Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PENDERITA DIARE


AKUT PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP DI
RUMAH SAKIT X JAKARTA TIMUR

DIAJUKAN OLEH

Nama : Tika Sianturi

N.I.M. : 203104800001

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Farmasi & Ilmu Kesehatan

UNIVERSITAS IBNU CHALDUN

JAKARTA

2023
USULAN JUDUL PENELITIAN

Nama : Tika Sianturi


No. Pokok Mahasiswa : 20310480001
Program Pendidikan : Farmasi
Program Studi : S1 Farmasi
Fakultas : Universitas Ibnu Chaldun
Judul yang diajukan :
Evaluasi Penggunaan Obat Pada Penderita Diare Akut Pasien Dewasa Di
Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit X Jakarta Timur

Tim Pembimbing :
Pembimbing : Apt. Bangun Sutyono, S.Si, M.Farm

Disetujui oleh :
Ketua Program Studi Mahasiswa

Apt. Bangun Sutyono, S.Si, M.Farm Tika Sianturi


NIDN. NIM.203104800001

Mengetahui,
DEKAN FAKULTAS

Apt. Bangun Sutyono, S.Si, M.Farm.


NIDN.

ii
KETERANGAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Tika Sianturi


No. Pokok Mahasiswa : 20310480001
Program Pendidikan : Farmasi
Program Studi : S1 Farmasi
Fakultas : Farmasi dan Ilmu Kesehatan

Judul Proposal Skripsi


Evaluasi Penggunaan Obat Pada Penderita Diare Akut Pasien Dewasa
Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit X Jakarta Timur

MENYETUJUI PROPOSAL SKRIPSI INI UNTUK DISEMINARKAN


Jakarta, Mei 2023

Pembimbing

Apt. Bangun Sutyono, S.Si, M.Farm


NIDN.

Mengetahui,
KETUA PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS IBNU CHALDUN

Apt. Bangun Sutyono, S.Si, M.Farm


NIDN.

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini dengan tepat waktu.

Berikut penulis mempersembahkan sebuah proposal penelitan dengan


judul “Evaluasi Penggunaan Obat Pada Penderita Diare Akut Pasien Dewasa
Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit X Jakarta Timur.”

Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis menyadari sepenuhnya


bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna karena pengalaman dan
pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, kriktik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi terciptanya proposal yang lebih baik lagi
untuk masa yang akan datang

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan kiranya agar
proposal ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca dan penulis
khususnya.

Jakarta, Februari 2023

Penulis

Tika Sianturi

iv
DAFTAR ISI

Halaman Cover................................................................................................. i
Halaman Usulan Judul...................................................................................... ii
Halaman Persetujuan........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTRA ISI.................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Fokus dan Sub Fokus Penelitian ............................................ 3
1.3. Rumusan Masalah................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................. 3
1.6. Sistematika Penulisan ............................................................ 4

BAB II LANDASAN TEORI


2.1. Kajian Pustaka ....................................................................... 6
2.2. Penelitian Terdahulu .............................................................. 18
2.3. Kerangka Pikir ....................................................................... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Subyek dan Obyek Penelitian ................................................ 23
3.2. Metodologi Penelitian ........................................................... 23
3.3. Informan ................................................................................ 24
3.4. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 24
3.5. Teknik Analisis Data ............................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diare merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat
Indonesia. Diare dapat diobati dengan beberapa cara, salah satunya dengan
obat-obatan. Namun, penggunaan obat pada pasien diare akut harus
dievaluasi untuk memastikan pengobatan yang efektif dan aman. Rawat inap
di rumah sakit sering kali menjadi pilihan bagi pasien dewasa dengan gejala
diare akut yang membutuhkan perawatan intensif. 
Diare atau gastroenteritis masih menjadi masalah utama di negara
berkembang termasuk Indonesia (Goodman dan Gilman, 2003). Dua penyakit
yang menonjol sebagai penyebab utama kematian pada anak usia 1 sampai 4
tahun adalah diare dan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin adalah
campak, batuk rejan dan tetanus (Anggarini, 2004).Gastroenteritis atau diare
adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah
dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara tiba-tiba pada
individu yang sebelumnya sehat dan berlangsung kurang dari 2 minggu
(Noerasid et al., 1988). 
Angka kejadian penyakit diare sekitar 200 hingga 400 kasus per 1.000
penduduk per tahun. Dengan demikian, di Indonesia setiap tahun terjadi
sekitar 60 juta kasus diare, yang sebagian besar (70% - 80%) di antaranya
adalah anak di bawah usia 5 tahun yang disebabkan oleh dehidrasi. Inilah
sebabnya antara 350.000 dan 500.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal
setiap tahun (Noerasid et al., 1988).Diare sebenarnya bukan hal yang asing
bagi masyarakat karena sebagian besar masyarakat pernah mengalami
penyakit ini. Namun tingginya angka kematian akibat diare terutama pada
bayi dan anak-anak adalah 23,2% di wilayah Surabaya (Zeinb, 2004).
Pada banyak pasien, diare muncul tiba-tiba tetapi tidak terlalu parah
dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Pada kasus yang parah, risiko terbesar
adalah dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, terutama pada bayi, anak-

