknis serta tendensi untuk merokok adalah

faktor yang diwarisi bersama-sama. Studi menggunakan pasangan kembar

membuktikan adanya pengaruh genetik, karena kembar identik, walaupun

dibesarkan terpisah, akan memiliki pola kebiasaan merokok yang samabila

dibandingkan dengan kembarnon-identik. Akan tetapi secara umum, faktor

turunan ini kurang berarti bila dibandingkan dengan faktor lingkungan

dalam menentukan perilaku merokok yang akan timbul.

2) Faktor Kepribadian (personality)

Banyak peneliti mencoba menetapkan tipe kepribadian perokok. Tetapi

studi statistik tak dapat memberi perbedaan yang cukup besar antara

pribadi orang yang merokok dan yang tidak. Oleh karena itu tes-tes

kepribadian kurang bermanfaat dalam memprediksi apakah seseorang

akan menjadi perokok. Individu agaknya bernafsu sekali untuk cepat


berhak seperti orang dewasa. Di perguruan tinggi individu biasanya

memiliki prestasi akademik kurang, tanpa minat belajar dan kurang patuh

pada otoritas. Banyak dari perilaku ini sesuai dengan sifat kepribadian

extrovert dan antisosial yang sudah terbukti berhubungan dengan

kebiasaan merokok.

3) Faktor Sosial

Beberapa penelitian telah mengungkap adanya pola yang konsisten dalam

beberapa faktor sosial penting. Faktor ini terutama menjadi dominan

dalam memengaruhi keputusan untuk memulai merokok dan hanya

menjadi faktor sekunder dalam memelihara kelanjutan kebiasaan

merokok. Kelas sosial, teladan dan izin orangtua, jenis sekolah, dan usia

meninggalkan sekolah semua menjadi faktor yang kuat, tetapi yang paling

berpengaruh adalah jumlah teman-teman yang merokok.

4) Faktor Kejiwaan (psikodinamik)

Dua teori yang paling masuk akal adalah bahwa merokok itu adalah suatu

kegiatan kompensasi dari kehilangan kenikmatan oral yang dini atau

adanya suatu rasa rendah diri yang tidak nyata. Freud yang juga

merupakan pecandu rokok berat, menyebut bahwa sebagian anak-anak

terdapat peningkatan pembangkit kenikmatan di daerah bibir yang bila

berkelanjutan dalam perkembangannya akan membuat seseorang mau

merokok. Ahli lainnya berpendapat bahwa merokok adalah semacam

pemuasan kebutuhan oral yang tidak dipenuhi semasa bayi. Kegiatan ini
biasanya dilakukan sebagai pengganti merokok pada individu yang sedang

mencoba berhenti merokok.

5) Faktor Sensorimotorik

Buat sebagian perokok, kegiatan merokok itu sendirilah yang membentuk

kebiasaan tersebut, bukan efek psikososial atau farmakologiknya. Sosok

sebungkus rokok, membukanya, mengambil dan memegang sebatang

rokok, menyalakannya, mengisap, mengeluarkan sambil mengamati asap

rokok, aroma, rasa dan juga bunyinya semua berperan dalam terciptanya

kebiasaan ini.

6) Faktor Farmakologis

Nikotin mencapai otak dalam waktu singkat, mungkin pada menit pertama

sejak dihisap. Cara kerja bahan ini sangat kompleks. Pada dosis 24 sama

dengan yang di dalam rokok, bahan ini dapat menimbulkan stimulasi dan

rangsangan di satu sisi tetapi juga relaksasi disisi lainnya. Efek ini

tergantung bukan saja pada dosis dan kondisi tubuh seseorang, tetapi juga

pada suasana hati (mood) dan situasi. Oleh karena itu bila kita sedang

marah atau takut, efeknya adalah menenangkan.Tetapi dalam keadaan

lelah atau bosan, bahan itu akan merangsang dan memacu semangat.

