Anda di halaman 1dari 105

DAFTAR ISI

i
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI................................................................iv
ABSTRAK...........................................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR BAGAN..............................................................................................ix
DAFTAR TABEL................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................6
C. Tujuan Penulisan..............................................................................6
D. Manfaat Penulisan............................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................8


A. Konsep TB paru...............................................................................8
1. Pengertian TB paru....................................................................8
2. Etiologi TB paru........................................................................8
3. Klasifikasi TB paru....................................................................9
4. Patofisiologi.............................................................................11
5. WOC........................................................................................14
6. Respon Tubuh Terhadap Respon Fisiologis.............................15
7. Penatalaksanaan.......................................................................17
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis...........................................20
1. Pengkajian Keperawatan..........................................................20
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul......................25
3. Perencanaan Keperawatan.......................................................26

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................31


A. Desain Penelitian...........................................................................31

B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................31


ii
Poltekkes Kemenkes Padang
C. Populasi dan Sampel......................................................................31
D. Prosedur Pengambilan Data...........................................................32
E. Alat/Instrumen Pengumpulan Data...............................................33
F. Jenis-jenis Data..............................................................................34
G. Rencana Analisis............................................................................35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................36


A. Hasil...............................................................................................36
B. Pembahasan…................................................................................46

BAB V PENUTUP..........................................................................................53
A. Kesimpulan…................................................................................53
B. Saran…...........................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 WOC....................................................................................................14

iii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengkajian…........................................................................................37

i
v Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1


Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2
Lampiran 5 : Format Pengkajian Penelitian Partisipan 1
Lampiran 6 : Format Pengkajian Penelitian Partisipan 2
Lampiran 7 : Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) 2 Partisipan

v
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 8 : SuratIzin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr.M. Djamil Padang
Lampiran 10 : Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 11 : Ganchart

xii
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama
diparu atau diberbagai organ tubuh lainnya.TB paru dapat menyebar ke setiap
bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe dan lainnya
(Smeltzer&Bare, 2015).Beberapa negara berkembang di dunia, 10 sampai 15%
dari morbiditas atau kesakitan berbagai penyakit anak dibawah umur 6 tahun
adalah penyakit TB paru. Saat ini TB paru merupakan penyakit yang menjadi
perhatian global, dengan berbagaiupaya pengendalian yang dilakukan insidens
dan kematian akibat TB paru telahmenurun, namun TB paru diperkirakan masih
menyerang 9,6 juta orangdan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014
(WHO, 2015).

Centres for Desease Control (CDC) melaporkan pada tahun 2015, dalam laporan
District of Columbia terdapat 9.557 kasus TB Paru, meningkat 1,6% tahun 2014
di Dunia. Dua puluh tujuh negara bagian di dunia dilaporkan peningkatan jumlah
kasus TB paru dari tahun 2014, dan empat negara (California, Texas, New York,
dan Florida) menyumbang 50,6% penderita TB paru dari total kasus nasional di
Amerika Serikat. Tahun 2013, kejadian TB paru terus secara bertahap menurun
antara orang kulit hitam non Hispanik atau Afrika Amerika (-6,4%), kulit putih
non-Hispanik (-12,1%), dan Hispanik atau Latin (-4,0%). Sementara kejadian TB
paru tingkat Asia juga menurun 2013-2015 (-1,0%), pada tahun 2015 tingkat
kejadian TB secara keseluruhan untuk Asia selama tiga kali lebih tinggi. Angka
prevalensi TB paru di Indonesia pada tahun 2014 menjadi sebesar 647 orang dari
100.000 penduduk. Angka penderita TB paru ini meningkat dari tahun 2013,
penderita TB paru pada tahun 2013yang berjumlah 272 dari 100.000 penduduk.
(WHO, 2015)
Kasus TB paru di Sumatera Barat pada tahun 2012-2014 berjumlah 4.686 kasus
sebanyak range 5.75 penduduk.Kabupaten/Kota dengan penurunan angka

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

tertinggi adalah Kota Padang Panjang (menjadi 454.48 per 100.000 penduduk)
dan kenaikan tertinggi adalah Kabupaten Pasaman Barat (menjadi 436.73 per
100.000 penduduk) (Dinas kesehatan provinsi Sumatra Barat, 2014). Sedangkan
untuk kota Padang sendiri pada tahun 2013 jumlah kasus TB paru adalah 1.288
kasus.Kasus TB paru suspek tahun 2013 berjumlah 8.005, sementara TB paru
dengan BTA positif sebanyak 925 kasus, presentase TB paru terhadap suspek
adalah 11,56 % dan untuk kasus TB paru kambuh (Drop Out) pada tahun 2012
ditemukan sebanyak 8 orang penderita. (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2013).

Centres for Desease Control (CDC) melaporkan pada tahun 2015, tingkat
insiden TB paru terus menurun untuk orang <5 tahun dan berusia 15-24 tahun di
dunia. Namun tingkat kejadian untuk orang berusia 45-64 tahun meningkat
sedikit 3,5- 3,6 kasus / 100.000 orang. (CDC, 2015) Tingkat insiden untuk semua
kelompok usia lainnya tetap sama dengan tahun 2014 di dunia. Orang dewasa
berusia ≥65 tahun memiliki tingkat kejadian 4,8 kasus/100.000, anak-anak
berusia 5-14 tahun memiliki tingkat terendah pada 0,5 kasus/100.000 pada tahun
2015. Menurut kelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2015 paling
banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,65%
diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,33% dan pada kelompok umur
35-44 tahun sebesar 17,18% di dunia.

Menurut jenis kelamin pada pasien TB paru, jumlah kasus pada laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan pada perempuan. Pada
masing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus lebih banyak terjadi pada
laki-laki dibandingkan perempuan (Kemenkes, 2015). Jumlah kasus baru TB
paru BTA positif di Sumatera Barat, laki- laki berjumlah 63,06 % pada
perempuan 36,94 % (Dinas kesehatan provinsi Sumatra Barat, 2014). Jumlah
kasus TB Paru di kota Padang pada tahun 2013 adalah 1.288 kasus, pada
penemuan penderita TB paru BTA positif laki – laki (359 orang) dibandingkan
perempuan penderita TB paru BTA positif sebanyak 269 orang. (Dinas
Kesehatan Kota Padang, 2013)

Poltekkes Kemenkes Padang


3

Centres for Desease Control (CDC) melaporkan 493 kematian di negara


Amerika pada tahun 2014 yang disebabkan TB paru, penurunan 11,2% dari
tahun 2013. TB Paru merupakan penyebab utama morbiditas dewasa dan
kematian secara global. Pada tahun 2012, kematian yang disebabkan oleh TB
paru yaitu 1,3 juta kematian. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman
Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang
meninggal karena TB paru (600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4
juta kasus baru TB paru (3,3 juta diantaranya perempuan). Sepertiga dari
populasi dunia sudah tertular dengan TB paru dimana sebagian besar penderita
TB paru adalah usia produktif (15-55 tahun). Angka kematian karena infeksi TB
Paru di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 62.246 orang. Sedangkan Di Kota
Padang tahun 2013, TB Paru merupakan 10 penyebab kematian terbanyak
dengan jumlah kematian perempuan 22 orang dan laki-laki 7 orang. (Dinas
Kesehatan Kota Padang, 2013)

Angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2014 sebesar 81,3% sedangkan


WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%.
Sementara Kementerian Kesehatan menetapkan target minimal 88% untuk angka
keberhasilan pengobatan pada tahun 2014.Dengan demikian pada tahun 2014,
Indonesia tidak mencapai standar angka keberhasilan pengobatan pada kasus TB
paru.Berdasarkan hal tersebut, pencapaian angka keberhasilan pengobatan tahun
2014tidak memenuhi target rentra tahun 2014 (Kemenkes RI. 2015).

Terdapat 3 faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB paru di Indonesia yaitu,


waktu pengobatan yang relatif lama (6 sampai 8 bulan) menjadi penyebab
penderita TB sulit sembuh karena pasien TB paru berhenti berobat (Drop Out)
setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai sehingga
menyebabkan kekambuhan pada penderita TB paru dengan DO. Selain itu,
masalah TB paru diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang
berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB Multi Drugs Resistant
(MDR) atau kebal terhadap bermacam obat. Masalah lain adalah adanya
penderita TB paru laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan

Poltekkes Kemenkes Padang


4

tubuh menurun, penyakit TB paru akan muncul. Sedangkan di kota Padang


sendiri keberhasilan upaya penanggulangan TB paru diukur dengan kesembuhan
penderita. Kesembuhan dapat mengurangi jumlah penderita dan terjadinya
penularan.Untuk itu, obat harus diminum dan diawasi oleh keluarga atau orang
terdekat.Saat ini upaya penanggulangan TB paru dirumuskan lewat Directly
Observed Treatment Shortcourse (DOTS), dimana pengobatan yang disertai
pengamatan langsung. Pelaksanaan strategi DOTS dilakukan di sarana-sarana
Kesehatan Pemerintah dengan Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan
program.(Dinas Kesehatan Kota Padang. 2013)

Menurut penelitian Agustina Dewi (2013), gejala pada pasien TB paru di RSUD
Raden Mattaher Jambi berupa gejala respiratorik yang meliputi: batuk 100%,
batuk darah 52,8%, sesak napas 77,8%, nyeri dada 36,1%. Gejala sistemik pada
pasien TB paru meliputi: demam 80,6%, anoreksia 91,7%, penurunan BB 91,7%,
55,6%. Sebagian besar orang yang mengalami infeksi primer tidak menunjukkan
gejala yang berarti.Namun, pada penderita infeksi primer yang menjadi progresif
dan sakit (3-4% dari yang terinfeksi), gejala respiratorik pada pasien TB Paru
berupa batuk kering ataupun batuk produktif, sesak nafas, serta nyeri dada (Arif
Mutaqin, 2012).

Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan pada hari rabu, tanggal 11 Januari
2017 di IRNA Paru RSUP. Dr. M. Djamil Padang, ditemukan 7 orang penderita
TB Paru. Tn. J 43 tahun dengan TB putus obat (DO) keluhan batuk, dahak sulit
dikeluarkan, pasien tampak lemah, pucat akral dingin dan terkadang sesak nafas
frekuensi nafas 32x/menit, pasien menghabiskan makan 5-6 sendok. Tn. S 36
tahun dengan TB DO keluhan batuk, sesak nafas frekuensi nafas 28x/menit dan
mual, pasien menghabiskan makan 3-4 sendok. Tn. B 32 tahun dengan TB MDR
keluhan batuk, sesak nafas frekuensi nafas 34x/i, dahak yang sulit dikeluarkan.
Tn. S 56 tahun dengan TB DO keluhan sesak nafas frekuensi nafas 28x/menit,
batuk, nyeri, pasien menghabiskan makan 3-5 porsi. Tn. N 47 tahun dengan TB
DO keluhan batuk, nyeri, sesak nafas frekuensi nafas 29x/menit, badan terasa

Poltekkes Kemenkes Padang


5

lemah, sulit tidur, dan mual. Tn. K 31 tahun dengan TB MDR keluhan batuk,
dahak yang sulit dikeluarkan, sesak nafas frekuensi nafas 32x/menit, mual dan
muntah. Tn. H 54 tahun dengan TB DO keluhan nyeri pada dada, sesak nafas
frekuensi nafas 27x/menit, pucat, akral dingin, batuk.

Hasil observasi didapatkan keluhan pasien banyak mengalami sesak nafas dan
dahak (secret) yang sulit dikeluarkan, nyeri dada, badan terasa lemah, nafsu
makan menurun.Diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler,
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus dalam jumlah
berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa sekresi,
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan.

Peran perawat pada pasien TB paru yakni melakukan tindakan keperawatan


untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar pada pasien dan membantu
mengurangi keluhan yang dirasakan, perawat mengatur posisi duduk pasien
dengan semi fowler agar pasien tidak merasakan sesak nafas, selain itu perawat
melakukan nebulizer yang berguna untuk mempermudah pasien untuk
mengeluarkan secretnya. Perawat juga mengontrol pemberian OAT pada pasien
penderita TB paru, selain itu perawat memberikan edukasi mengenai faktor
pemicu TB paru dan menjauhi faktor resiko TB paru serta perawat memberikan
dukungan moril dan motivasi untuk kesembuhan pasien TB paru. Pasien TB paru
bukan hanya membutuhkan perawatan secara fisik akan tetapi juga
membutuhkan perawatan secara psikososial karena pasin TB paru cenderung
mengalami harga diri rendah serta isolasi sosial yang dikarenakan TB paru dapat
menginfeksi siapapun sehingga orang lain cenderung menjauhi atau membatasi
aktivitasnya dengan penderita TB paru.Maka dari itu pentingnya tenaga perawat
untuk melakukan asuhan keperawatan sebagai edukator, motivator dan fasilitator
pada pasien dengan TB paru di Paru RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang


6

Berdasarkan uraian diatas maka penelitimelakukan “Asuhan keperawatan pada


pasien dengan TB paru DO di Ruangan Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun
2017”

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan TB Paru DO di ruangan Paru RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit TB Paru
di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan penyakit
TB Paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan penyakit TB Paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan
penyakit TB paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan
penyakit TB Paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan yang pada pasien dengan
penyakit TB paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan
dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB
Paru DO.

2. Bagi Rumah Sakit


Diharapkan pimpinan rumah sakit dapat meneruskan kepada perawat ruangan
dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan TB paru DO di RSUP Dr. M.
Djamil Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang


7

3. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penulisan yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pembelajaran di Prodi
Keperawatan Padang dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien TB
paru DO
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian laporan yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar dalam
penerapan asuhan keperawatan pada pasien TB paru DO.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kasus
1. Pengertian
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2015).Selain itu
TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ
tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani
Rab, 2010). Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1)
tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2)
tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan
aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi
tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009)

Menurut Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau kronis
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya
infiltrat paru, pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta
pembentukan kavitas.