1
2

anak, dan lansia. Oleh karena itu, terapi rehidrasi oral merupakan kunci untuk
pengobatan pasien dengan diare akut (Zeina, 2004).
Kematian akibat diare biasanya bukan disebabkan oleh infeksi bakteri
atau virus, melainkan oleh dehidrasi yang terjadi saat diare parah disertai
muntah, sehingga banyak cairan tubuh yang hilang. Sehingga dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, hipokalemia, sering menyebabkan kejang
dan kematian. Pada bayi dan anak-anak, kondisi ini lebih berbahaya karena
cadangan intraseluler tubuh rendah dan cairan ekstraseluler lebih mudah
dikeluarkan daripada orang dewasa. Pada penderita diare akut berat,
diperlukan rawat inap segera untuk rawat inap dan upaya pengobatan
selanjutnya (Setiawan, 2005).  
Salah satu faktor penting dalam upaya penyelenggaraan pelayanan
kesehatan adalah ketersediaan obat. Hal ini juga tercermin dalam salah satu
kebijakan nasional di bidang kefarmasian yaitu penyediaan obat dan alat
kesehatan yang memadai dengan mutu yang baik, pemerataan distribusi, dan
harga yang terjangkau bagi seluruh masyarakat dan masyarakat. Prabowo,
1986).
Penggunaan obat yang rasional berkaitan erat dengan penulisan resep,
ketersediaan obat, komposisi obat, prinsip penggunaan yang benar (termasuk
dosis, interval dan lama pemberian), efektivitas, keamanan dan mutu obat.
Untuk mempromosikan penggunaan obat yang rasional, seluruh proses
pengobatan perlu ditingkatkan. Proses terapi meliputi diagnosis, pemilihan
kelas terapi dan jenis terapi, penentuan dosis dan cara pemberian, pemberian
obat kepada pasien, dan evaluasi hasil (Ashadi, 1997).  
Obat antidiare yang digunakan selama pengobatan dapat
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti konstipasi dan
ketergantungan obat (Setiawan, 2005). Dengan demikian perlu adanya
pemahaman yang jelas tentang obat-obatan yang relatif aman untuk penderita
diare akut, agar tidak menimbulkan kerugian bagi penderita. Fasilitas inilah
yang mendorong penelitian untuk mengevaluasi penggunaan obat diare akut
pada pasien rawat inap, melalui peninjauan jenis obat, dosis dan populasi
pasien untuk melihat apakah pengobatannya tepat, sesuai dan tidak berbahaya
3

bagi pasien yang dirawat. Pada akhirnya, ini bisa menjadi dasar untuk sistem
perawatan yang lebih baik bagi pasien diare akut. 
Berdasarkan uraian diatas, maka pemberian obat untuk pasien diare
akut harus dievaluasi. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tentang
evaluasi penggunaan obat pada penderita diare akut pasien dewasa di
instalasi rawat inap di Rumah Sakit X Jakarta Timur.

1.2. Fokus dan Sub Fokus


Fokus dari penilitian ini adalah penggunaan obat pada pasien dewasa
dengan diare akut. Sedangkan sub fokusnya meliputi jenis obat yang
digunakan, dosis yang diberikan, lamanya pengobatan, dan hasil pengobatan
pada pasien dewasa dengan diare akut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi penggunaan obat pada pasien dewasa dengan diare akut dan
memberikan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penggunaan obat dalam menangani pasien dewasa dengan diare akut di
Rumah Sakit X Jakarta Timur.

1.3. Rumusan Masalah


Apakah penggunaan obat pasien dewasa diare akut tepat indikasi, tepat
obat, tepat pasien dan tepat dosis pada pasien dewasa diare akut di instalasi rawat
inap RS X Jakarta Timur? 

1.4. Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diare Akut
Dewasa Menurut Indikasi, Tepat Obat, Tepat Pasien dan Tepat Dosis di RS X
Jakarta Timur

1.5. Manfaat Penelitian


1) Manfaat bagi peneliti
Meningkatkan keterampilan dan pengalaman dalam melakukan penelitian,
memperluas wawasan dan pengetahuan di bidang kesehatan, serta hasil
4

penelitian dapat dijadikan referensi atau referensi untuk penelitian


selanjutnya. 
2) Manfaat bagi rumah sakit
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan perawatan yang
tepat kepada penderita diare akut. 
3) Manfaat bagi masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memberikan
perawatan yang tepat dan aman bagi pasien dengan diare akut. 

1.6. Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan pemahaman pembaca terhadap penelitian ini, penulis
menyajikan isi dan pembahasan secara sistematis sebagai berikut: 

Bab I Pendahuluan

Bab satu merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang


masalah, fokus dan sub fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 

Bab II Landasan Teori

Bab dua berisi tinjauan literatur yang membahas teori yang terkait
dengan penelitian ini, diikuti dengan deskripsi penelitian hingga
saat ini dan kerangka kerjanya. .

Bab III Metodologi Penelitian

Bab tiga berisi tentang metode penelitian yang digunakan, meliputi


objek dan topik penelitian, metode penelitian, informan, teknik
pengumpulan data, dan teknik pengumpulan data. 

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab empat, penulis memaparkan hasil penelitian dan


pembahasan yang meliputi uraian tentang analisis data dan
pembahasan topik penelitian. 
5

Bab V Penutup

Terakhir, bab lima menjelaskan kesimpulan dari seluruh isi


penelitian ini, berdasarkan analisis dan pembahasan, serta bantuan
saran-saran yang berguna dan untuk berbagai pihak yang
membutuhkan bantuan. 
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Defenisi Diare
Diare adalah salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya tidak
mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit
tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran. Dokter
Sumeria pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari opium.
Penyakit diare atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu
masalah utama negara perkembang termasuk Indonesia (Goodman dan Gilman,
2003)
Diare adalah tinja berbentuk cair atau setengah cair (semi padat) dengan
kadar air lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. sekali). Diare adalah penyakit
peradangan pada lapisan lambung dan usus kecil yang menyebabkan tinja yang
tidak normal dan tidak biasa yang lunak atau encer. Bahkan bisa air hanya lebih
sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam sehari (DepKes RI. 2011).
Diare adalah gangguan pencernaan yang disebabkan oleh mikroorganisme
seperti bakteri E. coli yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi kotoran manusia atau hewan. Kontaminasi ini dapat terjadi
melalui jari yang terinfeksi (Adyanastri, 2012). 

2.1.2 Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya diare diantaranya:
1) Infeksi
(1) Virus
Ini adalah penyebab paling umum dari diare akut pada anak-anak (70-
80%). Serotipe rotavirus 1, 2, 8 dan 9:menjadi orang. Serotipe 3 dan 4 terdapat
pada hewan dan manusia, serotipe 5, 6 dan 7 hanya terdapat pada hewan.
Virus norwalk:terjadi pada semua kelompok umur, kebanyakan melalui
infeksi diam atau ditularkan melalui air, dan juga dapat ditularkan dari orang
ke orang.

