Anda di halaman 1dari 48

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI


TABLET BESI TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR
RENDAH (BBLR) DI RSUD KOTA DEPOK

PROPOSAL TESIS

CITRA YULIYANDA PARDILAWATI


1306343006

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM MAGISTER ILMU KEFARMASIAN
UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK
DESEMBER 2014
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Proposal tesis ini diajukan oleh:


Nama : Citra Yuliyanda Pardilawati
NPM : 1306343006
Program Studi : Magister Farmasi Klinik
Judul Proposal : Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Besi
terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
RSUD Kota Depok

Pembimbing I : Dra. Retnosari Andrajati, M.S., Ph. D., Apt. (…………….)

Pembimbing II : Dr. Sudibyo Supardi, M.Kes., Apt. (…………….)

UNIVERSITAS INDONESIA
iii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. vii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5


2.1 Kehamilan …………………………………………………. 5
2.2 Berat Badan Lahir Rendah....................................................... 7
2.3 Zat Besi …………………………………………………… 12
2.4 Kepatuhan …………………………………………………... 16

BAB 3. METODE PENELITIAN .............................................................. 19


3.1 Disain Penelitian ................................................................. 19
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 20
3.3 Sampel .................................................................................... 20
3.4 Definisi Kasus dan Kontrol.................................................. 20
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi................................................... 21

UNIVERSITAS INDONESIA
iv

3.6 Landasan Teori..................................................................... 21


3.7 Kerangka Konsep…………………………………………… 22
3.8 Definisi Operasional ……...................................................... 23
3.9 Alur Penelitian .................... ................................................... 27
3.10 Etika Penelitian ……………...……….................................... 28
3.11 Instrumen …………………………………………………… 28
3.14 Pengolahan Data dan Analisis Statistik …………………….. 29
DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 32
LAMPIRAN .................................................................................................... 35

UNIVERSITAS INDONESIA
v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Zat Besi pada Beberapa Macam Makanan …. 13


Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................... 23

DAFTAR GAMBAR

UNIVERSITAS INDONESIA
vi

Gambar 1.1 Kecenderungan berat badan lahir rendah (BBLR) di 1


Indonesia tahun 2010 dan 2013 ............................................
Gambar 1.2 Proporsi konsumsi zat besi.................................................... 3
Gambar 2.1 Periode Kehidupan Janin dan Neonatus ............................... 6
Gambar 3.1 Disain Penelitian ................................................................... 19
Gambar 3.2 Landasan Teori...................................................................... 21
Gambar 3.3 Kerangka Konsep.................................................................. 22

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian .............................................. 36

UNIVERSITAS INDONESIA
vii

Lampiran 2. Surat Pernyataan Persetujuan ............................................. 37


Lampiran 3. Kuesioner Wawancara........................................................ 38
Lampiran 4. Penilaian Kepatuhan............................................................ 44
Lampiran 5. Algoritma The Case Management Adherence Guideline
(CMAG-1)........................................................................... 45

UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berat lahir merupakan indikator penting dari kerentanan anak terhadap
risiko penyakit dan harapan hidup seorang anak. Kategori berat badan lahir
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu <2500 gram, 2500-3999 gram dan 4000
gram. Menurut Depkes RI (2008), bayi yang lahir dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan disebut BBLR (Bayi Berat
Lahir Rendah). Lebih dari 20 juta bayi dilahirkan dengan berat badan lahir
rendah di seluruh dunia dan 95% di antaranya terjadi di negara berkembang.
Di Indonesia sendiri, diketahui prevalensi bayi dengan berat badan lahir
rendah sekitar 10,2 % (Riskesda, 2013).

Gambar 1.1 Kecenderungan berat badan lahir rendah (BBLR) di Indonesia


tahun 2010 dan 2013 (Riskesdas, 2013)

BBLR merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi


terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal (Carrera, 2007).
Menurut SDKI (2012), angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi,
yaitu 32 kematian tiap 1000 kelahiran hidup dibandingkan dengan target
MDGs pada tahun 2015 yaitu 23 kematian setiap 1000 kelahiran hidup. Hasil
survei SDKI juga menunjukkan adanya hubungan negatif antara berat badan
lahir bayi terhadap angka kematian bayi di Indonesia. Dinkes Kota Depok
melaporkan, pada tahun 2008, BBLR menempati posisi kedua penyebab
2

kematian neonatal di kota Depok. Selain dampaknya pada kematian bayi,


BBLR juga dikaitkan dengan probabilitas infeksi yang lebih tinggi,
kekurangan gizi, kecacatan atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan
kognitif serta timbulnya penyakit kronis di kemudian hari (UNICEF dan
WHO, 2004; Bernabe, et.al, 2004).
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya BBLR, yaitu faktor ibu,
faktor kehamilan dan faktor janin. Salah satu faktor yang berasal dari ibu
adalah status anemia pada ibu hamil. Anemia pada ibu hamil menambah
risiko mendapatkan BBLR, risiko perdarahan sebelum dan saat persalinan,
bahkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia
berat (Depkes RI, 2010; Subagyo, Suharto & Winarsih, 2012).
Defisiensi besi merupakan salah satu penyebab utama anemia dalam
kehamilan (Anonim, 2013). Penyebab dari anemia defisiensi besi adalah
karena asupan zat gizi yang kurang, penyerapan zat gizi yang tidak adekuat,
kebutuhan zat besi yang meningkat dan juga karena kehilangan zat besi.
Tingginya angka anemia pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap
tingginya angka BBLR di Indonesia.
Mengingat dampak anemia tersebut, pemerintah Indonesia
melaksanakan program pencegahan anemia pada ibu hamil dengan
memberikan suplemen zat besi sebanyak 90 hari selama masa kehamilan. Zat
besi yang dimaksud adalah semua konsumsi zat besi dalam bentuk tablet/pil,
kaplet, sirup dan lain-lain selama hamil. Namun, efektivitas dan kesuksesan
intervensi tersebut tergantung pada kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi
tablet besi. Banyak ahli berpendapat bahwa ketidakpatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi merupakan alasan utama kegagalan program
nasional pemberian tablet besi (Mithra P., et al, 2014). Menurut Riskesdas
(2013), diketahui konsumsi zat besi dan variasi jumlah asupan zat besi selama
kehamilan di Indonesia sebesar 89,1%. Di antara yang mengkonsumsi zat besi
tersebut, terdapat 33,3% ibu hamil yang mengkonsumsi minimal 90 hari
selama kehamilannya dan 34,4% ibu hamil yang mengkonsumsi kurang dari
90 hari selama kehamilannya.

UNIVERSITAS INDONESIA
3

Gambar 1.2 Proporsi konsumsi zat besi (Riskesdas, 2013)

Tablet Fe yang diberikan kepada ibu hamil sebagai suplemen tersebut


harus dikonsumsi setiap hari, minimal 90 hari selama kehamilan. Kepatuhan
ibu hamil dalam mengkonsumsi supplemen zat besi merupakan faktor penting
dalam menjamin peningkatan kadar hemoglobin ibu (Habib, et.al., 2009).
Namun, karena adanya berbagai faktor yang dapat memicu ibu hamil tidak
patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe, tujuan pemberian tablet tersebut tidak
tercapai. Restu, Dasuki dan Nurdiati (2014) dalam penelitiannya di Palu,
Sulawesi Tengah, melaporkan bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi
supplemen besi kurang dari 90 hari selama masa kehamilannya memiliki
risiko 3,82 kali lebih besar melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
dibandingkan ibu hamil yang mengkonsumsi supplemen besi lebih dari 90 hari
selama masa kehamilannya.
Berdasarkan gambaran tersebut di atas, akan dilakukan penelitian
untuk mengkaji hubungan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet
besi dengan kejadian bayi BBLR di RSUD Kota Depok.

