Usulan Penelitian
Diajukan guna menyusun Skripsi untuk memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Oleh
Millatus Salsabila Hibatullah
1710912320033
Februari, 2020
Usulan Penelitian oleh Millatus Salsabila Hibatullah ini
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada tanggal 26 Februari 2020
Dewan Penguji
Ketua (Pembimbing Utama)
Anggota
Anggota
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
C. Hipotesis............................................................................. 28
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian......................................................... 29
B. Populasi dan Sampel ......................................................... 30
C. Instrumen Penelitian ......................................................... 31
D. Variabel Penelitian............................................................. 32
E. Definisi Operasional.......................................................... 32
F. Prosedur Penelitian............................................................ 34
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data...................... 37
H. Cara Analisis Data............................................................. 39
I. Tempat dan Waktu Penelitian............................................ 40
J. Biaya Penelitian................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
vii
BAB I
PENDAHULUAN
bentuk dan konsistensi tinja, dari lembek hingga cair, dan meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari biasanya, yaitu tiga kali atau lebih dalam satu hari.
Penyakit diare sampai saat ini merupakan masalah kesehatan terbesar, terutama
karena angka kesakitan dan kematian yang masih cukup tinggi. Diare merupakan
kesakitan dan kematian anak di dunia. Diperkirakan lebih dari 10 juta anak
berusia kurang dari 5 tahun (balita) meninggal setiap tahunnya di dunia dimana
Health Organization (WHO) tahun 2016, diare menduduki urutan keenam dalam
10 penyebab kematian pada anak usia dibawah 5 tahun diseluruh dunia dengan
persentase sebesar 7,5%. Berdasarkan data dari United Nations Children’s Fund
(UNICEF) tahun 2016, kematian anak dibawah 5 tahun akibat diare di Indonesia
period prevanlence diare untuk kelompok semua umur di Indonesia adalah 6,8%.
Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi pada balita adalah Sumatera Utara
1
2
(14,5%), Papua (14%), Aceh (13,7%), Bengkulu (13,2%), dan Nusa Tenggara
Barat (13%). Untuk insiden diare pada balita di seluruh Indonesia tercatat sekitar
menunjukkan temuan kasus diare pada balita tahun 2018 sebesar 48.148 kasus.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar pada tahun 2018 angka kejadian diare
sebanyak 10.479 kasus dengan 3.951 kasus terjadi pada balita. Diantara 24
permasalahan diare terbanyak dan selalu masuk dalam 3 besar tertinggi dengan
temuan kasus 59 % dari jumlah total keseluruhan 380 balita di tahun 2018 (6,7).
berkaitan dengan kejadian diare yaitu pemberian ASI eksklusif, penggunaan botol
susu, kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), kebiasaan membuang tinja,
dan penggunaan jamban. Menurut Soemirat tahun 2002 faktor kejadian diare juga
sampah, dan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL). Wilayah Kerja Puskesmas
Sungai Tabuk 3 merupakan daerah pinggiran sungai, sehingga masih banyak dari
sungai adalah yaitu BAB di sungai dengan sembarangan dan membuang cairan
limbah rumah tangga ke sungai karena tidak memiliki SPAL. Dampak yang
antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita. Penularan
secara tidak langsung dapat terjadi melalui vektor yang berkembang biak di sarana
pembuangan air limbah sehingga dapat mencemari air dan permukaan tanah.
penggunaan jamban dengan kejadian pada balita di dapat nilai p=0,014. Hal ini
dibuktikan dengan teori yang dikemukakan Depkes dalam Muliawan tahun 2008
bahwa penggunaan jamban memiliki efek yang besar bagi penurunan risiko
penularan penyakit dan setiap anggota keluarga harus buang air besar di jamban.
satunya (10).
penggunaan botol susu dengan status kejadian diare pada balita (p-value=0,001).
Hasil OR yang didapat yaitu 6,476 yang artinya ibu yang menggunakan botol susu
4
yang tidak memenuhi syarat 6,476 kali lebih besar balitanya untuk menderita
diare dibandingkan dengan ibu yang menggunakan botol susu yang memenuhi
syarat. Mencuci dan mensterilkan botol susu penting dilakukan untuk membunuh
semua kuman yang ada, karena kuman-kuman ini cepat sekali berkembang biak
perilaku dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai
Tabuk 3”.
B. Rumusan Masalah
ini adalah apakah ada hubungan faktor perilaku dengan kejadian diare pada balita
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor perilaku
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
khususnya tentang faktor perilaku dan faktor lingkungan dengan kejadian diare
pada balita yang nantinya dapat digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang akan
datang.
2. Bagi masyarakat
masyarakat mengenai faktor perilaku dan faktor lingkungan dengan kejadian diare
pada balita.
faktor lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Sungai Tabuk 3, sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam merancang
yang optimal di masa yang akan datang, serta menjalin kerjasama yang baik
6
masalah diare serta kajian literatur dan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi
untuk meyelesaikan masalah diare sehingga sesuai dengan kondisi dan fakta
E. Keaslian Penelitian
penelitian terdahulu yang menjadi pertimbangan dalam penelitian ini antara lain:
yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Persamaan dari kedua
penelitian adalah variabel terikat atau dependennya kejadian diare pada balita
cuci tangan pakai sabun. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti
7
adalah variabel bebas atau independennya yang di ukur yaitu sumber air
bersih, ASI eksklusif, sarana pembuangan sampah dan sarana pembuangan air
limbah pada penelitian ini menggunakan studi case control, dengan teknik
kebiasaan cuci tangan dan penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare
pada balita. Persamaan dari kedua penelitian adalah variabel terikat atau
dependennya yaitu kejadian diare pada balita dan pada variabel bebas atau
statistik yang digunakan pada penelitian yaitu uji chi square. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan yaitu pada variabel
(13).
3. Penelitian Sharfina tahun 2016 yang berjudul pengaruh faktor lingkungan dan
Sungai Tabuk. Persamaan dari kedua penelitian adalah variabel terikat atau
dependennya yaitu kejadian diare pada balita dan pada variabel bebas atau
yaitu pada variabel bebas atau independennya ASI eksklusif, kualitas air
makanan, dan sarana pembuangan air limbah (SPAL). Pada penelitian ini
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair dalam satu hari.
Dalam satu hari dapat buang air besar 3 kali atau lebih. Tinja yang keluar
miliar kasus penyakit diare pada anak, dengan angka kematian sekitar
2. Klasifikasi Diare
a. Diare akut
9
Dimana balita akan kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang
10
10
b. Disentri
c. Diare persisten
jenis ini sering terjadi pada anak dengan status gizi rendah, AIDS, dan
Diare yang biasamya disertai oleh penyakit lain, seperti demam, gangguan
3. Etiologi diare
bakteri, parasit. Selain karena infeksi, diare juga disebabkan oleh hal lain
2 yaitu (22):
Gejala diare biasanya diakibatkan oleh adanya iritasi pada usus oleh
air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam beberapa
dan sekresi air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama
a. Gejala umum
cairan)
12
tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi
ringan, sedang, atau berat. Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga,
yaitu (24):
a. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa
bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih
b. Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau gelisah, mata
sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit.
c. Dehidrasi berat, anak apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan
5. Penularan diare
Penyakit diare ditularkan 70% oleh kuman seperti virus dan bakteri.
a. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila
seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari
tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat
b. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan
13
c. Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah Buang Air
1. Faktor Perilaku
ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi
tambahan apapun sejak bayi berusia 0-6 bulan. Jika balita tidak mendapat
Eksklusif, pemberian ASI eksklusif yaitu jika ASI diberikan saat 0-6 bulan
bayi, namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan ibu tidak dapat
menyusui, seperti ibu harus kembali kerja setelah masa cuti melahirkan
habis, ibu menderita suatu penyakit sehingga tidak dapat menyusui atau
hal-hal yang lainya. Dengan kondisi diatas, pemberian ASI dapat dialihkan
14
melalui botol susu. Penggunan botol susu pada umumnya diberikan pada
bayi atau balita bayi balita yang tidak lagi menyusu langsung pada ibu
berusia kurang lebih 6 bulan, tetapi jika kondisi seperti ibu harus kembali
kerja atau ibu menderita suatu penyakit sehingga tidak dapat menyusui
atau hal-hal yang lainnya maka bayi atau balita biasanya akan diberikan
harus memperhatikan berbagai hal seperti cara penyajian botol susu, cara
mencuci botol, cara sterilisasi. Cara yang salah dalam menggunakan botol
kedalam tubuh manusia melalui tangan atau alat-alat seperti botol, dot, dan
botol susu menjadi rentan untuk terkena diare. Kebersihan botol susu yang
botol susu. Adanya kuman atau bakteri pada botol susu disebabkan oleh
peralatan (penutup, dot, kap botol, botol) dengan sabun dan air yang
mengalir, cuci dengan sikat botol sampai ke dasar botol bagian dalam dan
atas botol harus bersih, rebus botol dalam panci khusus selama ±10 menit
sampai mendidih jika tidak ada panci khusus panci biasa pun bisa dipakai
alasi dasarnya dengan serbet bersih agar botol susu tidak langsung terkena
panas dari dasar panci, angkat botol susu keringkan dengan membalik
yang bersih, kering dan sejuk pada waktu disimpan bagian atas botol
biarkan tertutup, simpan botol susu dalam tempat yang steril lemari, atau
penggunaan botol susu dengan status kejadian diare pada balita (p-
value=0,001). Hasil OR yang didapat yaitu 6,476 yang artinya ibu yang
menggunakan botol susu yang tidak memenuhi syarat 6,476 kali lebih
yang ada, karena kuman-kuman ini cepat sekali berkembang biak dan
diare (32).
Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada 5 waktu kritis, yaitu sebelum makan,
keluarga hidup sehat sejak dini. Cuci tangan pakai sabun dapat dengan
Meliani tahun 2019, pada kebiasaan mencuci tangan pakai sabun terdapat
jumlah besar. Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak
Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan
tidak tertutup atau tangan yang tercemar menyentuh air pada saat
terhadap diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi
feses maupun urin manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat
duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
syarat dan sehat untuk buang air kecil mempunyai risiko lebih kecil bagi
tanah, atau dapat menempel pada lalat dan serangga yang menghinggapi
kuman-kuman yang ada pada tinja tersebar dan menjadi rantai penularan
berfungsi dengan baik, dibersihkan secara teratur dan saat membuang air
antara lain tidak mencemari sumber air minum, jarak septic tank 0 – 15
sederhana (semi saniter) lubang dapat dibuat tanpa kontruksi leher angsa,
tetap harus diberi tutup, lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak
19
licin dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Septic tank.
(37, 38).
tahun 2004 bahwa penggunaan jamban memiliki efek yang besar bagi
buang air besar di jamban. Kondisi jamban yang tidak memenuhi syarat
2. Faktor Lingkungan
bersih yaitu, mengambil air dari sumber air yang bersih, mengambil dan
menjaga sumber mata air dari pencemaran, menggunakan air yang direbus,
dan mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air bersih. Air
air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh
karena itu, untuk keperluan minum, termasuk untuk masak, air harus
20
manusia. Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem
persyaratan dari segi kualitas fisik kimia, biologi, dan radiologis, sehingga
Segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan
bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk dan ada pula yang
tidak mudah membusuk. Yang mudah membusuk terutama terdiri dari zat-
zat organik seperti sisa sayuran, sisa daging, dan daun. Sedangkan yang
tidak mudah membusuk dapat berupa plastik, kertas, karet, logam dan
yang korosif, karsinogenik, teratogenik terhadap tubuh. Selain itu ada pula
penyakit (40).
dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan
lainnya. Air limbah yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes
water) yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada
21
umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas
cucian dapur dan kamar mandi, pada umumnya terdiri dari bahan-bahan
organik. Dibandingkan dengan air bekas cucian, ekskreta ini jauh lebih
kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban,
vektor, tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan
rawan kecelakaan dan terhubung dengan saluran limbah umum/ got atau
sumur resapan.
bahwa saluran pembuangan air limbah yang tidak mmenuhi syarat sangat
berdampak pada terjadinya diare pada balita, hal ini disebabkan karena
22
air dan juga air limbah tersebut tidak di buang keparit resapan akan tetapi
1. Memberikan ASI
selama 6 bulan pertama usia bayi. ASI eksklusif adalah hanya memberikan
ASI selama 6 bulan pertama, tanpa cairan lain, susu formula, atau
makanan lain termasuk air putih. ASI menambah daya tahan anak terhadap
berbagai infeksi serta mengurangi risiko alergi pada anak. ASI eksklusif
Tidak hanya itu, ASI eksklusif juga akan menambah flora normal (bakteri
Air merupakan salah satu media penularan berbagai kuman (virus untuk
memasak, mencuci tangan, mencuci botol susu, mencuci pakaian, ataupun untuk
diminum lebih baik menggunakan air bersih agar terhindar dari diare.
sesudah makan, sebelum dan sesudah buang air besar, sesudah bermain,
Tinja atau pun popok bayi yang bekas pakai perlu dibuang ke tempat
6. Penggunaan Jamban
anak. Usahakan selalu buang air besar di jamban, jangan lupa untuk
c. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan,
BAB III
A. Landasan Teori
suatu bentuk dan konsistensi tinja, dari lembek hingga cair, meningkatnya
frekuensi buang air besar lebih dari biasanya, yaitu tiga kali atau lebih
menunjukkan bahwa kasus diare pada balita tahun 2018 sebesar 3.951
1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak, dengan angka kematian sekitar
tahun 2002 faktor kejadian diare juga berpengaruh dari faktor lingkungan
kejadian diare pada balita. Penularan secara tidak langsung dapat terjadi
antara penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita di dapat nilai
tahun 2004 bahwa penggunaan jamban memiliki efek yang besar bagi
buang air besar di jamban. Kondisi jamban yang tidak memenuhi syarat
penggunaan botol susu dengan status kejadian diare pada balita (p-
value=0,001). Hasil OR yang didapat yaitu 6,476 yang artinya ibu yang
menggunakan botol susu yang tidak memenuhi syarat 6,476 kali lebih
yang ada, karena kuman-kuman ini cepat sekali berkembang biak dan
sebagai berikut:
Faktor Perilaku
a. Pemberian ASI eksklusif
b. Penggunaan botol susu
c. Kebiasaan cuci tangan
pakai sabun (CTPS)
d. Kebiasaan membuang
tinja
e. Menggunakan air
minum tercemar
f. Penggunaan jamban
Kejadian diare
pada balita
Faktor Lingkungan
a. Sumber air bersih
b. Sarana pembuangan
sampah
c. Sarana Pembuangan air
limbah (SPAL)
Gambar 3.1 Kerangka Teori Depkes RI 2005 dan Juli Soemirat Slamet
2002 (8, 9)
28
Penggunaan jamban
B. Hipotesis
1. Ada hubungan antara penggunaan botol susu dengan kejadian diare pada
2. Ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian
3. Ada hubungan antara pengunaan jamban dengan kejadian diare pada balita di
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
identifikasi pada saat ini dan faktor risiko di identifikasi ada. Cases berarti
tanpa penyakit tertentu (dalam kondisi sehat). Pravalensi paparan masa lalu ke
faktor risiko yang diduga kemudian diukur pada setiap kelompok (48, 49)
y
Faktor Risiko (+) Kasus (ibu
(+) ] yang memiliki
Faktor Risiko (-) balita diare)
Ibu yang
(+) memiliki balita
usia 12-59 bulan
Faktor Risiko (+) Kontrol (ibu
(+) yang memiliki
balita tidak
Faktor Risiko (-) diare)
(+)
Gambar 3.3 Skema Penelitian Case – Control
29
30
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang berusia (0- 59 bulan) yang
2. Sampel
kontrol pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan maksud dan tujuan tertentu, yang dianggap peneliti
1) Balita yang tidak lagi menyusu langsung pada ibunya (menggunakan botol
2) Balita yang didiagnosis oleh petugas kesehatan (dokter) menderita diare sejak
3 bulan terakhir.
1) Balita yang tidak lagi menyusu langsung pada ibunya (menggunakan botol
n = ¿¿¿
n = ¿¿
n = ¿¿
n = 32,53 = 33 orang
Keterangan:
Berdasarkan rumus diatas, didapatkan nilai n= 33, maka besar sampel pada
penelitian ini adalah 66 sampel dengan rincian 33 sebagai kasus dan 33 sebagai
kontrol. Untuk sampel wilayah yang digunakan yaitu sungai tabuk 3 dengan
jumlah sebanyak 3 desa yaitu sungai lulut, desa sungai bakung, desa sungai
tandipah.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti
penelitian ini adalah lembar checklist digunakan untuk melihat penggunaan botol
susu dan kebiasaan cuci tangan pakai sabun, dan penggunaan jamban.
