OLEH:
YUSUF AL-FARIDZI NATAWIYANTA
NIM.20201440120092
Tim Penguji :
Mengetahui ;
Ketua STIKES Intan Keperawatan
Martapura
ii
KATA PENGANTAR
iii
serta do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan
Studi Kasus ini.
Penulis juga menyadari bahwa Studi Kasus ini
masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan penulisan ini.
Akhirnya atas segala bantuan dan dorongan dari
semua pihak yang membantu semoga mendapat karunia
dari Allah SWT.
Amin Ya Rabbal A’lamin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Yusuf Al-Faridzi N.
NIM. 20201440120092
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ........................... ii
KATA PENGANTAR .............................. iii
DAFTAR ISI .................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................... vii
BAB I PENDAHULUAN ........................... 1
A. Latar Belakang ......................... 1
B. Manfaat Penulisan ...................... 2
C. Batasan Masalah ........................ 3
D. Tujuan ................................. 3
1. Tujuan Umum ......................... 3
2. Tujuan Khusus ........................ 3
E. Metode Pengumpulan Data ................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ....................... 6
A. Anatomi Fisiologi ....................... 6
B. Konsep Infeksi Saluran Kemih ............. 11
D. Konsep Asuhan Keperawatan .............. 19
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Ny. H ............. 28
A. Identitas Pasien ....................... 28
B. Analisa Data ........................... 32
C. Rencana Asuhan Keperawatan ............. 34
D. Tindakan dan Evaluasi .................. 43
BAB IV PEMBAHASAN ........................... 51
A. Pengkajian ............................. 53
B. Diagnosa Keperawatan ................... 54
C. Rencana Asuhan Keperawatan ............. 57
D. Implementasi Keperawatan ............... 61
E. Evaluasi ............................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................. 64
v
A. Kesimpulan ............................. 64
B. Saran .................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR GAMBAR
Anatomi Sistem Perkemihan ...................... 8
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah penyakit
infeksi kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi
saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus
dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih sering
dijumpai pada wanita dari pada pria. (WHO,2013).
Indonesia merupakan Negara berpenduduk ke empat
terbesar di dunia setelah Cina, India dan Amerika
Serikat
Infeksi Saluran Kemih merupakan salah satu
masalah kesehatan yang paling sering terjadi di
Amerika. American Urology menyatakan bahwa insiden
infeksi saluran kemih diperkirakan terjadi pada
150 juta penduduk pertahun. Infeksi saluran kemih
di Amerika Serikat mencapai lebih dari 7 juta
kunjungan setiap tahunnya. Kurang lebih 15% dari
semua antibiotik yang diresepkan untuk masyarakat,
Amerika Serikat diberikan kepada penderita infeksi
saluran kemih dan beberapa negara Eropa
menunjukkan data yang sama (Liza Fitri Lina, et
al., 2019).
Infeksi Saluran Kemih merupakan salah satu
jenis infeksi nosokomial yang angka kejadiannya
paling tinggi di Indonesia yaitu sekitar 39% -
60%. Pengobatan infeksi saluran kemih sebagian
besar menggunakan antibiotik. Antibiotik merupakan
golongan yang paling banyak digunakan terkait
1
banyaknya kejadian infeksi bakteri. Di Negara
berkembang 30 – 80% penderita yang dirawat di rumah
sakit mendapatkan terapi antibiotic 20 – 65%
penggunannya dianggap tidak tepat.penggunaan yang
tidak tepat dapat menimbulkan masalah resistensi
dan efek obat yang tidak dikehendaki(Lestari, et
al, 2011).
Sementara itu Penduduk Indonesia yang
menderita Infeksi Saluran Kemih diperkirakan
sebanyak 222 juta jiwa.Infeksi saluran kemih di
Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi,
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia
adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun
nya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun
(Depkes Ri, 2014)
Infeksi Saluran Kemih apabila dibiarkan dan
tidak ditangani dengan baik dan cepat dapat
menimbulkan pengaruh negatif bagi tubuh penderita
seperti gangguan pada ginjal, sepsis, penyempitan
uretra (pada pria).
2
B. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Klien
Untuk menambah pengetahuan klien tentang
penyakit Infeksi Salura Kemih dan memberikan
informasi tentang Asuhan Keperawatan dalam
mengatasi masalah kesehatan yang dialami klien.
2. Bagi Mahasiswa
Dalam merawat penderita Infeksi Saluran Kemih
yaitu dapat menerapkan dan memberikan Asuhan
Keperawatan sesuai dengan ilmu dan teori yang
didapat di bangku kuliah.
3. Bagi Perawat
Perawat dapat menambah pengalaman untuk
menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan
yang tepat pada pasien,menggali asuhan keperawatan
pada promkes serta meningkatkan kemampuan perawat
dalam keperawatan.
C. BATASAN MASALAH
Dalam penulisan studi kasus ini hanya membahas
tentang Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Dengan Infeksi
Saluran Kemih di Ruang Kasuari RSD Idaman Banjarbaru.
D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan teori dan pengalaman
praktik yang sudah diperoleh untuk memecahkan
masalah dalam bentuk Asuhan Keperawatan pada Ny.
H Dengan Infeksi Saluran Kemih.
2. Tujuan Khusus
3
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. H Dengan
Infeksi Saluran Kemih
b. Mampu merumuskan dan memprioritaskan diagnosa
keperawatan pada Ny. H Dengan Infeksi Saluran
Kemih
c. Mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan
(intervensi) pada Ny. H Dengan Infeksi Saluran
Kemih
d. Melakukan tindakan keperawatan (implementasi)
pada Ny. H Dengan Infeksi Saluran Kemih
e. Mampu mengevaluasi keperawatan berdasarkan
tindakan pada Ny. H Dengan Infeksi Saluran Kemih
5
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Ginjal
Ginjal terletak pada dindin posterior abdomen,
terutama di daerah lumbal, di sebelah kanan dan
kiri tulang belakang., dibungkus lapisan lemak yang
tebal, dibelakang peritonium , atau di luar rongga
peritonium
Setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis
dari jaringan fibrus dan membentuk pembungkus yang
halus. Di dalamnya terdapat struktur bewarna ungu
tua yang terdiri atas korteks di sebelah luar dan
medula di sebelah dalam.
