SKRIPSSI
Oleh:
YUNUS EDOWAI
1707029
HALAMAN DEPAN........................................................................ i
PERNYATAAN ORISINILITAS................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................... 8
A. Tinjuan Teoretis.................................................................... 8
B. Kerangka Teoretis................................................................. 12
1. Gambaran Pengetahuan..................................................... 12
a. Pengertian Pengetahuan................................................ 12
b. Tingkat Pengetahuan..................................................... 13
c. Metode-Metode Memperoleh Pengetahuan.................. 15
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan......... 17
2. Perilaku Merokok.............................................................. 19
a. Pengertian Perilaku Merokok.................................... 19
b. Aspek-Aspek Perilaku Merokok............................... 22
c. Faktor-faktor Perilaku Merokok................................ 25
C. Kerangka Konsep/Kerangka Berpikir................................... 29
D. Hipotesis................................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN.................................................. 30
A. Desain Penelitian................................................................... 30
B. Lokasi Penelitian................................................................... 32
C. Subjek Penelitian................................................................... 32
1. Populasi Penelitian............................................................ 32
2. Sampel Penelitian.............................................................. 32
D. Definisi Operasional............................................................. 34
E. Variabel Penelitian................................................................ 36
F. Pengumpulan Data................................................................. 36
G. Analisis Data......................................................................... 37
1. Analisis Deskriptif............................................................. 37
2. Pengujian Instrumen Penelitian......................................... 38
3. Analisis Korelasi............................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
banyak orang yang mengetahui dampak buruk akibat merokok, tetapi jumlah
perokok tidak menurun bahkan terus meningkat Saat ini kelompok umur perokok
bervariatif dan bukan menjadi dominasi kaum pria saja. Fakta yang teradi saat ini
kecenderungan usia mulai merokok yang semakin muda. (Pratiwi, 2018). Merokok
sudah menjadi salah satu kebiasaan lazim yang sering kita temui dalam kehidupan
sehari-hari, tidak terkecuali kaya ataupun miskin, pria ataupun wanita, orang tua,
bahkan remaja pun sudah banyak yang mulai mencoba rokok. Rokok seakan sudah
menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada disekitarnya
(perokok pasif). Setiap orang telah mengetahui bahwa merokok adalah berbahaya
bagi kesehatan, namun pada kenyataanya perilaku merokok masih sangat sulit
untuk dikendalikan. Merokok juga dapat menjadi awal bagi seseorang untuk
mencoba berbagai zat adiktif yang lainnya, karena bagi seorang perokok lebih
mudah untuk mencoba zat-zat adiktif yang lain tersebut daripada bukan seorang
perokok (Wismanto, 2017). Telah banyak artikel dalam media cetak dan
rokok. Berbagai kebijakan dan aturan yang memuat sanksi bagi para perokok
membahayakan tubuh.
bahwa dalam setiap kumpulan asa prokok terkandung kurang lebih 4000 racun
tumbuhnya kanker). Beberapa zat yang berbahaya tersebut di antaranya tar, karbon
monoksida (CO) dan nikotin (Abadi, 2015). Melalui zat yang dihisap dalam rokok,
hampi rsekitar 90% kanker paru-paru tidak dapat diselamatkan (Basyir, 2015).
Selain itu rokok dapat menyebabkan kanker mulut, bibir, kerongkongan, penyakit
berbalut daun nipah atau kertas yang dibakar kemudian asapnya dimasukan ke
disekitar lingkungan rumah kita sendiri. Merokok dapat membuat dampak yang
tidak baik bagi kesehatan bukan hanya untuk perokok itu sendiri namun bagi orang
satu batang rokok terkait bukan dengan kontrol serapan nikotin tetapi juga
napas akut terhadap komponen iritasi asap rokok. Diharapkan memiliki implikasi
baik untuk desain rokok dan rekomendasi yang diberikan pada perokok oleh
badan kesehatan wajib undang-undang. Memiliki implikasi yang luas untuk teori
Tembakau dapat dibuat rokok, dikunyah dan dihirup. Nikotin dan asap rokok
mengunyah. Pada daun yang masih asli, nikotin terikat pada asam organik dan
alkaloid yang bersifat perangsang (stimulant). Alkaloid yang terdapat dalam daun
adalah senyawa yang paling banyak ditemukan dalam rokok sehingga semua
bahwa rokok telah membunuh lebih dari 7 juta orang setiap tahun. Lebih dari 6
Sementara, sekitar 890.000 adalah akibat terpapar oleh asap rokok (perokok pasif).