32
1. Variabel terikat
Variabel terikat dari penelitian ini adalah kejadian diare pada balita di
2. Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah penggunaan botol susu, kebiasaan
E. Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini dapat dijabarkan pada tabel sebagai
berikut:
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Studi pendahuluan dilakukan untuk melihat data diare di wilayah kerja Dinas
e. Pengurusan etik.
2. Tahap Pelaksanaan
sebagai berikut:
a. Setelah mendapat izin dari pihak terkait, calon peneliti menjelaskan tentang
lembar cheklist dan lembar observasi kepada responden dari rumah ke rumah
d. Sampel antara kasus dan kontrol matching yang digunakan adalah wilayah.
3. Tahap Penyelesaian
36
penelitian.
d. Penyusunan laporan.
1. Pengumpulan Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden berupa lembar
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak Dinas Kesehatan
Sungai Tabuk 3.
2. Pengolahan Data
memperoleh penyajian data dan kesimpulan yang baik. Data yang diperoleh dari
37
pengolahan data. Kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan data oleh peneliti,
a. Editing
pemprosesan data dengan teknik statistik. Data yang diperoleh dari hasil survey
atau observasi perlu diedit dari kemungkinan kekeliruan dalam proses pencatatan
yang dilakukan oleh pengumpul data serta dari pengisian kuesioner yang tidak
lengkap atau tidak konsisten. Tujuan pengeditan data adalah untuk menjamin
b. Coding
c. Entry
program yang ada di komputer. Data kuesioner yang sudah dikoding dimasukkan
d. Processing
38
Processing adalah kegiatan yang dilakukan agar data yang sudah di entry
dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari
e. Cleaning
kebutuhan peneliti. Peneliti pada tahap ini akan melakukan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
pada masing-masing variabel yaitu variabel terikat kejadian diare pada balita dan
variabel bebas adalah penggunaan botol susu, kebiasaan cuci tangan pakai sabun,
penggunaan jamban.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi squre dengan tingkat kepercayaan
variabel bebas dengan variabel terikat. Dilakukan analisis Odd Ratio (OR) untuk
termasuk di Kabupaten Banjar. Adapun jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel
4.2.
Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5
Konsultasi pembimbing
Perizinan penelitian
Observasi awal
Pencarian referensi dan penyusunan
proposal
Penyusunan etik
Seminar proposal skripsi
Revisi proposal skripsi
Pelaksanaan penelitian
Penyusunan hasil
Seminar hasil skripsi
J. Biaya Penelitian
Rincian biaya yang dianggarkan untuk penelitian ini disajikan pada tabel 4.3
sebagai berikut:
.
40
DAFTAR PUSTAKA
Sains. 2018;1(1):849–56.
2018.
Selatan; 2018.
____ 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Jakarta: Ditjen PPM
dan PL
dan PL.
Press.
Rineka Cipta.
Diare pada Balita. Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima Bangka Belitung,
12. Yadin J, dkk. Determinan kejadian diare pada balita di wilayah Pesisir
Banjar 2016;3(3):88-93.
Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014. Jurnal DOAJ 2016; 6(1):
8-15.
dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-36 Bulan Desa Pasir Wilayah
18. World Health Organization (WHO). World Health Statistic 2013, 2013.
Kesehatan, 2005.
20. Ariko SW, dkk. Hubungan sumber air minum kualitas fisik air bersih dan
Tentang Diare Pada Penderita Diare. Jurnal AKP 2017; 8(1): 1-7.
22. Sumampouw O J, dkk. Diare pada Balita Suatu Tinjauan dari Bidang
:Yogyakarta, 2017.
23. Tan, H.T dan Kirana R. Obat-obatan sederhana untuk gangguan sehari-
dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-36 Bulan Desa Pasir Wilayah
26. Maryanti E, dkk. Profil Penderita Diare Anak di Puskesmas Rawat Inap
kejadian diare pada balita umur 6-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
31. Kemenkes Kesehatan RI. Susu formula bayi produk bayi lainnya. Jakarta:
33. Kementrian Kesehatan RI. Lima waktu kritis cuci tangan. Jakarta:
35. Tarigan M, Seri A M. Pengaruh kualitas air sumur gali dan pembuangan
36. Azaria C, Rayhana. Hubungan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Kacang Pedang 2015. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan ,2016; 12(1): 84-
96.