Dalam pengertian ini nikotin berfungsi untuk menjaga keseimbangan

mood dalam situasi stres.

8. Intrumrn mengukur perilaku

Teknik yang sederhana dalam melakukan pengukuran sikap adalah

dengan menempatkan benda atau orang ke dalam dua katagori pilihan,


misalnya suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju dan sebagainya.

Sementara itu teknik yang lebih kompleks adalah dengan

menempatkanbenda atau orang kedalam katagori yang pilihannya lebih

dari dua, biasanya pilihan tersebut merupakan pilihan dari kesukaan atau

ketidaksukaan, setuju atau tidak setuju, misalnya sangat setuju, setuju,

ragu-ragu, tidak setuju, sangtidak setuju, rendah, sedang, tinggi. Teknik

pengukuran sikapyang sering digunakan adalah dengan menggunakan

metode Likert (Likert Method of Summated Rating). Teknik ini dilakukan

dengan cara menepatkan pilihan terhadap objek sikap dengan ranting 1

sampai 5 atau 1 sampai 4, dengan katagori sangat setuju, setuju, kurang

setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran menggunakan “Skala Likert” yang memperlihatkan

item yang dinyatakan dalam beberapa respons alternatif (SL= Selalu, SR=

Sering, KK= Kadang-kadang, J= Jarang, TP= Tidak Pernah). Dengan

menggunakan kreteria bobot 1,2,3,4, dan 5, kemudian diolah dengan cara

mengkalikan setiap point jawaban dengan bobot yang sudah ditentukan.

Maka Hasil Perhitungan jawaban respon sebagai berikut:

1. Responden yang jawabannya Tidak pernah x 5

2. Responden yang jawabannya Jarang x 4

3. Responden yang jawabannya Kadang-kadang x 3

4. Responden yang jawabannya Sering x 2

5. Responden yang jawabanya sangat Selalu x 1


Total Skor = TP + J + KK + SR + SL
Skala pengukuran sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode pengenbangan Skala Likert adalah Skor-
T, yaitu :

XX
T  50 1
SD

Keterangan :

X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah

menjadi Skor-T x = Mean skor kelompok

sd = Deviasi standar kelompok

Untuk mencari s digunakan rumus (Azwar, 2003) :

2
  
 X  X 
SD   
n 1

Keterangan :

SD = Varian skor pernyataan

n = Jumlah responden

Skor T responden
Skor mean T =

Jumlah responden

Positif jika T hitung ≥ T mean atau ≥ 50%

Negatif jika T hitung < T mean atau < 50% (Azwar, 2003).
C. Hubungan Pengetahuan tentang Merokok dengan Perilaku Merokok

Hasil penlitian Pakaya (2013) tentang hubungan pengetahuan tentang

bahaya merokok dengan perilaku merokok pada siswa SMP Negeri 1 Bulawa

yang menunjukkan hasil ada hubungan yang signifikan antara pengetauan

tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok dengan p value = 0,03. Begitu

juga hasil penelitian Purba (2009) tentang hubungan karakteristik, pengetahuan,

dan sikap remaja laki – laki terhadap kebiasaan merokok di SMU Parulian 1

Medan tahun 2009 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan

kebiasaan merokok dengan p value 0,234. Pengetahuan adalah segala sesuatu

yang diketahui atau kepandaian. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Ini

terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan / kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(Azwar, 2007).

