Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EVIDENCE BASED PRAKTEK KEBIDANAN

DOSEN PEMBIMBING
Silfina Indriani, S.ST, M.Keb

DISUSUN OLEH:
Devianie Adilla Putri
2015201008
S1 Kebidanan

SEKOLAH ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


TAHUN 2020/2021
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………..….……………….. 1
Daftar Isi……………………………..………………………………………. 2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………….............. 3
A.Latar Belakang……………..………................…………….. 3
B.Rumusan Masalah……..……………...…….…………..……. 3
C.Tujuan…………...…………………………......…………….……. 3
BAB II PEMBAHASAN……………..……...……………………...……. 4
A. Evidence for hospital based to midwifery………..…… 4
B. evidence based clinical decision making and scope of
practice. …………………………………………………………………. 8
C. kekuatan dan kelemahan dalam penerapan evidence based
pada praktik…………………………………………………………….. 11
D. Tantangan dalam penerapan evidence based…. ……… 12
BAB III PENUTUP……….....……………………………………………..   15
A.Kesimpulan…………………..……………………………...…… 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
makalah ini akan mempelajari tentang Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan yang
merupakan pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa
dipertanggungjawabkan. Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil
penelitian dan pengalaman praktik terbaik dari praktisi dari seluruh penjuru dunia. Evidence
based practice sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, keselamatan pasien,
keefektifan manajemen dalam pengelolaan pelayanan keperawatan, dan meningkatkan kesadaran
akan pentingnya bukti empiris dalam melaksanakan pelayanan.

1.2. Rumusan masalah


menjelaskan tentang:
1. Evidence for hospital based to midwifery practice care .
2. Evidence based clinical decision making and scope of practice.
3. Kekuatan dan kelemahan dalam penerapan evidence based pada praktik
4. Tantangan dalam penerapan evidence based.

1.3. Tujuan
Untuk mengetahui/mengaplikasikan tentang evidence based dalam praktek kebidanan
BAB II

PEMBAHASAN
A. Evidence For Hospital Based Care Dalam Praktik Pelayanan Kebidanan
1. Prinsip Evidence for hospital based care dalam praktik pelayanan kebidanan
 Menurut Greenberg & Pyle (2006) dalam keele (2011) evidence for hospital based
adalah penggunaan bukti untuk mendukung tindakan di pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan kebidanan.
 Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) Evidence for hospital based adalah
penggunaan bukti eksternal. Bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan
kegiatan pasien untuk mendukung tindakan dirumah sakit khususnya dalam pelayanan
kebidanan.
2. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menerapkan Evidence for hospital Based
Care dalam praktik pelayanan kebidanan
Berikut adalah proses/ langkah dalam Evidence for hospital based Care:
a) merumuskan pertanyaan klinis yang dapat dijawab, contoh: Clinical Question:
Bagaimanakah efektifitas pemeriksaan kardiotokograpi untuk mendeteksi kesejahteraan
janin dalam proses persalinan?
b) Menemukan bukti terbaik
 Formulasi PICO

Patient Infant, neonatal


Intervention Carditocography
Comparator Intermitten auscultation
Outcome Assessment of fetal welbeing

 Frase Penelusuran

Search Terms
Patient/Population Problem (Infant* or Neonatal*)
Intervention (Cardiotocography*)
Comparator (Intermitten Auscultation*)
Outcome (Assessment of fetal wellbeing*

 Frase Penelusuran Akhir


(Infant* OR Neonatal*) AND (Carditocography*) AND (Intermitten auscultation*) AND
(Assessment of fetal wellbeing*)
 Penelusuran Jurnal

Search Pharase PUBMED


Infant 987981
(Infant*) 1048764
(Infant* OR Neonatal) 1125994
(Infant* OR Neonatal*) AND 1019
(Carditocography*)
(Infant* OR Neonatal*) AND 16
(Carditocography*) AND (Intermitten
auscultation*)
(Infant* OR Neonatal*) AND 1
(Carditocography*) AND (Intermitten
auscultation*) AND (Assessment of fetal
wellbeing*)
 Hasil Penelusuran Jurnal, contoh: Judul Artikel: Admission carditocography: a
ranodomised controlled trial. Lawrence Impey, Margaret Reynolds, Kathryn MacQuillan,
Simon Gates, John Murphy, Orla Sheil.
c) Menilai bukti secara kritis (mengetahui seberapa bagus bukti tersebut dan apa artinya)
Contoh: Apakah hasil dari penelitian uji diagnosis ini valid?

Apakah ada perbandingan dengan baku Iya alat screening pemantauan janin
emas yang dilakukan secara independen selama proses persalinan tersebut
dan tersamar? dibandingkan oleh gold standarnya
yaitu auskultasi secara intermitten
denyut jantung janin.
Apakah alat diagnosis diuji akurasinya  Penelitian ini dilakukan di ruang
dalam spektrum pasien yang Merta bersalin nasional di dubling,
(seperti terjadi dalam praktek rutin? Irlandia
 Pada jurnal jelaskan bahwa
responden yang akan diteliti
yaitu ibu hamil tunggal dengan
usia kehamilan kurang dari 42
minggu, tidak ada kelainan
janin dan komplikasi kehamilan,
suhu tubuh ibu kurang dari 37,
5° C saat masuk dan bersedia
menjadi responden. Dalam
penelitian ini 2 orang perawat
memantau keadaan ibu secara
aktif. Pasien yang menggunakan
kardiotokograpi dan auskultasi
intermitten dikelola dengan
perbandingan 1:1, tugas ini
dibuat di ruang bersalin,
disegel, buram dan amplop
diberi urutan nomor.
Awalnya pengecekan secara
berurutan adalah dari komersial
package 10 dan menggunakan
ukuran blok tetap 100. Itu
berubah setelah 2621 pasien
telah direkrut dan di
generalisasikan oleh unit
perinatologi dengan ukuran
block acak 100-250. Peserta
yang direkrut oleh bidan
bersedia berpartisipasi, dibuka
amplop dan dialokasikan.
Apakah uji yang dipakai sebagai baku emas Tidak, pada penelitian ini jika salah
dilakukan dengan mengabaikan hasil dari satu kondisi seperti perlambatan
pemeriksaan lain yang sedang diuji denyut jantung janin atau takikardia
akurasinya? pada auskultasi dan cairan ketuban
bercampur mekonium, suhu ibu >38°C,
persalinan lebih dari 8 jam makan
digunakan EFM.

d) Mengaplikasikan diri
Contoh:
Apakah hasil yang valid dari penelitian uji diagnosis ini penting?
Sensitivitas (SN)= a/(a+b) =
Spesifisitas (SP) = d/(b+d) =
Positive Predictive Value (Nilai ramal positif) = a/(a+b) =
Negative Predictive Value (Nilai Ramal negative) = d/(b+d) =
Pre test Probability (kemungkinan sakit sebelum diperiksa (prevalensi) = (a+c)/(a+b+c+d) =
RR = 0,90,95% CI, 0,75-1,08
ARR = 1-RR
1-0,90= 0,1 (10%;95 CI, 0,75-1,08)
NNT= 1/AAR= 1/1,0= 10
e) Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan langkah-langkah 1-4 dan mencari
cara untuk meningkatkan mereka berdua untuk waktu berikutnya.
1. PICO
Contoh:
PICO percobaan karditocography cocok dengan pertanyaan klinis kita yaitu bagaimanakah
efektivitas pemeriksaan karditocography untuk mendeteksi kesejahteraan janin dalam proses
persalinan.
2. Validitas Internal
 Rekrutmen
Contoh:
Pada percobaan karditocograpi, subjek direkrut dari awal secara sukarela. Criteria inklusi/ekslusi
menunjukkan bahwa perekrutan subjek mewakili populasi yang jelas (ibu hamil tunggal dengan
usia kehamilan kurang dari 42 minggu, tidak ada kelainan janin dan komplikasi kehamilan, , suhu
tubuh ibu kurang dari 37,5°C saat masuk dan bersedia menjadi responden. Ini termasuk
penelitian yang besar karena jumlah responden sebanyak 8580 wanita (admission CTG= 4298,
usual care= 4282). Jumlah subjek cukup menyediakan sampel yang mewakili.
 Alokasi
Penempatan kelompok secara acak tetapi metode yang dipakai (amplop tertutup) bukan
metode paling efektif untuk menghilangkan blas penempatan subjek tahu dimana kelompoknya
berada.
 Maintenance
Sekali subjek ditempatkan ke kelompok, maka semua subjek diatur secara sama, outcome yang
relevan diukur menggunakan metodelogi yang sama untuk kedua kelompok tersebut, akan
tetapi banyak yang hilang pada saat follow up.
 Measurement
Blinding/penyamaran - bidan yang melakukan pemeriksaan dengan menggunakan gold standar
mengetahui keadaan pasien sebelumnya.
Objectivity/objektivitas - pengukuran outcome tergantung interpretasi dari alat carditokograpi
dan auskultasi intermitten.
Overal/keseluruhan (validitas internal) : percobaan dilakukan dengan baik
Overall/keseluruhan (validitas internal)
Percobaan dilaksanakan dengan baik tapi memiliki kelemahan metodologi yang bisa berdampak
pada outcomes.
 Hasil
 Kesimpulan
Contoh: hasil penelitian menunjukkan carditokograpi memliki dua peran potensial. Pertama,
mungkin bertindak sebagai stres test untuk janin yang mungkin menjadi hipoksia dalam proses
persalinan. Kedua, mungkin mendeteksi dan pelayanan yang cepat dari beberapa janin yang
sudah kronis hypoxic. Sementara itu angka NNT cukup besar (10), sekarang tinggal seberapa
penting keputusan klinis sehubungan dengan konsekuensinya.
 Level evidence based diagnostic accuracy
3. Manfaat evidence for hospital based care dalam praktik pelayanan kebidanan
a) Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik
b) Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk
c) Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil penelitian
d) Mengeliminasi budaya “practice which is not evidence based”

Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaan yang sistematik, ilmiah dan eksplisit dari
penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan tentang asuhan pasien secara individu.
Hal ini menghasilkan asuhan yang efektif dan tidak selalu melakukan intervensi. Kajian ulang
intervensi secara historis memunculkan asumsi bahwa sebagian besar komplikasi obstetri yang
mengancam jiwa bisa diprediksi atau dicegah.

Asuhan yang dilakukan dituntut tanggap terhadap fakta yang terjadi, menyesuaikan dengan
keadaan atau kondisi pasien dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan pasien dengan
mengutamakan keselamatan dan kesehatan pasien dengan mengikuti prosedur yang sesuai
dengan evidence based asuhan kebidanan, yang tentu saja berdasar kepada hal-hal yang sudah
dibahas sebelumnya, yaitu standar asuhan kebidanan, standar pelayanan kebidanan,
kewenangan bidan komunitas, fungsi utama bidan bagi masyarakat. Fungsi utama profesi
kebidanan, ruang lingkup asuhan yang diberikan.

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based tersebut tentu
saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan risiko-risiko yang dialami
selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan
kesehatan masyarakat.

4. Efektivitas evidence for hospital based Care dalam praktik pelayanan kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan
dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam
rangka mewujudkan kesehatan masyarakat dan keluarga. Pelayanan kebidanan merupakan
bagian integral dari Pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga
dalam rangka terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Adapun standar pelayanan kesehatan meliputi 4 standar yang dikelompokkan sebagai berikut:

a) Standar pelayanan umum


b) Standar pelayanan antenatal
c) standar pertolongan persalinan
d) Standar pelayanan nifas
e) Standar pelayanan kegawatan obstetri neonatal.

B. Evidence Based Clinical Desicion Making And Scope Of Practice


1. Pengertian Evidence Based Clinical

Clinical Based Evidence adalah tindakan yang teliti dan bertanggung jawab dengan
menggunakan bukti (berbasis bukti) yang berhubungan dengan keahlian klinis dan nilai-
nilai pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan.
EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting pada dekade ini untuk
membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi, public
health, konseling dan profesi kesehatan dan sosial lainnya.

Evidence Based Practice (EBP) Keperawatan adalah proses untuk menentukan, menilai,
dan mengaplikasikan bukti ilmiah terbaik dari literatur keperawatan maupun medis
untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien. Dengan kata lain, EBP merupakan salah
satu penelitian dapat diimplementasikan pada lahan praktik yang berfokus pada metode
dengan citical thinking dan menggunakan data dan penelitian yang tersedia secara
maksimal.

2. Ciri-ciri Evidence Based Clinical

a) terdiri atas bukti penelitian dan pengalaman klinis

b) ada keterampilan yang dilibatkan dalam membaca literatur yang memerlukan


kemampuan untuk mensitesakan informasi dan membuat pertimbangan mengenai
kualitas bukti-bukti yg ada

c) cara penggunaan informasi merupakan fungsi tingkat otoritas praktisi disuatu


organisasi dan Tingkat keyakinannya terhadap keefektifan informasi yang digunakan

d) bagian dari penggunaan EBP adalah kemampuan mengevaluasi secara mandiri


informasi yang digunakan dan menguji validitasnya dalam konteks praktik masing-
masing

e) pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan tentang perilaku dan
peran profesional dan terutama dipedomani oleh suatu sistem nilai bersama.

3. Langkah-langkah dalam penerapan Evidence-based Medicine-practice


 Penerapan Evidence-based Medicine-practice dimulai dari pasien, masalah klinis atau
pertanyaan yang timbul terkait perawatan yang diberikan pada klien.
 Merumuskan pertanyaan klinis yang mungkin, termasuk pertanyaan kritis dari
kasus/masalah kedalam kategori, misal: desain studi dan tingkatan Evidence.
 Melacak/mencari sumber bukti terbaik yang tersedia secara sistematis untuk menjawab
pertanyaan
 Penilaian kritis akan bukti ilmiah yang telah didapat untuk kebenaran bukti, meliputi:
kesalahan sistematis sebagai akibat dari bias seleksi, bias informasi dan faktor perancu;
aspek kuantitatif dari diagnosis dan pengobatan; ukuran efek dan aspek presisi; hasil
klinis; validitas eksternal atau generalisasi dan kegunaan dalam praktik klinis.
 Penerapan hasil dalam praktik pada klien, dengan membuat keputusan untuk
menggunakan atau tidak menggunakan hasil studi tersebut dan mengintegrasikan bukti
tersebut dengan pengalaman klinis dan faktor pasien atau klien dalam menentukan
keputusan tersebut.
 Evaluasi kinerja, yaitu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan pada klien.
Untuk menggunakan hasil penelitian/bukti sebagai referensi dalam memberikan
perawatan pada klien, diperlukan suatu tinjauan sistematis/review sistematis dari hasil
penelitian-penelitian serupa.
Penilaian untuk menilai kualitas bukti berdasarkan US Preventive Service Task Force
(USPSTF), dikategorikan menjadi:
a) tingkat I: bukti yang diperoleh berasal dari hasil penelitian yang dirancang dengan
metode randomized controller trial
b) tingkat II-2: bukti yang diperoleh berasal dari hasil penelitian yang dirancang dengan
metode studi kohort atau kasus kontrol rancangan studi analitik, yang dilakukan pada
lebih dari satu kelompok penelitian.
c) tingkat III-3: bukti diperoleh darj beberapa rancangan penelitian time series design
dengan atau tanpa intervensi. Hasil yang dramatis dalam uji terkontrol dapat juga
Dianggap sebagai jenis bukti.
d) tingkat III: pendapat ahli yang dihormati, berdasarkan pengalaman klinis, penelitian
deskriptif atau laporan komite ahli
e) dalam pedoman dan publikasi lainnya, rekomendasi untuk layanan Klinis
diklasifikasikan berdasarkan risiko klinis dibandingkan dengan manfaat layanan dan
tingkat bukti dimana informasi/hasil penelitian didapatkan.

4. Prinsip Asuhan kebidanan berbasis evidence based clinical

Salah satu tujuan penerapan evidence-based health care adalah untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Evidence Based health care (perawatan berbasis bukti) adalah
penggunaan bukti/hasil penelitian terbaik dan terbaru dalam membuat keputusan tentang
perawatan pada individu atau pemberian layanan kesehatan. Bukti terbaik dan terbaru adalah
informasi terkini terkait masalah kesehatan, berdasarkan perawatan kesehatan, potensi bahaya
dari paparan agen khusus, akurasi tes diagnostik dan kekuatan prediksi tor prognostic.

Perawatan kesehatan berbasis bukti (evidence based health care), meliputi evidence based
clinical practice/evidence based practice dan evidence based medicine. Evidence Based Practice
(praktik klinis berbasis bukti) adalah sebuah pendekatan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan dimana tenaga kesehatan menggunakan bukti terbaik yang tersedia, dengan
persetujuan klien atau pasien, untuk memutuskan pilihan yang sesuai dan terbaik bagi klien
atau pasien. Evidence-based medicine atau pengobatan berbasis bukti adalah penggunaan
metode pengobatan yang teliti, tegas, dan bijaksana berdasarkan bukti terbaik saat ini, yang
dilakukan dalam membuat keputusan tentang perawatan pasien secara individual. Evidence-
based medicine berarti mengintegrasikan keahlian klinis individu dengan bukti klinis terbaik
yang tersedia dari penelitian sistematis.

Prinsip-prinsip dasar penerapan evidence-based medicine practice:

 Semua keputusan praktis harus dibuat berdasarkan studi penelitian, dipilih dan
ditafsirkan menurut beberapa karakteristik norma tertentu atau penelitian kuantitatif.
 Diperlukan keahlian klinis dari tenaga kesehatan.
 Dalam bingkai sistem pelayanan kesehatan yang berlaku.
 Dilaksanakan berdasarkan pilihan klien atau pasien.

5. penerapan evidence clinical dengan decision making

Menurut Gerish, Ashworth, Lacey, dan Bailey (2008), komponen yang ada dalam
penerapan Evidence Based practice dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

1. adanya bukti eksternal


2. adanya bukti internal
3. adanya manfaat terbaik untuk kondisi pasien dan keinginan pasien serta
meminimalkan pembiayaan.
bukti eksternal meliputi hasil penelitian, teori-teori yang lahir dari penelitian,
pendapat dari ahli, penilaian klinis, hasil dari proyek peningkatan kualitas pelayanan
klinis, hasil dari pengkajian dan evaluasi pasien, alasan klinis, serta evaluasi dan
penggunaan sumber daya tenaga kesehatan yang diperlukan untuk melakukan
penatalaksanaan yang dipilih.

C. Kekuatan dan kelemahan dalam penerapan evidence based pada praktik


Kelebihan dari EBP dalam praktek profesional adalah:
a) Helper dan klien bersama-sama memperoleh pengetahuan dan informasi sebanyak-
banyaknya terhadap suatu penyakit atau masalah yang dialami klien, sehingga akan
membantu klien dalam membuat keputusan alternatif dari sejumlah pilihan penaganan
masalah atau penyakit (Stout & Hayes, 2005).
b) Dengan EBP memungkinkan praktisi
 mengembangkan pedoman praktis yang bermutu yang bisa diterapkan pada diri
klien,
 mengidentifikasi literatur yang cocok yang bisa dijadikan bahan diskusi bersama
klien,
 berkomunikasi dengan para profesional lain dari kerangka acuan atas panduan
pengetahuan dan
 meneruskan proses pembelajaran diri sendiri sehingga dihasilkan kemungkinan
pengobatan terbaik bagi klien (Hines, 2000).

Keterbatasan EBP dalam praktek profesional adalah:

a) Keterbatasan ekonomi dan dorongan yang kontra produktif bersaing dengan


sejumlah
bukti yang berfungsi sebagai faktor penentu keputusan (Burns, 1999).
b) Literatur yang relevan mungkin tidak dapat diakses. Waktunya tidak cukup
untuk melakukan tinjauan yang cermat terhadap bukti-bukti yang ada (mungkin
sangat banyak jumlahnya) yang relevan dengan masalah klinis yang mendesak
(Americal Medical Assosiation atau disingkat AMA, 1992).

D. Tantangan Dalam Penerapan Evidence Based Praktik Kebidanan


1. Latar belakang pentingnya Evidence Based dalam praktik kebidanan

EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat
profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis.
EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni
bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003. Itu dirancang
untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan
dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi. EBM mengakui nilai
yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktik dan profesi kebidanan.

Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan,
berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan.
Setelah ibu dan bayi berada dalam kondisi sehat, didalam asuhan persalinan terdapat 5
aspek (aspek pemecahan masalah yang diperlukan untuk menentukan pengambilan
keputusan klinik) yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu:

 aspek sayang ibu yang berarti sayang bayi


 Aspek pencegahan infeksi
 Aspek pencatatan
 Aspek rujukan

2. Tingkatan Evidence Based


Langkah 1 memformulasikan pertanyaan ilmiah: pertanyaan-pertanyaan yg
mengawali EBM selain dapat berkaitan dengan diagnosis,prognosis,terapi,dapat juga
berkaitan dengan risiko efek iatrogenik, kualitas pelayanan, hingga ke ekonomi
kesehatan.
Langkah 2 penelusuran informasi ilmiah untuk mencari "evidence": setelah formulasi
permasalahan disusun, langkah selanjutnya adalah mencari dan mencoba menemukan
bukti-bukti ilmiah yg dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Langkah 3 penelaahan terhadap bukti ilmiah yang ada: tahap ini seorang
klinisi/praktisi dituntut untuk dapat melakukan penilaian terhadap hasil-hasil studi
yang ada.tujuan utamanya apakah bukti yang disajikan valid dan bermanfaat secara
klinis untuk membantu proses pengambilan keputusan.
Langkah 4 penerapan hasil penelaahan ke dalam praktik: menerapkan pada pasien
secara langsung/melalui diskusi-diskusi untuk menyusun suatu pedoman terapi.
Langkah 5 Follow up dan evaluasi: tahap ini harus dilakukan untuk mengetahui
apakah current best evidence yang digunakan untuk pengambilan keputusan terapi
bermanfaat secara optimal bagi pasien, dan memberikan risiko yang minimal.

Tabel

Deraja Jenis Evidence


t
Ia Evidence merupakan hasil meta-analisis atau sistematik review dari beberapa uji
kilinik acak dengan control/kelola (randomized controlled trials.)
Ib Evidence berasal dari minimal satu uji klinik acak dengan control/ kelola
(randomized controlled trial)
IIa Evidence berasal dari paling sedikit satu uji klinik dengan pembanding. Tetapi
tanpa randominasi.
IIb Evidence berasal dari paling sedikit satu hasil penelitian dengan rancangan quasi-
experimental
III Evidence berasal dari hasil penelitian deskriptif non eksperimental seperti studi
komparatif, studi kolerasi dan studi kasus
IV Evidence berasal dari laporan komite ahli atau opini ataupun pengalaman klinik
dari ahli yang diakui

3. Prinsip penerapan evidence-based dalam praktik kebidanan


Prinsip ini berdasarkan evidence based yang berkesinambungan merupakan bagian
terintegrasi dalam konsep holistik asuhan yang berpusat pada wanita dan suatu hal yg
fundamental bagi layanan praktik kebidanan.
4. Model Tahapan penerapan Evidence-based praktik kebidanan
 Articule: mengetahui masalah dan mendefinisikan dengan baik
 Assemble: mengumpulkan bukti dan berbagi sumber yang sesuai
 Asses: pertimbangan antar sumber bukti yang paling kuat dan tepat
 Agree: pilih yang sesuai dan laksanakan
 Adapt: evaluasi yg sedang diterapkan apakah sesuai dengan tujuan.
5. Tantangan penerapan Evidence-based praktik kebidanan
 Ketersediaan dan akses terhadap bukti ilmiah
 SDM penyedia bukti ilmiah (jumlah, kualitas dan pengelolaanya)
 SDM pelaksana EBLM
6. Rekomendasi pendukung penerapan evidence-based
 Sistem yang mendukung penguatan penelitian dan publikasi jurnal kesehatan
nasional dan internasional
 Peneliti-praktisi dibidang kesehatan/kebidanan
 Repositori subjek
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Evidence for hospital based menurut Greenberg &Pyle adalah penggunaan bukti untuk
mendukung tindakan yang khususnya di pelayanan kebidanan.

Evidence Based health care itu penggunaan bukti penelitian terbaik dalam membuat keputusan
tentang perawatan pada individu. Bukti terbaik nya adalah informasi terkini terkait masalah
kesehatan, berdasarkan hasil penelitian yang valid tentang efek dari berbagai bentuk
perawatan kesehatan, akurasi tes diagnostik, dll.

Kemudian EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni
bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris tahun 2003 itu dirancang untuk
membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan
utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi.

Evidence Based medicine saat dipraktikkan pada berbagai situasi, khususnya jika timbul
keraguan dalam hal diagnosis, terapi dan penatalaksanaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Psychological Association. (2006). APA presidential task on evidence based
practice. Washington, DC. Author
2. Elder, Linda. (2007). Critical thinking
3. Anonim. (2014). Evidence Based health care and systematic review.
http://community.cochrane.org/about-us/evidence-based-health-care. Florida State
University
4. Yuniati I. Filosofi Kebidanan. Bandung: program Pascasarjana Program Studi Magister
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung; 2011
5. Slowson DC, Shaughnessy AF. Teaching evidence-based medicine: should we be
teaching information management instead? Acad Med. 2005 Jul; 80(7):685-9
6. Crumley, E. dan D. Koufogiannakis. 2002. Developing evidence-based librarianship:
practical steps for implementation. Health info. libr. J., (19)2:61-70
7. Booth, A. 2003. Bridging the research - practice gap? The role of evidence based
librarianship. New Rev. Inf. Libr. Res., (9)1:3-23
8. Sackett DL, Strauss SE, Richardson WS, et al. Evidence-based medicine: how to practice
and teach EBM. London: Churchill Livingstone, 2000

Anda mungkin juga menyukai