2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat
ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi
terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri.Reaksi
inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma,
dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).Ketika seseorang penderita TB
paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet
nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
9

Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei
tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam
droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat,
maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).

Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk tertular


virus tuberculosis adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan
HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;
etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan
dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,
gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas
yang beresiko tinggi.

3. Klasifikasi TB Paru
TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013 halaman 161
yaitu:
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).
b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif,
non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun
kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
2) Moderately advanced tuberculosis

Poltekkes Kemenkes Padang


10

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.
3) Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberkulosis.

Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,


radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya.Klasifikasi ini penting
karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menentukan strategi
terapi.

Sesuai dengan program Gerdunas-TB (Gerakan Terpadu Nasional


Penanggulan Tuberkulosis) klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik

2) BTA positif:
mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan
positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan
serial foto yang tidak berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih mendukung).

4. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan,dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi

Poltekkes Kemenkes Padang


11

melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-


kuman basil tuberkel yang berasal dari orang – orang yang terinfeksi. TB
adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai sel. Sel
efektor adalah makrofag, dan limfosit( biasanya sel T) adalah sel
imunresponsif. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag
yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.Respons ini
disebut sebagai reaksi hipersensitivitas seluler (lambat).

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi


sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.Gumpalan basil yang
lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus
dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruangan alveolus,
biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah,
biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah,
basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri
namun tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah hari- hari pertama,
leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi, dan timbulkan pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau
proses dapat berjalan terus difagosit atau berkembang biak dalam di dalam
sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjer getah
bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
dan sebagian bersatu sehingga membentuk seltuberkel epiteloid, yang
dikelilingi oleh limfosit.Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai
20 hari.

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju disebut nekrosis kaseosa.Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan

Poltekkes Kemenkes Padang


12

fibroblas menimbulkan respons berbeda.Jaringan granulaasi menjadi lebih


fibroblas membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru disebut Fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjr
getah bening regional dan lesi primer disebut Kompleks Ghon.Kompleks
Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang
kebetulan menjalani pemeriksaan radio gram rutin.Namun kebanyakan
infeksi TB paru tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi.

Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu
bahan cairan lepas kedalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan
kavitas. Bahan tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali
dibagian lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus.

Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan


meninggalkan jaringan parut fibrosis.Bila peradangan merada, lumen
bronkus dapat menyepit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
denagan taut bronkus dan rongga.Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak
dapat kavitas penu dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala
demam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjer getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagaipenyebaran
limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB miler, ini
terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ – organ
tubuh. (Sylvia, 2005)

Poltekkes Kemenkes Padang


13

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
a. Manifestasi Klinis
Arif Mutaqqin (2012), menyatakan secara umum gejala klinik TB paru
primer dengan TB paru DO sama. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang
terlibat ) dan gejala sistematik.
1) Gejala respratorik
a) Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan.
b) Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan
utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
c) Sesak nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB.
2) Gejala sistematis
a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau
malam hari mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan
semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa
bebas serangan semakin pendek.
b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan, dan malaise.Timbulnya keluhan biasanya
bersifat gradual muncul dalam beberapa minggusampai
bulan.Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak
nafas.
16

Gejala reaktivasi tuberkulosis berupa demam menetap yang naik dan


turun (hectic fever), berkeringat pada malam hari yang menyebabkan
basah kuyup (drenching night sweat), kaheksia, batuk kronik dan
hemoptisis.Pemeriksaan fisik sangat tidak sensitif dan sangat non spesifik
terutama pada fase awal penyakit.Pada fase lanjut diagnosis lebih mudah
ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, terdapat demam penurunan berat
badan, crackle, mengi, dan suara bronkial. (Darmanto, 2009)

Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya.Pada tipe


infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat
berupa gejala neumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer
dapat juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam
bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas.
Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat sembuh dengan sendirinya,
hanya saja tingkat kesembuhannya 50%. TB postprimer terdapat gejala
penurunan berat badan, keringat dingin pada malam hari, tempratur
subfebris, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas, hemoptisis
akibat dari terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus, sehingga
menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah
yang masif, TB postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga
menimbulkan gejala-gejala seperti meningitis, tuberlosis miliar,
peritonitis dengan fenoma papan catur, tuberkulosis ginjal, sendi, dan
tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher, yakni berupa skrofuloderma.
(Tabrani Rab, 2016)

b. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada
TB paru adalah:

Poltekkes Kemenkes Padang


17

1) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
4) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal, dan sebagainya.
6) Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).

6. Penatalaksanaan
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi
tiga bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).
1) pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes
tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka
pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan
mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif,
berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu misalnya:
a) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b) Penghuni rumah tahanan.
3) Vaksinasi BCG
Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur
kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada
tes tuberkulin.
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai
menderita tuberkulosis, yakni:

Poltekkes Kemenkes Padang


18

a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan
pernah berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum positif
harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya
positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.
c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai
kemungkinan terkena.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8
minggu dan ila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila
tuberkulin sudah mengalami konversi, maka pengobatan harus
diberikan.
4) Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi
yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis
sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
a) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena
resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB,
b) Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin
positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular,
c) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif
menjadi positif,
d) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
immunosupresif jangka panjang,
e) Penderita diabetes melitus.
5) Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis
kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit
oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif,
2012)

Arif Mutaqqin (2012), mengatakan tujuan pengobatan pada penderita TB


paru selain mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan,
resistensi terhadap OAT, serta memutuskan mata rantai penularan. Untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


19

penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis paru, berikut ini adalah beberapa


hal yang penting untuk diketahui.

Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT)


a. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan
Streptomisin (S).
2) Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid
(INH).
b. Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin dan
Isoniazid.
2) Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan
Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli, digunakan Pirazinamid
(Z).
c. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas
bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam
para-amino salistik (PAS), dan sikloserine.
2) Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid
dalam keadaan telah terjadi resistensi sekunder.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas
obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid,
Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004)
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi TB paru, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologi, apusan sputum dan riwayat pengobatan sebelumnya.Disamping
itu, perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB paru yang dikenal
sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTSC).

DOTSC yang direkomendasikan oleh WHO terdiri atas lima komponen,


yaitu:

Poltekkes Kemenkes Padang


20

a. Adanya komitmen politis berupa dukungan para pengambil keputusan


dalam penanggulangan TB paru.
b. Diagnosis TB paru melalui pemeriksaan sputum secara mikroskopik
langsung, sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan
radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki
sarana tersebut.
c. Pengobatan TB paru dengan paduan OAT jangka pendek dibawah
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO), khususnya
dalam dua bulan pertama di mana penderita harus minum obat setiap hari.
d. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang
cukup. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Kasus TB Paru


1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman
Somantri, p.68 2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai
dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang
tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya
cahaya matahari kedalam rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat
terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum adalah antara 1-4
tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar paru-paru
(extrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB
diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia<3
tahun. Angka kejadia (pravelensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup
rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB paru
menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas
pada paru-paru).

b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.

Poltekkes Kemenkes Padang


21

2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong
ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak
bayangan
hitam dan diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi
merupakan penyakit infeksi menular.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.

e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya


1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

Poltekkes Kemenkes Padang


22

f. Riwayat Sosial Ekonomi


1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.

g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat
dan tidur, kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-
20x/i)
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Suhumungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada
demam
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak
meringis, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak
sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran
trakea.
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan
tarikan dinding dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen

Poltekkes Kemenkes Padang


23

Inspeksi : biasanya tampak simetris


Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar

4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema

i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas;
pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak
bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

j. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas
pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40-41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak sub
kutan.
3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.

Poltekkes Kemenkes Padang


24

Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum


hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural),
sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi pleura),
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus dalam
jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa
sekresi
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan,
keletihan otot pernapasan
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
f. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit
g. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi
h. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
i. Resiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kewaspadaan perdarahan
j. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
k. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

Poltekkes Kemenkes Padang


25

l. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, infeksi/


kontaminan interpersonal, ancaman pada konsep diri

3. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan TB paru


adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas


bersihan jalan napas tindakan keperawatan a) Bersihkan jalan nafas
berhubungan dengan diharapakan status dengan teknik chin lift
mokus dalam jumlah pernafasan : kepatenan atau jaw thrust sebagai
berlebihan, eksudat jalan nafas dengan mana mestinya
dalam jalan alveoli, kriteria hasil : b) Posisikan pasien untuk
sekresi bertahan/sisa a) Frekuensi pernafasan memaksimalkan
tidak ada deviasi dari ventilasi
sekresi
kisaran normal c) Identifikasi kebutuhan
Definisi : aktual/potensial pasien
Ketidakmampuan b) Irama pernafasan
tidak ada deviasi dari untuk memasukkan alat
membersihkan sekresi membuka jalan nafas
atau obstruksi dari kisaran normal
c) Kemampuan untuk d) Lakukan fisioterapi
saluran nafas untuk dada sebagai mana
mengeluarkan secret
mempertahankan mestinya
tidak ada deviasi dari
bersihan jalan nafas kisaran normal e) Buang secret dengan
Batasan karakteristik : d) Suara nafas tambahan memotivasi pasien
1. Batuk yang tidak tidak ada untuk melakukan batuk
efektif e) Dispnea dengan atau menyedot lender
2. Dyspnea aktifitas ringan tidak f) Instruksikan
3. Gelisah ada bagaimana agar bias
4. Kesulitan verbalisasi f) Penggunaan otot melakukan batuk
5. Penurunan bunyi bantu pernafasan efektif
nafas tidak ada g) Auskultasi suara nafas
6. Perubahan frekensi h) Posisikan untuk
nafas meringankan sesak
7. Perubahan pola nafas nafas
status pernafasan :
8. Sputum dalam ventilasi dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


26

jumlah yang kriteria hasil : Monitor pernafasan


berlebihan a) Frekuensi pernafasan a) Monitor kecepatan,
9. Suara nafas tambahan tidak ada deviasi dari irama, kedalaman dan
kisaran normal kesulitan bernafas
Faktor yang berhubungan b) Irama pernafasan b) Catat pergerakan dada,
1. Lingkungan tidak ada deviasi dari catat ketidaksimetrisan,
a) Perokok kisaran normal penggunaan otot bantu
b) Perokok pasif c) Suara perkusi nafas pernafasan dan retraksi
c) Terpajan asap tidak ada deviasi dari otot
2. Obstruksi jalan nafas kisaran normal c) Monitor suara nafas
a) Adanya jalan d) Kapasitas vital tidak tambahan
nafas buatan ada deviasi dari dari d) Monitor pola nafas
b) Benda asing kisaran normal e) Auskultasi suara nafas,
dalam jalan nafas catat area dimana
c) Eksudat dalam terjadi penurunan atau
alveoli tidak adanya ventilasi
d) Hyperplasia pada dan keberadaan suara
dinding bronkus nafas tambahan
e) Mucus berlebihan f) Kaji perlunya
f) Spasme jalan penyedotan pada jalan
nafas nafas dengan auskultasi
3. Fisiologis suara nafas ronki di
a) Disfungsi paru
neuromuskular g) Monitor kemampuan
b) Infeksi batuk efektif pasien
h) Berikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
(misalnya nebulizer)

Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas


nafas berhubungan tindakan keperawatan a) Bersihkan jalan nafas
dengan hiperventilasi diharapkan status dengan teknik chin lift
Definisi : pernafasan : ventilasi atau jaw thrust sebagai
Batasan karakteristik dengan kriteria hasil : mana mestinya
1. Bradipnea a) Frekuensi pernafasan b) Posisikan pasien untuk
2. Dyspnea tidak ada deviasi dari memaksimalkan
3. Penggunaan otot kisaran normal ventilasi
bantu pernafasan b) Irama pernafasan c) Identifikasi kebutuhan
4. Penurunan kapasitas tidak ada deviasi dari aktual/potensial pasien
kapasitas vital kisaran normal untuk memasukkan alat
5. Penurunan tekanan c) Suara perkusi nafas membuka jalan nafas
ekspirasi tidak ada deviasi dari d) Lakukan fisioterapi
6. Penurunan tekanan kisaran normal dada sebagai mana

Poltekkes Kemenkes Padang


27

inspirasi d) Kapasitas vital tidak mestinya


7. Pernafasan bibir ada deviasi dari dari e) Buang secret dengan
8. Pernafasan cuping kisaran normal memotivasi pasien
hidung untuk melakukan batuk
9. Takipnea atau menyedot lender
f) Instruksikan bagaimana
Factor yang berhubungan agar bias melakukan
1. Ansietas batuk efektif
2. Cedera medulla g) Auskultasi suara nafas
spinalis h) Posisikan untuk
3. Hiperventilasi meringankan sesak
4. Keletihan nafas
5. Keletihan otot
pernafasan Terapi oksigen
6. Nyeri a) Pertahankan kepatenan
7. Obesitas jalan nafas
8. Posisi tubuh yang b) Siapkan peralatan
menghambat oksigen dan berikan
ekspansi paru melalui system
humidifier
c) Berikan oksigen
tambahan seperti yang
diperintahkan
d) Monitor aliran oksigen
e) Monitor efektifitas
terapi oksigen
f) Amati tanda-tanda
hipoventialsi induksi
oksigen
g) Konsultasi dengan
tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan
oksigen tambahan
selama kegiatan dan
atau tidur
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Terapi oksigen
gas berhubungan dengan tindakan keperawatan a) Pertahankan kepatenan
perubahan membran diharapakan status jalan nafas
alveolar-kapiler pernafasan : b) Siapkan peralatan
Definisi : pertukaran gas dengan oksigen dan berikan
Kelebihan atau deficit kriteria hasil : melalui system
oksigenasi dan/atau a) Tekanan parsal humidifier
eliminasi oksigen di darah arteri c) Berikan oksigen
(PaO2) tidak ada tambahan seperti yang
karbondioksida pada

Poltekkes Kemenkes Padang


28

membrane alveolar-deviasi dari kisaran diperintahkan


kapiler normal d) Monitor aliran oksigen
b) Tekanan parsial e) Monitor efektifitas
Batasan karakteristik karbondioksisa di terapi oksigen
1. Diaphoresis darah arteri (PaCO 2) f) Amati tanda-tanda
2. Dyspnea tidak ada deviasi dari hipoventialsi induksi
3. Gangguan kisaran normal oksigen
penglihatan c) Saturasi oksigen tidak g) Konsultasi dengan
4. Gas darah arteri ada deviasi dari tenaga kesehatan lain
abnormal kisaran normal mengenai penggunaan
5. Gelisah d) Keseimbangan oksigen tambahan
6. Hiperkapnia ventilasi dan perfusi selama kegiatan dan
7. Hipoksemia tidak ada deviasi dari atau tidur
8. Hipoksia kisaran normal Monitor tanda-tanda
9. pH arteri abnormal vital
10. pola pernafasan Tanda-tanda vital a) Monitor tekanan darah,
abnormal dengan kriteria hasil : nadi, suhu dan status
11. sianosis a) Suhu tubuh tidak ada pernafasan dengan
deviasi dari kisaran tepat
factor berhubungan normal b) Monitor tekanan darah
b) Denyut nadi radial saat pasien berbaring,
1. ketidakseimbangan
tidak ada deviasi dari duduk dan berdiri
ventilasi-perfusi
kisaran normal c) sebelum dan setelah
2. perubahan membrane
c) Tingkat pernafasan perubahan posisi
alveolar-kapiler
tidak ada deviasi dari d) Monitor dan laporkan
kisaran normal tanda dan gejala
d) Irama pernafasan hipotermia dan
tidak ada deviasi dari hipertermia
kisaran normal e) Monitor keberadaan
e) Tekanan darah sistolik nadi dan kualitas nadi
tidak ada deviasi dari f) Monitor irama dan
kisaran normal tekanan jantung
f) Tekanan darah g) Monitor suara paru-
diastolik tidak ada paru
deviasi dari kisaran h) Monitor warna kulit,
normal suhu dan kelembaban
Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital
Sumber : Nanda (2015) : Nursing Intervention Classification (NOC) (2013) :
Nursing Outcome Classification (NIC) (2013)

Poltekkes Kemenkes Padang


29

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptifdengan bentuk studi kasus. Metode
penlitian deskriptif merupakan suatu metode yang memiliki tujuan utama dengan
memberikan gambaran situasi atau fenomena secara jelas dan rinci tentang apa
yang terjadi (Afiyanti, Yati. 2014). Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah
melihat asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus TB paru di Ruang Paru
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di ruangan Ruang Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017.Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari-Juni 2017.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus TB paru DO di Ruang Paru RSUP
Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017 dilakukan dari tanggal 20 Mei-24 Mei
2017, lima hari untuk masing-masing partisipan.

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi pasien dengan TB paru DO sebanyak 2 orang.

2. Sampel
Sampel yang diambil berjumlah 2 orang yang didapat dari populasi dengan
kriteria inklusi:
a. Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden.
b. Pasien di diagnosis TB paru (Drop Out)
c. Pasien compos mentis kooperatif.
Kriteria Ekslusi :
a. Pasien pulang atau meninggal sebelum 5 hari pengambilan data.
b. Pasien pindah rawatan keruang ambun pagi.

D. Prosedur Pengambilan Data


1. Prosedur Administrasi
Prosedur administrasi yang dilakukan peneliti meliputi:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang

36
Poltekkes Kemenkes Padang
32

b. Meminta surat rekomendasi ke RSUP Dr. M.Djamil Padang


c. Meminta izin ke Kepala RSUP Dr. M.Djamil Padang
d. Meminta izin ke Kepala Keperawatan Ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil
Padang
e. Melakukan pemilihan sampel yaitu berdasarkan pasien yang ada waktu
jadwal penelitian. Saat peneliti melakukan observasi partisipan pada
tanggal 19 Mei 2017, ada 5 orang partisipan dengan diagnose TB paru,
setelah melihat buku status keperawatan 3 orang TB paru DO dan 2 orang
TB paru MDR. 1 pasien TB paru DO rencana pulang, peneliti langsung
memilih 2 pasien TB paru DO yang masih dirawat.
f. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian
g. Keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan responden dalam
penelitian
h. Keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya
i. Keluarga dan pasien menandatangani informed concent
j. Selanjutnya peneliti dan keluarga melakukan kontrak waktu untuk
pertemuan selanjutnya.

2. Prosedur Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:
a. Peneliti melakukan pengkajian kepada responden/keluarga menggunakan
metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik.
b. Peneliti merumuskan diagnosis keperawatan yang muncul pada
redponden
c. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan
kepada responden
d. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden
e. Peneliti mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
responden

Poltekkes Kemenkes Padang


33

f. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang telah


diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian sampai pada
evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

E. Alat/Instrumen Pengumpulan Data


1. Pengkajian
Menggunakan format pengkajian (format terlampir) yang berisi identitas
pasien, riwayat kesehatan, dan pola kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik
Alat yang digunakan yaitu tensimeter, reflek hammer, penlight, thermometer,
stetoskop.
3. Diagnosis keperawatan
a. Analisa data
Analisa data pada kedua partisipan Tn. J dan Ny. D mencakup data
pasien, masalah dan penyebabnya (lampiran 7 dan 8)
b. Diagnosa keperawatan
Format diagnosis keperawatan berisi problem, etiologi, dan symptom,
tanggal ditemukan masalah serta tanggal dipecahkan masalah (lampiran 7
dan 8)
c. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan terdiri dari beberapa komponen diantaranya
diagnosis keperawatan, tujuan, kriteria hasil, serta perncanaan
keperawatan (lampiran 7 dan 8)
d. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dari hari tanggal dilakukan asuhan
keperawatan, diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan berdasarkan
intervensi keperawatan, serta tanda tangan yang melakukan implementasi
keperawatan (lampiran 7 dan 8).
e. Evaluasi

Poltekkes Kemenkes Padang


34

Evaluasi terdiri dari nama pasien, hari tanggal, evaluasi beruapa SOAP,
serta tanda tangan yang membuat evaluasi keperawatan
F. Cara Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan pada partisipan 1 dan partisipan 2 dengan wawancara,
pemeriksaan, pengukuran, pendokumentasian selama pasien dirawat.
2. Pengukuran
Pada hari pertama melakukan asuhan keperawatan, didapatkan hasil
pengukuran pada kedua partisipan yaitu Tn. J dan Ny. D,pengukuran yang
dilakukan adalah pengukuran tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,
pemeriksaan pupil, pemeriksaan nervus cranial, pemeriksaan reflek fisiologis,
reflek patologis serta penilaian kekuatan otot
3. Wawancara
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas
terpimpin.Caranya adalah dengan menanyakan kepada keluarga perihal
kejadian yang sebenarnya terjadi pada partisipan dan riwayat kesehatan
sebelumnya yang berkaitan dengan penyakit yang dialami partisipan saat ini.
4. Dokumentasi
Dokumen berbentuk status pasien serta catatan keperawatan yang di
dokumentasikan ulang menggunakan gambar serta buku kegiatan penelitian.

G. Jenis-jenis Data
1. Data Primer
Data ini meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas
sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. Data Sekunder
Data sekunder berupa hasol laboratorium, hasil cek sputum, hasil Rontgen,
catatan perkembangan keperawatan

H. Rencana Analisis

Poltekkes Kemenkes Padang


35

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan
pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada pasien dengan TB paru DO. Data yang telah didapat dari hasil
melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan diagnosis,
merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan
akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan
kasus TB paru DO. Analisa yang dilakukan untuk menentukan apakah ada
kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP DR.M.Djamil Padang di Ruang Paru,
kapasitas penampungan tempat tidur pasien adalah sebanyak 24 tempat tidur
yang dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim A dan tim B, dipimpin oleh seorang
karu, dan dibantu oleh 2 orang katim di masing-masingnya. Diruangan
tersebut ada 19 perawat pelaksana yang dibagi menjadi 3 shif, pagi, siang,
dan malam.Perawat berpendidikan S1 ada 7 orang, sementara untuk perawat
yang berpendidikan D3 adalah sebanyak 11 orang.Selain perawat ruangan
beberapa mahasiswa praktik dari berbagai institusi juga ikut andil dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien.

Penelitian yang dilakukan pada tanggal 20-24 Mei 2017 pada dua partisipan,
yaitu Tn. J dan Ny. D dengan diagnosa medis TB paru DO di Ruang Paru
RSUP Dr. M. Djamil Padang.Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian,
penegakkan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi serta
evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan metode wawancara, observasi,
studi dokumentasi serta pemeriksaan fisik.

2. Deskripsi Kasus
Pengkajian keperawatan dimulai pada tanggal 20 Mei 2017 pukul 09.00
WIB, Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan peneliti melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi pada kedua partisipan
dituangkan pada tabel sebagai berikut.

Partisipan I, Tn. J umur 31 tahun, status kawin, agama islam, pendidikan


terakhir SD, tidak bekerja, alamat di Kapujan Bayang Kab. Pesisir Selatan.
Pasien dirawat sejak tanggal 16 Mei 2017 dengan alasan masuk sesak nafas,
diagnosa medis TB paru DO. No. MR: 978727. Penanggung jawab: Tn.U

36
Poltekkes Kemenkes Padang
37

(kakak kandung) pekerjaan petani, alamat di Kapujan Bayang Kab. Pesisir


Selatan.

Partisipan II, Ny. D umur 55 tahun, status kawin, agama islam, pendidikan
terakhir SMP, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Limau Asam Pasar Baru
Bayang Kab. Pesisir Selatan. Pasien dirawat sejak tanggal 17 Mei 2017
dengan alasan masuk sesak nafas, diagnosa medis TB paru DO. No. MR:
978936. Penanggung jawab: Ny.T (adik kandung) pekerjaan ibu rumah
tangga, alamat Limau Asam Pasar Baru Bayang Kab. Pesisir Selatan.

Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan Partispan 1 dan Partisipan 2

ASUHAN
KEPERAWATAN PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Riwayat Kesehatan Pasien masuk melalui IGD RSUP Pasien masuk melalui Poliklinik
Keluhan utama Dr. M.Djamil Padang Rujukan RSUP Dr. M.Djamil Padang pada
dari RS Siti Rahmah Padang pada hari rabu tanggal 17 Mei 2017
hari selasa tanggal 16 Mei 2017 pukul 12.30 WIB, dengan
pukul 00.20 WIB, dengan kesadaran kompos mentis
kesadaran kompos mentis kooperatif, keadaan umum lemah,
kooperatif, keadaan umum lemah, disertai dengan keluhan utama
disertai dengan keluhan utama pasien batuk berdarah sejak 2
pasien sesak nafas sejak 3 hari minggu yang lalu, pasien sesak
yang lalu, demam tinggi sejak nafas sejak 4 hari yang lalu, dan
seminggu yang lalu, nyeri pada nyeri pada dada, TD: 100/70
dada, TD: 114/70 mmHg, HR: mmHg, HR: 98x/menit, RR:
110x/menit, RR: 28x/menit, 24x/menit, Suhu: 37,1oC.
Suhu: 38,7oC.
Riwayat kesehatan Saat dilakukan pengkajian pada Saat dilakukan pengkajian pada
sekarang hari sabtu, tanggal 20 Mei 2017 hari sabtu, tanggal 20 Mei 2017
hari rawatan ke 5, dengan hari rawatan ke 4, dengan
kesadaran kompos mentis kesadaran kompos mentis
kooperatif, keadaan umum lemah, kooperatif, keadaan umum sedang,
pasien mengeluh sesak nafas, pasien mengeluh sesak nafas,
batuk berdahak warna kuning nyeri dada, batuk produktif masih
kecoklatan, nyeri dada, pasien terdapat bercak darah, Pasien
terpasang Oksigen NRM terpasang oksigen nasal kanul
10liter/menit 3liter/menit.
Riwayat Kesehatan Keluarga mengatakan pasien Keluarga mengatakan pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


38

Dahulu pernah dirawat di RSUD Painan pernah minum OAT tahun 2016
tahun 2016 selama 1 minggu selama 4 bulan dan dihentikan
dengan keluhan sesak nafas serta sendiri oleh pasien dengan alasan
nyeri pada dada dan punggung. setelah pasien meminum OAT
Riwayat OAT tahun 2016 selama pasien mengeluh mual. Keluarga
2 bulan dan dihentikan sendiri mengatakan pasien belum pernah
oleh pasien dengan alasan pasien dirawat di RS. Hipertensi (-), DM
mengeluh pusing setelah (+).
meminum OAT, pasien memiliki
kebiasaan merokok.Hipertensi (-),
DM (-).
Riwayat Kesehatan Keluarga mengatakan tidak ada Keluarga mengatakan tidak ada
Keluarga anggota keluarga yang tinggal anggota keluarga yang tinggal
serumah yang pernah menderita serumah yang pernah menderita
penyakit TB paru, dan penyakit penyakit TB Paru, dan penyakit
keturunan lainnya. keturunan lainnya.
Pola Aktifitas Sehat: Pasien mengatakan saat
-Pola Nutrisi Sehat: Pasien mengatakan saat sehat makan 3x sehari dengan
sehat makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur dengan porsi
nasi, lauk, sayur dengan porsi
sedang dan minum air putih 8-10
sedang dan minum air putih
sebanyak 8 gelas. gelas perhari.
Sakit: Pasien diberi susu dan Ssakit: Pasien diberi makanan
setelah 3 hari pasien diberi biasa Diit DM tipe II, pasien
makanan lunak dan makan 3x menghabiskan ¼ porsi makanan
sehari, pasien menghabiskan ¼ saja, minum air putih sebanyak 8
porsi makanan dan minum air gelas sehari.
putih sebanyak 5 sampai 8 gelas
sehari
-Istirahat dan Tidur Sehat: pasien tidur 7-8 jam Sehat: pasien tidur 8-9 jam
perhari, siang 1-2 jam perhari dan perhari, siang 2 jam perhari dan
malam 5-6 jam perhari, kualitas malam 6-7 jam perhari, kualitas
tidur baik. Sakit: pasien tidur 8- tidur baik. Sakit: pasien tidur 11
10 jam perhari, siang 2-3 jam jam perhari, siang 3 jam perhari
perhari dan malam 6-7 jam dan malam 8 jam perhari, pasien
perhari, pasien sering terbangun sering mengeluh berkeringkat
dimalam hari karena pada malam hari.
mengeluhkan sesak nafas.
-Aktifitas dan Sehat: keluarga mengatakan Sehat: Saat sehat keluarga
Latihan pasien tidak bekerja, pasien dapat mengatakan pasien seorang ibu
melakukan kegiatan serta rumah tangga, pasien dapat
aktivitas sendiri, pasien melakukan kegiatan serta aktivitas
mengkonsumsi narkoba(-), seks sendiri. Pekerjaan suami sebgai
bebas(-). petani.