Pengetahuan adalah keseluruhan fakta kebenaran azas dan ketenangan

yang diperoleh manusia. Pengetahuan menunjukkan pada hal-hal yang diketahui

(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Nursalam,

2001). Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah

konsep dari Lawrence Green (1980) (dalam Notoadmodjo, 2007). Menurut

Green, salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor-faktor

predisposisi (predisposing factors). Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan


sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Menurut

pendapat peneliti perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Bila pengetahuan mereka

sudah baik tentang merokok maka perilaku merokok akan berkurang. Persamaan

hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang menunukkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok disebabkan karena

sampel yang digunakan adalah remaja dimana pengetahuan remaja masih kurang

dan masih dipengaruhi oleh lingkungan atau teman sebaya. Selain itu, tingginya

kebiasaan merokok pada siswa SMA PGRI 2 Palembang disebabkan karena

pengaruh dari pergaulan atau teman sebaya. Dimana merokok sudah menjadi tren

dalam pergaulan di lingkungan remaja saat ini. Selain itu, hal ini juga dapat

disebabkan karena kurangnya pengawasan dari keluarga maupun lingkungan

masyarakat.

Fatimah, Maryana, Sugeng (2018) melakukan penelitian dengan judul

“Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Bahayaperokok Pasif Di

Dusun Jaranan Panggungharjo Sewon Bantul Tahun 2015”. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan desain survei. Sampel penelitian ini

diambil menggunakan Teknik proportional random sampling. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua anggota keluarga di Dusun Jaranan Panggungharjo

Sewon Bantul yang merupakan perokok pasif dengan usia produktif (15-64

tahun) yaitu sebanyak 86 orang. Jumlah sampel sebanyak 71 responden.


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Dusun Jaranan dengan

jumlah responden 71 orang, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa

gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang bahaya perokok pasif di Dusun

Jaranan Panggungharjo Sewon Bantul Tahun 2015 dalam kategori baik (71,8%).

Wulandari, Mendri, Suryani (2017) melakukan penelitian dengan judul

“Gambaran Pengetahuan Tentang Merokok Pada Orang Tua Yang Memiliki

Anak Perokok Usia 10-15 Tahun Di Dusun Modinan Banyuraden Gamping

Sleman”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan

orang tua tentang rokok pada orang tua yang memiliki anak perokok usia 10-15

tahun di Dusun Modinan. Penelitian ini merupakan penelitian dekskriptif dengan

menggunakan metode survey. Sampel berjumlah 38 responden dengan

menggunakan teknik Purposive Sampling. Alat ukur menggunakan kuesioner.

Tingkat pengetahuan orang tua tentang rokok pada orang tua yang memiliki anak

perokok usia 10-15 tahun pada 38 responden penelitian menunjukkan bahwa

tingkat pengetahuan dalam kategori baik. Didapatkan 60,5% orang tua pada usia

36-45 tahun, 63,2% orang tua memiliki pendididkan SMA, sebesar 52,6% orang

tua bekerja sebagai IRT, dan 55,4% orang tua tidak berpenghasilan. Pengetahuan

tentang rokok pada orang tua yang memiliki anak perokok usia 10-15 tahun di

Dusun Modinan mayoritas dalam kategori pengetahuan baik.

Purnawinadi dan Kumayas (2019) melakukan peelitian dengan judul

“Pengetahuan Dan Sikap Sebagai Predisposisi Perilaku Merokok Pada

Komunitas Vaper”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pengguna rokok elektrik di


Kecamatan Airmadidi. Desain penelitian yang digunakan adalah survei analitik

dengan pendekatan cross-sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah

Accidental sampling dengan jumlah sampel 63 responden yang menggunakan

rokok elektrik. Proses pengumpulan data menggunakan kuesioner, dan diuji

statistik menggunakan rumus Spearman correlation dengan signifikan 95% (α

<0,05%). Hasil penelitian untuk hubungan pengetahuan dan perilaku pengguna

rokok elektrik menunjukkan nilai p=0,164 > 0,05 yang artinya tidak ada

hubungan antara pengetahuan dan perilaku pengguna rokok elektrik di

Kecamatan Airmadidi, sedangkan untuk hubungan sikap dengan perilaku

pengguna rokok elektrik menunjukkan nilai p=0,00 < 0,05 dengan nilai koefisien

korelasi (r) 0,724 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap dan

perilaku pengguna rokok elektrik di Kecamatan Airmadidi. Rekomendasi untuk

perokok elektrik diharapkan untuk mengubah sikap dan perilaku secara bertahap

agar terhindar dari bahaya rokok elektrik.

