Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KOMPREHENSIF

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK PADA


NEONATUS, BAYI BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
DI PUSKESMAS KENANAGAN
TAHUN 2023

STASE IV

OLEH :
WARIDHATUL ASHLA
P07524723097
DOSEN PEMBIMBING :
(Ardiana Batubara, SST, M.Keb)
NIP. 196605231986012001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI PROFESI BIDAN
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KOMPREHENSIF
PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK
PADA NEONATUS, BAYI BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
DI PUSKESMAS KENANGAN
TAHUN 2023

OLEH :
WARIDHATUL ASHLA
P07524723097

Menyetujui,

Pembimbing Institusi Pembimbimbing Lahan Praktik

(Ardiana Batubara, SST, M.Keb) (Bd. Rumondang Siregar, S.Tr. Keb)


NIP. 196605231986012001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

(Tri Marini, SST, M.Keb)


NIP.1980030820001122002

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dalam Asuhan Kebidanan Pada Remaja dan Pra Nikah ini ditulis
dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu Ardiana Batubara,
SST, M.Keb dan ibu Bd. Rumondang, S.Tr.Keb selaku CI Lahan yang telah
membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki.
Oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan laporan komprehensif ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, laporan komprehensif ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta
bermakna dalam proses perkuliahan Profesi bidan.

Medan, November 2023

Waridhatul Ashla

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................... 2
1. Tujuan Umum................................................................................ 2
2. Tujuan Khusus............................................................................... 2
C. Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 4
A. Konsep Dasar Masa Nifas.................................................................. 4
1. Pengertian Neonatus...................................................................... 4
2. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir...................................... 4
3. Pemeriksaan Fisik dan Kebutuhan Dasar Neonatus Bayi Baru Lahir 4
4. Tujuan Pemeriksaaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir........................ 5
5. Kebtuhan Gizi Bayi....................................................................... 5
6. Pengertian Balita........................................................................... 5
7. Karakteristik Balita........................................................................ 6
8. Kebutuhan Gizi Balita................................................................... 6
9. Pengertian Anak Pra Sekolah........................................................ 7
B. Konsep Dasar Demam....................................................................... 8
1. Pengertian Demam........................................................................ 8
2. Penyebab Demam.......................................................................... 9
3. Fisologis Demam........................................................................... 10
4. Klasifikasi Demam........................................................................ 10
5. Komplikasi Demam....................................................................... 11
6. Klasifikasi Derajat Demam........................................................... 11
7. Penanganan Demam...................................................................... 12
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................. 16

iii
BAB IV PEMBAHSAN........................................................................... 19
BAB V PENUTUP................................................................................... 20
A. Kesimpulan........................................................................................ 20
B. Saran................................................................................................... 20
DAFTAS PUSTAKA............................................................................... 22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian demam sering kali meningkatkan angka kesakitan dan kematian
terutama pada anak balita. Demam pada balita merupakan salah suatu masalah
yang umum di alami, yang biasanya terjadi setelah anak melakukan imunisasi
(Arungga, 2018). Pada dasarnya terdapat dua kondisi demam denngan
penanganan berbeda. Pertama demam yang tidak boleh cepat diturunkan
karena ini merupakan respon terhadap infeksi ringan dan bersifat self limited.
Kedua demam yang membutuhkan penanganan segera karena merupakan
tanda infeksi serius yang dapat mengancam jiwa (Fitriana, 2018).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di


dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian balita pertahun.
Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatric di Brazil terdapat sekitar 19%
- 30% anak diperiksa karena mengalami demam (Purwaningsih and Widuri,
2019). Indoesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan kasus
tinggi demam sebagai akibat infeksi virus dengan suhu diatas 38ºC
(Kemenkes RI, 2018).

Kronologi demam pada anak yaitu infeksi, baik disebabkan oleh bakteri
maupun virus. Selain infeksi, demam juga dapat disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya inflamasi atau peradangan. Sedangkan penyebab lain dari
demam adalah efektivitas dan aktivitas fisik yang berlebihan (Noor Sofikah,
Lailatul Mustaghfiroh and Irfana Tri Wijayanti, 2021) Apabila demam ini
tidak ditangani maka akan berdampak dan bisa mengakibatkan kerusakan
rangkaian khususnya sistem saraf pusat dan otot, sehingga dapat
mengakibatkan kejang demam dan kematian (Kristianingsih, Sagita and
Suryaningsih, 2019).

