WINARTI OLGHA
NIM:B2306235
penyusunan Proposal yang berjudul “Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan
Kejadian Stunting Pada Anak Pra Sekolah Di Puskesmas Bulili Palu Tahun 2023”
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR............................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian............................................................. 5
Halaman
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi
(Kusuma dan Nuryanto, 2013). Stunting pada balita perlu menjadi perhatian
dengan tubuh pendek berat badan idealnya juga rendah (Kusuma dan
Nuryanto, 2013). Jika kondisi ini terjadi pada masa golden period
perkembangan otak (0-3 tahun) maka otak tidak dapat berkembang dengan
(Anugraheni, 2012).
nasional tahun 2013 adalah 37,2 persen, yang berarti terjadi peningkatan
sebesar 37,2 persen terdiri dari 18,0 persen sangat pendek dan 19,2 persen
dari 18,8 persen tahun 2007 dan 18,5 persen tahun 2010. Prevalensi pendek
meningkat dari 18,0 persen pada tahun 2007 menjadi 19,2 persen pada
urutan terendah, yaitu: (1) Nusa Tenggara Timur, (2) Sulawesi Barat, (3)
Nusa Tenggara Barat, (4) Papua Barat, (5) Kalimantan Selatan (Riskesdas,
2013).
(50%) yang mengalami stunting mendapatkan pola asuh yang kurang terutama
pada pola asuh makan. Anak tersebut kurang mendapatkan makanan yang
anak normal (50%) sudah cukup mendapatkan pola asuh yang baik.
tinggi badan orang tua. Panjang badan lahir pendek merupakan salah satu
faktor risiko stunting pada balita. Panjang badan lahir pendek bisa
disebabkan oleh faktor genetik yaitu tinggi badan orang tua yang pendek,
(Kusuma dan Nuryanto, 2013). Panjang badan lahir pendek pada anak
bayi yang lahir memiliki panjang badan lahir pendek. Panjang badan lahir
berkaitan erat dengan tinggi badan orang tua. Ibu dengan tinggi badan
pendek lebih berpeluang untuk melahirkan anak yang pendek pula. Selain
panjang badan lahir dan tinggi badan orang tua, status ekonomi keluarga
dan pendidikan orang tua juga merupakan faktor risiko kejadian stunting
antara lain pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan orang tua dan jumlah
(Kusuma dan Nuryanto, 2013). Dampak mikro untuk anak bertubuh pendek
(stunting) adalah anak akan mudah sakit, perkembangan tubuh tak optimal.
Sedangkan dampak makro atau lanjutan setelah dewasa nanti akan memiliki
kemampuan daya saing yang akan rendah, dan produktivitasnya kurang baik.
Akibatnya, pendapatan yang diperoleh kurang dan tidak menghindarkan
diperlukan aksi lintas sektoral. Asupan makanan yang tidak memadai dan
penyakit - yang merupakan penyebab langsung masalah gizi ibu dan anak -
adalah karena praktek pemberian makan bayi dan anak yang tidak tepat dan,
pengasuhan yang buruk. Pada gilirannya, semua ini disebabkan oleh faktor-
penggunaan air yang tidak bersih, lingkungan yang tidak sehat, keterbatasan
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan
Kejadian Stunting Pada Anak Pra Sekolah Di Puskesmas Bulili Palu Tahun
2023”.
dikarenakan anak masih tergantung penuh pada orang tua. Salah satu
Stunting Pada Anak Pra Sekolah di Puskesmas Bulili Palu Tahun 2023.
1) Bagi peneliti
dimasyarakat.
berkaitan dengan tumbuh kembang anak dan pola asuh orang tua.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan, wawasan dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Pengertian
orang tua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan
terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua (pengasuh)
bertujuan untuk mendapatkan zat gizi yang cukup yang dibutuhkan untuk
oleh orang tua atau pengasuh melalui pemberian makan untuk status gizi
anak. Tahap awal, bayi tergantung kepada ibu yaitu asupan ASI dan
makanan pendamping ASI yang diberikan oleh orang tua (Mahlia, 2008).
14
anak. Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh dalam membantu proses
penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh, seperti kekurangan energi dan
pada bayi dan anak terpenuhi, diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat
2008 : 41).
mikroba, sehingga meningkatkan risiko atau infeksi yang lain pada bayi.
Sumber infeksi lain adalah alat permainan dan lingkungan bermain yang
kotor.
meningkatkan rasa aman bagi ibu atau pengasuh anak dalam menyediakan
Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua yaitu
kesehatan yang terdekat. Status kesehatan merupakan salah satu aspek pola
asuh yang dapat mempengaruhi status gizi anak kearah membaik. Status
kesehatan adalah hal-hal yang dilakukan untuk menjaga status gizi anak,
pengobatan penyakit pada anak apabila anak menderita sakit dan tindakan
diri anak dan lingkungan dimana anak berada, serta upaya ibu dalam hal
mencari pengobatan terhadap anak apabila anak sakit. Jika anak sakit
hendaknya ibu membawanya ketempat pelayanan kesehatan seperti rumah
belakang yang seringkali sangat jauh berbeda. Entah itu latar belakang
selama ini.
berbeda terhadap anak. Berikut hal- hal yang mempengaruhi pola asuh
Perhatian orang tua yang tidak konsisten, labil dan tidak tulus,
akan kasih sayang, rasa aman dan perhatian.Tak urung si anak harus
perhatian.
memerlukan figur dari orang tuanya. Oleh karena itu berikan figur
orang tua (biasanya terhadap orang tua lawan jenis) di masa kecil, jika
masih tetap lengket dengan orang tua, maka hal ini akan menimbulkan
2.3.1 Pengertian
bawah standar pada umur tertentu. Standar yang digunakan adalah World
menahun. Selain kurang zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) juga
kurang zat gizi mikro yang terjadi pada waktu lama akan menyebabkan
pertumbuhan fisik dan otak tidak optimal. Misalnya, kurang zat besi, zink,
badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih
karena kita akan makin banyak generasi yang tidak berkualitas (Amura,
2013).
remaja. Gangguan gizi saat calon ibu masih remaja bisa berlanjut saat
sejak calon ibu masih remaja, hingga masa kehamilan. Jangan sampai
yaitu :
penyakit kronis)
b) Penurunan absorbsi nutrien (malabsorpsi karohidrat dan asam
2) Faktor sosioekonomi
3) Bencana
Bencana lain sepeerti banjir, badai, gempa dan sebagainya tidak terlalu
pada tahun 1999, telah merumuskan faktor yang menyebabkan gizi kurang
Gizi Kurang
Penyebab
Asupan makanan Penyakit Infeksi
langsung
Kemiskinan, kurang
Pokok masalah
pendidikan, kurang
keterampilan
Krisis ekonomi
Akar masalah
langsung
yaitu:
setiap harinya
kehamilan)
c. Persiapan menyusui
melahirkan
2) Pentingnya pemberian kolostrum
selama 6 bulan
melahirkan
c. Pemberian kolostrum
d. Mengosongkan satu payudara sebelum memindahkan bayi ke
payudara lainnya
1) Berat badan dan tinggi badan balita ditimbang dan diukur tiap
bulan
berlebihan.
kaya energy dan nutrient lain setiap hari setelah bayi sakit
akut
fungsi, efek samping dan komplikasi zat besi dan asam folat
tambahan ASI
vitamin A 100.000 IU
mendapatkan vitamin A.
(Wayan, 2011).
pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak
dalam waktu yang relatif lama. Penentuan kategori status gizi menurut
4) Tinggi : > 2 SD
(Supariasa, 2012)
tahap:
1) Masa prenatal, yaitu diawali dan masa konsepsi sampai masa lahir.
2) Masa bayi dan tatih, yaitu saat usia 18 bulan pertama kehidupan
merupakan masa bayi, di atas usia 18 bulan sampai dengan tiga tahun
3) Masa kanak-kanak pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun, masa ini
5) Masa Remaja, yaitu rentang menurut usia 12-18 tahun. Saat anak
memuaskan dan seluruh masa kehidupan anak. Untuk itulah kita perlu
memang mereka belum siap. Suatu hal yang tidak mudah untuk mengajari
diri kita dan anak susah hanya karena hal-hal yang ingin kita capai pada
melakukan.
Masa-masa ini adalah masa menemukan orang seperti apakah anak kita
tersebut, dan teknik apakah yang bisa cocok dalam menghadapinya. Masa
prasekolah adalah masa belajar, tetapi bukan dalam dunia dua dimensi
(pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia nyata, yaitu dunia tiga
dimensi. Dengan perkataan lain, masa prasekolah merupakan time for play.
2010 : 5-6).
1) Perkembangan Fisik
Pada akhir usia tiga tahun, seorang anak memiliki tinggi tiga
kaki dan 6 inci lebih tinggi saat Ia berusia lima tahun. Berat badannya
tahun. Tentu ada perbedaan berat dan tinggi badan pada setiap anak,
karena faktor keturunan, efek dan pembenian nutrisi, dan faktor lain
yang dimiliki anak dalam riwayat hidupnya. Anak laki-laki akan lebih
tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan, namun hal ini juga
menjadi lebih kuat dan tulang-tulang tumbuh menjadi besar dan keras.
Otak pun telah berkembang sekitar 75% dan berat otak usia
dewasa. Gigi masih merupakan gigi susu dan akan berganti pada
2) Perkembangan Motorik
berbagai ukuran dan bentuk. Anak suka sekali masuk dan keluar kotak
kompetisi.
3) Perkembangan Intelektual
temperamental bagi anak. Rasa takut, muncul dan apa saja yang
Rasa takut muncul pada kebanyakan anak usia empat tahun atau lima
anak. Ada dorongan pada anak untuk mengeksplorasi dan belajar hal-
hal yang baru. Yang perlu ditekankan bahwa rasa ingin tahu tersebut
tiga tahun, anak mulai banyak bertanya dan mencapai puncaknya pada
kejadian mekanika yang ada di sekitarnya. Usia tiga tahun, anak mulai
4) Perkembangan Sosial
sendiri di samping anak lain itu. Dalam hal ini, teman sebayanya
1) Genetik
di dalamnya. jika bentuk badanya tinggi dan lebar, maka energi yang
2) Saraf
kurang gizi atau sakit terjadi periode yang dirangsang untuk mengejar
Ia sukai saja
3) Hormon
pada akhir bulan kedua segera setelah pituitari terbentuk. Pada anak-
protein dalam tubuh dan juga menghambat sintesis lemak dan oksidasi
pembentukan DNA
4) Gizi
Sekitar 99% dan total kalsium tubuh terdapat dalam tulang dan gigi.
dalam mineralisasi tulang. Sekitar 85% dan fosfor tubuh berada dalam
tulang.
darah dan protein dari dinding usus. Beberapa parasit juga dapat
suplai kalsium dan fosfor dalam aliran ciaran tidak cukup sehingga
tulang yang lunak (softened bones) menjadi distorsi dan berat badan
menurun. Pengaruh defisiensi oksigen terhadap pertumbuhan
tidak disebabkan oleh oksigenasi darah yang kurang tetapi juga oleh
gangguan pertumbuhan
5) Kecenderungan sekuler
lebih tinggi 2,5 cm dan lebih tinggi 4,5 cm pada remaja. Faktor
8) Tingkat aktivitas
mengalami obesitas. Anak dengan pola makan yang tidak teratur serat
9) Penyakit
suprarenal korteks
2.4 Hubungan antara pola asuh ibu dengan kejadian Stunting Pada Anak
Pra Sekolah
langsung mempengaruhi status gizi balita. Semakin baik pola asuh makannya,
bahwa pola asuh makan yang diberikan ibu berhubungan positif dan
yang signifikan antara care practices atau pola asuh dengan stunting dan
mengatasi masalah gizi pada balita, terutama masalah gizi kronik karena
pendidikan rendah dan dalam keadaan sosial ekonomi kurang, serta hidup
BAB 3
KERANGKA KONSEP HIPOTESIS PENELITIAN
Faktor yang
mempengaruhi Asupan
kejadian stunting makanan
1. Penyebab langsung kurang
1) Asupan gizi
kurang
Derajat
2) Penyakit dan Pertumbuhan
Kejadian kesehatan
infeksi terhambat
stunting menurun
2. Penyebab tidak
langsung
1) Persediaan Terpapar
makanan kurang penyakit
2) Perawatan anak dan infeksi
dan ibu hamil
kurang
3) Pelayanan
kesehatan
kurang
3. Pokok masalah
1) Kemiskinan
2) Kurang
pendidikan
3) Kurang
keterampilan
4. Akar masalah
1) Krisis ekonomi
= Area diteliti
dirumah, perawatan anak dan ibu hamil (termasuk pola asuh yang kurang
baik), pelayanan kesehatan yang kurang atau tidak memadahi. Semua faktor
pola asuh ibu dengan kejadian Stunting Pada Anak Pra Sekolah di Desa
berbunyi (H0) tidak terdapat hubungan antara pola asuh ibu dengan kejadian
Mojokerto
BAB 4
METODE PENELITIAN
sekunder.
4.2.1 Populasi
4.2.2 Sampel
responden.
Isaac dan Michael yaitu penarikan sampel dapat dilakukan dengan cara-
47
cara menghitung besar populasi yang terpilih sebagai sampel.
λ 2 NP (1−P )
S=
d 2 ( N −1) + λ2 P (1−P )
Di mana :
N : jumlah populasi
λ 2 NP (1−P )
S= 2
d ( N −1) + λ2 P (1−P )
(1 , 841) (105)(0 , 5) (1−0 , 5)
S= = 67 , 09 = 68 responden
(0 , 05)2 (105−1 ) + (1, 841)(0 ,5 ) (1−0 ,5 )
(Notoatmodjo, 2003).
variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh dan variabel tergantung
Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan antara pola asuh ibu dengan kejadian
Stunting Pada Anak Pra Sekolah di Puskesmas Bulili Palu
penelitian. Pada penelitian ini bahan penelitian yang digunakan adalah data di
adalah alat- alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen
4.6.1 Tempat
dimulai dari :
penelitian
pengambilan sampel
1. Editing
lengkap.
2. Coding
a. Data umum :
1) Usia Ibu
2) Pendidikan Ibu
3) Pekerjaan Ibu
a) IRT kode 1
b) PNS kode 2
c) Wiraswasta kode 3
d) Swasta kode 4
b. Data Khusus
1) Pola Asuh
a) Baik Kode 1
b) Cukup Kode 2
c) Kurang Kode 3
2) Kejadian Stunting
a) Terjadi kode 1
b) Tidak terjadi kode 0
3. Tabulating
kedalam tabel dan kolom yang baru dari data dengan cermat, untuk
1. Pola Asuh
Sp
x 100 %
N = Sm
Keterangan :
N : Prosentase (%)
Kategori :
a. Baik : >76%
b. Cukup : 56%-75%
2. Kejadian Stunting
Penentuan kategori status gizi menurut ambang batas adalah
sebagai berikut :
d. Tinggi : > 2 SD
a. Stunting : < -2 SD
(Supariasa, 2012)
bebas maupun terikat dari kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan
mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel, atau bisa juga
catatan jika α< 0,05 maka tolak H0, sedangkan bila α > 0,05 maka terima
H0 (Dahlan, 2009).
Untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi