Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGIS NY “S”

USIA 0 HARI DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI PONED PUSKESMAS


JOGOROGO

TAHUN 2020

Asuhan Kebidanan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Progam Pendidikam Profesi Bidan

Di Susun Oleh :
W I N A R T I , SST
NIM. 196901407

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGIS NY “S”
USIA 0 HARI DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI PONED PUSKESMAS
JOGOROGO

TAHUN 2020

Telah di teliti dan disetujui oeleh pembimbimg pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik/CI

............................... ...............................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan yang berjudul
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir patologis By. Ny. “S”, Jk perempuan, Usia
0 dengan Asfiksia Ringan Di Poned Puskesmas Jogorogo Tahun 2020”.
Asuhan Kebidanan ini disusun sebagai tugas Progam Studi Profesi Bidan
dengan kasus pada By Ny “S” dengan BBL Normal. Terima kasih juga kami
sampaikan kepada :

1. dr. Arvika Rastra Parbawanto, selaku Kepala UPT Puskesmas Jogorogo


2. Ibu Winarti , SST, selaku kepala ruangan Poned Puskesmas Jogorogo.
3. dan semua pihak yang telah bersedia membantu tersusunnya laporan ini
Kami menyadari bahwa asuhan kebidanan ini jauh dari sempurna oleh karena
itu saya mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
untuk kesempurnaan lebih lanjutnya dari penyusunan asuhan kebidanan ini.

Saya berharap semoga asuhan kebidanan ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Ngawi, September 2020

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR……………………………………………….......... iii

DAFTAR ISI................................................................................................. iv

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................

1.1 Latar belakanng............................................................................ 6


1.2 Tujuan penulisan.......................................................................... 7
1.3 Sistematika penulisan................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir............................................... 9


2.1.1 Pengertian Bayi Baru Lahir............................................. 9
2.1.2 Ciri ciri bayi normal ....................................................... 9
2.1.3 Perubahan pada bayi baru Lahir ..................................... 10
2.1.4 Periode pada bayi baru lahir............................................ 13
2.1.5 Penatalaksanaan awal bayi baru lahir............................. 15
2.1.6 Persiapan Alat................................................................. 16
2.1.7 Penanganan bayi baru lahir............................................. 16
2.1.8 Rawat gabung........................................................ 21
2.1.9 Tanda untuk masalah thermogenik........................ 21
2.2 Konsep Dasar Asfiksia.............................................................. 22
2.2.1 Pengertian ....................................................................... 22
2.2.2 Etiologi ........................................................................... 23
2.2.3 Faktor penyebab gagal nafas pada bayi.......................... 24
2.2.4 Patogenesis...................................................................... 25
2.2.5 Macam Asfiksia Neonatorum......................................... 26
2.2.6 Tanda dan gejala klinis.................................................... 26
2.2.7 Prinsip dasar pada asfiksia.............................................. 27
2.2.8 Klasifikasi keparahan asfiksia......................................... 28
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan ..................................................... 30
2.3.1 Pengertian ....................................................................... 30
2.3.2 Manajemen kebidanan varney......................................... 31
BAB 3 TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian................................................................................... 41
II. Interpretasi Data Dasar................................................................ 45
III. Diagnosa Masalah Potensial....................................................... 46
IV. Kebutuhan Segera....................................................................... 46
V. Intervensi..................................................................................... 46
VI. Implementasi............................................................................... 48
VII. Evaluasi...................................................................................... 49
BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan................................................................................. 50
4.2 Saran .......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian bagi bayi khususnya neonatus merupakan indikator dalam
menilai status kesehatan masyarakat suatu bangsa dan kini digunakan juga
sebagai ukuran untuk menilai kualitas pengawasan antenatal.
Bayi Baru Lahir memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat, aman, dan
bersih. Hal tersebut merupakan bagian essensial bayi baru lahir. Sebagian besar
proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi sehubungan dengan proses pengeluaran
hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru dikatakan berhasil
jikalau ibu dan bayinya dalam kondisi yang optimal. Sehingga selain ibunya bayi
yang dilahirkan juga harus dalam keadaan sehat. (Kosim, M Sholeh, 2003 : 1)
Dalam 30 tahun terakhir ini angka kematian bayi turun dengan mencolok, tapi
angka kematian perinatal dalam 10 tahun terakhir kurang lebih menetap. Misi
MPS (Making Pregnancy Safer) di Indonesia tahun 2001-2010 antara lain adalah
menurunkan angka kematian neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup dari
77,3-137,7 per 1000 (referrai hospital) untuk mencapai sasaran tersebut.
Intervensi yang sangat kritis adalah tersedianya tenaga penolong persalinan yang
terampil dan dapat memberikan pelayanan medik.Dengan adanya standart
pelayanan medik. Dengan adanya standar tersebut para petugas kesehatan
mengetahui kinerja apa yang diharapkan dari mereka apa yang harus mereka
lakukan pada setiap tingkat pelayanan, serta kompetensiapa yang diperlukan.
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama
kehidupannya, dan 2/3 nya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama
kematiam pada minggu pertama adalah komplikasi kehamilan dan persalinan
seperti asfiksia, sepsis neonatorum, dan komplikasi BBLR.

Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di Negara berkembang dan


sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan
pengobatan yang tepat. Sebenarnya penggunaan peralatan canggih tidak
diperlukan untuk menolong sebagian besar bayi ini, melainkan penanganan yang
cepat, tepat, dan aman.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Setelah membaca Asuhan Kebidanan ini semua pembaca diharapkan
memahami mengenai apa itu bayi bayi baru lahir dengan asfiksia dan
diharapkan kepada mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan
secara komprehensif pada bayi baru lahir Ny”S” dengan asfiksia Ringan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar pada Bayi Baru
Lahir dengan asfiksia Ringan.
2. Mahasiswa mampu menetapkan interpretasi data dasar pada Bayi Baru
Lahir dengan asfiksia Ringan.
3. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa / masalah potensial pada Bayi
Baru Lahir dengan asfiksia Ringan.
4. Mahasiswa mampu melaksanakan antisipasi kebutuhan segera pada Bayi
Baru Lahir dengan asfiksia Ringan.
5. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi pada Bayi Baru Lahir dengan
asfiksia Ringan.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi pada Bayi Baru Lahir
dengan asfiksia Ringan.
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi yang baik pada Bayi Baru Lahir
dengan asfiksia Ringan.
1.3 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode pengumpulan data
dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Terdiri dari landasan teori BBL dengan asfiksia Ringan.

BAB III TINJAUAN KASUS


Terdiri dari pengkajian, interpretasi data dasar, identifikasi
diagnosa/masalah potensial, kebutuhan segera, intervensi,
implementasi dan evaluasi.