Poltekkes Kemenkes Padang


39

Sakit: namun saat sakit ADL Sakit: namun saat sakit ADL
pasien dibantu oleh keluarga dan pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat perawat
Pemeriksaan Fisik Dari hasil pemeriksaan di Dari hasil pemeriksaan di
dapatkan keadaan umum lemah, dapatkan keadaan umum sedang,
kesadaran CMC, TD: 100/70 kesadaran CMC,TD: 110/70
mmHg, HR: 68x/menit, RR: mmHg, HR: 73x/menit, RR:
28x/menit, suhu: 36,50C. Kepala: 26x/menit, suhu: 36,8oC. Kepala:
tampak simetris, kepala bersih, tampak simetris, kepala bersih,
hematom(-), pembengkakan(-). hematom(-), pembengkakan(-).
Wajah:wajah tampak pucat, Wajah: wajah tampak pucat,
wajah tampak simetris. Mata: wajah tampak simetris. Mata:
tampak simetris, konjungtiva tampak simetris, konjungtiva
anemis(-), sklera ikterik (-). anemis(-), sklera ikterik(-).
Hidung: hidung simetris, Hidung: hidung simetris, tampak
tampak bersih, pernapasan cuping bersih, pernapasan cuping hidung
hidung(-), lesi (-). Mulut: (-), lesi (-). Mulut: kering, tidak
kering, tidak pucat, tidak terdapat pucat, tidak terdapat lesi. Leher:
lesi. Leher: pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar tiroid dan
tiroid dan kelenjar getah kelenjar getah bening(-). Dada:
bening(-). Dada: penggunaan penggunaan otot bantu(-),
otot bantu(+), pergerakan dinding pergerakan dinding dada kiri dan
dada kiri dan kanan sama, kanan sama, fremitus kiri dan
fremitus kiri dan kanan sama, kanan sama, perkusi sonor,
perkusi sonor dan auskultasi auskultasi bronkovesikuler,
bronkovasikuler, ronkhi positif. ronkhipositif. Pada pemeriksaan
Pada pemeriksaan kardiovaskuler kardiovaskuler didapatkan ictus
di dapatkan ictus cordis tidak cordis tidak terlihat dan teraba,
terlihat, serta irama teratur. irama teratur. Abdomen:
Abdomen: pemeriksaan sistem pemeriksaan sistem pencernaan
pencernaan asites(-), bising usus asites(-), bising usus 12x/menit,
15x/menit, hepar teraba (-), nyeri hepar teraba(-), nyeri tekan
tekan hepar(-), perkusi timpani, hepar(-), perkusi timpani.
pembesaran kelenjar tiroid dan Pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening(-). kelenjar getah bening(-).
Ekstremitas: Pada ekstermitas Ekstremitas: Pada ekstremitas
kiri atas terpasang IVFD NaCl, kiri atas terpasang IVFD NaCl,
ekstremitas atas bawah teraba ekstremitas atas bawah teraba
dingin, sianosis(-), CRT<2dtk. hangat, sianosis(-), CRT<2dtk.
Data penunjang Tanggal 16 Mei 2017 Tanggal 22 Mei 2017
pH= 7.28, pCO2= 53 mmHg, Gula darah puasa= 560 mg/dl,
pO2= 81mmHg, HCO3= 21.6 gula darah 2 jam PP= 637 mg/dl,
mmol/L, gula darah sewaktu= 86 ureum darah= 29 mg/dl, kreatinin
mg/dl, Albumin= 3.09 g/dl, darah= 1.0 mg/dl, total protein=

Poltekkes Kemenkes Padang


40

Globulin= 3.7g/dl, Hb= 13.6 g/dl, 8.2 g/dl, Albumin= 3.6 g/dl,
Leukosit= 12.090 g/dl. Globulin= 4.6 g/dl, Hb= 11.5 g/dl,
Tanggal 18 Mei 2017 Leukosit= 10.440 mg/dl,
pH= 7,33, pCO2= 46 mmHg, Trombosit= 481.000 g/dl
pO2= 110 mmHg, HCO3= 24.3 Pada pemeriksaan radiologi paru
mmol/L, total protein= 5,6 g/dl, didapatkan hasil bahwa terdapat
albumin= 3,1 g/dl, globulin= 2,5 fibro infiltrat pada kedua paru,
g/dl kesan : TB Paru
Tanggal 18 Mei 2017
Hb= 12.7 g/dl, Trombosit=
455.000 g/dl, Hematokrit= 40%,
Ureum darah= 278 mg/dl,
Kreatinin Darah= 31.5 mg/dl,
Total protein= 5,9 g/dl, Albumin=
3.1 g/dl, Globulin = 2.5 g/dl
Tanggal 25 Mei 2017
pH= 7.40, pCO2= 50 mmHg,
pO2= 27 mmHg, HCO3= 31
mmol/L
Pada pemeriksaan radiologi paru
didapatkan hasil bahwa terdapat
fibro infiltrat pada kedua paru,
kesan : TB Paru
Terapi pengobatan Terapi pengobatan pada Tn. J Terapi pengobatan pada Ny. D
diberikan cairan Nacl 8jam/kolf, diberikan cairan NaCl 12jam/kolf,
Ceftriaxon 1x2gr, Levoplolaxin Ranitidin 2x1, Dexametason 3x2,
1x750, Ranitidin 2x1, Combivent 3x1, terapi OAT
Dexametason 3x2, Vit B6 1x1, R/H/Z/E=400/350/950/600mg/dl
Combivent 3x1, Drip vascon
2,1cc/jam, terapi OAT
R/H/Z/E=450/300/1000/750mg/d
l
Analisa Data 1. DS: Pasien mengatakan 1. DS : Pasien mengeluh batuk
gelisah berdahak dan sulit
DO: Pasien tampak gelisah, mengeluarkan dahak
pernafasan pasien tampak DO : Pasien tampak batuk
tidak teratur, ekstremitas produktif, Sekret berwarna
teraba dingin, CRT<2dtk. putih kekuning kuningan
Hasil AGD= pH: 7.43, pCO2: bercampur dengan darah,
48 mmHg, pO2: 160 mmHg. RR=22x/menit, pasien tampak
Masalah : Gangguan sesak nafas.
pertukaran gas berhubungan Masalah : Ketidakefektifan
dengan perubahan membran bersihan jalan napas
alveolar-kapiler berhubungan dengan eksudat

Poltekkes Kemenkes Padang


41

2. DS : Pasien mengeluh batuk dalam jalan alveoli


berdahak dan sulit
mengeluarkan dahak 2. DS : pasien mengatakan tidak
DO : Batuk produktif, Sekret nafsu makan, makanan terasa
berwarna putih kekuning tidak enak
kuningan kental sedikit cair, DO : pasien tampak pucat,
TD=100/70mmHg, nadi = makanan habis ¼ porsi, pasien
68x/menit, Pernapasan= tampak lemah, konjuntiva
28x/menit, Suhu=36,5 C,
o
anemis, Hb 11.5 g/dl
pasien terpasang O2 Dari analisa diatas didapatkan
10liter/menit dengan NRM. masalah ketidakseimbangan
Masalah : Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan
bersihan jalan napas tubuh berhubungan dengan
berhubungan dengan eksudat intake nutrisi tidak adekuat
dalam jalan alveoli 3. DS: keluarga pasien
3. DS : pasien mengatakan tidak mengatakan pasien tampak
nafsu makan, makanan terasa lemah, pucat, aktivitas hanya
tidak enak tidur.
DO : pasien tampak pucat,
makanan habis ¼ porsi, pasien DO: pasien tampak pucat dan
tampak lemah. lemah, pasien DM tipe II,
Dari analisa diatas didapatkan dengan glukosa darah 560
masalah ketidakseimbangan mg/dl
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan Dari analisa diatas didapatkan
intake nutrisi tidak adekuat masalah resiko ketidakstabilan
kadar gula darah berhubungan
dengan gangguan status
kesehatan fisik
Diagnosa 1. Gangguanpertukaran gas 1. Ketidakefektifan bersihan
Keperawatan berhubungandenganperubahan jalan nafas berhubungan
membran alveolar-kapiler dengan eksudat dalam jalan
2. Ketidakefektifan bersihan alveoli
jalan nafas berhubungan 2. Ketidakseimbangan nutrisi
dengan eksudat dalam jalan kurang dari kebutuhan tubuh
alveoli berhubungan dengan intake
3. Ketidakseimbangan nutrisi nutrisi tidak adekuat
kurang dari kebutuhan tubuh 3. Resiko ketidakstabilan kadar
berhubungan dengan intake gula darah berhubungan
nutrisi tidak adekuat dengan gangguan status
kesehatan fisik
Intervensi 1. Gangguanpertukaran gas 1. Ketidakefektifan bersihan
Keperawatan berhubungandenganperubahan jalan nafas berhubungan

Poltekkes Kemenkes Padang


42

membran alveolar-kapiler dengan eksudat dalam jalan


a) Terapi oksigen alveoli
b) Tanda vital a) Manajemen jalan nafas
Kegiatan keperawatan b) Monitor pernafasan
terlampir Kegiatan keperawatan
terlampir
2. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan 2. Ketidakseimbangan nutrisi
dengan eksudat dalam jalan kurang dari kebutuhan tubuh
alveoli berhubungan dengan intake
a) Manajemen jalan nafas nutrisi tidak adekuat
b) Monitor pernafasan a) Manajemen nutrisi
Kegiatan keperawatan b) Monitor nutrisi
terlampir
3. Resiko ketidakstabilan kadar
3. Ketidakseimbangan nutrisi gula darah berhubungan
kurang dari kebutuhan tubuh dengan gangguan status
berhubungan dengan intake kesehatan fisik
nutrisi tidak adekuat a) Manajamen hiperglikemi
a) Manajemen nutrisi
b) Monitor nutrisi
Implementasi Pada diagnosa keperawatan Pada diagnosa ketidakefektifan
Keperawatan gangguanpertukaran gas bersihan jalan nafas berhubungan
berhubungandenganperubahanme dengan eksudat jalan nafas alveoli,
mbran alveolar-kapiler, intervensi intervensi yang diimplementasikan
yang diimplementasikan pada yaitu memposisikan pasien untuk
pasien yaitu memberikan terapi memaksimalkan ventilasi dengan
oksigen sesuai order: Oksigen posisi semi fowler, memonitor
NRM 10liter/menit, mengukur pernafasan pasien, memonitor
tanda-tanda vital pasien, monitor keefektifan pasien dalam batuk
vital sign. efektif.
Pada diagnosa ketidakefektifan Pada diagnosa ketidakseimbangan
bersihan jalan nafas berhubungan nutrisi kurang dari kebutuhan
dengan eksudat jalan nafas tubuh berhubungan dengan intake
alveoli, intervensi yang nutrisi tidak adekuat, intervensi
diimplementasikan yaitu yang diimplementasikan yaitu
memposisikan pasien untuk mengdentifikasi adanya alergi atau
memaksimalkan ventilasi dengan intoleransi makanan yang dimiliki
posisi semifowler, monitor pasien, kolaborasi dengan ahli gizi
pernafasan pasien, monitor tentang diet yang dibutuhkan,
keefektifan pasien dalam batuk menganjurkan pasien untuk duduk
efektif. pada posisi tegak saat makan,
monitor kecendrungan penurunan
Pada diagnosa yang berat badan.

