Anda di halaman 1dari 67

FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI


TABUK 3

Usulan Penelitian
Diajukan guna menyusun Skripsi untuk memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Oleh
Millatus Salsabila Hibatullah
1710912320033

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
BANJARBARU

Februari, 2020
Usulan Penelitian oleh Millatus Salsabila Hibatullah ini
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada tanggal 26 Februari 2020

Dewan Penguji
Ketua (Pembimbing Utama)

Fahrini Yulidasari, SKM, MPH.

Anggota (Pembimbing Pendamping)

Ayu Riana Sari, SKM, M.Kes

Anggota

Fakhriyah S.si.T, MKM.

Anggota

Nur Laily SKM, M.Kes

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian............................................................... 4
D. Manfaat Penelitian............................................................. 5
E. Keaslian Penelitian............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Diare
1. Definisi Diare............................................................... 9
2. Klasifikasi Diare.......................................................... 9
3. Etiologi Diare .............................................................. 10
4. Gejala dan Tanda Diare................................................ 11
5. Penularan Diare............................................................ 12
B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
1. Faktor Perilaku.............................................................. 13
2. Faktor Lingkungan........................................................ 18
C. Upaya Pencegahan Daire pada Balita................................. 21
BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori................................................................... 25
Kerangka Teori.................................................................. 27
B. Kerangka Konsep............................................................... 28

iii
C. Hipotesis............................................................................. 28
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian......................................................... 29
B. Populasi dan Sampel ......................................................... 30
C. Instrumen Penelitian ......................................................... 31
D. Variabel Penelitian............................................................. 32
E. Definisi Operasional.......................................................... 32
F. Prosedur Penelitian............................................................ 34
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data...................... 37
H. Cara Analisis Data............................................................. 39
I. Tempat dan Waktu Penelitian............................................ 40
J. Biaya Penelitian................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Definisi Operasional Penelitian……………………………… 32

4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian…………………………………… 40

4.3 Rincian Biaya Penelitian……………………………………… 41

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Kerangka Teori Penelitian Depkes RI 2005 dan Juli Soemirat


2002…………………………………………………………. 27

3.2 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Perilaku yang


Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di
Puskesmas Sungai Tabuk
3…………….................................................... 28

3.3 Skema penelitian Case Control……………………………….. 29

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Izin Pengambilan Data KESBANGPOL


2. Surat Izin Pengambilan Data Kabupaten Banjar
3. Surat izin pengambilan Data Provinsi Kalsel
4. Penjelasan Sebelum Persetujuan
5. Informed Consent
6. Instrumen Penelitian

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diare merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh berubahnya suatu

bentuk dan konsistensi tinja, dari lembek hingga cair, dan meningkatnya frekuensi

buang air besar lebih dari biasanya, yaitu tiga kali atau lebih dalam satu hari.

Penyakit diare sampai saat ini merupakan masalah kesehatan terbesar, terutama

bagi negara-negara yang notabenenya masih merupakan negara berkembang,

karena angka kesakitan dan kematian yang masih cukup tinggi. Diare merupakan

salah satu penyakit berbasis lingkungan yang merupakan penyebab utama

kesakitan dan kematian anak di dunia. Diperkirakan lebih dari 10 juta anak

berusia kurang dari 5 tahun (balita) meninggal setiap tahunnya di dunia dimana

sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (1,2).

Berdasarkan data Word Health Statistic yang di keluarkan oleh World

Health Organization (WHO) tahun 2016, diare menduduki urutan keenam dalam

10 penyebab kematian pada anak usia dibawah 5 tahun diseluruh dunia dengan

persentase sebesar 7,5%. Berdasarkan data dari United Nations Children’s Fund

(UNICEF) tahun 2016, kematian anak dibawah 5 tahun akibat diare di Indonesia

berjumlah 7.268 kasus dengan persentase sebesar 12% (3,4).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Riskedas tahun 2018 bahwa

period prevanlence diare untuk kelompok semua umur di Indonesia adalah 6,8%.

Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi pada balita adalah Sumatera Utara

1
2

(14,5%), Papua (14%), Aceh (13,7%), Bengkulu (13,2%), dan Nusa Tenggara

Barat (13%). Untuk insiden diare pada balita di seluruh Indonesia tercatat sekitar

11% sedangkan di Kalimantan Selatan berada di urutan ke-25 dengan insiden

diare pada balita tercatat sebesar 9% (5).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

menunjukkan temuan kasus diare pada balita tahun 2018 sebesar 48.148 kasus.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar pada tahun 2018 angka kejadian diare

sebanyak 10.479 kasus dengan 3.951 kasus terjadi pada balita. Diantara 24

Puskesmas di Kabupaten Banjar, Puskesmas Sungai Tabuk 3 memiliki

permasalahan diare terbanyak dan selalu masuk dalam 3 besar tertinggi dengan

temuan kasus 59 % dari jumlah total keseluruhan 380 balita di tahun 2018 (6,7).

Depkes RI tahun 2005 menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang

berkaitan dengan kejadian diare yaitu pemberian ASI eksklusif, penggunaan botol

susu, kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), kebiasaan membuang tinja,

dan penggunaan jamban. Menurut Soemirat tahun 2002 faktor kejadian diare juga

berpengaruh dari lingkungan seperti sumber air minum, sarana pembuangan

sampah, dan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL). Wilayah Kerja Puskesmas

Sungai Tabuk 3 merupakan daerah pinggiran sungai, sehingga masih banyak dari

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk 3 yang menggunakan air

sungai untuk aktivitas sehari-hari. Salah satu aktivitas masyarakat dipinggran

sungai adalah yaitu BAB di sungai dengan sembarangan dan membuang cairan

limbah rumah tangga ke sungai karena tidak memiliki SPAL. Dampak yang

ditimbulkan akibat aktivitas sehari-hari oleh masyarakat pinggiran sungai adalah


3

menurunnya kualitas lingkungan sungai. Penurunan kualitas lingkungan sungai

dapat meningkatkan kasus kesakitan diare. Berdasarkan data Dinas Kabupaten

Banjar sebanyak 225 balita di daerah pinggiran sungai di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Tabuk 3 mengalami diare tahun 2018 (8,9,10)

Berdasarkan penelitian Meliani tahun 2019 kebiasaan mencuci tangan pakai

sabun terdapat p-value=0,001, ɑ<0,005 hipotesa menunjukkan ada hubungan

antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita. Penularan

secara tidak langsung dapat terjadi melalui vektor yang berkembang biak di sarana

pembuangan air limbah sehingga dapat mencemari air dan permukaan tanah.

Kemudian vektor tersebut mengkontaminasi makanan dan minumn, lalu makanan

dan minuman tersebut dikonsumsi oleh manusia sehingga dapat menimbulkan

penyakit diare (8,9).

Berdasarkan penelitian Rohmah dkk tahun 2017 ada hubungan antara

penggunaan jamban dengan kejadian pada balita di dapat nilai p=0,014. Hal ini

dibuktikan dengan teori yang dikemukakan Depkes dalam Muliawan tahun 2008

bahwa penggunaan jamban memiliki efek yang besar bagi penurunan risiko

penularan penyakit dan setiap anggota keluarga harus buang air besar di jamban.

Kondisi jamban yang tidak memenuhi syarat akan menjadi tempat

perkembangbiakan vektor penyebab penyakit dan penyakit diare adalah salah

satunya (10).

Berdasarkan penelitian Sharfina tahun 2016 ada hubungan antara

penggunaan botol susu dengan status kejadian diare pada balita (p-value=0,001).

Hasil OR yang didapat yaitu 6,476 yang artinya ibu yang menggunakan botol susu
4

yang tidak memenuhi syarat 6,476 kali lebih besar balitanya untuk menderita

diare dibandingkan dengan ibu yang menggunakan botol susu yang memenuhi

syarat. Mencuci dan mensterilkan botol susu penting dilakukan untuk membunuh

semua kuman yang ada, karena kuman-kuman ini cepat sekali berkembang biak

dan menyebabkan kesakitan terutama penyakit diare (11).

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian tentang “faktor

perilaku dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai

Tabuk 3”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah apakah ada hubungan faktor perilaku dengan kejadian diare pada balita

di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk 3?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor perilaku

yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Tabuk 3.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Menganalisis hubungan antara penggunaan botol susu dengan kejadian diare

pada balita di Puskesmas Sungai Tabuk 3.


5

b. Menganalisis hubungan antara kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

dengan kejadian diare di Puskesmas Sungai Tabuk 3.

c. Menganalisis hubungan antara penggunaan jamban dengan kejadian diare di

Puskesmas Sungai Tabuk 3.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Calon Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan sebagai

sarana pembelajaran dalam melakukan penelitian kesehatan lingkungan serta

mengaplikasikan ilmu Epedemiologi yang didapatkan selama perkuliahan

khususnya tentang faktor perilaku dan faktor lingkungan dengan kejadian diare

pada balita yang nantinya dapat digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang akan

datang.

2. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada

masyarakat mengenai faktor perilaku dan faktor lingkungan dengan kejadian diare

pada balita.

3. Bagi Dinas Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait perilaku dan

faktor lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Sungai Tabuk 3, sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam merancang

program intervensi promosi kesehatan terutama terhadap lingkungan untuk

menyelesaikan masalah diare demi terwujudnya derajat kesehatan masyarakat

yang optimal di masa yang akan datang, serta menjalin kerjasama yang baik
6

antara Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar dengan Program Studi Kesehatan

Masyarakat FK ULM dalam mengatasi masalah diare.

4. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM)

Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan informasi bagi

kalangan civitas akademika terutama dalam ilmu kesehatan masyarakat khususnya

masalah diare serta kajian literatur dan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi

yang meliputi pendidikan dan pengajaran dalam meningkatkan program belajar

mengajar, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat

untuk meyelesaikan masalah diare sehingga sesuai dengan kondisi dan fakta

lapangan dalam merumuskan program dan kebijakan yang dibutuhkan untuk

disampaikan kepada stakeholder pemangku kebijakan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan keterkaitan peneliti untuk meneliti faktor perilaku dan faktor

lingkungan berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Tabuk 3Peneliti juga mempertimbangkan keaslian penelitian

sehingga memiliki landasan dalam melakukan penelitian. Adapun penelitian-

penelitian terdahulu yang menjadi pertimbangan dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian Meliani R tahun 2019 yang berjudul faktor-faktor perilaku ibu

yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Persamaan dari kedua

penelitian adalah variabel terikat atau dependennya kejadian diare pada balita

dan variabel bebas atau independennya penggunaan botol susu, kebiasaan

cuci tangan pakai sabun. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti
7

adalah variabel bebas atau independennya yang di ukur yaitu sumber air

bersih, ASI eksklusif, sarana pembuangan sampah dan sarana pembuangan air

limbah pada penelitian ini menggunakan studi case control, dengan teknik

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, sedangkan peneliti

sebelumnya menggunakan studi crooss sectional dengan teknik pengambilan

sampel menggunakan accidental sampling (11).

2. Penelitian Rohmah dan Syahrul tahun 2017 yang berjudul hubungan

kebiasaan cuci tangan dan penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare

pada balita. Persamaan dari kedua penelitian adalah variabel terikat atau

dependennya yaitu kejadian diare pada balita dan pada variabel bebas atau

independennya kebiasaan cuci tangan pakai sabun, penggunaan jamban. Uji

statistik yang digunakan pada penelitian yaitu uji chi square. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan yaitu pada variabel

bebas atau independennya ASI eksklusif, sumber air bersih, sarana

pembuangan tempat sampah, dan sarana pembuangan air limbah. Pada

penelitian ini menggunakan studi case control, sedangkan pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti menggunakan studi cross sectional

(13).

3. Penelitian Sharfina tahun 2016 yang berjudul pengaruh faktor lingkungan dan

perilaku terhadap kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Sungai Tabuk. Persamaan dari kedua penelitian adalah variabel terikat atau

dependennya yaitu kejadian diare pada balita dan pada variabel bebas atau

independennya penggunaan botol susu, kebiasaan cuci tangan pakai sabun.


8

Pada penelitian ini dan penelitian sama-sama menggunakan studi case

control. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan

yaitu pada variabel bebas atau independennya ASI eksklusif, kualitas air

bersih, ketersediaan jamban dan pengelolaan, penyediaan, dan penyajian

makanan, dan sarana pembuangan air limbah (SPAL). Pada penelitian ini

menggunakan teknik sampling purposive sampling sedangkan pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik random

sampling dengan sample acak (14).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair dalam satu hari.

Dalam satu hari dapat buang air besar 3 kali atau lebih. Tinja yang keluar

masih memiliki kandungan air yang berlebih (encer). Diare merupakan

kedaan ketika seseorang mengalami peradangan pada kolon sehingga

menyebabkan tinja encer, dapat bercampur darah dan lendir kadang

disertai muntah-muntah. Sehingga diare dapat menyebabkan cairan tubuh

terkuras habis melalui tinja (15, 16).

Kejadian diare dapat terjadi di seluruh dunia dan menyebabkan 4%

dari semua kematian dan 5% dari kehilangan kesehatan menyebabkan

kecacatan. WHO 2013 menyatakan setiap tahunnya terdapat sekitar 1,7

miliar kasus penyakit diare pada anak, dengan angka kematian sekitar

760.000 anak balita (17, 18).

2. Klasifikasi Diare

Menurut Depkes RI 2005, berdasarkan jenisnya diare dibagi menjadi

empat, yaitu (19, 20):

a. Diare akut

9
Dimana balita akan kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang

besar sehingga mampu menyebabkan dehidrasi dalam waktu yang cepat.

Berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari tujuh hari).

10
10

b. Disentri

Ditandai dengan adanya darah dalam tinja yang di sebabkan akibat

kerusakan usus yang akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang

berdampak pada penurunan status gizi.

c. Diare persisten

Dimana kejadian diare dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Diare

jenis ini sering terjadi pada anak dengan status gizi rendah, AIDS, dan

anak dalam kondisi infeksi.

d. Diare dengan masalah lain

Diare yang biasamya disertai oleh penyakit lain, seperti demam, gangguan

gizi, atau penyakit lainnya.

3. Etiologi diare

Penyebab diare pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus,

bakteri, parasit. Selain karena infeksi, diare juga disebabkan oleh hal lain

seperti keracunan makanan, efek samping dari obat-obatan tertentu, alergi,

malabsorsi makanan, dan penyakit saluran pencernaan (21).

Menurut Black 2007, penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi

2 yaitu (22):

a. Non infeksi seperti penyakit kongenital (bawaan) dan Inflammatory bowel

(peradangan pada usus).

b. Infeksi seperti akibat bakteri atau virus dan parasit.


11

4. Gejala dan Dampak Diare pada Balita

Gejala diare biasanya diakibatkan oleh adanya iritasi pada usus oleh

patogen yang dapat mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi

peningkatan kemampuan pergerakan usus. Menurut teori klasik Tan, H.T

dan Kirana R 2010 diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus

sehingga pelintasan makanan dipercepat dan masih mengandung banyak

air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam beberapa

tahun terakhir menunjukkan bahwa penyebab utama diare adalah

bertumpuknya cairan pada usus yang mengakibatkan terganggunya respon

air dan menyebabkan hipersekresi. Pada keadaan normal, proses resorpsi

dan sekresi air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama

di sel-sel epitel mukosa (23).

Menurut penelitian Asyrofi 2017 berdasarkan gejala dan tanda diare

antara lain (24):

a. Gejala umum

1) Bercak cair lembek gejala ini khas diare

2) Muntah, biasanya menyertai diare akut

3) Demam, bisa mendahului atau sesudah gejala diare

4) Gejala dehidrasi, mata cekung, apatis, bahkan gelisah

Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan

cairan)
12

tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi

ringan, sedang, atau berat. Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga,

yaitu (24):

a. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa

bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih

mau makan dan minum seperti biasa.

b. Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau gelisah, mata

sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit.

c. Dehidrasi berat, anak apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan

kulit turgor kembali lambat, napas cepat, anak terlihat lemah.

5. Penularan diare

Penyakit diare ditularkan 70% oleh kuman seperti virus dan bakteri.

Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan mekanisme

berikut ini (25, 26):

a. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila

seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari

sumbernya, tercemar sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat

disimpan di rumah. Pencemaran dirumah terjadi bila tempat penyimpanan

tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat

mengambil air dari tempat penyimpanan.

b. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau

bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan
13

kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat

menularkan diare ke orang yang memakannya.

c. Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah Buang Air

Besar (BAB) akan memungkinkan kontaminasi langsung.