Adapun fungsi ginjal seperti :
Sebagai tempat mengatur air
Sebagai tempat mengatur konsentrasi garam
dalam darah
Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam-basa
darah
Sebagai tempat ekskresi & kelebihan garam
2. Ureter
Ureter merupakan saluran retroperitoneum yang
menghubungkan ginjal dan kandung kemih, memiliki
panjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan
ginjal (filtrasi, reabsorsi, sekresi) dari pelvis
6
renalis menuju vesica urinaria. Pada awalnya,
ureter berjalan melalui fasia gerota dan kemudian
menyilang muskulus psoas dan pembuluh darah iliaka
komunis.
3. Kandung Kemih
Kandung kemih (vesika urinaria-VU) berfungsi
sebagai tempat penampung urine. Organ ini berbentuk
seperti buah pir atau kendi. Kandung kemih terletak
di dalam panggul besa, didepan lainnya, dan
dibelakang simpisis pubis.
Dinding kandung kemih terdiri atas lapisan
serus sebelah luar, lapisan berotot, lapisan
submukosa, dan lapisan mukosa dari epitelium
transisional. Tiga saluran bersambung dengan
kandung kemih. Dua ureter bermuara secara oblik
7
disebelah basis, letak oblik menghindarkan urine
mengalir kedalam ureter.
4. Uretra
Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari
leher kandung kemih ke lubang luar, dilapisi oleh
membran mukosa yang bersambung dengan membran yang
melapisi kandung kemih. Meatus urinarius terdiri
atas serabut otot melingkar, membentuk sfingter
uretra.
Gambar 1.1
Anatomi Sistem Perkemihan
Proses Perkemihan
Mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine.
Keinginan berkemih disebabkan oleh penambahan
tekanan dalam kandung kemih dan isi urine
didalamnya. Jumlah urine yang ditampung kandung
kemih dan menyebabkan miksi yaitu 170-230 ml.
Mikturisi merupakan gerakan yang dapat dikendalikan
8
dan ditahan oleh pusat-pusat persarafan. Kandung
kemih dikendalikan oleh saraf pelvis dan serabut
saraf simpatik dari pleksus hipogastrik
9
Komposisi urine normal
Urine terutama terdiri atas air,urea, dan
natrium klorida. Ureum merupakan hasil akhir
metabolisme protein dan berasal dari asam amino dalam
hati yng mencapai ginjal. Kandungan ureum normal
dalam darah sekitar 30-100 cc, namun tergantung dari
jumlah protein yang dimakan dan fungsi hati dalam
pembentukan ureum. Kreatinin adalah hasil buangan
metabolisme protein dalam otot. Produk metabolisme
mencakup benda-benda purin, oksalat, fosfat dan
sulfat.
Elektrolit atau garam seperti natrium dan kalium
klorida diekresikan untuk mengimbangi jumlah yang
masuk melalui mulut.
10
B. KONSEP INFEKSI SALURAN KEMIH
1. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu
keadaan dimana kuman atau mikroba tumbuh dan
berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna (IDAI, 2011). Istilah ISK umum digunakan
untuk menandakan adanya invasi mikroorgansime
pada saluran kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan
kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam
urine yang jumlahnya sangat banyak dan mampu
menimbulkan infeksi saluran kemih (Musdalipah,
2018)
ISK adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangbiakkan bakteri dalam
saluran kemih, meliputi infeksi perenkim ginjal sapmai
kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
bermakna(Soegijanto, 2010) (ISK) adalah infeksi akibat
berkembang biaknya mikroorganisme didalam saluran
kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun
wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering menderita dari pada
pria(Sudoyo Aru,dkk2013).
Berdasarkan kedua definisi tersebut penulis
menyimpulkan bahwa Infeksi Saluran Kemih merupakan
infeksi yang ditandai dengan perkembangbiakan
kuman atau mikroba dalam saluran kemih dengan
jumlah yang bermakna/ banyak.
11
2. Jenis-Jenis Infeksi Saluran Kemih
Adapun jenis-jenis ISK yaitu:(Nurarif & Kusuma,
2015)
1) Kandung kemih (Sistitis)
2) Uretra (Uretritis)
3) Prostat (Prostatitis)
4) Ginjal (pielonefritis)
Klasifikasi menurut letaknya :
1) ISK bawah
Perempuan (sistitis : presentasi klinis
infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna). Sindrom uretra akut (SUA) :
presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril), sering
dinamakan sistitis bakterialis.
Laki-laki
(sistitis,prostatitis,epidimidis dan
uretritis).
2) ISK atas
3) Pielonefritis akut (PNA) : proses infeksi
parenkim ginjal yang disebabkan infeksi
bakteri. Pielonefritis kronis (PNK):
kemungkinan akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak
masa kecil.
ISK pada usia lanjut, dapat dibedakan menjadi :
1) ISK uncomplicated (simple) merupakan ISK
sederhana yang terjadi pada penderita dengan
saluran kencing tak baik, anatomic maupun
fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut
terutama mengenai penderita wanita dan
12
infeksi hanya mengenai mukosa superficial
kandung kemih.
2) ISK compilacted, sering menimbulkan banyak
masalah karena seringkali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering
resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia,
sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila
tedapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
a. Kelainan abnormal saluran kemih,
misalnya batu , reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih,
paraplegia, kateter kandung kemih
menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal GGA maupun GGK.
Gangguan daya tahan tubuh dan infeksi
yang disebabkan karena organisme
virulen seperti prosteus spp yang
memproduksi urease.
3. Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti :
Usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal (Nurarif & Kusuma,
2015). Berikut menurut jenis mikroorganisme dan
usia :
1) Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan
ISK,antara lain:
a) Escherichia Coli : 90% penyebab ISK
uncomplicated (simple).
13
b) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab
ISK complicated.
c) Enterobacter, Staphylococcus epidemidis,
Enterococci.
d) Menahan kencing terlalu lama dan lain-lain.
2) Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut,
antara lain :
a) Sisa urin dalam kandung kemih yang
meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang kurang efektif.
b) Mobilitas menurun.
c) Nutrisi yang sering kurang baik.
d) Sistem imunitas menurun, baik seluler
maupun humoral.
e) Adanya hambatan pada aliran urin.
f) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi
prostat
3. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri
(kuman) masuk ke dalam saluran kemih dan
berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari
kandung kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal
(Purnomo, 2014).