Poltekkes Kemenkes Padang


43

ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh Pada diagnosa resiko
berhubungan dengan intake ketidakstabilan kadar gula darah
nutrisi tidak adekuat, intervensi berhubungan dengan gangguan
yang diimplementasikan yaitu status kesehatan fisik, intervensi
mengdentifikasi adanya alergi yang diimplementasikan yaitu
atau intoleransi makanan yang mengontrol gula darah pasien,
dimiliki pasien, kolaborasi mengtrol diit DM tipe II pasien,
dengan ahli gizi tentang diet yang monitor terjadinya peningkatan
dibutuhkan, menganjurkan pasien gula darah pasien.
untuk duduk pada posisi tegak
saat makan, memonitor
kecendrungan penurunan berat
badan pasien

Evaluasi Pada diagnosa gangguan Pada diagnosa keperawatan


Keperawatan pertukaran gas berhubungan ketidakefektifan bersihan jalan
dengan perubahan membran nafas berhubungan dengan eksudat
alveolar-kapiler, didapatkan dalam jalan alveoli, didapatkan
evaluasi keperawatan teratasi evaluasi masalah keperawatan
pada hari ke 6, dengan hasil teratasi pada hari ke 3, dengan
pasien tampak tenang, akral kriteria hasil frekuensi pernafasan
teraba hangat, pasien sudah tidak pasien dalam batas normal, irama
terpasang oksigen NRM, Hasil pernafasan teratur, kedalaman
AGD= PH = 7.40, PC02 = inspirasi normal, kemampuan
50mmHg, PO2 = 27mmHg, untuk mengeluarkan sekret baik,
HCO3= 31 Mmol/L, sehingga suara nafas tambahan tidak ada,
mencapai hasil sesuai batasan penggunaan otot bantu pernafasan
karakteristik yaitu tekanan parsal tidak ada. Pasien diajarkan batuk
oksigen di darah arteri (PaO2) efektif dan fisioterapi dada untuk
tidak ada deviasi dari kisaran mempermudah pasien
normal, tekanan parsial mengeluarkan dahak saat batuk,
karbondioksisa di darah arteri dan pasien mendapatkan oksigen
(PaCO2) tidak ada deviasi dari nasal kanul 3 liter bila terasa
kisaran normal, saturasi oksigen sesak.
tidak ada deviasi dari kisaran
normal, keseimbangan ventilasi Pada diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dan perfusi tidak ada deviasi dari
kisaran normal dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak
Pada diagnosa keperawatan adekuat, didapatkan evaluasi
ketidakefektifan bersihan jalan keperawatan teratasi pada hari ke
nafas berhubungan dengan 4, pasien diberikan intervensi
eksudat dalam jalan alveoli, keperawatan seperti kolaborasi

Poltekkes Kemenkes Padang


44

didapatkan evaluasi masalah dengan ahli gizi dalam


keperawatan belum teratasi, hasil menentukan status gizi pasien,
frekuensi pernafasan pasien RR mengidentifikasi adanya alergi
27x/menit kemampuan untuk makanan, memonitor kalori dan
mengeluarkan sekret kurang baik asupan makanan, memonitor
(pasien lebih memaksakan batuk), adanya penurunan berat badan hal
Pasien diajarkan batuk efektif dan ini sudah tercapai pada kriteria
fisioterapi dada untuk hasil yang telah ditentukan seperti
mempermudah pasien intake makanan adekuat, intake
mengeluarkan dahak saat batuk. nutrisi adekuat dan intake cairan
Hal ini tidak sesuai dengan adekuat.
batasan karakteristik yaitu tidak
ada penggunaan otot bantu Pada diagnosa keperawatan resiko
pernafasan, frekuensi nafas dalam ketidakstabilan kadar gula darah
rentang normal. berhubungan dengan gangguan
status kesehatan fisik, gula darah
Pada diagnosa keperawatan pasien terkontrol sesuai dengan
ketidakseimbangan nutrisi kurang batasan karakteristik gula darah
dari kebutuhan tubuh pasien dalam batas normal.
berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat, didapatkan
evaluasi keperawatan teratasi
pada hari ke 5, pasien diberikan
intervensi keperawatan seperti
kolaborasi dengan ahli gizi dalam
menentukan status gizi pasien,
mengidentifikasi adanya alergi
makanan, memonitor kalori dan
asupan makanan, memonitor
adanya penurunan berat badan hal
ini sudah tercapai pada kriteria
hasil yang telah ditentukan seperti
intake makanan adekuat, intake
nutrisi adekuat dan intake cairan
adekuat.

B. Pembahasan Kasus

Poltekkes Kemenkes Padang


45

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada 2 orang pasien melalui pendekatan


proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, maka pada bab ini peneliti
akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang
ditemukan dalam perawatan TB paru DO pada Tn. J dan Ny. D yang telah
dilakukan pengkajian pada tanggal 20 Mei 2017, dan telah dilakukan asuhan
keperawatan mulai tanggal 20-24 Mei 2017 di ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil
Padang, yang dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Keluhan utama
Berdasarkan pengkajian yang didapatkan pada Tn. J, pasien mengalami sesak
nafas2 hari sebelum dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil, demam, nyeri pada
dada, batuk produktif. Sedangkan pada Ny. D keluhan utamanya mengalami
batuk berdarah sejak 3 hari sebelum dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil, sesak
nafas, nyeri dada, demam.

Menurut peneliti keluhan utama pada kasus TB paru DO yaitu sesak nafas,
nyeri dada, demam yang ditemukan pada partisipan 1 dan. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Arif Mutaqqin (2012), menjelaskan
bahwa gejala respratorik TB paru DO yaitu: Keluhan batuk, timbul paling
awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan, sesak nafas
biasanya keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks,
anemia, dan lain-lain, nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB,
keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari
mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin
panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.

a. Riwayat kesehatan sekarang

Poltekkes Kemenkes Padang


46

Saat dilakukan pengkajian pada Tn. J hari Sabtu 20 Mei 2017, pasien
sudah hari rawatan ke 5, keadaan pasien lemah, tingkat kesadaran kompos
mentis kooperatif, pasien mengeluh sesak nafas, batuk berdahak warna
kuning kecoklatan, nyeri dada. Sedangkan pengkajian pada Ny. D hari
Sabtu 20 Mei 2017, pasien sudah hari rawatan ke 4, keadaan umum
sedang, tingkat kesadaran kompos mentis kooperatif, pasien mengeluh
sesak nafas, nyeri dada, batuk produktif masih terdapat bercak darah.

Hasil pengkajian ini sesuai dengan teori Irman Soemantri (2009), bahwa
pasien dengan TB paru DO saat dilakukan pengkajian yang ditemukan
meliputi, batuk yang terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini
terjadi untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang yang dimulai
dari batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum),
sesak nafas bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru, nyeri dada, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

b. Riwayat kesehatan dahulu


Pengkajian riwayat kesehatan dahulu pasien Tn. J, keluarga mengatakan
pasien pernah dirawat RS Painan dan minum OAT tahun 2016 selama 2
bulan dan dihentikan sendiri oleh pasien karena pasien mengeluh pusing
setelah mengkonsumsi obatnya dan pasien tidak memiliki riwayat DM,
Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner. Sementara pada riwayat kesehatan
dahulu pasien Ny. D, keluarga juga mengatakan pasien pernah dirawat RS
Painan dan pernah minum OAT tahun 2016 selama 4 bulan dan dihentikan
sendiri oleh pasien karena pasien mengeluh mual setelah mengkonsumsi
obatnya dan pasien tidak memiliki riwayat DM, Hipertensi, Penyakit
Jantung Koroner.Menurut asumsi peneliti salah satu penyebab TB paru DO
adalah putus obat.

Poltekkes Kemenkes Padang


47

Hal ini sama dengan teori Irman Soemantri (2009), yang berpendapat
bahwa biasanya pasien dengan TB paru DO diakibatkan karena putus obat,
penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB paru berhenti
berobat (Drop Out) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum
selesai sehingga menyebabkan kekambuhan pada penderita TB paru
dengan DO.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Data yang didapatkan dari riwayat kesehatan keluarga yaitu tidak ada
keluarga dan orang terdekat yang menderita TB paru.Menurut analisa
peneliti TB paru DO merupakan penyakit yang kambuh akibat pasien putus
obat sehingga menyebabkan kekambuhan atau TB paru yang berulang.

Hal ini tidak sama dengan teori Irman Soemantri (2009), yang berpendapat
bahwa biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru. Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.

d. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik Tn. J yang bermasalah yaitu keadaan umum pasien
lemah, terdapat suara tambahan ronkhi (+), menggunakan otot bantu
pernafasan, wajah tampak pucat, mukosa bibir kering, akral dingin, CRT <
2dtk. Pada pemeriksaan fisik Ny. D yang bermasalah yaitu terdapat suara
tambahan ronkhi (+), wajah tampak pucat, mukosa bibir kering, akral
dingin, CRT < 2dtk.Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien terdapat
suara tambahan ronkhi (+), wajah tampak pucat, mukosa bibir kering, akral
dingin, CRT < 2dtk.

Teori ini ditambahkan oleh Irman Soemantri (2009) yang mengemukakan


bahwa pasien dengan TB paru DO ditemukan keadaan umum lemah,

Poltekkes Kemenkes Padang


48

terdapat suara tambahan ronkhi (+), menggunakan otot bantu pernafasan,


wajah tampak pucat, mukosa bibir kering, akral dingin.

1. Diagnosa keperawatan
Kasus pada partisipan 1 dan partisipan 2 dari hasil studi dokumentasi status
pasien ditemukan 3 diagnosa keperawatan, yaitu gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler yang ditegakkan
pada Tn. J, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli yang ditegakkan pada kedua pasien, ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutri tidak
adekuat yang ditegakkan pada kedua pasien, dan diagnosa resiko
ketidakseimbangan gula darah yang ditegkkan oleh Ny. D saja.

Hal ini sesuai dengan NANDA 2015, menjelaskan bahwa diagnosa gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler
batasan karakteristiknya adalah gas darah arteri abnormal, gelisah, pH arteri
abnormal, pola pernafasan abnormal, ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveolibatasan karakteristiknya
adalah terdapat sekret, sesak nafas. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak
adekuatdapat ditegakkan pada partisipan 1 (Tn.J) dan 2 (Ny.D), berdasakan
hasil pemeriksaan fisiknya yaitu pasien menghabiskan makan ¼ porsi, pasien
mengeluh mual, pasien tampak lemas. Menurut peneliti hal ini sesuai dengan
batasan karakteristik diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuatdalam NANDA (2015), yaitu
intake makanan adekuat, intake cairan adekuat, intake nutrisi adekuat.

Teori Irman Soemantri (2009) mengatakan, diagnosa keperawatan pada pasien


TB paru DO ada 13 diagnosa yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan mokus dalam jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan
alveoli, sekresi bertahan/sisa sekresi. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi, keletihan, keletihan otot pernapasan.Gangguan

Poltekkes Kemenkes Padang


49

pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-


kapiler.Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan.Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera.Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan
penyakit.Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kegagalan
mekanisme regulasi.Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.Resiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang kewaspadaan perdarahan.Ketidakefektifan perfusi jaringan
otak.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum. Ansietas
berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, infeksi/ kontaminan
interpersonal, ancaman pada konsep diri.

2. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 (Tn.J) dan partisipan 2
(NY.D) pada masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam jalan alveoli adalah kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian nebulizer, kolaborasi dengan dokter dalam memberikan suction,
monitor bersihan jalan nafas dan rencana keperawatan pada masalah
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi adalah
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen, monitor status pernafasan
pasien berdasarkan NIC (2013).

Menurut peneliti rencana tindakan yang dilakukan pada partisipan 1 (Tn.J) dan
partisipan 2 (Ny.D) hanya pada masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveoli dan ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan hiperventilasi, sedangkan untukgangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat tidakdirencanakan tindakannya. Menurut perawat

Poltekkes Kemenkes Padang


50

peruangan kepada peneliti, perawat ruangan membuat rencana tindakan hanya


pada masalah prioritas saja, kemungkinan mereka berpendapat bahwa masalah
selanjutnya akan muncul jika masalah prioritas tidak teratasi.

Hal ini sama dengan teori Haryanto (2007), yang menyebutkan bahwa kategori
prioritas masalah adalah masalah yang memerlukan tindakan cepat dan tepat
agar tidak menimbulkan masalah baru yang dapat memperburuk kondisi
pasien.
Berdasarkan hasil observasi peneliti rencana keperawatan yang dilakukan
sudah sesuai dengan NIC NOC namun ada beberapa rencana keperawatan
yang tidak diberikan oleh perawat ruangan seperti mengajarkan tekhnik nafas
dalam, mengajarkan cara batuk efektif.

3. Implementasi
Implementasi keperawatan harus sesuai dengan perencanaan keperawatan yang
dilandaskan pada teori NANDA NIC-NOC. masalah keperawatan
ketidakbersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveoli,
implementasi keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 (Tn.J) dan
partisipan 2 (Ny.D) yaitu berkolaborasi dalam pemberian nebulizer, mengatur
posisi semifowler, memberikan terapi oksigen, dan mengajarkan batuk efektif.

Hal ini sesuai pada NIC tahun 2013 implementasi pada diagnosa
ketidakbersihan jalan nafas yaitu auskultasi suara nafas tambahan, kaji lokasi
eksudat, kolaborasi dalam pemberian nebulizer, mengatur posisi semi fowler.

4. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang digunakan untuk
menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang diberikan. Pada
teori maupun kasus dalam membuat evaluasi disusun berdasarkan tujuan dan
kriteria hasil yang ingin dicapai.

Poltekkes Kemenkes Padang


51

Evaluasi yang didapatkan dari pada partisipan 1 (Tn.J) yaitu tingkat kesadaran
pasien CMC, keadaan umum sedang, pasien masih merasakan sesak, pada hari
ke-6 hasil AGD pasien dalam batas normal, masalah yang ditemukan teratasi
sebagian dan intervensi dilanjutkan.