6
7

(2) Bakteri
Enterotoksigenik E. coli (ETEC). Memiliki 2 faktor virulensi penting,
yaitu faktor kolonisasi, yang menyebabkan bakteri ini menempel pada
enterosit di usus halus, dan enterotoksin (labil panas (HL) dan stabil panas
(ST)), yang menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit mengakibatkan diare
cair. ETEC tidak merusak tepi kuas atau menembus mukosa.Enteropatogen E.
coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare tidak jelas. Proses penempelan
EPEC pada epitel usus diketahui menyebabkan kerusakan pada membran
mikrovili, mengganggu permukaan serap dan aktivitas disakaridase.Shigella
menginvasi dan berkembang biak di sel epitel usus besar, menyebabkan
kematian sel mukosa dan ulkus. Shigella jarang masuk ke aliran darah. Faktor
virulensi meliputi:antigen dinding sel lipopolisakarida halus dengan aktivitas
endotoksin yang membantu proses invasi dan toksin yang bersifat sitotoksik
dan neurotoksik serta dapat menyebabkan diare cair (Zeinª, 2004).
(3) Protozoa
Distribusi Entamoeba histolytica. Disentri amuba bervariasi tetapi
umum terjadi di seluruh dunia. Obesitas meningkat seiring bertambahnya usia,
terutama pada pria dewasa. Sekitar 90% infeksi tanpa gejala yang disebabkan
oleh E. histolytica bersifat nonpatogen. Amebiasis simtomatik dapat berkisar
dari diare ringan dan persisten hingga disentri fulminan (Zeinb, 2004).

Di negara berkembang, cryptosporidiosis menyumbang 5-15% dari diare


anak. Infeksi biasanya bergejala pada bayi dan asimtomatik pada anak yang lebih
tua dan orang dewasa. Tanda klinisnya adalah diare akut dengan diare cair, ringan
dan biasanya sembuh sendiri. Pada pasien dengan sistem kekebalan yang lemah,
seperti pada AIDS, cryptosporidiosis adalah penyakit berulang dengan diare yang
lebih parah dan resistensi terhadap beberapa antibiotik (Zeinª, 2004). 
1) Gangguan penyerapan karbohidrat, lemak dan protein
2) Makanan lama, beracun, makanan pedas.
3) Psikologis, misalnya kecemasan dan kekhawatiran (Arif dkk, 2000).  
8

2.1.3 Patofisiologi
Wabah diare pada bayi, anak-anak dan orang dewasa biasanya disebabkan
oleh mikroorganisme yang menyebar melalui air atau makanan yang
terkontaminasi tinja yang terinfeksi. Infeksi juga dapat menyebar dari orang ke
orang, mis. B. bila penderita diare tidak mencuci tangan dengan bersih setelah
buang air besar (Setiawan, 2005)
Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, alergi, reaksi obat dan faktor
psikologis. Klasifikasi dan patofisiologi diare akut yang disebabkan oleh infeksi
usus atau penyakit radang usus. Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah
adalah klasifikasi diare akut ke dalam proses patofisiologi infeksi usus, yang
membagi diare akut menjadi mekanisme inflamasi, non inflamasi dan permeabel
(Zeina, 2004).
Diare inflamasi yang disebabkan oleh proses invasi dan sitotoksik di usus
besar dan manifestasi sindrom disentri dan diare dengan lendir dan darah (disebut
juga diare berdarah). Tanda klinis umumnya berupa rasa tidak nyaman pada perut
seperti nyeri ulu hati dan nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam serta tanda
dan gejala dehidrasi (Zeina, 2004).
Diare non inflamasi dengan kelainan usus kecil proksimal.
Ketidaknyamanan perut biasanya ringan atau tidak ada, tetapi tanda dan gejala
dehidrasi berkembang dengan cepat, terutama dalam kasus di mana cairan
pengganti tidak tersedia.Diare perforasi terletak di bagian distal usus kecil.
Penyakit ini disebut juga enteric fever, keracunan darah menahun dengan gejala
klinis demam disertai diare.  Penyebab diare akut:
1) Penipisan air dan gangguan elektrolit dan asam-basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia.
2) Gangguan peredaran darah dapat menyebabkan kematian pasien berupa syok
hipovolemik atau pre-shock akibat diare dengan dehidrasi dan muntah,
perdarahan otak, tidak sadarkan diri dan tanpa penanganan segera.
3) Malnutrisi akibat sekret berlebihan akibat diare dan muntah  
9

2.1.4 Jenis Diare


1) Diare menurut sifatnya
(1) Diare akut
Sering buang air besar dan tinja yang lebih lunak dan lebih cair
muncul secara tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 2 minggu.
(2) Diare Kronis
Diare berlangsung lebih dari 2 minggu (Suharyono, 2008).
2) Diare dengan mekanisme
(1) Diare sektori
Diare, yang biasanya terjadi ketika usus rusak dan cairan serta
elektrolit masuk ke dalam rongga usus.
(2) Diare osmotik
Diare, biasanya disebabkan oleh zat-zat terlarut yang sulit diserap
di usus. Alasannya adalah intoleransi laktosa dan konsumsi obat
pencahar osmotik. 

2.1.5 Gejala Diare


Jenis dan tingkat keparahan gejala tergantung pada jenis dan jumlah
mikroorganisme atau toksin yang dikonsumsi. Gejalanya juga bervariasi
tergantung pada sistem kekebalan tubuh orang tersebut. Gejala biasanya muncul
secara tiba-tiba yaitu mual, muntah, sakit kepala, demam, menggigil, nyeri badan,
sering BAB, kurang darah dan akhirnya dehidrasi. 

2.1.6 Akibat Diare


1) Dehidrasi
Sebagian besar pasien dengan diare akut mengalami dehidrasi. Ketika
Anda mengalami diare, banyak cairan tubuh yang dikeluarkan.
Dehidrasi adalah suatu kondisi dimana tubuh kekurangan cairan yang
dapat berakibat fatal terutama pada bayi dan anak-anak jika tidak segera
ditangani (Anonim, 2008).
10

Dehidrasi menyebabkan gangguan pada metabolisme tubuh.


Gangguan ini dapat menyebabkan kematian bayi. Kematian disebabkan
oleh penipisan cairan tubuh, karena asupan cairan tidak seimbang dengan
pengeluaran muntah dan buang air besar, meskipun hal ini terjadi secara
bertahap. Dehidrasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat (Andrianto, 1995).
2) Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena nutrisi terhenti sementara konsumsi besi
berlanjut (Andrianto, 1995).  

2.1.7 Diagnosis Diare


Pada kasus diare untuk menentukan diagnosa diare :
1) Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, nilai pH dan gula, jika dicurigai
intoleransi gula, biakan bakteri untuk mencari bakteri penyebab dan uji
resistensi terhadap berbagai antibiotik (jika diare berlanjut)
2) Tes darah
Hitung darah tepi lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(khususnya serum Na, K, Ca dan P pada diare dengan kejang)
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui fungsi
ginjal
4) D. Cubbing duodenol untuk mengetahui bakteri penyebab diare.  