39. Irianty H, Hayati R, Riza Y. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
5(1): 422-429.
41. Langit L S. Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar Rumah dengan Kejadian
43. Rahim Z.Hi,A, dkk. Hubungan antara fasilitas sanitasi dasar dan Personal
2017;2(10: 1-19.
WHO.2013.
Elementary. 2019;1(May):97–108.
(3):275–80.
Grasindo:Jakarta,. 2007
Saat ini sedang melaksanakan penelitian tentang “Faktor perilaku dan faktor
lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai
Tabuk 3” Dalam menyusun tugas akhir tersebut, sebagai peneliti, saya memohon
kesediaan ibu untuk ikut serta dalam penelitian. Berikut penjelasan dari penelitian
yang saya lakukan:
Prosedure Penelitian
Adapun, prosedur penelitian memiliki beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Studi pendahuluan dilakukan untuk melihat data diare di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar,
dan Puskesmas Sungai Tabuk 3.
b. Penyusunan proposal usulan penelitian dan konsultasi.
c. Melakukan perizinan penelitian kepada Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, Dinas Kesehatan Kabupaten
Banjar dan Puskesmas Sungai Tabuk 3.
d. Persiapan instrumen penelitian.
e. Pengurusan etik.
f. Melakukan persamaan persepsi calon peneliti dengan enumerator untuk
instrumen penelitian yang telah dibuat.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Setelah mendapat izin dari pihak terkait, calon peneliti menjelaskan tentang
tujuan dari penelitian serta mengkonfirmasikan mengenai alat (instrumen)
yang dipakai dalam penelitian.
b. Sebelum dilakukan pengambilan data, calon peneliti memberikan informed
consent kepada responden sebagai tanda persetujuan bahwa responden
bersedia menjadi responden penelitian.
c. Penelitian dilakukan dengan membagikan dan menganalisis situasi dengan
lembar cheklist dan lembar observasi kepada responden dari rumah ke rumah
berdasarkan alamat yang telah didapatkan.
d. Sample antara kasus dan kontrol matching yang digunakan adalah wilayah.
3. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian terdiri dari kegiatan, yaitu:
a. Mengumpulkan semua data dari lembar cheklist dan observasi hasil
penelitian.
b. Melakukan pengolahan dan analisis data penelitian yang telah diperoleh.
c. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputerisasi.
d. Penyusunan laporan.
4. Perlakuan yang Diterapkan pada Subjek
Dalam penelitian ini tidak ada tindakan medis yang akan dilakukan,
penelitian ini terdiri dari proses pemberian kuisoner kepada informan penelitian.
Kegiatan Pemberian kuisoner berlangsung sekitar 10-20 menit dengan 5 topik
pertanyaan. Informed consent ditandatangani oleh informan dan informan
diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
5. Manfaat Keikutsertaan
Penelitian ini tidak memberikan manfaat secara langsung terhadap informan
namun data yang diperoleh dari hasil penelitian sangat bermanfaat terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan.
6. Bahaya Potensial
Tidak ada bahaya yang ditimbulkan pada penelitian ini terhadap informan
selama penelitian maupun setelah penelitian. Hal tersebut dikarenakan penelitian
ini tidak melakukan intervensi apapun melainkan dengan melakukan wawancara
dengan informan.
8. Saksi
Pihak yang bertindak sebagai saksi dalam penelitian ini adalah masayarakat
di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk 3.
Contact Person
Nama Peneliti : Millatus Salsabila Hibatullah
Alamat : Jalan Raga Buana Dalam, Komp. No
21 RT.45 RW.03 Kota Banjarmasin
No. Hp : 082252318380
Institusi : Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran, Universitas
Lambung Mangkurat
Contact Person Komisi Etik FK ULM : 087787975527
Peneliti,
Millatus Salsabila H
NIM.1710912320033
Lampiran 4. Informed Consent
B. Data Responden
Nama Ibu :
Nama Balita :
Umur Balita :
Alamat Rumah/ Desa :
Kode Responden :
Hari/Tanggal Wawancara :
E. Penggunaan jamban