B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita

1. Faktor Perilaku

a. Pemberian ASI eksklusif

ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi

sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pemberian ASI

eksklusif adalah pemberian ASI tanpa diberi makanan atau minuman

tambahan apapun sejak bayi berusia 0-6 bulan. Jika balita tidak mendapat

ASI eksklusif, maka akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian

akibat diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan tubuh

sehingga tidak mudah sakit atau terinfeksi penyakit. Bedasarkan Peraturan

Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu

Eksklusif, pemberian ASI eksklusif yaitu jika ASI diberikan saat 0-6 bulan

tampan diberi makanan dan minuman tambahan lainnya (27, 28).

b. Penggunaan botol susu

Menyusui bayi dapat mempererat hubungan batin antara ibu dan

bayi, namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan ibu tidak dapat

menyusui, seperti ibu harus kembali kerja setelah masa cuti melahirkan

habis, ibu menderita suatu penyakit sehingga tidak dapat menyusui atau

hal-hal yang lainya. Dengan kondisi diatas, pemberian ASI dapat dialihkan
14

melalui botol susu. Penggunan botol susu pada umumnya diberikan pada

bayi atau balita bayi balita yang tidak lagi menyusu langsung pada ibu

berusia kurang lebih 6 bulan, tetapi jika kondisi seperti ibu harus kembali

kerja atau ibu menderita suatu penyakit sehingga tidak dapat menyusui

atau hal-hal yang lainnya maka bayi atau balita biasanya akan diberikan

ASI atau susu formula menggunakan botol susu.

Cara-cara pemberian baik ASI maupun susu formula melalui botol

harus memperhatikan berbagai hal seperti cara penyajian botol susu, cara

mencuci botol, cara sterilisasi. Cara yang salah dalam menggunakan botol

susu dapat menyebabkan bakteri berkembang. Berkembangnya bakteri

dalam botol bisa mengganggu sistem pencernaan bayi, bahkan dapat

menimbulkan diare pada bayi atau balita (29).

Depkes RI tahun 2006 menyatakan bahwa salah satu perilaku

masyarakat yang dapat menyebabkan penyebaran kuman penyebab diare

dan meningkatnya risiko terjangkitnya diare yaitu menggunakan botol

susu yang memudahkan pencemaran kuman penyebab diare. Semua diare

akut secara umum dapat dianggap karena infeksi bakteri, terkecuali

ditemukan bukti adanya sebab-sebab lain. Infeksi bakteri yang sering

menimbulkan diare adalah infeksi bakteri E.Coli. Bakteri E.Coli masuk

kedalam tubuh manusia melalui tangan atau alat-alat seperti botol, dot, dan

peralatan makan yang tercemar. Anak-anak terutama bayi yang tidak

mendapatkan ASI ataupun sebagai makanan pendamping ASI sehingga

bergantung pada susu formula dan dalam pemberiannya menggunakan


15

botol susu menjadi rentan untuk terkena diare. Kebersihan botol susu yang

tidak terjaga yang menyebabkan kuman ataupun bakteri berkembang pada

botol susu. Adanya kuman atau bakteri pada botol susu disebabkan oleh

pencucian yang buruk dan personal hygiene ibu (29,30).

Berdasarkan Soenardi tahun 2003 cara mensterilkan botol susu dapat

dilakukan dengan cuci tangan sebelum melakukan sterilisasi, segera

setelah selesai memberikan susu formula, botol segera dibersihkan dengan

merendam dalam air bersih supaya mudah dibersihkan, cuci semua

peralatan (penutup, dot, kap botol, botol) dengan sabun dan air yang

mengalir, cuci dengan sikat botol sampai ke dasar botol bagian dalam dan

atas botol harus bersih, rebus botol dalam panci khusus selama ±10 menit

sampai mendidih jika tidak ada panci khusus panci biasa pun bisa dipakai

alasi dasarnya dengan serbet bersih agar botol susu tidak langsung terkena

panas dari dasar panci, angkat botol susu keringkan dengan membalik

botol agar air menetesdan bagian dalambotol kering, letakkan ditempat

yang bersih, kering dan sejuk pada waktu disimpan bagian atas botol

biarkan tertutup, simpan botol susu dalam tempat yang steril lemari, atau

tempat khusus penyimpanan botol susu (52).

Berdasarkan penelitian Sharfina tahun 2016 ada hubungan antara

penggunaan botol susu dengan status kejadian diare pada balita (p-

value=0,001). Hasil OR yang didapat yaitu 6,476 yang artinya ibu yang

menggunakan botol susu yang tidak memenuhi syarat 6,476 kali lebih

besar balitanya untuk menderita diare dibandingkan dengan ibu yang


16

menggunakan botol susu yang memenuhi syarat. Mencuci dan

mensterilkan botol susu penting dilakukan untuk membunuh semua kuman

yang ada, karena kuman-kuman ini cepat sekali berkembang biak dan

menyebabkan kesakitan terutama penyakit diare (14).

c. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun

Kebiasan mencuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu

upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. Tangan yang

terkontaminasi merupakan kunci utama penyebaran kuman, tangan adalah

media utama penularan kuman penyebab penyakit, peningkatan kebersihan

tangan merupakan salah satu cara efektif untuk mengurangi penyebaran

diare (32).

Kementerian Kesehatan tahun 2011 menetapkan kebiasaan Cuci

Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada 5 waktu kritis, yaitu sebelum makan,

setelah Buang Air Besar (BAB), sebelum menyiapkan makanan, setelah

menceboki anak, dan setelah memegang hewan. Membiasakan diri untuk

mencuci tangan pakai sabun berarti mengajarkan anak-anak dan seluruh

keluarga hidup sehat sejak dini. Cuci tangan pakai sabun dapat dengan

mudah dilakukan, tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak dan

mampu mengurangi angka diare sebanyak 45%. Berdasarkan penelitian

Meliani tahun 2019, pada kebiasaan mencuci tangan pakai sabun terdapat

p-value=0,001, ɑ<0,005 hipotesa menunjukkan ada hubungan antara

kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita (11,33).

d. Kebiasaan membuang tinja


17

Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara bersih

dan benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah

berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam

jumlah besar. Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak

dan orang tuanya (34).

e. Menggunakan air tercemar

Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan

dirumah. Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat peyimpanan

tidak tertutup atau tangan yang tercemar menyentuh air pada saat

mengambil air dari tempat penyimpanan. Untuk mengurangi risiko

terhadap diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi

air tersebut dari kontaminasi (35).

f. Penggunaan jamban sehat

Jamban adalah sebuah ruangan yang memiliki fasilitas pembuangan

feses maupun urin manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat

duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang

dilengkapi dengan unit penampungan feses dan air untuk

membersihkannya, rumah tangga yang menggunakan WC yang memenuhi

syarat dan sehat untuk buang air kecil mempunyai risiko lebih kecil bagi

anggota keluarga untuk tertular penyakit. Pembuangan tinja yang tidak

sesuai aturan akan mempermudah penyebaran penyakit yang dapat

menular melalui feses, seperti penyakit diare (13)


18

Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam

penularan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai

jamban sebaiknya membuat jamban, dan balitanya tidak dibiarkan buang

air besar di sembarangan tempat karena dapat mencemari tangan, air,

tanah, atau dapat menempel pada lalat dan serangga yang menghinggapi

tinja sehingga dapat menimbulkan penularan beragai macam penyakit.

Tinja balita yang tidak dibuang kedalam jamban akan menyebabkan

kuman-kuman yang ada pada tinja tersebar dan menjadi rantai penularan

diare. Jamban yang dimiliki setiap keluarga juga harus di pastikan

berfungsi dengan baik, dibersihkan secara teratur dan saat membuang air

besar diusahakan menggunakan alas kaki untuk mencegah kontaminasi

bakteri yang menyebabkan diare masuk dalam tubuh (36).

Menurut Depkes RI tahun 2004 ada beberapa syarat jamban sehat ,

antara lain tidak mencemari sumber air minum, jarak septic tank 0 – 15

meter dari sumber air minum. Berdasarkan Permenkes no 3 tahun 2014

keluarga mempunyai akses atau penggunaan jamban sehat apabila jamban

tersebut memenuhi syarat yaitu: bangunan atas jamban harus berfungsi

untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya,

bangunan bagian tengah jamban terdapat lubang tempat pembuangan

kotoran yang saniter dilengkapi kontruksi leher angsa, pada kontruksi

sederhana (semi saniter) lubang dapat dibuat tanpa kontruksi leher angsa,

tetap harus diberi tutup, lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak
19

licin dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Septic tank.

(37, 38).

Berdasarkan penelitian Rohmah dkk tahun 2017, ada hubungan

antara penggunaan jamban dengan kejadian pada balita di dapat nilai

p=0,014. Hal ini dibuktikan dengan teori yang dikemukakan Depkes RI

tahun 2004 bahwa penggunaan jamban memiliki efek yang besar bagi

penurunan risiko penularan penyakit dan setiap anggota keluarga harus

buang air besar di jamban. Kondisi jamban yang tidak memenuhi syarat

akan menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyebab penyakit dan

penyakit diare adalah salah satunya diare (13).

2. Faktor Lingkungan

a. Sumber air bersih

Sumber air bersih mempunyai peranan dalam penyebaran beberapa

penyakit infeksius. Hal-hal yang perlu diperhatikan dapat penyediaan air

bersih yaitu, mengambil air dari sumber air yang bersih, mengambil dan

menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta

mempergunakan gayung khusus untuk mengambil air, memelihara dan

menjaga sumber mata air dari pencemaran, menggunakan air yang direbus,

dan mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air bersih. Air

digunakan oleh manusia untuk keperlaun sehari-hari seperti

minum, mandi, cuci, kakus, dan sebagainya. Diantara kegunaan-kegunaan

air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh

karena itu, untuk keperluan minum, termasuk untuk masak, air harus
20

mempunyai persyaratan khusus agar tidak menimbulkan penyakit

manusia. Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem

penyediaan air minum adapun persyaratan yang dimaksud adalah

persyaratan dari segi kualitas fisik kimia, biologi, dan radiologis, sehingga

apabila dikonsomsi tidak menimbulkan efek samping (39).

b. Sarana pembuangan sampah

Segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan

bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk dan ada pula yang

tidak mudah membusuk. Yang mudah membusuk terutama terdiri dari zat-

zat organik seperti sisa sayuran, sisa daging, dan daun. Sedangkan yang

tidak mudah membusuk dapat berupa plastik, kertas, karet, logam dan

bahan bangunan. Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat

dikelompokan menjadi efek langsung dan tidak langsung. Pengaruh

sampah secara langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak

langsung dengan sampah tersebut. Misalnya sampah beracun, sampah

yang korosif, karsinogenik, teratogenik terhadap tubuh. Selain itu ada pula

sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan

penyakit (40).

c. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Pengertian air limbah adalah kotoran dari masyarakat, rumah tangga

dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan

lainnya. Air limbah yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes

water) yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada
21

umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas

cucian dapur dan kamar mandi, pada umumnya terdiri dari bahan-bahan

organik. Dibandingkan dengan air bekas cucian, ekskreta ini jauh lebih

berbahaya karena banyak mengandung kuman patogen. Ekskreta ini

merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan air (41).

Berdasarkan Permenkes No 3 tahun 2014 saluran pembuangan air

limbah (SPAL) harus memiliki syarat-syarat kesehatan yaitu; air limbah

kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban,

tidak boleh menimbulkan bau, tidak boleh menjadi tempat perindukan

vektor, tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan

rawan kecelakaan dan terhubung dengan saluran limbah umum/ got atau

sumur resapan.

Air limbah yang tidak dikelola terlebih dahulu akan menyebabkan

masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup, dimana dapat

menjadi transmisi atau media perkembangbiakan mikroorganisme

patogen, menimbulkan bau, sumber pencemaran air, serta penyebaran

penyakit yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti penyakit

diare dan jenis penyakit menular lainnya (12).

Begitu pula yang dilakukan oleh Rahim tahun 2017 yang

menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara saluran pembuan air

limbah dengan kejadian diare pada balita. Penelitian ini menunjukkan

bahwa saluran pembuangan air limbah yang tidak mmenuhi syarat sangat

berdampak pada terjadinya diare pada balita, hal ini disebabkan karena
22

sebagian besar warga memeiliki saluran pembuangan air limbah terbuka

yang dapat menyebabkan pencemaran sumber air, berbau, dan genangan

air dan juga air limbah tersebut tidak di buang keparit resapan akan tetapi

dibiarkan mengalir begitu saja, sehingga bisa mengundang datangnya

vektor pencetus peyakit diare (43).

C. Upaya Pencegahan Diare pada Balita

Adapun beberapa langkah pencegahan diare yang tepat dan efektif

adalah sebagai berikut (44, 45):

1. Memberikan ASI

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Berikan ASI eksklusif

selama 6 bulan pertama usia bayi. ASI eksklusif adalah hanya memberikan

ASI selama 6 bulan pertama, tanpa cairan lain, susu formula, atau

makanan lain termasuk air putih. ASI menambah daya tahan anak terhadap

berbagai infeksi serta mengurangi risiko alergi pada anak. ASI eksklusif

akan membantu sistem saluran pencernaan bayi berkembang lebih baik.

Tidak hanya itu, ASI eksklusif juga akan menambah flora normal (bakteri

baik) yang ada dalam usus.

2. Memperbaiki Makanan Pendamping ASI

Perkenalkan makanan padat ketika anak memasuki usia 6 bulan ke

atas (proses penyapihan). ASI tetap diberikan dengan tambahan makanan

padat lainnya. Pemberian makanan padat harus disesuaikan dan bertahap,

mulai dari makanan lunak, kemudian makanan yang dipotong kecil-kecil,

hingga akhirnya diberikan dalam bentuk utuh. Kenaikan konsistensi serta


23

jumlahnya disesuaikan perhari. Perhatikan kecukupan gizi pada setiap

pemberian makanan padat. Selain itu, jangan membiasakan pemberian

makanan setengah matang kepada anak, serta usahakan pemberian

makanan yang diolah dan dimasak dengan higienis. Jajan sembarangan

juga dapat menjadi salah satu penyebab diare.

3. Menggunakan Air Bersih

Air merupakan salah satu media penularan berbagai kuman (virus untuk

memasak, mencuci tangan, mencuci botol susu, mencuci pakaian, ataupun untuk

diminum lebih baik menggunakan air bersih agar terhindar dari diare.

4. Sering Mencuci Tangan

Biasakan anak untuk sering mencuci tangan, baik sebelum dan

sesudah makan, sebelum dan sesudah buang air besar, sesudah bermain,

dan sesudah beraktivitas di luar rumah.

5. Membuang Tinja dengan Benar

Tinja atau pun popok bayi yang bekas pakai perlu dibuang ke tempat

yang benar. Jangan sembarangan membuang popok bayi. Setelah dibuang

ketempat yang tepat, jangan lupa untuk mencuci tangan.

6. Penggunaan Jamban

Jamban atau toilet yang bersih sangat penting. Sanitasi dan

kebersihan lingkungan sangat membantu mengurangi resiko diare pada


24

anak. Usahakan selalu buang air besar di jamban, jangan lupa untuk

membersihkan jamban secara teratur.

Menurut Widoyono tahun 2011 penyakit diare dapat dicegah melalui

promosi kesehatan, antara lain (46):

a. Menggunakan air bersih.

b. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian

besar kuman penyakit.

c. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan,

dan sesudah Buang Air Besar (BAB).

d. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun.

e. Menggunakan jamban yang sehat.

f. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.


25

BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Diare merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh berubahnya

suatu bentuk dan konsistensi tinja, dari lembek hingga cair, meningkatnya

frekuensi buang air besar lebih dari biasanya, yaitu tiga kali atau lebih

dalam satu hari. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar

menunjukkan bahwa kasus diare pada balita tahun 2018 sebesar 3.951

kasus. Kejadian diare dapat terjadi di seluruh dunia dan menyebabkan 4%

dari semua kematian dan 5% dari kehilangan kesehatan menyebabkan

kecacatan. WHO tahun 2013 menyatakan setiap tahunnya terdapat sekitar

1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak, dengan angka kematian sekitar

760.000 anak balita (1, 7, 47).