Sekitar 80% dari 1,1 miliar perokok didunia, tinggal di negara berpenghasilan
dalam segala usia mulai dari anak-anak hingga dewasa dan tidak menutup
pun menjadi tertarik untuk mencobanya. Perlahan seperti air, mereka selalu
dari 5 juta orang pertahun dan diprediksi akan membunuh 10 juta orang sampai
tahun 2020, dari jumlah itu 70% korban berasal dari negara berkembang
didominasi oleh kaum laki-laki sebesar 700 juta terutama di Asia. WHO
memperkirakan 1,1 miliar orang merokok didunia berumur 15 tahun ke atas yaitu
sepertiga dari total penduduk dunia. Indonesia menduduki peringkat ke-3 dalam
terpapar asap rokok, artinya adalah 8 perokok meninggal karena perokok aktif,
satu perokok pasif meninggal karena terpapar asap rokok orang lain. Dari masalah
diatas maka ± 25.000 kematian di Indonesia dikarenakan asap rokok orang lain.
Pada tahun 2010 diketahui bahwa prevalensi perokok di Indonesia sebesar 34,2%
dan semakin meningkat pada tahun 2013 menjadi 36,3%. Untuk konsumsi rokok
pada setiap harinya per orang di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 12,3 batang
per hari (setara satu bungkus). Indonesia mengalami peningkatan terbesar perilaku
merokok yang cenderung dimulai pada usia yang semakin muda. Pada usia 5-9
tahun terdapat 1,6%, usia 10-14 tahun, terdapat 18% remaja yang merokok, dari
usia diatas tidak hanya laki-laki saja bahkan perempuan dengan usia yang sama
membunuh lebih dari 7 juta orang setiap tahun. Lebih dari 6 juta kematian tersebut
adalah akibat terpapar oleh asap rokok (perokok pasif). Sekitar 80% dari 1,1 miliar
merokok pada penduduk umur 10-18 tahun adalah 9,1% angka ini cenderung
meningkat dari tahun 2013. Selain itu, proporsi konsumsi tembakau (hisap dan
kunyah) pada penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas adalah pria 62,9% dan
wanita 4,8%.
Menurut WHO (2019) pada tahun 2019 di Indonesia diperkirakan 36% atau
sekitar 60 juta pendduduk Indonesia merokok secara rutin, hal ini berbeda dengan
jumlah konsumsi rokok di negara lain yang bisa diperkiran akan menurun, tetapi di
Indonesia bahkan sudah diperkirakan oleh WHO bahwa pada tahun 2025 akan
meningkat hingga 90% penduduk Indonesia menjadi perokok aktif. Jika konsumsi
rokok setiap tahunnya tidak bisa diminimalkan maka angka kematian akibat
tembakau, salah satunya dengan mengeluarkan peraturan pemerintah (PP) No. 109
tahun 2012 tentang “Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa
bahaya yang ditimbulkan akibat dari merokok. Menurut (Chotidjah 2012), perilaku
merokok dapat dengan mudah berubah jika pengetahuan tentang rokok dan
peringatan bahaya merokok yang terdapat pada kemasan rokok diharapkan dapat
mendukung upaya pencegahan akibat buruk bahaya rokok dan berkontribusi dalam
yang juga harus sadar terhadap bahaya rokok bagi kesehatan tubuh¸ seperti halnya
di kalangan mahasiswa dengan keadaan yang kebanyakan tinggal jauh dari orang
tua serta memiliki uang jajan yang dapat dikatakan lebih dari sedekar cukup
kesehatan tetapi dampak dari rokok akan terasa dalam waktu 10-20 tahun.
permasalahan dimasa yang akan datang memang belum pasti diketahui tapi dengan
ini perilaku merokok merupakan gejala yang dapat kita lihat setiap hari di segala
tempat seperti di jalan, di tempat umun yang sudah di anggap hal yang lumrah.
Kondisi yang memprihatinkan adalah usia saat mulai merokok setiap tahun
pada semua fakultas didapatkan sebanyak 29% mahasiswa adalah perokok yang
disebabkan oleh faktor stres. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Al
paling banyak pada mahasiswa laki-laki dan pada tingkat semester akhir.
yang cukup tinggi, tetapi sejauh mana pengetahuan mereka terhadap bahaya
merokok, sedangkan sudah ada beberapa iklan yang menayangkan korban akibat
dari rokok, tetapi masih banyak yang merokok. Berdasarkan hasil survei awal
bahwa, dari 12 orang responden terdapat 2 orang responden perokok pasif dan 10
bahwa 70% mahasiswa mengetahui kandungan rokok dan efek dari rokok.
teman atau sedang jeda kuliah mereka merokok dilingkungan kampus. Mahasiswa
tersebut ada yang dari kalangan mahasiswa kesehatan dan non kesehatan.
Sebenarnya mereka sadar akan bahaya merokok tetapi perilaku merokok pada
mahasiswa sulit dihindari. Hal ini terjadi karena dikalangan mahasiswa tersebut
ada yang sudah ketergantungan dengan rokok dan berkumpul dengan teman-teman
dalam waktu satu tahun terakhir dengan teman yang sudah merokok sehingga bisa
terjadi jika mahasiswa yang sebelumnya tidak merokok menjadi ikut merokok.
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
di Semarang
2. Tujuan Khusus
Papua di Semarang
Semarang.
1. Bagi perawat
merokok
Menamba pengetahuan guru dan siswa tentan pentinya memahami hal-hal yang
dampak buruk yang lainya. Selain itu di harapkan dapat menjadi masukan
dalam bidang ke ilmuan bagi intitusi pendidikan yang akan mengembankan dan
3. Bagi masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
temukan dua unsur utama yaitu subjek yang mengetahui (S) dan sesuatu yang
mungkin dipisahkan satu dari yang lain. Karena itu pengetahuan dapat
dikatakan sebagai hasil tahu manusia tentang sesuatu atau perbuatan manusia
Pengetahuan adalah hasil kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja
macam jenis dan sifatnya, ada yang langsung dan ada yang tak langsung, ada
yang bersifat tidak tetap (berubah-ubah), subyektif, dan khusus, dan ada pula
yang bersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan ini
pengetahuan ini tergantung kepada sumbernya dan dengan cara dan alat apa
pengetahuan itu diperoleh, serta ada pengetahuan yang benar dan ada
pengetahuan yang salah. Tentu saja yang dikehendaki adalah pengetahuan yang
2020).
bahasa indonesia pngaru adalah hal yang mempengarui segala apa yang di
2. Tingkat Pengetahuan
dipelajari atau objek yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan
menggunakan objek atau materi yang telah dipahami dalam situasi atau
ditempat dia bekerja atau dimana saja. Orang yang telah paham
dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram siklus hidup cacing kremi,
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
2010).
adalah:
1) Rasionalisme
yang benar mengandalkan akal dan ini menjadi dasar pengetahuan ilmiah.
sebagai perangsang bagi akal atau pikiran. Kebenaran dan kesesatan ada
dalam pikiran kita dan bukannya pada barang yang dapat dicerap oleh
2) Empirisme
dan pengamatan inderawi. Data dan fakta yang ditangkap oleh panca
indera kita adalah sumber pengetahuan. Semua ide yang benar datang dari
fakta ini. Sebab itu semua pengetahuan manusia bersifat empiris (Kebung,
2011).
3) Kritisisme
sudah termuat dalam subyek atau predikat diketahui melalui dua analisis
serempak. Ilmu pasti juga ilmu alam bersifat sintesis a priori (Kebung,
2011).
4) Positivisme
Positivisme selalu berpangkal pada apa yang telah diketahui, yang faktual
dan positif. Semua yang diketahui secara postif adalah semua gejala atau
sesuatu yang tampak. Karena itu mereka menolak metafisika. Yang paling
hubungan antar kenyataan untuk bisa memprediksi apa yang akan terjadi
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
b) Pekerjaan
terhadap kehidupan.
c) Umur
Menurut Elisabeth dalam Wawan dan Dewi (2010) usia adalah umur
kematangan jiwa.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
b) Faktor Budaya
angket yang menyakan tentan isi materi yang akan di ukur subjek atau
responden.kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
B. Perilaku Merokok
Menurut Martin dan Pear (2015) perilaku (behavior) adalah apa pun
yang dikatakan atau dilakukan seseorang. Secara teknis, perilaku adalah apa
pun aktivitas otot, kelenjar atau aktivitas di sebuah organisme. Perilaku atau
stimulus (rangsangan dari luar). Dari aspek biologis perilaku adalah suatu
perilaku manusia yang sudah berusia ratusan tahun bahkan ribuan tahun.
Perilaku merokok adalah perilaku yang merugikan bukan hanya pada diri si
perokok sendiri namun juga merugikan orang lain yang ada di sekitarnya.
Menurut Santrock (2017) merokok (di mana obat aktifnya adalah nikotin)
merupakan sebuah kebiasaan (life style) yang sudah mendarah daging dan
seperti kanker (kanker mulut, kanker tenggorokan, kanker perut, kanker paru),
terserang karena adanya kandungan atau unsur zat dari rokok yaitu berupa
karbomonoksida, tar dan nikotin. Efek perilaku dari nikotin meliputi atensi
dan kesiagaan yang meningkat, penurunan rasa marah dan kecemasan, serta
ketika seorang perokok merasa bahwa tidak merokok memerlukan usaha atau
label perokok pada dirinya dan merokok menjadi bagian dari konsep dirinya,
sebagai besaran atau kekuatan untuk suatu tingkah laku. Berdasarkan hal
adalah perilaku yang komplek, karena merupakan hasil interaksi dari aspek
(Nasution, 2017).
yang dapat terisap oleh orang lain dan merupakan pengalaman dan interaksi
perokok, seperti perasaan positif ataupun negatif selain itu merokok juga
berkaitan dengan masa mencari jati diri pada remaja. Perasaan positif
mengkonsumsi rokok.
2) Intensitas merokok
yang dihisap, yaitu : a) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang
rokok dalam sehari. b) Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok
dalam sehari. c) Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam
sehari.
3) Tempat merokok
4) Waktu merokok
yang dialaminya pada saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan
1) Frekuensi
mana perilaku merokok seseorang muncul atau tidak. Dari frekuensi dapat
pengumpulan data frekuensi menjadi salah satu ukuran yang paling banyak
2) Lamanya berlangsung
3) Intensitas
perilaku merokok.
merokok:
1) Faktor Psikologis
Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan
2) Faktor Biologis
tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar.
3) Faktor Lingkungan
orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, reklame
mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua atau
1) Faktor Genetik
ekstraversi dan sosok tubuh piknis serta tendensi untuk merokok adalah
studi statistik tak dapat memberi perbedaan yang cukup besar antara
pribadi orang yang merokok dan yang tidak. Oleh karena itu tes-tes
memiliki prestasi akademik kurang, tanpa minat belajar dan kurang patuh
pada otoritas. Banyak dari perilaku ini sesuai dengan sifat kepribadian
kebiasaan merokok.
3) Faktor Sosial
merokok. Kelas sosial, teladan dan izin orangtua, jenis sekolah, dan usia
meninggalkan sekolah semua menjadi faktor yang kuat, tetapi yang paling
Dua teori yang paling masuk akal adalah bahwa merokok itu adalah suatu
adanya suatu rasa rendah diri yang tidak nyata. Freud yang juga
pemuasan kebutuhan oral yang tidak dipenuhi semasa bayi. Kegiatan ini
biasanya dilakukan sebagai pengganti merokok pada individu yang sedang
5) Faktor Sensorimotorik
rokok, aroma, rasa dan juga bunyinya semua berperan dalam terciptanya
kebiasaan ini.
6) Faktor Farmakologis
Nikotin mencapai otak dalam waktu singkat, mungkin pada menit pertama
sejak dihisap. Cara kerja bahan ini sangat kompleks. Pada dosis 24 sama
dengan yang di dalam rokok, bahan ini dapat menimbulkan stimulasi dan
rangsangan di satu sisi tetapi juga relaksasi disisi lainnya. Efek ini
tergantung bukan saja pada dosis dan kondisi tubuh seseorang, tetapi juga
pada suasana hati (mood) dan situasi. Oleh karena itu bila kita sedang
lelah atau bosan, bahan itu akan merangsang dan memacu semangat.
dari dua, biasanya pilihan tersebut merupakan pilihan dari kesukaan atau
item yang dinyatakan dalam beberapa respons alternatif (SL= Selalu, SR=
XX
T 50 1
SD
Keterangan :
2
X X
SD
n 1
Keterangan :
n = Jumlah responden
Skor T responden
Skor mean T =
Jumlah responden
Negatif jika T hitung < T mean atau < 50% (Azwar, 2003).
C. Hubungan Pengetahuan tentang Merokok dengan Perilaku Merokok
bahaya merokok dengan perilaku merokok pada siswa SMP Negeri 1 Bulawa
tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok dengan p value = 0,03. Begitu
dan sikap remaja laki – laki terhadap kebiasaan merokok di SMU Parulian 1
Medan tahun 2009 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan
yang diketahui atau kepandaian. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Ini
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
(Azwar, 2007).
(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi
Green, salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor-faktor
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut
pendapat peneliti perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Bila pengetahuan mereka
sudah baik tentang merokok maka perilaku merokok akan berkurang. Persamaan
hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang menunukkan bahwa ada
sampel yang digunakan adalah remaja dimana pengetahuan remaja masih kurang
dan masih dipengaruhi oleh lingkungan atau teman sebaya. Selain itu, tingginya
pengaruh dari pergaulan atau teman sebaya. Dimana merokok sudah menjadi tren
dalam pergaulan di lingkungan remaja saat ini. Selain itu, hal ini juga dapat
masyarakat.
Sewon Bantul yang merupakan perokok pasif dengan usia produktif (15-64
Jaranan Panggungharjo Sewon Bantul Tahun 2015 dalam kategori baik (71,8%).
orang tua tentang rokok pada orang tua yang memiliki anak perokok usia 10-15
Tingkat pengetahuan orang tua tentang rokok pada orang tua yang memiliki anak
tingkat pengetahuan dalam kategori baik. Didapatkan 60,5% orang tua pada usia
36-45 tahun, 63,2% orang tua memiliki pendididkan SMA, sebesar 52,6% orang
tua bekerja sebagai IRT, dan 55,4% orang tua tidak berpenghasilan. Pengetahuan
tentang rokok pada orang tua yang memiliki anak perokok usia 10-15 tahun di
rokok elektrik menunjukkan nilai p=0,164 > 0,05 yang artinya tidak ada
pengguna rokok elektrik menunjukkan nilai p=0,00 < 0,05 dengan nilai koefisien
korelasi (r) 0,724 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap dan
perokok elektrik diharapkan untuk mengubah sikap dan perilaku secara bertahap
merupakan jenis penelitian deskriptif, titik populasi pada penelitian ini adalah
responden dalam penelitian ini merokok pada usia 11-19 Tahun dan termasuk
dalam kategori ringan. Disarankan kepada para remaja untuk mengelola stress
Smk Negeri 3 Ambon Tahun 2019”. Penelitian ini untuk mengetahui tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku merokok pada remaja di SMK Negeri 3 Ambon.
Cross sectional yang dilakukan pada SMK Negeri 3 Ambon, dengan jumlah
sampel dalam penelitian sebanyak 160 pelajar yang diperoleh dengan teknik
dengan tingkat pengetahuan baik (90,6%), sebanyak 172 pelajar sudah memiliki
sikap yang baik (79,4%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
pelajar SMK Negeri 3 Ambon memiliki pengetahuan baik, sikap baik, dan
baik.
analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
kelas, yaitu kelas X dankelas XI. Data diolah secara univariat dan bivariate
Kabupaten Minahasa Tenggara. Saran bagi remaja agar lebih memahami tentang
memperoleh gambaran seputar variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini.
Selain itu penelitian di atas dapat membatasi kesamaan judul serta obyek yang
yang diuraikan di atas, penelitian yang akan dilakukan lebih bercondong pada
dan Kallo (2015) serta Sekeronej, Saija, dan Kailola (2020). Dari beberapa
Faktor Intelnal:
-pendidikan
-pekerjaan
faktor external:
-faktor linkungan
-faktor budaya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
hubungan antar variabel dalam proses analisisnya (Fitrah & Luthfiyah, 2018).
Variabel independent pada penelitian ini adalah pengetahuan tentang rokok, dan
B. Hipotesis
terhadap masalah yang bersifat praduga yang harus diuji kebenarnya antar variabel
ini adalah Penelitian kuatitatif dengan desain korelasional dan pendekatan cross
P
E Studi Penelitian-penelitain
R pendahuluan Sebelumnya
E
N
C
A Rumusan Masalah dan Kerangka Hipotesis
N Tujuan Penelitian Berpikir penelitian
A
A
N
Uji Coba Penelitian Prosedur Penelitian Populasi &
P
Sampling
E
L
A Operasionalisasi Pengumpulan data
K VariabelPenelitian
A
Coding,Editing &
S
Processing Data
Tidak
N
A
A Valid dan
reliabel
Ya Analisis Data
N
Kesimpulan
Semarang (IPMAPAS).
1. Populasi
adalah kumpulan lengkap dari semua elemen (skor, orang, ukuran, dan lain-
lain) yang dipelajari (Sekaran, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah
2. Sampel Penelitian
2011). Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah sampel yang diambil
penelitian ini adalah 127 orang mahasiswa. Jumlah tersebut dianggap sudah
1. Intrumen Penelitian
Alat dalam pengupulan data peneitian ini di gunakan kuesioner.
untuk jawab (suiono 2012). kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
pertanyaan yang sudah ada. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari
a. Uji Validitas
telah dilakukan validitas oleh Della Pietra et al. (2011) dengan nilai
0,88.
b. Uji Reliabilitas
koefisien reabilitas hitung lebih besar dari nilai r tabel (0,6). Nilai
3. Pengumpulan data
a. Editing (memeriksa)
Peneliti memberikan skor pada jawaban yang telah diberikan sesuai dengan
pedoman.
c. Coding (pengkodean)
b. Perilaki merokok
kriteria yang sudah ada. Data yang sudah diperoleh dimasukkan ke dalam
pemberian kode. Pembersihan data melihat variabel data sudah benar atau
belum.
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
analisis korelasi ganda (multiple corelation) atau hubungan antara dua atau
lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen. Analisis
berikut:
n ∑ y i xi −( ∑ x i )( ∑ y i )
r xy =
√ {n ∑ x −( ∑ x ) }{ n ∑ y −( ∑ y ) }
2
i 1
2 2
i i
2
n = Banyaknya observasi
X = Variabel Independen
Y = Variabel Dependen
korelasi r positif (r > 0) berarti terdapat hubungan yang positif atau searah.
Artinya jika terjadi kenaikan pada variabel X maka akan diikuti kenaikan pada
variabel Y, atau jika terjadi penurunan pada variabel X akan diikuti penurunan
pada variabel Y. Koefisien korelasi (r) negatif (r < 0) berarti apabila terjadi
kenaikan pada variabel X maka akan diikuti oleh penurunan variabel Y, atau
jika terjadi penurunan pada variabel X akan diikuti kenaikan pada variabel Y.
I. Jadwal Penelitian
Terlampir
DAFTAR PUSTAKA
A.Wawan dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan.
Perilaku Manusi.Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika.
Ardiyanti, Putri Dwi., Septia Harzani, Syifa Aulia Rahmah, Zalfa Maharani Putri,
Zalma Nur Khadijah Putri, Mustakim. 2020. Gambaran Pengetahuan
Perilaku Merokok di Masa Pandemi COVID-19 pada Kalangan Remaja
Laki-laki di Wilayah Jabodetabek Tahun 2020. Jurnal Ilmu Kesehatan
Indonesia (JIKSI), E-ISSN: 2745-8555, Vol. 1, No. 2, Agustus 2020.
Cooper, Donald R. dan Schindler, Pamela S., 2010, Business Research Methods.
Singapore: McGraw-Hill International Edition.
Hutapea, Ronald., 2013. Why Rokok? Tembakau dan Peradaban Manusia. Jakarta:
Bee Media Indonesia.
I Gede Purnawinadi, Joshua Edward Gerson Kumayas. 2019. Pengetahuan Dan Sikap
Sebagai Predisposisi Perilaku Merokok Pada Komunitas Vaper. Nutrix
Journal, volume 3, no. 2, oktober 2019.
Kartono. 2013. Patologi Sosial 2. Kenakalan Remaja. Jakarta: CV. Rajawali Expres.
Martin, G & Pear, J. 2015. Behavior Modification : what it is and how do it. New
Jersey, USA : Pearson Education, Inc
Meiny Ransun, Sefti Rompas, Vandri Kallo. 2015. Gambaran Pengetahuan Dengan
Perilaku Merokok Pada Remaja Di Smk Negeri 1 Touluaan Kabupaten
Minahasa Tenggara. e-journal Keperawatan (e-Kp) Vvolume 3 Nomor 3,
November 2015.
Nasution. 2017. Perilaku Merokok pada Remaja. Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara : Medan.
Nawawi, Hadari dan Martini. 2011. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Gadah Mada University Press.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 109 tahun 2012 tentang “Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan”
Pratiwi, A. 2018. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Perilaku Merokok pada
Remaja di Kelurahan Juwiring. Jurnal Kesehatan, Vol 4, No, 2, 2018
Sulistyo, K,T. 2014. Hubungan antara stress dengan perilaku merokok pada
mahsiswi. Skripsi. Semarang:Fakultas Psikologi Universitas
Soegijapranata.