1.2 Perumusan Masalah


Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi supplemen zat besi
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.
Tingginya angka anemia pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap
tingginya angka BBLR di Indonesia. Pada penelitian ini ingin diketahui
seberapa besar risiko kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi
terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RSUD Kota Depok.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

UNIVERSITAS INDONESIA
4

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan ibu


hamil dalam mengkonsumsi tablet besi terhadap kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Kota Depok, Jawa Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendapatkan deskripsi ibu hamil yang melahirkan di RSUD Kota
Depok, Jawa Barat.
2. Menilai risiko kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet
besi terhadap kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD
Kota Depok, Jawa Barat.
3. Menilai pengaruh faktor perancu (Usia ibu, usia kehamilan,
paritas, nutrisi, komorbiditas, Hb, jarak kelahiran, pendidikan,
penggunaan obat selama kehamilan, penggunaan herbal/jamu
selama kehamilan, pemeriksaan antenatal).

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih
lanjut khususnya dalam bidang farmasi klinis.

1.4.2 Bagi RSUD Kota Depok


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
frekuensi serta faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR pada
ibu hamil di Kota Depok, Jawa Barat.

UNIVERSITAS INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,
2009). Kehamilan disimpulkan sebagai masa saat wanita membawa
embrio dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang
matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma. Sel
telur dan sperma tersebut kemudian menyatu membentuk sel yang akan
tumbuh.
Usia kehamilan dihitung dari hari pertama pada periode menstruasi
normal terakhir. Usia kehamilan pada saat persalinan memiliki hubungan
yang erat terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal. Lama kehamilan
berlangsung sampai persalinan aterm adalah 259-293 hari dengan
pengklasifikasian sebagai berikut (Sylviati, 2008; Carrera, 2007):
a. Bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi <37
minggu (<259 hari)
b. Bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37-42
minggu
c. Bayi lebih bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi >42
minggu (>294 hari)
Gambar 2.1 Periode Kehidupan Janin dan Neonatus (Carrera, 2007)

Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan terbagi atas 3 trimester yaitu


(Prawirohardjo, 2007) :
a. Kehamilan trimester I antara 0-12 minggu
b. Kehamilan trimester II antara 12-28 minggu
c. Kehamilan trimester III antara 28-40 minggu

2.1.2 Anemia dalam kehamilan


Anemia dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak (Masrizal, 2007).
Defisiensi besi merupakan salah satu penyebab utama anemia dalam
kehamilan (Anonim, 2013). Penyebab dari anemia defisiensi besi adalah
karena asupan zat gizi yang kurang, penyerapan zat gizi yang tidak
adekuat, kebutuhan zat besi yang meningkat dan juga karena kehilangan
zat besi.
Wanita membutuhkan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi
menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50-80 cc setiap bulan dan
kehilangan zat besi sebesar 30-40 mg. Di samping itu kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering
seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak
kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan
zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan zat
besi tubuh dan akhirnya akan menimbulkan anemia pada kehamilan
berikutnya (Manuaba, 1998).
Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai nilai Hb <110 g/L pada
trimester pertama dan trimester terakhir, serta nilai Hb <105 g/L pada
trimester kedua. Dampak anemia defisiensi besi bagi ibu hamil akan
meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan janin serta
meningkatkan resiko janin BBLR.
Menurut Depkes RI (2005), berdasarkan kadar Hb, anemia dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Tidak anemia jika Hb  11 g/dl
b. Anemia sedang jika Hb berkisar 9 – 10,9 g/dl
c. Anemia berat jika Hb  8 g/dl

2.2 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)
(Prawirohardjo, 2009). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), BBLR adalah
bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa kehamilan. Sebelumnya neonatus dengan berat badan lahir kurang dari
atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961, oleh WHO,
semua bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram disebut
Low Birth Weight Infant (BBLR). Hal ini dikarenakan terdapat beberapa
penyebab kelahiran BBLR, yaitu usia kehamilan kurang dari 37 minggu
(prematur), berat badan lebih rendah atau kombinasi dari keduanya.

2.2.1 Klasifikasi BBLR


Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), pengelompokan BBLR
dapat dilakukan berdasarkan harapan hidup dan masa gestasinya.
2.2.1.1 Berdasarkan harapan hidup :
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500
gram
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat lahir
1000-1500 gram
c. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram.

2.2.1.2 Berdasarkan masa gestasi :


a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk
masa kehamilan (NKB-SMK)
b. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil
untuk masa kehamilannya (KMK)

2.2.2 Masalah Pada BBLR


Masalah-masalah yang mungkin terjadi pada BBLR adalah sebagai
berikut (Depkes RI, 2008) :
2.2.2.1 Asfiksia
BBLR kurang bulan, cukup bulan atau lebih bulan, semuanya
berdampak pada proses adaptasi pernafasan waktu lahir
sehingga mengalami asfiksia lahir.
2.2.2.2 Gangguan nafas
Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan
adalah penyakit membran hialin, sedangkan pada BBLR lebih
bulan adalah aspirasi mekonium. BBLR yang mengalami
gangguan nafas harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan yang
lebih tinggi.
2.2.2.3 Hipotermi
Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh di bawah
36,5oC pengukuran dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit.
Hipotermi pada BBLR terjadi karena sedikitnya lemak tubuh
dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum
matang. Metode kanguru dengan “kontak kulit ke kulit”
membantu BBLR tetap hangat.
2.2.2.4 Hipoglikemi
Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikit simpanan energi pada
BBLR. BBLR membutuhkan asi sesegera mungkin setelah
lahir dan minum sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu
pertama.
2.2.2.5 Masalah pemberian ASI
Pemberian ASI pada BBLR menjadi masalah karena ukuran
tubuh BBLR yang kecil, kurang energi, lemah, lambungnya
kecil dan tidak dapat mengisap. BBLR membutuhkan
pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit namun sering.
2.2.2.6 Infeksi
Masalah infeksi pada BBLR dikarenakan sistem kekebalan
tubuh BBLR belum matang. Keluarga dan tenaga kesehatan
yang merawat harus melakukan tindakan pencegahan infeksi,
antara lain dengan mencuci tangan yang baik.
2.2.2.7 Ikterus
Ikterus adalah pewarnaan kuning pada kulit, mukosa, selaput
mata akibat peningkatan kadar bilirubin. Ikterus mulai tampak
pada kadar bilirubin di atas 5 mg% dan dimulai dari daerah
muka. Pada BBLR kemungkinan terjadinya ikterik lebih awal
dan lebih lama dibandingkan bayi dengan berat lahir yang
cukup.
2.2.2.8 Masalah perdarahan
Hal ini berhubungan dengan belum matangnya sistem
pembekuan darah saat lahir. Masalah perdarahan ini dapat
dicegah dengan pemberian injeksi vitamin K dengan dosis 1
mg segera setelah bayi dilahirkan (dalam 6 jam pertama).
Pemberian injeksi vitamin K ini dilakukan untuk semua bayi
yang baru lahir. Injeksi diberikan pada paha kiri bayi.

2.2.3 Penyebab Kejadian BBLR


Ada beberapa faktor yang menjadi etiologi kejadian BBLR. Maryanti,
dkk (2011) menyebutkan faktor penyebab kejadian BBLR adalah sebagai
berikut :
a. Faktor Ibu
Faktor ibu terdiri dari :
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan,
misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan
psikologis, DM, Toksemia gravidarum dan nefritis akut.
2) Usia Ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia
<20 tahun dan multi gravida yang jarak kelahirannya
terlalu dekat. Kejadian prematuritas terendah adalah pada
usia antara 26 35 tahun.
3) Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi pada golongan sosial
ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi
yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
Demikian juga kejadian prematuritas pada bayi yang lahir
dari perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan
yang sah.
4) Sebab lain, seperti ibu perokok, peminum alkohol dan
pecandu obat narkotik
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : hidroamnion, kehamilan ganda dan
kelainan kromosom
c. Faktor Lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi dan zat-zat racun

Sedangkan menurut Manuaba (2010), faktor penyebab persalinan


prematur atau BBLR adalah :
a. Faktor ibu
- Gizi saat hamil yang kurang
- Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
- Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
- Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah
b. Faktor pekerjaan yang terlalu berat
c. Faktor kehamilan
- Hamil dengan hidroamnion
- Hamil ganda
- Perdarahan antepartum
- Komplikasi hamil : pre-eklamsia/eklamsia
d. Faktor janin
- Cacat bawaan
- Infeksi dalam rahim
e. Faktor yang masih belum diketahui

2.3 Zat Besi


Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini
terutama diperlukan dalam sintesis hemoglobin (Hb). Hemoglobin terdiri dari Fe
(zat besi), protoporfirin dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe) (Depkes RI,
2001). Selain itu, zat besi juga berperan sebagai komponen untuk membentuk
mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang
terdapat di tulang, tulang rawan dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi
juga berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh.

2.3.1 Sumber Zat Besi


2.3.1.1 Makanan
Ada dua jenis zat besi yang terdapat dalam makanan, yaitu zat
besi hem (berasal dari hewani) dan zat besi non-hem (berasal dari
nabati). Zat besi hem memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi
dibandingkan zat besi non-hem. Zat besi hem diabsorbsi sepuluh
kali lebih mudah dibandingkan zat besi non-hem.
Makanan sumber zat besi hem yang tinggi adalah daging dan
makanan laut. Vernissa (2013), dalam penelitiannya di Puskesmas
Cileungsi, Kab. Bogor melaporkan bahwa ibu hamil dengan
anemia yang makan makanan sumber heme setiap hari
meningkatkan kadar Hb sebesar 2,31 kali dibandingkan yang
tidak setiap hari makan makanan sumber hem.
Zat besi non-hem dapat ditemukan di beberapa sumber
makanan nabati seperti kacang-kacangan, gandum, brokoli, kubis
dan bayam (Nutrition Education Materials Online, 2014).

Tabel 2.1 Kandungan zat besi pada beberapa macam makanan


(Nutrition Education Materials Online, 2014)
Makanan (takaran saji) Zat Besi (mg)
Daging dan alternatif daging
Daging sapi tanpa lemak (100 g) 3,1
Domba (100 g) 2,5
Ayam (100 g) 0,9
Tuna (100 g) 1,0
Sardine (120 g) 3,24
Telur (1 telur = 55 g) 1,1
Ikan Kakap (100 g) 0,3
Kacang merah 2,1
Tofu (100 g) 5,2
Kacang Polong (100 g) 6,2
Roti dan Sereal
Biscuit gandum (2 potong) 3
Oats (1 cup) 1,3
Pasta (1 cup) 0,6
Sayuran
Bayam (1/2 cup) 2,2
Kacang hijau (1/2 cup) 1,0
Kentang 0,5
Buah
Buah segar 0,2 – 0,7

2.3.1.2 Supplemen (United States Department of Health & Human


Services, National Institutes of Health, 2014)
Zat besi tersedia dalam banyak supplemen makanan.
Multivitamin atau suplemen multimineral yang mengandung zat
besi, khususnya yang didisain khusus untuk wanita, biasanya
mengandung 18 mg zat besi. Di Indonesia sendiri, sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan anemia, pemerintah
melaksanakan program pemberian suplemen zat besi berupa tablet
besi kepada ibu hamil. Tablet besi diberikan dengan dosis
pemberian 1 tablet (200 mg Fero Sulfat setara dengan 60 mg zat
besi dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut minimal 90 hari
selama masa kehamilan (Depkes RI, 2001).
Bentuk yang sering digunakan dalam suplemen adalah
garam fero dan garam feri, seperti fero sulfat, fero glukonat, feri
sitrat dan feri sulfat. Zat besi dalam bentuk fero memiliki
bioavailabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk feri.
Pemberian zat besi secara oral dapat menimbulkan efek
samping pada saluran gastrointestinal pada sebagian orang,
seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah, diare dan
konstipasi. Frekuensi efek samping ini berkaitan langsung dengan
dosis zat besi (Almatsier, 2009). Biasanya, efek samping tersebut
muncul pada pemberian suplemen zat besi dosis tinggi (> 45
mg/hari). Bentuk lain dari suplemen besi seperti polipeptida besi
hem, besi karbonil, kelat besi-asam amino dan kompleks besi-
polisakarida mungkin memberikan efek samping yang lebih
rendah pada saluran pencernaan.
Perbedaan bentuk suplemen besi berpengaruh terhadap
besi elemental yang terkandung di dalam bentuk sediaan tersebut.
Misalnya, pada fero fumarat terkandung 33% besi elemental,
sedangkan fero sulfat dan fero glukonat masing-masing
mengandung 20% dan 12% besi elemental.

2.3.2 Absorbsi Zat Besi


Absorbsi zat besi dipengaruhi oleh status zat besi pada tubuh individu,
tipe makanan yang dikonsumsi, asupan vitamin C dan beberapa faktor pola
makan individu. Individu dengan cadangan zat besi yang rendah akan
mengabsorbsi lebih banyak zat besi dibandingkan individu dengan
cadangan yang cukup. Ini merupakan cara tubuh dalam menjaga kadar zat
besi dalam level yang adekuat untuk mencegah terjadinya toksisitas zat
besi (Anderson J & Fitzgerald C, 2010).
Pola makan individu dapat meningkatkan maupun menghambat absorbsi
zat besi. Ada beberapa cara untuk meningkatkan absorpsi zat besi, salah
satunya adalah dengan mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C
bersamaan dengan konsumsi zat besi. Makanan yang mengandung vitamin
C contohnya buah dan jus jeruk, tomat, strawberi, melon, sayuran hijau
dan kentang. Kombinasi tablet besi dengan vitamin B6, B12 dan asam
folat juga diketahui dapat meningkatkan absorbsi zat besi (Almatsier,
2002). Cara lain untuk meningkatkan absorbsi zat besi non-hem adalah
dengan mengkonsumsinya bersamaan dengan sumber zat besi hem
(seperti: daging, ikan). Dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi non-hem bersamaan dengan makanan yang
mengandung zat besi hem, persentase zat besi non-hem dapat diabsorbsi
dengan lebih baik.
Faktor yang dapat menghambat absorbsi zat besi adalah konsumsi kopi
dan teh. Konsumsi kopi dan teh bersamaan dengan makanan dapat
menurunkan absorbsi zat besi secara signifikan. Teh dapat menurunkan
absorbsi zat besi hingga 60% dan kopi dapat menurunkan absorbsi hingga
50%. Penurunan absorbsi ini disebabkan oleh tanin yang terkandung di
dalam kopi dan teh. Fitat yang terkandung di dalam kacang-kacangan dan
biji-bijian, fosfat dalam minuman kola, beberapa protein yang terkandung
dalam kedelai, suplemen kalsium dan serat juga dapat menghambat
absorbsi zat besi oleh tubuh.
Kebiasaan ibu hamil dalam mengkonsumsi jamu juga dapat menghambat
absorbsi zat besi. Purnamawati dan Ariawan (2012), dalam penelitiannya
melaporkan bahwa 22,6% ibu hamil yang menjadi responden
mengkonsumsi jamu selama kehamilannya. Enam puluh satu persen di
antaranya rutin mengkonsumsi jamu selama kehamilan dan 90,6% jamu
yang dikonsumsi responden adalah jamu gendong. Jamu diketahui
mengandung asam oksalat, tiamin dan fitat yang dapat mengganggu
absorbsi zat besi oleh tubuh (Syarifuddin V, Hakimi M & Murtiningsih B,
2011).
Penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasida serta
penggunaan garam kalsium juga diketahui dapat menurunkan absorbsi zat
besi (Arisman, 2004).

