OLEH :
HOLILA
NIM : 230707312
Pembimbing I
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN
BALITA SAKIT PADA AN. A USIA 1 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN
DI PUSKESMAS GUNUNG MEGANG KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2024”
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Maryati Sutarno Spd, SST, Bd, MARS, MH Ketua Yayasan Abdi Nusantara
Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta.
3. Ibu Rahayu Khairiah, SKM, SST, Bd, M.Keb Pembimbing yang telah memberikan
banyak masukan, pengarahan, dan bimbingan kepada penulis sehingga laporan
studi kasus ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Hendri Juliansyah, SKM, MM Kepala Puskesmas Gunung Megang yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data.
5. Bapak/Ibu penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan dan
bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan – perbaikan untuk
kesempurnaan laporan penulis.
6. Kedua orang tuaku tercinta, suami dan anak-anakku tersayang selalu memberikan
motivasi baik moril maupun materil, sehingga laporan studi kasus ini dapat
diselesaikan.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan
khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya
kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Diare adalah buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali
dalam sehari dengan konsistensi tinja lebih cair, kecuali pada neonatus (bayi <1 bulan)
yang mendapatkan ASI biasanya buang air besar dengan frekuensi lebih sering (5-6 kali
dalam sehari) dengan konsistensi baik yang dianggap normal. Diare merupakan salah
satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di
dunia dan semua kelompok usia dapat terserang diare termasuk pada balita. Selain itu
diare pada balita apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian
(Kemenkes RI, 2018).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) dan United Nations
International Children Fun (UNICEF) (2018), diare merupakan penyebab kematian
nomor dua setelah pneumonia pada anak-anak dibawah usia lima tahun dan lebih dari
1,6 miliar balita meninggal setiap tahunnya. Berdasarkan Profil Data Kesehatan
Indonesia 2018 terjadi 10 kali Kejadian Luar Biasa (KLB) yang tersebar di 8 provinsi, 8
kabupaten/kota, yang disertai dengan kematian. Angka kematian diare pada kasus KLB
masih cukup tinggi dan mengalami peningkatan yaitu sebesar 4,76% (Kemenkes RI,
2018)
Di Indonesia menurut Kemenkes RI 2018, penyakit diare merupakan penyakit
endemis dan juga merupakan penyakit yang berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB)
disertai dengan kematian. Pada tahun 2018 terjadi 10 kali KLB yang tersebar di 8
provinsi, 8 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 756 orang dan kematian 36 orang
(CFR 4,76%). Angka kematian (CFR) diharapkan 1%), sedangkan pada tahun 2018
CFR Diare mengalami peningkatan dibanding tahun 2017 yaitu menjadi 4,76%.
Berdasarkan Survey morbiditas diare pada tahun 2014 insiden diare pada balita
yaitu 27%, dan tahun 2016 diperkirakan jumlah penderita sebanyak 46,4%
(Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2016). Target SDGs pada tahun 2030
mengakhiri kematian bayi dan balita dengan upaya mengurangi angka kematian bayi
dengan 12/1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak bawah lima tahun 25/1000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan
(makanan basi, beracun, mentah (sayuran) dan kurang matang) dan faktor prsikologis
(rasa takut dan cemas, walaupun jarang jika terjadi pada balita dapat menyebabkan
diare kronis). Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Penyebab
kematian lain adalah disentri, kurang gizi dan infeksi yang serius seperti pneumonia.
Dasar dari semua gangguan transportasi larutan usus akibat perpindahan air melalui
membrane usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan olehaliran larutan
secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida dan glukosa (Ngastiyah, 2018).
Pada dasarnya penyakit diare tidak begitu membahayakan apabila ditangani
dengan tepat. Namun, meskipun demikian penyakit ini dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman bagi penderita. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (menurunkan angka kejadian diare sebesar
47%) (Ngastiyah, 2018).
Data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) mengatakan angka kejadian diare
tahun 2018 berdasarkan diagnosis yaitu 6,8% dan dengan gejala yaitu 8% yang terjadi
di Indonesia dengan kejadian tertinggi yaitu di Sulawesi Tengah dengan kejadian 10%,
adapun prevalensi kasus diare Sumatera Selatan dengan angka kejadian 5%
(Riskesdas, 2019).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan studi kasus “Asuhan
Kebidanan Balita Sakit Pada An. A Usia 1 Tahun Dengan Diare Dehidrasi Ringan
Di Puskesmas Gunung Megang Kabupaten Muara Enim Tahun 2024”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan balita sakit pada An. A usia 1 tahun dengan
diare dehidrasi ringan di Puskesmas Gunung Megang Kabupaten Muara Enim
tahun 2024”
dengan pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian metode
SOAP dan Pathway.
2. Tujuan Khusus
a. Bidan mampu melaksanakan pengkajian Memberikan asuhan kebidanan
balita sakit pada An. A usia 1 tahun dengan diare dehidrasi ringan di
Puskesmas Gunung Megang Kabupaten Muara Enim tahun 2024
b. Bidan mampu merumuskan diagnosa asuhan kebidanan balita sakit pada
An. A usia 1 tahun dengan diare dehidrasi ringan di Puskesmas Gunung
Megang Kabupaten Muara Enim tahun 2024
c. Bidan mampu merencanakan asuhan kebidanan balita sakit pada An. A usia
1 tahun dengan diare dehidrasi ringan di Puskesmas Gunung Megang
Kabupaten Muara Enim tahun 2024
d. Bidan mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan balita sakit
pada An. A usia 1 tahun dengan diare dehidrasi ringan di Puskesmas
Gunung Megang Kabupaten Muara Enim tahun 2024
e. Bidan mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan balita sakit pada An. A
usia 1 tahun dengan diare dehidrasi ringan di Puskesmas Gunung Megang
Kabupaten Muara Enim tahun 2024
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu untuk
memberikan asuhan kebidanan sesuai kewenangan klien.
2. Bagi Klien
Memberikan rasa nyaman kepada ibu dan keluarga serta mendapatkan asuhan
yang tepat sehingga mencegah terjadinya komplikasi.
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai masukan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan tenaga kesehatan terutama bidan untuk
selalu mendeteksi secara dini bayi, balita dan anak pra sekolah beresiko agar
dapat melakukan rujukan untuk mendapat pertolongan segera.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan pembelajaran dan penilaian hasil belajar mahasiswa profesi
kebidanan dalam melakukan asuhan kebidanan, serta sebagai dokumentasi
institusi untuk meningkatkan pendekatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Penyebab Diare/Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi menjadi 4 faktor, yaitu :
a) Faktor Infeksi
1) Infeksi internal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi internal ini meliputi :
Infeksi Bakteri : E. coli, salmonella, shigella, vibria cholerae, aeromonas,
dll.
Infeksi Virus : Enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dll.
Infeksi Parasit : Cacing (ascaris), Protozoa (trichomonas
haminis),Jamur (candida algicans).
2) Infeksi parenteral : Infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan
seperti :
Tonsilofaringitis (Radang Tonsil)
Radang Tenggorokan
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun (Sudarti, 2021).
b) Faktor Malarbsorbsi
1) Malarbsorbsi Karbohidrat (Disakarida, Monosakarida)
Pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula
menyebabkan diare.
Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di
daerah perut.
2) Malarbsorbsi Lemak
Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trglyserida. Dengan
bantuan kelenjar lipase mengubah lemak menjadi micelles yang siap
di arbsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan
mukosa usus, diare dapat terjadi. Gejalanya adalah tinja
mengandung lemak.
3) Malarbsorbsi Protein
Asam amino, Blactoglobulin
c) Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, mentah (sayuran) dan kurang matang (makanan yang kecampuran
racun clostridium botolinum, stafilokokus (bahan kimia)
d) Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, walaupun jarang jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis (Sudarti, 2021).
3. Jenis Diare
a) Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, tetapi gejalanya
dapat menjadi berat. Penyebabnya sebagai berikut :
- Gangguan jasad renik / bakteri yang masuk kedalam usus halus
setelahmelewati berbagai rintangan asam lambung
- Jasad renik yang berkembang pesat didalam usus halus
- Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
- Kelebihan cairan usus akibat racun
b) Diare Kronis / Menahun / Persisten
Pada diare kronis terjadinya lebih kompleks, berupa faktor yang
menimbulkannya terutama jika sering berulang pada anak. Diare kronis /
diare yang menetap akan berakhir 14 hari atau lebih lama, karena :
Gangguan bakteri jamur dan parasit
Malarbsorbsi kalori dan lemak
Gejala-gejala sisa karena cidera usus oleh setiap enteropatogen
pascainfeksi akut.
c) Protracte Diare
Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan tinja cair dan frekuensi 4
kali atau lebih perhari.
d) Chronic Non Specific Diarrhea
Diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu tetapi tidak disertai gangguan
pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi maupun malabosorpsi.
5. Pathogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare ialah :
a) Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga
timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang
akan meyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke
dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi dari
rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga
timbul diare.
c. Gangguan motilitas usus
6. Klasifikasi Diare
1. Untuk Dehidrasi
7. Komplikasi
Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang
merupakan akibat kehilangan air abnormal. Terdapat banyak sebabkehilangan
cairan tubuh dan kandungan elektrolit diantaranya kehilangan melalui kulit
seperti diaphoresis, luka bakar. Kehilangan cairan tubuh meleui saluran
perkemihan, misalnya karena dieresis osmotic, diabetes insipidus. Ada dua
jenis dehidrasi yaitu :
- Dehidrasi dimana kekurangan air lebih dominan dibandingkan kekurangan
elektrolik (dehidrasi isotonis). Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan
cairan ekstraseluler, sehingga terjadi perpindahan air dari instrasel ke
ekstrasel yang menyebabkan terjadi dehidrasi intraseluler. Bila cairan
intrasel berkurang lebih dari 20%, maka sel akan mati. Dehidrasi jenis ini
terjadi bila seseorang minum air laut pada saat kehausan berat.
- Dehidrasi dimana kekurangan elektrolit lebih dominan dibanding
kekurangan air (dehidrasi hipertonik). Pada dehidrasi jenis ini cairan
intarseluler bersifat hipotonis, sehingga terjadi perpisahan air dari ekstrasel
ke intrasel yang menyebabkan terjadi edema intrasel. Dehidrasi jenis ini
terjadi bila seseorang mengalami kekurangan cairan hanya diatasi dengan
minum air murni tanpa mengandung elektrolit.
Dehidrasi sangat bahaya terhadap keselamatan hidup manusia. Tingkat
keparahan yang ditimbulkan akibat dehidrasi bergantung pada seberapa besar
derajat dehidrasi yang dialaminya. Perawat harus mampu untuk
mengindentifikasi tingkat dehidrasi yang terjadi pada klien (Musliha, 2021)
Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi Berdasarkan Tanda Dan Gejala Pada
Klien
Penilaian A B C
Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai,
Umum atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan Basah Kering Sangat kering
Lidah
Rasa haus Minum biasa, Haus, ingin minum Malas minum
tidak haus banyak atau tidak bisa
minum
Turgor kulit Kembali Kembali lambat Kembali sangat
Cepat Lambat
Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaa dehidrasi
ringan/sedang
n
Bila ada 1 tanda. Bila ada 1 tanda
Ditambah 1 atau ditambah 1 atau
lebih tanda lain. lebih tanda lain.
Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, berikan 1 atau lebih cairan
berikut : oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang
9. Rencana Terapi B
Dalam MTBS (2022) Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit :
1) Berikan oralit di klinik sesuai dianjurkan selama periode 3 jam.
Tabel Pemberian oralit
Umur ≤4 bulan 4 - < 12 bulan 1 - < 2 tahun 2 - < 5 tahun
terutama sesudah buang air besar, sesudah menbuang tinja anak , sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak, sebelum makan,
menyuapi dampak dalam kejadian diare (menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%).
6. Mengunakan jamban
7. Penyehatan Lingkungan
Air limbah baik limbah pabrik maupun limbah rumah tangga harus di
kelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan
menimbulkan bau, menganggu estetika dan dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk dan tempat bersarangnya tikus. Kondisi ini dapat
berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk
daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran pembuangan air limbah di
halaman, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak
menjadi tempat perlindungan nyamuk.
3. Obat-obatan
Gambar Skematika Penatalaksanaan Berdasarkan Keadaan Diare
Perawatan RS
- Jumlah cairan yang diberikan tanpa dehidrasi adalah 100 ml/kgBB/hr sebanyak 1x
setiap 2 jam. Diberikan 20% dalam 4 jam 1 dan sisanya adlibitum. Jika setiap kali
diare dan umur anak :
6 th diberikan 1 gelas
3. Garam dapur halus ½ sendok teh + air masak/air teh hangat 1 gelas
a. Cara tradisonal
5) Perencanaan
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa, yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi dan juga, merupakan pengembangan perencanaan
asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Setiap
rencana asuhan haruslah mencerminkan rasional yang benar-benar yakin
berdasarkan pengetahuan (Varney, 2017). Rencana asuhan pada anak yaitu
rehidrasi, nutrisi dan pendidikan.
6) Pelaksanaan
Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Perencanaan ini dilakukan sepenuhnya
oleh bidan dan sebagian oleh pasien atau tim kesehatan lainnya (Varney, 2017).
7) Evaluasi
PENILAIAN TINDAKAN
KLASIFIKAS
(Lingkar semua gejala yang ditemukan) PENGOBATAN
I
MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM DENGAN SEGITIGA ASESMEN GAWAT ANAK
(SAGAI)
Apakah tidak Penampilan tentukan: Usaha Napas, Sirkulasi, Stabil
bisa minum o Kejang tentukan: tentukan
atau o Tidak o Tarikan o Pucat
menyusu? dapatberinteraksi dinding dada o Tampak biru
Apakah dengan lingkungan ke dalam (sianogsia)
memuntahkan atau tidak sadar o Stridor o Gambaran
semua o Gelisah, rewel dan o Napas cuping kutis
makanan dan tidak dapat hidung marmorata
minuman? ditenangkan atau o Mencari posisi (kulit seperti
Apakah mata tidak paling mamet)
pernah kejang membuka nyaman dan
selama sakit o Tidak bersuara monalak
ini? atau justru berbaring
menangis
melengking
APAKAH ANAK BATUK DAN/ATAU SUKAR BERNAPAS? Ya ____Tidak √
Berapa lama? ______hari -
Hitung napas dalam 1 menit____kali/menit
Napes open?
Ada tarikan dinding dada kedalam
Ada wheezing
Saturasi oksigen_____%
Apakah ANAK DIARE? Ya √ Tidak__ Diare - Beri cairan,
Berapa lama? 1 hari Keadaan umum anak dengan tablet
Adakah darah dalam tinja? o Letargis atau tidak sadar dehidrasi zinc
√ Rewel/mudah marah Ringan danmakanan
√Mata cekung sesuai
Beri anak minum: Rencana
o Tidak bisa minum atau malas minum Terapy B
√ Haus minum dengan lahap - Segera datang
kembali jika
Cubit kulit perut apakah kembalnya?
keluar tinja
o Sangat lambat (>2 detik) bercampur
√ Lambat (masih sempat terlihat lipatan kulit) darah dan anak
malas minum
Kunjungan
ulang 3 hari lagi
jika tidak ada
perbaikan
APAKAH ANAK DEMAM?Ya ___Tidak √ -
(anamnesisATAU teraba panas ATAU suhu >37,5℃)
Tentukan Daerah Endemis Malaria:Tinggi/Rendah/Non Edemis
Jika Daerah Non Endemis, tanyakan riwayat bepergian kedaerah endemis malaria dalam
2 minggu terakhir dan tentukandaerah endemis sesuai tempat yang dikunjuingi
Sudah berapa lama? Hari Lihat dan periksa adanya
Jika lebih dari 7 hari,apakah demam terjadi setiap kaku kuduk
hari? Lihat adanya penyebab lain
Apakah pemah sakit malaria atau minum obat anti dari demam
malaria? Lihat adanya tanda-tanda
Apakah anak sakit campak dalam 3 bulan terakhir? campak saat int:
oRuam kemerahan di kulit
L Lakukan Tes Malaria Jika tidak ada klasifikasi yang menyeluruh DAN
penyakit berat: oTerdapat salah satu
Pada semua kasus balita sakit di daerah endemis tanda berikut: batuk,pilek,
tinggi malaria mata merah
Jika tidak ditemukan penyebab pasti demam di
daerah endemis rendah malaria
Jika anak sakit campak saat ini Lihat adanya luka di mulut. Jika "ada",apakah
atau dalam 3 bulan terakhir: dalam atau luas?
Lihat adanya nanah di mata
Lihat adanya kekeruhan di kornea
Jika demam 2 hari sampai dengan Periksa tanda-tanda syok,lakukan pemeriksaan Lakukan
7 hari,tanya dan periksa: CCTVR: Pemeriksaan
oKaki/tangan tampak pucat darah:
Apakah demam mendadak
oWaktu pengisian kapiler>2 detik Hermoglobin
tinggi dan terus menerus?
oKaki/tangan teraba dingin Hematokrit
Apakah badan teraba dingin?
oNadi lemah atau tidak teraba Leokosit
Apakah anak lemas/gelisah? Trombosit__
Adakah mual? oNadi cepat
NS.1_____
Adakah muntah?Jika ya,apakah Periksa nyeri perut dan nyeri tekan perut kanan
terus menerus? atas
Adakah nyeri perut? Periksa adanya klinis akumulasi cairan
Adakah perdarahan berupa Lihat adanya
mimisan/muntah darah atau oPerdarahan kulit(petekie),perdarahan hidung
coklat seperti kopi/BAB (mimisan)
berdarah/berwarna hitam? oIkterlk
Apakah muncul ruam? oLetargi.gelisah
Apakah ada rasa sakit dan nyeri oSesak napas, napas cepat
badan? Periksa adanya pembesaran hepar>2 cm
Apakah BAK terakhir ≥ 6 jam? Jika tidak syok dan tidak ada perdarahan
lakukan uji tourniquet.Hasil uji toumiquet
positif_negatif_
PENILAIAN TINDAKAN/
KLASIFIKASI
(Lingkari semua gojala yang ditemukan) PENGOBATAN
MEMERIKSA STATUS GIZI DAN STATUS PERTUMBUHAN Gizi Baik Beri Pujian kepada ibu
Lingkari imunisasi yang dibutu hkan hari ini,beri tanda "V" jika sudah diberikan Imunisasi Imunisasi yang di
Lengkap berikan hari ini
HB0 BCG OPV0 OPV1 OPV2O
PV3/IPV
DPT-HB-Hib1 DPT-HB-Hlb 2
Tidak Ada
Jika anak berumur<2 TAHUN alauGIZI KURANG alau GIZI BURUK TANPA
KOMPLIKASI alau ANEMIA DAN anak lidak akandirujuk segerac
1) ANALISA
Balita usia 1 tahun dengan diare dehidrasi ringan
2) PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Memberikan advice dokter: cairan oralit (cairan oralit selama periode 3 jam, untuk 3 jam pertama
sebanyak 900 ml), Lacto B 1 sachet sehari dan tablet Zinc selama 10 hari (walaupun diare sudah
berhenti)
3. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan pemberian makanan sesuai Rencana Terapi B dengan cara
ajarkan pemberian oralit: minumkan sedikit-sedikit tapi sering, jika anak muntah tunggu 10 menit
kemudian berikan lebih lambat, dan bila kelopak mata bengkak hentikan pemberian oralit dan
berikan air masak
4. Memberikan KIE pada orang tua tentang pendidikan kesehatan dan nutrisi kecuali ada klasifikasi
berat lainMenganjurkan ibu untuk segera datang kembali jika keluar tinja bercampur darah dan anak
malas minum
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
B. Laporan Kasus dengan Metode Pathway
Patofisiologi (Sesuai
Tanda/Gejala/Keluhan yang dialami Tanda/Gejala/Keluhan
pasien yang dialami pasien
Mekanisme dasar penyebab
timbulnya diare adalah gangguan Data Subyektif:
osmotik (makanan yang tidak dapat Ibu mengatakan anaknya
mengalami buang air
diserap akan menyebabkan tekanan
Tanda/Gejala/Keluhan besar terus menerus
osmotik dalam rongga usus sejak 1 hari yang lalu
secara teori menurut meningkat sehingga terjadi (encer, dengan frekuensi
Sarwono (2020) : pergeseran air dan elektrolit kedalam >3x dalam sehari) dan
rongga usus, isi rongga usus saat diberi minum
Tanda/Gejala Diare berlebihan sehingga timbul diare). anaknya nampak
Dehidrasi Ringan Selain itu menimbulkan gangguan kehausan dan
meminumnya dengan
Gelisah, sekresi akibat toksin di dinding usus,
lahap. Anak nampak
rewel/mudah sehingga sekresi air dan elektrolit gelisah dan rewel. Nafsu
marah. meningkat kemudian menjadi diare. makan anak juga
Mata cekung. Gangguan motilitas usus yang berkurang dan anak
Haus, minum mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat sering muntah. Matanya
dengan lahap. dari diare itu sendiri adalah cekung dan cubitan kulit
Cubitan kulit perut perutnya kembali lambat.
kehilangan air dan elektrolit
kembali lambat (dehidrasi) yang mengakibatkan Data Objektif :
gangguan keseimbangan asam basa KU Baik, Kesadaran CM,
(asidosis metabolik dan hypokalemia), Temp 36,5 C
gangguan gizi (intake kurang, output Lila 12 cm
berlebih), hipoglikemia dan gangguan
sirkulasi darah (Sarwono, 2020)
Asuhan yang diberikan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Memberikan advice dokter: cairan Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :
oralit (cairan oralit selama periode 3 1. Pemberian informasi hasil pemeriksaaan
jam, untuk 3 jam pertama sebanyak pada pasien dan keluarga adalah hak pasien
900 ml), Lacto B 1 sachet sehari dan untuk mengetahui keadaannya sesuai UU
tablet Zinc selama 10 hari (walaupun No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
diare sudah berenti) 2. Pemberian Oralit dan Zinc sesuai
3. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan penatalaksanaan Terapi B diare pada anak
dengan dehidrasi ringan. Pemberian
pemberian makanan sesuai
rehidrasi secara oral dilakukan untuk
Rencana Terapi B dengan cara pencegahan pada balita yang tidak
ajarkan pemberian oralit : minumkan terdeteksi tanda dan gejala dehidrasi.
sedikit-sedikit tapi sering, jika anak Pemberian oralit diharapkan dapat
muntah tunggu 10 menit kemudian bermanfaat dalam mengganti cairan tubuh
berikan lebih lambat, dan bila yang hilang pada saat diare terutama
kelopak mata bengkak hentikan mencegah dehidrasi sedangkan zinc
pemberian oralit dan berikan air bermanfaat mengganti zinc yang hilang saat
masak diare dengan meningkatkan sistem
4. Memberikan KIE pada orang tua kekebalan tubuh, memperbaiki mukosa usus
tentang pendidikan kesehatan dan dan mengurangi pengulangan diare 2-3
bulan, selain Itu dapat mengurangi
nutrisi
frekuensi, volume dan kegagalan pada
5. kecuali ada klasifikasi berat terapi (Kemenkes, 2017)
lainMenganjurkan ibu untuk segera 3. Pemberian makan sesuai rencana B
datang kembali jika keluar tinja bermanfaat untuk tetap tumbuh dan
bercampur darah dan anak malas mencegah penurunan berat badan
minum (Kemenkes, 2017)
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan 4. Pendidikan kesehatan dapat mengubah
kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada pengetahuan seseorang, masyarakat dalam
perbaikan pengambilan tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan (Notoadmojo, 2012)
Evaluasi Asuhan yang diberikan : 5. Apabila anak mengalami diare
Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan dan berkepanjangan dan tidak sembuh maka
penjelasan yang diberikan oleh bidan dan segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
akan memberikan terapi serta akan diberikan perawatan dan pengobatan yang
memberikan makanan sesuai anjuran bidan lebih lanjut (Kemenkes, 2017)
6. Kunjungan ulang dilakukan apabila tidak ada
perubahan pada anak setelah diberi asuhan
dan dapat memberikan penanganan dengan
segera dan tepat (Sarwono, 2020)
\
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Data
Berdasarkan data subjektif didapatkan Ibu mengatakan anaknya mengalami buang
air besar terus menerus sejak 1 hari yang lalu (encer, dengan frekuensi >3x dalam
sehari) dan saat diberi minum anaknya nampak kehausan dan meminumnya dengan
lahap, anak nampak gelisah dan rewel. Nafsu makan anak juga berkurang dan anak
sering muntah. Matanya cekung dan cubitan kulit perutnya kembali lambat. Berdasarkan
data objektif didapatkan KU Baik, Kesadaran CM, Temp 36,5 C, Lila 12 cm, BB anak
11 kg.
Dari pengkajian data diatas bahwa ada tanda-tanda balita diare dengan dehidrasi
ringan. Hal ini sejalan dengan teori Sarwono (2020) yang menyatakan tanda/gejala
diare dehidrasi ringan secara teori gelisah, rewel/ mudah marah, mata cekung, haus,
minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembali lambat.
B. Analisis
Untuk menegakan suatu diagnosa, dibutuhkan data dasar yakni data subjektif dan
data objektif. Berdasarkan data subjektif dan objektif dapat ditegakan diagnosa An. A
usia 1 Tahun dengan diare dehidrasi ringan.
Data subyektif meliputi: anak BAB encer sebanyak lebih dari tiga kali, muntah tiap
kali makan, setelah mengalami gejala seperti itu anak tidak mau makan. Data objektif
meliputi: keadaan umum anak lemah, suhu tubuh 37oC, berat badan 11 kg, mata
cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit saat kulit bagian perut dicubit pengembalian
kulit seperti semula melambat, bising usus (+) meningkat, abdomen kembung, anus
lecet dan kemerahan.
Masalah yang ditemukan pada An. A berdasarkan pengkajian dan pemeriksaan yang
dilakukan adalah diare dehidrasi ringan, dimana saat pasien masuk keadaan umum
anak lemah, anak gelisah, mata cekung dan turgor kulit menurun.
Hal ini sejalan dengan Sarwono (2020) bahwa Mekanisme dasar penyebab timbulnya
diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga
timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan
motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
a. Ringkasan Kasus
Ny. “L” berusia 28 tahun datang bersama bayinya di Puskesmas Ujan Mas
konsultasi tentang keadaan anaknya. Dengan hasil anameses Ny L mengatakan
anaknya mengalami buang air besar terus menerus sejak 1 hari yang lalu (encer,
dengan frekuensi >3x dalam sehari) dan saat diberi minum anaknya nampak
kehausan dan meminumnya dengan lahap, anak nampak gelisah dan rewel. Nafsu
makan anak juga berkurang dan anak sering muntah, matanya cekung dan cubitan
kulit perutnya kembali lambat.
c. Analisa Kritis
Diare adalah buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali
dalam sehari dengan konsistensi tinja lebih cair, kecuali pada neonatus (bayi <1 bulan)
yang mendapatkan ASI biasanya buang air besar dengan frekuensi lebih sering (5-6 kali
dalam sehari) dengan konsistensi baik yang dianggap normal. Diare merupakan salah
satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di
dunia dan semua kelompok usia dapat terserang diare termasuk pada balita. Selain itu
diare pada balita apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian
(Kemenkes RI, 2018).
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan
(makanan basi, beracun, mentah (sayuran) dan kurang matang) dan faktor prsikologis
(rasa takut dan cemas, walaupun jarang jika terjadi pada balita dapat menyebabkan
diare kronis). Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Penyebab
kematian lain adalah disentri, kurang gizi dan infeksi yang serius seperti pneumonia.
Dasar dari semua gangguan transportasi larutan usus akibat perpindahan air melalui
membrane usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan olehaliran larutan
secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida dan glukosa, (Ngastiyah, 2018).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan teori dan kasus pada Asuhan Kebidanan
didapatkan diagnos An. A usia 1 Tahun dengan Dengan Diare Dehidrasi Ringan
Asuhan Kebidanan yang diberikan disusun berdasarkan rasional sesuai dengan
diagnosa berupa informasikan hasil pemeriksaan pada kedua orang tua pasien,
rehidrasi baik oral, pendidikan kesehatan dan nutrisi bahwa manajemen kebidanan
yang diberikan bidan di Puskesmas Gunung Megang baik dan sesuai dengan teori
serta sudah sesuai dengan kebutuhan.
Kebutuhan yang diberikan sesuai dengan masalah yang didapatkan dari
identifikasi data subjektif, objektif, analisis, dan penatalaksanaan, dimana hal
tersebut dilakukan sesuai dengan teori yang ada. Dapat disimpulkan juga bahwa
tidak ada kesenjangan teori dan praktik dalam melakukan asuhan kebidanan pada
balita sakit di Puskesmas Gunung Megang.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menerapkan asuhan kebidanan pada balita dengan diare
dehidrasi ringan sesuai teori yang telah dipelajari.
2. Bagi Klien
Diharapkan klien dapat melaksanakan dan melanjutkan secara mandiri semua
informasi dan asuhan yang telah diberikan.
3. Bagi Lahan Praktik
Perlunya menerapkan asuhan kebidanan komprehensif di lahan praktek,
meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan yang diberikan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan studi kasus ini terus dilakukan dan ditingkatkan dalam upaya
peningkatan pemahaman tentang asuhan kebidanan serta menambah referensi
yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani AP. 2016. Diare Pencegahan & Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha Medika.
Cahyaningrum D. 2020. Studi tentang Diare dan Faktor Resikonya pada Balita Umur 1-5
Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan Sleman.
DepKes RI. 2011. Buku saku petugas kesehatan : Lintas diare. Ditjen Pengendali
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dep Kesehatan Republik Indones
Jakarta.
Hartati S.2018. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru.
Irawan AT. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di
Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Rajagaluh Kabupaten Majalengka Tahun 2020.
2020
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas Tahun 2018. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes, 2022. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta : Kemenkes
RI.
Lismawati. 2018. Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun Sebelum Makan
Dan Riwayat Pemberian Asi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Rumah Sakit
Royal Prima Jambi Tahun 2018. Jambi : Universitas Adiwangsa.
Manuaba. 2017. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan.
Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 2020. Edisi Revisi : Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC
Notoatmodjo. 2012. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
RISKESDAS. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2019. Jakarta Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehat Republik Indonesia. 2019;
(Penyakit Menular):103. doi:10.1007/s13398-014-0173- 7.2
Sudarti. 2021. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
WHO. The Treatment of Diarrhoea : A manual physicians and other senior health
workers. WHO Manual Rev4. 2019. doi:10.1111/mcn.12260
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
31352
Demikian surat persetujuan tindakan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun
dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.