Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. A USIA 1


TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN DI PUSKESMAS
GUNUNG MEGANG KABUPATEN MUARA ENIM
TAHUN 2024

OLEH :
HOLILA
NIM : 230707312

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. A USIA 1


TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN DI PUSKESMAS
GUNUNG MEGANG KABUPATEN MUARA ENIM
TAHUN 2024

Telah disetujui, diperiksa, dan telah diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing I

Rahayu Khairiah, SKM, SST, Bd, M.Keb


NIDN : 0321078201
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN
BALITA SAKIT PADA AN. A USIA 1 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN
DI PUSKESMAS GUNUNG MEGANG KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2024”
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Maryati Sutarno Spd, SST, Bd, MARS, MH Ketua Yayasan Abdi Nusantara
Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta.
3. Ibu Rahayu Khairiah, SKM, SST, Bd, M.Keb Pembimbing yang telah memberikan
banyak masukan, pengarahan, dan bimbingan kepada penulis sehingga laporan
studi kasus ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Hendri Juliansyah, SKM, MM Kepala Puskesmas Gunung Megang yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data.
5. Bapak/Ibu penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan dan
bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan – perbaikan untuk
kesempurnaan laporan penulis.
6. Kedua orang tuaku tercinta, suami dan anak-anakku tersayang selalu memberikan
motivasi baik moril maupun materil, sehingga laporan studi kasus ini dapat
diselesaikan.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan
khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya
kepada kita semua.

Gunung Megang, 15 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................i


KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................5
A. Diare Pada Balita.............................................................................29
B. Dasar Hukum...................................................................................18
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................31
A. Laporan Kasus Dengan Metode SOAP...........................................32
B. Laporan Kasus Dengan Metode Pathway.......................................40
C. Laporan Refleksi Balita Dengan Diare Dehidrasi Ringan…..………42
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................44
BAB V PENUTUP...........................................................................................47
A. Kesimpulan......................................................................................47
B. Saran................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................48
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali
dalam sehari dengan konsistensi tinja lebih cair, kecuali pada neonatus (bayi <1 bulan)
yang mendapatkan ASI biasanya buang air besar dengan frekuensi lebih sering (5-6 kali
dalam sehari) dengan konsistensi baik yang dianggap normal. Diare merupakan salah
satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di
dunia dan semua kelompok usia dapat terserang diare termasuk pada balita. Selain itu
diare pada balita apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian
(Kemenkes RI, 2018).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) dan United Nations
International Children Fun (UNICEF) (2018), diare merupakan penyebab kematian
nomor dua setelah pneumonia pada anak-anak dibawah usia lima tahun dan lebih dari
1,6 miliar balita meninggal setiap tahunnya. Berdasarkan Profil Data Kesehatan
Indonesia 2018 terjadi 10 kali Kejadian Luar Biasa (KLB) yang tersebar di 8 provinsi, 8
kabupaten/kota, yang disertai dengan kematian. Angka kematian diare pada kasus KLB
masih cukup tinggi dan mengalami peningkatan yaitu sebesar 4,76% (Kemenkes RI,
2018)
Di Indonesia menurut Kemenkes RI 2018, penyakit diare merupakan penyakit
endemis dan juga merupakan penyakit yang berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB)
disertai dengan kematian. Pada tahun 2018 terjadi 10 kali KLB yang tersebar di 8
provinsi, 8 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 756 orang dan kematian 36 orang
(CFR 4,76%). Angka kematian (CFR) diharapkan 1%), sedangkan pada tahun 2018
CFR Diare mengalami peningkatan dibanding tahun 2017 yaitu menjadi 4,76%.
Berdasarkan Survey morbiditas diare pada tahun 2014 insiden diare pada balita
yaitu 27%, dan tahun 2016 diperkirakan jumlah penderita sebanyak 46,4%
(Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2016). Target SDGs pada tahun 2030
mengakhiri kematian bayi dan balita dengan upaya mengurangi angka kematian bayi
dengan 12/1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak bawah lima tahun 25/1000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan
(makanan basi, beracun, mentah (sayuran) dan kurang matang) dan faktor prsikologis
(rasa takut dan cemas, walaupun jarang jika terjadi pada balita dapat menyebabkan
diare kronis). Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Penyebab
kematian lain adalah disentri, kurang gizi dan infeksi yang serius seperti pneumonia.
Dasar dari semua gangguan transportasi larutan usus akibat perpindahan air melalui
membrane usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan olehaliran larutan
secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida dan glukosa (Ngastiyah, 2018).
Pada dasarnya penyakit diare tidak begitu membahayakan apabila ditangani
dengan tepat. Namun, meskipun demikian penyakit ini dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman bagi penderita. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (menurunkan angka kejadian diare sebesar
47%) (Ngastiyah, 2018).
Data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) mengatakan angka kejadian diare
tahun 2018 berdasarkan diagnosis yaitu 6,8% dan dengan gejala yaitu 8% yang terjadi
di Indonesia dengan kejadian tertinggi yaitu di Sulawesi Tengah dengan kejadian 10%,
adapun prevalensi kasus diare Sumatera Selatan dengan angka kejadian 5%
(Riskesdas, 2019).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan studi kasus “Asuhan
Kebidanan Balita Sakit Pada An. A Usia 1 Tahun Dengan Diare Dehidrasi Ringan
Di Puskesmas Gunung Megang Kabupaten Muara Enim Tahun 2024”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan balita sakit pada An. A usia 1 tahun dengan
diare dehidrasi ringan di Puskesmas Gunung Megang Kabupaten Muara Enim
tahun 2024”
dengan pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian metode
SOAP dan Pathway.

2. Tujuan Khusus
a. Bidan mampu melaksanakan pengkajian Memberikan asuhan kebidanan
balita sakit pada An. A usia 1 tahun dengan diare dehidrasi ringan di
Puskesmas Gunung Megang Kabupaten Muara Enim tahun 2024
b. Bidan mampu merumuskan diagnosa asuhan kebidanan balita sakit pada
An. A usia 1 tahun dengan diare dehidrasi ringan di Puskesmas Gunung
Megang Kabupaten Muara Enim tahun 2024
c. Bidan mampu merencanakan asuhan kebidanan balita sakit pada An. A usia
1 tahun dengan diare dehidrasi ringan di Puskesmas Gunung Megang
Kabupaten Muara Enim tahun 2024
d. Bidan mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan balita sakit
pada An. A usia 1 tahun dengan diare dehidrasi ringan di Puskesmas
Gunung Megang Kabupaten Muara Enim tahun 2024
e. Bidan mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan balita sakit pada An. A
usia 1 tahun dengan diare dehidrasi ringan di Puskesmas Gunung Megang
Kabupaten Muara Enim tahun 2024

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu untuk
memberikan asuhan kebidanan sesuai kewenangan klien.
2. Bagi Klien
Memberikan rasa nyaman kepada ibu dan keluarga serta mendapatkan asuhan
yang tepat sehingga mencegah terjadinya komplikasi.
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai masukan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan tenaga kesehatan terutama bidan untuk
selalu mendeteksi secara dini bayi, balita dan anak pra sekolah beresiko agar
dapat melakukan rujukan untuk mendapat pertolongan segera.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan pembelajaran dan penilaian hasil belajar mahasiswa profesi
kebidanan dalam melakukan asuhan kebidanan, serta sebagai dokumentasi
institusi untuk meningkatkan pendekatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Diare Pada Balita


1. Definisi Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feces dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Diare adalah buang air besar yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Diare
akut adalah diare yang terjadisecara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari
pada bayi dan anak yang sebelumnya sakit. Menurut Hipocrates mendefinisikan diare
sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Diare diartikan sebagai buang air
besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi buang air besar
sudah lebih dari 4 kali perhari untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila
frekuensinya lebih dari 3 kali perhari (Ngastiyah, 2018)

2. Penyebab Diare/Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi menjadi 4 faktor, yaitu :
a) Faktor Infeksi
1) Infeksi internal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi internal ini meliputi :
 Infeksi Bakteri : E. coli, salmonella, shigella, vibria cholerae, aeromonas,
dll.
 Infeksi Virus : Enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dll.
 Infeksi Parasit : Cacing (ascaris), Protozoa (trichomonas
haminis),Jamur (candida algicans).
2) Infeksi parenteral : Infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan
seperti :
 Tonsilofaringitis (Radang Tonsil)
 Radang Tenggorokan
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun (Sudarti, 2021).

b) Faktor Malarbsorbsi
1) Malarbsorbsi Karbohidrat (Disakarida, Monosakarida)
 Pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula
menyebabkan diare.
 Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di
daerah perut.
2) Malarbsorbsi Lemak
 Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trglyserida. Dengan
bantuan kelenjar lipase mengubah lemak menjadi micelles yang siap
di arbsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan
mukosa usus, diare dapat terjadi. Gejalanya adalah tinja
mengandung lemak.
3) Malarbsorbsi Protein
 Asam amino, Blactoglobulin
c) Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, mentah (sayuran) dan kurang matang (makanan yang kecampuran
racun clostridium botolinum, stafilokokus (bahan kimia)
d) Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, walaupun jarang jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis (Sudarti, 2021).

3. Jenis Diare
a) Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, tetapi gejalanya
dapat menjadi berat. Penyebabnya sebagai berikut :
- Gangguan jasad renik / bakteri yang masuk kedalam usus halus
setelahmelewati berbagai rintangan asam lambung
- Jasad renik yang berkembang pesat didalam usus halus
- Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
- Kelebihan cairan usus akibat racun
b) Diare Kronis / Menahun / Persisten
Pada diare kronis terjadinya lebih kompleks, berupa faktor yang
menimbulkannya terutama jika sering berulang pada anak. Diare kronis /
diare yang menetap akan berakhir 14 hari atau lebih lama, karena :
 Gangguan bakteri jamur dan parasit
 Malarbsorbsi kalori dan lemak
 Gejala-gejala sisa karena cidera usus oleh setiap enteropatogen
pascainfeksi akut.
c) Protracte Diare
Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan tinja cair dan frekuensi 4
kali atau lebih perhari.
d) Chronic Non Specific Diarrhea
Diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu tetapi tidak disertai gangguan
pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi maupun malabosorpsi.

4. Gejala / Gambaran Klinis


a. Cengeng
b. Gelisah
c. Suhu meningkat
d. Nafsu makan menurun
e. Tinja cair, lendir kadang-kadang ada darahnya. Lama-lama tinja berwarna
hijau dan asam.
f. Anus lecet
g. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah berkurang
nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran
menurun dan diakhiri dengan syok.
h. Berat badan turun.
i. Turgor kulit menurun.
j. Mata dan ubun-ubun cekung
k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering (Yongki dkk, 2018).

5. Pathogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare ialah :
a) Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga
timbul diare.
b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang
akan meyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke
dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi dari
rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga
timbul diare.
c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus


untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Tetapi
apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus
akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga
usus sehingga akan menyebabkan diare juga (Yongki dkk, 2018).

6. Klasifikasi Diare

Tabel Klasifikasi Diare Berdasarkan MTBS (Kemenkes, 2022)

1. Untuk Dehidrasi

Gejala Klasifikasi Tindakan/pengobatan


Terdapat dua atau lebih Diare a. Jika tidak ada klasifikasi
tanda- tanda berikut: dehidrasi berat lain: Beri cairan untuk
a. Letargis atau tidak berat dehidrasi berat dan tablet
sadar. zinc sesuai rencana terapi
b. Mata cekung. C.
c. Tidak bisa minum b. Jika anak mempunyai
atau malas minum. klasifikasi berat lain :
d. Cubitan kulit perut  rujuk segera
kembali sangat  jika masih bisa minum,
lambat berikan ASI dan larutan
oralit selama perjalanan
c. Jika anak >2 tahun dan ada
kolera di daerah tersebut,
beri antibiotik untuk kolera.
Terdapat dua atau lebih Diare a. Beri cairan, tablet zinc dan
tanda- tanda berikut: dehidrasi makanan sesuai rencana
a. Gelisah, rewel/mudah ringan/sed terapi B
marah. ang b. Jika terdapat klasifikasi
b. Mata cekung. berat lain:
c. Haus, minum dengan 1) Rujuk segera ke rumah
lahap. sakit.
d. Cubitan kulit 2) Jika masih bisa
peut minum, berikan ASI
kembali dan larutan oralit
lambat. selama perjalanan.
a) Nasihati kapan kembali
segera.
b) Kunjungan ulang 3 hari jika
tidak ada perbaikan.
Tidak cukup tanda-tanda Diare tanpa a. Beri cairan, tablet zincdan
untuk di klasifikasikan dehidrasi makanan sesuai rencana
sebagai diare dehidrasi terapi A.
berat atau ringan/sedang b. Nasihati kapan kembali
segera.
c. Kunjungan ulang 3 hari jika
tidak ada perbaikan

2. Jika Diare 14 hari atau lebih

Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan


a.Dengan Diare a. Atasi dehidrasi sebelum dirujuk,
dehidrasi persisten kecuali ada klasifikasi berat lain.
berat b. Rujuk
b.Tanpa Diare a. Nasihati pemberian makan untuk
dehidrasi persisten diare persisten.
b. Beri tablet zinc selama 10 hari
berturut-turut.
c. kunjungan ulang 3 hari.

3. Ada darah dalam tinja

Gejala Klasifikasi Tindakan/ pengobatan


Ada darah Disenteri a. Beri antibiotik yang sesuai
dalam tinja b. Beri tablet zinc selama 10 hari
berturut-turut.
c. nasihati kapan kembali segera.
d. kunjungan ulang 3 hari.

7. Komplikasi

a) Dehidrasi (Ringan, Sedang, Berat)

Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang
merupakan akibat kehilangan air abnormal. Terdapat banyak sebabkehilangan
cairan tubuh dan kandungan elektrolit diantaranya kehilangan melalui kulit
seperti diaphoresis, luka bakar. Kehilangan cairan tubuh meleui saluran
perkemihan, misalnya karena dieresis osmotic, diabetes insipidus. Ada dua
jenis dehidrasi yaitu :
- Dehidrasi dimana kekurangan air lebih dominan dibandingkan kekurangan
elektrolik (dehidrasi isotonis). Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan
cairan ekstraseluler, sehingga terjadi perpindahan air dari instrasel ke
ekstrasel yang menyebabkan terjadi dehidrasi intraseluler. Bila cairan
intrasel berkurang lebih dari 20%, maka sel akan mati. Dehidrasi jenis ini
terjadi bila seseorang minum air laut pada saat kehausan berat.
- Dehidrasi dimana kekurangan elektrolit lebih dominan dibanding
kekurangan air (dehidrasi hipertonik). Pada dehidrasi jenis ini cairan
intarseluler bersifat hipotonis, sehingga terjadi perpisahan air dari ekstrasel
ke intrasel yang menyebabkan terjadi edema intrasel. Dehidrasi jenis ini
terjadi bila seseorang mengalami kekurangan cairan hanya diatasi dengan
minum air murni tanpa mengandung elektrolit.
Dehidrasi sangat bahaya terhadap keselamatan hidup manusia. Tingkat
keparahan yang ditimbulkan akibat dehidrasi bergantung pada seberapa besar
derajat dehidrasi yang dialaminya. Perawat harus mampu untuk
mengindentifikasi tingkat dehidrasi yang terjadi pada klien (Musliha, 2021)
Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi Berdasarkan Tanda Dan Gejala Pada
Klien

Penilaian A B C
Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai,
Umum atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan Basah Kering Sangat kering
Lidah
Rasa haus Minum biasa, Haus, ingin minum Malas minum
tidak haus banyak atau tidak bisa
minum
Turgor kulit Kembali Kembali lambat Kembali sangat
Cepat Lambat
Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaa dehidrasi
ringan/sedang
n
Bila ada 1 tanda. Bila ada 1 tanda
Ditambah 1 atau ditambah 1 atau
lebih tanda lain. lebih tanda lain.

Tingkatan atau derajat dehidrasi :


1. Dehidrasi berat.
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut ini : letargi atau
tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum,
cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat.
2. Dehidrasi ringan.
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut ini : gelisah,
mudah marah, mata cekung, haus, banyak minum, cubitan perut
kembalinya sangat lambat.
3. Tanpa dehidrasi
Tidak cukup tanda-tanda unutk mengklasifikasikan sebagai
dehidrasi berat atau ringan/sedang (Sharif La Ode, 2018).
b) Renjatan hipovolemik
Renjatan merupakan kegawatdaruratan medik dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi (>20%) yang membutuhkan penanganan segera.
Keterlambatan penanganan dapat menyebabkan kematian atau gejalasisa.
Gejala awal renjatan pada anak berbeda dengan dewasa karena fungsi organ
dan kemampuan kompensasi tubuh yang relative berbeda dengan di segala
jenis usia. Renjatan hipovolemik terjadi akibat berkurangnya volume darah
intravaskuler. Kehilangan cairan yang cepat dan banyak menurunkan preload
ventrikel sehingga terjadi penurunan isisekuncup dan curah jantung sehingga
terjadi penurunan hantaran oksigen ke jaringan tubuh. Pada renjatan karena
perdarahan, selain terjadi penurunan CO2 juga terjadi penurunan Hb sehingga
transport oksigen ke jaringan makin berkurang. Penyebab renjatan hipovolemik
adalah:
- Kehilangan cairan dan elektrolit : diare, muntah, diabetes insipidus, heat
stroke, renal loss, luka bakar.
- Perdarahan internal : rupture hepar/lien, trauma jaringan lunak, frekuensi
tulang panjang, perdarahan saluran cerna (ulkus peptikum, divertikulum
meckel, Mallory- weis syndrome).
- Perdarahan eksternal : trauma.
- Kehilangan plasma : luka bakar, sindrom nefrotik, obstruksi ileus, DBD,
peritonitis.
- Penyebab lain adalah kebocoran kapiler (capillary leak syndrome), cairan
intravaskuler keluar ke jaringan seperti luka bakar, sepsis, penyakit-
penyakit keradangan lain, pada keadaan ini anak tampak sembab meski
sebenarnya kekurangan cairan intravaskuler.

Patofisiologi sangat berhubungan dengan penyebab renjatan. Namun


secara umum bila terjadi penurunan tekanan darah maka tubuh akan
mengadakan respon untuk mempertahankan sirkulasi dan perfusi yang
adekuat pada organ vital melalui reflex neurohormonal. Bila terjadi
hipovolemik maka kompensasi yang terjadi adalah :
 Baroreseptor : respon ini mendapat rangsangan dari perubahan tegangan
dalam pembuluh darah. Bila terjadi penurunan tekanandarah maka
rangsangan terhadap baroreseptor akan menurun menyebabkan
penurunan rangsangan terhadap cardioinhibitory centre, dan penurunan
hambatan terhadap pusat vasomotor dank an mengakibatkan takikardi dan
vasokonstriksi.
 Kemoreseptor : respon baroreseptor mencapai respon maksimal bila
tekanan darah menurun sampai 60 mmHg. Bila TD menurun di
bawah60mmHg maka yang bekerja adalah kemoreseptor. Akibatnya
adalah vasokonstriksi yang luas dan rangsangan pernafasan.
c) Hipokalemia (dengan gejala meterosinus, hipotoni otot, lemak gradiksida,
perubahan elektrokardiogram).
d) Hipoglikemia

Gejala hipoglikemia yang sering terjadi adalah sering merasa ngantuk,


lemas, dan sering sakit kepala. Hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
Hipoglikemi adalah suatu keadaan dimana kadar gual darah hingga dibawah 60
mg/dl. Padahal kinerja tubuh terutama otak dan systemsyaraf, membutuhkan
glukosa dalam darah yang berasal dari makanan berkarbohidrat dalam kadar
yang cukup. Kadar gula darah normal adalah 80- 120 mg/dl pada kondisi
puasa, 100-180 mg/dl pada kondisi setelah makan.
Otak memerlukan gula darah sebagai energi karena dalam
metabolisme, tubuh kita dapat menggunakan bermacam-macam sumber
energi, misalnya lemak. Sedangkan sel- sel otak yang dapat menggunakan
sumber energi yang berasal dari karbohidrat yang berupa glukosa. Oleh sebab
itu, jika kadar gula darah terlalu rendah maka organpertama yang terkena
dampaknya adalah beserta sistem saraf pusat. Faktor-faktor penyebab
hipoglikemia adalah :
 Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas sehingga menurunkan
kadar gula darah secara cepat.
 Dosis insulin terlalu tinggi yang diberikan kepada penderita diabetes
untuk menurunkan kadar gula darahnya.
 Kelainan pada kelenjar hipoksia atau kelenjar adrenal.
 Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di
hati.
Gejala memang tidak mudah dikenal karena hampir sama dengan gejala
penyakit lain, seperti diabetes dan kekurangan darah (anemia). Gejala-gejala
hipoglikemia antara lain gelisah, gemetar, banyak berkeringat, lapar, pucat,
sering menguap karena merasa ngantuk, lemas, sakit kepala, jantung
berdebar-debar, rasa kesemutan pada lidah, jari- jari tangan dan bibir,
penglihatan kabur atau ganda serta tidak dapat berkonsentrasi.
Hipoglikemia dapat menyebabkan penderita mendadak pingsan dana
harus segara dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan suntikan serta infuse
glukosa. Jika dibiarkan terlalu lama, penderita akan kejang-kejang dan
kesadaran menurun. Apabila terlambat mendapatkan pertolongan dapat
mengakibatkan kematian. Hipoglikemi berbahaya dibandingkan kelebihan
kadar gula darah (hiperglikemia) karena kadar gula darah terlalu rendah
selama lebih dari enam jam dapat menyebabkan kerusakan tak terpulihkan
(irreversible) pada jaringan otak dan saraf. Tidak jarang hal ini menyebabkan
kemunduran kemampuan otak.
Dari banyak kasus yang terjadi, hipoglikemi sering dialami oleh para
penderita diabetes mellitus (DM) akibat penggunaan obat anti diabetes yang
dosisnya terlalu tinggi. Selain itu banyak juga dialami diabetes yangsalah dalam
menerapkan diet kalori dan gula. Mereka sembarangan mengurangi komsumsi
makanan yang mengandung zat gula sehingga lupa bahwa tubuh juga tetap
memerlukan zat gula. Kegiatan fisik yang berlebihan tanpa diimbangi dengan
asupan glukosa yang cukup dapat kali juga menyebabkan keadaan
hepoglikemia. Hipoglikemia jika menyerang anak-anak sangat beresiko dan
memiliki dampak yang buruk terhadap spatial memory (daya ingat ruang dan
jarak). Dalam penelitian yang dilakukan dr. Tamara Hershey dari Universitas
Kedokteran (UK) St. Louis, Missouri-Amerika, disimpulkan bahwa kondisi otak
pada anak-anak yang berusia balita lebih mudah diserang hipoglikemia
dibanding pada anak yang lebih dewasa.
e) Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus defisiensi enzim
laktosa.
f) Kejang
Kejang merupakan respon terhadap muatan listrik abnormal di dalam otak. Dua
pertiga orang yang pernah mengalami kejang, di kemudianhari tidak pernah
mengalami kejang lagi. Sepertiganya mengalami kejang kambuhan (suatu
keadaan yang disebut epilepsy).
Jika hanya melibatkan daerah yang kecil, maka penderita mungkin hanya
merasakan seperti ada bau atau rasa yang aneh, tetapi jika melibatkan daerah
yang luas, maka akan terjadi sentakan dan kejang otot atau di seluruh tubuh.
Penderita juga bisa merasakan perubahan kesadaran, kehilangan kesadaran,
kehilangan pengendalian otot atau kandung kemih dan menjadi linglung.
Kejang sering kali didahului oleh aura, yang merupakan sensasi yang
tidak biasa dari penciuman, rasa atau pengendalian atau perasaan yangkuat
bahwa akan terjadi kejang. Kadang sensasi ini menyenangkan dan kadang
sangat tidak menyenangkan. Sekitar 20 persen penderita epilepsy mengalami
aura. Kejang biasanya berlangsung selama 5 menit. Sesudahnya penderita bisa
merasakan sakit kepala, sakit otot, sensasi yang tidak biasa, linglung dan
kelelahan. Penderita biasanya tidak data mengingat apa yang terjadi selama
dia mengalami kejang. Jenis kejang yang paling sering terjadi pada anak-anak
adalah :
- Kejang infantile

Seorang anak yang berbaring terlentang tiba-tiba bangun dan melipat


lengannya, lehernya ditekuk dan badannya membungkuk, sedangkan
tungkainya lurus. Serangan berlangsung hanya selama beberapa detik
tetapi mbisa terjadi beberapa kali dalam sehari. Kejang ini biasanya
terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 3 tahun, dan banyak yang
berkembang menjadi bentuk kejang lainnya di kemudian hari. Sebagian
anak yang mengalami kejang infentil mengalami gangguan intelektual
atau perkembangan sarafnya tertunda, keterbelakangan mental biasanya
terus berlanjut sampai dewasa.Kejang ini sulit dihentikan dengan obat
anti-epilepsi.
- Kejang demam

Kejang demam terjadi karena demam pada anak-anak yang berusia 3


bulan-5 tahun. Kejang ini terjadi pada 4% anak-anak dan cenderung
diturunkan. Kejang biasanya berlangsung kurang dari 15 menit. Anak-
anak yang mengalami kejang demam lebih mudah menderita epilepsy.
g) Malnutrisi
Malnutrisi adalah keadaan patologis yang disebabkan oleh komsumsi
makanan yang bertitik berat pada zat makanan yang kualitasnya tidak memadai
dibanding dengan kuantitasnya, sebagai akibat kekurangan atau kelebihan
makanan esensial tertentu secara relative atau absolute. Karena yang dimaksud
pada umumnya adalah kekurangan kalori dan protein selanjutnya malnutrisi
berarti kurang kalori dan protein (KKP). Spectrum derajad KKP luas, mulai dari
ringan, sedang sampai berat. KKP yang berat dibedakan menjadi kwashiorkor.
Penyebab malnutrisi secara umum adalah intake makanan kurang dan
atau adanya penyakit sistemik. Keadaan ini menyebabkan kebutuhan
meningkat atau kehilangan nutrient meningkat, gangguan absorbsi atau digesti.
Intake yang kurang sering dijumpai pada kemiskinan, ketidaktahuan dan sedang
menderita penyakit. kekurangan protein dengan relatif kelebihan energi akan
menyebabkan kwashiorkor primer, sedangkan kekurangan keduanya protein
dan energi dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan marasmus,
(Sudarti, 2021).
8. Pemberian Cairan Tambahan Untuk Diare dan Melanjutkan Pemberian
Makanan/ASI
1) Rencana Terapi A : Penanganan diare di rumah

Jelaskan pada ibu tentang aturan perawatan di rumah :

1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau), jelaskan pada ibu :

 Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
 Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, berikan 1 atau lebih cairan
berikut : oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang

Anak harus diberikan larutan oralit di rumah, jika :


- Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B dan C dalam kunjungan
ini
- Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah. Ajari
ibu cara mencampur dan memberikan oralit : Beri ibu 6 bungkus oralit
untuk diberikan di rumah. Tunjukan kepada ibu berapa banyak harus
memberikan oralit/cairan lain yang harus diberikan setiap kali anak
buang air besar.

Tabel Pemberian Oralit

- Sampai umur 1 tahun : 50-100 ml setiap kali


buang air besar
- Umur 1 sampai 5 tahun : 100-200 ml setiap kali
buang air besar

Katakan kepada ibu :


 Agar meminum sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas
 Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian diberikan lebih
lambat
 Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
2. Beri tablet zinc selama 10 hari
Pada anak umur 2 bulan ke atas, beri tablet zinc selama 10 hari
dengandosis:
- Umur <6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari
- Umur <6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari, (Amin dkk, 2020)
3. Lanjutkan pemberian makan
4. Kapan harus kembali

9. Rencana Terapi B
Dalam MTBS (2022) Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit :
1) Berikan oralit di klinik sesuai dianjurkan selama periode 3 jam.
Tabel Pemberian oralit
Umur ≤4 bulan 4 - < 12 bulan 1 - < 2 tahun 2 - < 5 tahun

Berat Badan < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg 12 – 19 kg

Jumlah (ml) 200-400 400-700 700-900 900-1400

a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama :


- Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 ml
Digunakan umur hanya bila berat badan anak tidak diketahui.
- Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari
pedoman di atas.
- Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,
berikan juga 100-200 ml air matang selama periode ini.
Tunjukan cara memberikan larutan oralit :
- Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dan cangkir/ mangkuk/gelas
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi
lebih lambat.
- Lanjutkan ASI selama anak mau.
- Bila kelopak mata bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan
air masak atau ASI
Berikan tablet Zinc selama 10 hari. Setelah 3 jam :
- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan
- Mulailah memberi anak makan
Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai :
- Tunjukan cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
- Tunjukan berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah
untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan
- Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan
6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A.
- Jelaskan 4 aturan perawatan diare di rumah :

1. Beri cairan tambahan

2. Beri tablet zinc selama 10 hari Lihat rencana terapi A

3. Lanjutkan pemberian makan

4. Kapan harus kembali


10. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang
1. Anamneses
Diare >3x/hr, feses cair, ada lendir, ada darah, perut mules, demam, badan
terasa lemas, nafsu makan berkurang.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pasien dengan diare biasanya di dapatkan keadaan umum lemah, nyeri
perut atau sampai kram abdomen, feses cair, terkadang ada lendir dan darah,
nadi cepat, suhu tubuh meningkat, mual, muntah, akral hangat, mukosa kering.
Bila terjadi syok hipovelemik maka pasiens akan gelisah, nadi cepat >120 x/mnt,
TD menurun, mukosa pucat, akral dingin dan kadang sianosis, anuria.
3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan


fisik (Matondang, 2019). Pemeriksaan penunjang pada penyakit diare aalah :
a. Pemeriksaan tinja (feses)

b. Darah (HB, leukosit, trombosit) (Manuaba, 2017)


11. Pencegahan Diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah :
1. Perilaku Hidup Sehat
2. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
3. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan
panaskan dengan benar sebelum diberikan pada anak.
4. Menggunakan air bersih yang cukup
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Yang harus di perhatikan
oleh keluarga :
- Ambil air dari sumber air yang bersih
- Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta menggunakan
gayung khusus untuk mengambil air.
- Jaga sumber air oleh pencemaran dari binatang dan untuk mandi anak-anak
- Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
- Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang
bersih dan cukup.
5. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting


dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun,

terutama sesudah buang air besar, sesudah menbuang tinja anak , sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak, sebelum makan,
menyuapi dampak dalam kejadian diare (menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%).
6. Mengunakan jamban

Harus di perhatikan oleh keluarga :

- Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dandapat


di pakai oleh seluruh anggota keluarga
- Bersihkan jamban secara teratur.

- Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

7. Penyehatan Lingkungan

a. Penyediaan Air Bersih

Mengingat bahwa ada bebeapa penyakit yang dapat di tularkan


melalui air antara lain adalah diare, kolera disentri, hepatitis, penyakit kulit,
penyakit mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih
baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan air sehari-hari termaksud untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air
bersih yang cukup setiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu
perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.
b. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang


biaknya faktor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu
sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan
dan estetika seperti bau yang tidak sedapdan pemandangan yang tidak
enak di lihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk
mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan,
sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat
penampungan sementara, bila tidak terjangkau oleh pelayanan
pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan
pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.
c. Sasaran Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik maupun limbah rumah tangga harus di
kelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan
menimbulkan bau, menganggu estetika dan dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk dan tempat bersarangnya tikus. Kondisi ini dapat
berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk
daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran pembuangan air limbah di
halaman, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak
menjadi tempat perlindungan nyamuk.

12. Penatalaksanaan Diare

Prinsip perawatan diare adalah :

1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)

2. Diatetik (pemberian makanan)

3. Obat-obatan
Gambar Skematika Penatalaksanaan Berdasarkan Keadaan Diare

Tanpa dehidrasi smp dehidrasi ringan smp dehidrasi berat


dg/tanpa dehidrasi dehidrasi sedang komplikasi
ringandg/penyakit
Penyerta

Cairan RT (LGG, air Oralit dengan RL, Cairan dehidrasi


tajinparental kuah glukosa
sayur, teh botol

Pengobatan dirumah Di puskesmas/poliklini Di RS/Puskesmas

Perawatan RS

- Jumlah cairan yang diberikan tanpa dehidrasi adalah 100 ml/kgBB/hr sebanyak 1x
setiap 2 jam. Diberikan 20% dalam 4 jam 1 dan sisanya adlibitum. Jika setiap kali
diare dan umur anak :

< 2 th diberikan ½ gelas 2

6 th diberikan 1 gelas

Anak besar diberikan 400 cc (2 gelas)


- Pada dehidrasi ringan dan diarenya 4x sehari maka di berikan cairan 25-
100 ml/kgBB dalam sehari atau setiap jam 2x.
- Oralit diberikan pada kasus dehidrasi ringan-berat ± 100 ml/kgBB/4-6 jam.
Beberapa cara membuat cairan RT :
1. LGG

2. Gula pasir 1 sendok teh munjung

3. Garam dapur halus ½ sendok teh + air masak/air teh hangat 1 gelas

4. Air tajin (21L + 5 gr garam)

a. Cara tradisonal

3L air + 100 gr atau 6 sendok makan munjung beras dimasak


selama 45-60 menit. Setelah masak air tajin (2L + 5 gr garam)
b. Cara biasa

2L air + tepung beras 100 gr + 5 gr garam dimasak hingga


mendidih dan akan didapat air tajin (Yongki dkk, 2018).
13. Konsep Asuhan Kebidanan pada Anak dengan Diare Dehidrasi Ringan
1) Pengkajian
A. Subjektif
- Identitas Klien
Identitas ini diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-
benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain (Matondang,
2019). Adapun identitas pasien menurut Rekawati, dkk (tahun 2019)
meliputi nama: menghindari terjadinya kekeliruan pasien, umur:
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemberian terapi obat, nama
orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, agama, suku
bangsa, dan alamat.
- Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien
dibawa untuk berobat, (Matondang, 2019). Keluhan utamapada balita
dengan diare dehidrasi ringan adalah BAB 4-10 kali sehari, dengan
konsistensi cair, (Rekawati dkk, 2019)
- Riwayat Penyakit Sekarang
Dikaji untuk mengetahui keadaan pasien saat ini (Varney, 2017).
- Riwayat Penyakit Terdahulu
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita, apabila
balita menderita suatu penyakit (Varney, 2017).
- Riwayat Imunisasi
Status imunisasi klien dinyatakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio,
Hepatitis, Campak, dan imunisasi lainnya. Hal tersebut selain diperlukan
untuk mengetahui status perlindungan pediatric yang diperoleh juga
membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu, (Matondang, 2019).
- Riwayat Penyakit Keluarga

Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga terdapat riwayat penyakit


hipertensi, DM, TBC, hepatitis, jantung, dan lain-lain, (Matondang, 2019).
- Riwayat Psikososial
Siapa yang mengasuh balita dkaji untuk mengetahui kebiasaan bayi,
hubungan dengan anggota keluarga dikaji untuk mengetahui hubungan
bayi dengan anggota keluarga, hubungan dengan teman sebaya dikaji
untuk mengetahui keharmonisan pasien dengan teman sebaya, lingkungan
rumah dikaji untuk mengetahui hubungan bayi dengan lingkungan sekitar
rumah, (Matondang, 2019).
- Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Pada Pola pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan diare yaitu :
Nutrisi : Menurut Rekawati dkk (2019), balita harus mendapat nutrisi yang
cukup, baik secara oral maupun parental. Nutrisi yang diberikan harus
mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Pada balita dengan diare
dehidrasi sedang nafsu makan cendrung berkurang.
Eliminasi : dikaji untuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK, adakah
kaitannya dengan konstipasi atau tidak, (Varney, 2017). Pada diare dengan
dehidrasi sedang BAB 4-10 kali sehari dengan konsistensi cair, (Rekawati
dkk, 2019).
Istirahat/tidur : yang perlu dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan pola
tidur adalah berupa jam klien tidur dalam sehari apakah ada
gangguan(Saifuddin, 2019). Pada balita dengan diare dehidrasi sedang
cenderung mengantuk dan gelisah, (Saifuddin, 2019) dan,
Personal Hygiene : dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.
Kebersihan pada anak seperti mencuci tangan sebelum makan dan setiap
habis bermain, memakai alas kaki jika bermain di tanah, (Mufdlilah, 2021).
B. Objektif
1). Pemeriksaan umum
- Pemeriksaan umum, berupa pemantauan keadaan umum, kesadaran
umum dan tanda-tanda vital.
- Pemeriksaan Fisik (head to toe)
Pemeriksaan fisik dilakukan guna untuk mengobservasi kemungkinan
terjadinya komplikasi. Adapun bagian-bagian yang dilakukan
pemeriksaan yaitu mata : cekung/tidak, menangis berair/tidak, telinga,
bibir: mukosa bibir lembap/tidak, dada, abdomen : turgor kulit saat kulit
bagian perut dicubit pengembalian kulit lambat, mendengarkan bunyi
peristaltik cepat atau lambat, ekstremitas da turgor kulit.
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah data yang diperoleh selain pemeriksaan
fisik (Matondang, 2019), seperti pemeriksaan tinja (feses), pemeriksaan
darah (Hb, leukosit, trombosit) (Manuaba, 2017).

2) Interpretasi Data/Diagnosa Masalah


Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan, sehingga dapat
merumuskan diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan yang spesifik. Rumus
dan tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat didefenisikan sepeti diagnose,
tetapi membutuhkan penanganan (Varney, 2017).
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan, yaitu data subjektif :
anak BAB 7 kali per hari, anak gelisah dan muntah tiap kali makan, data objektif :
keadaan umum lemah, mata cekung, anus lecet, turgor kulit saat dicubit di bagian
perut pengembalian kulit seperti semula lambat, suhu tubuh anak 38 oC, sehingga
dapat merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang spesifik yaitu
anak dengan diare dan dehidrasi sedang.
3) Antisipasi Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial


berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Antisipasi masalah
potensial pada diare dehidrasi ringan adalah terjadinya diare dehidrasi berat. Bidan
diharapkan bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi
(Varney, 2017).
4) Tindakan Segera

Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau


kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan tindakan yang dilakukan
untuk mengantisipasi diagnosa potensial pada langkah sebelumnya harus
merumuskan tindakan segera. Dalam merumuskan ini termasuk tindakan segera
yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan
(Varney, 2017). Langkah yang perlu dilaksanakan adalah rehidrasi.

5) Perencanaan

Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa, yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi dan juga, merupakan pengembangan perencanaan
asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Setiap
rencana asuhan haruslah mencerminkan rasional yang benar-benar yakin
berdasarkan pengetahuan (Varney, 2017). Rencana asuhan pada anak yaitu
rehidrasi, nutrisi dan pendidikan.
6) Pelaksanaan

Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Perencanaan ini dilakukan sepenuhnya
oleh bidan dan sebagian oleh pasien atau tim kesehatan lainnya (Varney, 2017).
7) Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk


kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter dan
keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose (Varney,
2017). Kriteria evaluasi asuhan kebidanan pada balita sakit diare dehidrasi ringan
adalah sebagai berikut:
a. Keadaan umum baik

b. Ubun-ubun dan mata tidak cekung

c. Turgor kembali normal

d. Mulut dan lidah tidak kering

e. Tidak ada dehidrasi

f. Tidak terjadi diare dehidrasi berat

g. BAB menjadi normal


B. Dasar Hukum

KMK No.HK.01.07.MENKES 320 Tahun 2020 tentang Standar Kompetensi


Bidan :
1. Area Kompetensi
Kompetensi Bidan terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi meliputi:
(1) Etik legal dan keselamatan klien,
(2) Komunikasi efektif,
(3) Pengembangan diri dan profesionalisme,
(4) Landasan ilmiah praktik kebidanan,
(5) Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan,
(6) Promosi kesehatan dan konseling, dan
(7) Manajemen dan kepemimpinan.
Kompetensi Bidan menjadi dasar memberikan pelayanan kebidanan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien,
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara mandiri, kolaborasi dan rujukan (Gambar 3.1).
2. Area Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan asuhan yang
berkualitas dan tanggap budaya sesuai ruang lingkup asuhan:
a) Bayi Baru Lahir (Neonatus).
b) Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
c) Remaja.
d) Masa Sebelum Hamil.
e) Masa Kehamilan.
f) Masa Persalinan.
g) Masa Pasca Keguguran.
h) Masa Nifas.
i) Masa Antara.
j) Masa Klimakterium.
k) Pelayanan Keluarga Berencana.
l) Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Perempuan.
3. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan penanganan situasi
kegawatdaruratan dan sistem rujukan.
4. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat melakukan Keterampilan
Dasar Praktik Klinis Kebidanan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT
Nama Pengkaji : Holila
Hari/tanggal : Jumat, 15 Maret 2024
Waktu Pengkajianaa : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Gunung Megang

FORMULIR PENCATATAN BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN


Tanggal Kunjungan: 15 Maret 2024 NIK: 1603041003230004
Alamat : Gunung Megang Dalam (Dareh Endemis Malaria: Ya _____Tidak √ )
Nama Anak : An. A L / P Nama Ibu: Ny. Y Jika Ya, RDT malaria (+)/ (-)
Umur : 1 tahun 0 bulan. BB : 11 kg PB/TB : 78 cm LK : 46 cm LILA : 16 cm Suhu : 36,5 c
Anak sakit apa? Ibu Mengatakan anaknya mencret ≥ 3 kali, rewel, haus terus Kunjungan Pertama_1 Kunjungan Ulang
_________

PENILAIAN TINDAKAN
KLASIFIKAS
(Lingkar semua gejala yang ditemukan) PENGOBATAN
I

MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM DENGAN SEGITIGA ASESMEN GAWAT ANAK
(SAGAI)
 Apakah tidak  Penampilan tentukan:  Usaha Napas,  Sirkulasi, Stabil
bisa minum o Kejang tentukan: tentukan
atau o Tidak o Tarikan o Pucat
menyusu? dapatberinteraksi dinding dada o Tampak biru
 Apakah dengan lingkungan ke dalam (sianogsia)
memuntahkan atau tidak sadar o Stridor o Gambaran
semua o Gelisah, rewel dan o Napas cuping kutis
makanan dan tidak dapat hidung marmorata
minuman? ditenangkan atau o Mencari posisi (kulit seperti
 Apakah mata tidak paling mamet)
pernah kejang membuka nyaman dan
selama sakit o Tidak bersuara monalak
ini? atau justru berbaring
menangis
melengking
APAKAH ANAK BATUK DAN/ATAU SUKAR BERNAPAS? Ya ____Tidak √
 Berapa lama? ______hari -
 Hitung napas dalam 1 menit____kali/menit
Napes open?
 Ada tarikan dinding dada kedalam
 Ada wheezing
 Saturasi oksigen_____%
Apakah ANAK DIARE? Ya √ Tidak__ Diare - Beri cairan,
 Berapa lama? 1 hari  Keadaan umum anak dengan tablet
 Adakah darah dalam tinja? o Letargis atau tidak sadar dehidrasi zinc
√ Rewel/mudah marah Ringan danmakanan
√Mata cekung sesuai
 Beri anak minum: Rencana
o Tidak bisa minum atau malas minum Terapy B
√ Haus minum dengan lahap - Segera datang
kembali jika
 Cubit kulit perut apakah kembalnya?
keluar tinja
o Sangat lambat (>2 detik) bercampur
√ Lambat (masih sempat terlihat lipatan kulit) darah dan anak
malas minum
Kunjungan
ulang 3 hari lagi
jika tidak ada
perbaikan
APAKAH ANAK DEMAM?Ya ___Tidak √ -
(anamnesisATAU teraba panas ATAU suhu >37,5℃)
Tentukan Daerah Endemis Malaria:Tinggi/Rendah/Non Edemis
Jika Daerah Non Endemis, tanyakan riwayat bepergian kedaerah endemis malaria dalam
2 minggu terakhir dan tentukandaerah endemis sesuai tempat yang dikunjuingi
 Sudah berapa lama? Hari  Lihat dan periksa adanya
 Jika lebih dari 7 hari,apakah demam terjadi setiap kaku kuduk
hari?  Lihat adanya penyebab lain
 Apakah pemah sakit malaria atau minum obat anti dari demam
malaria?  Lihat adanya tanda-tanda
 Apakah anak sakit campak dalam 3 bulan terakhir? campak saat int:
oRuam kemerahan di kulit
L Lakukan Tes Malaria Jika tidak ada klasifikasi yang menyeluruh DAN
penyakit berat: oTerdapat salah satu
 Pada semua kasus balita sakit di daerah endemis tanda berikut: batuk,pilek,
tinggi malaria mata merah
 Jika tidak ditemukan penyebab pasti demam di
daerah endemis rendah malaria
Jika anak sakit campak saat ini  Lihat adanya luka di mulut. Jika "ada",apakah
atau dalam 3 bulan terakhir: dalam atau luas?
 Lihat adanya nanah di mata
 Lihat adanya kekeruhan di kornea
Jika demam 2 hari sampai dengan  Periksa tanda-tanda syok,lakukan pemeriksaan Lakukan
7 hari,tanya dan periksa: CCTVR: Pemeriksaan
oKaki/tangan tampak pucat darah:
 Apakah demam mendadak
oWaktu pengisian kapiler>2 detik Hermoglobin
tinggi dan terus menerus?
oKaki/tangan teraba dingin Hematokrit
 Apakah badan teraba dingin?
oNadi lemah atau tidak teraba Leokosit
 Apakah anak lemas/gelisah? Trombosit__
 Adakah mual? oNadi cepat
NS.1_____
 Adakah muntah?Jika ya,apakah  Periksa nyeri perut dan nyeri tekan perut kanan
terus menerus? atas
 Adakah nyeri perut?  Periksa adanya klinis akumulasi cairan
 Adakah perdarahan berupa  Lihat adanya
mimisan/muntah darah atau oPerdarahan kulit(petekie),perdarahan hidung
coklat seperti kopi/BAB (mimisan)
berdarah/berwarna hitam? oIkterlk
 Apakah muncul ruam? oLetargi.gelisah
 Apakah ada rasa sakit dan nyeri oSesak napas, napas cepat
badan?  Periksa adanya pembesaran hepar>2 cm
 Apakah BAK terakhir ≥ 6 jam?  Jika tidak syok dan tidak ada perdarahan
lakukan uji tourniquet.Hasil uji toumiquet
positif_negatif_

APAKAH ANAK MEMPUNYAI MASALAH TELINGA? Ya ___Tidak √


 Apakah ada nyeri telinga?  Lihat adanya cairan atau nanah keluar dari -
 Adakah rasa penuh di telinga? telinga
 Adakah cairan/nanah keluar dari  Raba adanya pembengkakan yang nyeri di
telinga? Jika "Ya” berapa hari? belakang telinga
___hari

PENILAIAN TINDAKAN/
KLASIFIKASI
(Lingkari semua gojala yang ditemukan) PENGOBATAN

MEMERIKSA STATUS GIZI DAN STATUS PERTUMBUHAN Gizi Baik Beri Pujian kepada ibu

 Jika anak berusia>6 bulan,apakah BB anak<4 kg? Pertahankan pola


 Lihat dan raba adanya edema bilatoral yang bersifat pilting makan
 Tentukan berat badan (BB)menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)
oBB/PB (TB): <-3 SD Lanjutkan pemberian
oBB/PB (TB)-3 SD sampai <-2 SD makan makanan
oBB/PB (TB):-2 SD sampai+1 SD √ bergizi sesuai usia
oBB/PB(TB):>+1 SD sampai+2 SD (plot pada grafik IMT/U)
oBB/PB (TB):>+2 SD sampai +3 SD Normal
oBB/PB(TB):>+3 SD
 Tenlukan lingkar lengan alas (LiLA)unluk umur 6 bulan alau lebih
oLiLA<11.5cm
oLiLA 11.5 cm sompai<12.5 cm
oLiLA≥12.5cm √
 Jika BB/PB(TB)<-3 SD ATAU LiLA<11.5 cm,periksa komplikasi medis:
Jika lidak ada komplikasi medis,pada anak umur<6 bulan periksa:

oTerlalu lomah untuk monyusu


oBeral badan lidak naik alau lurun
Periksa tanda-tanda stunting

oUmur<2 tahun Normal


oUmur ≥2 tahun
oTentukan panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) menurut umur:
oPB/U atau TB/U <-3 SD
oPB/U atau TB/U <-2 SD sampai-3 SD
oPB/U alau TB/U -2 SD sampai +3 SD√
oPB/U atau TB/U>+3 SD
Periksa Lingkar Kepala
Normal
oLK/U>+2 SD
oLK/U-2 SD s.d +2SD √
oLK/U <-2 SD
MEMERIKSA ANEMIA Lakukan
Lihat adanya kepucatan pada telapak tangan,konjungtiva, ·Sangat pucat? Tidak Anemia pemeriksaan Hb
bibir,lidah,bantalan kuku,apakah tampak: ·Pucat? (jika tersedia):
MEMERIKSA STATUS HIV
Apakah ibu atau anak pernah dites HIV?
JIKA YA__√__
Tentukan status HIV:
 Ibu:POSITIF____NEGATIF__√___
 Anak:Tes Virolgi POSITIF_____NEGATIF_______
Tes Serologi POSITIF_____NEGATIF_______
Jika ibu POSITIF dan anak NEGATIF atau tidak diketahui,TANYAKAN:
 Apakah anak sedang mendapal ASI pada saal les HIV alau 6 minggu sebelumn
dilakukan les HIV? Ya____ Tidak____ Bukan infeksi
 Apakah anak saot ini sodang mondapat ASI? Ya _____Tidak____
HIV
 Jika mendapat ASI,apakah ibu dan anak saat ini mendapat ARV profiaksis? Ya
___Tidak_____
JIKA TIDAK
Lakukan tes HIV terutama jika dijumpai kondisi berikut:
Jika anak mendenta pneumonia berulang afau diare persisten bendang afau bercak
putih di rongga mulut berulang atau infeksiberat (biasanya yang membutuhkan
perawatan di RS) berulang lainnya atau gizi kurang/buruk yang tidak membaik
denganpenanganan gizi
 Jika stalus HIV ibu dan anak tidak diketahui: tes ibu
 Jika status HIV ibu positif dan anak tidak diketahui:tes anak
MEMERIKSA STATUS IMUNISASI

Lingkari imunisasi yang dibutu hkan hari ini,beri tanda "V" jika sudah diberikan Imunisasi Imunisasi yang di
Lengkap berikan hari ini
HB0 BCG OPV0 OPV1 OPV2O
PV3/IPV

DPT-HB-Hib1 DPT-HB-Hlb 2

DPT-HB-HIb 3 PCV1 PCV 2 PCV (lanjutan)

Campak Rubella Japanese Enchepalitis (lanjutan) DPT-HB-Hib(lanjutan)Campak


Rubella (lanjutan)

MEMERIKSA PEMBERIAN VITAMIN A DiberikanvitA han ini:

Dibutuhkan suplemen vitamin A: Ya _____Tidak √ Ya ___Tidak √


MENILAI MASALAH ATAU KELUHAN LAIN

Tidak Ada

LAKUKAN PENILAIAN PEMBERIAN MAKAN -

Jika anak berumur<2 TAHUN alauGIZI KURANG alau GIZI BURUK TANPA
KOMPLIKASI alau ANEMIA DAN anak lidak akandirujuk segerac

 Apakah ibu menyusui anak ini? Ya_Tidak


Jika "Ya,berapa kali sehari?___kali

Apakah menyusui juga di malam hari? Ya ___Tidak____

 Apukuh anak mendapal makanan alau minuman tain? Ya___Tidak____


Jika"Ya" makanan alau minuman apa? _______________

Berapa kali sehari? ___kali

Alat apa yang digunakan untuk memberi minuman anak? ______

 Jika anak GIZI KURANG atau GIZI BURUK tanpa komplikasi:


Berapa banyak makanan atau minuman yang diborikan pada anak? _____

Apakah anak mendapat makanan tersendiri? Ya ____Tidak____

Siapa yang membeni makan dan bagaimana caranya? _______

 Selama sakit ini,apakah ada perubahan pemberian makan? Ya ____Tidak____


Jika"Ya" bagaimana? ________

Kunjungan Ulang: 3 hari.


Nasihati kapan kembali segera
17/7/2023

1) ANALISA
Balita usia 1 tahun dengan diare dehidrasi ringan

2) PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Memberikan advice dokter: cairan oralit (cairan oralit selama periode 3 jam, untuk 3 jam pertama
sebanyak 900 ml), Lacto B 1 sachet sehari dan tablet Zinc selama 10 hari (walaupun diare sudah
berhenti)
3. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan pemberian makanan sesuai Rencana Terapi B dengan cara
ajarkan pemberian oralit: minumkan sedikit-sedikit tapi sering, jika anak muntah tunggu 10 menit
kemudian berikan lebih lambat, dan bila kelopak mata bengkak hentikan pemberian oralit dan
berikan air masak
4. Memberikan KIE pada orang tua tentang pendidikan kesehatan dan nutrisi kecuali ada klasifikasi
berat lainMenganjurkan ibu untuk segera datang kembali jika keluar tinja bercampur darah dan anak
malas minum
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
B. Laporan Kasus dengan Metode Pathway

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN


Hari dan Tanggal : Jumat, 15 Maret 2024
Tempat Praktik : Puskesmas Gunung Megang
Nama : Holila
Program Studi : Profesi Bidan

Pathway Kasus Kebidanan


Nama : An. A
Usia : 1 Tahun
Diagnosa Diare Dehidrasi
Ringan

Patofisiologi (Sesuai
Tanda/Gejala/Keluhan yang dialami Tanda/Gejala/Keluhan
pasien yang dialami pasien
Mekanisme dasar penyebab
timbulnya diare adalah gangguan Data Subyektif:
osmotik (makanan yang tidak dapat Ibu mengatakan anaknya
mengalami buang air
diserap akan menyebabkan tekanan
Tanda/Gejala/Keluhan besar terus menerus
osmotik dalam rongga usus sejak 1 hari yang lalu
secara teori menurut meningkat sehingga terjadi (encer, dengan frekuensi
Sarwono (2020) : pergeseran air dan elektrolit kedalam >3x dalam sehari) dan
rongga usus, isi rongga usus saat diberi minum
Tanda/Gejala Diare berlebihan sehingga timbul diare). anaknya nampak
Dehidrasi Ringan Selain itu menimbulkan gangguan kehausan dan
meminumnya dengan
 Gelisah, sekresi akibat toksin di dinding usus,
lahap. Anak nampak
rewel/mudah sehingga sekresi air dan elektrolit gelisah dan rewel. Nafsu
marah. meningkat kemudian menjadi diare. makan anak juga
 Mata cekung. Gangguan motilitas usus yang berkurang dan anak
 Haus, minum mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat sering muntah. Matanya
dengan lahap. dari diare itu sendiri adalah cekung dan cubitan kulit
 Cubitan kulit perut perutnya kembali lambat.
kehilangan air dan elektrolit
kembali lambat (dehidrasi) yang mengakibatkan Data Objektif :
gangguan keseimbangan asam basa KU Baik, Kesadaran CM,
(asidosis metabolik dan hypokalemia), Temp 36,5 C
gangguan gizi (intake kurang, output Lila 12 cm
berlebih), hipoglikemia dan gangguan
sirkulasi darah (Sarwono, 2020)
Asuhan yang diberikan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Memberikan advice dokter: cairan Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :
oralit (cairan oralit selama periode 3 1. Pemberian informasi hasil pemeriksaaan
jam, untuk 3 jam pertama sebanyak pada pasien dan keluarga adalah hak pasien
900 ml), Lacto B 1 sachet sehari dan untuk mengetahui keadaannya sesuai UU
tablet Zinc selama 10 hari (walaupun No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
diare sudah berenti) 2. Pemberian Oralit dan Zinc sesuai
3. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan penatalaksanaan Terapi B diare pada anak
dengan dehidrasi ringan. Pemberian
pemberian makanan sesuai
rehidrasi secara oral dilakukan untuk
Rencana Terapi B dengan cara pencegahan pada balita yang tidak
ajarkan pemberian oralit : minumkan terdeteksi tanda dan gejala dehidrasi.
sedikit-sedikit tapi sering, jika anak Pemberian oralit diharapkan dapat
muntah tunggu 10 menit kemudian bermanfaat dalam mengganti cairan tubuh
berikan lebih lambat, dan bila yang hilang pada saat diare terutama
kelopak mata bengkak hentikan mencegah dehidrasi sedangkan zinc
pemberian oralit dan berikan air bermanfaat mengganti zinc yang hilang saat
masak diare dengan meningkatkan sistem
4. Memberikan KIE pada orang tua kekebalan tubuh, memperbaiki mukosa usus
tentang pendidikan kesehatan dan dan mengurangi pengulangan diare 2-3
bulan, selain Itu dapat mengurangi
nutrisi
frekuensi, volume dan kegagalan pada
5. kecuali ada klasifikasi berat terapi (Kemenkes, 2017)
lainMenganjurkan ibu untuk segera 3. Pemberian makan sesuai rencana B
datang kembali jika keluar tinja bermanfaat untuk tetap tumbuh dan
bercampur darah dan anak malas mencegah penurunan berat badan
minum (Kemenkes, 2017)
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan 4. Pendidikan kesehatan dapat mengubah
kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada pengetahuan seseorang, masyarakat dalam
perbaikan pengambilan tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan (Notoadmojo, 2012)
Evaluasi Asuhan yang diberikan : 5. Apabila anak mengalami diare
Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan dan berkepanjangan dan tidak sembuh maka
penjelasan yang diberikan oleh bidan dan segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
akan memberikan terapi serta akan diberikan perawatan dan pengobatan yang
memberikan makanan sesuai anjuran bidan lebih lanjut (Kemenkes, 2017)
6. Kunjungan ulang dilakukan apabila tidak ada
perubahan pada anak setelah diberi asuhan
dan dapat memberikan penanganan dengan
segera dan tepat (Sarwono, 2020)
\
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Data
Berdasarkan data subjektif didapatkan Ibu mengatakan anaknya mengalami buang
air besar terus menerus sejak 1 hari yang lalu (encer, dengan frekuensi >3x dalam
sehari) dan saat diberi minum anaknya nampak kehausan dan meminumnya dengan
lahap, anak nampak gelisah dan rewel. Nafsu makan anak juga berkurang dan anak
sering muntah. Matanya cekung dan cubitan kulit perutnya kembali lambat. Berdasarkan
data objektif didapatkan KU Baik, Kesadaran CM, Temp 36,5 C, Lila 12 cm, BB anak
11 kg.
Dari pengkajian data diatas bahwa ada tanda-tanda balita diare dengan dehidrasi
ringan. Hal ini sejalan dengan teori Sarwono (2020) yang menyatakan tanda/gejala
diare dehidrasi ringan secara teori gelisah, rewel/ mudah marah, mata cekung, haus,
minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembali lambat.

B. Analisis
Untuk menegakan suatu diagnosa, dibutuhkan data dasar yakni data subjektif dan
data objektif. Berdasarkan data subjektif dan objektif dapat ditegakan diagnosa An. A
usia 1 Tahun dengan diare dehidrasi ringan.
Data subyektif meliputi: anak BAB encer sebanyak lebih dari tiga kali, muntah tiap
kali makan, setelah mengalami gejala seperti itu anak tidak mau makan. Data objektif
meliputi: keadaan umum anak lemah, suhu tubuh 37oC, berat badan 11 kg, mata
cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit saat kulit bagian perut dicubit pengembalian
kulit seperti semula melambat, bising usus (+) meningkat, abdomen kembung, anus
lecet dan kemerahan.
Masalah yang ditemukan pada An. A berdasarkan pengkajian dan pemeriksaan yang
dilakukan adalah diare dehidrasi ringan, dimana saat pasien masuk keadaan umum
anak lemah, anak gelisah, mata cekung dan turgor kulit menurun.
Hal ini sejalan dengan Sarwono (2020) bahwa Mekanisme dasar penyebab timbulnya
diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga
timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan
motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

C. Asuhan Yang Diberikan


Penatalaksaaan yang diberikan pada An. A usia 1 Tahun dengan diare dehidrasi
ringan yaitu Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, Memberikan advice dokter: cairan
oralit (cairan oralit selama periode 3 jam, untuk 3 jam pertama sebanyak 900 ml), Lacto
B 1 sachet sehari dan tablet Zinc selama 10 hari (walaupun diare sudah berenti) ,
Menganjurkan ibu untuk melanjutkan pemberian makanan sesuai Rencana Terapi B
dengan cara ajarkan pemberian oralit : minumkan sedikit-sedikit tapi sering, jika anak
muntah tunggu 10 menit kemudian berikan lebih lambat, dan bila kelopak mata bengkak
hentikan pemberian oralit dan berikan air masak, Memberikan KIE pada orang tua
tentang pendidikan kesehatan dan nutrisi, Menganjurkan ibu untuk segera datang
kembali jika keluar tinja bercampur darah dan anak malas minum, Menganjurkan ibu
untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
Penatalaksanaan diatas sudah sesuai pedoman MTBS tahun 2022 adalah rehidrasi
yaitu beri cairan, tablet zink dan makanan sesuai Rencana Terapi B, jika terdapat
klasifikasi berat lain rujuk segera, jika masih bisa minum berikan ASI dan larutan oralit
selama perjalanan, kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan dan nasihati kapan
harus kembali segera. Oralit adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCL) dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.

Laporan Refleksi Balita Dengan Diare Dehidrasi Ringan

a. Ringkasan Kasus
Ny. “L” berusia 28 tahun datang bersama bayinya di Puskesmas Ujan Mas
konsultasi tentang keadaan anaknya. Dengan hasil anameses Ny L mengatakan
anaknya mengalami buang air besar terus menerus sejak 1 hari yang lalu (encer,
dengan frekuensi >3x dalam sehari) dan saat diberi minum anaknya nampak
kehausan dan meminumnya dengan lahap, anak nampak gelisah dan rewel. Nafsu
makan anak juga berkurang dan anak sering muntah, matanya cekung dan cubitan
kulit perutnya kembali lambat.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan BB : 11 kg, TB : 78 cm, Temp : 36,5 C, mata


cekung, turgor kulit perut kembali lambat
Memberikan advice dokter : cairan oralit (cairan oralit selama periode 3 jam,
untuk 3 jam pertama sebanyak 900 ml), Lacto B 1 sachet sehari dan tablet Zinc selama
10 hari (walaupun diare sudah berenti),menganjurkan ibu untuk melanjutkan pemberian
makanan sesuai Rencana Terapi B dengan cara ajarkan pemberian oralit : minumkan
sedikit-sedikit tapi sering, jika anak muntah tunggu 10 menit kemudian berikan lebih
lambat, dan bila kelopak mata bengkak hentikan pemberian oralit dan berikan air
masak, memberikan KIE pada orang tua tentang pendidikan kesehatan dan
nutrisi,menganjurkan ibu untuk segera datang kembali jika keluar tinja bercampur darah
dan anak malas minum, menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari jika
tidak ada perbaikan

b. Masalah yang di kaji

Balita usia 1 tahun dengan diare dehidrasi ringan

c. Analisa Kritis
Diare adalah buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali
dalam sehari dengan konsistensi tinja lebih cair, kecuali pada neonatus (bayi <1 bulan)
yang mendapatkan ASI biasanya buang air besar dengan frekuensi lebih sering (5-6 kali
dalam sehari) dengan konsistensi baik yang dianggap normal. Diare merupakan salah
satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di
dunia dan semua kelompok usia dapat terserang diare termasuk pada balita. Selain itu
diare pada balita apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian
(Kemenkes RI, 2018).
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan
(makanan basi, beracun, mentah (sayuran) dan kurang matang) dan faktor prsikologis
(rasa takut dan cemas, walaupun jarang jika terjadi pada balita dapat menyebabkan
diare kronis). Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Penyebab
kematian lain adalah disentri, kurang gizi dan infeksi yang serius seperti pneumonia.
Dasar dari semua gangguan transportasi larutan usus akibat perpindahan air melalui
membrane usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan olehaliran larutan
secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida dan glukosa, (Ngastiyah, 2018).

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan teori dan kasus pada Asuhan Kebidanan
didapatkan diagnos An. A usia 1 Tahun dengan Dengan Diare Dehidrasi Ringan
Asuhan Kebidanan yang diberikan disusun berdasarkan rasional sesuai dengan
diagnosa berupa informasikan hasil pemeriksaan pada kedua orang tua pasien,
rehidrasi baik oral, pendidikan kesehatan dan nutrisi bahwa manajemen kebidanan
yang diberikan bidan di Puskesmas Gunung Megang baik dan sesuai dengan teori
serta sudah sesuai dengan kebutuhan.
Kebutuhan yang diberikan sesuai dengan masalah yang didapatkan dari
identifikasi data subjektif, objektif, analisis, dan penatalaksanaan, dimana hal
tersebut dilakukan sesuai dengan teori yang ada. Dapat disimpulkan juga bahwa
tidak ada kesenjangan teori dan praktik dalam melakukan asuhan kebidanan pada
balita sakit di Puskesmas Gunung Megang.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menerapkan asuhan kebidanan pada balita dengan diare
dehidrasi ringan sesuai teori yang telah dipelajari.
2. Bagi Klien
Diharapkan klien dapat melaksanakan dan melanjutkan secara mandiri semua
informasi dan asuhan yang telah diberikan.
3. Bagi Lahan Praktik
Perlunya menerapkan asuhan kebidanan komprehensif di lahan praktek,
meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan yang diberikan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan studi kasus ini terus dilakukan dan ditingkatkan dalam upaya
peningkatan pemahaman tentang asuhan kebidanan serta menambah referensi
yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani AP. 2016. Diare Pencegahan & Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha Medika.

Cahyaningrum D. 2020. Studi tentang Diare dan Faktor Resikonya pada Balita Umur 1-5
Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan Sleman.

DepKes RI. 2011. Buku saku petugas kesehatan : Lintas diare. Ditjen Pengendali
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dep Kesehatan Republik Indones
Jakarta.

Hartati S.2018. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru.

Irawan AT. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di
Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Rajagaluh Kabupaten Majalengka Tahun 2020.
2020

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas Tahun 2018. Jakarta:
Kemenkes RI.

Kemenkes, 2022. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta : Kemenkes
RI.

Lismawati. 2018. Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun Sebelum Makan
Dan Riwayat Pemberian Asi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Rumah Sakit
Royal Prima Jambi Tahun 2018. Jambi : Universitas Adiwangsa.
Manuaba. 2017. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan.
Jakarta: EGC.

Matondang, Z. 2019. Statistika Pendidikan. Medan: Unimed Ngastiyah. Edisi Revisi :


Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 2020. Edisi Revisi : Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Notoatmodjo. 2012. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

Nuraeni. 2018. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kecamatan Ciawi Kejadian Diare Pada
Balita Di Kecamatan Ciawi. Bogor : Insi Jawa Barat

Nuraini, Wahyuni S, Windiarto T, Oktavia E, Yoyo Karyono. Profil Penduduk Indosesia


Hasil Supas 2020. Vol 136.; 2020.

Octa Dwienda R D. 2019. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita Dan Anak


Prasekolah. Yogyakarta: Deepublish.

RISKESDAS. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2019. Jakarta Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehat Republik Indonesia. 2019;
(Penyakit Menular):103. doi:10.1007/s13398-014-0173- 7.2

Sudarti. 2021. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

WHO. The Treatment of Diarrhoea : A manual physicians and other senior health
workers. WHO Manual Rev4. 2019. doi:10.1111/mcn.12260
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Faiz Alfarizqi

Tempat/Tanggal Lahir : Gunung Megang, 01 Maret 2023

Alamat : Dusun 8 Gunung Megang Dalam Kecamatan

Gunung Megang Kabupaten Muara Enim

31352

Bersama ini menyatakan kesediaannya untuk diberikan asuhan kebidanan. Persetujuan


ini saya berikan setelah mendapat penjelasan dari bidan yang berwenang di fasilitas
kesehatan tersebut diatas.

Demikian surat persetujuan tindakan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun
dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Gunung Megang, 15 Maret 2024

Bidan Pemeriksa Yang Membuat Pernyataan


Holila Yuyun Hartati

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. A USIA 1 TAHUN


DENGAN DIARE DEHIDRASI

Anda mungkin juga menyukai