2.4 Kepatuhan
Kepatuhan minum obat merupakan faktor penting keberhasilan terapi.
Ketidakpatuhan minum obat merupakan masalah serius yang tidak hanya berefek
terhadap pasien tetapi juga sistem pelayanan kesehatan. Ketidakpatuhan pasien
terhadap terapi dapat menyebabkan penyakit menjadi semakin parah, peningkatan
biaya pengobatan, bahakan kematian.

2.4.1 Pengertian Kepatuhan (Jimmy B & Jose J, 2011)


Kepatuhan dalam terapi didefinisikan sebagai derajat perilaku seseorang
terhadap rekomendasi dari tenaga kesehatan. Ada beberapa jenis
ketidakpatuhan. Katagori ketidakpatuhan yang pertama adalah
ketidakpatuhan primer, dimana petugas kesehatan (dalam hal ini dokter),
menuliskan resep, namun resep tersebut tidak ditebus.
Ketidakpatuhan yang kedua adalah dimana pasien memutuskan untuk
menghentikan pengobatan yang telah diterima tanpa saran dari tenaga
kesehatan. Ketidakpatuhan jenis ini biasanya bersifat tidak sengaja dan
biasanya terjadi ketika adanya kesalahpahaman antara tenaga kesehatan
dengan pasien tentang rencana terapinya. Ketidakpatuhan yang tidak
disengaja ini muncul karena adanya keterbatasan sumber daya yang
menyebabkan pasien tidak dapat mengimplementasikan keputusannya untuk
mengikuti rekomendasi yang diberikan. Keterbatasan ini meliputi masalah
dalam mengakses resep dan keterbatasan biaya serta adanya kendala pada
pasien, seperti tidak terampil dalam penggunaan obat dengan cara
penggunaan khusus (contohnya inhaler) dan masalah dalam mengingat dosis
yang diberikan.
Jenis ketidakpatuhan yang ketiga adalah terapi yang tidak sesuai, yaitu
terjadinya penggunaan obat yang tidak sesuai dengan resep. Ketidaksesuaian
ini meliputi adanya dosis yang terlewat, tidak tepatnya waktu minum obat dan
dosis yang tidak tepat (dosis yang dikonsumsi pasien kurang atau melebihi
dosis yang direkomendasikan).

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat (Jimmy B & Jose J,
2011)
Ketidakpatuhan minum obat merupakan masalah yang sering terjadi
pada pasien. Kompleksitas kepatuhan merupakan hasil dari interaksi beberapa
faktor, di antaranya pandangan pasien tentang pengobatan, karateristik
penyakit, konteks sosial dan masalah keterjangkauan.
Hambatan dalam penggunaan obat meliputi komunikasi antara petugas
kesehatan dengan pasien yang tidak efektif, kurangnya pengetahuan tentang
obat yang dikonsumsi, ketidakpercayaan pasien tentang pentingnya
pengobatan, kekhawatiran munculnya efek samping, regimen penggunaan
obat yang panjang, rejimen terapi yang kompleks (banyaknya jumlah obat
dan variasi jadwal minum obat), biaya dan masalah keterjangkauan.
Kepatuhan dalam terapi obat juga berbeda antara kelompok usia.
Pasien yang paling sering tidak patuh adalah pasien dengan penyakit
kronis, di mana kelompok pasien ini tidak mengalami gejala yang tidak
menyenangkan walaupun tidak patuh dalam rejimen pengobatannya. Sekitar
77% pasien menunjukkan derajat kepatuhan yang tinggi ketika
pengobatannya bertujuan untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Hanya
sekitar 63% pasien yang patuh terhadap terapi yang bertujuan untuk
pencegahan. Walaupun begitu, ketika pengobatan harus dikonsumsi dalam
jangka waktu yang panjang, kepatuhan pasien menurun secara drastis menjadi
sekitar 50%, baik terapi yang bertujuan untuk pengobatan, maupun terapi
pencegahan penyakit.
Salah satu factor utama yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah
kemampuan pasien untuk membaca dan mengerti instruksi penggunaan obat
yang diberikan. Pasien dengan kemampuan membaca yang rendah mungkin
memiliki kesulitan untuk memahami instruksi. Hal ini menyebabkan
menurunnya tingkat kepatuhan.
Faktor lain yang diketahui dapat mempengaruhi kepatuhan adalah jenis
kelamin, kepribadian, dan budaya. Beberapa penelitian juga menunjukkan
bahwa status pernikahan, ras, pendapatan, pekerjaan, pendidikan dan
kecerdasan juga memiliki hubungan dengan kepatuhan.

2.4.3 Metode untuk mengukur kepatuhan minum obat (Jimmy B & Jose J, 2011)
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan
pasien dalam minum obat. Metode-metode ini dikelompokkan menjadi
metode pengukuran secara langsung dan tidak langsung.
Metode langsung mencakup observasi terapi secara langsung, seperti
pengukuran kadar obat dan metabolitnya di dalam darah atau urin, serta
deteksi penanda biologi di dalam darah. Metode langsung ini merupakan
metode yang paling akurat dalam pengukuran kepatuhan pasien, namun
kelemahan dari metode ini adalah biaya yang dibutuhkan relatif mahal.
Metode tidak langsung meliputi pengukuran kepatuhan dengan
kuesioner, laporan atau pengakuan pasien, penghitungan pil, tingkat
penebusan resep, respon klinis pasien dan catatan atau buku harian pasien.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian observasional yaitu melakukan
pengamatan/pengukuran terhadap berbagai variabel subyek penelitian menurut
keadaan alamiah, tanpa melakukan manipulasi atau intervensi. Desain penelitian
yang digunakan adalah penelitian kasus kontrol (case control) yaitu suatu penelitian
yang menilai faktor risiko menggunakan pendekatan retrospektif. Dengan kata lain,
efek (penyakit/status kesehatan tertentu) diidentifikasi pada saat ini, sementara
faktor risiko diidentifikasi terjadinya pada waktu lalu (Pratiknya, 2011).

Patuh

BBLR (< 2500 gram)

Tidak Patuh

Bayi Baru Lahir

Patuh
Gambar 3.1
BBLN ( 2500 gram)
Disain Penelitian
Tidak Patuh

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Depok
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2015
3.3 Sampel
Ibu hamil yang melahirkan di RSUD Kota Depok yang memenuhi kriteria
inklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling
hingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
Jumlah sampel minimum yang diambil dihitung menggunakan rumus
berikut (Lwanga & Lemeshow, 1991, p.51) :

(3.1)

Berdasarkan rumus di atas dan hasil penelitian Restu, Dasuki dan Nurdiati
(2014), diketahui nilai P2 = 0,45 dan OR = 3 dengan menggunakan derajat
kemaknaan 5% dan kekuatan pengukuran 80%, maka jumlah sampel responden
minimal yang diperlukan untuk penelitian ini adalah sebanyak 56 responden tiap
kelompok.

3.4 Definisi Kasus Dan Kontrol


3.4.1 Kasus yaitu : Ibu yang melahirkan bayi BBLR (< 2500 gram) di
RSUD Kota Depok dalam kurun waktu 1 Januari - 30
April 2015
3.4.2 Kontrol yaitu : Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan normal
(> 2500 gram) di RSUD Kota Depok dalam kurun waktu
1 Januari – 30 April 2015

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Ibu hamil yang melahirkan di RSUD kota Depok dalam kurun waktu 1
Januari – 30 April 2015.
2. Ibu hamil yang mendapatkan tablet besi yang sama selama
kehamilannya
2. Ibu yang bersedia menjadi responden.

3.4.2 Kriteria Eksklusi


1. Ibu yang melahirkan bayi kembar

3.6 Landasan Teori (WHO, 2001; Mardiana, 2004; Restu, 2014; Habib, 2009; Putri,
2007; Sistiarani, 2008; DepKes RI, 2005)

Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil - Usia


dalam Mengkonsumsi Tablet Fe - Pengetahuan
- Pendidikan
- Efek Samping

Supplementasi Fe tidak adekuat


Peningkat Absorbsi Zat Penghambat Absorbsi Zat
Besi : Besi :
- As. Folat, Vit. B12, Vit. - Tanin (Kopi, Teh)
B6 Kadar Hb
- Asam oksalat, Tiamin,
- Vit. C Fitat (Jamu, kacang-
- Buah/Jus Buah Anemia kacangan)
- Makanan sumber hem - Antasida
- Kalsium
- Komorbiditas
- Proton Pump Inhibitor
- Usia Ibu
- Usia Kehamilan BBLR
- Pemeriksaan
Antenatal
- Kehamilan ganda
- Jarak Kelahiran
- Paritas
- Pendidikan
Gambar 3.2 Landasan Teori
3.7 Kerangka Konsep

Kepatuhan Mengkonsumsi BBLR


Tablet Besi

Faktor Maternal :
- Usia ibu
- Usia Kehamilan
- Paritas
- Konsumsi makanan
sumber hem
- Komorbiditas
- Hb
- Jarak kelahiran
- Pendidikan
- Penggunaan obat
selama kehamilan
- Penggunaan herbal
selama kehamilan
- Pemeriksaan antenatal

Gambar 3.3 Kerangka Konsep


3.8 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Operasional Alat Ukur dan Cara Hasil Ukur Skala


Ukur

Variabel Bebas (Independen)

Tingkat Kepatuhan Keteraturan dan kedisiplinan ibu hamil Wawancara, Modified 1. Patuh Ordinal
minum tablet besi dengan takaran satu Morisky Scale
tablet besi sehari selama tiga bulan 2. Tidak Patuh
berurutan.
Tingkat kepatuhan diukur berdasarkan
kuesioner yang diadaptasi dari Modified
Morisky Scale.
1. Patuh : Hasil interpretasi
pengukuran berada pada kuadaran
IV Algoritma The Case
Management Adherence
Guidelines (CMAG-1)
2. Tidak Patuh : Hasil interpretasi
pengukuran berada pada kuadaran
I, II dan III Algoritma The Case
Management Adherence
Guidelines (CMAG-1)

Variabel Terikat (Dependen)


Kejadian BBLR Hasil penimbangan berat badan bayi saat Rekam Medis, buku 1. BBLR Ordinal
kelahiran yang diukur dengan timbangan KIA 2. BBLN
dalam satuan gram dan diukur oleh tenaga
kesehatan
1. BBLR : < 2500gram
2. BBLN :  2500 gram
Variabel Perancu

Usia Ibu Usia responden pada saat melahirkan Wawancara 1. Risiko Tinggi Ordinal
2. Risiko Rendah
1. Risiko Tinggi : kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun
2. Risiko Rendah : 20 – 35 tahun
Usia Kehamilan Usia kehamilan pada saat melahirkan Wawancara, rekam 1. Adekuat Nominal
medis 2. Tidak adekuat
1. Adekuat : > 37 minggu
2. Tidak Adekuat : < 37 minggu
Paritas Jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh Wawancara 1. Berisiko Ordinal
responden baik yang lahir maupun mati 2. Tidak Berisiko
sampai pada saat penelitian
1. Berisiko : 0 dan lebih dari 3
2. Tidak Berisiko : 1-3
Konsumsi Makanan Konsumsi makanan yang mengandung Wawancara 1. Setiap hari Nominal
Sumber Hem sumber hem seperti daging, hati, ikan, ayam, 2. Tidak setiap hari
susu.

Komorbiditas Gangguan kesehatan yang diderita responden Rekam Medis 1. Ada Nominal
selama kehamilan terakhir sehingga berisiko 2. Tidak Ada
terhadap kejadian BBLR seperti hipertensi,
hipotensi, anemia, pre-eklampsia, eklampsia,
penyakit infeksi, penyakit non-infeksi

Kadar Hb Kadar Hemoglobin ibu hamil pada trimester Rekam Medis 1. Normal Ordinal
akhir kehamilan 2. Abnormal
1. Normal :  110 g/L
2. Abnormal : < 110 g/L
Jarak Kelahiran Rentang waktu dari kelahiran saat ini dengan Wawancara 1. Berisiko Ordinal
kelahiran sebelumnya 2. Tidak Berisiko
1. Berisiko : Jarak kelahiran < 2 tahun
2. Tidak Berisiko : Jarak kelahiran > 2
tahun
Pendidikan Pendidikan terakhir responden ibu hamil Wawancara 1. Dasar Ordinal
2. Lanjut
1. Dasar : Tamat SD, tamat SMP
2. Lanjut : Tamat SMA, D3, S1
Penggunaan obat Adanya penggunaan obat (baik obat dengan Wawancara 1. Ya Nominal
selama kehamilan resep dokter maupun obat bebas) yang 2. Tidak
dikonsumsi selama kehamilan

Penggunaan Adanya penggunaan jamu (baik jamu Wawancara 1. Ya Nominal


herbal/jamu selama gendong maupun jamu kemasan) dan 2. Tidak
kehamilan suplemen herbal yang dikonsumsi selama
kehamilan

