Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

KONSEP DAN CONTOH KASUS HALUSINASI

Disusun Oleh:

Chici Reksa Surya Friyani (2014201050)

3B Keeperawatan

Dosen Pembimbing:

Ns, Amelia Susanti, M. Kep, Sp. Kep. J

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karuniaNya sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
pembuatan makalah Keperawatan Jiwa II yang berjudul “Konsep dan contoh
kasus halusinasi” ini dengan lancar. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Demikianlah makalah ini dibuat. Apabila ada
kesalahan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
memberikanmanfaat bagi kita semua.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................................3
.................................................................................................................................
2.1 Pengertian Halusinasi.............................................................................................3
2.2 Klasifikasi Halusinasi.............................................................................................3
2.3 Tanda- gejala halusinasi.........................................................................................5
2.4 Etiologi halusinasi..................................................................................................5
2.5 Rentang Respon Halusinasi....................................................................................7
2.6 Pohon masalah........................................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan....................................................................................................10
BAB III. TINJAUAN KASUS........................................................................................12
3.1 Kasus ....................................................................................................................12
3.2 Pembahasan...........................................................................................................28
BAB IV. PENUTUP.........................................................................................................30
4. 1....................................................................................................................... Kesimpulan
...............................................................................................................................30
4. 2 Saran .............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.


Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa
adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)

Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.
Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-
negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat
pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan
dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.

Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data


Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan
mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan
tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis
ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan
jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar
50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa
(Nurdwiyanti, 2008).

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?

2. Jelaskan klasifikasi halusinasi?

3. Jelaskan tanda-gejala dari halusinasi?

4. Jelaskan etiologi halusinasi?

5.Jelaskan rentang respon halusinasi?

6.Jelaskan pohon masalah halusinasi?

7.Jelaskan penatalaksanaan halusinasi?

8 Jelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien halusinasi?

9.Jelaskan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk menjelaskan Pengertian Halusinasi

2. Untuk menjelaskan klasifikasi halusinasi

3. Untuk menjelaskan Tanda – Gejala Halusinasi

4. Untuk menjelaskan Etiologi Halusinasi

5. Untuk menjelaskan Rentang Respon Halusinasi

6. Untuk menjelaskan Pohon Masalah Halusinasi

7. Untuk menjelaskan Penatalaksanaan Halusinasi

8. Untuk menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Pasien Halusinasi

9. Untuk menjelaskan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Halusinasi

Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca


indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun,
dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis,
2005). Halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory
impressions or experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau
pengalaman indera. (Sundeen's, 2004). Halusinasi ialah terganggunya persepsi
sensori seseorang, dimana tidak terdapat simulus (Yosep, 2009).

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan pancain
dra(Isaacs, 2002). Sedangkan menurut Direja (2011) halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangasangan
internal(pikiran)dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi 
atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
yang berbicara

2.2 Klasifikasi Halusinasi

Menurut Maramis, (1995) terdapat beberapa jenis halusinasi di antaranya:

a. Halusinasi penglihatan ( visual, optik ) :

tak berbentuk ( sinar, kalipan atau pola cahaya ) atau berbentuk ( orang,
binatang atau barang lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak

b. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) :

3
suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik

c. Halusinasi pencium (olfaktorik) :

mencium sesuatu bau

d. Halusinasi pengecap (gustatorik) :

merasa/mengecap sesuatu

f. Halusinasi peraba (taktil) :

merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat bergerak


dibawah kulitnya.

g. Halusinasi kinestetik :

merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya


bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau “phantom limb”).

h. Halusinasi viseral :

perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya

i. Halusinasi hipnagogik :

terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum tertidur
persepsi sensorik bekerja salah

j. Halusinasi hipnopompik :

seperti no.h, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun samasekali dari tidurnya.
Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang
normal.

k. Halusinasi histerik :

timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.

2.3 Tanda- gejala halusinasi


4
Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut
Keliat (1999) dikutip oleh Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan
dengan halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri.

b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan


respon verbal yang lambat.

c. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain.

d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak
nyata.

e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.

f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik


dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.

g. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan


lingkungannya), dan takut.

h. Sulit berhubungan dengan orang lain.

i. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.

j. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.

k. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku

2.4 Etiologi halusinasi

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan


jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi

5
stres. Diperoleh baik dari klien maupaun keluarganya. Faktor predisposisi
dapat meliputi :

1) Faktor Perkembangan

Jika tugas perkemabangan mengalami hambatan dan hubungan


intrapersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan
kecemasan

2) Faktor Sosiokultural

Berbagi faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa


disingkirkan sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan
yang membesarknya.

3) Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang


mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan
dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
buffofenon dan dimethytranferase ( DMP ).

4) Faktor Psikologis

Hubungan intrapersonal yang tidak harmonis serta adanay peran ganda


bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan menagkibatkan
stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi
realitas

5) Faktor GenetikGen

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini

6
b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu


sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra
untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkunagan, seperti
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi,
objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi seringg
menjasi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan
stres dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik

2.5 Rentang Respon Halusinasi

a. Tahap I ( Non – psikotik )

Pada tahap ini, halusinasi mamapu memberikan rasa nyaman pada klien,
tingkat orientasi sedang. Secara unum pada tahap ini merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien.

Karakteristik :

1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan

2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilagkan


kecemasan

3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol


kesadaran.

Perilaku yang muncul :

1) Tersenyum atau tertawa sendiri

2) Menggerakkan bibir tanpa suara

3) Pergerakan mata yang cepat

4) Respon verbal rambat, diam, dan berkonsentrasi


7
b. Tahap II ( Non – psikotik )

Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan berat. Secara umum hausinasi yang ada dapat menyebabkan
antipati.

Karakteristik :

1) Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh


pengalaman tersebut

2) Mulai merasa kehilangan kontrol

3) Menarik diri dari orang lain

Perilaku yang muncul :

1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan TD

2) Perhatian terhadap lingkunagn menurun

3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun

4) Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinai


dan realita

c. Tahap III ( Psikotik )

Klien biasanya tidak dapat mengontrol didinya sendiri, tingkat kecemasnan


berat, dan halusiansi tidak dapat ditolak lagi.

Karakteristik :

1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya

2) Isi halusinasi menjadi atraktif

3) Klien menjasi kesepian bila pengalaman sensorinya berakhir


8
Perilaku yang muncul :

1) Klien menuruti perintah halusinasi

2) Sulit berhubungan dengan orang lain

3) Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat

4) Tidak mampu emngikuti perintah yang nyata

5) Klien tampak temor dan berkeringat

d. Tahap IV ( Psikotik )

Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
panik.

Perilaku yang muncul :

1) Risiko tinggi mencederai

2) Agitasi / kataton

3) Tidak mampu merespons rangsang yang ada

2.6 Pohon masalah

2.7 Penatalaksanaan
9
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan


pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan
secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien
di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau
emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah
dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di
beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu
hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam
dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.

b. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan


dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya
secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada.

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat


menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi
serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga
dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan
pasien.

d. Memberi aktivitas pada pasien

Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,


misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat
membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk

10
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan
memilih kegiatan yang sesuai.

e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang


data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam
proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui
bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi
bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan
diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya
di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak
membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan
tidakbertentangan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

11
3.1 TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
A. Identitas
Nama : Tn. I
Umur : 30 th
Jenis Klamin : laki-laki
Alamat : bantul, yogyakarta
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Tgl Masuk : 01 juni 2016
Dx. Medis : F 20.0 (Skizofrenia paranoid)

B. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.s
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : bantul, yogakarta
Hub. Dengan Klien : saudara

C. Alasan Masuk
Pasien sering berbicara sendiri dan tertawa sendiri

D. Faktor Perdisposisi
klien sakit kurang lebih 2 th yang lalu. klien sebelumnya belum pernah
mengalami gangguan jiwa klien tidak mengalami trauma aniaya
fisik,seksual,kekerasan dalam keluarga serta tindakan kriminal. Dalam
anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Klien
juga tidak mengalami pengalaman yang buruk
E. Penkajian fisik
Keadaan umum : baik

12
TD : 120/80 mmHg
RR : 18 x/menit
TB : 172 cm
N : 88 x/menit
S : 36°c
BB : 56 kg
F. Penkajian fisikososial
Genogram

Keterangan:

: laki-laki : laki-laki
meninggal

: perempuan : pasien

: tinggal serumah : perempuan


meninggal

G. Pola asuh
klien mengatakan tinggal bersama kedua orang tuanya

13
Sejak kecil Tn.I di asuh oleh kedua orang tuanya, bersama dengan kedua
kakak laki-lakinya, Tn.I sangat rajin membantu kedua orang tuanya di
rumah

H. Konsep diri
a. Gambaran diri
klien mengatakan bersyukur dengan apa yang ada pada tubuhnya.
Pasien mengatakan walaupun saya kurus tapi saya tinggi
b. Identitas diri
Klien mengatakan dirinya adalah seorang laki-laki berumur 30 th
belum menikah dan belum mempunyai keluarga sendiri
c. Peran diri
Klien mengatakan adalah seorang anak yang belum mempunyai
pekerjaan dan belum berkeluarga
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali berkumpul
dengan keluarganya di rumah terutama ibunya. Pasien ingin
bekerja.pasien juga ingin memulai hidup dalam keluarga atau hidup
berkeluarga
e. Harga diri
Klien mengatakan walaupun harapan saya belum tercapai saya tetap
berusaha dan tetap optimis
f. Hubungan sosial
a) Orang yang berarti :
b) Peran dalam kegiatan kelompok :
- Sebelum sakit, klien lebih senang berkumpul dan pergi jalan-
jalan.Hubungan dengan keluarga juga baik namun 2 bulan
terakhir ini klien sering menyendiri dan banyak diam tidak
mau bicara .
- Saat di rumah sakit, pasien tampak aktif di lingkungan rumah
sakit, pasien mau berbicara jika di tanya
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

14
- Sebelum sakit , pasien kurang bisa bergabung atau
berinteraksi dengan orang lain
- Saat di rumah sakit, pasien bisa bergabung dengan orang
lain dengan baik
g. Spiritual
a) Nilai kepercayaan :
Pasien mengatakan sakit ini adalah cobaan dari ALLAH SWT
dan pasien percaya akan kesembuhanya
b) Kegiatan ibadah :
Pasien mengatakan ibadah 5 waktu

h. Status mental
1. Penampilan umum
Klien berpenampilan tidak rapi dalam berpakaian, kukunya
panjang,gigi kuning dan bau mulut. klien juga tidak memakai
alas kaki /sandal
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan nada rendah dan klien juga terlihat
komat-kamit sendiri.
3. Aktivitas motorik
Gerakan tubuh klien lambat dan lesu namun klien mau
mengikuti kegiatan dirumah sakit seperti menyapu,mengepel dan
mencuci piring
4. Alam perasan
Klien tampak khawatir jika mendengar bisikan-bisakan itu
datang .
5. Afek
Klien saat diajak bercanda ekspresi pasien biasa-biasa saja.(tidak
berespon)
6. Intraksi selama wawancara
Klien tampak kooperatif namun kontak mata kurang , terlihat
seperti menatap tajam dan melihat sesuatu dan sering menengok

15
kanan kiri saat di ajak bicara , klien mau menceritakan masalah
yang di hadapi.
7. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak
jelas, frekuensinya 1xsehari pada malam saat menjelang tidur
8. Proses pikir
Tangensial: pasien saat ditanya menjawab dengan berbelit –belit
dan tidak sampai dengan pertanyaan perawat
9. Isi pikir
Klien tidak memiliki gangguan isi pikir
10. Tingkat kesadaran
Kesadaran tn I composmentis , orientasi waktu , tempat dan
orang masih baik. Dan klien juga mengatakan bahwa dirinya
sakit dan mengerti bahwa dirinya berada di rumah sakit jiwa.
11. Memori
Klien mudah mengingat apa yang baru di kenal, klien juga masih
mengingat dengan apa yang dia lakukan sebelum ia masuk ke
rumah sakit jiwa.
12. Tingkat konsentrasi
Klien mampu berhitung dan mengerti barang-barang yang ada di
sekitarnya tingkat konsentrasi klien tinggi mudah menangkap
dan paham tentang sesuatu pengatahuan yang di berikan oleh
perawat.
13. Daya titik diri
Ketika klien di tanya klien mampu menjawab dan saat
dihadapkan pada suatu masalah klien mampu menyelesaikan
masalah tanpa meminta pendapat orang lain.

I. Kebutuhan pasien pulang


1. Kemempuan memenuhi kebutuhan
Klien mampu mampu memenuhi kebutuhan
makan,keamanan,perawatan kesehatan dan tempat tinggal

16
2. Kegiatan sehari -hari
Klien sudah bisa melakukan kegiatan sehari-hari
(makan,mandi,kebersihan BAB/BAK, dan ganti baju
3. Nutrisi
Klien merasa puas dengan selera makannya dan menghabiskan
makananya,klien terlihat lahab (frequensi makan 3xsehari)
4. Istirahat
Klien mengatakan jarang tidur siang karena digunakan untuk
aktifitas dan kien juga mengatakan terkadang sulit tidur siang karena
ada suara yang menyuruhnya untuk tidak menutup mata ketika
malam hari klien bisa tidur.
5. Penggunaan obat
Setelah klien pulang maka pengobatannya rawat jalan dan akan di
urus oleh keluarganya dan di rumah masih mengkonsumsi obat-
obatan yang di berikan oleh rumah sakit.
6. Pemeliharaan kesehatan
Klien melakukan pemeliharaan kesehatan secara mandiri di rumah.
7. Aktivitas di dalam dan luar rumah
 Kegiatan di dalam rumah
Klien selalu membantu kegiatan yang di lakukan di rumah
seperti membersihkan halaman, mengepel dan mencuci piring.
 Kegiatan di luar rumah
Klien mengaku akan berusaha untuk bertemu dan pergi jalan-
jalan dengan teman sebayanya.
J. Mekanisme koping
 Adaptif
Jika pasien mumpunyai masalah,pasien mengatakan cara pengalihan
dengan bicara dengan orang lain agar masalahnya terlupakan
K. Masalah psikologi dan lingkungan
- Masalah dengan dukungan kelompok/keluarga
Klien jarang berbicara dengan pasien lain,tidak mampu memulai
pembicaraan

17
- Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien kurang bisa bergaul atau berinteraksi dengan orang lain
- Masalah dengan pendidikan
Klien hanya lulusan smp
- Masalah dengan perumahan
Klien masih tinggal dengan kedua orang tuanya
- Masalah dengan pekerjaan
Pasien belum bekerja
- Masalah ekonomi
Klien selama ini dibiayai dengan orang tuanya
Klien termasuk dari keluarga yang tidak mampu
Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan disekitar rumahnya terdapat pelayanan
kesehatan yaitu posyandu,puskesmas dan rumah sakit

L. Aspek medis
1. Diagnosa medis : f 20.0 (skizofrenia paranoid)
2. Terapi medis
 ChlorpromaZine 2x100 mg / (pagi-sore) secara oral
 Haloperidol 2x5 mg / (pagi-sore) secara oral
 Risperidone 2x2 mg / (pagi-sore) secara oral
 Thryhixipenidile 2x2 mg / (pagi-sore) secara oral
B. ANALISA DATA

No Tgl/jam Data fokus diagnosis paraf


1 Senin, Ds :
17 - klien mengatakan
Agustus mendengar suara
2015 dan bisikan
Jam - klien mengatakan
09.00 mendengar suara
yang tidak beraturan Gangguan

18
dan kacau persepsi sensori
- klien mengatakan halusinasi
mendengar suara pendengaran
yang mengajak
bercakap-cakap
Do :
- klien terlihat sering
berbicara sendiri
- klien terlihat
senyum-senyum
sendiri
- klien terlihat
menyendiri dan
melamun
2 Senin Ds :
17 - pasien mengatakan
Agustus giginya sering sakit
2015 - pasien mengatakan
jarang menyikat gigi
Do :
- pasien terlihat tidak
rapi dalam Defisit perawatan
berpakaian diri
- gigi pasien terlihat
kuning dan bau
mulut

19
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
2. Defisit perawatan diri

D. RENCANA KEPERAWATAN

Rencana keperawatan
Tgl/jam Diagnosis Rasional
Tum/Tuk & kriteria hasil Tindakan
Gangguan Tum: 1. Identifikasi 1. Menentukan
persepsi Setelah di lakukan njenis halusinasi jenis
sensori tindakan selama 6x pasien halusinasi
halusinasi intraksi di harapkan klien 2. Identifikasi yang di alami
pendengar dapat mengontrol waktu halusinasi atau di rasakan
an. halusinasi yang di pasien. pasien.
alaminya dengan kriteria 3. Identifikasi 2. Menentukan
hasil Sp I: frekuensi apa isi /seperti
1. Mengidentifikasi halusinasi apa halusinasi
jenis halusinasi pasien. yang di
pasien. 4. Identifikasi isi rasakan pasien.
2. Mengidentifikasi halusinasi 3. Menentukan
waktu halusinasi pasien. kapan
pasien. 5. Identifikasi halusinasi
3. Mengidentifikasi situasi yang tersebut
frekuensi halusinasi menimbulkan muncul.
pasien. halusinasi. 4. Menentukan
4. Mengidentifikasi isi 6. Identifikasi berapa sering
20
halusinasi pasien. respon terhadap halusinasi
5. Mengidentifikasi halusinasi. muncul.
sesuatu yang 7. Latih pasien cara 5. Menentukan
menimbulkan kontrol pada saat apa
halusinasi. halusinasi halusinasi
6. Mengidentifikasi dengan tersebut
respon pasien menghardik. muncul.
terhadap halusinasi. 8. Bimbing pasien 6. Mengatahui
7. Melatih pasien cara melakukan reaksi atau
kontrol halusinasi dalam jadwal respon pasien
dengan menghardik. kegiatan harian saat
mengalami
halusinasi.
7. Mencegah
terjadinya
halusinasi
ketika muncul.
8. Mengatahui
perkembangan
kegiatan
menghardik
untuk
mengatasi
halusinasi jika
muncul.
Sp II
1. Memvalidasi 1. Validasi maslah 1. Menentukan
masalah dan dan latihan apakah pasien
latihan sebelumnya. sudah mampu
sebelumnya. 2. Jelaskan cara mengendalikan
2. Memperjelaskan kontrol halusinasinya.
cara kontrol halusinasi 2. Pasien dapat

21
halusinasi dengan dengan teratur mengatahui
teratur minum minum obat. cara minum
obat, (prinsip 5 3. Bimbing pasien obat yang
benar minum memasukan benar.
obat) dalam jadwal
3. Membimbing harian.
pasien
memasukan
dalam jadwal
kegiatan harian.
SP III
1. Memvalidasi masalh 1. Validasi masalah 1. Menentukanap
dari latihan dan latihan akah pasien
sebelumnya. sebelumnya . sudah
2. Melatih pasien cara 2. Latihan pasien menetapkan
kontrol halusinasi. cara kontrol latihan
Dengan berbincang- halusinasi dengan sebelumnya.
bincang dengan berbincang- 2. Mengalihkan
orang lain. bincang halusinasi
3. Membimbing pasien Dengan orang dengan
dalam jadwal lain. kegiatan
kegiatan harian 3. Bimbing pasien berbincang-
memasukan bincang dengan
dalam jadwal orang lain.
kegiatan harian 3. Mengatahui
kegiatan yang
sudadi lakukan
Sp III 1. Validasi masalah 1. Menentukan
1. Mempalidasi dan latihan apakah pasien
masalah dan latihan sebelumnya. sudah mampu
sebelumnya. 2. Latih pasien cara mengendalikan
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasinya.

22
kontrol halusinasi halusinasi 2. Dapat
dengan kegiatan dengan kegiatan. mengalihkan
( yang biasa di 3. Bimbing pasien halusinasi
lakukan pasien). memasukan dengan
3. Membimbing dalam jadwal kegiatan.
pasien memasukan kegiatan 3. Mengatahui
dalam jadwal kegiatan yang
kegiatan harian. sudah di
lakukan

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosis Implementasi Evaluasi Respon Paraf


Tgl/jam
Gangguan SP I S:
kamis persepsi 1. Mengidentifikasi - Saya masih mendengar bisikan
23-06- sensori jenis halusinasi suara
2016 halusinasi
pendengar 2. Mengidentifikasi - Saya mendengar suara yang
an isi halusinasi. tidak beraturan

3. Mengidentifikasi - Saya mendengar suara paling


waktu halusinasi sering malam hari saat mau
tidur

4. Mengidentifikasi
frekuensi - Saya bisa mendengar suara
halusinasi bisikan berkali-kali

5. Mengidentifikasi
situasi yang - Saya ajak bercakap-cakap
menimbulkan
23
halusinasi
O : Pasien terlihat bisa melakukan
6. Mengidentifikasi cara menghardik dengan baik.
respon pasien
terhadap A : Masalah sudah teratasi
halusinasi - Pasien mampu menghardik
dengan benar
7. Mengajarkan cara
mengontrol
halusinasi yang P : Lanjutkan SP II : mengontrol
pertama halusinasi dengan mengajarkan
“MENGHARDIK minum obat .

8. Membimbing
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan.

jumat Gangguan Sp II :yang ke 1 S:


24-06- persepsi - Saya belum mencatat
16 sensori 1. Mengevaluasi kegiatan dalam buku
halusinasi jadwal kegiatan kegiatan
penglihata harian klien - Pasien mengatakan
n 2. Memberikan bersedia diberi
pendidikan pengetahuan tentang

24
keadaan tentang penggunaan obat secara
penggunaan obat teratur
secara teratur - Pasien mengatakan
3. Menganjurkan minum 2 macam obat yaitu
klien memasukan warna kuning
ke jadwal (trihexypenidil) berguna
kegiatan harian untuk merilekskan pikiran
4. Menganjurkan dan yang warna merah
klien muda (haloperidol)
mendemonstrasik berguna untuk mengurangi
an cara suara – suara, diminum 2x
mengontrol sehari (pagi dan sore) jam
halusinasi yang 7.30 dan 16.30
sudah di ajarkan
5. Memberi pujian O :Klien bersedia dan mau
jika klien menggunakan obat dengan
menggunakan baik dan benar.
obat dengan benar
A : sp II belum tercapai
- Klien belum mampu
menyebutkan jenis obat yang
dengan benar
- Klien belum mampu
menyebutkan kegunaan obat

Sabtu Sp II : yang ke 2 S:
25-06- - Saya belum memcatat
16 1. Mengevaluasi kegiatan dalam buku kegiatan
jadwal kegiatan - Pasien bersedia di beri
harian klien pendidikan tentang
2. Memberikan penggunaan obat secara
pendidikan teratur

25
keadaan tentang - Pasien mengatakan minum
penggunaan obat dua obat yaitu kuning dan
secara teratur putih
3. Menganjurkan - Pasien mengatakan meminum
klien memasukan obat 2xsehari pagi dan sore
ke jadwal (7.50 dan 16.30
kegiatan harian O:
4. Menganjurkan - Klien terlihat mampu
klien menyebutkan jenis obat
mendemonstrasik denagan benar
an cara - Klien mampu menyebutkan
mengontrol kegunaan obat dengan benar
halusinasi yang - Klien mengerti dampak
sudah di ajarkan minum obat
5. Memberi pujian A : SP II tercapai
jika klien - Klien mampu menyebutkan
menggunakan jenis obat dan kegunaannya
obat dengan benar P: lanjutkan SP III: cara
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
- Mengajarkan pasien untuk
mengontrol halusinasinya
dengan bercakap-cakap

3.2 PEMBAHASAN

Pada BAB ini kelompok akan membahas tentang keberhasilan tindakan yang
telah dilakukan implementasi. Akan diungkap pula hambatan kelompok dalam
melakuakan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. I dan menyelesaikan sengan
pedoman pada teori yang telah didapat baik teori yang telah didapat baik dari studi

26
perpustakaan dan bimbingan dari pembimbing dari lapangan,bantuan dari kepeala
ruangan dan para perawat pelaksana di ruang puntadewa

Telah disebutkan sebelumnya bahwa masalah keperawatan yang muncul pada

pengkajian Tn.I adalah sebagai berikut:

1. Gangguan prersepsi sensori halusinasi pendengaran

2. Defisit perawatan diri

Kelompok melakukan satu masalah keperawatan dari dua masalah


keperawatan

Yang dialami oleh Tn.I yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi pendengar
dikarenakan gangguan persepsi halusinasi adalah core problem. Hal ini disebapkan
karena kelompok memprioritaskan berdasarkan sifat yang mengancam jiwa
pasien,bersifat dominan dan bisa oleh kelompok saat sekarang dan disini.
Pembahasan akan dilakukan sesuai dengan prioritas masalah dan tindakan yang
dilakukan

Pada saat pengkajian kelompok tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi,

kontak mata terjalin klien mampu berjabat tangan,namun klien terlihat tertawa
sendiri

Untuk mengatasi masalahini,kelompok menyiapkan laporan dan strategi


pelaksanaan dengan pertanyaan terbuka agar klien leluasa menyampaikan
perasaanya.kelompok menyiapkan perasaanya. Kelompok menyiapkan diri untuk
lebih bersabar,memahami persoalan klien dan berempati terhadap klien.

Pada saat memulai interaksi di pagi hari,kelompok memotivasi klien untuk


memenuhi personal hiegen,menemani klien menyapu di sekitar halaman dan
melakukan kontrak dengan klien sering tapi singkat

27
Setela terbina hubungan saling percaya antar kelompok dengan klien, klien
mampu bercerita masalahnya, tetapi ketika klien mulai bosan, dengan tampak dari
ekspresi wajahnya dan mulai tampak gelisa, kelompok segera mengakhiri
percakapan dengan tidak lupa melakukan kontrak lagi

Dengan cara ini klien tampak nyaman berinteraksi dengan kelompok. Untuk
membina hubungan saling percaya kelompok berinisiatif untuk masing-masing
membuka diri dengan menceritakan tentang identitas, asal, tujuan dan ketertarikan
berkenalan dengan klien.

Strategi pelaksanaan sesuai dengan sp baik untuk klien maupun untuk


keluarga klien.kelompok terlebih dahulu menanyakan perasaan klien yang klien
alami saat ini dan menyanyakan jadwal kegiatan harian klien .setelah melakukan
kesepakatan maka topik percakapan dilanjutkan ke tahap kerja. Kelompok
menanyakan tentang halusinasi yang di alaminya. Klien menjawab dengan lancar.
Pada pertemuan selanjutnya secara bertahap kelompok mengajarkan pada klien
cara mengontrol halusinasinya kelompok selalu memberikan reinfocement positif
atas usaha yang dilakukan.

4. IMPLIKASI KEPERAWATAN

A. KESIMPULAN DARI PROSES DAN HASIL PEMBERIAN ASUHAN


KEPERAWATAN YANG TELAH DILAKUKAN

Tahap pengkajian memerlukan waktu yang lama yaitu membutuhkan kesetaraan,


keterampilan berkomunikasi, membina hubungan saling percaya, komunikasi yang
baik, serta memperdalam pengetahuan tentang halusinasi pendengaran.

Dari data ada yang ada penyusun memprioritaskan 2 diagnosa yaitu: gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan defisit perawatan diri

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. I dapat diambil kesimpulan


bahwa pada dasarnya , klien dengan halusinasi pendengaran perlu dilakukan tindakan
awal dengan membina hubungan saling percaya, mengenal halusinasi serta cara

28
mengontrol halusinasinya. Selain iti peranan peranan terapi psikofarmaka juga tidak
kalah pentingnya dalam pencapain keberhasilan klien dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran

Dalam evaluasi semua masalah atau diagnosa keperawatan yang diambil dapat
teratasi dengan baik

BAB IV

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.


Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa
adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,

29
dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)

Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.
Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-
negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat
pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan
dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.

Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca


indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun,
dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis,
2005). Halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory
impressions or experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau
pengalaman indera. (Sundeen's, 2004). Halusinasi ialah terganggunya persepsi
sensori seseorang, dimana tidak terdapat simulus (Yosep, 2009).

4. 2 Saran

Diharapkan pada mahasiswa yang akan melakukan praktek keperawatan


kesehata jiwa telah mempersiapkan secara kognitif dengan penguasaan konsep
asuhan keperawatan jiwa yang lebih matang sehingga tidak banyak mengalami
kesulitan dalam mengaplikasikan dilapangan atau di lahan praktek.
Diharapkan pada mahasiswa harus dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
pada saat tidak berinterksi dengan klien digunakan untk menlengkapi
dokumentasi asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

30
Hardian, 2008 dikutip dari http:/stikesmbbaksos.blogspot.com/2010/04/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-dengan 11.html diakses tanggal 17 Mei 2012.

Mamnu‟ah. 2010. Stres dan Strategi Koping Keluarga Merawat Anggota Keluarga
yang Mengalami Halusinasi.Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan.Yogyakarta: Stikes„Aisyiyah Yogyakarta.

Muhith, Abdul. 2011. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Andi. Muhith,A.


(2015). PendidikanKeperawatanJiwa(TeoridanAplikasi).Yogyakarta:

Andi.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:

Nuha Medika

Stuart, G.W., & Laraia, M.T (2009).Principle and practice of psyciatric nursin9th ed. St
Louis : Mosby year book

Videbeck, Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Adi

Videbeck, S.L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

31

Anda mungkin juga menyukai