Penanganan demam pada anak sangat bergantung pada peran orang tua,
terutama ibu. Ibu yang mengetahui daan memahami demam, bisa menentukan

1
penanganan demam yang terbaik bagi anaknya. Penelitian yang dilakukan di
Indonesia, dapat diketahui bahwa pengetahuan seorang ibu tentang
penanganan demam terhadap anak sangat bervariasi. Perbedaan tingkat
pengetahuan ini bisa mengakibatkan perbedaan penanganan demam pada
anak. Penanganan ibu terhadap demam pada anak menjadi hal yang penting
untuk diteliti (Sudibyo et al., 2020).

Pengetahuan membutuhkan pembelajaran melalui pendidikan baik formal


maupun nonformal, melalui pengalaman dalam menghadapi anak yang demam
atau melalui pengalaman yang di dapat dari orang lain. Pengalaman pribadi
bisa dijadikan sebagai upaya memperbaiki dengan cara mengulang
pengalaman yang di peroleh dalam memecahkan masalah yang sama seperti
misalnya memberikan penanganan anak yang demam (Wiharjo, 2019).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat melakukan asuhan kebidanan komprehensif dan menganalisis
keterkaitan antara penyebab, masalah, faktor risiko, serta penatalaksanaan yang
sesuai dengan kasus pada neonatus, bayi balita dan anak pra sekolah dalam
bentuk pendokumentasi manajemen SOAP.
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan asuhan pada
neonatus, bayi balita dan anak pra sekolah.
2) Melakukan pengkajian asuhan kebidanan neonatus, bayi balita dan anak pra
sekolah di Puskesmas Kenangan dengan manajemen kebidanan dan
pendokumentasian SOAP.
C. Manfaat
1. Bagi Tenaga kesehatan
Meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada neonatus, bayi
balita dan anak pra sekolah.
2. Bagi Institusi Pendidikan

2
Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan
untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program study Profesi
Kebidanan di Politeknik Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan.
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan dalam
asuhan kebidanan pada neonatus, bayi balita dan anak pra sekolah.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Pada Neonatus, Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah
1. Pengertian Neonatus
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke
kehidupan ekstrauterine) dan toleransi bagi BBl untuk dapat hidup dengan
baik. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa.
Bayak perubahan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan atau
bahkan adanya kelainan-kelainan pada bayi. Asuhan pada bayi 2-6 hari dan
asuhan primer 6 minggu pertama setelah lahir harus dilakukan secara
menyeluruh. Asuhan pada bayi 2-6 hari juga harus diinformasikan dan
diajarkan kepada orang tua bayi, sehingga saat kembali ke rumah orang tua
sudah siap dan dapat melaksanakannya sendiri (Noordiati, SST., 2022).
2. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
Asuhan yang diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran.
Tujuannya adalah untuk mengkaji adaptasi BBL dari kehidupan dalam uterus
kekehidupan luar uterus dengan penilaian APGAR.
Penilaian dilakukan dengan 3 aspek yaitu :
1. Antropometri yaitu ukuran ² ukuran tubuh
2. Sistem organ tubuh yaitu melihat kesempurnaan bentuk tubuh
3. Neurologik yaitu perkembangan organ syaraf

3. Pemeriksaan fisik dan kebutuhan dasar neonatus, bayi baru lahir


Tehnik pemeriksaan yang dilakukan secara komprehensif :
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Asukultasi
4. Perkusi

4
Pengkajian pada bayi baru lahir yang dilakukan segera setelah lahir
yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterin ke.
Ekstrauterin. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang lengkap terdiri dari tiga
bagian.
1. Riwayat bayi baru lahir
2. Pengkajian usia kehamilan dan
3. Pemeriksaan fisik

4. Tujuan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

1. Untuk menentukan status kesehatan pasien


2. Mengidentifikasi masalah
3. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana asuhan
4. Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan
seger
5. Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien

5. Kebutuhan gizi bayi


Air Susu Ibu adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bbayi,
karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu)
sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi
makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.Hal ini
sesuai dengan rekomendasi UNICEF dan World Health Assembly (WHA)
yang menyarankan pemberian ASI Eksklusif hanya memberikan ASI saja
tanpa tambahan pemberian cairan (seperti : air putih, madu, susu formula, dan
sebagainya) atau makanan lainnya (seperti : buah, biskuit, bubur susu, bubur
nasi, tim, dan sebagainya) (Davidson M et al., 2022).
6. Pengertian balita
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai
dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih
banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok

5
yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan
makanan yang dibutuhkan.Konsumsi makanan memegang peranan penting
dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga konsumsi makanan
berpengaruh besar terhadap status gizi anak untuk mencapai pertumbuhan
fisik dan kecerdasan anak (Noordiati, SST., 2022).
7. Karakteristik balita
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di
bawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga
tahun yang yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun
sampai lima tahun yang dikenal dengan usia pra sekolah. Menurut
karakterisik, balita terbagi dalam dua kategori, yaitu anak usia 1-3 tahun
(batita) dan anak usia pra sekolah. Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen
pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan oleh ibunya.
Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra sekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola makan
yangdiberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi sering karena
perut balitamasih kecil sehingga tidak mampu menerima jumlah makanan
dalam sekali makan. Sedangkan pada usia pra sekolah anak menjadi
konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya.
Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah
playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku.
Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka
akan mengatakan “tidak” terhadap ajakan.Pada masa ini berat badan anak
cenderung mengalami penurunan, ini terjadi akibat dari aktifitas yang mulai
banyak maupun penolakan terhadap makanan.

8. Kebutuhan gizi balita


Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita di antaranya
adalah energi dan protein. Kebutuhan energi sehari untuk tahun pertama
kurang lebih100-200 kkal/kg berat badan. Energi dalam tubuh diperoleh

6
terutama dari zat gizikarbohidrat, lemak dan protein. Protein dalam tubuh
merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat
pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum
serta mengganti sel-sel yang telah rusakdan memelihara keseimbangan cairan
tubuh. 9 Lemak merupakan sumber kalori berkonsentrasi tinggi yang
mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai sumber lemak esensial, zat pelarut
vitamin A, D, E dan K serta memberikan rasa sedap dalam makanan.
Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah sebanyak 60-70% dari total
energi yang diperoleh dari beras,jagung, singkong dan serat makanan.
Vitamin dan mineral pada masa balita sangat diperlukan untuk mengatur
keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan (Armini, N. W.,
Sriasih, N. G. K. dan Marhaeni, 2022).
9. Pengertian anak pra sekolah
Pendidikan prasekolah merupakan dasar bagi perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan, daya cipta dan penyesuaiannya dengan
lingkungan sosialnya. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di
luar dilingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang
diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar
sekolah. Pendidikan prasekolah antara lain meliputi pendidikan Taman
Kanak-kanak, terdapat di jalur sekolah, dan Kelompok Bermain, serta
Penitipan Anak di jalur luar sekolah. Taman Kanak-kanak diperuntukan anak
usia 5 dan 6 tahun untuk satu atau dua tahun pendidikan, sementara kelompok
bermain atau penitipan anak diperuntukan anak paling sedikit berusia tiga
tahun.
Menurut (Patmonodewo, 1995) anak prasekolah adalah mereka yang
berusia antara tiga sampai enam tahun. Anak prasekolah adalah pribadi yang
mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan
dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal.
Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan
mengakibatkan timbulnya masalah. Taman kanak-kanak adalah salah satu

7
bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan
dasar(Indriawan and Wijiyo, 2020).
Usia anak prasekolah atau biasa disebut dengan masa anak-anak awal
adalah pada usia sekitar 3-6 tahun dan umumnya anak prasekolah mengikuti
program penitipan, kelompok bermain (play groups), serta program Taman
Kanak-kanak(Ajhuri, 2019).
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2016) pada masa ini, pertumbuhan
berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani
yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir. Memasuki
masa prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya. Selain lingkungan di dalam rumah maka
lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di
luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan banyak keluarga yang
menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain di luar rumah dengan cara
membawa anak ke taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-
tempat yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak.
Seharusnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain
yang bersahabat untuk anak (child friendly environment). Semakin banyak
taman kota atau taman bermain dibangun untuk anak, semakin baik untuk
menunjang kebutuhan anak. Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah,
untuk itu panca indra dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses
memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu
diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain.
Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan
perkembangan anaknya, agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak
mengalami kelainan atau gangguan (Nuri Syahputri, 2022)
B. Konsep Dasar Demam
1. Pengertian Demam
Demam adalah proses tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal >37,5°C, dan secara

8
umum disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur atau parasit), penyakit
autoimun, keganasan, ataupun obat–obatan (Pebrian and Maryana, 2021).
Demam merupakan kondisi terjadinya peningkatan pengaturan suhu di
bagian hipotalamus sehingga suhu tubuh dapat berada di atas suhu normal.
Demam bukan salah satu dari penyakit, tetapi kondisi ini merupakan gejala dari
adanya suatu penyakit. Demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran
normal akibat adanya infeksi atau peradangan yang dapat di tandai dengan
anak rewel, lemas, dan pucat (Labir et al., 2018).
2. Penyebab demam
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997) menyatakan, timbulnya
demam bisa disebabkan oleh infeksi ataupun non infeksi. Penyebab demam
yang disebabkan infeksi diantaranya dapat disebabkan oleh kuman, virus,
parasit atau mikroorganisme lain. Penyebab demam non infeksi antara lain
karena dehidrasi, trauma, dan alergi . (Fathul Aziz,2020).

Menurut (Lusia, 2019) secara umum, terdapat dua kategori demam yang
sering kali diderita oleh anak balita dan manusia pada umumnya, yaitu
demam non infeksi dan demam infeksi.

1) Demam infeksi
Demam infeksi merupakan demam yang dapaat disebabkan oleh
masuknya patogen, misalnya kuman, bakteri, virus. Demam infeksi sering
terjadi dan diderita oleh manusia daalam kehidupan sehari-hari seperti
bakteri, kuman, atau virus yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia
dengan berbagai cara, contohnya melalui makanan, udara atau persentuhan
tubuh (Lusia, 2019).

2) Demam non infeksi


Demam non infeksi merupakan demam yang bukan disebabkan karena
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Jenis demam ini jarang dialami
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam non-infeksi dapat disebabkan
oleh kelainan pada tubuh yang dibawa sejaak lahir, dan belum dibuang
dengan benar. Misal demam tidak menular diantaranya adalah demam yang

9
disebabkan oleh kelainan Kelainan jantung degeneratif atau bawaan akibat
demam Stres, atau demam karena sakit Sepeerti leukemia dan kanker
(Lusia, 2019).

3. Fisiologis demam
Demam muncul ketika berbagai proses infeksi dan non infeksi
berinteraksi dengan pertahanan tubuh. Mekanisme ini terjadi karena sel darah
putih menelan bakteri atau debris jaringan dengan partikel besar, makrofag,
dan limfosit pembunuh. Semua sel tersebut akan mencerna hasil penguraian
bakteri dan melepaskan interleukin-1 ke hipotalamus yang menyebabkan
demam dalam waktu 8-10 menit dengan menaikkan suhu tubuh. Interleukin-1
juga dapat menginduksi pembentukan prostaglandin atau zat sejenis zat
tersebut, yang kemudian beraksi di hipotalamus sehingga menimbulkan
respon demam (Fathirrizky, 2020).

4. Klasifikasi demam
Menurut ( L u s i a , 2 0 1 9 ) ada beberapa klasifikasi demam antara lain :
1) Demam septic
Demam ini ditandai dengan suhu tubuh yang berangsur-angsur naik ke
tingkat yang sangat tinggi pada malam hari dan kembali di atas normal pada
pagi hari. Demam ini juga dapat ditandai dengan badan menggigil dan
berkeringat.
2) Demam Remiten atau Demam Berulang
Demam ini dapat menurun setiap hari tetapi pernah mencapai suhu tubuh
normal. Kemungkinan penyebab suhu yang diukur bisa mencapai dua derajat,
tidak sebesar perbedaan suhu yang tercatat pada demam septik .
3) Demam intermiten
Suhu tubuh turun menjadi normal selama beberapa jam sehari. Jika
demam terjadi setiap dua hari dapat disebut tersiana, dan jika demam terjadi
dua hari disebut kuatana.
4) Demam kontinu

10
Pada siang hari suhu tidak berubah lebih dari satu derajat. Demam tinggi
yang terjadi secara terus-menerus dapat disebut hiperpireksia.
5) Demam siklis
terjadi kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari yang diikuti oleh periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semulaa.

5. Komplikasi demam
Menurut (Pangestu, 2021) komplikasi akibat demam antara lain :
1) Dehidrasi
Anak dengan demam tinggi bisa mengalami dehidrasi yang
mengakibatkan peningkatan pengeluaran cairan seperti muntah atau asupan
cairan yang kurang akibat anoreksia
2) Hipoksia
Pada anak demam tinggi dapat terjadi peningkatan laju nadi dan nafas,
pola yang membuat asupan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida tidak
efektif. Oleh karena itu, penderita penyakit jantung, penyakit paru paru, dan
anemia kronis harus mempertimbangkan pemberian oksigen.
3) Hipoglikemia
Anak dengan demam tinggi dan gizi buruk dapat mengalami penurunan
kadar gula darah, yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan hipoglikemi
berat.
4) Kejang Demam
Sering terjadii pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. Serangan kejang
demam terjadi dalam 24 jam pertama dan berlangsung singkat dan tidak
berulang. Kejang demam ini juga tidak merusak otak.

6. Klasifikasi derajat demam


Menurut (Lusia, 2019), Cara pengukuran melalui rektal (anus) peningkatan
suhu atau demam berdasarkan derajat peningkatan temperature dibedakan
sebagai berikut:
a. Subfebril : 37,5 – 38℃

11
b. Demam ringan : 38 – 39℃
c. Demam tinggi : 39 – 40℃
d. Demam yang sangat tinggi : ≥ 41,2℃
Pengukuran melalui ketiak peningkatan suhu atau demam berdasarkan
derajat peningkatan temperature dibedakan sebagai berikut:
a. Demam rendah : 37,2 – 38,3℃
b. Demam sedang : 38,3 – 39,5℃
c. Demam tinggi : >39,5℃
Suhu oral berdasarkan derajat peningkatan temperature dibedakan sebagai
berikut:
a. Demam rendah : 37,7 – 38,8℃
b. Demam sedang : 38,8 – 40℃
c. Demam tinggi : >40℃
7. Penanganan demam
Menurut (Sudibyo et al., 2020), penanganan terhadap demam bisa
dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis ataupun
kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani demam pada anak:

1) Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis untuk menangani demam pada anak bisa. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan anntipiretik sesuai anjuran dokter atau
tenaga kesehatan . penggunaan antipiretik berupa :

a) Paracetamol
Paracetamol merupakan obat pilihan pertama yang bisa digunakan saat
anak demam untuk menurunkan suhu subuh. Paracetamol bisa diberikan
dengan jarak 4-6 jam dari jarak pemberian sebelumnya. Pemberian
paracetamol bukan untuk menormalkan suhu tubuh tetapi untuk menurunkan
suhu tubuh.
b) Ibuprofen

12
Ibuprofen adalah obat penurun demam yang juga memiliki efek anti
peradangan. Ibuprofen adalah pilihan kedua pada saat demam. Ibuprofen
dapat diberikan ulang dengan jarak 6-8 jam dari jarak pemberian sebelumnya.

2) Tindakan non farmakologis


Terapi non farmakologi menurut (Pangestu, 2021) dapat dilakukan dengan
bebrapa cara yaitu:

a) Berikan kompres hangat pada tubuh, tidak hanya pada dahi tetapi diarea
lipatan lipatan tubuh seperti ketiak dan leher. Tindakan kompres hangat ini
dapat mengurangi suhu tubuh yang tinggi .
b) Lebih baik anak tidak diselimuti dengan selimut yang tebal karena dapat
menyebabkan peningkatan suhu tubuh, tetapi jika anak menggigil dapaat
menyelimuti dengan selimut yang bisa menyerap keringat.
c) Istirahat dirumah atau diruangan dengan ventilasi yang baik. Dapat
menggunakan kipas angin atau alat pendingin udara sesuai dengan toleransi
tubuh
d) Minum air putih yang banyak. memberikaan minum air putih yang banyak
(memberikan cairan) dapat meningkatkan adanya penguapan cairan yang
berlebih melalui keringat.
e) Meningkatkan asupan cairan diantaranya pemberian sari buah, susu, dan sup
hangat yang bening
f) Periksa keadaan suhu tubuh setiap empat jam sekali dengan alat penguruh
suhu tubuh atau termometer
g) Usahakan makan seperti biasa meskipun nafsu makan berkurang. Bila
tiidak mau makan, maka tubuh akan terasa lemas
h) Memakai pakaian yang tipis agar panas bisa keluar dengan mudah. Suhu
yang sangat tinggi lebih dari 38C suhu rektal pada anak – anak bisa
menyebabkan kejang demam

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

13
A. Anamnesis Lengkap (KMK 938 Tahun 2007 ; STANDAR I)
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara
lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain:
1) Biodata/Identitas Lengkap Klien (PMK 21 Tahun 2021: Hal 56)
Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian
2) Keluhan klien (PMK 21 Tahun 2021: Hal 56)
Alasan yang menyebabkan klien berobat. Keluhan utama adalah mengetahui
keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan.
3) Riwayat kesehatan klien (PMK 21 Tahun 2021: Hal 56)
Meliputi riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat penyakit sistemik untuk
memastikan bahwa tidak ada riwayat penyakit keluarga, riwayat keturunan
kembar dan riwayat operasi.
4) Pemeriksaan keadaan umum secara lengkap sesuai dengan kebutuhan Keadaan
umum (Kepmenkes 320 Tahun 2020, Hal 48)
a) Baik, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif, gerakannya terarah.
b) Sedang, maka pasien mersa tegang dan sedikit cemas.
c) Buruk, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif, bingung, gerakan
tidak terarah, gemetar dan merasa sangat cemas.
5) Pemeriksaan Penunjang (PMK 21 Tahun 2021: Hal 62)
Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada
langkah ini bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap.
B. Pemeriksaan Fisik (KMK 938 Tahun 2007 ; STANDAR II)
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan menginterpretasikan semua
data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah.
Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan
yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan prihal yang
berkaitan dengan pengalaman klien dihasilkan dalam pengkajian.
C. Diagnosis Banding (KMK 938 Tahun 2007 ; STANDAR III)

14
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian diagnosis danasalah yang sudah teridentifikasi.
Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar
diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi.Selain itu, bidan harus bersiap-siap
apalagi diagnosis/masalah tersebut benar-benar terjadi. Contoh diagnosis/masalah
potensial:
1. Diagnosis banding lain yaitu esofagitis.
D. Intervensi (KMK 938 Tahun 2007 ; STANDAR IV)
Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang
sudah dibuat secara aman dan efesian. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi ini
bidan harus berkolaborasi dan merujuk dengan tim kesehatan lain atau dokter.
Dengan demikian bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana
asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.

15
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK NEONATUS, BAYI,


BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH PADA By. L USIA 4 TAHUN
DI PUSKESMAS KENANGAN

A. Pengkajian (KMK 938 Tahun 2007 ; STANDAR I)

1. Biodata:
Nama bayi : Bayi L
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 4 tahun
Identitas Orangtua
Nama Ibu : Ny.M Nama Ayah : Tn. S
Umur : 25 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Karo Agama : krsten
Suku/bangsa :Karo/Indonesia Suku/bangsa : karo/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Enggang v Alamat : jl. Enggang v
2. S (Subjektif)
Keluhan: Ibu mengatakan anaknya mengalami panas/demam.
3. O (Objektif)
a. Pemeriksaan Umum (Kepmenkes 320 Tahun 2020, Hal 48)
1) Keadaan Umum: Baik
2) Tanda-tanda Vital:
1. Nadi : 100 x/i
2. Pernafasan : 23 x/i
3. Suhu : 38,5 0C

16
3) Antropometri :
- Berat badan : 16 gram
- Panjang Badan : 115 cm
- Lingkar Dada : 60 cm
- Lingkar Kepala: 50 cm
b. Pemeriksaan Fisik (KMK 938 Tahun 2007 ; STANDAR II)
Kulit : kemerahan
Kepala : tidak ada caput succedaneum, tidak ada moulase, tidak ada
cepal hematoma.
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung, ada lobang
Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran, ada lobang.
Mulut : lidah pucat, gigi berlubang
Leher : tidak ada pembengkakan
Dada : bentuk datar, pernafasan regular, bunyi nafas normal tidak
ada tarikan dinding dada
Abdomen : simetris, tidak ada pembesaran.
Punggung : tidak ada benjolan
Genetalia : testis berada di skrotum, penis berlubang
Ekstremitas : jari tangan dan kaki lengkap
Anus : lubang anus ada
B. A (Analisis) (KMK 938 Tahun 2007, STANDAR II)
- Diagnosa : Balita usia 4 tahun
- Masalah : demam
- Kebutuhan : Dukungan emosional dan cara mengatasi demam

C. P (Penatalaksanaan) (KMK 938 Tahun 2007, STANDAR V)


1. Menjelaskan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan anaknya mengalami demam
dengan suhu tubuh 38,5 derajat celcius. Demam merupakan kondisi terjadinya
peningkatan pengaturan suhu di bagian hipotalamus sehingga suhu tubuh dapat
berada di atas suhu normal.
Evaluasi: Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya.

17
2. Memberitahu ibu bahwa timbulnya demam bisa disebabkan oleh infeksi ataupun
non infeksi. Penyebab demam yang disebabkan infeksi diantaranya dapat
disebabkan oleh kuman, virus, parasit atau mikroorganisme lain. Penyebab demam
non infeksi antara lain karena dehidrasi, trauma, dan alergi. (Fathul Aziz,2020).
Evaluasi: Ibu sudah mengetahui penyebab demam pada anaknya
3. memberitahu ibu cara mengatasi demam yaitu bisa dilakukan dengan tindakan
farmakologis, tindakan non farmakologis ataupun kombinasi keduanya. Salahsatu
tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak: kompres air
hangat.
Evaluasi : ibu sudah mengerti penanganann demam pada anaknya.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian data subjektif diperoleh ibu mengatakan cemas


karena anaknya mengalami demam dengan suhu tubuh 38,5 derajat celcius dan
tidak mau makan. Bersadarkan pengkajian data objektif diperoleh keadaan umum
baik pemeriksaan antropometri dalam batas normal, pemeriksaan fisik dalam
batas normal namun pada pemeriksaan suhu tubuh anak mengalami panas/demam.
Demam adalah proses tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh
ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal >37,5°C, dan secara umum
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur atau parasit), penyakit autoimun,
keganasan, ataupun obat–obatan (Pebrian and Maryana, 2021)
Kebutuhan yang harus dipenuhi adalah dukungan emosional pada ibu dan
cara mengatasi demam dengan memberika therapi farmakologi dan dibantu
dengan therapi non farmakologi yaitu dengan kompres air hangat di lipatan axilla,
leher dan diatas dahi anak. Minum air putih yang banyak. memberikaan minum
air putih yang banyak (memberikan cairan) dapat meningkatkan adanya
penguapan cairan yang berlebih melalui keringat.
Ibu dapat meningkatkan asupan cairan diantaranya pemberian sari buah,
susu, dan sup hangat yang bening. Periksa keadaan suhu tubuh setiap empat jam
sekali dengan alat penguruh suhu tubuh atau termometer. Usahakan makan
seperti biasa meskipun nafsu makan berkurang. Bila tiidak mau makan, maka
tubuh akan terasa lemas.
Penatakaksanaan yang diberikan sudah sesuai dengan teori yaitu
menjelaskan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan anaknya yang mengalami
demam, memberitahu ibu bahwa penyebab demam, memberikan pendidikan
kesehatan dan konseling pada ibu tentang penyebab terjadi demam dan bagaimana
cara menangani demam pada anak balita.

19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang penulis dapatkan dalam pengelolaan kasus
Asuhan Kebidanan Pada Balita Ny.M Umur 4 tahun Dengan Demam Di
Puskesmas Kenangan maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:
1. Pada pengkajian data subjektif diperoleh ibu mengatakan cemas karena
anaknya mengalami demam dan tidak mau makan, sehingga tubuh anaknya
menjadi lemas.
2. Pada pengkajian data objektif diperoleh keadaan umum baik, tanda-tanda vital
dalam batas normal, namun suhu tubuh anak mencapai 38,5 derajat celcius,
pemeriksaan antropometri dalam batas normal, pemeriksaan fisik dalam batas
normal namun pada pemeriksaan mulut terdapat pengeluaran cairan seperti susu.
3. Pada analisis data, penulis dapat menegakkan diagnosa kebidanan pada bayi
Ny.M yaitu Bayi umur 4 tahun normal dengan masalah demam. Kebutuhan yang
harus dipenuhi adalah dukungan emosional pada ibu dan cara mengatasi demam
dengan memberikan obat dan membantu dengan kompres air hangat.
4. Penatakaksanaan yang diberikan sudah sesuai dengan teori yaitu menjelaskan
kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan anaknya yang mengalami demam,
memberitahu ibu bahwa penyebab demam, memberikan pendidikan kesehatan dan
konseling pada ibu tentang penyebab terjadi demam dan bagaimana cara
menangani demam pada anak balita.

B. Saran
1. Bagi Ibu (Klien)
a.Diharapkan pada setiap ibu agar dapat membantu kompres air hangat pada
anak nya yang sedang mengalami demam
b.Diharapkan kepada ibu agar dapat memberikan banyak air minum kepada
anaknya, karena dengan memberikan banyak minum dapat menambah
cairan dalam tubuh yang dapat meningkatkan penguapan cairan dalam tubuh
melalui keringatt.

20
c. Diperlukan keterlibatan suami/keluarga agar lebih memberi perhatian dan
dukungan pada ibu dalam melakukan perawatan pada anaknya
2. Bagi Mahasiswa
Senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan berdasarkan manajemen kebidanan.
3. Lahan Praktik
Diharapkan agar bidan di Di Puskesmas Kenangan dapat meningkatkan
kualitas pemberian pelayanan dan memberikan pelayanan yang optimal
Asuhan Pada neonatus, Baayi Balita dan anak pra sekolah.
4. Pendidikan
Diharapkan agar lebih melengkapi/menambahkan referensi tentang Asuhan
Pada neonatus, bayi balita dan anak pra sekolah di perpustakaan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ajhuri, K.F. (2019) Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan, Penebar Media Pustaka.
Armini, N. W., Sriasih, N. G. K. dan Marhaeni, G.A. (2022) Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita dan Pra Sekolah, Andi.
Arungga, U. (2018) ‘Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Demam
pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Parongpong Kabupaten
Bandung Barat’, pp. 45–57.
Davidson M, S. et al. (2022) Modul Pelatihan Asuhan Laktasi.
Fitriana, D. (2018) ‘Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Self Management
Demam Pada Balita di Posyandu Nusa Indah 7 Kampung Tua Teluk Mata
Ikan’, p. 9.
Indonesia, M.K.R. (2007) ‘Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan’,
Demographic Research, pp. 1-33 : 29 pag texts + end notes, appendix,
referen
Indriawan, I. and Wijiyo, H. (2020) Pendidikan Anak Pra Sekolah.
Jakarta:Rineka.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN (2020) ‘KEPUTUSAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG STANDAR PROFESI
BIDAN’, Bussiness Law binus, 7(2), pp. 33–48.
Kristianingsih, A., Sagita, Y.D. and Suryaningsih, I. (2019) ‘Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Demam Dengan Penanganan Demam Pada Bayi
0-12 Bulan Di Desa Datarajan Wilayah Kerja Puskesmas Ngarip
Kabupaten Tanggamus Tahun 2018’, Midwifery Journal: Jurnal
Kebidanan UM. Mataram, 4(1), p. 26. Available at:
https://doi.org/10.31764/mj.v4i1.510.
Lusia (2019) ‘Mengenal Demam dan Perawatannya Pada Anak’.
Noor Sofikah, Lailatul Mustaghfiroh and Irfana Tri Wijayanti (2021) ‘Hubungan
Pemberian Kompres Hangat Dan Paracetamol Pada Anak Usia 12-24
Bulan Dengan Penurunan Demam Di Desa Larikrejo Kecamatan Undaan
Kabupaten Kudus’, Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of
Midwifery Science and Health), 12(1), pp. 35–49. Available at:
https://doi.org/10.52299/jks.v12i1.81.
Noordiati, SST., M. (2022) Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita.
Nuri Syahputri, K. sri mardina (2022) ‘Analisa Deteksi Dini Dan Stimulasi
Perkembangan Anak Usia Prasekolah’, 4, pp. 139–146.

22
Pebrian, R. and Maryana, A. (2021) ‘Penerapan Rebusan Daun Kemangi
(Ocimum Sanctum L.) dalam Penanganan Pertama Demam pada Penderita
di Wilayah RT 001/ RW 009 Cakung Barat, Cakung Jakarta Timur’,
Jakhkj, 7(1), pp. 24–32.
Permenkes No 21 tahun 2021 ‘Permenkes No 21 tahun 2021’, Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents, 5(2), pp. 40–51. Available at:
file:///C:/Users/IDEAPAD 3/Downloads/2021-Permenkes-nomor-21
Tahun 2021_(peraturanpedia.id).pdf.
Purwaningsih, H. and Widuri, W. (2019) ‘Pengaruh Skin To Skin Contact (Pmk)
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Bayi Demam’, Jurnal Perawat
Indonesia, 3(1), p. 79. Available at: https://doi.org/10.32584/jpi.v3i1.268.
Sudibyo, D.G. et al. (2020) ‘Pengetahuan Ibu Dan Cara Penanganan Demam Pada
Anak’, Jurnal Farmasi Komunitas, 7(2), p. 69. Available at:
https://doi.org/10.20473/jfk.v7i2.21808.

23

Anda mungkin juga menyukai