Ardiyanti dkk, (2020) melakukan penelitian dengan judul “Gambaran

Pengetahuan Perilaku Merokok di Masa Pandemi COVID-19 pada Kalangan

Remaja Laki-laki di Wilayah Jabodetabek Tahun 2020”. Penelitian ini

merupakan jenis penelitian deskriptif, titik populasi pada penelitian ini adalah

remaja laki-laki berusia 15-24 tahun yang tinggal di Jabodetabek dengan

menggunakan teknik accidental sampling. Terdapat hasil sebanyak 90,2%

responden dalam penelitian ini merokok pada usia 11-19 Tahun dan termasuk

dalam kategori ringan. Disarankan kepada para remaja untuk mengelola stress

dengan baik guna terbangunnya motivasi untuk berhenti merokok.


Sekeronej, Saija, dan Kailola (2020) melakukan penelitian dengan judul

“Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tentang Perilaku Merokok Pada Remaja Di

Smk Negeri 3 Ambon Tahun 2019”. Penelitian ini untuk mengetahui tingkat

pengetahuan, sikap dan perilaku merokok pada remaja di SMK Negeri 3 Ambon.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan

Cross sectional yang dilakukan pada SMK Negeri 3 Ambon, dengan jumlah

sampel dalam penelitian sebanyak 160 pelajar yang diperoleh dengan teknik

Stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 145 pelajar

dengan tingkat pengetahuan baik (90,6%), sebanyak 172 pelajar sudah memiliki

sikap yang baik (79,4%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

pelajar SMK Negeri 3 Ambon memiliki pengetahuan baik, sikap baik, dan

perilaku baik terhadap merokok. Jadi untuk SMK Negeri 3 Ambon

memberdayakan guru-guru mata pelajaran maupun bekerja sama dengan pihak

pelayanan kesehatan dan instansi terkait, dalam hal mencakup penyuluhan

merokok, mengingat tidak semua pelajar memiliki pengetahuan merokok yang

baik.

Ransun, Rompas, dan Kallo (2015) melakukan penelitian dengan judul

“Gambaran Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di Smk Negeri

1 Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara”. Tujuan mengetahui hubungan

pengetahuan dengan perilaku merokok pada remaja di SMK N 1 Touluaan

Kabupaten Minahasa Tenggara. Desain penelitian ini menggunakan metode

analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti di SMK N 1 Touluaan


Kabupaten Minahasa Tenggara. Sampel adalah total popilasi 40 orang dari dua

kelas, yaitu kelas X dankelas XI. Data diolah secara univariat dan bivariate

dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program for Social Science)

melalui perhitungan Chi Square. Hasil menunjukan ada pengaruh antara

pengetahuan dengan perilaku merokok pada remaja di SMK N 1 Touluaan

kabupaten Minahasa Tenggara . Kesimpulan adalah ada pengaruh antara

pengetahuan dengan perilaku merokok pada remaja di SMK N 1 Touluaan

Kabupaten Minahasa Tenggara. Saran bagi remaja agar lebih memahami tentang

resiko dan bahaya merokok.

Perlunya mengungkan penelitian-penelitian terdahulu di atas guna

memperoleh gambaran seputar variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini.

