OLEH :
RAHERA PAMBELA DESI
NIM : 23070351
LAPORAN KASUS
Pembimbing I
(Rahayu Khairiah,SKM.,SST.,Bd.,M.Keb)
NIDN. 0321078201
i
KATA PENGANTAR
ii
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis
berharap semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan
profesi kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.
Muara Enim, 2024
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 3
B. Tujuan ................................................................................. 3
C. Manfaat ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. CAMPAK................................................................................. 5
1. Pengertian campak ........................................................... 5
2. Penyebab campak............................................................. 5
3. Gambaran klinis................................................................. 6
4. Tanda dan gejala............................................................... 6
5. Penularan campak............................................................. 9
6. Pengobatan penyakit campak........................................... 10
7. Pencegahan penyakit campak.......................................... 10
8. Pemberantasan penyakit campak..................................... 12
B. Landasan Hukum................................................................... 16
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan Metode SOAP......................................... 20
B. Asuhan Kebidanan Metode Pathway.................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................26
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................... 2
B. Saran .................................................................................... 28
iv
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2
yakni imunisasi campak satu kali pada anak kelas 1 SD atau sederajat
dilaksanakan pada saat BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), untuk
melindungi anak terhadap campak selama 10 tahun setelah peberian
booster (Kemenkes RI, 2005). Pada campak tanpa komplikasi tata
laksana bersifat suportif, berupa tirah baring, antipiretik (parasetamol
10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam), cairan
yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A.1,10,12 Vitamin A dapat
berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons
antibodi terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat
menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia
(Maldonado, 2012).
Puskesmas Pulau Panggung adalah salah satu tempat
pelayanan kesehatan yang berada di Kecamatan Semende darat
Laut, Kab. Muara Enim. Dari data rekam medik Puskesmas kejadian
penyakit campak ini jarang terjadi maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Asuhan Kebidanan Pada Balita Sakit Dengan
Penyakit Campak Di Poli MTBS Puskesmas Pulau Panggung 2024”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian berdasarkan fakta
yang didapatkan dan dibandingkan teori tentang asuhan
kebidanan pada balita dengan penyakit campak.
2) Mahasiswa mampu membuat analisis untuk menegakkan
dignosis dan masalah potensial asuhan kebidanan pada balita
dengan penyakit campak.
3) Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan,
3
merasionalisasi dan mengevaluasi asuhan yang diberikan pada
balita dengan penyakit campak.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. CAMPAK
1. Definisi
3. Patofisiologi
5
mukosa bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari
eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak p
ada lesi kulit .Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri sekunder. Pada kasus ensefalomielitis yang mematikan,
terjadi demielinisasi pada daerah otak dan medulla spinalis.
4. Gambaran Klinis
7
b. Coryza (pilek)
Pilek pada campak tidak dapat dibedakan dengan
pilek pada keadaan influenza (Common Cod) pada
umumnya. Tanda pertamanya bersin – bersin yang
diikuti dengan gejala hidung buntu (nasal congestion)
dan sekret mukopurulen yang menjadi lebih berat pada
puncak erupsi. Pilek ini cepat menghilang setelah suhu
tubuh penderita menjadi normal.
c. Konjungtivitis
Pada periode prodomal dapat ditemukan
transversal marginal lline Inspection pada palpebra
inferior. Gambaran ini sering dikaburkan dengan adanya
inflamasi konjungtiva yang luas dengan adanya edema
palpebral. Keadaan ini dapat disertai dengan adanya
penigkatan lakrimasi dan fotofobia.konjuntivitis akan
hilang setelah demam turun.
d. Batuk
Disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran
pernapasan. Intensitas batuk meningkat dan mencapai
puncaknya pada saat erupsi. Namun, batuk dapat
bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap
dalam waktu 5 – 10 hari.
e. Koplik’s Spot :
Merupakan bercak – bercak kecil yang ireguler
sebesar ujung jarum / pasir yang berwarna merah terang
dan pada bagian tengahnya berwarna putih morbili.
Beberapa jam setelah timbulnya ruam sudah dapat
ditemukan adanya Koplik’s pot dan mengjilang dalam 24
jam sampai hari kedua timbulnya ruam.
f. Ruam / Rash :
Timbul setelah 3 – 4 hari demam. Ruam mulai
sebagai eritema makulopapulet, mulai timbul dari
8
belakang telinga pada batas rambut, kemudian
menyebar kedaerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada
serta selanjutnya ke seluruh tubuh mencapai kaki pas
apahri ketiga. Pada saat ruam sampai kaki, ruam yang
timbul duluan mulai berangsur – angsur menghilag.
Penyakit campak akan berbahaya bila ruam tidak keluar
pada kulit sebab ruam akan muncul dirongga tubuh lain
seperti dalam tenggorokan, paru – paru, perut atau usus.
Hal ini diyakini akan menyebabkan gangguan
pernapasan, atau diare yang dapat menyebabkan
kematian. (Chin, 2007). Sebagian besar penderita akan
sembuh, komplikasi sering terjadi pas anak usia < 5
tahun dan penderita dewasa > 20 tahun. Komplikasi
yang sering terjadi adalah diare, bronchopnemonia,
malnutrisi, titis media, kebutaam, encepalitis, Subacute
Sclerosing Panencephalitis (SSPE) dan ulkus mukosa
mulut. Penyakit campak menjadi lebih berat pas
apenderita malnutrisi, defisiensi vitamin A dan imun
defisiensi (HIV) serta karena penanganan yang terlambat
(Kemenkes, 2018).
6. Penularan Campak
10
dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu
4-5 tahun.
Imunisasi campak yang diberikan bayi 9 bulan
merupakan pencegahan yang paling efektif. Vaksin campak
berasal dari virus hidup yang dilemahkan. Pemberian vaksin
diberikan dengan cara intrakutan atau intramuskular dengan
dosis 0,5 cc. Pemberian imunisasi campak satu kali akan
memberikan kekebalan selama 14 tahun, sedangkan untuk
mengendalikan penyakit diperlukan cakupan imunisasi paling
sedikit 80% per wilayah secara merata selama bertahun-tahun.
Keberhasilan program imunisasi dapat diukur dari menurunnya
jumlah kasus campak dari waktu ke waktu. Kegagalan
imunisasi dapat disebabkan oleh :
1) Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yang
berasal dari antobodi ibu. Antibodi itu akan menetralisasi
vaksin yang diberikan.
2) Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan,
pengankutan, atau penggunaan di luar pedoman (Irianto,
2014).
c. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi
penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang
tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya
dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit,
mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan,
yaitu:
1) Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui
pemeriksaan fisik atau darah.
2) Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak
jangan masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya
rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau
mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan
11
pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari
pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang
dapat mengurangi keterpajanan pasienpasien dengan risiko
tinggi lainnya.
3) Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan
penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga
obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi
sekunder untuk mencegah komplikasi.
4) Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga
dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni
bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus,
dan miokarditis yang reversibel.
d. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan
yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :
1) Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
2) Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A
akan turun secara cepat terutama pada anak kurang gizi
yang akan menurunkan imunitas mereka (Irianto, 2014).
9. Pemberantasan Penyakit Campak
Menurut organisasi World Health Organization (WHO)
mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya pemberantasan
campak yaitu reduksi, eliminasi dan eradikasi dengan strategi yang
berbeda-beda pada setiap tahap:
a. Tahap Reduksi
Pengertian reduksi campak adalah menurunkan angka
kematian sebesar 90% pada tahun 2009 dibandingkan tahun
2000 dengan strategi yang dilakukan sebagai berikut :
1) Meningkatkan cakupan imunisasi rutin minimal 90% di desa
(UCI) dengan indikator cakupan campak, DPT3, Polio.
12
2) 95% desa mencapai UCI.
3) Pemberian imunisasi campak dosis kedua pada anak kelas
1 SD, secara nasional dimulai tahun 2006.
4) Meningkatkan surveilans epidemiologi berbasis Rumah
Sakit dan puskesmas.
5) Penyelidikan KLB disertai pemeriksaan laboratorium.
6) Tatalaksana kasus dengan pemberian Vit A dan
pengobatan adekuat terhadap komplikasi.
7) Rujukan kasus sesuai indikasi.
The World Summit for Children telah menyepakati program
reduksi campak pada tahun 2000. Reduksi campak adalah
hilangnya wilayah kantung campak. Secara epidemiologis,
daerah rawan campak dikelompokkan menjadi:
1) Daerah reservoir, yaitu desa yang selama tiga tahun
berturut-turut terdapat kasus campak.
2) Daerah kantung, yaitu desa dengan cakupan imunisasi
campak < 80% selama tiga tahun terakhir.
Kegiatan yang dilakukan adalah akselerasi reduksi
campak yang berupa imunisasi campak pada balita berusia
9-59 bulan. rawan campak di Indonesia. (Irianto Koes,
2014).
Reduksi campak ditentukan oleh jumlah kasus dan
Sesuai laporan Profil Departemen Kesehatan 2000, sampai
saat ini masih banyak daerah kematian campak yaitu
penurunan 90% kasus dan 90% kematian akibat campak
dibandingkan dengan keadaan sebelum program imunisasi
campak melalui kendala yang timbul dalam reduksi
campak. Strategi yang disusun oleh Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial adalah :
1) Cakupan imunisasi rutin minimal >90%.
2) Upaya akselerasi dengan memberikan imunisasi pada
anak usia 9 bulan sampai 5 tahun di daerah kumuh
13
perkotaan atau daerah kantung cakupan. Mengadakan
sweeping di desa dengan cakupan rendah. Kegiatan
sweeping diperlukan untuk membantu puskesmas
dalam rangka meratakan cakupan imunisasi di tingkat
desa.
3) Melakukan ring vaksinasi pada setiap KLB campak
pada sekitar desa KLB dengan sasaran umum 9 bulan-
5 tahun.
4) Melakukan catch-up campaign pada anak sekolah
tingkat dasar di seluruh Indonesia, dalam pelaksanaan
dilakukan bertahap.
b. Tahap Eliminasi
Pada tahun 2010, diharapkan masuk kedalam tahap
eliminasi campak dengan tujuan untuk memutus transmisi virus
campak indigenous dengan strategi yang dilakukan sebagai
berikut:
1) Mencapai cakupan imunisasi rutin ≥ 95% di setiap desa
2) Pemberian imunisasi campak dosis kedua pada anak kelas 1
SD dengan Cakupan minimal 95%.
3) Melaksanakan surveilans berbasis kasus individu dengan
melakukan konfirmasi laboratorium.
4) Tatalaksana kasus dengan pemberian Vitamin A dan
pengobatan adekuat terhadap komplikasi.
5) Rujukan kasus sesuai dengan indikasi.
c. Tahap Eradikasi
Pada tahap ini tidak ditemukan lagi virus campak, cakupan
imunisasi sangat tinggi dan merata dengan strategi yang
dilakukan sebagai berikut:
1) Mencapai cakupan imunisasi rutin ≥ 95% di setiap desa.
2) Pemberian imunisasi campak dosis kedua pada anak kelas 1
SD dengan cakupan 100%.
3) Imunisasi campak tambahan.
14
4) Melaksanakan surveilans ketat berbasis kasus individu
dengan konfirmasi laboratorium.
5) Tatalaksana kasus dengan pemberian Vitamin A dan
pengobatan adekuat terhadap komplikasi.
6) Rujukan kasus sesuai dengan indikasi.
Pelaksanaan surveilans campak pada tahap eradikasi yaitu
dengan melakukan kegiatan surveilans campak yang terdiri dari:
1) Surveilans rutin
Surveilans rutin dilaksanakan terutama oleh surveilans
puskesmas serta surveilans kabupaten/kota.Sistem
kewaspadaan dini KLB campak dalam mengantisipasi
kemungkinan terjadinya KLB perlu dilaksanakan kegiatan
kewaspadaan dini KLB. Strategi dalam SKD-KLB campak
adalah dengan melakukan pemantauan terhadap populasi
rentan. Populasi rentan (susceptible) atau tak terlindungi
imunisasi campak, memantau status gizi balita dan
menjangkau pelayanan kesehatan (asesibilitas)
Dalam menjangkau pelayanan kesehatan perlu
melakukan pemantauan pada kelompok pengungsi.
Pemantauan kasus campak dilakukan melalui PWS- campak
Apabila ditemukan satu kasus pada desa dengan cakupan
tinggi (>90%), rnasih perlu diwaspadai pula mengingat
adanya kemungkinan kesalahan rantai dingin vaksin atau
karena cakupan imunisasi yang kurang dipercaya.Menurut
WHO, apabila ditemukan satu (1) kasus pada satu wilayah,
maka kernungkinan ada 17-20 kasus di lapangan pada
jumlah penduduk rentan yang tinggi. (Stevana Bong, 2013)
2) Penyelidikan KLB campak
Dalam tahap reduksi campak maka setiap KLB campak
harus dapat dilakukan penyelidikan epiderniologi baik oleh
surveilans puskesmas maupun bersama-sama dengan
surveilans dinas kesehatan. lndikasi penyelidikan KLB
15
Campak dilakukan apabila hasil pengamatan SKD KLB/PWS
kasus campak ditemukan indikasi adanya peningkatan kasus
dan penyelidikan Pra KLB menunjukkan terjadi KLB, atau
adanya laporan peningkatan kasus atau kematian campak
dari rnasyarakat, media masa dll. Strategi penanggulangan
KLB Campak yaitu dengan melakukan penyelidikan
epidemiologi KLB campak. KLB campak harus segera
diselidiki untuk melakukan diagnosa secaradini (early
diagnosis), agar penanggulangan dapat segera
dilaksanakan.Penanggulangan KLB campak didasarkan
analisis dan rekomendasi hasilpenyelidikan KLB campak,
yang dilakukan sesegera mungkin agar transmisi virus dapat
dihentikan dan KLB tidak meluas serta rnembatasi jumlah
kasus dan kematian.
KLB campak harus segera didiagnosa secara dini
(early diagnosis) dan segera ditanggulangi (out break
respons) agar KLB tidak meluas dan membatasi jumlah
kasus dan kematian.Cara menegakkan diagnosis penyakit
campak dengangan melakukan pemeriksaan laboratorium,
yaitu dengan mengambil spesimen darah sebanyak 10-15
penderita baru, dan waktu sakit kasus kurang dari 21 hari,
serta beberapa sampel urine kasus campak untuk isolasi
virus.
B. Landasan Hukum
a) Undang - undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
Tentang Kebidanan
Undang-Undang Kebidanan menyatakan, bahwa Kebidanan
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama
masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan,
pascapersalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan
16
anak prasekolah, termasuk kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan
wewenangnya.
18
6. Untuk mencegah kasus risiko, bidan melakukan deteksi dini
pada saat kehamilan, persalinan, masa nifas, dan pasca
keguguran dengan tindak lanjut rujukan.
19
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN USIA BALITA PADA An. A
DENGAN PENYAKIT CAMPAK
FORMULIR PENCATATAN BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN
Tanggal Kunjungan : Rabu / 04 Januari 2024 Alamat : Tanjung Raya (Daerah Endemis Malaria : ya.. Tidak.√.
Nama Anak : An. A (Laki-laki) Nama Ibu : Ny. N / Tn. W
Umur : 1 Tahun 6 Bulan/18 bulan BB : 12 Kg, PB/TB : 75 cm, LILA : 11,7 cm Suhu :38,2 0C
Anak sakit apa ? demam 3 hari, pilek dan terdapat ruam kemerahan dikulit menyeluruh. Kunjungan Pertama : ...√…
Kunjungan ulang : .....
PENILAIAN KLASIFIKASI TINDAKAN/
(Lingkari semua hgejala PENGOBATAN
yang ditemukan)
MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM DENGAN SEGITIGA ASESMEN GAWAT
ANAK (SAGA)▲
Apakahtidak bias minum/menyusu?
Apakah memuntahkan semua makanan dan minuman
Apakah pernah kejang selama sakit?
Penampilan, tentukan :
o Kejang
o Tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan atau tidak sadar
o Gelisah, rewel, dan tidak dapat ditenangkan
o Pandangan kosong atau mata tidak membuka
o Tidak bersuara atau justru menangis melengking
Sirkulasi, tentukan :
o Pucat
o Tampak biru (sianosis)
o Gambaran kutis marmorata (kulit seperti marmer) SAGA
20
APAKAH ANAK DEMAM ? Ya ..√ . Tidak ..... Demam
(anamnesis ATAU teraba panas ATAU suhu > 37,50C) bukan
Tentukan Daerah Risiko Malaria : Tinggi – Rendah – Non Endemis Malaria
Jika Daerah Non Endemis, tanyakan riwayat bepergian kedaerah resiko malaria dalam Campak - Tetap
2 minggu terakhir dan tentukan daerah endemis sesuai tempat yang dikunjungi. memberikan
Sudah berapa lama ? 3 hari ASI,waktu lebih lama
Jika lebih dari 7 hari, apakah demam terjadi setiap hari ?Tidak dan sering
Apakah pernah sakit malaria atau minum obat malaria?Tidak - Memberikan nutrisi
gizi seimbang yang
Apakah anak sakit campak dalam 3 bulan terakhir Ya adekuat
- Menganjurkan ibu
Lihat dan periksa adanya kaku kuduk untuk memberikan air
Lihat adanya pilek putih yang banyak
Lihat adanya penyebab demam oleh bakteri pada anak serta
Lihat adanya tanda – tanda campak saat ini : istirahat yang cukup
• Ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh - Memberikan
• Terdapat salah satu tanda berikut : batuk, pilek, mata merah, dan /atau diare Parasetamol 3x5mg
dan Beri vitamin A
200.000 iu
LAKUKAN TES MALARIA jika tidak ada klasifikasi penyakit berat : - Menganjurkan ibu
• Pada semua kasus demam didaerah risiko tinggi memberi kompres air
• Pada daerah risiko rendah jika tidak ditemukan penyebab pasti demam hangat diseka
seluruh tubuh
Jika anak sakit campak saat ini Atau dalam 3 bulan terakhir:
21
MEMERIKSA STATUS GIZI Normal
Jika anak berusia > 6 bulan, apakah BB anak < 4 kg? Tidak
Lihat dan Raba adanya edema bilateral yang bersifat pitting? Tidak
Tentukan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)
• BB menurut PB atau TB : < 3 SD .....
• BB menurut PB atau TB : - 3 SD sampai – 2 SD .....
• BB menurut PB atau TB = - 2 SD sampai + 1 SD…√... 10 kg
• BB menurut PB atau TB = - >+1 SD sampai + 2 SD (plot pada grafik IMT/U)
• BB menurut PB atau TB = - >+2 SD sampai + 3 SD
• BB menurut PB atau TB = >+3 SD
Tentukan lingkar lengan atau (LiLA)
• LiLA <11,5 cm .....
• LiLA 11,5 cm – 12,5 cm : 11,7 cm
• LiLA = 12,5 cm
Jika BB menurut PB atau TB < -3 SD ATAU Lingkar Lengan Atas <11,5 cm,
periksa komplikasi medis :
Jika tidak ada komplikasi medis, pada anak umur < 6 bulan periksa:
• Terlalu lemah untuk menyusu?
• Berat badan tidak naik atau turun?
• Periksa tanda – tanda stunting
• Umur < 2 tahun……
• Umur ≥ 2 tahun……(18 bulan)
• Tentukan panjang badan (PBp atau tinggi badan (TB) menurut umur :
o PB/U atau TB/U < -3 SD
o PB/U atau TB/U < -2 SD sampai -3 SD
o PB/U atau TB/U -2 SD sampai +3 SD.. √… 75 cm
o PB/U atau TB/U > +3 SD
• Periksa Lingkar Kepala
• LK/U > +2 SD
• LK/U -2 SD s.d + 2SD …√. 46 cm
• LK/U <-2 SD
MEMERIKSA ANEMIA Tidak Anemia
Lihat adanya kepucatan pada telapak tangan, konjungtiva, bibir, lidah, bantalan
kuku, apakah tampak :
• sangat pucat
• agak pucat
22
23
24
MEMERIKSA STAUS HIV
• Apakah anak atau ibu pernah diperiksa HIV ? Ya .. Tidak .....
Jika Ya, tentukan status HIV
• ibu : Positif .... Negative .√ ..
• anak : Tes Virologi Positif .... Negative ....
Tes Virologi Positif .... Negative ....
Tes Serologi Positif .... Negative ....
jika Ibu HIV positif & Anak HIV negative ATAU tidak diketahui, tanyakan :
• apakah anak mendapatkan ASI pada saat dilaksanakan tes atau dalam 6
minggu sebelum tes ? Ya .... Tidak ....
• apakah anak masih mendapatkan ASI ? Ya ...... Tidak .......
Jika Ya, tanyakan : Apakah Ibu dan Anak dalam ARV provilaksis ? Ya .... Tidak ....
Jika Tidak,
Lakukan tes HIV terutama jika dijumpai kondisi berikut :
Jika anak menderita pneumonia berulang atau diare persisten berulang atau bercak
putih berat (biasanya yang membutuhkan perawatan RS) berulang lainnya atau gizi
kurang/buruk yang tidak membaik dengan penanganan gizi
• Juka status HIV ibu dan anak tidak diketahui : tes ibu
• Jika status HIV ibu positif dan anak tidak diketahui : tes anak
√ √ √ √ √
BCG HB0 Polio 1 Polio 2 Polio 3
Polio 4
√ √ √
DPT-HB-Hib 1 DPT-HB-Hib 2 DPT-HB-Hib 3 IPV
√
Campak PT-HB-Hib (lanjutan) Campak (lanjutan)
Nama : An. A
Usia : 1 tahun 6 bulan (18 bulan)
Assasment : An. A usia 18 Bulan dengan Penyakit Campak
A. PENGKAJIAN DATA
Dalam memberikan asuhan kebidanan dilakukan pengkajian
berupa data subjektif dan objektif sehingga didapatkan data yang
tepat, akurat dan lengkap. Setelah itu dirumuskan diagnosa dan
masalah kebidanan sesuai dengan kondisi klien sehingga diketahui
perencanaan dan implementasi kebidanan sesuai dengan masalah
yang ditemukan. Evaluasi dilakukan setiap selesai memberikan
asuhan kebidanan untuk mengetahui efektifitas asuhan yang
diberikan. Hal ini sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 Tentang Standar
Profesi Bidan.
Dari pengkajian data subjektif didapatkan Ibu membawa An. A ke
poli MTBS Puskesmas Tanjung Raya setelah demam selama 3 hari di
rumah. Selama dirumah ibu memberikan sirup paracetamol, namun 2
– 4 jam setelah pemberian obat penurun panas anak kembali demam.
Suhu rata – rata 37,8 – 38,5 0C, dan saat hari ke-3 mulai muncul bintik
merah pada bagian tubuh. Terakhir ibu memberikan paracetamol 2
27
jam yang lalu.
Dari pengkajian data objektif Pada saat dilakukan pemeriksaan
anak nampak lesu, tidak pucat, dan masih menyusu dengan baik.
Suhu 38,2 0C. Terdapat bercak kemerahan/ rash berbentuk makulo
populer pada belakang telinga sedikit dan pipi sedikit dan seluruh
tubuh, anak saat ini juga sedang filek. Pernafasan baik, tidak ada
ronchi ataupun whezing. An. A sudah mendapatkan imunisasi
campak.
Dari data di atas terdapat gambaran klinis An. A mengalami
penyakit campak. Hal ini sejalan menurut (DepKes RI, 2006) bahwa
penyakit campak mempunyai gejala klinis demam > 38 0C selama 3
hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata
merah atau mata berair. Gejala khas (patognomonik) adalah Koplik’s
spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian
dalam (mucosa buccal). Bercak kemerahan / rash dimulai dari
belakang telinga pada tubuh berbentuk makulo popular dan dalam
beberapa hari (4-7 hari) menyebar ke seluruh tubuh. Setelah 1 minggu
sampai 1 bulan bercak kemerahan berubah menjadi kehitaman
(hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik. Sebagian penderita akan
sembuh.
Dari data di atas pengkajian data yg di temukan baik data
subjektif dan data objektif didapatkan tidak ada kesenjangan anatara
teori dan praktik.
B. ANALISIS
Berdasarkan data Subjektif dan Objektif ditemukan diagnosis
yaitu : An. A usia 18 Bulan dengan Penyakit Campak.
Hal ini sesuai menurut (Irianto, 2014) mengatakan bahwa
penyakit campak adalah satu penyakit yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus. Campak disebut juga dengan rubeola, morbili
atau Measures. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal demam,
batuk, pilek dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak
28
kemerahan pas kulit (ras). Campak biasanya menyerang anak – anak
dengan derajat ringan sampai sedang. Penyakit ini dapat
meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat peradangan
otak (ensefalitis).
Pada kasus ini harus mendapatkan penangan yang benar dan
tepat supaya tidak menimbulkan diagnosa potensial penyakit campak
dengan komplikasi (Kemenkes, 2018)
C. PENATALAKSANAAN
Asuhan kebidanan yang pertama dilakukan adalah :
1) Konseling tentang penyakit campak, mulai dari penyebab
sampai gejala yang ditimbulkan,dan anak tidak kontak dengan
yang lain.
2) Memotivasi ibu untuk sering menyusui anak,anak minum
banyak dan memberikan makanan tinggi protein atau gizi
seimbang terpenuhi,istirahat cukup.
3) Memberikan vitamin A pada anak
4) Memberikan paracetamol 3 x 5 ml (1 sendok takar) atau dapat
diberikan 4 jam sekali bila demam tidak turun.
5) Menganjurkan ibu memberi kompres air hangat diseka seluruh
tubuh
6) Menganjurkan kontrol ulang 3 hari kemudian.
Hal ini sesuai menurut Irianto (2014), menyatakan bahwa
pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian
cairan dan kalori yang cukup. Obat simptomatik yang perlu diberikan
antara lain: Antidemam, Antibatuk, Vitamin A, Antibiotik diberikan bila
ada indikasi, misalnya jika campak disertai dengan komplikasi. Pasien
tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit
pelayanan kesehatan lainnya, sedangkan pasien campak dengan
komplikasi memerlukan rawat inap di rumah sakit. Tidak ada
pengobatan khusus untuk campak. Namun sebaiknya menjalani
istirahat. Untuk menurunkan demam, berikan asetaminofen atau
29
ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik, maka dari itu
harus berjaga-jaga.
30
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
3. Bagi Pendidikan
Disarankan kepada instansi pendidikan agar meningkatkan sarana
prasarana dan bimbingan untuk menunjang kelancaran
perkuliahan mahasiswa.
28
DAFTAR PUSTAKA
WHO. 2004. Imunization Practice: A Practical Guide for Health Staff. In.
Edited by Organization WH. Geneva;