BAB IV PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Bayi Baru Lahir


2.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan 2500 gram sampai 4000 gram.
(Asuhan Kebidanan anak dalam kontek keluarga: 1993).
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam setelah
lahir. (PPKC : 2004)
2.1.2 Ciri-Ciri Bayi Normal
a. BB 2500 – 4000 gram
b. Panjang lahir 48 – 52 cm
c. Lingkar dada 30 – 38 cm
d. Lingkar kepala 33 – 36 cm
e. Bunyi jantung pada menit pertama 180x/menit, kemudian heran 120 – 140
x/menit.
f. Pernafasan pada menit pertama 80x/menit, kemudian turun menjadi
40x/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin.
h. Rambut lanago tidak terlihat, rambut kepala sudah sempurna.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Genetalia, labia mayora sudah menutupi labra minora (perempuan) testis
sudah turun di dalam scrotum (laki-laki).
k. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk baik.
l. Reflek moro baik, bila dikagetkan bayi akan memperlihatkan gerakan
seperti memeluk.
m. Graff reflek baik, bila diletakkan beda pada telapak tangan bayi akan
menggenggam.
n. Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama
2.1.3 Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada BBL
1) Perubahan pernafasan/pada sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui placenta. Setelah bayi lahir harus melalui paru-paru bayi
pernafasan pertama pada BBL terjadi normal dalam waktu 30 detik.
Setelah kelahiran tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir
pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya
80 – 100 ml). Kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga cairan
yang hilang ini diganti dengan udara. Pernafasan pada neonatus terutama
pernafasan diafragmatik dan abdominal dan biasanya masih tidak teratur
frekwensi dan dalamnya pernafasan.
Bayi itu umumnya segera menangis sekeluarnya dari jalan lahir.
Sebagai sebab-sebab yang menimbulkan pernafasan yang pertama,
dikemukakan:
a. Rangsangan pada kulit bayi.
b. Tekanan pada thorax sebelum bayi lahir.
c. Penimbunan CO2
Setelah anak lahir kadar CO2 dalam darah anak naik dan ini
merupakan rangsangan pernafasan.
d. Kekurangan O2
e. Pernafasan intrautrin
Anak sudah mengadakan pergerakan pernafasan dalam rahim,
malahan sudah menangis dalam rahim. Pernafasan di luar hanya
merupakan lanjutan dari gerakan pernafasan di dalam rahim.
f. Pemeriksaan bayi
Kebanyakan anak akan mulai bernafas dalam beberapa detik setelah
lahir dan menangis dalam setengah menit.
2) Perubahan metabolisme karbohidrat/glukosa
Fungsi otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi
harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan gula darah dapat terjadi dengan 3
cara:
a) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk
menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).
b) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis).
c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis).
3) Perubahan suhu tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan-perubahan
lingkungan.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui:
a) Evaporasi : cairan menguap pada kulit yang basah.
b) Konduksi : kehilangan panas oleh karena kulit bayi berhubungan
langsung dengan benda/alat yang suhunya lebih dingin.
c) Konveksi : terjadi bila bayi telanjang di ruang yang relatif dingin
(25oC atau kurang)
d) Radiasi adalah kehilangan panas karena tubuh bayi yang lebih panas
menyentuh permukaan yang lebih dingin.
4) Perubahan pada sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler harus terjadi 2 perubahan besar, yaitu:
a) Penutupan foramen ovale atrium jantung.
b) Penutupan duktus afteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh:
a) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah meningkat
dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun
karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan yang mengurangi
volume dan selanjutnya tekanannya. Kedua kejadian ini membantu
darah dengan kandungan oksigen sedikit mengatur ke paru-paru untuk
mengalami proses oksigenasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan
pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbakarnya sistem pembuluh
baru. Dengan peningkatan tekanan pada atrium kiri foramen ovale
secara fungsi akan menutup.
5) Perubahan sistem gastrointestinal, ginjal
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan masih terbatas, juga hubungan antara osephagus
bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh
pada bayi baru lahir dan bayi muda.Kapasitas lambung sendiri sangat
terbatas kurang dari 30 cc.
Faeces pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi
yang kental disebut mekonium. Faeces ini mengandung sejumlah cairan
amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, dan zat sisa dari
jaringan tubuh. Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2-3. pada
hari ke 4-5 warna tinja menjadi coklat kehijauan.Air kencing.Bila kandung
kencing belum kosong pada waktu lahir, air kencing akan keluar dalam
waktu 24 jam yang harus dicatat adalah kencing pertama, frekuensi
kencing berikutnya, serta warnanya bila tidak kencing/menetes/perubahan
warna kencing yang berlebihan.

6) Perubahan berat badan


Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena
pengeluaran (meconium, urine, keringat) dan masuknya cairan belum
mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10%. Berat badan akan
naik lagi pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Cairan yang diberikan pada
hari 1 sebanyak 60 ml/kg BB setiap hari ditambah sehingga pada hari ke
14 dicapai 200 ml/kg BB sehari.
7) Sistem skeletal
Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut sebagian besar
terdiri dari kartilago yang hanya mengandung sejumlah kecil kalsium.
8) Sistem neoromuskular
Pada saat lahir otot bayi lambat dan lentur, otot-otot tersebut
memiliki tonus kemampuan untuk berkontraksi ketika dirangsang, tetapi
bayi kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem
persarafan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum
terintegrasi secara sempurna. (Anonim: 2004)
2.1.4 Periode Masa Transisi pada Bayi Baru Lahir
Setiap bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra
uterin ke kehidupan ekstrauterin. Proses ini dapat berjalan lancar tetapi dapat
juga terjadi berbagai hambatan, yang bila tidak segera diatasi dapat berakibat
fatal.
Terdapat tiga periode dalam masa transisi bayi baru lahir.
1. Periode reaktivitas I : (30 menit pertama setelah lahir)
Pada awal stadium ini aktivitas sistem saraf simpatif menonjol, yang
ditandai oleh:
a. Sistem kardiovaskuler
 Detak jantung cepat tetapi tidak teratur, suara jantung keras dan
kuat.
 Tali pusat masih berdenyut.
 Warna kulit masih kebiru-biruan, yang diselingi warna merah
waktu menangis.
b. Traktur respiratorrus
 Pernafasan cepat dan dangkal.
 Terdapat ronchi dalam paru.
 Terlihat nafas cuping hidung, merintih dan terlihat penarikan pada
dinding thorax.
c. Suhu tubuh
 Suhu tubuh cepat turun.
d. Aktivitas
 Mulai membuka mata dan melakukan gerakan explorasi.
 Tonus otot meningkat dengan gerakan yang makin mantap.
 Ektrimitas atas dalam keadaan fleksi erat dan extrimitas bawah
dalam keadaan extensi.
e. Fungsi usus
 Peristaltik usus semula tidak ada.
 Meconium biasanya sudah keluar waktu lahir.
Menjelang akhir stadium ini aktivitas sistem para simpatik juga aktif, yang
ditandai dengan:
- Detak jantung menjadi teratur dan frekuensi menurun.
- Tali pusat berhenti berdenyut.
- Ujung extremitas kebiru-biruan.
- Menghasilkan lendir encer dan jernih, sehingga perlu dihisap lagi.
- Selanjutnya terjadi penurunan aktivitas sistem saraf otonom baik yang
simpatik maupun para simpatik hingga kita harus hati-hati karena
relatif bayi menjadi tidak peka terhadap rangsangan dari luar maupun
dari dalam.
Secara klinis akan terlihat:
- Detak jantung menurun.
- Frekuensi pernafasan menurun.
- Suhu tubuh rendah.
- Lendir mulut tidak ada.
- Ronchi paru tidak ada.
- Aktifitas otot dan tonus menurun.
- Bayi tertidur.
Pada saat ini kita perlu berhati-hati agar suhu tubuh tidak terus menurun.
2. Periode reaktifitas II (periode ini berlangsung 2 sampai 5 jam)
Pada periode ini bayi terbangun dari tidur yang nyenyak, sistem
saraf otonom meningkat lagi. Periode ini ditandai dengan:
- Kegiatan sistem saraf para simpatik dan simpatik bergantian secara
teratur.
- Bayi menjadi peka terhadap rangsangan dari dalam maupun dari luar.
- Pernafasan terlihat tidak teratur kadang cepat dalam atau dangkal.
- Detak jantung tidak teratur.
- Reflek gag/gumoh aktif.
- Periode ini berakhir ketika lendir pernafasan berkurang.
3. Periode III stabilisasi (periode ini berlangsung 12 sampai 24 jam)
Kedua pengkajian keadaan fisik tersebut untuk memastikan bayi
dalam keadaan normal/mengalami penyimpangan
2.1.5 Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir
a. Membersihkan jalan napas.
b. Memotong dan merawat tali pusat
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
d. Identifikasi.
e. Pencegahan infeksi
2.1.6 Persiapan Alat
1. Pengisapan lendir (mucus extrator)
2. Tabung oksigen beserta alatnya untuk membantu pernafasan bayi.
3. Tempat tidur bayi dan incubator bayi.
4. Alat untuk resusitasi untuk pernafasan.
5. Obat-obatan tetes mata profilaktik (larutan poraknitrat 1%) atau salep
(salep tetra siklin 1% atau salep mata evytromisin 0,5%).
6. Tanda pengenal bayi (identifikasi) yang sama dengan ibu.
7. Alat pemotong, pengikat dan antiseptik tali pusat.
8. Stop watch dan termometer
2.1.7 Penanganan Bayi Baru Lahir
1) Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan segera menangis spontan segera sesudah lahir,
apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan
jalan nafas dengan cara:
a. Meletakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi
lurus dan kepala tidak menekuk, posisi kepala diatur lurus sedikit
tengadah ke belakang.
c. Bersihkan hidung, mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus dengan kassa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar, dengan rangsangan ini biasanya bayi
akan segera menangis.
 Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir akan menyebabkan
kerusakan otak.
Sangat penting membersihkan jalan nafas, sehingga upaya
bernafas tidak akanmenyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir
ke paru-paru).
- Alat penghisap lendir mulut atau penghisap lainnya yang steril,
tabung oksigen dengan selangnya haris selalu siap di tempat.
- Segera lakukan usaha penghisap mulut dan hidung.
- Petugas harus memantau dan mencatat usaha nafas yang
pertama.
- Warna kulit, adanya cairan atau mekanium dalam hidung atau
mulut harus diperhatikan.
 Bantuan untuk memulai pernafasan mungkin diperlukan untuk
mewujudkan ventilasi yang adekuat.
- Dokter atau tenaga medis lainnya hendaknya melakukan
pemompaan bila setelah 1 menit bayi tidak benafas.
2) Penilaian bayi waktu lahir (assessmant at birth)
Keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah lahir dengan
penggunaan nilai APGAR.Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah
bayi menderita asfiksia atau tidak. Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2
dari hasil penilaian tersebut apakah bayi normal (vigorous baby = nilai
apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai apgar 4-6) atau asfiksia berat
(nilai apgar 0-3). Bila nilai apgar dalam 2 menit belum mencpai nilai 7,
maka harus dilakukan tindakan resasitasi lebih lanjut.Oleh karena bila
bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadi gejala-
gejala neurologik lanjutan kemudian hari lebih besar.Berhubungan
dengan itu, menurut apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada
umur 5 menit.