Pemeriksaan Pemeriksaan kesehatan oleh tenaga Wawancara 1. Lengkap Ordinal


antenatal professional yang diberikan kepada ibu 2. Tidak Lengkap
selama masa kehamilan
1. Lengkap :  4 kali
2. Tidak Lengkap : < 4 kali
3.9 Alur Penelitian
3.9.1 Tahap Pengajuan Izin
Penelitian dimulai dengan pengajuan izin terhadap pihak-pihak terkait di
Kota Depok. Dalam hal ini adalah Kesbangpol dan Linmas Kota Depok
dan pihak RSUD Kota Depok. Setelah izin diperoleh, pengambilan data
dilakukan di RSUD Kota Depok.
3.9.2 Tahap Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan mengidentifikasi kasus
BBLR di RSUD Kota Depok sejak tanggal 1 Januari hingga 30 April
2015. Data sekunder berupa berat badan dan panjang badan bayi
diperoleh dari rekam medik bayi. Selanjutnya peneliti melakukan
wawancara bebas terpimpin berdasarkan kuesioner untuk mendapatkan
data primer karakteristik dan kepatuhan ibu bayi (responden).
Kuesioner terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi
pertanyaan yang bertujuan untuk mendapatkan data karakteristik
responden. Bagian kedua berisi pertanyaan untuk mengukur kepatuhan
responden dalam mengkonsumsi tablet besi selama masa
kehamilannya. Kuesioner bagian kedua ini diadopsi dari Modified
Morisky Scale.
Modified Morisky Scale merupakan kuesioner yang telah
divalidasi dan banyak digunakan dalam penelitian-penelitian terkait
kepatuhan. Kuesioner ini terdiri dari 6 pertanyaan yang terdiri dari
cakupan pertanyaan motivasi dan pengetahuan yang masing-masing
dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Untuk cakupan pertanyaan
motivasi, setiap jawaban “tidak” pada pertanyaan 1,2 dan 6 mendapat
skor 1 dan setiap jawaban “ya” mendapat skor 0. Jumlah skor untuk
pertanyaan 1,2 dan 6 berkisar antara 0-3. Jika seorang pasien jumlah
skornya 0-1, maka motivasinya dinilai rendah dan jika jumlah skor nya
>1, maka motivasinya dinilai tinggi. Untuk cakupan pertanyaan
pengetahuan, setiap jawaban “tidak” pada pertanyaan 3 dan 4 diberi
skor 1 dan setiap jawaban “ya” mendapat skor 0. Pada pertanyaan
nomor 5, jawaban “tidak” diberi skor 0 dan jawaban “ya” diberi skor 1.
Jumlah skor untuk pertanyaan 3,4 dan 5 berkisar antara 0-3. Jumlah
skor 0-1 menunjukkan pengetahuan yang rendah. Jika jumlah skor >1
menunjukkan pengetahuan yang tinggi. Setelah penilaian dilakukan
pada masing-masing cakupan pertanyaan motivasi dan pengetahuan,
selanjutnya dilakukan penilaian kepatuhan dengan cara memasukkan
interpretasi motivasi dan pengetahuan pada algoritma The Case
Management Adherence Guidelines (CMAG-1) (CMSA, 2004; CMSA,
2006; Morisky, 1986) (Lampiran).
Data sekunder ibu berupa usia kehamilan, komorbiditas, berat
badan, tinggi badan dan kadar Hb diperoleh dari rekam medik/buku
KIA ibu.

3.10 Etika Penelitian


1. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden penelitian dengan mengisi lembar persetujuan disertai tanda tangan
responden
2. Anonimity
Memberikan jaminan kepada responden dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden melainkan hanya menuliskan kode pada
hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti dan informasinya hanya akan digunakan untuk kepentingan studi.

3.11 Instrumen
1. Kuesioner yang sudah tervalidasi (Modified Morisky Scale)
2. Rekam Medik
3. Alat tulis
4. Gimmick
5. Komputer yang dilengkapi dengan program IBM SPSS versi 19.0

3.12 Pengolahan Data dan Analisis Statistik


3.12.1 Pengolahan Data
Sebelum dilakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan,
terlebih dahulu dilakukan editing, coding, entri data, dan cleaning.
a. Editing
Editing dilakukan untuk melihat kelengkapan data, baik data pasien
maupun terkait dengan pengobatan serta kesesuaian dengan kriteria
inklusi dan eksklusi. Data yang diperoleh adalah berupa identitas
responden (Nama, No.Rekam Medis, Nama Suami, Alamat),
Karakteristik responden (usia, usia kehamilan, jumlah anak yang
dilahirkan, jarak kelahiran, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
asupan nutrisi), efek samping, pemeriksaan fisik (berat badan, tinggi
badan, kadar Hb, komorbiditas) dan tingkat kepatuhan responden
dalam mengkonsumsi tablet besi selama masa kehamilannya. Data
yang belum lengkap segera dilengkapi jika memungkinkan untuk
dilengkapi.
b. Coding.
Coding adalah kegiatan pengubahan data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan yang berguna untuk
mempermudah pemasukan data pada tahap berikutnya
(Notoatmodjo, 2010).

c. Entry data
Data dimasukkan ke program komputer untuk dilakukan analisis
menggunakan software statistic SPSS, yaitu SPSS versi 19.0.

d. Cleaning
Cleaning adalah membersihkan data dilakukan dengan cara
mengecek kembali apakah ada kesalahan atau tidak pada data yang
dimasukkan. Data dipastikan telah benar kemudian dilanjutkan ke
tahap analisis dengan menggunakan software statistic SPSS versi
19.0.

3.12.2 Analisis Data


Data yang telah diolah kemudian dianalisis menggunakan program
IBM SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 19.0.
Analisis data yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
a. Analisis Univariat.
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan distribusi
frekuensi karakteristik pasien (faktor maternal) dengan skala
nominal maupun ordinal yaitu Usia, usia kehamilan, jumlah anak
yang dilahirkan, jarak kelahiran, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
asupan nutrisi, penggunaan obat, jamu/suplemen herbal selama
kehamilan, komorbiditas dan kadar hemoglobin.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
anatara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat
dilakukan pada variabel yang telah dikategorikan dengan
menggunakan uji chi square (2) menggunakan  = 0,05 dan 95%
Confidence Interval (CI). Uji chi square (2) digunakan bila data
penelitian berupa frekuensi-frekuensi dalam bentuk kategori baik itu
nominal atau ordinal, uji ini juga digunakan untuk menentukan
kemaknaan dari dua variabel atau lebih.
Selain itu untuk menghitung estimasi besar risiko masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan nilai
Odds Ratio (OR).

OR = = (3.2)

Keterangan :
OR : Odds Ratio risiko terhadap kejadian BBLR
: rasio antara banyaknya kasus yang terpapar dan kasus
yang tidak terpapar
: rasio antara banyaknya kontrol yang terpapar dan kontrol
yang tidak terpapar

Interpretasi :
OR < 1 : Paparan merupakan faktor protektif
OR = 1 : Paparan tidak memberi pengaruh terhadap
kejadian kasus
OR > 1 : Paparan merupakan faktor risiko

c. Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan
antara banyak variabel bebas dengan suatu variabel terikat (Dahlan,
2011). Dalam penelitian ini, digunakan uji regresi logistik
multivariat. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan
variabel mana yang paling berisiko terhadap kejadian BBLR.
Pemilihan variabel berdasarkan statistik dilakukan dengan
seleksi variabel dengan menggunakan regresi logistik sederhana.
Jika hasil uji bivariat mempunyai nilai p < 0,25 maka variabel
tersebut dapat diikutkan ke dalam kandidat model multivariat.
Setelah didapatkan model akhir, maka untuk mengetahui variabel
yang paling dominan berhubungan dengan variabel terikat adalah
variabel yang mempunyai nilai OR atau Exp () paling tinggi.

DAFTAR ACUAN

Almatsier, Soenita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Anderson, J. & Fitzgerald. (2010, June). Iron: An essential nutrient. Colorado State
University Extension. Desember 15, 2014.
http://www.ext.colostate.edu/pubs/foodnut/09356.pdf

Bernabe, J.V., et.al. (2004). Risk factors for low birth weight: A Review. Europe
Journal of Obstetric and Reproduction Biologic, 116, 3-15.
Breymann, C. (2000). Assessment and differential diagnosis of iron deficiency anemia
during pregnancy. Switzerland: Departemen of Obstetri and Gynaecology,
Clinic of Obstetrics and Division of Perinatal Physiology, University
Hospital of Zurich;
Carrera, J.M., Carbonel, X., Fabre, E. (2007). Recommendation and guidelines for
perinatal medicine. Barcelona: Matres Mundi.
Case Management Society of America. (2004). CMAG (Case Management Adherence
Guidelines) Version 1.0. Chapter 7: Modified Morisky Scale. Guidelines
from the Case Management Society of America, 12, 29-31
Case Management Society of America. (2006). CMAG (Case Management Adherence
Guidelines) Version 2.0. Chapter 7: Modified Morisky Scale. Guidelines
from the Case Management Society of America, 39-41
Dahlan, S. (2011). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: Deskriptif, bivariat, dan
multivariat. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2001). Program penanggulangan
anemia gizi pada wanita usia subur (WUS); (Safe Motherhood Project: A
Partnership and Family Approach). Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta:
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Pelatihan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergency Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Modul (Buku Acuan) Manajemen
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Untuk Bidan di Desa. Jakarta: Depkes
RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar Indonesia tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Depkes RI.
Habib, F., Alabdin, E.H., Alenazy, M., Nooh, R. (2009). Compliance to iron
supplementation during pregnancy. J Obstet Gynaecol, 29,437-92.
King Edward Memorial Hospital. (2012, Januari). Clinical Guideline Women and
Newborn Health Service: Complication in Pregnancy. Desember 3, 2014.
http://www.kemh.health.wa.gov.au/development/manuals/O&G_guideline
s/sectionb/8/b8.1.1.pdf.
Lwanga, S.K., & Lemeshow, S. (1991). Sample size determination in health studies.
Geneva: World Health Organization, 51.
Manuaba, I.B.G. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. (Ed. ke 2).
Jakarta: Penerbit EGC
Manuaba, dkk. (2010). Ilmu kebidanan, penyakit andungan dan KB untuk pendidikan
bidan, (Ed.ke 2). Jakarta: EGC.
Mardiana. (2004). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil
Mengkonsumsi Tablet Besi Di Puskesmas Sako Dan Puskesmas Multi
Wahana Kecamatan Sako, Kota Palembang Tahun 2004. Tesis program
pasca sarjana ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia.
Maryanti, D., dkk. (2011). Penatalaksanaan pada bayi risiko tinggi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Morisky, D.E., Green, L.W., Levine, D.M. (1986). Concurrent and Predictive Validity
of A Self-Reported Maesure Of Medication Adherence. Medical Care, 24,
67-74
Masrizal. (2007). Anemia defisiensi besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2 (1), 140-
145
Mithra, P., et.al., (2014). Compliance with iron-folic acid (IFA) therapy among
pregnant women in an urban area of south India. African Health Science,
14 (1), 255-260
Murray-Kolbe, L.E., Beard, J. (2010). Iron. In Coates, P.M., Betz, J.M., Blackman,
M.R., et.al. eds. Encyclopedia of dietary supplements. 2nd ed. London and
New York Informa Healthcare, 432-438.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 133-
136, 139-147, 150-151.
Pratiknya, A.W. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran &
Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. (2007). Ilmu kandungan. (Ed. ke
2). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Proverawati, Atikah & Ismawati, C. (2010). BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).
Yogyakarta : Nuha Medika.
Purnamawati, D., & Ariawan, I. (2012). Konsumsi jamu ibu hamil sebagai faktor
risiko asfiksia bayi baru lahir. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 6
(6), 267-272
Putri, F. (2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status anemia gizi besi
pada ibu hamil pengunjung puskesmas wilayah kota Pekanbaru Tahun
2007. Skripsi program studi ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Restu, S., Dasuki, D., & Nurdiati, R.D.S. (2014). The influence of iron
supplementation in pregnant women to the occurrence of low birth weight
(LBW) babies in Pali, Central Sulawesi. J Med Sci, 46 (1), 41-51.
Sistiarani, C., (2008). Faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang
berisiko terhadap kejadian berat badan lahir rendah (BBLR). Tesis
program pasca sarjana. Semarang: Universitas Diponegoro.
Subagyo, Suharto, A,, & Winarsih, D. (2012). Hubungan antara anemia dalam
kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD Soeroto Ngawi tahun 2011.
Di dalam: Nugroho HSW. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 3,
95-101.
Syarifuddin, V., Hakimi, M., & Murtiningsih, B. (2011). Kurang energi kronis ibu
hamil sebagai faktor risiko bayi berat lahir rendah. Berita Kedokteran
Masyarakat, 27 (4), 187-196.
Trihendradi, C. (2011). Langkah mudah melakukan analisis statistik menggunakan
SPSS 19. Yogyakarta: Penerbit Andi, 145-147, 215-217.
United Nations Children’s Fund and World Health Organization. (2004). Low
birthweight: Country, regional and global estimates. New York: Unicef.
United States Department of Health & Human Services, National Institutes of Health.
(2014). Iron: Dietary Supplement Fact Sheet. Desember 15, 2014.
http://ods.od.nih.gov/pdf/factsheets/Iron-HealthProfessional.pdf
Vernissa, V. (2013). Efektivitas leaflet terhadap kepatuhan minum tablet tambah
darah & kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia di Puskesmas
Cileungsi, Kabupaten Bogor. Tesis program pasca sarjana ilmu
kefarmasian. Jakarta: Universitas Indonesia.
Whittaker, P., Tufaro, P.R., Rader, J.I. (2001). Iron and folate in fortified cereals. J Am
Coll Nutr, 20, 247-254.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian

HUBUNGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI


TABLET BESI TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR
RENDAH (BBLR) DI RSUD KOTA DEPOK

Ibu yang saya hormati, saya adalah mahasiswa program S2 Farmasi Klinis
Universitas Indonesia yang sedang melakukan penelitian mengenai hubungan
kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi terhadap kejadian bayi berat lahir
rendah (BBLR). Saya hendak meminta kerja sama dari Ibu untuk dapat berpartisipasi
dalam penelitian yang sedang saya lakukan. Sebelum Ibu memutuskan untuk
berpartisipasi, ada beberapa hal yang perlu Ibu ketahui sehubungan dengan penelitian
ini. Ibu dapat membaca informasi di bawah ini dengan seksama dan
mengkonsultasikan dengan keluarga bila diperlukan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan ibu hamil
dalam mengkonsumsi tablet besi terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di
RSUD Kota Depok, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati kondisi
bayi Ibu dan memperoleh informasi kesehatan melalui wawancara dan rekam medik,
oleh karena itu seharusnya tidak terdapat risiko fisik atau ketidaknyamanan sebagai
dampak akibat keikutsertaan dalam penelitian ini.

Semua data yang akan diambil dalam penelitian ini akan dijamin
kerahasiaannya. Ibu dapat memutuskan untuk mengikuti atau menolak untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini, serta dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu.
Jika Ibu mempunyai pertanyaan tentang penelitian ini maupun memerlukan
penjelasan lebih dalam, Ibu dapat menghubungi saya, Citra Yuliyanda P., S.Farm.,
Apt., di nomor 082182418678 atau di alamat Jl. Mangga gg.Darussalam III RT
002/RW 019 Kompleks Mabad 1, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Hormat saya,
(Citra Yuliyanda P., S.Farm., Apt.)