2.1.8 Tata Laksana Diare


Mengetahui dan memahami proses yang menyebabkan diare
memungkinkan dokter merancang perawatan obat yang paling efektif. Campuran
glukosa dan elektrolit yang seimbang dalam volume yang setara dengan
kehilangan cairan dapat mencegah dehidrasi (Goodman dan Gilman, 2003).
Pengobatan diare didasarkan pada diagnosis yang benar dan penggantian
cairan dan elektrolit yang hilang, penggunaan obat antidiare spesifik, dan
menghindari makanan dan obat penyebab diare seperti obat pencahar, antasida,
dan obat yang mempengaruhi mobilitas. (Watts, 1984).
11

Diare akut pada orang dewasa selalu berumur pendek tanpa komplikasi
dan terkadang hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Tidak jarang mereka
yang terkena dampak menggunakan pengobatan sendiri atau pengobatan sendiri
dengan obat diare yang dijual bebas. Sebagai aturan, mereka yang terkena hanya
mencari pertolongan medis jika diare akut berlangsung lebih dari 24 jam dan
frekuensi buang air besar atau jumlah tinja yang dikeluarkan belum membaik.
Prinsip pengobatan adalah untuk menghilangkan penyebab diare dengan agen
antimikroba sesuai dengan etiologi, perawatan suportif atau penggantian cairan
dengan larutan hidrasi atau rehidrasi (ORS) yang tepat, yang disebut oralit, dan
seringkali menghentikan obat simtomatik. . atau mengurangi frekuensi diare.
Pemeriksaan tinja rutin dilakukan untuk mengidentifikasi mikroorganisme
mana yang menyebabkan diare akut, dan dalam situasi di mana tidak ada
mikroorganisme dalam tinja rutin, perlu dilakukan pemeriksaan kultur tinja
dengan media khusus untuk mikroorganisme yang mencurigakan secara klinis dan
rutin. tes laboratorium. Indikasi kultur feses adalah diare berat, suhu tubuh > 38,5
°C, adanya darah dan/atau lendir pada feses, leukosit feses, laktoferin, dan diare
persisten yang tidak mendapat antibiotik (Zeinb, 2004).  

2.1.9 Pengelompokan Diare


Mengetahui dan memahami proses yang menyebabkan diare
memungkinkan dokter merancang perawatan obat yang paling efektif. Campuran
glukosa dan elektrolit yang seimbang dalam volume yang setara dengan
kehilangan cairan dapat mencegah dehidrasi (Goodman dan Gilman, 2003).
Pengobatan diare didasarkan pada diagnosis yang benar dan penggantian
cairan dan elektrolit yang hilang, penggunaan obat antidiare spesifik, dan
menghindari makanan dan obat penyebab diare seperti obat pencahar, antasida,
dan obat yang mempengaruhi mobilitas. (Watts, 1984).
Diare akut pada orang dewasa selalu berumur pendek tanpa komplikasi
dan terkadang hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Tidak jarang mereka
yang terkena dampak menggunakan pengobatan sendiri atau pengobatan sendiri
dengan obat diare yang dijual bebas. Sebagai aturan, mereka yang terkena hanya
mencari pertolongan medis jika diare akut berlangsung lebih dari 24 jam dan
12

frekuensi buang air besar atau jumlah tinja yang dikeluarkan belum membaik.
Prinsip pengobatan adalah untuk menghilangkan penyebab diare dengan agen
antimikroba sesuai dengan etiologi, perawatan suportif atau penggantian cairan
dengan larutan hidrasi atau rehidrasi (ORS) yang tepat, yang disebut oralit, dan
seringkali menghentikan obat simtomatik. . atau mengurangi frekuensi diare.
Pemeriksaan tinja rutin dilakukan untuk mengidentifikasi mikroorganisme
mana yang menyebabkan diare akut, dan dalam situasi di mana tidak ada
mikroorganisme dalam tinja rutin, perlu dilakukan pemeriksaan kultur tinja
dengan media khusus untuk mikroorganisme yang mencurigakan secara klinis dan
rutin. tes laboratorium. Indikasi pemeriksaan kultur feses adalah diare berat, suhu
tubuh > 38,5 °C, adanya darah dan/atau lendir pada feses, deteksi leukosit, usia
juga dianggap sebagai salah satu faktor penentu dalam pemberian obat. Diare akut
dapat menyerang pria dan wanita dari berbagai usia dan kebiasaan sehari-hari
mereka yang terkena. Penderita diare akut dibagi menjadi tiga kelompok umur,
yaitu kelompok usia kanak-kanak (anak-anak dan remaja), kelompok usia dewasa
dan kelompok usia senior (lansia).
The British Pediatric Association (BPA) membagi masa kanak-kanak
menjadi beberapa kelompok: Bayi baru lahir (dari kelahiran awal hingga satu
bulan), Bayi (1 bulan hingga 2 tahun), Anak-anak (2 hingga 12 tahun), Remaja
(12 hingga 18 tahun). ). Oleh karena itu, kelompok anak termasuk pasien usia 0-2
tahun. Kelompok usia pediatrik mencakup pasien dari usia 2 hingga 18 tahun.
Kelompok usia dewasa, i. H. Pasien berusia 18-64 tahun. Pasien berusia 65 tahun
ke atas termasuk dalam kelompok usia lansia (umur) (Shetty dan Woodhouse,
2003) dalam tinja, laktoferin dan diare persisten yang tidak mendapat antibiotik
(Zeinb, 2004).  

2.1.10 Rasionalitas Pengobatan


Menurut definisi WHO, pengobatan rasional berarti pasien menerima obat
yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan
individunya, untuk jangka waktu yang cukup lama dan dengan harga sosial yang
paling rendah (Siregar dan Endang, 2006).
Hasil maksimal diharapkan dari terapi rasional. Terapi rasional meliputi:
13

1) Memilih obat yang tepat


2) Tepat Indikasi : Alasan pemberian resep berdasarkan pertimbangan
medis.
3) Obat yang tepat: mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kesesuaian
pasien dan biaya
4) Ketepatan Dosis, Cara Pemberian, dan Lama Pemberian.
5) Pasien yang tepat: sesuai dengan kondisi masing-masing pasien, dalam
artian tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan efek sampingnya
minimal.
6) Kepatuhan pasien (Siregar dan Endang, 2006).
Penggunaan obat yang tidak rasional ditemukan dalam praktik
sehari-hari di rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan lainnya,
termasuk meresepkan obat yang tidak perlu, obat yang salah, obat yang
tidak efektif atau berbahaya, obat yang tersedia kurang efektif, dan
penyalahgunaan zat (Siregar dan Endang, 2006). ). 

2.1.11 Pengobatan Diare Akut


Diare akut adalah kondisi yang dapat diobati dan biasanya sembuh dalam
waktu beberapa hari. Pengobatan diare akut bertujuan untuk mengurangi frekuensi
dan keparahan diare, mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare, dan
mengobati penyebabnya jika teridentifikasi. Berikut adalah beberapa metode
penanganan diare akut yang dapat dilakukan:
Diare akut adalah kondisi yang dapat diobati dan biasanya sembuh dalam
beberapa hari. Pengobatan diare akut bertujuan untuk mengurangi frekuensi
dan keparahan diare, mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare,
serta mengobati penyebabnya. Berikut beberapa cara mengobati diare akut
yang bisa dilakukan:
1) Rehidrasi oral
Rehidrasi oral dilakukan dengan memberikan cairan elektrolit
secara oral kepada penderita diare akut untuk menggantikan cairan dan
elektrolit yang hilang akibat diare. Larutan garam oralit, air kelapa atau
14

larutan elektrolit yang tersedia bebas di apotik dapat digunakan sebagai


cairan elektrolit.
2) Pemberian obat anti diare
Pasien dengan diare akut dapat diberikan obat anti diare untuk
mengurangi frekuensi buang air besar. Obat yang biasa digunakan adalah
loperamide, diphenoxylate, atau atropin diphenoxylate. Namun, obat
antidiare harus digunakan dengan hati-hati dan hanya boleh diberikan
kepada pasien dewasa tanpa gejala parah, karena obat ini dapat menunda
penyembuhan infeksi dan menyebabkan komplikasi.  
3) Pemberian antibiotik
Antibiotik dapat diberikan pada penderita diare akut akibat infeksi
bakteri atau parasit yang memerlukan pengobatan antibiotik. Namun,
antibiotik harus digunakan dengan hati-hati dan hanya jika diperlukan,
karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan
resistensi antibiotik dan efek samping yang berbahaya.
4) Pemberian probiotik
Penderita diare akut dapat diberikan probiotik untuk
mengembalikan keseimbangan mikrobioma usus yang terganggu oleh
infeksi. Probiotik dapat mengurangi gejala diare dan meningkatkan
pemulihan pasien. Probiotik yang biasa digunakan adalah Lactobacillus
dan Bifidobacterium.
5) Terapi cairan intravena
Pada kasus diare akut yang parah, pasien dapat mengalami
dehidrasi dan membutuhkan cairan infus untuk menggantikan cairan dan
elektrolit yang hilang akibat diare. Terapi cairan infus biasanya diberikan
di rumah sakit di bawah pengawasan dokter dan perawat. Selain cara
pengobatan yang disebutkan di atas, perubahan pola makan juga dapat
membantu pengobatan diare akut. Pasien dapat makan makanan yang
mudah dicerna seperti bubur, muesli dan pisang untuk mengurangi iritasi
usus. Makanan berlemak, pedas, atau berserat tinggi harus dihindari.  
15

Penggunaan obat pada penderita diare akut harus dilakukan secara hati-
hati dan tepat indikasi, tepat obat dan tepat dosis. Hal ini dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak ada efek samping atau komplikasi yang dapat
terjadi selama penggunaan obat. Jika obat digunakan secara sembarangan atau
tidak tepat, efek samping atau komplikasi akan terjadi. Beberapa contoh
kemungkinan efek samping atau komplikasi adalah:
1). Reaksi alergi atau hipersensitivitas terhadap obat
2). Efek samping gastrointestinal seperti mual, muntah dan sakit perut
3). Perubahan kadar elektrolit, terutama jika pasien menerima terapi rehidrasi
intravena
4). Perubahan flora usus yang dapat menyebabkan infeksi jamur atau bakteri
lainnya
5). Edema atau disfungsi ginjal, terutama bila obat diberikan dalam dosis
besar atau dalam waktu lama.
6). Pengobatan gagal bila diare disebabkan oleh infeksi virus atau parasit yang
tidak merespon antibiotik.
7). Peningkatan resistensi antibiotik dengan penggunaan antibiotik yang salah
atau berlebihan.

2.1.12 Dampak Diare


Diare akut adalah kondisi yang ditandai dengan tinja yang encer, sering
keluar, dan disertai dengan gejala seperti perut kembung, mual, muntah, dan
demam. Kondisi ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan fisik
dan psikologis pasien, serta pada produktivitas dan kualitas hidup.
1) Dampak pada kesehatan fisik pasien:
(1) Dehidrasi: Diare akut dapat menyebabkan penderita kehilangan banyak
cairan dan elektrolit, yang dapat menyebabkan dehidrasi, yang dapat
mempengaruhi berbagai organ dalam tubuh. Dehidrasi parah bisa
mengancam jiwa. 
(2) Malnutrisi: Penderita diare akut sering kali mengalami penurunan nafsu
makan dan mual, sehingga sulit makan dan makan secara adekuat. Hal ini
dapat menyebabkan malnutrisi, yang dapat memperburuk kondisi pasien. 
16

(3) Infeksi: Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau
parasit. Jika infeksi tidak ditangani dengan baik, dapat menyebar ke
berbagai organ tubuh dan menyebabkan komplikasi serius. 
2) Dampak pada kesehatan psikologis pasien:
(1) Stres: Diare akut dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada pasien.
Pasien mungkin khawatir tentang dehidrasi dan kehilangan cairan serta
ketidaknyamanan fisik yang disebabkan oleh kondisi ini. 
(2) Rasa malu: Diare akut dapat membuat pasien merasa malu atau tidak
nyaman dalam situasi sosial atau publik, karena pasien mungkin merasa
tidak dapat mengontrol buang air besar. 

3) Dampak pada produktivitas dan kualitas hidup:


(1) Absen
Diare akut dapat menjauhkan pasien dari pekerjaan atau sekolah,
karena pasien mungkin tidak dapat melakukan aktivitas ini dengan
nyaman.
(2) Penurunan produktivitas
Pasien dengan diare akut mungkin merasa lelah dan lesu, yang dapat
mempengaruhi kemampuan mereka untuk berfungsi.
(3) Biaya tambahan
Pasien mungkin harus membayar biaya tambahan untuk pengobatan,
pengobatan atau penggantian cairan yang hilang.
 Penanganan yang tepat dan pengobatan yang memadai dapat
membantu mengurangi dampak dari diare akut pada kesehatan fisik dan
psikologis pasien, serta pada produktivitas dan kualitas hidup. Penting
bagi pasien untuk minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi, dan
mencari perawatan medis jika diare tidak membaik dalam waktu 2-3 hari.
Pasien juga dapat mencoba untuk menghindari makanan atau minuman
yang dapat memperburuk diare dan mengonsumsi makanan yang mudah
dicerna dan mengandung nutrisi yang cukup.
17

2.1.13 Rekam Medis


Rekam medis dapat dikatakan sebagai riwayat hidup seseorang karena
berisi keterangan tertulis tentang kejadian, riwayat kesehatan, pemeriksaan
kesehatan di rumah sakit dan selama menjalani rawat jalan, perawatan di rumah
sakit serta hasil dan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium dan medis. /pelayanan
dan prosedur medis. diberikan oleh ruang gawat darurat (Wichaksana, 2000).
Informasi kesehatan merupakan salah satu bahan baku sistem informasi
kesehatan (SIK). Ini adalah sumber daya kesehatan non-fisik yang memberikan
informasi yang akurat, lengkap, dan terkini untuk memeriksa layanan medis
penipuan. Efisiensi medis ini dapat dievaluasi sebagai efisiensi rumah sakit
selama beberapa tahun terakhir, dan data rekam medis dapat digunakan sebagai
bahan perencanaan strategi pelayanan rumah sakit ke depan (Wichaksana, 2000).
Ilmu kedokteran mengumpulkan data klinis dari pasien baik rawat inap
maupun rawat jalan. Kemajuan klinis pasien akan dinilai setiap hari selama masa
perawatan untuk menentukan aktivitas lanjutan. Untuk mempelajari deskripsi
resep obat, nama obat dapat ditentukan dari rekam medis pasien, tetapi terapi
pengobatan tidak dapat ditentukan dari Registrasi Klinik Pasien Rawat Jalan
(RMRJ) karena sebagian besar RMRJ tidak mengumpulkan parameter untuk
menentukan terapi pengobatan. Program pengobatan (aturan aplikasi, lama
pemberian, jumlah yang diberikan). Namun, Rekam Pasien Rumah Sakit (RMRI)
dapat mengungkapkan informasi pengobatan jika menggunakan sumber data ini
(Wichaksana, 2000). 
Evaluasi model infiltrasi dapat dilakukan di rumah sakit yang telah
memiliki standar perawatan dan formula rumah sakit. Potensi overprescription
terkait dengan kondisi pasien yang dirawat dapat ditelusuri dengan memeriksa
sumber data RMRI untuk tingkat penyimpangan dari standar tersebut dan
alasannya (Gitawati, 1996).
Data medis dapat menjadi data sekunder yang cukup jika data yang
terekam lengkap, informatif, jelas dan akurat. Data RMRI dapat misalnya
1). Untuk studi epidemiologi misalnya untuk menemukan model penyakit,
model penyerapan, pemantauan efek samping obat.
18

2). Data penggunaan obat rumah sakit dapat digunakan untuk meningkatkan
penggunaan obat yang lebih rasional dan efektif sesuai dengan model
penyakit dan perawatan standar < rumus rumah sakit
3). Data resimen yang lengkap dan sesuai untuk RMRI, jika dikaitkan dengan
indeks penggunaan tempat tidur, dapat digunakan untuk menghitung
DDD (defined daily dose) obat yang mengukur konsumsi obat di rumah
sakit tersebut (Gitawati, 1996).
4). Informasi aktivitas atau terapi yang diberikan dapat digunakan untuk
mengajukan klaim bagi pembayar asuransi/agen lainnya.  

2.1.14 Rumah Sakit


Rumah sakit merupakan sarana kerja kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di
rumah sakit adalah kegiatan pelayanan berupa ambulans, rawat inap dan gawat
darurat yang meliputi pelayanan medis dan penunjang. Selain itu rumah sakit
tertentu dapat digunakan untuk pelatihan dan penelitian tenaga kesehatan
(Soekanto, 1989).
Misi rumah sakit adalah untuk menyediakan dan mengelola layanan
medis dan dukungan medis. Selain itu, misi rumah sakit adalah pelayanan
terapi, rehabilitasi dan pencegahan, serta peningkatan kesehatan. Fungsi kedua
rumah sakit adalah sebagai tempat penelitian dan pengembangan teknologi
kesehatan, dalam hal ini adalah tempat pendidikan atau pelatihan tenaga medis
dan tenaga gawat darurat (Soekanto, 1989).
Tanggung jawab rumah sakit meliputi:
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan kegiatan
penyembuhan pasien
2) Pemulihan keadaan, dilakukan secara terpadu melalui tindakan perbaikan
dan pencegahan serta tindakan rujukan (Soekanto, 1989).  

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel di bawah ini menjelaskan beberapa penelitian sebelumnya yang


berkaitan dengan penelitian ini,  
19

Tabel 1.1
Penelitian terdahulu

Nama Judul, Metode Hasil peneliaian


Peneliti Penelitian Penelitian
Widiyanti Penggunaan Metode Terdapat beberapa obat yang
(2016) Obat pada Pasien deskriptif digunakan secara tidak tepat
Diare Akut di retrospektif pada pasien dewasa dengan
Instalasi Rawat diare akut. Hasil penelitian
Inap Rumah menunjukkan bahwa sebagian
Sakit Umum besar pasien dewasa dengan
diare akut menerima terapi
obat, namun hanya sebagian
kecil yang menerima terapi
obat yang sesuai dengan
panduan pengobatan. Dari 50
pasien, hanya 14 pasien yang
menerima terapi obat yang
sesuai dengan panduan
pengobatan.
Novianti Evaluasi Metode Terdapat beberapa obat yang
(2017) Penggunaan deskriptif digunakan secara tidak tepat
Obat Pada retrospeksi pada pasien dewasa dengan
Penderita Diare diare akut. Hasil penelitian
Akut Pasien menunjukkan bahwa sebagian
Dewasa Di besar pasien dewasa dengan
Rumah Sakit diare akut menerima terapi
Umum Daerah obat, namun hanya sebagian
kecil yang menerima terapi
obat yang sesuai dengan
panduan pengobatan. Dari 100
pasien, hanya 27 pasien yang
menerima terapi obat yang
20

sesuai dengan panduan


pengobatan.
Nurrahman Evaluasi Retrospektif Terdapat penggunaan obat-
(2018) penggunaan obat obatan lain yang tidak tepat
pada pasien seperti penggunaan obat anti-
Diare akut diare tanpa indikasi yang jelas
dewasa di dan penggunaan obat anti-
instalasi rawat emetik secara berlebihan .
inap RSUD kota Hasil penelitian menunjukkan
Semarang bahwa 83% pasien diare akut
diberikan antibiotik, di mana
hanya 32% penggunaan
antibiotik yang tepat.
Yudhi Analisis Metode Terdapat beberapa kekurangan
mulyono Penggunaan deskriptif dalam penggunaan obat pada
(2015) Obat pada retrospektif pasien diare akut, termasuk
Penderita Diare penggunaan antibiotik yang
Akut Pasien tidak tepat, penggunaan anti
Dewasa di diare yang berlebihan, dan
Rumah Sakit kurangnya pemantauan
Umum Daerah X terhadap efek samping obat.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien
diare akut (85%) diberikan obat
oral. Antibiotik paling sering
diberikan (67%) dan sebagian
besar penggunaan antibiotik
(57,5%) tidak tepat. Jenis
antibiotik yang paling sering
diberikan adalah golongan
tetrasiklin.
Muhammad Evaluasi Metode Terdapat beberapa kekurangan
21

Firdaus Penggunaan deskriptif dalam penggunaan obat pada


(2016) Obat pada retrospektif pasien diare akut, termasuk
Penderita Diare penggunaan antibiotik yang
Akut Pasien tidak tepat, penggunaan anti
Dewasa di diare yang berlebihan, dan
RSUD Dr. kurangnya pemantauan
Soetomo terhadap efek samping obat.
Surabaya -Menemukan bahwa terdapat
perbedaan penggunaan obat
antara pasien dewasa dan anak-
anak dengan diare akut
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien
diare akut (96%) diberikan obat
oral. Antibiotik paling sering
diberikan (93,6%) dan sebagian
besar penggunaan antibiotik
(83,9%) tidak tepat. Jenis
antibiotik yang paling sering
diberikan adalah golongan
tetrasiklin.

2.3 Kerangka Pikir


Kerangka kerja yang baik menjelaskan hubungan antara variabel yang
diteliti dalam teori. Menurut Suharsimi Arikunto (2013) kerangka pikir adalah
suatu tahap dalam penelitian yang terdiri atas sistem gagasan-gagasan atau
konsep-konsep yang secara teoritis dapat menjelaskan hubungan antara variabel-
variabel yang terlibat dalam penelitian penelitian. Evaluasi penggunaan obat pada
pasien dewasa dengan diare akut di instalasi rawat inap di rumah sakit merupakan
bagian penting dari asuhan keperawatan yang bertujuan untuk memastikan
manfaat terbaik bagi pasien. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam evaluasi
22

penggunaan obat pada pasien dewasa dengan diare akut meliputi aspek-aspek
berikut:karakteristik pasien dan faktor evaluasi obat.

Pasien Diare
akut dewasa
rawat inap

Karakteristik
Pasien Evaluasi

Jenis Kelamin Tepat Pasien


Umur Tepat Obat
Diagnosa Tepat Dosis
Lama di Rawat Tepat cara
inap pemberian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dan Obyek Penelitian penelitian adalah pasien dewasa yang


dirawat di Rumah Sakit X yang menderita diare akut yang meliputi jenis
obat yang diberikan, dosis, frekuensi pemberian, lama pengobatan,
efektivitas terapi dan efek sampingnya terkait dengan apa yang terjadi.

3.2. Metode Penelitian


1) Desain penelitian
Penelitian ini mengenai evaluasi penggunaan obat diare pada pasien
dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta Timur yang
bersifat deskriptif non eksperimental. Data yang digunakan pada
penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan penelusuran data
rekam medik pasien dewasa yang terdiagnosis diare yang dirawat inap
periode tahun Juli-Desember 2022
2) Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan dibagian rekam medik instalasi rawat inap
Rumah Sakit X Jakarta Timur dan waktu penelitian ini dilakukan dari
mulai bulan April sampai bulan Juli 2023.
3) Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak yang
terdiagnosis diare dan dirawat inap Rumah Sakit X Jakarta Timur.
Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah semua pasien dewasa
usia dua puluh tahun ke atas yang terdiagnosis diare akut periode
tahun Juli-Desember 2022 dengan metode total sampling yang telah
memenuhi kriteria inklusi.
4) Kriteria inklusi dan eksklusi
1) Kriteria inklusi
a. Pasien dewasa 20-50 tahun
b. Terdiagnosis diare akut yang menjalani rawat inap
2) Kriteria ekslusi
a. Data catatan rekam medis yang tidak lengkap

23
24

5) Defenisi operasional
1) Diare dalam penelitian ini merupakan hasil diagnosis dokter
terhadap pasien dewasa rawat inap di Rumah Sakit X Jakarta
Timur selama periode Juli-Desember 2022 yang tercatat didalam
rekam medis pasien.
2) Pasien anak dalam penelitian ini adalah pasien yang berusia 20
sampai 50 tahun dengan diagnosis utama diare akut di Instalasi
Rawat Inap.
3) Pola pengobatan dalam penelitian ini adalah gambaran
penggunaan obat diare yang meliputi jenis atau golongan obat yang
digunakan, bentuk sediaan obat dan rute pemberiaan dari obat yang
di berikan, serta rata-rata lama rawat inap pada pasien diare akut
4) Evaluasi pengobatan dalam penelitian ini adalah meninjau
kesesuaian obat yang diterima pasien berdasarkan standar
pelayanan medis Rumah Sakit X Jakarta Timur Instrument
peneletian.
6) Instrumen penelitian
Alat yang digunakan adalah rekam medik pasien anak yang
terdiagnosis diare di Instalasi Rumah Sakit X Jakarta Timur. Bahan
yang digunakan yaitu standar pelayanan medis Rumah Sakit X Jakarta
Timur.

3.3. Informan
Informan penelitian ini adalah pasien dewasa yang menderita diare akut
yang dirawat di ruang rawat inap Rumah Sakit X Jakarta Timur. Informan
juga dapat mencakup staf medis yang, seperti dokter, perawat, dan
farmasi. Tujuan dari informasi yang dikumpulkan informan adalah untuk
memperoleh informasi tentang penggunaan obat pada pasien diare akut
dewasa yang dirawat di rumah sakit, meliputi tepat indikasi, tepat obat,
tepat pasien dan tepat dosis.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


1) Data primer
Data yang dikumpulkan dari hasi kusioner, wawancara, dan observasi
dilakukan pada pasien dewasa yang mengalami diare akut di Instalasi
Ruang Inap Rumah Sakit X Jakarta Timur.
25

2) Data Sekunder
(1) Penelusuran literatur
Penelusuran literatur dapat dilakukan sumber-sumber informasi
ini dapat berupa buku, jurnal, makalah, artikel, atau dokumen
lainnya yang membahas penggunaan obat pada penderita diare
akut pada pasien dewasa di rumah sakit.
(2) Analisa Dokumen
Analisis dokumen dapat dilakukan dengan menganalisis
dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian, seperti
rekam medis, catatan perawat, catatan farmasi, atau dokumen
lain yang berkaitan dengan penggunaan obat pada penderita diare
akut pada pasien dewasa di rumah sakit. Dokumen-dokumen ini
dapat diperoleh dari rumah sakit atau instansi kesehatan lainnya
yang relevan.
(3) Studi kasus
Studi kasus dapat dilakukan dengan menganalisis kasus-kasus
penggunaan obat pada penderita diare akut pada pasien dewasa di
rumah sakit yang telah dilaporkan sebelumnya. Kasus-kasus ini
dapat diperoleh dari literatur, dokumen, atau rekam medis yang
relevan.

3.5. Teknik Analisis Data


1) Pengumpulan data
Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkrip wawancara, men-scanning dokumentasi,
mengetik data yang ada di lapangan atau memilah-milah dan
menyusun data tersebut kedalam jenisjenis yang berbeda tergantung
pada sumber informasi.
2) Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tak perlu dan mengorganisasikan data-
data yang telah di reduksi memberikan gambaran yang lebih tajam
tentang hasil pengamatan menjadi tema.
26

3) Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tabel, bagan
dan hubungan antar kategori. Melalui penyajian data tersebut, maka
data terorganisasikan, dan tersusun sehingga akan semakin mudah
dipahami.
27

DAFTAR PUSTAKA

Adyanastri, K. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Diare.


Jurnal Kesehatan Andalas, 1(2), 55-62.
Adyanastri, R. (2012). Faktor risiko infeksi E. coli pada manusia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 8(1), 1-7.
Andrianto, A. (1995). Dehidrasi pada anak. Dalam Widodo, J. (Ed.). Penanganan
diare pada anak (hlm. 21-25). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Anggarini. (2004). Faktor Risiko Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Padang Bulan II Kota Medan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas, 1(1), 26-31.
Anonim. (2008). Dehidrasi pada anak. Diakses pada 14 April 2023, dari
https://www.alodokter.com/dehidrasi-pada-anak
Arif, A., Sari, M. I., & Susilowati, R. (2000). Faktor-faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Bulak Banteng Surabaya. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia,
1(1), 14-24.
Arif, M., Khan, A. A., Shareef, M. A., & Rafique, H. (2000). Psychological
factors and functional gastrointestinal disorders: a review of the
literature. Journal of the Pakistan Medical Association, 50(8), 278-282.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ashadi. (1997). Farmakologi Klinik: Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: EGC.
DepKes RI. (2011). Diare.
http://www.depkes.go.id/article/view/11032700001/diare.html
DepKes RI. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Diare. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Gitawati, R. (1996). Evaluasi Penggunaan Obat di Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Goodman & Gilman. (2003). The Pharmacological Basis of Therapeutics.
McGraw-Hill Medical.
Noerasid, I., Handayani, H., & Setiawan, B. (1988). Diare Akut. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Prabowo, S. (1986). Kebijakan Farmasi Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan.

27
28

Setiawan, B. (2005). Antidiare. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,


Simadibrata M, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. p. 1947-1955.
Setiawan, B. (2005). Diare Akut pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Setiawan, B. (2005). Diare pada bayi dan anak-anak. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Shetty, A. K., & Woodhouse, J. B. (2003). The aging gut: Physiology. Clinics in
geriatric medicine, 19(4), 789-802.
Siregar, Y. M., & Endang, R. (2006). Konsep terapi rasional dan peran farmasis
dalam terapi rasional. Majalah Farmasetika, 2(2), 67-73.
Soekanto, S. (1989). Manajemen rumah sakit: aspek pelayanan kesehatan,
pendidikan, penelitian dan pengembangan teknologi. EGC.
Suharyono. (2008). Diare akut pada anak. Dalam Widodo, J. (Ed.). Penanganan
diare pada anak (hlm. 39-48). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Suharyono. (2008). Penanganan Diare pada Anak. Jakarta: EGC.
Watts, H. G. (1984). Diarrhea: Mechanisms and Management. Springer Science
& Business Media.
Wichaksana, A. (2000). Manajemen Rekam Medis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Zeinª, H.A. (2004). Patogenesis Bakteri Penyebab Diare. Indonesian Journal of
Clinical Pathology and Medical Laboratory, 10(2), 39-46.
Zeina, R. (2004). Diare akut. Dalam: Soeparman (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Hal 1878-1890.
Zeinb, A. (2004). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas. Jurnal Kedokteran Yarsi, 12(1), 1-8.
Zeinb, A. (2004). The etiology of acute diarrhea in adults in Baghdad. Eastern
Mediterranean health journal, 10(1-2), 29-38.
Zeinb, A. S. (2004). Fecal lactoferrin and persistent diarrhea that does not
respond to antibiotics. The Pediatric infectious disease journal, 23(2), 177-
178.

Anda mungkin juga menyukai