Hal ini sesuai dengan NOC tahun 2013, berdasarkan batasan karakteristik
tekanan parsal oksigen di darah arteri (PaO2) tidak ada deviasi dari kisaran
normal, tekanan parsial karbondioksisa di darah arteri (PaCO 2) tidak ada
deviasi dari kisaran normal, saturasi oksigen tidak ada deviasi dari kisaran
normal, keseimbangan ventilasi dan perfusi tidak ada deviasi dari kisaran
normal.Pada partisipan 2 (Ny.D) evaluasi yang didapatkan yaitu tingkat
kesadaran pasien CMC, keadaan umum pasien sedang, TTV pasien dalam
rentang normal setiap harinya, pada hari ke 3 pasien mengatakan nafas sudah
tidak sesak lagi. masalah yang ditemukan teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan. Hal ini sesuai dengan NOC tahun 2013, berdasarkan batasan
karakteristik Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal, irama
pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal, kemampuan untuk
mengeluarkan secret tidak ada deviasi dari kisaran normal, suara nafas
tambahan tidak ada, dispnea dengan aktifitas ringan tidak ada, penggunaan otot
bantu pernafasan tidak ada.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan Pada Tn.J dengan TB
Paru DO di Ruang paru RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017, peneliti
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian pada Tn.J didapatkan pasien sudah hari rawatan ke 5,
keadaan pasien lemah, tingkat kesadaran kompos mentis kooperatif, pasien
mengeluh sesak nafas, batuk berdahak warna kuning kecoklatan, nyeri dada.
Dalam teori masalah keperawatan yang muncul pada kasus TB paru DO adalah
sebanyak 13 masalah keperawatan. Pada partisipan 1 (Tn.J) ditemukan 3
masalah keperawatan yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolar-kapiler, ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam jalan alveoli. Sedangkan pada partisipan 2 (Ny.D)
ditemukan ada 3 diagnosa yang muncul yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveoli, ketidakefetifan pola
nafas berhubungan dengan hiperventilasi, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat.

2. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan


yang di temukan yaitu sesuai dengan teori yang telah ada, berdasarkan dengan
Nanda NIC-NOC, namun ruangan hanya menerapkan intervensi pada diagnosa
prioritas saja.

3. Implementasi keperawatan mangacu kepada rencana tindakan yang telah


disusun. implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 20-24 Mei 2017.
Sebagian besar tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi
keperawatan.

53
Poltekkes Kemenkes Padang
54

4. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada tanggal 20-24 Mei 2017
dalam bentuk SOAP. Evaluasi tersebut dilakukan pada masalah keperawatan
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan
alveoli pada partisipan 1 (Tn.J) pada hari ke 5 masalah yang ditemukan belum
teratasi dan intervensi dilanjutkan, sedangkan pada partisipan 2 (An. R) pada
hari ke 3 pasien sudah tidak merasakan sesak nafas sehingga intervensi
pemberian oksigen dihentikan, pasien mampu melakukan batuk yang efektif,
serta pada hari ke 4 pasien mampu menghabiskan makanannya ½ porsi.

B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr,M,Djamil Padang
Melalui direktur agar dapat memotivasi perawat untuk meningkatkan untuk
lebih giat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien dengan
TB paru DO, juga pembuatan intervensi, implementasi dan implementasi
tidak terfokus pada masalah prioritas saja, agar lebih meningkatnya kualitas
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam asuhan
keperawatan pada kasusTB paru DO yang lainnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


Daftar Pustaka

Agustina Dewi. 2013. Hubungan Tingkat Kepositifan BTA Dalam Sputum dengan
Gejala Klinis TB Paru BTA (+) Di RSUD Raden Matther. Dari
https://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle&article=32473

Afriyanti, Yati & Rachmawati, N, I. 2014 Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam


Riset Keperawatan

Centres for Desease Control. 2015. Tuberculosis Data and Statistics. Dari
https://googleweblight.com/?
lite.url=https://www.cdc.gov/tb/statistics/&eiDiakses pada tanggal 30 Januari

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2013. Profil Kesehatan 2013.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat. 2014. Profil Dinas Kesehatan 2014. Badan
Penelitisn dan Pengembangan Kesehatan Sumbar

World Health Organization. 2015. Global Tuberkulosis Report 2015.

Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia

Mutaqqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika

NANDA International.(2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-


2017, edisi 10. Jakarta: EGC

Rab, Tabrani. 2016. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Medika

Saryono & Anggreni, MD. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan


Kualitatif.Yogyakarta : Nuha Medika

Smeltzer, S.C., and Bare, B.G. (2015).Medical Surgical Nursing (Vol 1). LWW
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Wahid & Imam, 2013.Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan.


Jakarta: CV Trans Info Media

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHANKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasiklien
1) Nama : Tn.J
2) Tempat/tgllahir : Pesisir, 17 April 1986
3) Jeniskelamin : Laki-laki
4) Status kawin : Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Tidak bekerja
8) Alamat : Kapujan Bayang Kab. Pesisir Selatan
9) Diagnose medis : TB paru DO

b. Identifikasipenanggungjawab
1) Nama : Tn.U
2) Pekerjaan : Petani
3) Alamat : Kapujan Bayang Kab. Pesisir Selatan
4) Hubungan : Kakak kandung

c. Riwayatkesehatan :
1) Riwayatkesehatansekarang
a) Keluhanutama :
Pasien masuk melalui IGD RSUP dr. M.Djamil Padang Rujukan
RS Siti Rahmah Padang pada hari selasa tanggal 16 Mei 2017
pukul
00.20 WIB, dengan keluhan utama pasien sesak nafas sejak 1 hari
yang lalu sebelum masuk RS, demam sejak 3 hari yang lalu
sebelum masuk RS. Nyeri pada dada dan punggung.

Poltekkes Kemenkes Padang


b) Keluhansaatdikaji (PQRST) :
Saat dilakukan pengkajian pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 2017
harirawatanke 5, ditemukan keluhan pasien seperti sesak nafas,
batuk berdahak warna kuning kecoklatan, nyeri dada, nafsu makan
pasien menurun dan terjadi penurunan berat badan yang drastis,
pasien susah tidur. TD: 100/70 mmHg, HR: 68x/menit, RR:
28x/menit, suhu: 36,50C, pasien terpasang Oksigen NRM
10liter/menit

2) Riwayatkesehatandahulu
Keluarga mengatakan pernah dirawat di RSUD Painan selama 1
minggu dengan keluhan sesak nafas serta nyeri pada dada dan
punggung.Riwayat OAT tahun 2016 selama 2 bulan dan dihentikan
sendiri oleh pasien, pasien memiliki kebiasaan merokok.Hipertensi (-),
DM (-).

3) Riwayatkesehatankeluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang tinggal serumah
yang pernahmenderita penyakit TB paru, dan penyakit keturunan
lainnya.

d. Polaaktivitassehari-hari (ADL)
1) Polanutrisi
Makan
- Sehat :pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur
dengan porsi sedang
- Sakit : pasien diberi makanan lunak dan makan 3x sehari, pasien
menghabiskan ½ porsi makanan dan minum air putih sebanyak 5
sampai 8 gelas sehari
Minum

Poltekkes Kemenkes Padang


- Sehat : minum air putih sebanyak 8 gelas dalam sehari sekitar 1800
cc
- Sakit : pasien diberi susu sekitar 950 cc sehari
2) Polaeliminasi
- Sehat: BAK pasien lancar lebih kurang 5x sehari. BAB lancar.
- Sakit: pasien BAK lebih kurang 5x sehari, dan BAB 1x 2 hari
dengan konsintensi lembek.
3) Polatidurdanistirahat
- Sehat: pasien tidur 7-8 jam perhari, siang 1-2 jam perhari dan
malam 5-6 jam perhari, kualitas tidur baik.
- Sakit: pasien tidur 8-10 jam perhari, siang 2-3 jam perhari dan
malam 6-7 jam perhari, pasien sering terbangun dimalam hari
karena mengeluhkan sesak nafas.
4) Polaaktifitasdanlatihan
- Sehat: keluarga mengatakan pasien seorang petani dan suka
bekerja,
- Sakit: pasien lebih banyak tidur ditempat tidur saja
1. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum :Compos Mentis Cooperatif
b) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
c) Nadi : 68 x/menit
d) Pernafasan : 28 x/menit
e) Suhu : 36,5oC

Pemeriksaanhead to toe
a) Kepala :tampak simetris
b) Wajah : tampak pucat
c) Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
d) Hidung : tampak simetrisdan tidak ada pernapasan cuping hidung
e) Telinga : simetris kiri kanan

Poltekkes Kemenkes Padang


f) Mulut&gigi: mukosa bibir kering dantidak terdapat karies gigi
g) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan tiroid
h) Dada/ Thorax
Paru-paru
Inspeksi : dinding dada tampak simetris
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdengar bunyi bronkovesikuler, ronkhi (+)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari RIC 5
Perkusi : pekak
Auskultasi : irama jantung terdengar beraturan
i) Abdomen : tidak tampak adanya pembengkakan dan tidak ada nyeri
tekan, bising usus (+) 15x/menit
j) Ektemitas
Atas : edema (-), akral dingin, CRT < 2
detik Bawah : edema (-), akral dingin, CRT <
2 detik
h) Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

2. Data Psikologis
a) Status Emosional
Emosional pasien tampak stabil
b) Kecemasan
Pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya saat ini
c) Pola Koping
Pola koping pasien tampak cukup baik
d) Gaya komunikasi
Pasien tampak berkomunikasi dengan baik
e) Spiritual
Pasien beragama islam, untuk aktivitas beribadah pasien perlu dibantu
oleh keluarga

3. Data Penunjang

Poltekkes Kemenkes Padang


Tanggal 16 Mei 2017
pH= 7.28, (7.35-7.45)
pCO2= 53 mmHg, (38-42 mmHg)
pO2= 81 mmHg, (75-100 mmHg)
HCO3= 21.6 mmol/L, (22-28 mmol/L)
gula darah sewaktu= 86 mg/dl, (<200 mg/dl)
Albumin= 3.09 g/dl, (3.8-5.0 g/dl)
Globulin= 3.7 g/dl, (1.3-2.7 g/dl)
Hb= 13.6 g/dl, (14-18 g/dl)
Leukosit= 12.090 g/dl.

Tanggal 18 Mei 2017


pH= 7,33, (7.35-7.45)
pCO2= 46 mmHg, (38-42 mmHg)
pO2= 110 mmHg, (75-100 mmHg)
HCO3= 24.3 mmol/L, (22-28 mmol/L)
total protein= 5,6 g/dl, (6.6-8.7 g/dl)
albumin= 3,1 g/dl, (3.8-5.0 g/dl)
globulin= 2,5 g/dl(1.3-2.7 g/dl)

Tanggal 18 Mei 2017


Hb= 12.7 g/dl, (14-18 g/dl)
Trombosit= 455.000 g/dl, (150.000-400.000 /mm3)
Hematokrit= 40%, (40-48 %)
Ureum darah= 278 mg/dl,
Kreatinin Darah= 31.5 mg/dl,
Total protein= 5,9 g/dl, (6.6-8.7 g/dl)
Albumin= 3.1 g/dl, (3.8-5.0 g/dl)
Globulin = 2.5 g/dl (1.3-2.7 g/dl)

Tanggal 25 Mei 2017


pH= 7.40,
pCO2= 50 mmHg,
pO2= 27 mmHg,
HCO3= 31 mmol/L
Pada pemeriksaan radiologi paru didapatkan hasil bahwa terdapat fibro
infiltrat pada kedua paru, kesan : TB Paru

4. Terapi dan pengobatan


Terapi pengobatan pada Tn. J diberikan

- cairan Nacl 8jam/kolf,


- Ceftriaxon 1x2gr,
- Levoplolaxin 1x750,

Poltekkes Kemenkes Padang


- Ranitidin 2x1,
- Dexametason 3x2,
- Vit B6 1x1,
- Combivent 3x1,
- Drip vascon 2,1cc/jam,
- terapi OAT R/H/Z/E=450/300/1000/750mg/dl
2. ANALISA DATA
Data Masalah Etiologi
4. DS: Pasien Gangguanpertukaran Perubahanmembran
mengatakan gelisah
gas alveolar-kapiler
DO: Pasien tampak
gelisah, pernafasan
pasien tampak tidak
teratur, ekstremitas
teraba dingin,
CRT<2dtk. Hasil
AGD= pH: 7.43,
pCO2: 48 mmHg,
pO2: 160 mmHg.
5. DS : Pasien Ketidakefektifan Pola hiperventilasi
mengatakan nafas
Nafas
terasa sesak
DO : KU= Lemah,
Pasien tampak sesak,
TD=100/70mmHg,
nadi = 68x/menit,
Pernapasan=
28x/menit,
Suhu=36,5oC, pasien
terpasang O2
10liter/menit dengan
NRM.:
6. DS : Pasien mengeluh Ketidakefektifan eksudat dalam jalan
batuk berdahak dan
bersihan jalan napas alveoli
sulit mengeluarkan
dahak
DO : Batuk produktif,
Sekret berwarna putih
kekuning kuningan

Poltekkes Kemenkes Padang


kental sedikit cair,
TD=100/70mmHg,
nadi = 68x/menit,
Pernapasan=
28x/menit,
Suhu=36,5oC, pasien
terpasang O2
10liter/menit dengan
NRM.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DiagnosaKeperawatan Ditemukanmasalah Dipecahkan


No
Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan
perubahan membran
alveolar-kapiler
2. Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi
3. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam
jalan alveoli

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N
DiagnosaKeperawatan NOC NIC
o
1. Gangguanpertukaran gas Setelah Terapi oksigen
berhubungandenganperubahanmembra dilakukan h) Pertahankan
n alveolar-kapiler tindakan kepatenan
keperawatan jalan nafas
diharapakan i) Berikan
status oksigen
pernafasan : tambahan
pertukaran gas seperti yang
dengan kriteria diperintahkan
hasil : j) Monitor
aliran

Poltekkes Kemenkes Padang


e) Tekanan oksigen
parsal k) Monitor
oksigen di efektifitas
darah arteri terapi
(PaO2) tidak oksigen
ada deviasi l) Amati tanda-
dari kisaran tanda
normal hipoventialsi
f) Tekanan induksi
parsial oksigen
karbondioksi m) Konsultasi
sa di darah dengan
arteri tenaga
(PaCO2) kesehatan
tidak ada lain
deviasi dari mengenai
kisaran penggunaan
normal oksigen
g) Saturasi tambahan
oksigen tidak selama
ada deviasi kegiatan dan
dari kisaran atau tidur
normal Monitor tanda-
h) Keseimbanga tanda vital
n ventilasi i) Monitor
dan perfusi tekanan
tidak ada darah, nadi,
deviasi dari suhu dan
kisaran status
normal pernafasan
dengan tepat
Tanda-tanda j) Monitor
vital dengan tekanan darah
kriteria hasil : saat pasien
g) Suhu tubuh berbaring,
tidak ada duduk dan
deviasi dari berdiri
kisaran k) sebelum dan
normal setelah
h) Denyut nadi perubahan
radial tidak posisi
ada deviasi l) Monitor dan
dari kisaran laporkan
normal tanda dan

Poltekkes Kemenkes Padang


i) Tingkat gejala
pernafasan hipotermia
tidak ada dan
deviasi dari hipertermia
kisaran m) Monitor
normal keberadaan
j) Irama nadi dan
pernafasan kualitas nadi
tidak ada n) Monitor
deviasi dari irama dan
kisaran tekanan
normal jantung
k) Tekanan o) Monitor
darah sistolik suara paru-
tidak ada paru
deviasi dari Monitor warna
kisaran
kulit, suhu dan
normal
l) Tekanan kelembaban
darah identifikasi
diastolik
tidak ada kemungkinan
deviasi dari penyebab
kisaran
normal perubahan
tanda-tanda vital
2. Ketidakefektifan pola nafas Setelah Manajemen
berhubungan dengan hiperventilasi dilakukan jalan nafas
tindakan i) Bersihkan
keperawatan jalan nafas
diharapkan dengan teknik
status chin lift atau
pernafasan : jaw thrust
sebagai mana
ventilasi
mestinya
dengan kriteria
j) Posisikan
hasil : pasien untuk
e) Frekuensi memaksimalk
pernafasan an ventilasi
tidak ada k) Identifikasi
deviasi dari kebutuhan
kisaran aktual/potensi
normal al pasien
f) Irama untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


pernafasan memasukkan
tidak ada alat membuka
deviasi dari jalan nafas
kisaran l) Lakukan
normal fisioterapi
g) Suara dada sebagai
perkusi nafas mana
tidak ada mestinya
deviasi dari m) Buang secret
kisaran dengan
normal memotivasi
h) Kapasitas pasien untuk
vital tidak melakukan
ada deviasi batuk atau
dari dari menyedot
kisaran lender
normal n) Instruksikan
bagaimana
agar bias
melakukan
batuk efektif
o) Auskultasi
suara nafas
p) Posisikan
untuk
meringankan
sesak nafas
Terapi oksigen
h) Pertahankan
kepatenan
jalan nafas
i) Siapkan
peralatan
oksigen dan
berikan
melalui
system
humidifier
j) Berikan
oksigen
tambahan
seperti yang
diperintahkan
k) Monitor

Poltekkes Kemenkes Padang


aliran
oksigen
l) Monitor
efektifitas
terapi
oksigen
m) Amati tanda-
tanda
hipoventialsi
induksi
oksigen
n) Konsultasi
dengan
tenaga
kesehatan
lain
mengenai
penggunaan
oksigen
tambahan
selama
kegiatan dan
atau tidur

3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Setelah Manajemen


berhubungan dengan eksudat dalam dilakukan jalan nafas
jalan alveoli tindakan i) Bersihkan
keperawatan jalan nafas
diharapakan dengan
status teknik chin
pernafasan : lift atau jaw
kepatenan jalan thrust sebagai
mana
nafas dengan
mestinya
kriteria hasil :
j) Posisikan
g) Frekuensi pasien untuk
pernafasan memaksimal
tidak ada kan ventilasi
deviasi dari k) Identifikasi
kisaran kebutuhan
normal aktual/potens
h) Irama ial pasien
pernafasan untuk
tidak ada memasukkan
deviasi dari

Poltekkes Kemenkes Padang


kisaran alat
normal membuka
i) Kemampuan jalan nafas
untuk l) Lakukan
mengeluarka fisioterapi
n secret tidak dada sebagai
ada deviasi mana
dari kisaran mestinya
normal m) Buang secret
j) Suara nafas dengan
tambahan memotivasi
tidak ada pasien untuk
k) Dispnea melakukan
dengan batuk atau
aktifitas menyedot
ringan tidak lender
ada n) Instruksikan
l) Penggunaan bagaimana
otot bantu agar bias
pernafasan melakukan
tidak ada batuk efektif
o) Auskultasi
suara nafas
p) Posisikan
untuk
meringankan
sesak nafas
Monitor
pernafasan
i) Monitor
kecepatan,
irama,
kedalaman
dan kesulitan
bernafas
j) Catat
pergerakan
dada, catat
ketidaksimetr
isan,
penggunaan
otot bantu
pernafasan
dan retraksi

Poltekkes Kemenkes Padang


otot
k) Monitor
suara nafas
tambahan
l) Monitor pola
nafas
m) Auskultasi
suara nafas,
catat area
dimana
terjadi
penurunan
atau tidak
adanya
ventilasi dan
keberadaan
suara nafas
tambahan
n) Kaji perlunya
penyedotan
pada jalan
nafas dengan
auskultasi
suara nafas
ronki di paru
o) Monitor
kemampuan
batuk efektif
pasien
p) Berikan
bantuan
terapi nafas
jika
diperlukan
(misalnya
nebulizer)

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No DiagnosaKeperawatan TindakanKeperawatan Paraf
1. Gangguanpertukaran gas - memberikan terapi
berhubungandenganperubahanmembra oksigen sesuai order:
n alveolar-kapiler Oksigen NRM

Poltekkes Kemenkes Padang


10liter/menit
- mengukur tanda-tanda
vital pasien, monitor
vital sign.
- Cek hasil AGD
2. ketidakefektifan pola nafas - memposisikan pasien
berhubungan dengan hiperventilasi untuk memaksimalkan
ventilasi
- auskultasi suara nafas
pasien
- mengajarkan cara
batuk efektif
- mengajarkan tekhnik
nafas dalam
3. ketidakefektifan bersihan jalan nafas - posisikan pasien untuk
berhubungan dengan eksudat jalan memaksimalkan
nafas alveoli ventilasi
- monitor pernafasan
pasien
- monitor keefektifan
pasien dalam batuk
efektif.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl DiagnosaKeperawatan EvaluasiKeperawatan Paraf
20/ 1. Gangguanpertukaran gas S : keluarga mengatakan
5 berhubungandenganperubahanmemb pasien masih gelisah
ran alveolar-kapiler O : pasien tampak
gelisah, akral dingin,
pucat, AGD:
A : masalah belum

Poltekkes Kemenkes Padang


teratasi
P :intervensidilanjutkan

2. ketidakefektifan pola nafas S: pasien mengatakan


berhubungan dengan hiperventilasi nafas masih terasa sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 28x/menit, pasien
terpasang oksigen NRM
10liter/menit
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
3. Ketidakefektifan bersihan jalan S: pasien mengatakan
nafas berhubungan dengan eksudat dahaknya susah keluar
dalam jalan alveoli O: pasien tampak batuk
berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk,
batuk produktif
berwarna kuning
kecoklatan
A: masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
21/ 4. Gangguanpertukaran gas S : keluarga mengatakan
5 berhubungandenganperubahanmemb pasien masih gelisah
ran alveolar-kapiler O : pasien tampak
gelisah, akral dingin,
pucat, AGD:
A : masalah belum
teratasi
P :intervensidilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


5. ketidakefektifan pola nafas S: pasien mengatakan
berhubungan dengan hiperventilasi nafas masih terasa sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 28x/menit, pasien
terpasang oksigen NRM
10liter/menit
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
6. Ketidakefektifan bersihan jalan S: pasien mengatakan
nafas berhubungan dengan eksudat dahaknya susah keluar
dalam jalan alveoli O: pasien tampak batuk
berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk,
batuk produktif
berwarna kuning
kecoklatan
A: masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
22/ 7. Gangguanpertukaran gas S : keluarga mengatakan
5 berhubungandenganperubahanmemb pasien masih gelisah
ran alveolar-kapiler O : pasien tampak
gelisah, akral dingin,
pucat, AGD:
A : masalah belum
teratasi
P :intervensidilanjutkan
8. ketidakefektifan pola nafas S: pasien mengatakan
berhubungan dengan hiperventilasi nafas masih terasa sesak
O: pasien tampak sesak,

Poltekkes Kemenkes Padang


RR: 29x/menit, pasien
terpasang oksigen NRM
10liter/menit
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
9. Ketidakefektifan bersihan jalan S: pasien mengatakan
nafas berhubungan dengan eksudat dahaknya susah keluar
dalam jalan alveoli O: pasien tampak batuk
berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk,
batuk produktif
berwarna kuning
kecoklatan
A: masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
23/ 10. Gangguanpertukaran gas S : keluarga mengatakan
5 berhubungandenganperubahanmemb pasien masih gelisah
ran alveolar-kapiler O : pasien tampak
gelisah, akral dingin,
pucat, AGD:
A : masalah belum
teratasi
P :intervensidilanjutkan
11. ketidakefektifan pola nafas S: pasien mengatakan
berhubungan dengan hiperventilasi nafas masih terasa sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 25x/menit, pasien
terpasang oksigen NRM
10liter/menit

Poltekkes Kemenkes Padang


A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
12. Ketidakefektifan bersihan jalan S: pasien mengatakan
nafas berhubungan dengan eksudat dahaknya susah keluar
dalam jalan alveoli O: pasien tampak batuk
berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk,
batuk produktif
berwarna kuning
kecoklatan
A: masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
24/ 13. Gangguanpertukaran gas S : keluarga mengatakan
5 berhubungandenganperubahanmemb pasien masih gelisah
ran alveolar-kapiler O : pasien tampak
gelisah, akral dingin,
pucat, AGD:
A : masalah belum
teratasi
P :intervensidilanjutkan
14. ketidakefektifan pola nafas S: pasien mengatakan
berhubungan dengan hiperventilasi nafas masih terasa sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 23x/menit, pasien
terpasang oksigen NRM
10liter/menit
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


15. Ketidakefektifan bersihan jalan S: pasien mengatakan
nafas berhubungan dengan eksudat dahaknya susah keluar
dalam jalan alveoli O: pasien tampak batuk
berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk,
batuk produktif
berwarna kuning
kecoklatan
A: masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHANKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasiklien
10) Nama :Ny. D
11) Tempat/tgllahir : Pesisir, 01 januari 1962
12) Jeniskelamin : Perempuan
13) Status kawin : Kawin
14) Agama : Islam
15) Pendidikan : SMP
16) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
17) Alamat :Limau Asam Pasar Baru Bayang Kab. Pesisir
Selatan
18) Diagnose medis : TB paru DO

b. Identifikasipenanggungjawab

Poltekkes Kemenkes Padang


5) Nama : Ny.T
6) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
7) Alamat :Limau Asam Pasar Baru Bayang Kab. Pesisir
Selatan
8) Hubungan : Adik kandung

c. Riwayatkesehatan :
4) Riwayatkesehatansekarang
c) Keluhanutama :
Pasien masuk melalui Poliklinik RSUP Dr. M.Djamil Padang pada
hari rabu tanggal 17 Mei 2017 pukul 12.30 WIB, dengan kesadaran
kompos mentis kooperatif, keadaan umum lemah, disertai dengan
keluhan utama pasien batuk berdarah, pasien sesak nafas, dan nyeri
pada dada, TD: 100/70 mmHg, HR: 98 x/menit, RR: 24 x/menit,
Suhu: 37,1 oC.

d) Keluhansaatdikaji (PQRST) :
Saat dilakukan pengkajian pada hari sabtu, tanggal 20 Mei 2017
harirawatanke 4, dengan kesadaran kompos mentis kooperatif,
keadaan umum sedang, pasien mengeluh sesak nafas, nyeri dada,
batuk produktif masih terdapat bercak darah, makan pasien habis ¼
porsi, keringat malam dan susah tidur. TD: 110/70 mmHg, HR:
73x/menit, RR: 26 x/menit, suhu: 36,8oC. Pasien terpasang oksigen
nasal kanul 3 liter/menit.

5) Riwayatkesehatandahulu
Keluarga mengatakan pasien pernah minum OAT tahun 2016 selama 4
bulan dan dihentikan sendiri oleh pasien.Keluarga mengatakan pasien
belum pernah dirawat di RS.Hipertensi (-), DM (+).

Poltekkes Kemenkes Padang


6) Riwayatkesehatankeluarga
Keluarga mengatakan pasien pernah minum OAT tahun 2016 selama 4
bulan dan dihentikan sendiri oleh pasien.Keluarga mengatakan pasien
belum pernah dirawat di RS.Hipertensi (-), DM (+).
d. Polaaktivitassehari-hari (ADL)
5) Polanutrisi
Makan
- Sehat : Pasien mengatakan saat sehat makan 3x sehari dengan nasi,
lauk, sayur dengan porsi sedang dan
- Sakit: pasien diberi makanan biasa Diit DM tipe II, pasien
menghabiskan ¼ porsi makanan saja,
Minum
- Sehat : minum air putih 8-10 gelas perhari,
- Sakit : minum air putih sebanyak 8 gelas sehari.

6) Polaeliminasi
- Sehat: BAK pasien lancar lebih kurang 7x sehari, pasien BAB
lancar.
- Sakit: pasien BAK lebih kurang 4x sehari, dan BAB 1x 2 hari
dengan konsintensi lembek.

7) Polatidurdanistirahat
- Sehat: pasien tidur 8-9 jam perhari, siang 2 jam perhari dan malam
6-7 jam perhari, kualitas tidur baik.
- Sakit: pasien tidur 11 jam perhari, siang 3 jam perhari dan malam 8
jam perhari, pasien sering mengeluh berkeringkat pada malam hari.

8) Polaaktifitasdanlatihan
- Sehat: Saat sehat keluarga mengatakan pasien seorang ibu rumah
tangga, pasien dapat melakukan kegiatan serta aktivitas sendiri,

Poltekkes Kemenkes Padang


- Sakit: ADL pasien dibantu oleh keluarga dan perawat

e. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum :Compos Mentis Cooperatif
b) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
c) Nadi : 73 x/menit
d) Pernafasan : 26 x/menit
e) Suhu : 36,8oC

Pemeriksaanhead to toe
k) Kepala :tampak simetris
l) Wajah : tampak pucat
m) Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
n) Hidung : tampak simetrisdan tidak ada pernapasan cuping hidung
o) Telinga : simetris kiri kanan
p) Mulut&gigi: mukosa bibir kering dan tidak terdapat karies gigi
q) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan tiroid
r) Dada/ Thorax
Paru-paru
Inspeksi : dinding dada tampak simetris
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdengar bunyi bronkovesikuler, ronkhi (+)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari RIC 5
Perkusi : pekak
Auskultasi : irama jantung terdengar beraturan
s) Abdomen : tidak tampak adanya pembengkakan dan tidak ada
nyeri tekan, bising usus (+) 15x/menit

Poltekkes Kemenkes Padang


t) Ektemitas
Atas : edema (-), akral hangat, CRT < 2 detik
Bawah : edema (-), akral hangat, CRT < 2 detik
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

5. Data Psikologis
f) Status Emosional
Emosional pasien tampak stabil
g) Kecemasan
Pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya saat ini
h) Pola Koping
Pola koping pasien tampak cukup baik
i) Gaya komunikasi
Pasien tampak berkomunikasi dengan baik
j) Spiritual
Pasien beragama islam, untuk aktivitas beribadah pasien perlu dibantu
oleh keluarga

6. Data Penunjang
Tanggal 22 Mei 2017
Gula darah puasa= 560 mg/dl, (70-126 mg/dl)
gula darah 2 jam PP= 637 mg/dl, (<200 mg/dl)
ureum darah= 29 mg/dl, (10.0-50.0 mg/dl)
kreatinin darah= 1.0 mg/dl, (0.6-1.1 mg/dl)
total protein= 8.2 g/dl, (6.6-8.7 g/dl)
Albumin= 3.6 g/dl, (3.8-5.0 g/dl)
Globulin= 4.6 g/dl, (1.3-2.7 g/dl)
Hb= 11.5 g/dl, (14-18 g/dl)
Leukosit= 10.440 mg/dl, (5000-10.000 /mm3)
Trombosit= 481.000 g/dl(150.000-400.000 /mm3)
Pada pemeriksaan radiologi paru didapatkan hasil bahwa terdapat fibro
infiltrat pada kedua paru, kesan : TB Paru

7. Terapi dan pengobatan


Terapi pengobatan pada Ny.D diberikan

- cairan NaCl 12jam/kolf,


- Ranitidin 2x1,
- Dexametason 3x2,
- Combivent 3x1,

Poltekkes Kemenkes Padang


- terapi OAT R/H/Z/E=400/350/950/600mg/dl
4. ANALISA DATA
Data Masalah Etiologi
7. DS: Pasien mengeluh Ketidakefektifan Eksudat dalam jalan
batuk berdahak dan bersihan jalan nafas alveoli
sulit mengeluarkan
dahak
DO: pasien tampak
batuk produktif, sekret
berwarna putih
kekuningan bercampur
dengan darah, RR:
26x/menit, pasien
tampak sesak nafas.
8. DS : Pasien Ketidakefektifan Pola hiperventilasi
mengatakan nafas Nafas
terasa sesak
DO : KU= Lemah,
Pasien tampak sesak,
TD=110/70mmHg,
nadi = 73 x/menit,
Pernapasan=
26x/menit,
Suhu=36,8oC, pasien
terpasang O2
3liter/menit
9. DS : pasien Ketidakseimbangan Intake nutrisi tidak
mengatakan tidak nutrisi kurang dari adekuat
nafsu makan, makanan kebutuhan tubuh
terasa tidak enak
DO : pasien tampak
pucat, makanan habis
¼ porsi, pasien tampak
lemah, konjungtiva
anemis, Hb: 11.5 g/dl
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Poltekkes Kemenkes Padang


DiagnosaKeperawatan Ditemukanmasalah Dipecahkan
Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam
jalan alveoli
2. Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat

H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N
DiagnosaKeperawatan NOC NIC
o
1. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan Manajemen jalan
jalan nafas berhubungan tindakan nafas
dengan eksudat dalam jalan keperawatan q) Bersihkan jalan
alveoli diharapakan status nafas dengan
pernafasan :
pertukaran gas teknik chin lift
dengan kriteria atau jaw thrust
hasil :
sebagai mana
i) Tekanan parsal
mestinya
oksigen di darah
r) Posisikan pasien
arteri (PaO2) tidak
untuk
ada deviasi dari
memaksimalkan
kisaran normal
ventilasi
j) Tekanan parsial
s) Identifikasi
karbondioksisa di
kebutuhan
darah arteri
aktual/potensial
(PaCO2) tidak ada
pasien untuk
deviasi dari kisaran
normal memasukkan alat

Poltekkes Kemenkes Padang


k) Saturasi oksigen membuka jalan
tidak ada deviasi nafas
dari kisaran normal t) Lakukan
l) Keseimbangan fisioterapi dada
ventilasi dan sebagai mana
perfusi tidak ada mestinya
deviasi dari kisaran u) Buang secret
normal dengan
memotivasi
Tanda-tanda vital pasien untuk
dengan kriteria hasil :
m) Suhu tubuh tidak melakukan batuk

ada deviasi dari atau menyedot

kisaran normal lender

n) Denyut nadi radial v) Instruksikan


tidak ada deviasi bagaimana agar

dari kisaran normal bias melakukan

o) Tingkat pernafasan batuk efektif

tidak ada deviasi w) Auskultasi suara


dari kisaran normal nafas

p) Irama pernafasan x) Posisikan untuk


tidak ada deviasi meringankan

dari kisaran normal sesak nafas

q) Tekanan darah Monitor pernafasan


q) Monitor
sistolik tidak ada
kecepatan, irama,
deviasi dari kisaran
kedalaman dan
normal
kesulitan
r) Tekanan darah
bernafas
diastolik tidak ada
r) Catat pergerakan
deviasi dari kisaran
dada, catat
normal

Poltekkes Kemenkes Padang


ketidaksimetrisan
, penggunaan otot
bantu pernafasan
dan retraksi otot
s) Monitor suara
nafas tambahan
t) Monitor pola
nafas
u) Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan
v) Kaji perlunya
penyedotan pada
jalan nafas
dengan auskultasi
suara nafas ronki
di paru
w) Monitor
kemampuan
batuk efektif
pasien
Berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan (misalnya
nebulizer)

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan
berhubungan dengan tindakan nafas
hiperventilasi keperawatan q) Bersihkan jalan
diharapkan status nafas dengan
pernafasan : ventilasi
dengan kriteria teknik chin lift
hasil : atau jaw thrust
i) Frekuensi
sebagai mana
pernafasan tidak
mestinya
ada deviasi dari
r) Posisikan pasien
kisaran normal
untuk
j) Irama pernafasan
memaksimalkan
tidak ada deviasi
ventilasi
dari kisaran normal
s) Identifikasi
k) Suara perkusi nafas
kebutuhan
tidak ada deviasi
aktual/potensial
dari kisaran normal
pasien untuk
l) Kapasitas vital
memasukkan alat
tidak ada deviasi
membuka jalan
dari dari kisaran
nafas
normal
t) Lakukan
fisioterapi dada
sebagai mana
mestinya
u) Buang secret
dengan
memotivasi
pasien untuk
melakukan batuk
atau menyedot
lender

Poltekkes Kemenkes Padang


v) Instruksikan
bagaimana agar
bias melakukan
batuk efektif
w) Auskultasi suara
nafas
x) Posisikan untuk
meringankan
sesak nafas
Terapi oksigen
o) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
p) Siapkan
peralatan oksigen
dan berikan
melalui system
humidifier
q) Berikan oksigen
tambahan seperti
yang
diperintahkan
r) Monitor aliran
oksigen
s) Monitor
efektifitas terapi
oksigen
t) Amati tanda-
tanda
hipoventialsi

Poltekkes Kemenkes Padang


induksi oksigen
u) Konsultasi
dengan tenaga
kesehatan lain
mengenai
penggunaan
oksigen
tambahan selama
kegiatan dan atau
tidur

3. Ketidakseimbangan nutrisi Nafsu makan Manajemen nutrisi


kurang dari kebutuhan Kriteria Hasil : a) Tentukan status
tubuh berhubungan dengan a) Hasrat/keinginan gizi pasien dan
intake nutrisi tidak adekuat untuk makan kemampuan
meningkat pasien untuk
b) Energi untuk makan memenuhi
meningkat kebutuhan gizi
c) Intake makanan b) Identifikasi
adekuat adanya alergi
d) Intake nutrisi atau intoleransi
adekuat makanan yang
e) Intake cairan dimiliki pasien
adekuat c) Instruksikan
pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
(diet)
d) Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang diet yang
dibutuhkan
e) Ciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
mengkonsumsi
makan ( misalnya
: bersih, santai,
dan bebas dari
bau yang

Poltekkes Kemenkes Padang


menyegat)
f) Lakukan dan
bantu pasien
terkait perawatan
mulut sebelum
makan
g) Anjurkan pasien
untuk duduk
pada posisi tegak
saat makan jika
memungkinkan
h) Monitor kalori
dan asupan
makanan
i) Monitor
kecendrungan
penurunan berat
badan

I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No DiagnosaKeperawatan TindakanKeperawatan Paraf
1. ketidakefektifan bersihan jalan - posisikan pasien untuk
nafas berhubungan dengan memaksimalkan ventilasi
eksudat jalan nafas alveoli - monitor pernafasan pasien
- monitor keefektifan pasien
dalam batuk efektif.
2. ketidakefektifan pola nafas - memposisikan pasien
berhubungan dengan untuk memaksimalkan
hiperventilasi ventilasi
- auskultasi suara nafas
pasien
- mengajarkan cara batuk
efektif
- mengajarkan tekhnik nafas
dalam

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Ketidakseimbangan nutrisi - mengidentifikasi adanya
kurang dari kebutuhan tubuh alergi atau intoleransi
berhubungan dengan intake makanan
nutrisi tidak adekuat - kolaborasi dengan ahli gizi
tentang diet yang dilakukan
- monitor kecenderungan
berat badan

J. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl DiagnosaKeperawatan EvaluasiKeperawatan Paraf
20/ 16. Ketidakefektifan S: pasien mengatakan
5 bersihan jalan nafas dahaknya susah keluar
berhubungan dengan eksudat O: pasien tampak batuk
dalam jalan alveoli berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk, batuk
produktif, pasien tidak
mampu batuk efektif
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
17. ketidakefektifan pola S: pasien mengatakan
nafas berhubungan dengan nafas masih terasa sesak
hiperventilasi O: pasien tampak sesak,
RR: 26x/menit, pasien
terpasang oksigen 3
liter/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
18. Ketidakseimbangan S: pasien mengatakan
nutrisi kurang dari kebutuhan tidak nafsu makan
tubuh berhubungan dengan O: pasien tampak lemah,
intake nutrisi tidak adekuat pucat, pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


menghabiskan makan ¼
porsi
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
21/ 19. Ketidakefektifan S: pasien mengatakan
5 bersihan jalan nafas dahaknya susah keluar
berhubungan dengan eksudat O: pasien tampak batuk
dalam jalan alveoli berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk, batuk
produktif, pasien tidak
mampu batuk efektif
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
20. ketidakefektifan pola S: pasien mengatakan
nafas berhubungan dengan nafas masih terasa sesak
hiperventilasi O: pasien tampak sesak,
RR: 24x/menit, pasien
terpasang oksigen
3liter/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
21. Ketidakseimbangan S: pasien mengatakan
nutrisi kurang dari kebutuhan masih tidak nafsu makan
tubuh berhubungan dengan O: pasien tampak lemah,
intake nutrisi tidak adekuat pucat, pasien
menghabiskan makan ¼
porsi
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
22/ 22. Ketidakefektifan S: pasien mengatakan
5 bersihan jalan nafas dahaknya sudah berkurang

Poltekkes Kemenkes Padang


berhubungan dengan eksudat O: pasien tampak mampu
dalam jalan alveoli dalam batuk efektif,
pasien tampak
mengeluarkan sekret
dengan baik
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
23. ketidakefektifan pola S: pasien mengatakan
nafas berhubungan dengan sudah tidak merasakan
hiperventilasi sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 21x/menit,
A :masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
24. Ketidakseimbangan S: pasien mengatakan
nutrisi kurang dari kebutuhan nafsu makan mulai ada
tubuh berhubungan dengan O: pasien tampak
intake nutrisi tidak adekuat menghabiskan
makanannya dengan
lahap, pasien
menghabiskan makan ½
porsi
A: masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
23/ 25. Ketidakseimbangan S: pasien mengatakan
5 nutrisi kurang dari kebutuhan nafsu makan mulai ada
tubuh berhubungan dengan O: pasien tampak
intake nutrisi tidak adekuat menghabiskan
makanannya dengan
lahap, pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


menghabiskan makan ½
lebih porsi.
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai