i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumsi rokok di Indonesia berada pada kondisi yang mengkhawatirkan di
mata dunia. Berdasarkan pernyataan WHO, Indonesia menempati urutan ketiga
dengan jumlah perokok terbanyak setelah Cina dan India (WHO, 2015).
Indonesia juga menempati posisi pertama perokok terbanyak di ASEAN, dengan
persentase 46,16%. Persentase perokok lainnya tersebar di ASEAN yakni Filipina
(16,62%), Vietnam (14,11%), dan Myanmar (8,73%) (InfoDATIN, 2015). Data
The Tobacco Atlas (2015) menyebutkan, sebanyak 66% laki-laki di Indonesia
adalah perokok (Data The Tobacco Atlas,2015).
Hasil survei dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) menyatakan,
Indonesia merupakan negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia
(GYTS, 2014). Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukan
bahwa dari tahun 1995 hingga 2014, terjadi kenaikan tren perokok remaja antara
usia 16-19 tahun sebesar tiga kali lipat dari 7,1% melonjak hingga 20,5%.
Laporan ini juga menyebutkan bahwa usia perokok pemula di Indonesia semakin
kecil (10-14 tahun) meningkat secara drastis dari 1995-2014 (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Salah satu contoh klasik bagaimana media
membingkai permasalahan perokok usia muda di Indonesia adalah kisah se-
nsasional “Smoking Baby” yang menarik perhatian khalayak internasional dan
memberi pengaruh negatif bagi citra Indonesia di tingkat internasional
(Senthilingam, 2017).
Pada sebatang rokok terdapat lebih dari 4000 bahan kimia terdapat di
dalamnya. Ratusan di antaranya zat beracun dan sekitar 70 bahan di dalamnya
bersifat kanker. Bahan-bahan berbahaya pada sebatang rokok, yaitu karbon
monoksida (dapat mengikat hemoglobin), tar (dapat merusak paru-paru), gas
oksidan (dapat menggumpalkan darah), benzene (dapat memicu kanker), arsenic
(digunakan dalam pestisida), toluene (ditemukan pada pengencer cat),
formaldehyde (digunakan untuk mengawetkan mayat), hydrogen cyanide
(digunakan untuk membuat senjata kimia), dan cadmium (digunakan untuk
membuat baterai) (Kementrian Kesehatan, 2016).
Kajian Badan Litbangkes Tahun 2015 menunjukan Indonesia menyumbang
lebih dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya
(Litbangkes, 2015). Globocan 2018 menyatakan, dari total kematian akibat kanker
di Indonesia, Kanker paru menempati urutan pertama penyebab kematian yaitu
sebesar 12,6% (Globocan, 2018). Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan 87% kasus kanker paru berhubungan dengan merokok. Rokok
merupakan faktor risiko penyakit berkontribusi terbesar dibanding faktor risiko
lainnya. Seorang perokok mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk terserang
penyakit jantung koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit
kanker paru dan penyakit tidak menular lainnya (Menkes,s Nila F., 2019).
Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa sebanyak 97 juta orang
2
penduduk Indonesia telah terpapar asap rokok (Riskesdas, 2013). Sebagian besar
penduduk perkotaan yang tidak pernah merokok, ternyata ditemukan nikotin
dalam darahnya. Ini menunjukkan besarnya polusi udara oleh asap rokok di
lingkungannya. Dengan demikian, dampak asap rokok tidak hanya dirasakan
perokok sendiri (perokok aktif), tetapi juga orang yang berada di lingkungan asap
rokok atau disebut dengan perokok pasif (Hanum, H., & Wibowo, A.,2016). Dari
100% bahaya asap rokok, hanya 25% yang dirasakan oleh perokok aktif sebanyak
75% bahaya asap rokok justru menerpa perokok pasif. Menurut data WHO (2017),
sebanyak 7 juta jiwa terbunuh akibat rokok setiap tahunnya, di mana lebih dari 6
juta jiwa merupakan perokok aktif dan 890.000 lebih jiwa merupakan perokok
pasif (WH0, 2017).
Sansevieria sp. merupakan contoh tanaman hias yang sering diletakkan di
perkantoran, hotel, maupun rumah sebagai sterilisasi polusi termasuk asap rokok.
Hasil beberapa penelitian menunjukan bahwa Sansevieria sp. mampu menyerap
107 jenis racun. Termasuk racun-racun yang terkandung dalam polusi udara
(karbon monoksida), racun rokok, bahkan radiasi nuklir. (Tahir dan Sitanggang,
2008). Hasil penelitian didapatkan tanaman Sansevieria sp. dengan setinggi 100
cm memiliki kemampuan terbesar dalam penurunan konsentrasi gas CO yaitu
sebesar 84.18% (Boedisantoso,2008). Sansevieria sp. yang berumur 12 bulan
mampu mereduksi CO sebesar 81,63 ppm (70,6%) dengan kerapatan 16 helai
daun (Muhammadiyah, 2012).
Selain sebagai sterilisasi polutan, Sansevieria sp. juga diketahui memiliki
potensi sebagai zat antibakteri. Hasil fraksionasi yang mengandung senyawa
steroid menunjukan adanya aktivitas penghambatan pertumbuhan antibakteri
hanya pada Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 10.000, 20.000, dan 40.000
ppm (Gitasari, Yanditya Dwastu, 2011). Disebutkan bahwa Kandungan yang
terdapat di dalam Sansevieria sp. Hasil uji fitokimia ekstrak daun Sansevieria sp.
golongan senyawa hasil uji Saponin, Tanin, Flavonoid, Steroid, Triterpenoid
Alkaloid. Berdasarkan Studi dari Jurusan Kesehatan lingkungan Poltekkes
Kemenkes Pontianak tahun 2015 menyatakan bahwa rata-rata penurunan jumlah
mikroba pada ruang kelas yang diberi tanaman Sansevieria sp. sebesar 132,96 cfu
(Poltekkes Pontianak, 2015).
Melihat kondisi masyarakat Indonesia mengenai jumlah perokok aktif dan
pasif yang semakin hari semakin meningkat, menjadi dasaran penulis untuk
melakukan penelitian terhadap tanaman Sansevieria sp. sebagai sterilisasi
terhadapasap rokok. Sehingga jumlah masyarakat yang terpapar asap rokok dapat
diminimalisir dan dapat terhindar dari bahaya asap rokok.
1.2 RumusanMasalah pada Penelitian
Rumusan masalah yang diangkat pada proposal penelitian ini yaitu:
1) Bagaimana pengaruh pregnane glycoside pada Sansevieria sp. untuk
mengikat zat berbahaya (karbon monoksida, tar, dan nikotin) pada asap
rokok?
3
𝑂𝐶𝐻3 O
HO OH O
𝐶𝐻2 𝑂𝐻
O 𝐻2 𝑂 O 𝐶𝐻3
𝐶𝐻3
𝑂𝑅1
𝐶𝐻3
𝑅2 O
dekomposer senyawa racun seperti CO, formaldehid, dan benzena yang terdapat
pada rokok (Du dan Ren,2012).
2.5 Metode Degassing
Degassing adalah salah satu metode untuk menghilangkan gas dari suatu
padatan atau lingkungan. Metode degassing dilakukan dengan mengikat gas yang
tidak diinginkan dengan suatu bahan lain agar gas tersebut tidak mencemari
lingkungan atau objek lain (Gopikrishna,2018). Dalam penelitian yang telah diuji,
metode ini dapat merubah kandungan dalam asap rokok menjadi suatu komponen
kecil yang tidak tampak oleh kasat mata. Sehingga, dengan metode degassing
yang penulis perlukan untuk meneliti uap dari ekstrak Sansevieria sp. dapat
mengikat kandungan zat berbahaya pada asap rokok.
2.6 Chemical Steam Sterilization
Proses ini melibatkan penggunaan formalin, yang diuapkan menjadi gas
formaldehid yang dimasukkan ke dalam ruang sterilisasi. Konsentrasi formaldehid
8-16 mg / l dihasilkan pada suhu operasi 70-75 ° C. Siklus sterilisasi terdiri dari
serangkaian tahap yang mencakup masuknya uap ke ruang dengan pompa vakum
berjalan untuk membersihkan ruang udara diikuti oleh serangkaian pulsa gas
formaldehida, diikuti oleh uap. Formaldehida dikeluarkan dari sterilisasi dan
muat dengan evakuasi alternatif berulang dan pembilasan dengan uap dan udara.
Sterilisasi yang andal menggunakan formaldehyde dicapai ketika dilakukan
dengan konsentrasi gas yang tinggi, pada suhu antara 60 ° C dan 80 ° C dan
dengan kelembaban relatif 75% hingga 100% (Guideline for Disinfection and
Sterilization in Healthcare Facilities, 2008 ).
Proses pemekatan pada suhu 100 derajat celcius selama satu jam
setelah diberi ekstrak Sansevieria sp. Hal tersebut ditandai dengan zona hambat
pertumbuhan mikroba yang besar.
b. Uji papar asap rokok
Uji papar asap rokok dilakukan dengan meletakkan alat dan spesi dalam
suatu kotak bersama rokok yang menyala dalam interval waktu tertentu. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui spesi dengan komposisi tertentu dengan
kemampuan terbaik untuk melakukan degassing dan memastikan alat bekerja
dengan optimal. Indikator capaian dari uji tersebut adalah diperoleh formulasi
ekstrak Sansevieria sp. yang dapat melakukan degassing asap rokok dengan
waktu yang paling singkat.
c. Survei Omnibus
Survei omnibus digunakan untuk mengetahui apakah alat dan spesi dapat
diterima oleh orang lain. Metode ini dilakukan dengan memberi responden
kuisioner tentang kinerja dari sampel. Responden diberi pertanyaan-pertanyaan
meliputi: aroma dari sampel; sensibilitas asap rokok dalam ruangan; kapabilitas
alat dalam mendeteksi adanya asap dan; pengujian dengan formulasi tertentu
yang dapat memberikan efek paling baik terhadap responden.
DAFTAR PUSTAKA
Hallad, S. A. et al. 2019. Ultra-light polymer-based nano-composite for structural
applications. Materials Today: Proceedings.
Hariadi, H., Yusnita, Y., Riniarti, M., & Hasporo, D. 2019. Pengaruh Arang Aktif,
Brnziladenin, dan Kinetin Terhadap Pertumbuhan Tunas Jati Solomon
(Tectona grandis Linn. f) In Vitro. Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan
Keanekaragaman Hayati, 5(2), 21-30.
Khan, H., Saeedi, M., Nabavi, S. M., Mubarak, M. S., & Bishayee, A. 2019.
Glycosides from Medicinal Plants as Potential Anticancer Agents: Emerging
Trends Towards Future Drugs. Current medicinal chemistry.
Makong, Y. S. et al. 2019. Bruceadysentoside A, a new pregnane glycoside and
others secondary metabolites with cytotoxic activity from brucea
antidysenterica JF Mill.(simaroubaceae). Natural product research, 1-7.
Megia, R. 2015. Karakteristik Morfologi dan Anatomi, serta Kandungan Klorofil
Lima Kultivar Tanaman Penyerap Polusi Udara Sansevieria
trifasciata. Jurnal Sumberdaya Hayati, 1(2).
Mien, D. J., Carolin, W. A., & Firhani, P. A. 2015. Penetapan kadar saponin pada
ekstrak daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain varietas S. laurentii)
secara gravimetri. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 2(2), 65-69.
Napitupulu, L. O. B., Widyasanti, A., Thoriq, A., & Yusuf, A. 2019. The Study of
Process and Characteristics of Woven Fabric from Plant Fibers of Lidah
Mertua (Sansevieria trifasciata P.). Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan
Biosistem, 7(2), 207-220.
Puspitasari, H. D. A., & Widyanto, T. 2019. Pengaruh Perasan Daun Lidah
Mertua (Sansevieria trifasciata prain) Terhadap Angka Kuman Udara Di
Ruang Kelas R226, R221, dan R222 Kampus 7 Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang Tahun 2018. Buletin Keslingmas, 38(1), 29-36.
Subiyanto, H., Subowo, S., Gathot, D. W., & Hadi, S. 2017. Studi Eksperimen
Pengaruh Waktu Peniupan pada Metoda Degassing Jenis Lance Pipe, dan
Porous Plug terhadap Kualitas Coran Paduan Aluminium A356. 0. Prosiding
SENIATI, 3(2), 14-1.
Winanti, S., Nurcahyo, A. D., & Mubarok, E. Y. 2012. Pengaruh Lama Adsorbsi
Ekstrak Sansevieria (Lidah Mertua) Sebagai Adsorben Logam Ag dari Limbah
Industri Perak di Kotagede. Pelita-Jurnal Penelitian Mahasiswa UNY, (2).
Yuni Pratiwi, R. 2014. Pembuatan Pulp Dari Bahan Baku Serat Lidah Mertua
(Sansevieria) Dengan Menggunakan Metode Organosolv (Doctoral
dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
Yuniarsih, L. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etanol Umbi Eleutherine
palmifolia (L.) Merr Terhadap Salmonella typhi dengan Metode Difusi
Cakram (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
11
Alokasi
Program Bidang Waktu
No Nama/NIM Uraian Tugas
Studi Ilmu (jam/ming
gu)
Memimpin
penelitian
sekaligus
melakukan
studi pustaka
Monifa dan
S1-Teknik Teknik 35
1 Arini/ memimpin
Elektro Elektro jam/ming
1850603011 evaluasi
gu
11016 penelitian
serta sebagai
pembagi
tugas
Sebagai
penanggung
Nino
jawab
Dimasta
S1-Teknik Teknik 30 pelaksanaan
2 Putra/
Kimia Kimia jam/ming penelitian dan
1750611001
gu urusan
11007
administrasi
Sebagai
pemegang
Dary Rafi keuangan
Brafianto/ sekaligus
18506030 S1-Teknik Teknik 30 melakukan
3
1111021 Elektro Elektro jam/ming persiapan
gu penelitian dan
pengujian
penelitian
19
Proses pemekatan pada suhu 100 derajat celcius selama satu jam
Proses pemekatan pada suhu 100 derajat celcius selama satu jam
A
21
Pemanasan
Air. 100 ml
Proses pemekatan pada suhu 100 derajat celcius selama satu jam
Gambar 2. Alat pengubah ekstrak Sansevieria sp. menjadi uap (Tampak Depan)
(Sumber: Kajian Kelompok, 2019)
24