Depkes RI tahun 2005 menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang

berkaitan dengan kejadian diare yaitu pemberian ASI eksklusif,

penggunaan botol susu, kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),

kebiasaan membuang tinja, dan penggunaan jamban. Menurut Soemirat

tahun 2002 faktor kejadian diare juga berpengaruh dari faktor lingkungan

seperti sumber air minum, sarana pembuangan sampah, dan Sarana

Pembuangan Air Limbah (SPAL) (8,9).

Berdasarkan penelitian Meliani tahun 2019 kebiasaan mencuci

tangan pakai sabun terdapat p-value=0,001, ɑ<0,005 hipotesa


26

menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan

kejadian diare pada balita. Penularan secara tidak langsung dapat terjadi

melalui vektor yang berkembang biak di sarana pembuangan air limbah

sehingga dapat mencemari air dan permukaan tanah. Kemudian vektor

tersebut mengkontaminasi makanan dan minumn, lalu makanan dan

minuman tersebut dikonsumsi oleh manusia sehingga dapat menimbulkan

penyakit diare (11, 12).

Berdasarkan penelitian Rohmah dkk tahun 2017 ada hubungan

antara penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita di dapat nilai

p=0,014. Hal ini dibuktikan dengan teori yang dikemukakan Depkes RI

tahun 2004 bahwa penggunaan jamban memiliki efek yang besar bagi

penurunan risiko penularan penyakit dan setiap anggota keluarga harus

buang air besar di jamban. Kondisi jamban yang tidak memenuhi syarat

akan menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyebab penyakit dan

penyakit diare adalah salah satunya (13).

Berdasarkan penelitian Sharfina tahun 2016 ada hubungan antara

penggunaan botol susu dengan status kejadian diare pada balita (p-

value=0,001). Hasil OR yang didapat yaitu 6,476 yang artinya ibu yang

menggunakan botol susu yang tidak memenuhi syarat 6,476 kali lebih

besar balitanya untuk menderita diare dibandingkan dengan ibu yang

menggunakan botol susu yang memenuhi syarat. Mencuci dan

mensterilkan botol susu penting dilakukan untuk membunuh semua kuman


27

yang ada, karena kuman-kuman ini cepat sekali berkembang biak dan

menyebabkan kesakitan terutama penyakit diare (14).

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka teori dapat tergambar

sebagai berikut:

Faktor Perilaku
a. Pemberian ASI eksklusif
b. Penggunaan botol susu
c. Kebiasaan cuci tangan
pakai sabun (CTPS)
d. Kebiasaan membuang
tinja
e. Menggunakan air
minum tercemar
f. Penggunaan jamban

Kejadian diare
pada balita
Faktor Lingkungan
a. Sumber air bersih
b. Sarana pembuangan
sampah
c. Sarana Pembuangan air
limbah (SPAL)

Gambar 3.1 Kerangka Teori Depkes RI 2005 dan Juli Soemirat Slamet
2002 (8, 9)
28

Kerangka konsep penelitian disajikan dalam gambar 3.2 berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Penggunaan botol susu

Kejadian Diare pada


Kebiasaan cuci tangan Balita
pakai sabun

Penggunaan jamban

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Faktor Perilaku dengan


Kejadian Diare pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai
Tabuk 3

B. Hipotesis

Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ada hubungan antara penggunaan botol susu dengan kejadian diare pada

balita di Wilayah Kerja Pukesmas Sungai Tabuk 3.


29

2. Ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian

diare pada balita di Wilayah Kerja Pukesmas Sungai Tabuk 3.

3. Ada hubungan antara pengunaan jamban dengan kejadian diare pada balita di

Wilayah Kerja Pukesmas Sungai Tabuk 3 .


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif observasional analitik. Observasional analitik dipilih karena pada

penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan botol susu,

kebiasaan cuci tangan pakai sabun, penggunaan jamban, di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Tabuk 3. Desain penelitian yang digunakan adalah case

control, yaitu suatu penelitian yang menyangkut bagaimana faktor risiko

dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif atau efek penyakit di

identifikasi pada saat ini dan faktor risiko di identifikasi ada. Cases berarti

kelompok yang menderita penyakit tertentu sedangkan control adalah kelompok

tanpa penyakit tertentu (dalam kondisi sehat). Pravalensi paparan masa lalu ke

faktor risiko yang diduga kemudian diukur pada setiap kelompok (48, 49)

y
Faktor Risiko (+) Kasus (ibu
(+) ] yang memiliki
Faktor Risiko (-) balita diare)
Ibu yang
(+) memiliki balita
usia 12-59 bulan
Faktor Risiko (+) Kontrol (ibu
(+) yang memiliki
balita tidak
Faktor Risiko (-) diare)
(+)
Gambar 3.3 Skema Penelitian Case – Control

29
30

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang berusia (0- 59 bulan) yang

ada wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk 3.

2. Sampel

Sampel penelitian meliputi sampel kasus dan sampel kontrol dengan

perbandingan 1 kasus dengan 1 kontrol. Teknik penggunaan sampel kasus dan

kontrol pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik

penentuan sampel dengan maksud dan tujuan tertentu, yang dianggap peneliti

bahwa seseorang tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya,

dengan kriteria inklusi.

Kriteria inklusi yang digunakan untuk kasus sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi kasus

1) Balita yang tidak lagi menyusu langsung pada ibunya (menggunakan botol

susu) (0-59 bulan )

2) Balita yang didiagnosis oleh petugas kesehatan (dokter) menderita diare sejak

3 bulan terakhir.

b. Kriteria inklusi kontrol

1) Balita yang tidak lagi menyusu langsung pada ibunya (menggunakan botol

susu) (0-59 bulan)

2) Balita yang tidak didiagnosis petugas kesehatan (dokter) menderita diare

sejak 3 bulan terakhir.


31

Perhitungan sampel menggunakan rumus Lemeshow yaitu:

n = ¿¿¿

n = ¿¿

n = ¿¿

n = 32,53 = 33 orang

Keterangan:

n = Jumlah sampel minimal kelompok kasus dan kontrol


Z1−α /2 = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan
kemanaan α (untuk α=0,05 adalah 1,64)
Z1− β = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa
sebesar diinginkan (untuk β=0,05 adalah 1,64)
P2 = Proporsi paparan pada kelompok kontrol (0,76) (14)
P1 = Proporsi paparan pada kelompok kasus (0,33)
P = Rata-rata P1 dan P2 (0,54)

Berdasarkan rumus diatas, didapatkan nilai n= 33, maka besar sampel pada

penelitian ini adalah 66 sampel dengan rincian 33 sebagai kasus dan 33 sebagai

kontrol. Untuk sampel wilayah yang digunakan yaitu sungai tabuk 3 dengan

jumlah sebanyak 3 desa yaitu sungai lulut, desa sungai bakung, desa sungai

tandipah.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti

dalam kegiatan mengumpulkan data (50). Instrumen yang digunakan pada

penelitian ini adalah lembar checklist digunakan untuk melihat penggunaan botol

susu dan kebiasaan cuci tangan pakai sabun, dan penggunaan jamban.
32

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah kejadian diare pada balita di

wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk 3.

2. Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah penggunaan botol susu, kebiasaan

cuci tangan pakai sabun, penggunaan jamban.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini dapat dijabarkan pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Skala Kategori


Operasional Ukur
Kejadian diare Balita usia 0-59 Data Nominal 1. Diare
pada balita bulan yang Sekund 2. Tidak diare
mengalami er dari
perubahan feses Puskes
dan buang air besar mas
lebih dari 3 kali
dalam sehari.
Dalam waktu 3
bulan terakhir
2. Penggunaan Penggunaan botol Kuison Nominal Variabel
botol susu susu yang dilihat er kinerja kader
dari cara diukur dengan
membersihkan dan skala likert:
sterilisasi botol selalu, sering,
susu yang jarang,
digunakan ibu kadang-
untuk balita kasang , (28)
Interval
=
33

Skor tertinggi−¿ skor terendah


2
75−6
= =
2
34,5
=17,25
2
Kategori :
1. Baik (Skor
> 17,25)
2. Kurang
(Skor ≤
17,25)
Kebiasaan Satu tindakan Kuesio Nominal Variabel
3. mencuci responden setiap ner kebiasaan cuci
tangan pakai hari mencuci tangan pakai
sabun tangan yang benar sabun dengan
dengan selalu, sering,
menggunakan air jarang,
yang bersih atau kadang-
mengalir dengan kasang skala
sabun pada 5 waktu likert: (28)
kritis yaitu sebelum Interval
makan, setelah =
BAB, sebelum Skor tertinggi−¿ skor terendah
menyiapkan 2
makan, setelah 75−6
menceboki anak, = =
2
dan setelah 34,5
memegang hewan. =17,25
2
Kategori :
1. Baik (Skor
> 17,25)
2. Kurang
(Skor ≤
17,25)
Penggunaan Tempat buang air Alat Nominal 1. Memenuhi
Jamban besar keluarga ukur syarat:
dengan jenis menggu Jika
Jamban yang nakan memenuhi 7
memenuhi syarat : data komponen
a. Tidak Sekund 2. Tidak
mencemari er PIS- memenuhi
sumber air PK dari syarat; Jika
minum. Puskes <7
b. Jarak septic mas komponen
tank 0-15 meter
34

dari sumber air


minum.
c. Bangunan atas
jamban harus
berfungsi untuk
melindungi
pemakai dari
gangguan cuaca
dan gangguan
lainnya.
d. Bangunan
bagian tengah
jamban terdapat
lubang tempat
pembuangan
kotoran yang
saniter
e. Lantai jamban
terbuat dari
bahan kedap air,
tidak licin
f. Mempunyai
saluran untuk
pembuangan air
bekas ke septic
tank.

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Studi pendahuluan dilakukan untuk melihat data diare di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar,

dan Puskesmas Sungai Tabuk 3.


35

b. Penyusunan proposal usulan penelitian dan konsultasi.

c. Melakukan perizinan penelitian kepada Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, Dinas Kesehatan Kabupaten

Banjar dan Puskesmas Sungai Tabuk 3.

d. Persiapan instrumen penelitian.

e. Pengurusan etik.

f. Melakukan persamaan persepsi calon peneliti dengan enumeratofr untuk

instrumen penelitian yang telah dibuat.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Setelah mendapat izin dari pihak terkait, calon peneliti menjelaskan tentang

tujuan dari penelitian serta mengkonfirmasikan mengenai alat (instrumen)

yang dipakai dalam penelitian.

b. Sebelum dilakukan pengambilan data, calon peneliti memberikan informed

consent kepada responden sebagai tanda persetujuan bahwa responden

bersedia menjadi responden penelitian.

c. Penelitian dilakukan dengan membagikan dan menganalisis situasi dengan

lembar cheklist dan lembar observasi kepada responden dari rumah ke rumah

berdasarkan alamat yang telah didapatkan.

d. Sampel antara kasus dan kontrol matching yang digunakan adalah wilayah.

3. Tahap Penyelesaian
36

Tahap penyelesaian terdiri dari kegiatan, yaitu:

a. Mengumpulkan semua data dari lembar cheklist dan observasi hasil

penelitian.

b. Melakukan pengolahan dan analisis data penelitian yang telah diperoleh.

c. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputerisasi.

d. Penyusunan laporan.

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden berupa lembar

obsevasi dan lembar checklist.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, dan Puskesmas

Sungai Tabuk 3.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses untuk memperoleh data berdasarkan suatu

kelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga

mendapatkan informasi yang diperlukan. Pengolahan data bertujuan untuk

memperoleh penyajian data dan kesimpulan yang baik. Data yang diperoleh dari
37

penelitian masih mentah, belum dapat memberikan informasi, maka diperlukan

pengolahan data. Kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan data oleh peneliti,

yaitu: editing, coding, entry, processing dan cleaning:

a. Editing

Editing merupakan proses pengecekan dan penyuntingan data yang

diperlukan terhadap data untuk memudahkan proses pemberian kode dan

pemprosesan data dengan teknik statistik. Data yang diperoleh dari hasil survey

atau observasi perlu diedit dari kemungkinan kekeliruan dalam proses pencatatan

yang dilakukan oleh pengumpul data serta dari pengisian kuesioner yang tidak

lengkap atau tidak konsisten. Tujuan pengeditan data adalah untuk menjamin

kelengkapan, konsisten dan kesiapan data dalam proses analisis.

b. Coding

Coding merupakan proses identifikasi dan klasifikasi data ke dalam skor

numeric. Coding diperlukan terutama untuk data yang dapat diklasifikasikan.

Teknis pemberian kode dapat dilakukan sebelum atau sesudah pengisian

kuesioner. Proses pemberian kode akan memudahkan dan meningkatkan efisiensi

proses entry data ke komputer.

c. Entry

Entry adalah proses memasukkan data ke dalam tabel dilakukan dengan

program yang ada di komputer. Data kuesioner yang sudah dikoding dimasukkan

sesuai tabel olah data.

d. Processing
38

Processing adalah kegiatan yang dilakukan agar data yang sudah di entry

dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari

kuesioner ke program komputer.

e. Cleaning

Cleaning merupakan teknik pembersihan data yang tidak sesuai dengan

kebutuhan peneliti. Peneliti pada tahap ini akan melakukan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran dan interpretasi

pada masing-masing variabel yaitu variabel terikat kejadian diare pada balita dan

variabel bebas adalah penggunaan botol susu, kebiasaan cuci tangan pakai sabun,

penggunaan jamban.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi squre dengan tingkat kepercayaan

95% (ɑ=0,05) untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing

variabel bebas dengan variabel terikat. Dilakukan analisis Odd Ratio (OR) untuk

mengetahui besar risiko terjadinya kejadian diare pada balita.

I. Tempat Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk 3 yang

termasuk di Kabupaten Banjar. Adapun jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel

4.2.

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian


39

Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5
Konsultasi pembimbing
Perizinan penelitian
Observasi awal
Pencarian referensi dan penyusunan
proposal
Penyusunan etik
Seminar proposal skripsi
Revisi proposal skripsi
Pelaksanaan penelitian
Penyusunan hasil
Seminar hasil skripsi

J. Biaya Penelitian

Rincian biaya yang dianggarkan untuk penelitian ini disajikan pada tabel 4.3

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Rincian Biaya Penelitian

Keterangan Satuan Harga Biaya


Satuan
Tahap Persiapan 4 Rp. 15.000,00 Rp. 60.000,00
a. Penjilidan dan
penggandaan
proposal skripsi
b. Pengajuan protokol 1 Rp.100.000,00 Rp. 100.000,00
etik
Tahap Pelaksanaan
a. Transportasi 3 Rp. 80.000,00 Rp. 240.000,00
pengumpulan data
b. Kenang-kenangan
informan 6 Rp. 30.000,00 Rp. 180.000,00
Tahap pelaporan
Penjilidan dan
penggandaan skripsi 4 Rp. 25.000,00 Rp. 100.000,00
Jumlah Rp. 680.000,00

.
40
DAFTAR PUSTAKA

1. Ulfayanti, Sudirman B. HUBUNGAN KONDISI SANITASI

LINGKUNGAN DENGAN PENYAKIT DIARE DI KELURAHAN

NALU KECAMATAN BAOLAN KABUPATEN TOLOLI. J Kolaboratif

Sains. 2018;1(1):849–56.

2. Muhammad Ichwan, Nani Yuniar PEE. EFEKTIFITAS METODE

PERMAINAN EDUKATIF PAPEDA TERHADAP PENINGKATAN

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN UNTUK PENCEGAHAN

KEJADIAN DIARE PADA MURID KELAS V SDN 14 POASIA DI

KECAMATAN POASIA KOTA KENDARI TAHUN 2016. 2016.

3. World Health Organization. World health statistics. New Delhi: WHO;

2018.

4. United Nations Childrens Fund 2018. Estimated of child cause of death,

diarrhoea 2018. New York: UNICEF; 2018.

5. Badan Penelitian Dan Pengembangan RI. Laporan hasil riset kesehatan

dasar tahun 2018. Jakarta: Kemenkes RI; 2018.

6. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Data rekapitulasi kesehatan

dasar tahun 2018. Banjarmasin: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan; 2018.

7. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. Data rekiapitulasi penyakit diare

tahun 2018. Kabupaten Banjar: Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar; 2018.

8. Depkes RI 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta:


Ditjen PPM dan PL.

____ 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Jakarta: Ditjen PPM

dan PL

___ 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM

dan PL.

9. Juli Soemirat Slamet, 2002, Epidemiologi Lingkungan, Yogyakarta; UGM

Press.

10. Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta :

Rineka Cipta.

11. Meliani R, Dewi L. Perilaku Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian

Diare pada Balita. Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima Bangka Belitung,

2019; 3(1); 1-6.

12. Yadin J, dkk. Determinan kejadian diare pada balita di wilayah Pesisir

Puskesmas Lalowaru Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat 2017;2(7):1-13.

13. Rohmah N, Syahrul F. Hubungsn Kebiasaan Cuci Tangan dan Peggunaan

Jamban Sehat dengan Kejadian Diare pada Balita. Jurnla Berkala

epidemiologi 2017; 5(1); 95-106.

14. Sharfina H, dkk. Pengaruh Lingkungan dan Perilaku Terahadap kejadian

diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten

Banjar 2016;3(3):88-93.

15. Rehatta N M, dkk. Anestesiologi dan Terapi Intensif. Edisis pertama,

Gramedia Pustaka Utama; Jakarta, 2019.


16. Ariwibawa I W, Kamang A T D, Ahmad Z B. Hubungan Faktor Perilaku

dan Faktor Lingkungan Terhadap Kejadian Diare Pada Balita di desa

Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014. Jurnal DOAJ 2016; 6(1):

8-15.

17. Dewi A, Madiastuti M, Yuliantini S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan

dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-36 Bulan Desa Pasir Wilayah

Kerja Puskesmas Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun

2017. Jurnal Ilmu dan Budaya 2018; 41(59): 6913-6926.

18. World Health Organization (WHO). World Health Statistic 2013, 2013.

19. Dapertemen Kesehatan Republik Indonesia. Ciri-ciri perkembangan

kepribdian 1-5 tahun. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan, 2005.

20. Ariko SW, dkk. Hubungan sumber air minum kualitas fisik air bersih dan

personal hygiene dengan kejadian diare pada balita. Skripsi. Semarang

;Universitas semarang 2017.

21. Pratiwi A G, Sumirat W, Pengaruh Iklan Audio Terhadap Pengetahuan

Tentang Diare Pada Penderita Diare. Jurnal AKP 2017; 8(1): 1-7.

22. Sumampouw O J, dkk. Diare pada Balita Suatu Tinjauan dari Bidang

Kesehatan Masayarakat. Edisis Pertama. Deepublish CV Budi Utama

:Yogyakarta, 2017.

23. Tan, H.T dan Kirana R. Obat-obatan sederhana untuk gangguan sehari-

hari. Jakarta : Media Komputindo, 2010.

24. Asyrofi M Z, Sukoha A, Setiawan G. Efektifitas Ekstra Xyloglucan dari


Biji Pohon Asam ( Tamarindus Indica) Sebagai Terapi Pada Diare. Jurnal

Majority 2017; 7(1): 140-146.

25. Dewi A, Madiastuti M, Yuliantini S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan

dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-36 Bulan Desa Pasir Wilayah

Kerja Puskesmas Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun

2017. Jurnal Ilmu dan Budaya 2018; 41(59): 6913-6926.

26. Maryanti E, dkk. Profil Penderita Diare Anak di Puskesmas Rawat Inap

Pekanbaru. Jurnal IK 2014; 8(2): 101-105.

27. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

2269/MENKES/PER/XI/2011. Pedoman pembinaan perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS). Kementerian Kesehatan RI, 2011.

28. Jumiyati, Demsa S, Modul pegangan kader kesehatan dalam peningkatan

keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Yogyakarta: Deepublish 2019.

29. Sukardi, Sartiah Y, Lymbran T. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian diare pada balita umur 6-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Poasia tahun 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2017; 1(3):1-12.

30. Depkes RI. Pengembangan Promosi Kesehatan di Daerah Melalui Dana

Dekon 2006. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI. 2006.

31. Kemenkes Kesehatan RI. Susu formula bayi produk bayi lainnya. Jakarta:

Kemenkes RI, 2010.

32. Oktariza M, Suhartono, Dharminto. Gambaran Kondisi sanitasi

Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Buayan akbupaten Kebumen. Jurnal Kesehatan Masyarakat


2018; 6 (4): 476-484.

33. Kementrian Kesehatan RI. Lima waktu kritis cuci tangan. Jakarta:

Kemenkes RI, 2011.

34. Hartini, Munandar K. Sikap dan Perilaku Keluarga Tentang Manfaat

Jamban Dengan Kejadian Diare di Bondowoso. Jurnal Biologi dan

Pembelajaran Biologi 2016; 1(1): 1-13.

35. Tarigan M, Seri A M. Pengaruh kualitas air sumur gali dan pembuangan

sampah terhadap kejadian diare di Desa Tanjung Anum Kecamatan Pancur

Batu Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Saintika, 2018; 18(1):1-7.

36. Azaria C, Rayhana. Hubungan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Kacang Pedang 2015. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan ,2016; 12(1): 84-

96.

37. Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta; 2004.

38. Depkes RI. Dapatermen Kesehatan Republik IndonesiaFamakope

indonesia. Edisi IV. Jakarta : Depkes RI. (1985).

39. Irianty H, Hayati R, Riza Y. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dengan Kejadian Diare pada Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat,

2018; 8(1); 1-10.

40. Putra A D P, Rahardjo M, Joko T. Hubungan Sanitasi Dasar dan Personal

Hygiene dengan Kejadian Diare Pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas

Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2017;

5(1): 422-429.
41. Langit L S. Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar Rumah dengan Kejadian

Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang 2. Jurnal

Kesehatan Masyarakat 2016; 4(2): 160-165.

42. Anggraini R, Iswandi u, Endah P. Kondisi lingkungan sekolah (studi kasus

Sd negeri di Kecamatan Nan Sabarin Kabupaten Padang Parisman). Jurnal

Fakultas Ilmu Sosial 2019; 3 (10): 184-195.

43. Rahim Z.Hi,A, dkk. Hubungan antara fasilitas sanitasi dasar dan Personal

hygiene dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Banggai Kabupaten Banggai Laut. Jurna Kesehatan Masyarakat

2017;2(10: 1-19.

44. Ningsih H, Muh S, Mappeaty N, Perilaku Ibu Terhadap Pencegahan dan

Pengobatan Balita Penderita Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Belawa.

Jurnal MKMI 2014; 1(1): 51-56.

45. Kementrian Kesehatan republik Indonesia. Situasi Diare di Indonesia.

Jakarta; Buliten Jendela Data dan Informasi Kesehatan.2011.

46. Widoyono. Penyakit tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan

Pemberantasannya. Jakarta; Erlangga; 2011.

47. World Healthorganization 2013.Word Health Statistic. New Delhi.

WHO.2013.

48. Wiarisa H, Wahyuningsih NE, Setiani O, Studi P, Masyarakat K,

Diponegoro U. Research Article Risk Factors for Stunting Among

Elementary. 2019;1(May):97–108.

49. Kurnia rizki sigit mulyono. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Stunting


Anak Usia di Bawah 5 Tahun. J Penelit Kesehat Suara Forikes. 2019; 10

(3):275–80.

50. Djaalidan Pudji M. Pengukuran dalam bidang pendidikan.

Grasindo:Jakarta,. 2007

51. Gunawan AY. Motivasi pengunjungdalam mangunjungi capital restaurant

and louge Surabaya. Jurnal E-komunikasi 2013;1(2):1-10.

52. Soenardi,T, Cara Membersihkan Botol Susu. Penerbit Yayasan Bina

pustaka. Jakarta; 2005.


LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Pengambilan Data KESBANGPOL Kabupaten Banjar

Lampiran 2. Surat Izin pengambilan Data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan


Selatan
Lampiran 3. Surat Izin Pengambilan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar
Lampiran 4. Penjelasan Sebelum Persetujuan
PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Millatus Salsabila Hibatullah


NIM : 1710912320033

Saat ini sedang melaksanakan penelitian tentang “Faktor perilaku dan faktor
lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai
Tabuk 3” Dalam menyusun tugas akhir tersebut, sebagai peneliti, saya memohon
kesediaan ibu untuk ikut serta dalam penelitian. Berikut penjelasan dari penelitian
yang saya lakukan:

Tujuan Umum Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor perilaku dan faktor
lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai
Tabuk 3.

