Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA H USIA 3 TAHUN


DENGAN ISPA DI PUSKESMAS DI PUSKESMAS
SIMARPINGGAN TAHUN 2023

Oleh :

NONDANG SARI SIREGAR


22100316

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA
ROYHAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul laporan : Asuhan Kebidanan Pada Balita H Usia 3 Tahun


Dengan ISPA Di Puskesmas Di Puskesmas
Simarpinggan Tahun 2023

Nama Mahasiswa : Nondang Sari Siregar

NIM : 22100316

Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi

Laporan Kasus ini telah diperiksa dan dievaluasi oleh Dosen Pembimbing Clinical
Instructor dan Koordinator Stase Profesi pada Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Program Profesi Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan Di Kota
Padangsidimpuan pada tanggal :

Menyetujui,

Koordinator Stase Dosen Pembimbing

Yulinda Aswan,SST,M.Keb Rini Amalia Batubara, Str. Keb, M.Keb


NIDN. 0125079003 NIDN. 0120079601

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan
Di Kota Padangsidimpuan

Sri Sartika Sari Dewi, SST, M.keb


NIDN. 010048901
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan ini.

Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membimbing selama ini.

Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih

jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian

penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka

menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan

penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.

Akhirnya saya berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam

proses perkuliahan Profesi bidan.

Padangsidimpuan, 2023
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Pengesahan............................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................2
C. Ruang Lingkup........................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


A. Pengertian...............................................................................................14
B. Etiologi...................................................................................................15
C. Patofisiologi............................................................................................16

BAB III PENGKAJIAN


A. Pengkajian .............................................................................................17
B. Analisis ..................................................................................................18
C. Penatalaksanaan ....................................................................................18

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................25

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................26
B. Saran .....................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 28


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi saluran pernapasan akut atau biasa kita sebut ISPA akan

berdampak luas karena disebabkan oleh agen infeksius yang ditular manusia ke

manusia yang lain (Syahidi dkk., 2019). ISPA pada balita dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain gizi kurang,status imunisasi yang kurang

lengkap,tidak mendapatkan ASI yang memadai, kekurangan vitamin A,

kepadatan tempat tinggal,polusi akibat asap dapur dan asap rokok dalam rumah

(Ramadhani dkk., 2014).

Program Sustainable Devolepment Goal’s (SDG’s) merupakan kelanjutan

dari tujuan Melenium Devolepment Goal’s (MDGS’s) yang berakhir ada tahun

2015. Salah satu upaya mewujudkan program SDG’s pada tujuan yang ketiga,

yaitu dengan diadakannya upaya pengendalian penyakit batuk pilek pada ISPA

nonpneumonia difokuskan pada upaya penemuan kasus secara dini dan

tatalaksana kasus yang cepat dan tepat melalui manajemen terpadu balita sakit

(MTBS) (Dinas Kesehatan Kota Metro, 2017)

ISPA disebabkan oleh beberapa mikroorganisme yaitu virus dan bakteri

(Suhandayani, 2007). Selain itu polusi udara juga menyebabkan ISPA

nonpneumonia, makan makanan yang banyak mengandung gula dan orang tua

yang merokok menyebabkan anak rentan terhadap batuk pilek pada ISPA non

pneumonia (Salim dkk., 2016). Kejadian batuk pilek harus dicegah


peningkatannya dan perlu penanganan yang tepat. Penanganan tersebut dilakukan

baik farmakologi atau non farmakologi (komplementer) (Hartono dalam Yunia

Marisa, 2012).

Dampak ISPA nonpneumonia terhadap anak yaitu dapat menyerang sistem

kekebalan tubuh yang lemah dan membuat anak terhalang untuk melakukan

aktivitasnya sehingga beresiko tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan nya.

3 Batuk pilek pada ISPA nonpneumonia tidak tertangani dapat menjadi

pneumonia. Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian bayi (Salim

dkk., 2016)

B. Tujuan

Memberikan asuhan kebidanan komprehensif asuhan kebidanan sesuai

dengan prioritas pada anak H dengan kasus ISPA nonpneumonia melalui

pendekatan manajemen kebidanan dan di dokumentasikan dalam bentuk

SOAP.

B.1 Tujuan Khusus

Melaksanakan asuhan kebidanan pada anak H dengan kasus ISPA

nonpneumonia dan Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah

dilakukan pada anak H dengan kasus ISPA nonpneumonia

C. RUANG LINGKUP

1. Lokasi dan Waktu

Waktu penyusunan Laporan dimulai bulan Februari 2023

2. Subjek Laporan
Subjek yang diambil untuk Laporan ini adalah anak H

3. Teknik/Cara Pengumpulan Data

Studi kepustakaan : Membaca dan mempelajari buku-buku sumber, makalah

atau pun jurnal yang dapat dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan

kasus yang diambil.

D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis

Secara teori laporan tugas akhir ini dapat memberikan informasi asuhan

kebidanan pada balita dengan kasus ISPA nonpneumonia dan dapat

dijadikan sebagai referensi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada

kasus ISPA nonpneumonia.

2. Manfaat praktis

Secara praktis laporan tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai referensi

mahasiswa dalam memahami pelaksanaan asuhan kebidanan dan dapat

mengaplikasikan materi yang telah diberikan dalam proses perkuliahan

serta mampu memberikan asuhan yang bermutu dan berkualitas.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Balita

Balita adalah anak berusia dibawah umur lima tahun yang sedang

mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pertumbuhan

perkembangan balita dipengaruhi kesehatan yang baik, status gizi yang baik,

lingkungan yang sehat, serta keluarga (termasuk pengasuh) yang baik merawat

balita (Depkes RI, 2008 dalam Rahmayatul, 2013).

Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok usia yang

rentan terhadap gizi dan kesehatan. Pada masa ini daya tahan tubuh anak masih

belum kuat, sehingga risiko anak menderita penyakit infeksi lebih tinggi.

Penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak balita diantaranya adalah penyakit

infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA (Harsono, 1999 dalam RSPI, 2007).

Selain itu, anak juga sering mempunyai kebiasaan makan yang buruk yaitu

anak sering tidak mau makan atau nafsu makan menurun, sehingga menyebabkan

status gizinya menurun dan pada akhirnya anak rentan terhadap suatu penyakit

infeksi (Soedjiningsih, 1998 dalam Pudjiadi, 2005) Pada tahun 1998 di Jawa

Tengah proporsi kematian anak balita yang disebabkan oleh ISPA sebesar 20%-

30% dari seluruh kematian balita (Depkes RI, 2000 dalam Ery, 2009).

Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa ada hubungan yang erat

antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan status gizi balita, yaitu
kurangnya status gizi akan memperbesar risiko terjadinya penyakit ISPA

(Supariasa, 2001 dalam Yusup, 2005).

B. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

1. Pengertian ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang

diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni, infeksi, saluran pernapasan dan akut,

dengan pengertian sebagai berikut:

a) Infeksi adalah masuknya, tumbuh dan berkembangbiaknya kuman atau

mikroorganisme ke dalam tubuh manusia

b) Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta

organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran

pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru). Dengan batasan

ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernapasan (respiratory tract).

c) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari Batas

14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung

lebih dari 14 hari (Depkes RI, 1994 dalam Mairusnita, 2009). Dengan

demikian ISPA adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari, dimana

secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di

setiap bagian saluran pernapasan dengan berlangsung tidak lebih dari14

hari (Ditjen PP dan PL, 2004 dalam Mairusnita, 2006)


2. Etiologi ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut merupakan kelompok penyakit yang

komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA

terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteridan rickettsia serta jamur. Virus penyebab

ISPA antara lain golongan Miksovirus (termasuk didalamnya virus influenza,

virus para-influensa), Adenovirus, Koronavirus, Pikonavirus, Mikoplasma,

Herpesvirus. Bakteri penyebab ISPA antara lain Streptokokus hemolitikus,

stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus influenza, Bordetella pertusis,

Korinebakterium diffteria. Ricketsia penyebab ISPA adalah Koksiela burnetti.

Jamur penyebab ISPA adalah Kokiodoides imitis, Histoplasma kapsulatum,

Blastomises dermatitidis, Aspergilus, Fikomesetes (Ditjen PP dan PL (2004) dan

Dinkes DKI (2005) dalam Mairusnita, 2006)

3. Cara Penularan ISPA

Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemardan masuk

ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan. Adanya bibit penyakit di udara

umumnya berbentuk aerosolyakni suatu suspense yang melayang di udara, dapat

seluruhnya berupa bibit penyakit atau hanya sebagian daripadanya. Adapun

bentuk aerosol dari penyebab penyakit tersebut ada 2, yakni: droplet nuclei (sisa

dari sekresi saluran pernapasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan

melayang di udara) dan dust (campuran antara bibit penyakit yang melayang di

udara) (Ditjen PP dan PL, 2004 dalam Mairusnita, 2006).

4. Klasifikasi Penyakit ISPA


Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas 2 kelompok yaitu

kelompok untuk umur 2 bulan - < 5 tahun dan kelompok umur < 2 bulan. Untuk

kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun klasifikasi dibagi atas:

a) Pneumonia berat

- Umur 2 bulan - < 5 tahun Didasarkan adanya batuk atau kesukaran

bernapas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian

bawah ke dalam (chest indrawing)

- Umur < 2 bulan Didasarkan adanya nafas cepat (fast breathing)

yaitu frekuensi pernapasan 60 kali per menit atau lebih, adanya

tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam

(severe chest indrawing).

b) Pneumonia

- 2 bulan - < 1 tahun Didasarkan pada adanya batuk atau kesukaran

bernapas disertai adanya frekuensi napas dengan napas cepat (fast

breathing 50 kali per menit).

- Umur 1 - < 5 tahun Didasarkan pada adanya batuk atau kesulitan

bernapas disertai frekuensi napas dengan batas napas cepat (fast

breathing 40 kali per menit).

- Bukan pneumonia Klasifikasi bukan pneumonia mencakup

kelompok penderita bayi dan balita dengan batuk yang tidak

menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak

menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam.


Dengan demikian klasifikasi bukan pneumonia mencakup penyakit-

penyakit ISPA lain diluar Pneumonia seperti batuk pilek bukan pneumonia

(common cold, pharyngitis, tonsillitis, otitis). Pola tatalaksana ISPA hanya

dimaksudkan untuk tatalaksana penderita Pneumonia berat, Pneumonia dan batuk

bukan Pneumonia. Sedangkan penyakit ISPA lain seperti nasopharyngitis,

sinusitis, dan otitis sesuai standar operasional program yang berlaku disarana

kesehatan (WHO, 2003 dalam Mairusnita, 2006).

5. Tanda dan Gejala ISPA

Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk,

kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian

besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan

bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan

pengobatan dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang paru

(pneumonia), bila infeksi paru ini tidak diobati dengan anti biotik akan

menyebabkan kematian (Fuad, 2008).

6. Patofisiologi ISPA

Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi

oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul

mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga

hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis.

Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat

melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di

daerahdaerah saluran pernafasan atas maupun bawah (Fuad, 2008)


7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit ISPA

a) Faktor Agent (Bibit Penyakit)

Infeksi saluran pernapasan akut dapat disebabkan oleh virus,

bakteri maupun riketsia, sedangkan infeksi bakterial merupakan infeksi

virus yang disertai infeksi bakteri sekunder terutama bila ada epidemi atau

pandemi. Kuman penyebab infeksi saluran pernapasan atas yang sering

adalah disebabkan oleh virus yaitu Adenovirus dan Miksovirus (Alsagaff,

dkk, 2002 dalam Mairusnita, 2006). Sementara itu, kuman penyebab

infeksi saluran pernapasan bagian bawah sebagian besar penyebabnya

adalah bakteri yaitu Streptokokus pneumonia dan Haemophylus influenza

(Depkes RI, 2005 dalam Mairusnita, 2006).

b) Faktor Host (Pejamu)

- Umur

Pada profil kesehatan DIY 2013 prevalensi ISPA tertinggi ada

pada kelompok umur 1-4 tahun sedangkan prevalensi pneumonia

tertinggi ada pada kelompok umur 12-23 bulan (Profil Kesehatan DIY,

2013). Hasil analisis faktor resiko membuktikan faktor usia merupakan

salah satu faktor resiko untuk terjadinya kematian karena pneumonia

pada balita yang sedang menderita pneumonia. Semakin tua usia balita

yang sedang menderita pneumonia, semakin kecil resiko meninggal

akibat pneumonia dibandingkan balita berusia muda (Djaja, 1999 dalam

Mairusnita, 2006)

- Jenis Kelamin
Berdasarkan pada Pedoman Rencana Kerja Jangka Menengah

Nasional Penanggulangan Pneumonia Balita Tahun 2005-2009, anak

laki-laki memiliki resiko lebih tinggi dari pada anak perempuan untuk

terkena ISPA (Depkes RI, 2005 dalam Mairusnita, 2006).

- Status Gizi

Secara umum kekurangan gizi akan berpengaruh terhadap kekuatan

daya tahan dan respons imunologis terhadap berbagai penyakit dan

keracunan (Soemirat, 2000 dalam Mairusnita, 2006). Berdasarkan

penelitian Kartasasmita, CB (1993) didapatkan bahwa prevalensi ISPA,

baik ringan-sedang maupun ISPA berat dan insiden ISPA cenderung

lebih tinggi pada anak dengan status gizi kurang (Kartasasmita, 1993

dalam Mairusnita 2006

4) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berdasarkan pada Pedoman Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional

Penanggulangan Pneumonia Balita Tahun 2005-2009, bayi yang memiliki berat

badan lahir rendah memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena ISPA daripada bayi

dengan berat badan lahir normal (Depkes RI, 2005 dalam Mairusnita, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian Samsudin (2005) di Kabupaten Langkat didapatkan

balita proporsi balita penderita ISPA dengan berat badan lahir rendah sebanyak

17,31% (Samsuddin, 2005 dalam Mairusnita, 2006).

Dan berdasarkan hasil penelitian Taisir (2005) di Kabupaten Aceh Selatan

didapatkan insiden rate ISPA sebesar 28% pada balita dengan berat badan lahir

rendah (Taisir, 2005 dalam Mairusnita, 2006). Menurut WHO (2002), bayi yang
berat lahirnya 2500 gram atau kurang (tanpa melihat masa kehamilan)

digolongkan sebagai bayi dengan BBLR dan perlu perawatan ekstra. Bayi yang

berat lahirnya kurang dari 2000 gram merupakan bayi yang berisiko tinggi.

Mereka sangat rentan dan tidak matang secara anatomis maupun fungsional.

Angka kematian untuk bayi dengan BBLR termasuk kategori tinggi karena bayi

dengan BBLR biasanya cenderung mengalami defisiensi nutrisi. Selain itu,

ketahanan tubuhnya terhadap infeksi juga rendah sehingga mudah untuk terjangkit

berbagai penyakit infeksi (Gupte, 2004 dalam Mairusnita, 2006).

5) Imunisasi

Bayi dan anak tergolong kelompok berisiko tinggi terhadap penularan

penyakit. Oleh karena itu, diupayakan imunisasi yang tujuannya mencegah

timbulnya penyakit. Banyak penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Sesuai dengan program pemerintah (Depkes) seorang anak diharuskan

imunisasi terhadap 6 jenis penyakit utama yaitu TBC, Difteri, Tetanus, Polio dan

Campak. Selain untuk pencegahan penyakit menular, imunisasi pada anak juga

merupakan pemenuhan kebutuhan anak untuk menunjang proses tumbuh

kembang yang ideal (Lestari, 1997 dalam Mairusnita, 2006


BAB III

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

1. Data Subjectif

a. Biodata

Nama anak : An.H

Umur : 36 Bulan

Jenis kelamin : perempuan

Anak ke : 2

Nama ibu : Ny. S

Umur : 38 Thn

Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Petani

b. Keluhan utama

Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaan anaknya karena sudah

batuk pilek dan demam sejak 1 hari yang lalu.

c. Riwayat persalinan

Jenis persalinan : Normal

Umur kehamilan : 38 Minggu

Keadaan ketuban : Utuh Jernih

Liltan tali pusat : Tidak Ada

Berat badan saat lahir : 2900 Gram

Tinggi badan saat lahir : 49 cm

d. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan anaknya batuk pilek dan demam sejak 1 hari yang lalu

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan keluarga tidak memilik riwayat penyakit Serius

f. Riwayat Pertumbuhan

BB 1 bulan yang lalu : 14 kg

BB 2 bulan yang lalu : 11,8 kg

BB 3 bulan yang lalu : 11 kg

TB 1 bulan yang lalu : 91 cm

TB 2 bulan yang lalu : 90 cm

TB 3 bulan yang lalu : 90 cm

g. Riwayat Psikososial

1) Pandangan keluarga terhadap kesehatan

Anggota keluarga sangat memahami betapa pentingnya kesehatan

2) Keadaan lingkungan

Keadaan lingkungan terdapat bengkel motor pada samping rumah ny.s

namun dalam kondisi baik

3) Kebiasaan keluarga

- Ibu mengatakan keluarga ada yang merokok yaitu suaminya Merokok

dalam sehari menghabiskan setengah bungkus rokok,menurut

pernyataan ibu suaminya merokok tidak berada dirumah dan tidak

berada didekat anaknya.

- Tidur tidak menggunakan obat nyamuk

- Semenjak sakit tidurnya tidak mengenakan kipas angin

- Rumah memiliki ventilasi terbuka


4) Pandangan keluarga terhadap penyakit anak

5) Ibu dan keluarga mengira bahwa An.H batuk tidak sembuh sembuh

dikarena makan makanan ringan dan gula pasir.

h. Pola Kebutuhan Dasar

1) Nutrisi : 3 kali sehari dengan lauk

2) Eliminasi : tidak ada masalah

3) Aktivitas : tidak ada masalah

4) Istirahat : tidur malam jam 21.30 Tidur siang jam 13.00

5) kebersihan diri : mandi 2 kali sehari

i. Riwayat Imunisasi

Ibu mengatakan imunisasi anak sudah lengkap

j. Riwayat Pemberian Vitamin A

Ibu mengatakan sudah diberi vitamin A pada bulan agustus.

k. Riwayat Pemberian Makanan Pendamping oleh Tenaga Kesehatan

Ibu mengatakan anaknya sudah tidak diberi makanan pendamping semenjak

usia 2 tahun.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

- Keadaan umum : baik


- Kesadaran : compos mentis

b. Pemeriksaan Antropometri

- BB sekarang : 13 kg

- TB sekarang : 91 cm

- Lingkar Kepala : 49 cm

c. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

- Frekuensi pernapasan : 28x/menit

- Nadi : 92x/menit

- Suhu : 38.70C

d. Pemeriksaan fisik

- Kepala dan wajah : normal tidak ada kelainan

- Mata : tidak ikterus, konjungtiva merah muda pupil

- mengecil saat senter dijauhkan.

- Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung

- Mulut : area tenggorakan kemerahan (inflamasi)

- Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid

- Dada : tidak ada tarikan dinding kedalam,terdapat suara tambahan

(ronchi),dan pernapasan tidak sesak, suara jantung normal lub dup

- Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, terdapat suara bising usus

- Ekstremitas bawah : tidak ada luka dan bergerak dengan aktif

- Ekstremitas atas : tidak ada luka dan bergerak dengan aktif


3. Analisis

Dignosis : ISPA nonpneumonia

Masalah : Pola makan anak tidak sehat

4. Penatalaksanakan

1. Beritahu hasil pemeriksaan anak kepada ibu

2. Melakukan pemberian obat ISPA nonpneumonia sirup itramol, dehista,

guefenesin, vitamin c dan mengedukasi ibu untuk memberikan obat ISPA

nonpneumonia, obat sirup 3x1/2 sendok/hari, obat yang dihaluskan 3x1

bungkus/hari.

3. Mengedukasi ibu tidak mimum obat dengan susu, dan boleh minum susu

saat 1 jam setelah minum obat

4. Mengedukasi kepada ibu apa saja makan makanan yang bernutrisi

seimbang

5. Mengatakan akan kunjungan ulang


BAB IV

PEMBAHASAN

ISPA pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain gizi
kurang,status imunisasi yang kurang lengkap,tidak mendapatkan ASI yang
memadai, kekurangan vitamin A, kepadatan tempat tinggal,polusi akibat asap
dapur dan asap rokok dalam rumah (Ramadhani dkk., 2014).

Infeksi saluran pernapasan akut merupakan kelompok penyakit yang


komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA
terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteridan rickettsia serta jamur. Virus penyebab
ISPA antara lain golongan Miksovirus (termasuk didalamnya virus influenza,
virus para-influensa), Adenovirus, Koronavirus, Pikonavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus. Bakteri penyebab ISPA antara lain Streptokokus hemolitikus,
stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus influenza, Bordetella pertusis,
Korinebakterium diffteria. Ricketsia penyebab ISPA adalah Koksiela burnetti.
Jamur penyebab ISPA adalah Kokiodoides imitis, Histoplasma kapsulatum,
Blastomises dermatitidis, Aspergilus, Fikomesetes (Ditjen PP dan PL (2004) dan
Dinkes DKI (2005) dalam Mairusnita, 2006) Salah satu penularan ISPA adalah
melalui udara yang tercemardan masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pernapasan. Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosolyakni
suatu suspense yang melayang di udara, dapat seluruhnya berupa bibit penyakit
atau hanya sebagian daripadanya. Adapun bentuk aerosol dari penyebab penyakit
tersebut ada 2, yakni: droplet nuclei (sisa dari sekresi saluran pernapasan yang
dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara) dan dust (campuran
antara bibit penyakit yang melayang di udara) (Ditjen PP dan PL, 2004 dalam
Mairusnita, 2006).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada anak H di

Puskesmas Simarpinggan , maka dapat disimpulkan bahwa

1. Peningkatan kapasitas SDM pada program penangulangan ISPA belum

terlaksana dengan baik.

2. Program monitoring dan evaluasi program penangulangan ISPA di

Puskesmas Simarpinggan ini adalah koordinator UKM, kepala

puskesmas dan pengelola, sedangkan kader tidak dilibatkan.

3. Program penangulangan ISPA di Puskesmas Sungai Lansek belum

berjalan efektif

B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Diharapkan bagi puskesmas agar dapat memprioritaskan penanggulangan

ISPA dengan cara promosi kesehatan berupa metode mobil keliling

sekaligus penyuluhan demonstrasi.

2. Bagi Ibu Balita Peranan ibu sangat penting dalam penanganan ISPA,

sehingga ibu yang memiliki balita sebaiknya aktif mencari informasi

terkait dengan ISPA ke petugas kesehatan. Ibu juga sebaiknya tidak

membawa anak yang sakit ke orang pintar, melainkan membawa nya ke

petugas kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2013. Informasi Tentang ISPA Pada Balita dan Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat : Jakarta

Jalil, R. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada


Balita Tersedia dalam http://ojs.uho.ac.id. Diakses tanggal 10
September2019.

Jayanti, D. 2018. Pengaruh Lingkungan Rumah Terhadap ISPA Balita di Wilayah


Kerja Puskesmas Tanjung Haloban Kabupaten Labuhan Batu Tahun
2017.3(2). Diakses tanggal 1 September 2019.

Kasjono Heru. 2011. Penyehatan Pemukiman (Kasjono Heru, ed.). Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.


Tersedia dalam https://pusdatin.kemkes.go.id/
download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil-kesehatan-
indonesia-2013.pdf. Diakses tanggal 30Agustrus 2019.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Tersedia dalam


https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf.

Diakses tanggal 1 September 2019. .2018. Laporan Nasional Riskesdas tahun


2018. Tersedia dalam
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-
riskesdas2018.pdf. Diakses tanggal 1 September 2019.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang


Persyaratan Kesehatan Perumahan

Kunoli, F. J. 2013. Epidemiologi Penyakit Menular (A. W. Arrasyid, ed.). Jakarta:


CV. Trans Info Media.
Notoatmodjo Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan (Revisi; Soekidjo
Notoatmodjo, ed.). Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Anda mungkin juga menyukai