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal
dari flora usus dan hidup secara komensal dalam
introitus vagina, preposium, penis, kulit
perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal
dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran
kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke
14
kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal
(Fitriani, 2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui
empat cara, yaitu:
1) Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya
adalah kuman yang berasal dari flora normal
usus dan hidup secara komensal introitus
vagina, preposium penis, kulit perineum, dan
sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik)
dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
1. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan
daerah introitus vagina
2. Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
3. Mulitiplikasi dan penempelan
mikroorganisme dalam kandung kemih
4. Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih
ke ginjal (Israr, 2009).
2) Hematogen (descending) disebut demikian bila
sebelumnya terjadi infeksi pada ginjal yang
akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih
melalui peredaran darah.
3) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya
mikroorganisme melalui sistem limfatik yang
menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun
yang terakhir ini jarang terjadi (Coyle dan
Prince, 2009).
4) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya
sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat
dari pemakaian kateter (Israr, 2009).
15
4. Skema Ptofisiologi
16
3) Warna air seni kental/pekat seperti air teh,
kadang kemerahan bila ada darah.
4) Nyeri pda pinggang.
5) Demam atau menggigil, yang dapat menandakan
infeksi telah mencapai ginjal (di iringi rasa
nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau
muntah).
6) Peradangan kronis pada kandung kemih yang
berlanjut dan tidak sembusembuh dapat menjadi
pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
7) Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat
menyerupai infeksi atau sepsis berupa demam,
apatis, berat badan tidak naik, muntah,
mencret, anoreksia , probelem minum dan
sianosis (kebiruan).
8) Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan
sukar naik atau anoreksia.
9) Pada anak besar gejalanya lebuh khas seperti
sakit waktu kencing, frekuensi kencing
meningkat, nyeri perut atau pinggang,
mengompol, anyanganyangan (polakisuria) dan
bau kencing yang menyengat
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diantaranya yaitu :
a) Analisa urin rutin, mikroskop urine segar
tanpa putar, kultur urine, serta jumlah
kuman/ml urine.
b) Ultrasonogram (USG)
c) Radiografi : foto polos perut, pielografi
17
IV, Micturating cystogram
d) Isotop scanning
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan ISK dibagi menjadi dua yaitu:
(Nurarif & Kusuma, 2015)
1) Non farmakologi
Istirahat
Diet : perbanyak vitamin A dan C untuk
mempertahankan epitel saluran kemih.
2) Farmakologi
Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur
belum ada dapat diberikan antibiotik antara
lain cefotaxime, ceftriaxon, kotrimoxsazol,
trimetoprim, fluoroquinolon, amoksilin,
doksisiklin, aminoglikosid
Bila tanda urosepsis dapat diberikan imipenem
atau kombinasi penisilin dengan
aminoglikosida. Untuk ibu hamil dapat
diberikan amoksilin, nitrofurantoin atau
sefalospori
18
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan sebuah proses
dinamis yang terorganisasi, yang terdiri atas 3
aktivitas utama, yaitu : mengumpulkan data secara
sistematis, memilih dan mengatur data yang telah
dikumpulkan, dan mendokumentasikan data dalam
format yang dapat dibuka kembal.
Data-data yang telah dikumpulkan tersebut
harus bisa menggambarkan dua hal yaitu status
kesehatan pasien, kekuatan pasien dan masalah
kesehatan yang dialaminya. Untuk bisa mlakukan
pengkajian diperlukan sebuah keahliankeahlian
(skill) seperti wawancara, pemeriksaan fisik dan
observasi. Hasil pengumpulan data kemudian
diklarifikasikan dalam data subjektif dan
observatif. Data subjektif adalah data yang
didapatkan dari keterangan-keterangan pasien, yang
berupa ungkapan atau persepsi dari pasien.
Sedangkan data objektif merupakan data yang
didapatkan dari hasil observasi, pengukuran dan
pemeriksaan fisik.
Data pengkajian terfokus untuk pasien ISK
adalah sebagai berikut : (LeMone, Burke, &
Bauldoff, 2015)
1) Riwayat kesehatan : Gejala saat ini, termasuk
frekuensi, urgensi, rasanya seperti ditusuk-
tusuk saat berkemih, berkemih per malam:
warna, kejernihan dan bau urine. Manifestasi
lain seperti nyeri abdomen bawah, punggung
atau panggul, mual atau muntah, demam.
19
2) Pemeriksaan fisik kesehatan umum : tanda vital
termasuk suhu, bentuk abdomen, kontur, nyeri
tekan pada palpasi (khususnya suprapubik),
perkusi apakah ada nyeri tekan
kostrovertebral.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis
terhadap pengalaman atau respon individu,
keluarga, atau komunkasi pada masalah kesehatan.
Pada resiko masalah kesehatan atau pada proses
kehidupan. Diagnosis keperawatan merupakan bagian
viral alam menentukan asuhan keperawatan yang
sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan
yang optimal. Mengingat pentingnya diagnosis
keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan,
maka dibutuhkan standar diagnosis keperawatan
yang dapat diterapakan secara rasional di
Indonesia dengan mengacu pada standar diagnosis
internasional yang telah dilakukan sebelumnya
(SDKI, 2017)
Tipe diagnosa keperawatan meliputi :
1) Aktual Menyajikan keadaan klinis yang telah
divalidasikan melalui batasan karateristik
mayor yajng diidentifikasi.
2) 2) Resti atau risiko tinggi. Risiko tinggi
adalah keputusan klinis tentang individu,
keluarga, atau komunitas yang sangat rentan
untuk mengalami masalah dibanding individu
atau kelompok lain pada situasi yang sama
20
atau hampir sama.
3) Kemungkinan Kemungkinan adalah pernyataan
tentang masalah yang diduga masih
memerlukan data tambahan dengan harapan
masih diperlukan untuk memastikan adanya
tanda dan gejala utama adanya faktor
risiko.
4) Sejahtera Diagnosa keperawatan sejahtera
adalah ketentuan klinis mengenai individu,
kelompok, atau masyarakat dalam transisi
dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat
kesehatan yang lebih baik.
21
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dibuat perencanaan, untuk memberikan
arahan pada asuhan keperawatan. Hasil klien
diharapkan bertumpu dari pernyataan diagnostik
dan diindentifikasi sebagai hasil dari
intervensi keperawatan dan respon klien yang
bisa dicapai, diinginkan oleh klien dan perawat,
dan dapat dicapai dalam periode tertenu,
berdasarkan situasi dan sumber-sumber yang ada.
Tahap perencanaan dari proses keperawatan
mempunyai tiga kompenen penentuan prioritas
diagnosa.
1) Berdasarkan tingkat kegawatan.
2) Berdasarkan kebutuhan maslow : kebutuhan
biologis, kebutuhan keamanan dan
keselamatan, kebutuhan mencintai dan
dicintai, kebutuhan harga diri, kebutuhan
aktualisasi diri.
Penentuan tujuan dapn kriteri hasil, tujuan
merupakan hasil yang ingin dicapai untuk
mengatasi diagnosa keperawatan, dalam
menentukan kriteria hasil harus dibuat
berdasarkan komponen-komponen
22
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan (SIKI, 2017)
Diagnosa keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan pola Eliminasi urin 1. Sensasi berkemih 1. Identifikasi tanda & gejala
berhubungan dengan penurunan meningkat retensi atau inkontinensia
kapasitas kandung kemih 2. Berkemih tidak tuntas urine
menurun 2. Identifikasi faktor yang
3. Nokturia menurun menyebabkan retensi atau
4. Frekuensi BAK membaik inkontinensia urine
3. Batasi asupan cairan,bila
perlu
4. Ambil sampel urine tengah
5. Ajarekan tanda & gejala
infeksi saluran kemih
6. Ajarkan mengambil spesimen
urine midstream
7. Anjurkan minum yang cukup
8. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Nyeri akut berhubungan dengan 1. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,
agen cedera biologis 2. Meringis menurun karakteristik, durasi,
3. Gelisah menurun frekuensi, kualitas,
4. Tanda-tanda vital intensitas nyeri
membaik 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
23
4. Berikan tehnik non
farmakologis untuk mengurangi
nyeri
5. Kontrol lingkungann yang
memperberat rasa nyeri
6. Ajarkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik
Kurang pengetahuan 1. Perilaku sesuai anjuran 1. Identifikasi kesiapan dan
berhubungan dengan kurangnya meningkat kemampuan menerima informasi
terpapar informasi 2. Kemampuan menjelaskan 2. Sediakan materi dan media
pengetahuan tentang suatu pendidikan kesehatan
topik meningkat 3. Berikan kesempatan untuk
3. Perilaku sesuai bertanya
pengetahuan meningkat 4. Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
24
4. Implementasi
5. Evaluasi
25
yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan. Hasil observasi dan analisa
perawat terhadap respon pasien segera pada
saat/setelah dilakukan tindakan keperawatan
dan tulis pada catatan perawat. Contoh:
membantu pasien duduk semi fowler, pasien
dapat duduk selama 30 menit tanpa pusing.
Sedangkan evaluasi sumatif adalah
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi
dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada
tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan
(Dermawan, 2012).
27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN Ny. H
A. IDENTITAS PASIEN
28
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan data yaitu
Tekanan Darah pasien 113/89 mmHg, Nadi 112 kali per
menit, SPO2 99 %, pernafasan 22 kali per menit, suhu
tubuh 36° celcius, irama nafas vesikuler, membran
mukosa lembab, Capillary Refill Time kurang dari 3
detik, Akral hangat, tidak ada tanda sianosis dan
kulit pucat, bunyi jantung S1-S2 normal. Pasien
tampak lemah, tingkat kesadaran pasien composimentis
dengan E:4, V:5. M:6, GCS: 15, Saat dilakukan
pengkajian nyeri pasien mengeluh nyeri seperti di
tusuk-tusuk di bagian pinggang belakang dan sakitnya
hanya muncul saat pasien bergerak
Riwayat penyakit dahulu adalah pasien pernah
menderita penyakit thypes dan juga pasien pernah
mengalami 2 kali operasi yaitu operasi usus buntu
ditahun 2000 dan Sectio Caesare ditahun 2007. Pasien
juga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
Pasien mengatakan tidak pernah menderita sesak
napas atau penyakit lain seperti hipertensi.
Keluarga pasien mengatakan bahwa saat ini tidak ada
keluarga yang memiliki penyakit yang sama seperti
pasien.
Pada pengkajian Pola nutrisi hasil yang didapat
ialah tinggi badan pasien sekarang adalah 156 cm,
berat badan sebesar 50 kg, dan indeks masa tubuh
20,5 kg/cm2 (Normal)
keluarga pasien mengatakan bahwa sehari-hari
sebelum masuk rumah sakit, pasien biasanya makan 3x
sehari, makanan yang dimakan bervariasi yang terdiri
dari nasi, sayur-sayuran, tempe, tahu, ikan,
terkadang dengan daging, dan selalu menghabiskan
29
porsi makan adapun minuman yang biasanya dikonsumsi
pasien adalah teh sebanyak 3 gelas perminggu dengan
konsumsi gula sebanyak 3 sendok makan. Saat masuk
rumah sakit nafsu makan pasien menurun, sehari makan
3 kali dan porsi yang dihabiskan Cuma seperempat
porsi makan.
Selama sakit pasien mengatakan tidur siang
selama kurang lebih 2 jam yaitu dari jam 14.00 sampai
jam 16.00. pasien tidur malam dari jam 21.00 malam
sampai jam 05.00 pagi. Pasien mengatakan BAK 3-6 kali
sehari, warna kuning keruh, tidak berbau, dan sering
BAK dimalam har, kurang lebih sebanyak 250 cc. BAB
2 kali sehari, konsistensi lunak.
Pasien mengatakan orang yang paling dekat dengan
pasie adalah suami dan anaknya, selama sakit pasien
jarang berinteraksi dengan temannya dan pasien lain.
Pasien mengatakan pasien menganut agama Islam dan
selama sakit ia melaksankan ibadah 5 waktu diatas
kasurnya. Bagi pasien ini bukanlah kali pertama ia
masuk rumah sakit sehingga pasien terbiasa terhadap
penanganan dan pelayanan yang diberikan oleh
perawat. Pasien juga termotivasi untuk sembuh dari
penyakitnya. Pasien juga tampak kooperatif saat
perawat melakukan pengkajian
Sistem Pernafasan, Sistem Kardiovaskuler,
Sistem Pencernaan, Sistem Persyarafan dan Sistem
Integumen tidak terjadi masalah yang ada masalah
cuma pada sistem perkemihan Ny. H yaitu terlihat
pasien mengeluh sering kencing dimalam hari.
Adapun klien telah melakukan pemeriksaan
laboratorium, yaitu pemeriksaan darah & urine.
30
Adapun hasilnya :
Tanggal 06-03-2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap Perifer
Hemoglobin 14,2 g/dl 11,7 - 15,5
Hematokrit 42,6 % 35 - 47
Trombosit 253.000 10ˆ3/μL 150.000 – 440.000
Leukosit 17.990 10ˆ3/μL 3.600 – 11.000
URINALISIS
Warna Kuning
Kejernihan Keruh
Berat Jenis 10,30 1,005 – 1,030
pH 5,0 4,5 – 8,0
Protein +,+ Negatif
Keton +,- Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Nitrit Positif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Bakteri Positif Negatif
31
B. ANALISA DATA
TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH
06 Maret Ds : Pasien Penurunan Gangguan
2022 mengeluh kapasitas Eliminasi
Jam 08.00 sering kandung urin Urin
WITA kencing
dimalam
hari,
selama 1
jam bisa 6
kali
kencing
Do :
Keadaan Umum
Lemah
Warna Urine
Kuning Keruh
Berkemih
tidak tuntas
Volume residu
urin
meningkat
Dari hasil
laboratorium
Positif
Nitrit &
Bakteri pada
Urine
TTV
TD :113/89 mmHg
N :112 x/menit
RR :22x/menit
T :36° C
06 Maret Ds : Pasien inflamasi Nyeri Akut
2022 mengeluh
Jam 08.20 nyeri
WITA dibagian
pinggang
belakang
Do : pasien
tampak
gelisah dan
meringis
32
TTV
TD :113/89 mmHg
N :112 x/menit
RR :22x/menit
T :36° C
06 Maret Ds : Pasien Proses Nausea
2022 mengeluh penyakit
Jam 08.45 mual, (psikologis)
WITA muntah
sebanyak 4x
dari pagi
tadi
Do :
Keadaan umum
lemah
Membram
mukosa lembab
Akral hangat
TTV
TD :113/89 mmHg
N :112 x/menit
RR :22x/menit
T :36° C
33
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Hari /
Waktu Diagnosa keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
tanggal
06 08.00 Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifkasi tanda dan
Maret WITA Eliminasi Urin tindakan keperawatan gejala retensi atau
2022 berhubungan selama 3 x 24 jam inkontinensia urine
dengan Penurunan diharapkan masalah
2. Identifikasi faktor yang
kapasitas pasien teratasi dengan
kandung urin kriteria hasil : menyebabkan retensi atau
Sensasi berkemih inkontinensia urine
meningkat 3. Monitor eliminasi urine
Berkemih tidak tuntas (mis. frekuensi,
menurun konsistensi, aroma,
Nokturia menurun volume, dan warna)
Frekuensi BAK membaik 4. Catat waktu-waktu dan
haluaran berkemih
5. Batasi asupan
cairan, jika perlu
6. Ambil sampel urine
tengah (midstream) atau
kultur
7. Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
34
8. Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
9. Anjurkan mengambil
specimen urine midstream
10. Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan waktu
yang tepat untuk berkemih
11. Ajarkan terapi
modalitas penguatan otot-
otot pinggul/berkemihan
12. Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
13. Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
14. Kolaborasi pemberian
obat suposituria
uretra jika perlu
35
Hari /
Waktu Diagnosa keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
tanggal
06 08.20 Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi
Maret WITA dengan inflamasi tindakan keperawatan lokasi,
2022 selama 3 x 24 jam karakteristik,
diharapkan masalah
durasi, frekuensi,
pasien teratasi dengan
kriteria hasil : kualitas,
Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
Meringis menurun 2. Identifikasi skala
Gelisah menurun nyeri
Tanda-tanda vital 3. Identifikasi
membaik respon nyeri non
verbal
4. Identifikasi
faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi
pengaruh budaya
36
terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek
samping penggunaan
analgetic
10. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi
terbimbing,
37
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
11. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
12. Fasilitasi
istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
14. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
15. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor
nyeri secara
mandiri
38
17. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
18. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
19. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
39
Hari /
Waktu Diagnosa keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
tanggal
06 08.45 Nausea berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi
Maret WITA dengan proses penyakit tindakan keperawatan karakteiktik
2022 (psikologis) selama 3 x 24 jam muntah
diharapkan masalah
2. Periksa Volume
pasien teratasi dengan
kriteria hasil : muntah
Keluhan mual menurun 3. Identifikasi
Keluhan muntah riwayat diet
menurun 4. Identifikasi
Tanda-tanda vital faktor penyebab
muntah
5. Identifikasi
kerusakan esofagus
dan faring
poterior jika
muntah terlalu
lama
6. Monitor efek
manajemen muntah
secara menyeluruh
7. Monitor
keseimbangan
40
cairan dan
elektrolit
8. Kontrol lingkungan
penyebab muntah
9. Kurangi atau
hilangkan keadaan
penybab muntah
10. Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
11. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
12. Bersihkan mulut
dan hidung
13. Berikan dukungan
fisik saat muntah
14. Berikan kenyamanan
selama muntah
15. Berikan cairan
yang tidak
berkabonasi
minimal 30 menit
setelah muntah
16. Anjurkan membawa
kantong plastik
41
untuk menampung
muntah
17. Anjurkan
memperbanyak
istirahat
18. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengelola muntah
19. Kolaborasi
pemberian
antiemetik
42
D. TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi hasil (SOAP) Paraf
Keperawatan
06 Maret Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri S : pasien mengatakan
2022 berhubungan komprehansif nyeri dibagian
dengan 2. Mengidentifikasi skala pinggang tidak
Inflamasi nyeri (5) sesakit sebelumnya
3. Mengidentifikasi respon
nyeri non verbal (meringis O :
pasien berkurang) pasien meringis
4. Memonitor efek samping berkurang
penggunaa analgetik ( tidak Pasien secara
adam kemerahan) perlahan mampu
5. Memberikan tehnik non menggerakkan
farmakologis untuk pinggangnya
mengurangi nyeri ( kompres Keadaan umum lemah
air hangat pada pinggang ) Pengkajian Nyeri :
6. Mengontrol lingkunga yang P: nyeri timbul saat
memperberat nyeri ( digerakkan
menurunkan suhu Ac ) Q: seperti ditusuk-
7. Mengkolaborasi pemberian tusuk
analgetik ( injeksi R: pinggang bagian
santagesik ) belakang
S: lima (5)
T: hilang timbul
43
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
44
06 Maret Gangguan 1. Mengidentifikasi tanda & S : pasien mengatakan
2022 Eliminasi gejala retensi atau masih berkemih
Urine inkontinensial urine tetapi tidak
Berhubungan (pasien sering kencing deperti sebelumnya
dengan dimalam hari) O : - keadaan umum
Penurunan 2. Menganjurkan minum yang lemah
kapasitas cukup - Urine berwarna
kandung kemih 3. Menganjurkan mengurangi kuning keruh
minum sebelum tidur - Urine positif
4. Mengambil sempel urine bakteri dari
5. Mengkolaborasi pemberian hasil lab
obat (injeksi ceftriaxone) - TTV
TD : 109/76
NADI : 100
T : 37,6
SPO2 : 99%
RR : 22
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
45
06 Maret Nausea 1. Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan
2022 berhubungan karateristik muntah pasien tidak lagi muntah
dengan proses 2. Mengontrol lingkungan tetapi masih merasa
penyakit penyebab muntah mual
(Psikologis) 3. Memberikan dukungan fisik O :
saat muntah (Membantu - Keadaan Umum Lemah
pasien membungkuk) - Membran mukosa lembab
4. Menganjurkan memperbanyak - Akral hangat
istirahat TTV
5. Mengkolaborasikan TD : 100/76
pemberian antiemetik N : 110
(Injeksi Ondansetron) RR : 22
SPO2 : 99
T : 37,6
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
46
Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi hasil (SOAP) Paraf
Keperawatan
07 Maret Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri S : pasien mengatakan
2022 berhubungan komprehansif nyeri tidak terlalu
dengan 2. Mengidentifikasi skala berasa
Inflamasi nyeri (4)
3. Mengidentifikasi respon O :
nyeri non verbal (Tidak Gelisah dan
tampak) meringis tidak
4. Memonitor efek samping tampak
penggunaa analgetik ( tidak Pasien mampu
adam kemerahan) beraktivitas
5. Memberikan tehnik non Keadaan umum cukup
farmakologis untuk Pengkajian Nyeri :
mengurangi nyeri ( kompres P: nyeri timbul saat
air hangat pada pinggang ) digerakkan
6. Mengontrol lingkunga yang Q: seperti ditusuk-
memperberat nyeri ( tusuk
menurunkan suhu Ac ) R: pinggang bagian
7. Mengkolaborasi pemberian belakang
analgetik ( injeksi S: lima (4)
santagesik ) T: hilang timbul
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
47
07 Maret Gangguan 1. Mengidentifikasi tanda & S : pasien mengatakan
2022 Eliminasi gejala retensi atau hari ini 3 kali bak
Urine inkontinensial urine O : - keadaan umum
Berhubungan (Pasien mengatakan kencing cukup
dengan dalam sehari bisa 2-4 kali) - Urine berwarna
Penurunan 2. Menganjurkan minum yang bening
kapasitas cukup - Tidak ada aroma
kandung kemih 3. Menganjurkan mengurangi urine
minum sebelum tidur - TTV
4. Mengambil sempel urine TD : 110/80
5. Mengkolaborasi pemberian NADI : 100
obat (injeksi ceftriaxone) T : 36,1
SPO2 : 98%
RR : 20
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
07 Maret Nausea 1. Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan
2022 berhubungan karateristik muntah tidak mual & muntah
dengan proses pasien (Pasien tidak O :
penyakit muntah) - Keadaan Umum cukup
(Psikologis) 2. Mengontrol lingkungan - Membran mukosa lembab
penyebab muntah - Akral hangat
3. Menganjurkan memperbanyak TTV
istirahat TD : 100/80
N : 110
RR : 20
48
SPO2 : 98
T : 36,1
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan
49
nyeri ( menurunkan
suhu Ac )
08 Maret Gangguan 6. Mengidentifikasi S : pasien tidak bak
2022 Eliminasi tanda & gejala hari ini
Urine retensi atau O : - keadaan umum
Berhubungan inkontinensial urine baik
dengan (Tidak ada) - Akral hangat
Penurunan 7. Menganjurkan minum - TTV
kapasitas yang cukup TD : 120/90
kandung kemih 8. Menganjurkan NADI : 98
mengurangi minum T : 36
sebelum tidur SPO2 : 99%
9. Mengambil sempel RR : 20
urine A : masalah teratasi
10. Mengkolaborasi P : intervensi
pemberian obat dihentikan
(injeksi ceftriaxone)
50
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian didapatkan data-data
secara menyeluruh melalui wawancara, observasi,
catatan medis, dan catatan keperawatan. Dalam
memperoleh data-data pada kasus ini perawat tidak
mengalami kesulitan atau hambatan. Hal ini karena
pasien cukup terbuka dan berusaha memberikan
informasi yang dibutuhkan secara jelas sehingga mudah
bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Pada pengkajian diperoleh data, yaitu : nama: Ny
H, Umur 42 tahun, bekerja sebagai Ibu rumah tangga
bertempat tinggal di Jl. Abadi, Banjarbaru. Dari
informasi yang didapat pasien masuk RSD Idaman
Banjarbaru pada tanggal 3 Maret 2022 dan dilakukan
pengkajian pada
51
tanggal 06 Maret 2022. Alasan masuk Ny. H karena mual
muntah sebanyak 4 kali dan nyeri pinggang selama satu
minggu.
Dari hasil pengkajian diketahui untuk tanda-
tanda vital dengan Tekanan Darah pasien 113/89 mmHg,
Nadi 112 kali per menit, SPO2 99 %, pernafasan 22 kali per
menit, suhu tubuh 37° celcius
Baik dari data subjektif maupun objektif dapat
dijelaskan bahwa pasien mengalami masalah penyakit
Infeksi saluran kemih ditandai dengan nyeri pinggang
selama 1 minggu, dan sering kencing dimalam hari,
Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang
kemerahan bila ada darah, demam
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) Infeksi saluran
kemih ditandai dengan Anyang- anyangan atau rasa
ingin buang air kecil lagi, sering kencing, nyeri
pinggang, demam (di iringi rasa nyeri di sisi bawah
belakang rusuk, mual atau muntah). Infeksi Saluran
Kemih ini bisa diketahui dengan pemeriksaan
laboratorium. Beberapa faktor yang menybabkan
Infeksi saluran kemih antara lain Usia, gender,
prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang
menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk
ginjal.
Keluhan yang didapatkan Infeksi Saluran Kemih
biasanya nyeri, sering buang air kecil, dan urine
bewarna kuning pekat. Sedangkan pada pengkajian pada
tanggal 06-03-2022 pada klien Ny. H di dapatkan
identitas klien sama dengan yang ada di teori yaitu
nyeri, dan sering buang air.
Pada pasien Infeksi Saluran Kemih biasanya air,
kencing bewarna keruh, nyeri, dan demam. Berdasarkan
52
kasus Ny. H di dapatkan data bahwa masuk Rumah Sakit
dengan keluhan adanya Infeksi Saluran Kemih. Hal
ini menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan kasus karena sama-sama mengeluh sering
kencing, demam, dan nyeri.
53
B. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil asuhan keperawatan pada Ny. H Dengan
Infeksi Saluran Kemih, didapatkan beberapa masalah
yang menjadi pendukung untuk dijadikan diagnosa,
yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
2. Gangguan Elminasi Urine berhubungan dengan
Penurunan kapasitas kandung kemih
3. Nausea berhubungan dengan proses penyakit
(Psikologis)
54
Resiko Infeksi. Hal ini karena selama sakit selalu
menjaga personal hygene pasien dengan menggunakan
handrub yang talah disediakan di ruang perawatan
serta pasien tidak terpasang kateter pasien dan tidak
ada diagnosa yang mendukung untuk diangkat diagnosa
jadi penulis hanya mengangkat
diagnosa sesuai dengan yang dialami pasien.
Untuk diagnosa keperawatan yang pertama penulis
mendapatkan data yang mendukung adalah Nyeri akut
berhubungan dengan inflamasi, pada saat
pengkajian data subjektif didapatkan pasien mengalami
nyeri pada area Pinggang belakamh, data objektif
didapatkan pasien tampak meringis menahan sakit.
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional
yang berkaitan dengan kerussakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan. Pada saat pengkajian data
subjektif didapatkan kedua pasien mengalami nyeri
pada area leher kanan, data objektif didapatkan kedua
pasien tampak meringis menahan sakit.
Menurut asumsi penulis tentang masalah Nyeri
akut berhubungan dengan inflamasi. inflamasi adalah
reaksi kekebalan alami yang dimiliki tubuh untuk
melawan berbagai serangan penyakit atau
mikroorganisme jahat, dan ini merupakan proses
mekanisme pertahanan tubuh Ketika tubuh merasa
terancam oleh keberadaan mikroorganisme asing, maka
sel-sel darah putih dan zat lainnya dalam sistem
kekebalan tubuh, akan melakukan perlawan dalam rangka
membentuk perlindungan
55
Untuk diagnosa keperawatan yang kedua penulis
mendapatkan data yang mendukung diagnosa yang sama
dengan teori dan ditemukan pada pasien selanjutnya
adalah Gangguan Pola Eliminasi Urine berhubungan
dengan Penurunan kapasitas kandung kemih . Pada saat
dilakukan pengkajian ditemukan data subjektif berupa
pasien mengeluh sering kencing dimalam hari.
Gangguan pola eliminasi urine adalah adalah kondisi
di mana seseorang mengalami gangguan dalam pola
berkemih atau disfungsi eliminasi urin,
yaitu gangguan fungsi organ organ eliminasi seperti
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Diagnosa Gangguan Eliminasi Urine menurut
peneliti berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih yang didapatkan dari diagnosis SDKI
(Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), yaitu dari
penyebab, dan untuk kondisi klinis adalah infeksi
ginjal dan saluran kemih. Menurut peneliti terdapat
data yang mendukung pada analisa data yang mendukung
diagnosa gangguan eliminasi urin. Pada data subjektif
pasien menjelaskan bahwa ia sering buang air kecil
saat malam hari, pada data subjektif didapatkan dari
hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan urine
positif bakteri.
Untuk diagnosa keperawatan yang ketiga penulis
mendapatkan data yang mendukung adalah Nausea
berhubungan dengan proses penyakit (Psikologis). Pada
saat melakukan pengkajian data subjektif
didapatkan data pasien mengeluh mual muntah sebanyak
4 kali. Nausea adalah perasaan tidak nyaman pada
bagian belakang tenggorokan atau lambung yang dapat
56
mengakibatkan muntah. Menurut peneliti respon nausea
pada pasien dikarenakan ini adalah tanda dan gejala
yang ditimbulkan dari Infeksi Saluran Kemih, biasanya
diiringi dengan demam.
Mual muntah akibat infeksi saluran kemih
biasanya merupakan Infeksi pada ginjal dan ureter
(saluran penghubung ginjal dan kandung kemih) :
adapun keluhannya berupa demam, tubuh terasa dingin
dan kadang menggigil, mual dan muntah, nyeri pada
bagian pinggang dan punggung, gelisah.
57
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetic
10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
11. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
58
4. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
5. Batasi asupan cairan, jika perlu
6. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau
kultur
7. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
8. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran
urine
9. Anjurkan mengambil specimen urine midstream
10. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
11. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
12. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
13. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
14. Kolaborasi pemberian obat suposituria
uretra jika perlu
59
11. Pertahankan kepatenan jalan nafas
12. Bersihkan mulut dan hidung
13. Berikan dukungan fisik saat muntah
14. Berikan kenyamanan selama muntah
15. Berikan cairan yang tidak berkabonasi minimal
30 menit setelah muntah
16. Anjurkan membawa kantong plastik untuk
menampung muntah
17. Anjurkan memperbanyak istirahat
18. Ajarkan tehnik non farmakologis untuk
mengelola muntah
19. Kolaborasi pemberian antiemetik
Penyusunan intervensi keperawatan penulis tidak
mengalami banyak kesulitan karena keluarga mau ikut
serta dalam menentukan rencana keperawatan yang akan
disusun.Berdasarkan intervensi yang telah dipaparkan
semua telah sesuai dengan yang sudah direncanakan
kepada pasien.
Perencanaan disusun berdasarkan prioritas
masalah yang disesuaikan dengan manifestasi klinis.
Setelah masalah ditetapkan, maka ditentukan tujuan
keperawatan. Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka
panjang maupun pendek yang jelas, dapat
diukur, dan realitas. Setelah itu mendapat kriteria
hasil yang menjadi acuan intervensi berhasil. Waktu
perencanaan yang dibuat sudah dengan pencapaian
60
kriteria hasil 3x24 jam.Setelah rencana dibuat,
selanjutnya dilakukan implementasi keperawatan, yang
mengacu pada rencana tindakan yang telah dibuat.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan
dimana perawat mengaplikasikan tindakan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah disusun sebelumnya
(Kusuma, 2015). Tindakan yang diberikan kepada pasien
sudah sesuai dengan intervensi yang dipaparkan
sebelumnya.
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan sehingga pelaksanaan ini tidak
ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam
melaksanakan implementasi baik mandiri dan
kolaboratif tidak ada hambatan atau kendala.
Implementasi Keperawatan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah ditentukan dan dapat dilaksanakan
semuannya dengan optimal. Pelaksanaan asuhan
keperawatan bisa optimal karena didukung dengan
sarana dan prasarana yang cukup, kerja sama dengan
tim medis lainnya, serta pastisipasi keluarga dengan
pasien selama mendapatkan tindakan medis dan
perawatan dirumah sakit.
Implementasi yang dilakukan berdasarkan
perencanaan sebelumnya, semua yang telah direncanakan
harus dilakukan diimplmentasi. Setelah dilakukan
tindakan tersebut pengkaji melihat respon pasien baik
dari data subyektif maupun data objektif. Tindakan
semua telah dilakukan dan melihat respon atau kondisi
pasien secara umum atau biasa disebut evaluasi.
61
Apabila masalah hanya teratasi sebagian, intervensi
bisa dilanjutkan atau dimodifikasi. Apabila masalah
sudah teratasi, intervensi dipertahankan atau
dihentikan
Dalam masa perawatan pasien sangat kooperatif
sehingga tidak ada kesulitan dalam menjalankan
pengkajian, menjalankan intervensi, melakukan
implementasi dan melakukan evaluasi.
E. Evaluasi
Hasil evaluasi yang didapatkan dari tiga
diagnosa keperawatan semua diagnosa keperawatan dapat
terlaksana dan berjalan sesuai apa yang direncanakan
tetapi kriteria hasil yang diharapkan bisa teratasi.
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan tenaga medis yang lain agar mencapai
tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan(Harahap,
2019). Evaluasi keperawatan yang dilakukan oleh
penulis diruangan sudah sesuai dengan teori yaitu
menggunakan SOAP.
Pada pasien dapat dinilai hasil pelaksanaan
perawatan dengan melihat catatan perkembangan, hasil
pemeriksaan pasien, melihat langsung keadaan dari
keluhan pasien, yang timbul sebagai masalah. Evaluasi
yang dilakukan pada Ny. H semua diagnosa
teratasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi
pada tangga 08 Maret 2022 didapatkan bahwa masalah
nyeri akut dengan hasil skala nyeri berkurang.
62
Gangguan Eliminasi Urine dengan hasil tidak ada
keluhan sering kencing. Nausea dengan hasil pasien
mengatakan tidak merasa mual dan muntah.
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan
diatas sesuai dengan aplikasi teori dan pengalaman
praktik, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. H didapatkan
data fokus subjektif pasien tanda-tanda vital dengan
tekanan darah TD :113/89 mmHg N :112 x/menit RR
:22x/menit, T :37° C.Baik dari data subjektif maupun
objektif dapat dijelaskan bahwa pasien mengalami
masalah penyakit Infeksi Saluran Kemih .
1. Ada terdapat kesenjangan antara diagnosa
keperawatan dengan aplikasi langsung dilahan
praktik, diagnosa keperawatan yang tidak
ditegakkan dilahan praktik adalah Defisit
pengetahuan dan Resiko infeksi, karena pasien
mengetahui penyakitnya dan mengerti mengenai
personal hygiene.
2. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada
Ny. H terlaksana pada intervensi keperawatan
tinjauan teoritis yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi biopsi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
64
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
5. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
6. Fasilitasi istirahat dan tidur
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Kolaborasi pemberian analgetik
b. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan
Penurunan kapasitas kandung kemih
1. Identifkasi tanda dan gejala retensi atau
inkontinensia urine
2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi
atau inkontinensia urine
3. Batasi asupan cairan, jika perlu
4. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau
kultur
5. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih
6. Anjurkan mengambil specimen urine
midstream
7. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
8. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
65
4. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
muntah
5. Atur posisi untuk mencegah aspirasi
6. Berikan dukungan fisik saat muntah
7. Berikan kenyamanan selama muntah
8. Anjurkan memperbanyak istirahat
9. Ajarkan tehnik non farmakologis untuk
mengelola muntah
10. Kolaborasi pemberian antiemetik
66
dihindari bagi pengidap penyakit Infeksi Saluran
Kemih. Contohnya seperti makanan atau minuman yang
mengandung pemanis buatan, minuman yang mengandung
kafein, alkohol, dan makanan pedas
2. Bagi Rumah Sakit Banjarbaru
Diharapkan dapat mempertahankan pelayanan
yang baik yang sudah diberikan kepada pasien untuk
mendukung kesehatan dan kesembuhan pasien dengan
memberi pelayanan yang maksimal, terkhususnya pada
pasien dengan Infeksi Saluran Kemih.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
mahasiswa tentang cara penyusunan asuhan
keperawatan, sehingga mahasiswa menjadi
profesional pada saat bekerja langsung dilapangan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam & Fransisca, 2006.Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta
: Salemba Medika
Aru. W Sudoyo.(2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1.
Interna Publishing. Jakarta.
Fitriani. (2013). Faktor-Faktor Kejadian Infeksi
Saluran Kemih (ISK) pada pasien yang terpasang
kateter menetap Di ruang Rawat Inap RSUD
Tarakan.(Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Hassanudin Makasar). Diakses
tanggal 30 September 2022.
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015).
Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Eliminasi
Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: Pearson
Education. Liza Fitri Lina, Ferasinta,
Oktavidiati,E.
Mufidaturrohmah. (2017). Dasar-dasar Keperawatan Buku
Referensi Ilmu Dasar Keperawatan. Yogyakarta:
PENERBIT GAVA MEDIA. Musdalipah. (2018).
Identifikasi Drug Related Problem ( DRP )
Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih. 11(1)
Purnomo, B. B. (2011). Dasar- dasar Urologi. Jakarta: CV
sagung seto.
Irpandi, (2020). Laporan Tugas Akhir : Asuhan
Keperawatan Pada Tn. A Dengan Diagnosa Medik Infeksi
Saluran Kemih Di Ruang Dahlia B Rumah Sakit Umum
Daerah Tarakan. Tarakan
Depkes RI. 2014. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia. Jakarta :Depkes RI.
68
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta,
PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
69