Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT


DENGAN PENYAKIT CAMPAK DI POLI MTBS
PUSKESMAS PULAU PANGGUNG
TAHUN 2024

OLEH :
RAHERA PAMBELA DESI
NIM : 23070351

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
2024
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT


DENGAN PENYAKIT CAMPAK DI POLI MTBS
PUSKESMAS PULAU PANGGUNG
TAHUN 2024

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan


Tim Penguji

Pembimbing I
(Rahayu Khairiah,SKM.,SST.,Bd.,M.Keb)

NIDN. 0321078201

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji syukur kepada Allah SWT yang telah


memberikan kesehatan dan pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan
Pada Balita Sakit Dengan Penyakit Campak Di Poli MTBS Puskesmas
Pulau Panggung 2024”.
Banyak hambatan yang dihadapi penulis dalam pembutan laporan
kasus ini, namun atas bantuan berbagai pihak, laporan kasus ini dapat
diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan
dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Prof.Dr. Hj. Maryati Sutarno, S.Pd, S.ST., Bd, MARS., MH Ketua Yayasan
Abdi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST., MARS., Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Rahayu Khairiah, SKM., SST., Bd., M.Keb Pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis
dalam melakukan perbaikan- perbaikan untuk kesempurnaan laporan
penulis.
4. Ibu Marliyani, S.SiT., Bd., M.Keb Selaku Kepala Program Study Profesi
5. Ibu Nurbaiti, Am.Kep., SKM Selaku Kepala Puskesmas Pulau panggung yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data
6. Bapak/Ibu Penguji yang telah banyak memberikan masukan , pengarahan
dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk
kesempurnaan laporan
7. Kedua orangtuaku, suami dan anak-anak tersayang, serta keluarga besar
yang selalu mendoakan, memotivasi dan membantu dengan tulus dan kasih
sayang serta selalu memberi semangat kepada penulis.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

ii
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis
berharap semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan
profesi kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.
Muara Enim, 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 3
B. Tujuan ................................................................................. 3
C. Manfaat ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. CAMPAK................................................................................. 5
1. Pengertian campak ........................................................... 5
2. Penyebab campak............................................................. 5
3. Gambaran klinis................................................................. 6
4. Tanda dan gejala............................................................... 6
5. Penularan campak............................................................. 9
6. Pengobatan penyakit campak........................................... 10
7. Pencegahan penyakit campak.......................................... 10
8. Pemberantasan penyakit campak..................................... 12
B. Landasan Hukum................................................................... 16
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan Metode SOAP......................................... 20
B. Asuhan Kebidanan Metode Pathway.................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................26
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................... 2
B. Saran .................................................................................... 28

iv
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Campak merupakan penyakit yang sangat menular


(infeksius) yang disebabkan oleh virus, 90% anak yang tidak kebal
akan terserang penyakit campak. Manusia diperkirakan satu- satunya
reservoir, walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan
dalam penyebaran. Penyakit campak adalah penyakit menular dengan
gejala bercak kemerahan berbentuk makulo popular selama 3 hari
atau lebih yang sebelumnya didahului panas badan 38 C atau lebih
juga disertai salah satu gejala batuk pilek atau mata merah (Parker &
James, 2015).

Berdasarkan data terbaru United Nations Children’s Fund


(UNICEF), 98 negara di Dunia melaporkan peningkatan kasus
campak di banding tahun 2017. Kasus campak mengalami
peningkatan signifikan secara global sebesar 48,8% pada tahun 2018
dan menewaskan 136.000 orang. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) tahun 2015, Indonesia termasuk 10 negara
dengan jumlah kasus campak terbesar di dunia. Kementrian
Kesehatan mencatat jumlah kasus campak dan rubella di Indonesia
sangat banyak dan cenderung meningkat dalam kurun waktu lima
tahun terakhir. Adapun jumlah kasus suspek campak-rubella yang
dilaporkan antara 2014 sampai dengan juli 2018 sebanyak 57.056
kasus, dimana 8.964 diantaranya positif campak dan 5.737 positif
rubella. Tahun 2014 tercatat ada 12.943 kasus suspek, terdiri dari
2.241 positif campak dan 906 rubella. Jumlah ini bertambah mencapai
15.104 kasus suspek di 2017, dimana 2.949 diantaranya positif
campak, dan 1.341 positif rubella. Hingga juli 2018 ini sudah tercatat
2.389 kasus suspek, terdiri dari 383 positif campak dan 732 positif
rubella (Kemenkes RI, 2018).
1
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA
virus genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae.1,5,6 Virus ini dari
famili yang sama dengan virus gondongan (mumps), virus
parain_uenza, virus human metapneumovirus, dan RSV (Respiratory
Syncytial Virus) (Maldonado, 2012). Penyebaran infeksi terjadi jika
terhirup droplet di udara yang berasal dari penderita. Virus campak
masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel epitel
saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan
penyebaran ke kelenjar Life regional. Setelah penyebaran ini, terjadi
viremia primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di
limpa, hati, dan kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat
awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi
viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran
pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke- 14, virus ada di darah,
saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari
kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di
sel-sel endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag (Cherry, 2014)

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun


vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi
rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin campak diberikan pada usia 9
bulan. Selanjutnya, vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2 tahun.
Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu
vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR ulangan
diberikan pada usia 5-6 tahun.13 Dosis vaksin campak ataupun vaksin
MMR 0,5 mL subkutan (Sugijanto, 2011).

Imunisasi merupakan proses untuk meningkatkan sistem


kekebalan tubuh dengan cara memasukkan vaksin yakni virus atau
bakteri yang dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri
(virus) tersebut telah dimodifikasi (Williams, 2003). Imunisasi rutin
untuk campak diberikan pada saat anak umur 9-12 bulan, dan
imunisasi lanjutan (booster) akan diberikan pada anak usia sekolah

2
yakni imunisasi campak satu kali pada anak kelas 1 SD atau sederajat
dilaksanakan pada saat BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), untuk
melindungi anak terhadap campak selama 10 tahun setelah peberian
booster (Kemenkes RI, 2005). Pada campak tanpa komplikasi tata
laksana bersifat suportif, berupa tirah baring, antipiretik (parasetamol
10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam), cairan
yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A.1,10,12 Vitamin A dapat
berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons
antibodi terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat
menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia
(Maldonado, 2012).
Puskesmas Pulau Panggung adalah salah satu tempat
pelayanan kesehatan yang berada di Kecamatan Semende darat
Laut, Kab. Muara Enim. Dari data rekam medik Puskesmas kejadian
penyakit campak ini jarang terjadi maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Asuhan Kebidanan Pada Balita Sakit Dengan
Penyakit Campak Di Poli MTBS Puskesmas Pulau Panggung 2024”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menganalisa kasus dari pengkajian,


menegakan diagnosa, melakukan asuhan kebidanan dengan
benar dan tepat sesuai teori pada balita dengan penyakit campak.

2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian berdasarkan fakta
yang didapatkan dan dibandingkan teori tentang asuhan
kebidanan pada balita dengan penyakit campak.
2) Mahasiswa mampu membuat analisis untuk menegakkan
dignosis dan masalah potensial asuhan kebidanan pada balita
dengan penyakit campak.
3) Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan,

3
merasionalisasi dan mengevaluasi asuhan yang diberikan pada
balita dengan penyakit campak.

C. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan

1. Manfaat Bagi Institut Pendidikan

Dapat menambah bahan referensi di perpustakaan dan


menambah masukan untuk mengevaluasi kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan asuhan kebidanan pada balita
dengan penyakit campak.

2. Manfaat Bagi Lahan Praktek

Dapat menambah bahan acuan dan wawasan serta meningkatkan


mutu pelayanan kesehatan terutama dalam memberikan asuhan
pelayanan kebidanan pada balita dengan penyakit campak.

3. Manfaat Bagi Mahasiswa

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam


melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan penyakit
campak serta sebagai bahan evalusi dalam menilai kemampuan
menyiapkan materi untuk persiapan praktek kebidanan secara
langsung.
4. Manfaat Bagi Klien / Orang Tua

Sebagai bahan informasi agar orang tua dan keluarga mengetahui


tentang gejala dan penanganan yang pertama kali dilakukan
apabila ada penyakit campak di rumahnya

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. CAMPAK

1. Definisi

Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala


bercak kemerahan berbentuk makulo popular selama 3 hari atau
lebih yang sebelumnya didahului panas badan 38 derajat celcius
atau lebih juga disertai salah satu gejala batuk pilek atau mata
merah (WHO, 2017).

Campak adalah satu penyakit yang sangat menular yang


disebabkan oleh virus. Campak disebut juga dengan rubeola,
morbili atau Measures. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal
demam, batuk, pilek dan konjungtivitis yang kemudian diikuti
dengan bercak kemerahan pas kulit (ras). Campak biasanya
menyerang anak – anak dengan derajat ringan sampai sedang.
Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis
akibat peradangan otak (ensefalitis) (Irianto, 2016)
2. Penyebab

Penyebab penyakit campak ini adalah paramyxoviridae


(RNA), jenis Morbilivirus yang mudah mati karena panas dan
cahaya (Noor, 2006).

3. Patofisiologi

campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring,


bronkus, dan saluran cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa
dan proliferasi sel mononuklear dan beberapa
sel polimorfonuklear terjadi disekitar kapiler. Ada hiperplasi limfono
di, terutama padaapendiks. Pada kulit, reaksi terutama menonjol se
kitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. bercak koplik pada

5
mukosa bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari
eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak p
ada lesi kulit .Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri sekunder. Pada kasus ensefalomielitis yang mematikan,
terjadi demielinisasi pada daerah otak dan medulla spinalis.
4. Gambaran Klinis

Campak mempunyai gejala klinis demam > 38 derajat


celcius selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih
gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair. Gejala khas
(patognomonik) adalah Koplik’s spot atau bercak putih keabuan
dengan dasar merah di pipi bagian dalam (mucosa buccal).
Bercak kemerahan/ rash dimulai dari belakang telinga pada tubuh
berbentuk makulo popular dan dalam beberapa hari (4-7 hari)
menyebar ke seluruh tubuh. Setelah 1 minggu sampai 1 bulan
bercak kemerahan berubah menjadi kehitaman (hiperpigmentasi)
disertai kulit bersisik. Sebagian penderita akan sembuh,
komplikasi sering terjadi pada anak usia < 5 tahun dan penderita
dewasa > 20 tahun. Komplikasi yang sering terjadi adalah diare
dan bronchopneumonia. Penyakit campak menjadi lebih berat
pada penderita malnutrisi, defisiensi vitamin A dan imun defisiensi
(HIV) serta karena penanganan yang terlamba (DepKes RI, 2006)
5. Tanda dan Gejala
Menurut Widoyono (2011) gejala klinis pada campak dapat dibagi
menjadi 3 stadium yaitu :
1. Stadium Prodromal
Stadium ini berlangsung selama 3 – 5 hari. Dimulai
dengan tmbulnya gejala – gejala klinis panas, malaise dan
anoreksia. Dua puluh empat jam kemudian timbul gejala
coryza, conjungtivitis dan batuk. Gejala ini secara bertahap
meningkat menjadi lebih berat dan mencapai puncak dengan
timbulnya ruam, timbul Koplik’s pot pada mukosa pipi yang
berhadapan dengan molar. Dalam waktu3 hari, lesi ini
6
meningkat jumlahnya dan menyebar keseluruh membran
mukosa. Kolik,s pot akan menghilang pada hari kedua
timbulnya ruam. Gejala prodromal ini bisa berat, ditandai
dengan demam yang lebih tinggi dan kadang – kadang bisa
timbul kejang bahkan pneumonia.
2. Stadium Konvalen
Stadium ini ditandai dengan ruam berubah warna
kehitaman / berwarna gelap. Kemudian diikuti dengan
deklamasi kulit dan akan menghilang dalam waktu 7 – 10
hari. Biasaya diikuti dengan pembesaran kelenjar Life yang
terlihat dengan adanya limfadenopati didaerah rahang
bawah dan daerah belakang telinga dan splenomegali
ringan. Timbulnya limfadenopati pada daerah mesenterium
akan menimbulkan gejala nyeri abdomen. Apabila terjadi
gejala perubahan mukosa apendiks, dapat menyebabkan
terjadinya penutupan lumen apendiks dan akan
menimbulkan gejala apendisitis. Selanjutnya diikuti dengan
menurunnya suhu tubuh menjadi normal. Tetapi gejala batuk
akan menghilag dalam waktu yang agak lama.
Beberapa campak antara lain :
a. Demam :
demam timbul secara bertahap dan meningkat
sampai hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya
ruam. Kadang – kadang temperatur dapat bifasik dengan
peningkatan awal yang cepat dalam 24 – 48 jam
pertama diikuti dengan periode normal selama 1 hari dan
selanjutnya terjadi peningkatan cepat mencapai 400C
pada waktu ruam sudah timbul di seluruh tubuh. Pada
kasus yang tanpa komplikasi, suhu tubuh mengalami isis
dan kemudian turun mencapai suhu tubuh yang normal.
Bila demam menetap, kemungkinan penderita
mengalami komplikasi.

7
b. Coryza (pilek)
Pilek pada campak tidak dapat dibedakan dengan
pilek pada keadaan influenza (Common Cod) pada
umumnya. Tanda pertamanya bersin – bersin yang
diikuti dengan gejala hidung buntu (nasal congestion)
dan sekret mukopurulen yang menjadi lebih berat pada
puncak erupsi. Pilek ini cepat menghilang setelah suhu
tubuh penderita menjadi normal.
c. Konjungtivitis
Pada periode prodomal dapat ditemukan
transversal marginal lline Inspection pada palpebra
inferior. Gambaran ini sering dikaburkan dengan adanya
inflamasi konjungtiva yang luas dengan adanya edema
palpebral. Keadaan ini dapat disertai dengan adanya
penigkatan lakrimasi dan fotofobia.konjuntivitis akan
hilang setelah demam turun.
d. Batuk
Disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran
pernapasan. Intensitas batuk meningkat dan mencapai
puncaknya pada saat erupsi. Namun, batuk dapat
bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap
dalam waktu 5 – 10 hari.
e. Koplik’s Spot :
Merupakan bercak – bercak kecil yang ireguler
sebesar ujung jarum / pasir yang berwarna merah terang
dan pada bagian tengahnya berwarna putih morbili.
Beberapa jam setelah timbulnya ruam sudah dapat
ditemukan adanya Koplik’s pot dan mengjilang dalam 24
jam sampai hari kedua timbulnya ruam.
f. Ruam / Rash :
Timbul setelah 3 – 4 hari demam. Ruam mulai
sebagai eritema makulopapulet, mulai timbul dari

8
belakang telinga pada batas rambut, kemudian
menyebar kedaerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada
serta selanjutnya ke seluruh tubuh mencapai kaki pas
apahri ketiga. Pada saat ruam sampai kaki, ruam yang
timbul duluan mulai berangsur – angsur menghilag.
Penyakit campak akan berbahaya bila ruam tidak keluar
pada kulit sebab ruam akan muncul dirongga tubuh lain
seperti dalam tenggorokan, paru – paru, perut atau usus.
Hal ini diyakini akan menyebabkan gangguan
pernapasan, atau diare yang dapat menyebabkan
kematian. (Chin, 2007). Sebagian besar penderita akan
sembuh, komplikasi sering terjadi pas anak usia < 5
tahun dan penderita dewasa > 20 tahun. Komplikasi
yang sering terjadi adalah diare, bronchopnemonia,
malnutrisi, titis media, kebutaam, encepalitis, Subacute
Sclerosing Panencephalitis (SSPE) dan ulkus mukosa
mulut. Penyakit campak menjadi lebih berat pas
apenderita malnutrisi, defisiensi vitamin A dan imun
defisiensi (HIV) serta karena penanganan yang terlambat
(Kemenkes, 2018).
6. Penularan Campak

Virus campak mudah menularkan penyakit. Virulensinya


sangat tinggi terutama pada anak yang rentan dengan kontak
keluarga, sehingga hampir 90% anak rentan akan tertular. Campak
ditularkan melalui droplet di udara oleh penderita sejak 1 hari
sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya
ruam. Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan
kekebalannya kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta,
dan kekebalan ini bisa bertahan sampai bayinya berusia 4-6 bulan.
Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk antibodinya sendiri
secara aktif setelah menerima vaksinasi campak. Dalam waktu 12
hari setelah infeksi campak sampai puncak sekitar 21 hari, igM
9
akan terbentuk dan akan cepat menghilang untuk kemudian
digantikan oleh igG. Cakupan imunisasi campak yang lebih dari
90% akan menyebabkan kekebalan kelompok (herd immunity) yang
akan menyebabkan penurunan kasus campak di masyarakat
(Irianto, 2014)
7. Pengobatan Campak
Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti
pemberian cairan dan kalori yang cukup. Obat simptomatik yang
perlu diberikan antara lain: Antidemam, Antibatuk, Vitamin A,
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya jika campak disertai
dengan komplikasi. Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan di
puskesmas atau unit pelayanan kesehatan lainnya, sedangkan
pasien campak dengan komplikasi memerlukan rawat inap di
rumah sakit. Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Namun
sebaiknya menjalani istirahat. Untuk menurunkan demam, berikan
asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan
antibiotik, maka dari itu harus berjaga-jaga (Irianto, 2014).
8. Pencegahan Penyakit Campak
a. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
Pencegahan di tingkat awal berhubungan dengan keadaan
penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit
belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan
status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
b. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk
mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu :
1) Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai
pentingnya pelaksanaan imunisasi campak untuk semua
bayi.
2) Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan,
yang diberikan pada semua anak berumur 9 bulan sangat

10
dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu
4-5 tahun.
Imunisasi campak yang diberikan bayi 9 bulan
merupakan pencegahan yang paling efektif. Vaksin campak
berasal dari virus hidup yang dilemahkan. Pemberian vaksin
diberikan dengan cara intrakutan atau intramuskular dengan
dosis 0,5 cc. Pemberian imunisasi campak satu kali akan
memberikan kekebalan selama 14 tahun, sedangkan untuk
mengendalikan penyakit diperlukan cakupan imunisasi paling
sedikit 80% per wilayah secara merata selama bertahun-tahun.
Keberhasilan program imunisasi dapat diukur dari menurunnya
jumlah kasus campak dari waktu ke waktu. Kegagalan
imunisasi dapat disebabkan oleh :
1) Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yang
berasal dari antobodi ibu. Antibodi itu akan menetralisasi
vaksin yang diberikan.
2) Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan,
pengankutan, atau penggunaan di luar pedoman (Irianto,
2014).
c. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi
penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang
tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya
dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit,
mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan,
yaitu:
1) Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui
pemeriksaan fisik atau darah.
2) Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak
jangan masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya
rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau
mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan

11
pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari
pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang
dapat mengurangi keterpajanan pasienpasien dengan risiko
tinggi lainnya.
3) Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan
penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga
obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi
sekunder untuk mencegah komplikasi.
4) Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga
dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni
bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus,
dan miokarditis yang reversibel.
d. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan
yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :
1) Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
2) Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A
akan turun secara cepat terutama pada anak kurang gizi
yang akan menurunkan imunitas mereka (Irianto, 2014).
9. Pemberantasan Penyakit Campak
Menurut organisasi World Health Organization (WHO)
mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya pemberantasan
campak yaitu reduksi, eliminasi dan eradikasi dengan strategi yang
berbeda-beda pada setiap tahap:
a. Tahap Reduksi
Pengertian reduksi campak adalah menurunkan angka
kematian sebesar 90% pada tahun 2009 dibandingkan tahun
2000 dengan strategi yang dilakukan sebagai berikut :
1) Meningkatkan cakupan imunisasi rutin minimal 90% di desa
(UCI) dengan indikator cakupan campak, DPT3, Polio.

12
2) 95% desa mencapai UCI.
3) Pemberian imunisasi campak dosis kedua pada anak kelas
1 SD, secara nasional dimulai tahun 2006.
4) Meningkatkan surveilans epidemiologi berbasis Rumah
Sakit dan puskesmas.
5) Penyelidikan KLB disertai pemeriksaan laboratorium.
6) Tatalaksana kasus dengan pemberian Vit A dan
pengobatan adekuat terhadap komplikasi.
7) Rujukan kasus sesuai indikasi.
The World Summit for Children telah menyepakati program
reduksi campak pada tahun 2000. Reduksi campak adalah
hilangnya wilayah kantung campak. Secara epidemiologis,
daerah rawan campak dikelompokkan menjadi:
1) Daerah reservoir, yaitu desa yang selama tiga tahun
berturut-turut terdapat kasus campak.
2) Daerah kantung, yaitu desa dengan cakupan imunisasi
campak < 80% selama tiga tahun terakhir.
Kegiatan yang dilakukan adalah akselerasi reduksi
campak yang berupa imunisasi campak pada balita berusia
9-59 bulan. rawan campak di Indonesia. (Irianto Koes,
2014).
Reduksi campak ditentukan oleh jumlah kasus dan
Sesuai laporan Profil Departemen Kesehatan 2000, sampai
saat ini masih banyak daerah kematian campak yaitu
penurunan 90% kasus dan 90% kematian akibat campak
dibandingkan dengan keadaan sebelum program imunisasi
campak melalui kendala yang timbul dalam reduksi
campak. Strategi yang disusun oleh Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial adalah :
1) Cakupan imunisasi rutin minimal >90%.
2) Upaya akselerasi dengan memberikan imunisasi pada
anak usia 9 bulan sampai 5 tahun di daerah kumuh

13
perkotaan atau daerah kantung cakupan. Mengadakan
sweeping di desa dengan cakupan rendah. Kegiatan
sweeping diperlukan untuk membantu puskesmas
dalam rangka meratakan cakupan imunisasi di tingkat
desa.
3) Melakukan ring vaksinasi pada setiap KLB campak
pada sekitar desa KLB dengan sasaran umum 9 bulan-
5 tahun.
4) Melakukan catch-up campaign pada anak sekolah
tingkat dasar di seluruh Indonesia, dalam pelaksanaan
dilakukan bertahap.
b. Tahap Eliminasi
Pada tahun 2010, diharapkan masuk kedalam tahap
eliminasi campak dengan tujuan untuk memutus transmisi virus
campak indigenous dengan strategi yang dilakukan sebagai
berikut:
1) Mencapai cakupan imunisasi rutin ≥ 95% di setiap desa
2) Pemberian imunisasi campak dosis kedua pada anak kelas 1
SD dengan Cakupan minimal 95%.
3) Melaksanakan surveilans berbasis kasus individu dengan
melakukan konfirmasi laboratorium.
4) Tatalaksana kasus dengan pemberian Vitamin A dan
pengobatan adekuat terhadap komplikasi.
5) Rujukan kasus sesuai dengan indikasi.
c. Tahap Eradikasi
Pada tahap ini tidak ditemukan lagi virus campak, cakupan
imunisasi sangat tinggi dan merata dengan strategi yang
dilakukan sebagai berikut:
1) Mencapai cakupan imunisasi rutin ≥ 95% di setiap desa.
2) Pemberian imunisasi campak dosis kedua pada anak kelas 1
SD dengan cakupan 100%.
3) Imunisasi campak tambahan.

14
4) Melaksanakan surveilans ketat berbasis kasus individu
dengan konfirmasi laboratorium.
5) Tatalaksana kasus dengan pemberian Vitamin A dan
pengobatan adekuat terhadap komplikasi.
6) Rujukan kasus sesuai dengan indikasi.
Pelaksanaan surveilans campak pada tahap eradikasi yaitu
dengan melakukan kegiatan surveilans campak yang terdiri dari:
1) Surveilans rutin
Surveilans rutin dilaksanakan terutama oleh surveilans
puskesmas serta surveilans kabupaten/kota.Sistem
kewaspadaan dini KLB campak dalam mengantisipasi
kemungkinan terjadinya KLB perlu dilaksanakan kegiatan
kewaspadaan dini KLB. Strategi dalam SKD-KLB campak
adalah dengan melakukan pemantauan terhadap populasi
rentan. Populasi rentan (susceptible) atau tak terlindungi
imunisasi campak, memantau status gizi balita dan
menjangkau pelayanan kesehatan (asesibilitas)
Dalam menjangkau pelayanan kesehatan perlu
melakukan pemantauan pada kelompok pengungsi.
Pemantauan kasus campak dilakukan melalui PWS- campak
Apabila ditemukan satu kasus pada desa dengan cakupan
tinggi (>90%), rnasih perlu diwaspadai pula mengingat
adanya kemungkinan kesalahan rantai dingin vaksin atau
karena cakupan imunisasi yang kurang dipercaya.Menurut
WHO, apabila ditemukan satu (1) kasus pada satu wilayah,
maka kernungkinan ada 17-20 kasus di lapangan pada
jumlah penduduk rentan yang tinggi. (Stevana Bong, 2013)
2) Penyelidikan KLB campak
Dalam tahap reduksi campak maka setiap KLB campak
harus dapat dilakukan penyelidikan epiderniologi baik oleh
surveilans puskesmas maupun bersama-sama dengan
surveilans dinas kesehatan. lndikasi penyelidikan KLB

15
Campak dilakukan apabila hasil pengamatan SKD KLB/PWS
kasus campak ditemukan indikasi adanya peningkatan kasus
dan penyelidikan Pra KLB menunjukkan terjadi KLB, atau
adanya laporan peningkatan kasus atau kematian campak
dari rnasyarakat, media masa dll. Strategi penanggulangan
KLB Campak yaitu dengan melakukan penyelidikan
epidemiologi KLB campak. KLB campak harus segera
diselidiki untuk melakukan diagnosa secaradini (early
diagnosis), agar penanggulangan dapat segera
dilaksanakan.Penanggulangan KLB campak didasarkan
analisis dan rekomendasi hasilpenyelidikan KLB campak,
yang dilakukan sesegera mungkin agar transmisi virus dapat
dihentikan dan KLB tidak meluas serta rnembatasi jumlah
kasus dan kematian.
KLB campak harus segera didiagnosa secara dini
(early diagnosis) dan segera ditanggulangi (out break
respons) agar KLB tidak meluas dan membatasi jumlah
kasus dan kematian.Cara menegakkan diagnosis penyakit
campak dengangan melakukan pemeriksaan laboratorium,
yaitu dengan mengambil spesimen darah sebanyak 10-15
penderita baru, dan waktu sakit kasus kurang dari 21 hari,
serta beberapa sampel urine kasus campak untuk isolasi
virus.

B. Landasan Hukum
a) Undang - undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
Tentang Kebidanan
Undang-Undang Kebidanan menyatakan, bahwa Kebidanan
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama
masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan,
pascapersalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan
16
anak prasekolah, termasuk kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan
wewenangnya.

Menurut Kemenkes RI mengatakan Pada Pasal 46 Undang


Undang Tahun 2019 Kebidanan disebutkan bahwa bidan
memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan asuhan
kebidanan. Adapun wewenang tersebut adalah :

1. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;


Masa sebelum hamil di mulai dari remaja putri, calon
pengantin, asuhan di berikan berupa konseling, kesehatan
reproduksi, pemberian imunisasi, pemberian tablet tambah
darah diberikan waktu haid, untuk mencegah anemia dalam
persiapan kehamilan untuk menjadi seorang ibu.
2. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan
normal; kehamilan adalah normal sebagai kodrat yang di
berikan Yang Kuasa kepada wanita, namun ada juga
sebagian wanita takut menghadapi kehamilan, dengan
segala keraguan, ketakutan, apalagi zaman sekarang di
mana intenet bisa di akses di mana saja dan kapan saja ,
info- info mudah di dapat tapi tidak semuanya benar, yang
membuat calon ibu semakin takut dalam penghadapi
kehamilannya. Bidan sangat berperan di sini dalam
mendampingi, memberi konseling, asuhan, pembinaan
yang bertujuan agar ibu dapat melewati kehamilannya
dengan sehat, selamat sampai persalinan, melahirkan bayi
yang sehat sebagai generasi penerus bangsa.
3. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan
menolong persalinan normal; Menghadapi persalinan
menimbulkan rasa ke takutan dalam diri ibu, apalagi bagi
ibu yang melahirkan pertamakalinya, banyak ibu ibu muda
lebih memilih untuk melahirkan secara secio sesaria karena
17
takut sakit melahirkan normal, disinilah bidan berperan
dalam masa kehamilan, agar ibu menjalani persalinan
normal dengan baik, tanpa rasa takut yang berlebihan,
karena sajatinya Allah telah menciptakan jalan lahir yang
sempurna, betapapun perlukaannya akan sembuh secara
sempurna dalam waktu 40 hari.
4. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas; Nifas
adalah masa pemulihan organ organ reproduksi setelah
melahirkan, masa nifas di mulai dari 2 jam setelah
melahirkan sampai 40 hari setelahnya, masa ini merupakan
masa kritis bagi ibu dan bayi maka di perlukan perlu
perhatian, mencakup kesehatan ibu dan bayi, fisik dan
psikologis, mencegah komplikasi yang mungkin akan
terjadi, merujuk bila ada komplikasi, mengajarkan ibu cara
menyusui bayi dengan benar, memberikan iminusasi pada
bayi, melakukan perawatan tali pusat sampai puput, dan
menganjurkan ibu untuk memakai alat kontrasepsi,
sebelum masa nifas berakhir agar dapat mengatur jarak
kehamilan, karena jarak kehamilan yang terlalu dekat akan
membahayakan ibu, secara medis pulihnya sel darah
merah ibu dengan sempurna 2 tahun setelah melahirkan,
sama dengan anjuran dalam agama islam untuk menyusui
sampai 2 tahun, menyusui akan menghambat proses
matangnya sel telur sehingga dapat menunda kehamilan.
5. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu
hamil, bersalin, nifas, dan rujukan; Pada kondisi gawat
darurat bidan wajib memberikan pertolongan pertama
terlebih dahulu sebelum melakukan rujukkan, seperti
memasang infus, menstabilkan jalan nafas pada pasien
dengan gangguan pernafasan.

18
6. Untuk mencegah kasus risiko, bidan melakukan deteksi dini
pada saat kehamilan, persalinan, masa nifas, dan pasca
keguguran dengan tindak lanjut rujukan.

19
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN USIA BALITA PADA An. A
DENGAN PENYAKIT CAMPAK
FORMULIR PENCATATAN BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Tanggal Kunjungan : Rabu / 04 Januari 2024 Alamat : Tanjung Raya (Daerah Endemis Malaria : ya.. Tidak.√.
Nama Anak : An. A (Laki-laki) Nama Ibu : Ny. N / Tn. W
Umur : 1 Tahun 6 Bulan/18 bulan BB : 12 Kg, PB/TB : 75 cm, LILA : 11,7 cm Suhu :38,2 0C
Anak sakit apa ? demam 3 hari, pilek dan terdapat ruam kemerahan dikulit menyeluruh. Kunjungan Pertama : ...√…
Kunjungan ulang : .....
PENILAIAN KLASIFIKASI TINDAKAN/
(Lingkari semua hgejala PENGOBATAN
yang ditemukan)
MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM DENGAN SEGITIGA ASESMEN GAWAT
ANAK (SAGA)▲
 Apakahtidak bias minum/menyusu?
 Apakah memuntahkan semua makanan dan minuman
 Apakah pernah kejang selama sakit?

 Penampilan, tentukan :
o Kejang
o Tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan atau tidak sadar
o Gelisah, rewel, dan tidak dapat ditenangkan
o Pandangan kosong atau mata tidak membuka
o Tidak bersuara atau justru menangis melengking

 Usaha Nafa, tentukan :


o Tarikan dinding dada kedalam
o Stridor
o Nafas cuping hidung
o Mencari posisi paling nyamandan menolak berbaring

 Sirkulasi, tentukan :
o Pucat
o Tampak biru (sianosis)
o Gambaran kutis marmorata (kulit seperti marmer) SAGA

APAKAH ANAK BATUK ATAU SUKAR BERNAFAS ?Ya …… Tidak…√…….


Berapa lama ?  Hitung Nafas dalam 1 menit : kali/menit.
Nafas cepat? -
 Ada tarikan dinding dada kedalam
 Ada Wheezing
 Saturasi Oksigen …. %
APAKAH ANAK DIARE? Ya……. Tidak…√…. -
 Berapa lama ? hari  Keadaan Umum anak :
 Adakah darah dalam tinja? • Letarigis atau tidak sadar
• Gelisah atau rewel
 Mata cekung
 Beri anak minum
• Tidak bias minum atau malas minum
• Haus, minum dengan lahap
 Cubit kulit perut, apakah kembali:
• Sangat lambat (lebih dari 2 detik)
• Lambat (masih sempat terlihat lipatan kulit)

20
APAKAH ANAK DEMAM ? Ya ..√ . Tidak ..... Demam
(anamnesis ATAU teraba panas ATAU suhu > 37,50C) bukan
Tentukan Daerah Risiko Malaria : Tinggi – Rendah – Non Endemis Malaria
Jika Daerah Non Endemis, tanyakan riwayat bepergian kedaerah resiko malaria dalam Campak - Tetap
2 minggu terakhir dan tentukan daerah endemis sesuai tempat yang dikunjungi. memberikan
 Sudah berapa lama ? 3 hari ASI,waktu lebih lama
 Jika lebih dari 7 hari, apakah demam terjadi setiap hari ?Tidak dan sering
 Apakah pernah sakit malaria atau minum obat malaria?Tidak - Memberikan nutrisi
gizi seimbang yang
 Apakah anak sakit campak dalam 3 bulan terakhir Ya adekuat
- Menganjurkan ibu
 Lihat dan periksa adanya kaku kuduk untuk memberikan air
 Lihat adanya pilek putih yang banyak
 Lihat adanya penyebab demam oleh bakteri pada anak serta
 Lihat adanya tanda – tanda campak saat ini : istirahat yang cukup
• Ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh - Memberikan
• Terdapat salah satu tanda berikut : batuk, pilek, mata merah, dan /atau diare Parasetamol 3x5mg
dan Beri vitamin A
200.000 iu
 LAKUKAN TES MALARIA jika tidak ada klasifikasi penyakit berat : - Menganjurkan ibu
• Pada semua kasus demam didaerah risiko tinggi memberi kompres air
• Pada daerah risiko rendah jika tidak ditemukan penyebab pasti demam hangat diseka
seluruh tubuh

Jika anak sakit campak saat ini Atau dalam 3 bulan terakhir:

 Lihat adanya luka di mulut


 Jika ya, apakah dalam atau luas ? Tidak
 Lihat adanya nanah di mata : Tidak
 Lihat adanya kekeruhan di kornea : Tidak
Jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari, Tanya dan periksa :
 Apakah demam mendadak  Periksa tanda – tanda syok, lakukan -
tinggi dan terus menerus ? pemeriksaan
Tidak o Kaki/tangan tampak pucat
 Apakah badan teraba dingin? o Waktu pengisian kapiler > 2 detik
Tidak o Kaki/tangan teraba dingin
 Apakah anak lemas/gelisah? o Nadi lemah atau tidak teraba
Tidak o Nadi cepat
 Adakah mual? Tidak  Periksa nyeri perut dan nyeri tekan perut
 Adakah muntah? Tidak kanan atas
 Adakah nyeri perut? Tidak  Lihat adanya :
 Adakah perdarahan berupa o Perdarah kulit (petekie), Perdarahan
mimisan/muntah darah atau hidung (mimisan)
coklat seperti kopi/BAB o Ikterik
berdarah/berwarna hitam? o Letargi, gelisah
Tidak o Sesak nafas, nafas cepat
 Apakah muncul ruam/bintik  Periksa adanya pembesaran hepar > 2
merah dikulit? Tidak cm
 Apakah ada rasa sakit dan nyeri  Jika tidak syok dan tidak ada perdarahan
badan? Tidak lakukan uji tourniquet. Hasil uji tourniquet
 Apakah BAK terakhir ≥ 6 jam? positif…….Negatif……
Tidak

APAKAH ANAK MEMPUNYI MASALAH TELINGA ? Ya ....... Tidak . √....


 Apakah ada nyeri telinga ?tidak  Lihat adanya cairan atau nanah keluar -
 Adakah rasa penuh ditelinga ? dari telinga
tidak  Raba adanya pembengkakan yang
 Adkah cairan/nanah kuar dari nyeri dibelakang telinga
telinga ? tidak

21
MEMERIKSA STATUS GIZI Normal
 Jika anak berusia > 6 bulan, apakah BB anak < 4 kg? Tidak
 Lihat dan Raba adanya edema bilateral yang bersifat pitting? Tidak
 Tentukan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)
• BB menurut PB atau TB : < 3 SD .....
• BB menurut PB atau TB : - 3 SD sampai – 2 SD .....
• BB menurut PB atau TB = - 2 SD sampai + 1 SD…√... 10 kg
• BB menurut PB atau TB = - >+1 SD sampai + 2 SD (plot pada grafik IMT/U)
• BB menurut PB atau TB = - >+2 SD sampai + 3 SD
• BB menurut PB atau TB = >+3 SD
 Tentukan lingkar lengan atau (LiLA)
• LiLA <11,5 cm .....
• LiLA 11,5 cm – 12,5 cm : 11,7 cm
• LiLA = 12,5 cm
 Jika BB menurut PB atau TB < -3 SD ATAU Lingkar Lengan Atas <11,5 cm,
periksa komplikasi medis :
Jika tidak ada komplikasi medis, pada anak umur < 6 bulan periksa:
• Terlalu lemah untuk menyusu?
• Berat badan tidak naik atau turun?
• Periksa tanda – tanda stunting
• Umur < 2 tahun……
• Umur ≥ 2 tahun……(18 bulan)
• Tentukan panjang badan (PBp atau tinggi badan (TB) menurut umur :
o PB/U atau TB/U < -3 SD
o PB/U atau TB/U < -2 SD sampai -3 SD
o PB/U atau TB/U -2 SD sampai +3 SD.. √… 75 cm
o PB/U atau TB/U > +3 SD
• Periksa Lingkar Kepala
• LK/U > +2 SD
• LK/U -2 SD s.d + 2SD …√. 46 cm
• LK/U <-2 SD
MEMERIKSA ANEMIA Tidak Anemia
 Lihat adanya kepucatan pada telapak tangan, konjungtiva, bibir, lidah, bantalan
kuku, apakah tampak :
• sangat pucat
• agak pucat

22
23
24
MEMERIKSA STAUS HIV
• Apakah anak atau ibu pernah diperiksa HIV ? Ya .. Tidak .....
Jika Ya, tentukan status HIV
• ibu : Positif .... Negative .√ ..
• anak : Tes Virologi Positif .... Negative ....
Tes Virologi Positif .... Negative ....
Tes Serologi Positif .... Negative ....
 jika Ibu HIV positif & Anak HIV negative ATAU tidak diketahui, tanyakan :
• apakah anak mendapatkan ASI pada saat dilaksanakan tes atau dalam 6
minggu sebelum tes ? Ya .... Tidak ....
• apakah anak masih mendapatkan ASI ? Ya ...... Tidak .......
Jika Ya, tanyakan : Apakah Ibu dan Anak dalam ARV provilaksis ? Ya .... Tidak ....
Jika Tidak,
Lakukan tes HIV terutama jika dijumpai kondisi berikut :
Jika anak menderita pneumonia berulang atau diare persisten berulang atau bercak
putih berat (biasanya yang membutuhkan perawatan RS) berulang lainnya atau gizi
kurang/buruk yang tidak membaik dengan penanganan gizi
• Juka status HIV ibu dan anak tidak diketahui : tes ibu
• Jika status HIV ibu positif dan anak tidak diketahui : tes anak

MEMERIKSA STATUS IMUNISASI Imunisasi Lengkap


Lingkari imunisasi yang dibutuhkan hari ini, beri tanda √ jika sudah diberikan,

√ √ √ √ √
BCG HB0 Polio 1 Polio 2 Polio 3
Polio 4

√ √ √
DPT-HB-Hib 1 DPT-HB-Hib 2 DPT-HB-Hib 3 IPV


Campak PT-HB-Hib (lanjutan) Campak (lanjutan)

MEMERIKSA PEMBERIAN VITAMIN A Pemberian Vit.A


200.000 IU(Kapsul
merah)
Dibutuhkan Vitamin A : Ya ...√ .... Tidak ........

MENILAI MASALAH ATAU KELUHAN LAIN

LAKUKAN PENILAIAN PEMBERIAN MAKAN Gizi Baik Memberikan KIE


Jika anak berumur < 2 TAHUN atau GIZI KURANG atau GIZI BURUK TANPA dengan tetap
mempertahankan
KOMPLIKASI atau ANEMIA DAN anak tidak akan dirujuk segera. nutrisi gizi seimbang

Apakah ibu menyusui anak ini? Ya ... .√ Tidak .....
Jika ya, berapa kali sehari? ondemand
Apakah menyusui juga di malam hari? Ya . .√ Tidak .......

Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain? Ya.√ . Tidak .....
Jika ya, makanan atau minuman apa ? ....MPASI..
Berapa kali sehari ?3-4 kali
Alat apa yang digunakan untuk memberi minum anak ?Dot, gelas

Jika anak GIZI KURANG atau GIZI BURUK TANPA KOMPLIKASI :
25 anak ? ..................
Berapa banyak makanan atau minuman yang diberikan pada
Apakah anak mendapat makanan tersendiri? Ya ....... Tidak .......
Siapa yang memberi makan dan bagaimana caranya ? ...........................................

Selama sakit ini, apakah ada perubahan pemberian makan? Ya ..... Tidak ......
Jika ya, bagaimana ? ..............
Dokumentasi Asuhan Pathway Kebidanan
Dengan Penyakit Campak

Hari dan Tanggal : Rabu / 04 Januari 2024


Tempat Praktik : Puskesmas Pulau Panggung
Nama : Rahera pambela Desi
Program Studi : Profesi Kebidanan

Nama : An. A
Usia : 1 tahun 6 bulan (18 bulan)
Assasment : An. A usia 18 Bulan dengan Penyakit Campak

Tanda/Gejala/Keluhan Sesuai Patofisiologi (Seusai Tanda/Gejala/Keluhan Yang


Teori Tanda/Gejala/Keluhan Yang Dialami Dialami Pasien
Gejala klinis campak : Bercak Pasien) Data Subjektif : Ibu mengatakan
kemerahan berbentuk makulo anaknya demam naik turun sudah
popular selama 3 hari atau Virus campak mudah menularkan 3 hari ini, ruam merah pada
lebih yang sebelumnya penyakit, virulensinya sangat badan menyeluruh, dan filek,
didahului panas badan > 38 0C tinggi terutama pada anak.
juga disertai salah satu gejala riwayat imunisasi lengkap sampai
Campak ditularkan melalui droplet
batuk pilek atau mata merah imunisasi campak.
(WHO, 2018) di udara oleh penderita sejak 1
hari sebelum timbulnya gejala Data Objektif : BB 12 kg, TB 75 cm,
klinis sampai 4 hari sesudah S : 38,20C, N 88 x/mnt, RR 24
Asuhan Yang Diberikan munculnya ruam (Irianto, 2014)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang x/mnt, tampak ruam kemerahan
telah dilakukan seluruh tubuh
2. Konseling tentang penyakit campak, mulai
dari penyebab, gejala, komplikasi
penyakit campak,dan anak tidak kontak
dengan yang lain Rasionisasi Dari Asuhan Yang Diberikan
3. Memotivasi ibu untuk sering menyusui
anaknya , dan memberikan makanan
dengan menu gizi seimbang terdiri dari 1. Dengan memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan
makanan pokok, protein nabati, hewani, ibu mengatahui hasil pemeriksaan sehingga ibu akan bersikap dan
kacang – kacangan, buah – buahan dan berperilaku yang mendukung asuhan (Kemenkes, 2017)
sayuran 2. Konseling 26membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini,
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan air masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau
putih yang banyak pada anak serta upaya untuk mengatasi masalah (Bari dkk, 2012).
istirahat yang cukup 3. Memberikan ASI secara ondemand dan diet dengan gizi tinggi
5. Memberikan vitamin A 200.000 UI pada kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan
anak tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi
6. Memberikan paracetamol 3 x 5 ml (1 campak (Kemenkes. 2017)
sendok takar) atau dapat diberikan 4 4. Tujuan memberikan air putih yang banyak agar tidak terjadi
EVALUASI
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu mengerti penjelasan dari bidan
3. Ibu mau memberikan gizi seimbang pada
anaknya
4. Ibu mau memberikan air putih yang
banyak dan istirahat yang cukup
5. Ibu mau memberikan vitamin A pada anaknya BAB IV
6. Ibu mau memberikan obat pada anaknya
7. Ibu mau mengompres anaknya PEMBAHASAN
8. Ibu mau kontrol ulang

A. PENGKAJIAN DATA
Dalam memberikan asuhan kebidanan dilakukan pengkajian
berupa data subjektif dan objektif sehingga didapatkan data yang
tepat, akurat dan lengkap. Setelah itu dirumuskan diagnosa dan
masalah kebidanan sesuai dengan kondisi klien sehingga diketahui
perencanaan dan implementasi kebidanan sesuai dengan masalah
yang ditemukan. Evaluasi dilakukan setiap selesai memberikan
asuhan kebidanan untuk mengetahui efektifitas asuhan yang
diberikan. Hal ini sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 Tentang Standar
Profesi Bidan.
Dari pengkajian data subjektif didapatkan Ibu membawa An. A ke
poli MTBS Puskesmas Tanjung Raya setelah demam selama 3 hari di
rumah. Selama dirumah ibu memberikan sirup paracetamol, namun 2
– 4 jam setelah pemberian obat penurun panas anak kembali demam.
Suhu rata – rata 37,8 – 38,5 0C, dan saat hari ke-3 mulai muncul bintik
merah pada bagian tubuh. Terakhir ibu memberikan paracetamol 2
27
jam yang lalu.
Dari pengkajian data objektif Pada saat dilakukan pemeriksaan
anak nampak lesu, tidak pucat, dan masih menyusu dengan baik.
Suhu 38,2 0C. Terdapat bercak kemerahan/ rash berbentuk makulo
populer pada belakang telinga sedikit dan pipi sedikit dan seluruh
tubuh, anak saat ini juga sedang filek. Pernafasan baik, tidak ada
ronchi ataupun whezing. An. A sudah mendapatkan imunisasi
campak.
Dari data di atas terdapat gambaran klinis An. A mengalami
penyakit campak. Hal ini sejalan menurut (DepKes RI, 2006) bahwa
penyakit campak mempunyai gejala klinis demam > 38 0C selama 3
hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata
merah atau mata berair. Gejala khas (patognomonik) adalah Koplik’s
spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian
dalam (mucosa buccal). Bercak kemerahan / rash dimulai dari
belakang telinga pada tubuh berbentuk makulo popular dan dalam
beberapa hari (4-7 hari) menyebar ke seluruh tubuh. Setelah 1 minggu
sampai 1 bulan bercak kemerahan berubah menjadi kehitaman
(hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik. Sebagian penderita akan
sembuh.
Dari data di atas pengkajian data yg di temukan baik data
subjektif dan data objektif didapatkan tidak ada kesenjangan anatara
teori dan praktik.

B. ANALISIS
Berdasarkan data Subjektif dan Objektif ditemukan diagnosis
yaitu : An. A usia 18 Bulan dengan Penyakit Campak.
Hal ini sesuai menurut (Irianto, 2014) mengatakan bahwa
penyakit campak adalah satu penyakit yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus. Campak disebut juga dengan rubeola, morbili
atau Measures. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal demam,
batuk, pilek dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak

28
kemerahan pas kulit (ras). Campak biasanya menyerang anak – anak
dengan derajat ringan sampai sedang. Penyakit ini dapat
meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat peradangan
otak (ensefalitis).
Pada kasus ini harus mendapatkan penangan yang benar dan
tepat supaya tidak menimbulkan diagnosa potensial penyakit campak
dengan komplikasi (Kemenkes, 2018)

C. PENATALAKSANAAN
Asuhan kebidanan yang pertama dilakukan adalah :
1) Konseling tentang penyakit campak, mulai dari penyebab
sampai gejala yang ditimbulkan,dan anak tidak kontak dengan
yang lain.
2) Memotivasi ibu untuk sering menyusui anak,anak minum
banyak dan memberikan makanan tinggi protein atau gizi
seimbang terpenuhi,istirahat cukup.
3) Memberikan vitamin A pada anak
4) Memberikan paracetamol 3 x 5 ml (1 sendok takar) atau dapat
diberikan 4 jam sekali bila demam tidak turun.
5) Menganjurkan ibu memberi kompres air hangat diseka seluruh
tubuh
6) Menganjurkan kontrol ulang 3 hari kemudian.
Hal ini sesuai menurut Irianto (2014), menyatakan bahwa
pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian
cairan dan kalori yang cukup. Obat simptomatik yang perlu diberikan
antara lain: Antidemam, Antibatuk, Vitamin A, Antibiotik diberikan bila
ada indikasi, misalnya jika campak disertai dengan komplikasi. Pasien
tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit
pelayanan kesehatan lainnya, sedangkan pasien campak dengan
komplikasi memerlukan rawat inap di rumah sakit. Tidak ada
pengobatan khusus untuk campak. Namun sebaiknya menjalani
istirahat. Untuk menurunkan demam, berikan asetaminofen atau

29
ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik, maka dari itu
harus berjaga-jaga.

30
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penulis sudah mampu menganalisa perjalanan kasus mulai dari


melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif, untuk
menegakkan diagnosa, masalah, diagnosa potensial dan memberikan
asuhan kebidanan sesuai dengan kondisi pasien dan dibandingkan
dengan teori yang berkaitan dengan asuhan kebidanan Pada An. A
dengan penyakit campak di Poli MTBS Puskesmas Pulau panggung
didapatkan tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta.

B. SARAN

1. Bagi Orang Tua

Penting untuk memberikan imunisasi dasar bagi bayinya agar bayi


memiliki antibodi terhadap penyakit yang dapat dicegah melalaui
imunisasi. Sehingga, bila bayi mengalami penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi maka tidak sampai mengalami
komplikasi berat.

2. Bagi Lahan Praktek


Disarankan kepada lahan praktek agar dapat melaksanakan
asuhan kebidanan sesuai teori dan kenyataan.

3. Bagi Pendidikan
Disarankan kepada instansi pendidikan agar meningkatkan sarana
prasarana dan bimbingan untuk menunjang kelancaran
perkuliahan mahasiswa.

28
DAFTAR PUSTAKA

Hulu, VT., dkk. 2020. Epidemiologi Penyakit Menular : Riwayat,


Penularan dan Pencegahan. Yayasan Kita Menulis : Medan
Kemenkes RI. 2019. Buku Pedoman Pelaksanaan kalakarya
manajemen terpadu balita sakit di Puskesmas.Jakarta
Irianto, Koes. 2015. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular :
Panduan Klinis. Bandung : Alfabeta.
Cherry JD. 2014. Measles Virus. In: Cherry JD, Harrison GJ, Kaplan SL,
Hotez PJ, Steinbach WJ, editors. Feigin & Cherry’s textbook of
pediatric infectious diseases. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.;
(Vol 2.).
Maldonado YA. 2012. Rubeola virus (measles and subacute sclerosing
panencephalitis). In: Long SS, Pickering LK, Prober CG, editors.
Principles and practice of pediatric infectious diseases. 4th ed.
Churchill Livingstone: Elsevier Inc..

Maldonado YA. 2012. Rubeola Virus (Measles and Sbacute Sclerosing


Panencephalitis). In: Long SS, Pickering LK, Prober CG, editors.
Principles and practice of pediatric infectious diseases. 4th ed.
Churchill Livingstone: Elsevier Inc..

WHO. 2012. Global Measless and Rubella Startegic Plan 2012–2015.


[diunduh 17 Juni 2021] tersedia Online http://www.who.int

Kemenkes RI. 2011. Buku Pedoman Penyidikan dan Penanggulangan


Kejadian Luar Biasa Penyakit Mennular dan Keracunan Pangan
(pedoman Epidemiologi Penyakit). Edited by K. K. R. Indonesia.
Jakarta.

Departement Kesehatan RI. 2006. Petunjuk Teknis Kampanye


Imunisasi Campak Tahun 2006. In. Edited by PP&PL D. Jakarta:
Depkes RI.
Noor, NN. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta:
Rineka Cipta; Jakarta Soegijanto S, Salimo H. Campak. In:
Ranuh IGNG, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita

CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman imunisasi di Indonesia. 4th ed.


Jakarta: Badan Penerbit.

Kemenkes RI. 2005. Lampiran Surat Keputusan Menteri Kesehatan


Nomor: 1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi. Indonesia.

WHO. 2004. Imunization Practice: A Practical Guide for Health Staff. In.
Edited by Organization WH. Geneva;

Anda mungkin juga menyukai