Lampiran 2. Surat Pernyataan Persetujuan

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

INFORMED CONSENT

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama :

Alamat :

Telepon :
Setelah membaca lembar informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan,
saya mengerti dan memahami garis besar prosedur penelitian, serta telah memperoleh
penjelasan dari peneliti mengenai manfaat, tujuan, metode yang digunakan dan bahwa
penelitian ini bersifat konfidensial (dirahasiakan).
Saya sadar bahwa penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi diri saya sendiri
dalam meningkatkan pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas pengobatan saya.
Saya mengerti bahwa saya dapat membatalkan pernyataan ini dan dapat
menarik diri dari penelitian ini setiap waktu.
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini.

Depok, ....................... 2015

(Nama jelas: )

Tanda tangan Pasien/Partisipan

Lampiran 3. Kuesioner Wawancara

Kuesioner
HUBUNGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI
TABLET BESI TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR
RENDAH (BBLR) DI RSUD KOTA DEPOK

BAGIAN I
A. Identitas Responden
Nama :
No. Rekam Medis :
Nama Suami :
Alamat :

Nomor Hp :
B. Skrining Responden
1. Apakah selama kehamilan ibu pernah mendapatkan/mengkonsumsi tablet
besi?
o Ya (Lanjut ke pertanyaan selanjutnya)
o Tidak (akhiri wawancara)
2. Pada usia kehamilan berapa bulan ibu pertama kali mendapat tablet besi
tersebut?
o Trimester I
o Trimester II
o Trimester III
3. Berapa jumlah total tablet besi yang ibu terima selama kehamilan ibu?
o 30 tablet
o 90 tablet

C. Karakteristik Responden
1. Usia ibu saat melahirkan : ………………. tahun
2. Usia Kehamilan : ……………….minggu
3. Jumlah anak yang dilahirkan : ……………….. anak
4. Jarak Kelahiran : ……………….. tahun

5. Pendidikan : 1. Tidak tamat SD 4. TamatSMA


2. Tamat SD 5. Tamat D3
3. Tamat SMP 6. Tamat S1

6. Pekerjaan : 1. IRT/tidak bekerja 3. Wiraswasta


2. PNS/karyawan 4. Lainnya

7. Pendapatan keluarga : 1. < 2.400.000


2. 2.400.000 – 3.400.000
3. 3.400.001 – 4.400.000
4. > 4.400.000

D. Konsumsi Makanan
1. Konsumsi makanan sumber Hem
Seberapa sering ibu mengkonsumsi makanan yang berasal dari protein
hewani, seperti daging, hati, ikan, ayam, susu?
o Setiap Hari
o Tidak Setiap Hari
E. Riwayat Penggunaan Obat dan Jamu/Suplemen Herbal selama masa
kehamilan
1. Penggunaan obat
a. Apakah ibu pernah mengkonsumsi obat selama kehamilan?
(Jika Ya, lanjutkan ke pertanyaan poin b)
b. Obat apa sajakah yang ibu konsumsi?
………………….
………………….
………………….
c. Di usia kehamilan berapa ibu mengkonsumsi obat tersebut?

2. Penggunaan Jamu/Suplemen Herbal


a. Apakah ibu pernah mengkonsumsi obat selama kehamilan?
(Jika Ya, lanjutkan ke pertanyaan poin b)
b. Jenis jamu/suplemen herbal apakah yang ibu konsumsi?
o Jamu gendong
o Jamu kemasan
o Lainnya (sebutkan) …………………………
c. Di usia kehamilan berapa ibu mengkonsumsi jamu/suplemen herbal
tersebut?

C. Efek Samping
Apakah ibu mengalami keluhan bila meminum Tablet Besi?
1. Tidak
2. Ya (ceklis keluhan dapat lebih dari satu)
o Mual, muntah
o Susah buang air besar
o Diare
o Rasa tidak nyaman di perut
o Lainnya (sebutkan)………………………….

D. Pemeriksaan Fisik dan Kesehatan (Berdasarkan Rekam Medik)


1. Pemeriksaan Fisik dan Kesehatan Ibu
Berat Badan : ……………….. kg
Tinggi Badan : ……………….. cm
Usia Kehamilan : ………………... minggu
Kadar Hb : ………………… g/dL
Penyakit penyerta : ………………….
2. Pemeriksaan Fisik Bayi
Berat Badan : …………………. gram
Panjang Badan : …………………. cm

BAGIAN II
Kepatuhan Pasien
Lingkari salah satu jawaban

Pertanyaan Jawaban

1. Apakah Ibu pernah lupa meminum tablet Ya Tidak


Besi?

2. Apakah Ibu meminum tablet Besi Ya Tidak


sembarang waktu?
3. Ketika Ibu merasa keadaan Ibu membaik, Ya Tidak
apakah ada kalanya Ibu berhenti minum tablet
Besi?

4. Terkadang jika Ibu merasa keadaan Ibu Ya Tidak


lebih buruk ketika Ibu minum tablet Besi,
apakah Ibu berhenti meminumnya?

5. Apakah Ibu mengetahui manfaat jangka Ya Tidak


panjang dari tablet Besi ini seperti apa yang
sudah dijelaskan oleh dokter atau apoteker?

6. Terkadang apakah ibu pernah lupa untuk Ya Tidak


menebus resep tablet Besi ini pada waktu yang
sudah ditentukan?

Pertanyaan Motivasi Pengetahuan

1. Apakah Ibu pernah lupa Ya (0) Tidak (1)


meminum tablet Fe?

2. Apakah Ibu meminum tablet Ya (0) Tidak (1)


Fe sembarang waktu?

3. Ketika Ibu merasa keadaan Ya (0) Tidak (1)


Ibu membaik, apakah ada
kalanya Ibu berhenti minum
tablet Fe?

4. Terkadang jika Ibu merasa Ya (0) Tidak (1)


keadaan Ibu lebih buruk ketika
Ibu minum tablet Fe, apakah Ibu
berhenti meminumnya?

5. Apakah Ibu mengetahui Ya (1) Tidak (0)


manfaat jangka panjang dari
tablet Fe ini seperti apa yang
sudah dijelaskan oleh dokter
atau apoteker?

6. Terkadang apakah ibu pernah Ya (0) Tidak (1)


lupa untuk menebus resep tablet
Fe ini pada waktu yang sudah
ditentukan?

Total 0.1 : Motivasi Rendah 0 – 1 : Pengetahuan Rendah


> 1 : Motivasi Tinggi > 1 : Pengetahuan Tinggi

Lampiran 4. Penilaian Kepatuhan berdasarkan Kuesioner Modified Morisky Scale


(CMAG-1, 2004)

Lampiran 5. Algoritma The Case Management Adherence Guideline (CMAG-1, 2004)


Keterangan :
Kuadran I : Pengetahuan rendah, Motivasi rendah  Tingkat kepatuhan : rendah
Kuadran II : Pengetahuan rendah, Motivasi tinggi  Tingkat kepatuhan: variabel
Kuadran III : Pengetahuan tinggi, Motivasi rendah  Tingkat kepatuhan: variabel
Kuadran IV : Pengetahuan tinggi, Motivasi tinggi  Tingkat kepatuhan: tinggi

Anda mungkin juga menyukai