Selain itu penelitian di atas dapat membatasi kesamaan judul serta obyek yang

akan diteliti sehingga penelitian yang akan dilakukan tidak mengindikasikan

kesamaan judul penelitian secara menyeluruh. Dari beberapa penelitian terdahulu

yang diuraikan di atas, penelitian yang akan dilakukan lebih bercondong pada

penelitian yang dilakukan Wulandari, Mendri, Suryani (2017), Ransun, Rompas,

dan Kallo (2015) serta Sekeronej, Saija, dan Kailola (2020). Dari beberapa

penelitian yang telah diuraikan terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian

yang akan dilakukan, diantaranya penelitian ini mencakup variabel gambaran

pengetahuan dan perilaku merokok. Dari segi metode, penelitian ini

menggunakan deskriptif survey dan explanatory survey dengan metode analisis

korelasi product moment pearson.


d. Kerankah teori

Faktor Intelnal:

-pendidikan

-pekerjaan

Faktor yang mem -umur

Pengarui merokok perilaku merokok

faktor external:

-faktor linkungan

-faktor budaya
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang

dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Biasanya

kerangka penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan

hubungan antar variabel dalam proses analisisnya (Fitrah & Luthfiyah, 2018).

Variabel independent pada penelitian ini adalah pengetahuan tentang rokok, dan

variabel dependent adalah perilaku merokok.

Variabel independent Variabel dependent

Pengetahuan Tentang Rokok Perilaku Merokok

Gambar 3.1 Kerangka konsep

B. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah Hipotesis adalah pernyataan sementara

terhadap masalah yang bersifat praduga yang harus diuji kebenarnya antar variabel

(Fitrah & Luthfiyah, 2018). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok

pada mahasiswa Papua di Semarang

Ho : Tidak ada hubungan antara hubungan antara pengetahuan tentang rokok

dengan perilaku merokok pada mahasiswa Papua di Semarang


C. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Jenis penelitian

ini adalah Penelitian kuatitatif dengan desain korelasional dan pendekatan cross

sectional. Penelitian ini mengunakan koesioner. Rancangan ini di gunakan untuk

mengidensifikasikan hubungan antara 2 valiabel yaitu pengetahuan tentang rokok

sebagai variaber bebas dan dengan perilaku merokok sebagai variabel

terikat. .pendekatan yang digunakan adalah cross sertional, dimana pengumpulan

data dilakukan sebanyak satu kali dalam waktu bersamaan/ sekaligus..

P
E Studi Penelitian-penelitain
R pendahuluan Sebelumnya
E
N
C
A Rumusan Masalah dan Kerangka Hipotesis
N Tujuan Penelitian Berpikir penelitian
A
A
N
Uji Coba Penelitian Prosedur Penelitian Populasi &
P
Sampling
E
L
A Operasionalisasi Pengumpulan data
K VariabelPenelitian
A
Coding,Editing &
S
Processing Data
Tidak

N
A
A Valid dan
reliabel
Ya Analisis Data
N

Kesimpulan

Suber : Nazir (2015)


Gambar 3.2 Desain Penelitian
D. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Asrama Mahasiswa Papua di Semarang

yang tergabung dalam organisasi Ikatan Pemuda dan mahasiswa Papua di

Semarang (IPMAPAS).

E. Populasi Penelitian dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal-hal

lain yang ingin diteliti. Populasi merupakan keseluruhan obyek

(satuan-satuan/individu-individu) yang karakteristiknya hendak teliti. Populasi

adalah kumpulan lengkap dari semua elemen (skor, orang, ukuran, dan lain-

lain) yang dipelajari (Sekaran, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Ikatan Pemuda dan

mahasiswa Papua di Semarang (IPMAPAS), yang berjumlah 200 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi(Nursalam et al.,

2011). Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah sampel yang diambil

dari populasi, yang karakteristiknya diteliti, yaitu mahasiswa yang tergabung

dalam Himpunan Mahasiswa Papua Semarang. jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 127 orang mahasiswa. Jumlah tersebut dianggap sudah

memenuhi aturan umum (rule of thumb) yang dikemukan Sekaran (2013).


F. Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional


Skala
No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
Variabel
Independen
1 Pengetahuan Kemampuan Dengan 1. Pengetahuan Ordinal
tentang mahasiswa Papua menggunakan baik: jika
rokok dalam menjawab kuesioner skor = 5
2. Pengetahuan
pertanyaan tentang
Cukup; jika
tentang pengetahuan skor
kandungan zat tentang rokok 3. Pengetahuan
kimia pada rokok, sejumlah 5 kurang: jika
dampak rokok pernyataan skor < 5
bagi tubuh
Variabel
Dependen
2 Perilaku Kebiasaan Kuesioner Hasil ukur Ordinal
Merokok merokok pada yang terdiri dikategorikan
mahasiswa Papua dari 10 butir menjadi:
meliputi jumlah pertanyaan, 1. Perilaku
konsumsi rokok, dengan pilihan merokok
lamanya menjadi jawaban: tinggi; bila
Skor
perokok aktif, 0: tidak
2. Perilaku
mampu merokok
1: dengan sedang; bila
bantuan skor
2: mandiri 3. Perilaku
Nilai merokok
tertinggi 20 rendah; bila
skor
terendah 0

G. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data

1. Intrumen Penelitian
Alat dalam pengupulan data peneitian ini di gunakan kuesioner.

Kuesioner adalah teknik penumpulan data yang di lakukan dengan cara

memberi seperankat pertangahan atau pertanyaan tertulis kepada responden

untuk jawab (suiono 2012). kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan kusioner tertutup. Responden hanya minta memilih atau menjawap

pertanyaan yang sudah ada. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari

pengetahuan tentang rokok dan perilaku merokok.

Tabel 3. 2. Kisi-kisi Kuesioner pada Penelitian

Variabel Indikator Jumlah


Pengetahuan 1. Kandungan rokok 10
tentang Rokok 2. Bahaya rokok bagi kesehatan 10
Perilaku 1. Status merokok 1
Merokok 2. Lama merokok 1
3. Jumlah konsumsi rokok 2
4. Jenis rokok 1

2. Uji Validitas dan reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menguji ketepatan suatu intrumen

sebagai sebuah alat ukur penelitian. Uji validitas instrumen kuesioner

telah dilakukan validitas oleh Della Pietra et al. (2011) dengan nilai

0,88.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan sejauh mana hasil pengukuran

menggunakan instrumen tersebut tetap konsisten meskipun dilakukan


dua atau lebih pengukuran. Pengujian reabilitas menggunakan teknik

cronbach alpha. Semua instrumen dinyatakan reliabel jika nilai

koefisien reabilitas hitung lebih besar dari nilai r tabel (0,6). Nilai

reliabilitas kuesioner indekx Barthel sebesar 0,85.

3. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini di kumpulkan kemudian diolah

melaui beberapa tahap yaitu:

a. Editing (memeriksa)

Memeriksa kembali apakah isian dalam lembar pengumpulan data sudah

lengkap, keterbacaan tulisan, relevansi jawaban. Editing dilakukan di

tempat pengumpulan data. Hasil penelitian setelah diteliti, semuanya

lengkap dan jawaban responden terdapat kesinambungan.

b. Scoring (pemberian skor)

Peneliti memberikan skor pada jawaban yang telah diberikan sesuai dengan

pedoman.

a. Variabel Pengetahuan rokok:

Jawaban ya diberikan skor 1, dan jawaban tidak diberikan skor 0.

b. Variabel perilaku merokok:

Jawaban ya diberikan skor 1, dan jawaban tidak diberikan skor 0.

c. Coding (pengkodean)

Memberikan tanda pada masing-masing data dengan kode yaitu:

a. Pengetahuan tentang rokok


1) Pengetahuan baik diberikan kode 3.

2) Pengetahuan sedang diberikan skor 2.

3) Pengetahuan rendah diberikan kode 1.

b. Perilaki merokok

1) Perilaku merokok tinggi diberikan kode 3.

2) Perilaku merokok sedang diberikan skor 2

3) Perilaku merokok rendah diberikan kode 1.

d. Skor Entry data (memasukkan data)

Memasukkan data dari hasil penelitian kedalam sebuah tabel berdasarkan

kriteria yang sudah ada. Data yang sudah diperoleh dimasukkan ke dalam

lembar kerja komputerkemudian dilakukan pengolahan data.

e. Cleaning (pembersihan data)

Cleaning merupakan kegiatan pengecekkan kembali data yang sudah

dimasukan, untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan dalam

pemberian kode. Pembersihan data melihat variabel data sudah benar atau

belum.

H. Analisis Data

Analisa data pada penelitian ini adalah:

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dalam

penelitian. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah

Pengetahuan tentang rokok dan perilaku merokok pada Mahasiswa papua


di Semarang. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi karena data berskala ordinal.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Donsu, 2016; Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan

antara pengetahuan tentang rokok dengan perilaku mahasiswa Papua di

Semarang. Teknik analisis yang digunakan adalah Rank Spearman karena

data berskala ordinal (Sugiyono, 2013).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis korelasi ganda (multiple corelation) atau hubungan antara dua atau

lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen. Analisis

korelasi menurut Sugiyono (2018) dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

n ∑ y i xi −( ∑ x i )( ∑ y i )
r xy =
√ {n ∑ x −( ∑ x ) }{ n ∑ y −( ∑ y ) }
2
i 1
2 2
i i
2

Di mana : r = Jumlah Koefisien korelasi

n = Banyaknya observasi

X = Variabel Independen

Y = Variabel Dependen

Prinsip umum dalam menginterprestasikan koefisien korelasi,

menggunakan klasifikasi Guillford dalam Azwar, (2013) sebagai berikut:


Tabel 3.1
Kriteria Koefisien Korelasi
Interval Koefisien korelasi
Tafsira
Koefisiesn
+ dan - Korelasi Sangat
0,00-0,19
Rendah
0,20-0,39 + dan - Korelasi Rendah
0,40-0,59 + dan - Korelasi Sedang
0,60-0,79 + dan - Korelasi Tinggi
0,80-0,99 + dan - Korelasi Sangat Tinggi
1,00 + dan - Korelasi Sempurna
Sumber: Azwar, 2013

Dari analisis akan diperolah apakah r positif ataukan negatif. Jika

korelasi r positif (r > 0) berarti terdapat hubungan yang positif atau searah.

Artinya jika terjadi kenaikan pada variabel X maka akan diikuti kenaikan pada

variabel Y, atau jika terjadi penurunan pada variabel X akan diikuti penurunan

pada variabel Y. Koefisien korelasi (r) negatif (r < 0) berarti apabila terjadi

kenaikan pada variabel X maka akan diikuti oleh penurunan variabel Y, atau

jika terjadi penurunan pada variabel X akan diikuti kenaikan pada variabel Y.

I. Jadwal Penelitian

Terlampir
DAFTAR PUSTAKA

E. Pp, “PENGARUH MEROKOK PADA PEROKOK AKTIF DAN PEROKOK


PASIF TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA,” vol. 148, pp. 148–162,
2018, doi: 10.31219/osf.io/wp4tf.
N. Rahmah, “Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan dan Pembentukan Karakter
Manusia,” Pros. Semin. Nas., vol. 01, no. 1, p. 78, 2015.

A.Wawan dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan.
Perilaku Manusi.Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ardiyanti, Putri Dwi., Septia Harzani, Syifa Aulia Rahmah, Zalfa Maharani Putri,
Zalma Nur Khadijah Putri, Mustakim. 2020. Gambaran Pengetahuan
Perilaku Merokok di Masa Pandemi COVID-19 pada Kalangan Remaja
Laki-laki di Wilayah Jabodetabek Tahun 2020. Jurnal Ilmu Kesehatan
Indonesia (JIKSI), E-ISSN: 2745-8555, Vol. 1, No. 2, Agustus 2020.

Aritonang, M.R. 2014. Fenomena wanita merokok. Jurnal psikologi Universitas


Gadjah Mada. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Azwar, S. 2013. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 

Chotidjah, S. 2012. Pengetahuan Tentang Rokok, Pusat Kendali Kesehatan Eksternal


Dan Perilaku Merokok. Jurnal Makara, Vol. 16, No. 1. Jurusan Psikologi
Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung. Hal 49-56.

Cooper, Donald R. dan Schindler, Pamela S., 2010, Business Research Methods.
Singapore: McGraw-Hill International Edition.

Dariyo, Agoes. 2018. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakara : PT Grasindo


Anggota ikapi.

Dian Petricia Sekeronej, Alessandra F. Saija , Nathalie E. Kailola. 2020. Tingkat


Pengetahuan Dan Sikap Tentang Perilaku Merokok Pada Remaja Di Smk
Negeri 3 Ambon Tahun 2019. PAMERI Patimura Medical Review, ISSN
2686-5165 (online), Volume 2, Nomor 1, April 2020.

Fatimah, Eka Yuliana., Maryana, Sugeng. 2018. Gambaran Tingkat Pengetahuan


Keluarga Tentang Bahaya Perokok Pasif Di Dusun Jaranan
Panggungharjo Sewon Bantul Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, Volume 14 No 2 Juni 2018.
Ghozali, Imam, 2012, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.

Hutapea, Ronald., 2013. Why Rokok? Tembakau dan Peradaban Manusia. Jakarta:
Bee Media Indonesia.

I Gede Purnawinadi, Joshua Edward Gerson Kumayas. 2019. Pengetahuan Dan Sikap
Sebagai Predisposisi Perilaku Merokok Pada Komunitas Vaper. Nutrix
Journal, volume 3, no. 2, oktober 2019.

Kartono. 2013. Patologi Sosial 2. Kenakalan Remaja. Jakarta: CV. Rajawali Expres.

Kebung, Konrad. 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Pustaka Prestasi.

M. Nazir. 2015. Metodologi penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Martin, G & Pear, J. 2015. Behavior Modification : what it is and how do it. New
Jersey, USA : Pearson Education, Inc

Meiny Ransun, Sefti Rompas, Vandri Kallo. 2015. Gambaran Pengetahuan Dengan
Perilaku Merokok Pada Remaja Di Smk Negeri 1 Touluaan Kabupaten
Minahasa Tenggara. e-journal Keperawatan (e-Kp) Vvolume 3 Nomor 3,
November 2015.

Nasution. 2017. Perilaku Merokok pada Remaja. Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara : Medan.

Nawawi, Hadari dan Martini. 2011. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Gadah Mada University Press.

Notoatmojo, S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Reneka cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 tentang “Pencantuman Peringatan


Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau
Berbentuk Gambar dan Tulisan”.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 109 tahun 2012 tentang “Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan”

Pratiwi, A. 2018. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Perilaku Merokok pada
Remaja di Kelurahan Juwiring. Jurnal Kesehatan, Vol 4, No, 2, 2018

Santrock, John W. 2017. Remaja. Jakarta: Erlangga.


Sekaran, U. 2013. Research Methods for Business : A Skill Building Approach 2nd
Edition, John Wiley and Son. New York.

Subanada, Ida Bagus. 2014. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya.


Jakarta: Sagung Seto

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suhartono, Suparlan. 2017. Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi. Dan


Hakikat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-ruzz media.

Sulistyo, K,T. 2014. Hubungan antara stress dengan perilaku merokok pada
mahsiswi. Skripsi. Semarang:Fakultas Psikologi Universitas
Soegijapranata.

Walgito, Bimo. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Wismanto, Y. B., & Sarwo, Y. B. 2017. Strategi Penghentian Perilaku Merokok.


Semarang: Unika Soegijapranata.

Wulandari, Nurmala., Ni Ketut Mendri, Eko Suryani. 2017. Gambaran Pengetahuan


Tentang Merokok Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak Perokok Usia
10-15 Tahun Di Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman. Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes, , Volume 8 No 11, 2017.

Anda mungkin juga menyukai