Prosedure Penelitian
Adapun, prosedur penelitian memiliki beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Studi pendahuluan dilakukan untuk melihat data diare di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar,
dan Puskesmas Sungai Tabuk 3.
b. Penyusunan proposal usulan penelitian dan konsultasi.
c. Melakukan perizinan penelitian kepada Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, Dinas Kesehatan Kabupaten
Banjar dan Puskesmas Sungai Tabuk 3.
d. Persiapan instrumen penelitian.
e. Pengurusan etik.
f. Melakukan persamaan persepsi calon peneliti dengan enumerator untuk
instrumen penelitian yang telah dibuat.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Setelah mendapat izin dari pihak terkait, calon peneliti menjelaskan tentang
tujuan dari penelitian serta mengkonfirmasikan mengenai alat (instrumen)
yang dipakai dalam penelitian.
b. Sebelum dilakukan pengambilan data, calon peneliti memberikan informed
consent kepada responden sebagai tanda persetujuan bahwa responden
bersedia menjadi responden penelitian.
c. Penelitian dilakukan dengan membagikan dan menganalisis situasi dengan
lembar cheklist dan lembar observasi kepada responden dari rumah ke rumah
berdasarkan alamat yang telah didapatkan.
d. Sample antara kasus dan kontrol matching yang digunakan adalah wilayah.
3. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian terdiri dari kegiatan, yaitu:
a. Mengumpulkan semua data dari lembar cheklist dan observasi hasil
penelitian.
b. Melakukan pengolahan dan analisis data penelitian yang telah diperoleh.
c. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputerisasi.
d. Penyusunan laporan.
4. Perlakuan yang Diterapkan pada Subjek
Dalam penelitian ini tidak ada tindakan medis yang akan dilakukan,
penelitian ini terdiri dari proses pemberian kuisoner kepada informan penelitian.
Kegiatan Pemberian kuisoner berlangsung sekitar 10-20 menit dengan 5 topik
pertanyaan. Informed consent ditandatangani oleh informan dan informan
diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
5. Manfaat Keikutsertaan
Penelitian ini tidak memberikan manfaat secara langsung terhadap informan
namun data yang diperoleh dari hasil penelitian sangat bermanfaat terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan.

6. Bahaya Potensial
Tidak ada bahaya yang ditimbulkan pada penelitian ini terhadap informan
selama penelitian maupun setelah penelitian. Hal tersebut dikarenakan penelitian
ini tidak melakukan intervensi apapun melainkan dengan melakukan wawancara
dengan informan.

7. Hak untuk Undur Diri


Keikutsertaan informan dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga
berhak untuk mengundurkan diri kapanpun tanpa menimbulkan konsekuensi yang
merugikan.

8. Saksi
Pihak yang bertindak sebagai saksi dalam penelitian ini adalah masayarakat
di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk 3.

9. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian


Selama penelitian berlangsung, pelaksanaan akan dilakukan di tempat
penelitian yaitu di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk 3 Kecamatan Sungai
Tabuk Kabupaten Banjar dengan waktu sesuai kesepakatan antara peneliti dan
informan penelitian. Penelitian dilakukan langsung oleh peneliti dengan bantuan
pihak yang mendukung penelitian ini.

10. Adanya Insentif untuk Subyek


Informan penelitian yang ikut serta dalam penelitian ini akan mendapatkan
souvenir sebagai ucapan terima kasih telah menjadi informan dalam penelitian ini.

11. Kerahasiaan Informasi yang diberikan


Semua Informasi yang informan berikan akan dijaga kerahasiaannya. data
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian, diolah serta di analisis sesuai
tujuan penelitian dan data akan ditempatkan di tempat yang aman.

Contact Person
Nama Peneliti : Millatus Salsabila Hibatullah
Alamat : Jalan Raga Buana Dalam, Komp. No
21 RT.45 RW.03 Kota Banjarmasin
No. Hp : 082252318380
Institusi : Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran, Universitas
Lambung Mangkurat
Contact Person Komisi Etik FK ULM : 087787975527

Peneliti,

Millatus Salsabila H
NIM.1710912320033
Lampiran 4. Informed Consent

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : ………………………………………………….......
Usia : …………………………………………...................
Alamat : ………………………………………………….......
Telah mendapatkan keterangan secara rinci dan jelas mengenai:
1. Penelitian yang berjudul “Faktor Perilaku dan Faktor Lingkungan dengan
Kejadian Diare pada Balita di wilayah kerja Pukesmas Sungai Tabuk 3”.
2. Permintaan menjadi informan dan jaminan tidak akan mengganggu kegiatan
informan.
3. Waktu wawancara sekitar 10-20 menit yang terdiri dari 4 topik pertanyaan
yang akan diajukan oleh peneliti.
4. Manfaat ikut serta sebagai subyek penelitian dirasakan manfaatnya secara
langsung oleh responden namun data yang diperoleh dari hasil penelitian
sangat bermanfaat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
5. Tidak ada perlakukan dan tidak ada bahaya yang akan ditimbulkan jika
menjadi responden penelitian.
6. Hak untuk mengundurkan diri sebagai subyek penelitian.
7. Informasi yang diberikan dijaga kerahasiannya, dan hanya akan digunakan
untuk penelitian.

Setelah mendapatkan kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala


sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini secara
sukarela dan penuh kesadaran serta tanpa paksaan siapapun menyatakan
“BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA*)” untuk menjadi informan dalam penelitian.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari ihak
manapun.

*) Lingkari yang diperlukan dan coret yang tidak perlu

Sungai Tabuk ,............................ 2020


Peneliti, Informan penelitian,

Millatus Salsabila H ...................................................


NIM. 1710912320033
Saksi
Lampiran 5. Instrumen penelitian

LEMBAR ISIAN PENELITIAN FAKTOR PERILAKU DAN FAKTOR


LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK 3

Petunjuk Pengisian Kuisoner:


a. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan cermat dan teliti
b. Kerahasiaan responden terjamin
c. Coret bagian yang diperlukan *

A. Kejadian Diare Pada Balita


Status respoden : KASUS / KONTROL*

B. Data Responden

Nama Ibu :
Nama Balita :
Umur Balita :
Alamat Rumah/ Desa :
Kode Responden :
Hari/Tanggal Wawancara :

C. Penggunaan Botol Susu

No Pertanyaan Selalu Sering Jarang Kadang-


Kadang
1. Anda memberikan susu
kepada anak balitanya
menggunakan botol susu?
2. Anda selalu mencuci tangan
terlebih dulu sebelum
mencuci botol susu?
3. Anda segera mencuci botol
susu setelah digunakan?
4. Anda mencuci semua
peralatan (penutup, dot, kap
botol, dan botol) dengan
sabun dan air yang mengalir?
5. Anda membersihkan botol
susu dengan cara di rebus di
dalam panci selama ±10
menit sampai air mendidih?
6. Anda mengeringkan botol
susu ditempat yang bersih
dengan cara membalik botol
agar air menetes dan bagian
dalam botol kering?
7. Setelah selesai mengeringkan
botol susu anda
menyimpannya ditempat
yang steril seperti lemari atau
tempat khusus penyimpanan
botol susu?
Sumber : Seonardi 2003

D. Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun

No. Pertanyaan YA TIDAK

1. Anda selalu mencuci tangan menggunakan


tangan menggunakan sabun dan air mengalir
sebelum memberi makan balita ?
2. Anda selalu mencuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir sesudah BAB ( Buang
Air Besar)?
3. Anda selalu mencuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir sebelum menyiapkan
makanan
4. Anda selalu mencuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir setelah manceboki
balita?
5. Anda selalu mencuci tangan menggunakan
sabun dan iar mengalir setelah memegang
hewan?
Sumber: KEMENKES RI 2011

E. Penggunaan jamban

No Pernyataan Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi


Syarat

1. Tidak mencemari sumber


air minum.
2. Jarak septic tank 0-15
meter dari sumber air
minum.
3. Bangunan atas jamban
harus berfungsi untuk
melindungi pemakai dari
gangguan cuaca dan
gangguan lainnya.
4. Bangunan bagian tengah
jamban terdapat lubang
tempat pembuangan
kotoran yang saniter
5. Lantai jamban terbuat dari
bahan kedap air, tidak licin
6. Mempunyai saluran untuk
pembuangan air bekas ke
septic tank.
Sumber: DEPKES RI 2004 dan Permenkes no 3 tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai