Anda di halaman 1dari 27

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus Individu dengan Judul Asuhan Kebidanan Pada Balita Usia 1 Tahun 5 Bulan
Dengan Gizi Buruk Di Ruang Kasturi RSUD Dr Rasidin Padang Tahun 2023. Telah diperiksa
dan disetujui oleh Preseptor Akademik dan Preseptor Klinik, sebagai salah satu tugas
Preklinik Kebidanan Semester VII Program Sarjana Kebidanan Stikes Alifah Padang.

Padang 14 Desember 2023

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( Amrina Amran, S.SIT, M.Biomed) (Ns. Santi Muchlis, S.Kep)

NIDN NIP
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul " Asuhan
Kebidanan Pada Balita Usia 1 Tahun 5 Bulan Dengan Gizi Buruk Di Ruang Kasturi RSUD
Dr Rasidin Padang Tahun 2023

Tepat pada waktu yang telah ditentukan. Laporan pendahuluan ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas preklinik pada semester VII. Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian laporan ini, baik yang terlibat secara langsung maupun
tidak.

Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan laporan ini dari teknis
penulisan sampai dengan pembahasan materi, untuk itu besar harapan kami akan saran dan
masukan yang bersifat mendukung untuk perbaikan kedepannya.

Padang 14 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I (PENDAHULUAN)...........................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................
1.2 TUJUAN UMUM...........................................................................................................
1.3 TUJUAN KHUSUS........................................................................................................
1.4 MANFAAT PENULISAN..............................................................................................
BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)................................................................................................
2.1 PENGERTIAN...............................................................................................................
2.2 ETIOLOGI.....................................................................................................................
2.3 PATOFISIOLOGI..........................................................................................................
2.4 TANDA DAN GEJALA.................................................................................................
2.5 PATHWAY....................................................................................................................10
2.6 PEMERIKSAN PENUNJANG...................................................................................10
2.7 KOMPLIKASI.............................................................................................................10
2.8 PENATALAKSANAAN...............................................................................................11
BAB III (TINJAUAN KASUS)..................................................................................................12
3.1 PENGKAJIAN KEBIDANAN....................................................................................12
3.2 DATA SUBJEKTIF......................................................................................................12
3.3 DATA OBJEKTIF........................................................................................................13
3.4 Assesment......................................................................................................................14
3.4.1 Diagnosa medis......................................................................................................14
3.4.2 Masalah..................................................................................................................14
3.4.3 Kebutuhan.............................................................................................................14
3.5 Penatalaksanaan...........................................................................................................14
3.5.1 Perencanaan..........................................................................................................14
3.5.2 Implementasi.........................................................................................................15
3.5.3 Evaluasi..................................................................................................................15
3.6 Soap...............................................................................................................................16
BAB IV (PEMBAHASAAAN)...................................................................................................20
BAB V (KESIMPULAN DAN SARAN)...................................................................................22
5.1 KESIMPULAN................................................................................................................22
5.2 SARAN..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut WHO (World Helath Organization) dalam situsnya menjelaskan
bahwa gizi buruk adalah terjadinya kekurangan, kelebihan atau ketidakseimbangan
dalam asupan energi atau nutrisi pada seseorang. Balita gizi buruk sangat rentan
terkena penyakit infeksi dan seringkali gizi buruk disebabkan oleh penyakit infeksi,
sehingga harus dilakukan penanganan secara cepat, tepat, dan terintegrasi antara rawat
inap dan rawat jalan, dengan mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat. Menurut
WHO, bila program pemberdayaan masyarakat dan deteksi dini berjalan optimal,
maka 80% balita gizi buruk dapat diberikan pelayanan rawat jalan.

Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian
Kesehatan yang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), didapatkan
persentase berat badan kurang dan sangat kurang pada balita sebesar 17%.
Berdasarkan data Aplikasi elektroni-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis
Masyarakat(e-PPBGM) melalui Surveilans Gizi Tahun 2021, balita dengan berat
badan sangat kurus sebesar 1,2% dan berat badan kurang sebesar 6,1%. Balita dengan
pengukuran indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) gizi buruk pada balita
0,9%, sedangkan gizi kurang pada balita 4,0%.

Gizi buruk merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan Kesehatan,


sesuai arah kebijakan RPJMN 2020-2024, target tahun 2024 adalah menurunkan
prevalensi wasting menjadi 7% dan stunting menjadi 14%. Penanganan balita gizi
buruk harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk mencegah kematian dan
komplikasi lebih lanjut serta memperbaiki tumbuh kembang anak di masa mendatang.
Upaya penanggulangan gizi buruk dilakukan dengan pencegahan melalui penemuan
dini dan memobilisasi masyarakat serta penanganan sesuai dengan tata laksana kasus,
yang terintegrasi baik dengan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap.

1.2 TUJUAN UMUM


Mampu memahami, mengetahui dan mengembangkan pola pikir dalam
memberikan / menerapkan asuhan kebidanan yang tepat pada pasien dengan kasus
Gizi Buruk Pada Anak Balita.

1.3 TUJUAN KHUSUS


Setelah melakukan asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data atau anamnesis secara subjektif
pada pasien Gizi Buruk .
b. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan objektif serta pemeriksaan penunjang
pada pasien Gizi Buruk.
c. Mengidentifikasi analisa yang berisi diagnosa dan masalah kebidanan berdasarkan
data subjektif dan objektkif pada pasien gizi buruk
d. Melakukan penatalaksanaan yang dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera,tindakan secara komperhensif yaitu penyuluhan dukungan, kolaborasi,
evaluasi, atau follow up serta melakukan pendokumentasian berdasarkan seluruh
tindakan yang telah dilakukan pada kasus pasien gizi buruk.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu melakukan dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan /
teori dan pengalaman nyata / kasus dalam memberikan asuhan kebidanan pada
balita dengan kasus Gizi Buruk.
Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam memperoleh kasus Gizi
Buruk sehingga dapat menambah keterampilan.
2. Bagi yang mempunyai balita
Dapat memahami kondisi atau keadaan pada balita serta mengetahui anjuran
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN
a. Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.
Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu
membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh
karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali bayi
umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4
bulan, ASI adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam proses
tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat
gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran
ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat
tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan
salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi
serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi
jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung
lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang
aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati
adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah
telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun
berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan.
Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk
melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
b. Gizi buruk

Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses
pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut
selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh.
Menurut Depkes, status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan
yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang
digunakan.
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut
reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health
Organization – National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku
WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat :
1. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
2. Gizi baik untuk well nourished.
3. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein
Calori Malnutrition)/ disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM ) atau (MEP)
Malnutrisi Energi dan Protein.
4. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan
kwasiorkor.
a. Marasmus yaitu keadaan kurang kalori.
b. Kwarshiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya
yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita).
c. Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan
kwashiorkor

Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perban dingan berat badan terhadap
umur anak sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan).
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat).
3. Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat).
4. Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP
berat).

2.2 ETIOLOGI
1. Agen
a. Makanan tidak seimbang
b. Penyakit infeksi yang mungkin di derita anak.
c. Tidak cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga
d. Pola pengasuhan anak yang tidak memadai
e. Keadaan sanitasi yang buruk dan tidak tersedia air bersih
f. Pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai

2. Host
a. Berat Badan Lahir Anak Balita
b. Status imunisasi
Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit dan kematian anak balita
yang disebabkan oleh wabah yang sering terjangkit, artinya anak balita yang
telah memperoleh imunisasi yang lengkap sesuai dengan umurnya otomatis
sudah memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu maka jika ada kuman
yang masuk ketubuhnya secara langsung tubuh akan membentuk antibodi
terhadap kuman tersebut.
c. Status asi ekslusif
ASI mengandung gizi yang cukup lengkap untuk kekebalan tubuh bayi.
Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi
sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau makanan
tambahan yang diberikan secara dini kepada bayi. Susu formula sangat susah
diserap usus bayi sehingga dapat menyebabkan susah buang air besar pada
bayi. Proses pembuatan susu formula yang tidak steril menyebabkan bayi
rentan terkena diare. Hal ini akan menjadi pemicu terjadinya kurnag gizi pada
anak.
d. Pemberian kolostrum
e. Tingkat pendidikan ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur
penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat
pendidkan yang lebih tingggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang
gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
f. Pengetahuan gizi ibu
Pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat mengatasi
masalah yang timbul akibat konsumsi gizi. Wanita khususnya ibu sebagai
orang yang bertanggung jawab terhadap konsumsi makanan bagi keluarga, ibu
harus memiliki pengetahuan tentang gizi baik melalui pendidikan formal
maupun informal.
g. Pekerjaan ibu
Meningkatnya kesempatan kerja wanita dapat mengurangi waktu untuk
tugas-tugas pemeliharaan anak, kurang pemberian ASI.
h. Jumlah anak dalam keluarga
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat
nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama
mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi makanannya jika
yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang tumbuh dalam
suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara
seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling
terpengaruh oleh kekurangan pangan.
i. Penyakit infeksi
Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan
tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Penyakit infeksi pada
anak-anak yaitu Kwashiorkor atau Marasmus sering didapatkan pada taraf
yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan
makanan melalui muntah-muntah dan diare.
3. Enviroment ( lingkungan )
a. Akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan
kebersihan lingkungan.
b. Tidak cukupnya persediaan pangan di keluarga (household food insecurity).

2.3 PATOFISIOLOGI
Sebenarnya malnutrisi (Gizi kurang) merupakan suatu sindrom yang terjadi
akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting
yaitubhost, agent, environment. Memang faktor diet makanan memegang peranan
penting tetapi faktor lain ikut menentukan dalam keadaan keluarga makanan, tubuh
selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok
atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan
lemak, merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25
jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibat katabolisme protrein terjadi setelah
beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera di ubah menjadi
karbohidrat di hepar dan di ginjal selama puasa jaringan lemak di pecah jadi asam
lemak, gliseraal dan keton bodies, asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi
kalau kekurangan makan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri
jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh tubuh.
Proses patogenesis terlihat pada faktor lingkungan dan manusia (host dan
environment) yang didukung oleh asupan-asupan zat-zat gizi, akibat kekurangan zat
gizi maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan,
apabila keadaan ini berlangsung lama. Maka simpanan zat gizi ini akan habis ahirnya
terjadi pemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat digolongkan sebagai
malnutrisi , walaupun hanya baru dengan ditandai dengan penurunan berat badan dan
pertumbuhan terhambat.
Patofisiologi menurut Nurcahyono, Pada keadaan ini yang muncul adalah
pertumbuhan yang kurang atau disertai mengecilnya otot dan menghilangnya lemak di
bawah kulit. Kelainan demikian merupakan proses psikologis untuk kelangsungan
jaringan hidup. Tubuh memerlukan energi dan dapat dipenuhi oleh makanan yang
diberikan.

2.4 TANDA DAN GEJALA


Berikut tanda dan gejala pada gizi buruk
1) Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang.
Pada tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
2) Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan
lebih rendah dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok
atau mungkin tersamar bila dijumpai edema anasarka.
3) Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun
berat. Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian
muka, lengan, tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema
anasarka.
4) Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis
dan lembek.
5) Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare
terdapat pada sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin
karena gangguan fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga
bisa terjadi.
6) Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada
taho lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau
putih, juga dikenal signo de bandero.

tanda-tanda marasmus adalah :


a) Otot akan mengecil/atrofi
b) Apatis
c) Sangat kecil/kurus
d) BB kurang, tidak sesuai umur
e) Kulit kedodoran
f) Muka seperti orang tua dan kulit kering
g) Perut buncit dengan gambaran usus yang nyata
h) Vena superfisialis tampak jelas , ubun-ubun cekung, tulang pipi dan dagu kelihatan
menonjol.
gejala kwashiorkor adalah :
a) Oedem di seluruh tubuh terutama kaki
b) Wajah membulat dan sembab
c) Otot-otot mengecil lebih nyata apabila diperiksa dalam posisi berdiri dan duduk.
d) Perubahan status mental, cengeng, rewel, kadang apatis.
e) Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
f) Pembesaran hati
g) Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
h) Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas
i) Pandangan mata anak tampak sayu

Tanda dan gejala marasmik – kwahiorkor


Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan
Marasmus dengan BB/TB <-3 SD disertai edema yang tidak mencolok.
2.5 PATHWAY

2.6 PEMERIKSAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses lengkap,
elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin. Pada pemeriksaan
laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom
karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan
hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang
menurun
2. Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk
menemukan adanya kelainan pada paru.
3. Tes mantoux
4. EKG

2.7 KOMPLIKASI
Pada anak yang menderita gizi buruk akan mengalami masalah sebagai berikut
1. Kematian
2. Infeksi kronis
3. TBS,ISPA, dan diare
4. Keterlambatan perkembangan fisik maupun kognitif
5. Penurunan imunitas : membuat anak rentan terhadap penyakit
6. Kerusakan organ , beberapa organ vital bisa terpengaruh

2.8 PENATALAKSANAAN
1. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap 2
bulan
2. Pemberian makanan yang mengandung protein, diet tinggi kalori, mineral dan
vitamin.
3. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun
dengan ditambah asupan MP-ASI.
4. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
5. Penanganan segera penyakit penyerta
6. Pada permulaan, makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi dinaikkan
bertahap setiap hari dengan porsi kecil.
7. Pengobatan infeksi: jika malnutrisi disebabkan oleh infeksi.
8. Pendidikan gizi
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN KEBIDANAN


Identitas / Biodata
Nama Anak : Starla Ameena Humaira
Umur : 1 tahun 5 bulan
Tanggal Lahir : 14 juli 2022
Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ibu : Sisri Indra Sari Nama Ayah : Salmat


Sahputra
Umur : 34 Tahun Umur : 35 tahun
Suku : Minang Suku : Minang
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Buruh harian
lepas
Alamat : Ngalau Gang Saiyo Alamat : Ngalau Gang
Saiyo

3.2 Data Subjektif


Tanggal : 5 Desember 2023
Pukul : 09.00 WIB
Alasan Datang : Ingin memeriksa keadaan anak
Keluhan : Ibu mengatakan bahwa anaknya 7 bulan terakhir berat
badan tidak naik,serta anak mengalami sesak nafas dari
rumah

Riwayat Pemberian Asi


- Asi Saja : 6 bulan
- Susu Formula :-

Riwayat Kesehatan

- Dahulu : tidak ada


- Sekarang : berat badan tidak bertambah dan sesak nafas
- Keluarga : tidak ada

Riwayat Imunisasi

- Bcg : ada
- Hb0 : ada
- Polio : ada
- Pentabio : ada
- Campak : ada

Riwayat Tumbang

- Pertumbuhan Berat Badan : berat badan tidak bertambah


- Pekerbambangan Anak : tidak baik
- Kelainan Bawaan : tidak ada
-
Pola Kebiasaan Sehari – Hari
- Pola Nutrisi : anak sulit makan,
- Pola Eliminasi : BAB 2x/hari , BAK 2-3x/ hari
- Pola Istirahat : 5-6 jam, dikarenakan anak terganggu,cengeng,rewel
- Pola Aktivitas : tidak bergaiarah dan lemah
- Pola Hygienie : 1x/hari

3.3 Data Objektif


Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : Sedang

Tanda Vital

- Suhu : 36.6℃
- Pernafasan : 60x/i
- Nadi : 148x/i
- Sp02 : 92%

Antropometri

- Lingkar Kepala : 43 cm
- Lingkar Dada : 40 cm
- Lingkar Lengan : 12 cm
- Panjang Badan : 64 cm
- Berat Badan : 5,6kg

Inspeksi

- Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak iterik, pandangan mata


sayu
Mata tampak besar dan dalam
- Muka : Membulat dan sebab
- Hidung : tidak polip, terpasang oksigen
- Mulut : tidak ada stomatitis
- Telinga : simetris kiri-kanan, tidak ada pengeluaran cairan
- Leher : tidak ada pembekakan kelenjar tyroid dan pembesaran limfe
- Dada : simetris kiri dan kanan
- Abdomen : tidak ada pembekakan
- Genetalia : lengkap, labia mayora menutupi labia minora
- Punggung : tidak ada spinabifida
- Anus : (+) ada
- Ekstremitas : simetris kiri dan kanan, tidak sianosis, ekstremitas bawah
Terpasang infus
- Kulit : kemerahan

Eliminasi

- Miksi : susu formula (diet)


- Defekasi : mekonium

3.4 Assesment
3.4.1 Diagnosa medis
Balita gizi buruk tipe marasmik
3.4.2 Masalah
Balita umur 1 tahun 5 bulan dengan gizi buruk tipe marasmik ditambah dengan
komplikasi pneumonia

3.4.3 Kebutuhan
1) Jelaskan hasil pemeriksaan
2) Jelaskan kenapa berat badan anak tidak bertambah
3) Jelaskan penyebab anak sesak nafas
4) Posisikan anak
5) Pemberian terapi pada anak
6) Pemberian nutrisi tambahan pada anak
7) Pemantauan berat badan anak
3.5 Penatalaksanaan
3.5.1 Perencanaan
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan
2) Menjelaskan berat badat anak tidak bertambah
3) Menjelaskan penyebab anak sesak nafas
4) Mengatur posisi anak
5) Kolaborasi advis dokter memberi terapi pada anak
6) Kolaborasi advis dokter memberi nutrisi tambahan pada anak
7) Kolaborasi advis dokter memantau berat badan anak
3.5.2 Implementasi
1) Informasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum anak sedang
TTV :
Suhu : 36.6℃
Nadi : 148x/m
Pernafasan : 60x/m
Sp02 : 92%
2) Menjelaskan kepada ibu bahwa penyebab berat badan anak tidak bertambah dalam
7 bulan belakangan disebabkan karna anak menderita gizi buruk tipe masramik
dan hasilnya telah di uji dari skrining gizi anak terdapat 1-5 kg penurunan berat
badan anak.
3) Menjelaskan kepada ibu penyebab anak sesak nafas yaitu anak di diagnosa
pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan infeksi,sesak nafas ini
kemungkinan juga faktor komplikasi dari diagnosa pertama gizi buruk pada anak.
4) Memposisikan anak ditempat tidur dengan semi fowler yaitu berbaring setengah
duduk 30-45 derjat,agar mengurangi sesak nafas pada anak.
5) Kolaborasi advis dokter anak akan diberikan terapi dengan dipasangkan oksigen ½
L dan cairan infus pump KA-EN 1B dan injeksi meropenem 3x240 mg.
6) Kolaborasi advis dokter memberi nutrisi gizi tambahan pada anak yaitu susu
formula untuk meningkatkan berat badan anak yaitu 6.100 gram/ hari
7) Kolaborasi advis dokter memantau berat badan anak tiap harinya apakah menurun
atau naik.
3.5.3 Evaluasi
1) ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anak
2) ibu sudah mengetahui penyebab dari berat badan anak tidak bertambah 7 bulan
belakangan ini
3) ibu sudah tahu penyebab anak mengalami sesak nafas
4) ibu sudah melihat posisi anaknya dan sudah bisa memposisikan kembali anak
dengan semi fowler
5) kolaborasi advis dokter anak diberikan terapi pengobatan telah diberikan cairan
infus KA-EN 1B 25 tetes/m, dan telah di injeksi obat meropenem 3x240 mg
secara bolus
6) kolaborasi advis dokter telah diberi penambahan nutri gizi pada anak yaitu
susu formula sebanyak 6.100 gram/hari,dengan konsumsi 8x150 cc/hari,susu
tersebut tidak habis sempurna masih ada bersisa.
7) Kolaborasi advis dokter telah dilakukan pemantauan penimbangan berat badan
anak,dengan hasil berat badan anak tidak ada peningkatan.
3.6 Soap
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANNING
Tanggal : 5 Desember 2023 Keadaan umum : sedang DIAGNOSA : 1. (Perencanaan)
Pukul : 09.00 WIB Balita gizi buruk tipe marasmik Informasikan hasil pemeriksaan anak kepada ibu.
TTV Dasar : (Implementasi)
Data subjektif  Suhu : 36,6℃ 1. keadaan umum anak sedang Menginformasikan hasil pemeriksaan anak bahwa keadaan
Ibu mengatakan :  Nadi : 148x/i 2. TTV umum anak sedang.
1. 7 bulan terakhir berat  Pernafasan : 60x/i Suhu : 36,6℃ TTV :
badan anak tidak bertambah  Sap02 : 92% Nadi : 148x/i Suhu : 36.6℃
dan nafsu makan berkurang Pernafasan : 60x/i Nadi : 148x/m
2. anaknya sudah mulai Antropometri Sap02 : 92% Pernafasan : 60x/m
berkurang sesak nafasnya LIKA : 43 cm 3. Inspeksi Sp02 : 92%
3. berat badan anak masih LIDA : 40 cm -mata : pandangan mata (Evaluasi)
belum ada peningkatan LILA : 12 cm sayu,tampak besar dan dalam ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anak.
4. pola makan anak saat ini PB : 64 cm -muka membulat dan sembab
hanya susu saja,sebelumnya BB : 5,6 kg -kulit kemerahan 2. (Perencanaan)
megkosumsi bubur di -hidung terpasang oksigen Menjelaskan penyebab berat badat anak tidak bertambah.
rumah Inspeksi - ekstremitas bawah (Implementasi)

-mata : pandangan mata terpasangkan infus Menjelaskan kepada ibu bahwa penyebab berat badan anak

sayu,tampak besar dan dalam -abdomen tidak ada pembekakan tidak bertambah dalam 7 bulan belakangan disebabkan karna

-muka membulat dan sembab - anus (+) anak menderita gizi buruk tipe masramikdari tanda dan gejala

-kulit kemerahan 4. Antropometri yang sudah dilihat dari anak dan hasilnya telah di uji dari
-hidung terpasang oksigen LIKA : 43 cm skrining gizi anak terdapat 1-5 kg penurunan berat badan anak.
-ekstremitas bawah LIDA : 40 cm (Evaluasi)
terpasangkan infus LILA : 12 cm ibu sudah mengetahui penyebab dari berat badan anak tidak
-abdomen tidak ada PB : 64 cm bertambah 7 bulan belakangan ini.
pembekakan BB : 5,6 kg
- anus (+) 3. (Perencanaan)
Masalah : Menjelaskan penyebab anak sesak nafas.
Pemeriksaan penunjang Balita umur 1 tahun 5 bulan (Implementasi)
HB : 11,3 gr/dl dengan gizi buruk tipe marasmik Menjelaskan kepada ibu penyebab anak sesak nafas yaitu anak
Leukosit : 114.120 /mm ditambah dengan komplikasi di diagnosa pneumonia adalah peradangan paru-paru yang
Trombosit : 693.00/mm pneumonia disebabkan infeksi,sesak nafas ini kemungkinan juga.
(Evaluasi)
Kebutuhan : ibu sudah tahu penyebab anak mengalami sesak nafas.
1) Jelaskan hasil pemeriksaan
2) Jelaskan kenapa berat badan 4. (Perencanaan)
anak tidak bertambah Mengatur posisi anak.
3) Jelaskan penyebab anak (Implementasi)
sesak nafas Memposisikan anak ditempat tidur dengan semi fowler yaitu
4) Posisikan anak berbaring setengah duduk 30-45 derjat,agar mengurangi sesak
5) Pemberian terapi pada anak nafas pada anak.
6) Pemberian nutrisi tambahan (Evaluasi)
pada anak ibu sudah melihat posisi anaknya dan sudah bisa memposisikan
7) Pemantauan berat badan kembali anak dengan semi fowler.
anak 5. (Perencanaan)
Kolaborasi advis dokter memberi terapi pada anak.
(Implementasi)
Kolaborasi advis dokter anak akan diberikan terapi dengan
dipasangkan oksigen ½ L dan cairan infus pump KA-EN 1B
dan injeksi meropenem 3x240 mg.
(Evaluasi)
kolaborasi advis dokter anak diberikan terapi pengobatan telah
diberikan cairan infus KA-EN 1B 25 tetes/m, dan telah di
injeksi obat meropenem 3x240 mg secara bolus.

6. (Perencanaan)
Kolaborasi advis dokter memberi nutrisi tambahan pada anak.
(Implementasi)
Kolaborasi advis dokter memberi nutrisi gizi tambahan pada
anak yaitu susu formula untuk meningkatkan berat badan anak
yaitu 6.100 gram/ hari.

(Evaluasi)
kolaborasi advis dokter telah diberi penambahan nutri gizi pada
anak yaitu susu formula sebanyak 6.100 gram/hari,dengan
konsumsi 8x150 cc/hari,susu tersebut tidak habis sempurna
masih ada bersisa.

7. (Perencanaan)
Kolaborasi advis dokter memantau berat badan anak.
(Implementasi)
Kolaborasi advis dokter memantau berat badan anak tiap
harinya apakah menurun atau naik.
(Evaluasi)
Kolaborasi advis dokter telah dilakukan pemantauan
penimbangan berat badan anak,dengan hasil berat badan anak
tidak ada peningkatan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Gizi buruk adalah kondisi di mana tubuh tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi tubuh. Pada bayi dan
balita, kondisi ini sangat kritis karena masa tersebut adalah periode penting pertumbuhan otak,
organ tubuh, dan pembentukan sistem imun.

Penanganan balita gizi buruk harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk mencegah kematian
dan komplikasi lebih lanjut serta memperbaiki tumbuh kembang anak di masa mendatang.
Upaya penanggulangan gizi buruk dilakukan dengan pencegahan melalui penemuan dini dan
memobilisasi masyarakat serta penanganan sesuai dengan tata laksana kasus, yang terintegrasi
baik dengan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap.

Berdasarkan hasil Studi Kasus Asuhan Kebidanan yang dilakukan pada Balita “S” dengan Gizi
Buruk Tipe Marasmik di ruangan Anak Kasturi RSUD dr.Rasidin Padang. Penulis akan
mengutarakan tentang kesenjangan antara teori dan kasus nyatanya dengan menggunakan
manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari Pengkajian , diagnosa , intervensi,
implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai informasi yang
berkaitan dengan masalah yang dialami klien. Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara
yaitu anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
dilaboratorium.

Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan anak Balita mengalami Gizi Buruk Tipe Marasmik.
Diagnosa ini sangat beresiko dialami anak balita, dikarenakan diagnosa ini disebabkan
ketidakcukupan makanan anak, kurangnya pengetahuan gizi pada anak, ketidakcukupan air
bersih dan sanitasi, infeksi berulang, dan faktor social ekonomi.

2. Implementasi

a. Memonitor suhu tubuh anak 4x/hari ( pukul 06.00,12.00,18.00,24.00)

b. Memposisikan anak di tempat tidur dengan semi fowler

c. Memeberikan terapi obat pad anak sesuai advis dokter

d. Meningkatkan intake nutrisi dan cairan dalam tubuh

e. Memantau berat badan pada anak per harinya.


3. Evaluasi

Evaluasi dari diagnosa kebidanan Gizi Buruk yaitu:

Tanggal 5 Desember 2023

Pukul 09.00 WIB

S: Ibu mengatakan 7 bulan belakangan berat badan anak tidak bertambah dan nafsu
makan berkurang

O: Keadaan Umum : Sedang

Tanda-tanda Vital

Suhu : 36,6℃

Nadi : 148x/i

Pernafasan : 60x/i

Sap02 : 92%

LIKA : 43 cm

LIDA : 40 cm

LILA : 12 cm

PB : 64 cm

BB : 5,6 kg

A: Balita Usia 17 Bulan dengan Gizi Buruk Tipe Marasmik

P :

- melakukan pemberian terapi obat pada anak advis dokter


- Melakukan pemberian nutrisi tambahan anak advis dokter
- Melakukan pemantauan berat badan anak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Marasmik adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada Balita.
Penyebabnya multifaktorial antara lain asupan makanan yang kurang, faktor penyakit
dan faktor lingkungan serta ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi dan
keadaan ekonomi yang rendah. Diagnosis berdasarkan gambaran klinis yaitu untuk
menentukan penyebab dari perlunya anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan
terhadap marasmus ditujukan kepada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan,
serta penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori dan
tinggi protein. Penatalaksanaan di rumah sakit yang dibagi atas: tahap awal, tahap
penyesuaian dan rehabilitasi.

keseimbangan yang wajar dipertahankan di antara semua jenis makanan, sehingga


semua segmen sistem metabolisme tubuh dapat dipasok dengan bahan yang dibutuhkan.

Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di Indonesia. Gizi
kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian, karena dapat
menimbulkan the lost generation. Kualitas bangsa di masa depan akan sangat
dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini, terutama balita.

5.2 SARAN
Sebagai seorang Bidan diharapakan kita mampu memahami konsep penyakit dan
asuhan kebidanan tipe marasmik sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan yang
tepat kepada pasien. keseimbangan yang wajar harus dipertahankan di antara semua jenis
makanan ini sehingga semua segmen sistem metabolisme tubuh dapat dipasok dengan
bahan yang dibutuhkan.Sebaiknya pemerintah segera mencari cara untuk mencegah dan
menekan angka gizi buruk yang melanda Indonesia, agar kelak bangsa Indonesia tidak
mengalami lost generations.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2020. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka sarwono
Prwirohardjo

FK Universitas Indonesia. 2017. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika

Hidayat, AAA. 2018. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.

Sediaoetama, AD. 2021. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi, jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat

Supartini, Y. 2022. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Republika.Gizi Buruk, Aib Negara Berkembang.2019. (online)

Satriya Kelana . 2017. Malnutrisi di Indonesia. (online)

Anda mungkin juga menyukai