Nilai APGAR
0 1 2
Apperance Badan merah, Seluruh tubuh
Pucat
(Warna Kulit) ekstremitas biru kemerah-merahan
Pulse Rate
Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
(Frek. Nadi)
Grimance
Sedikit gerakan
(Reaksi Tidak ada Batuk/bersih
mimik (grimance)
Rangsangan)
Activity Ekstrimitas dalam
Tidak ada Garakan aktif
(Tonus Otot) sedikit flexi
Respiration Lemah/tidak
Tidak ada Baik/menangis
(Pernafasan) teratur
Jumlah

3) Memotong tali pusat


Pemotongan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara
ibu dan bayi, tali pusat dipotong sebelum dan sesudah plasenta lahir tidak
akan mempengaruhi bayi, kecuali apabila bayi tidak menangis, maka tali
pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan reusitasi.
Tali pusat diklem dengan klem steril dengan jarak 3 cm dari tali
pusat bayi lakukan pengarutan pada tali pusat dari ke klem ke arah ibu,
dan kemudian pasang klm kedua pada sisi ibu 2 cm dari klem pertama,
pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan tangan kiri
sedangkan tangan kanan memotong tali pusat diantara kedua klem dengan
gunting tali pusat steril, kemudian ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari
pusat bayi dengan menggunakan benang steril atau penjepit tali pusat, lalu
pengikat kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi-sisi yang
berlawanan atau pengikatan dapat pula menggunakan klem tali pusat dari
plastik luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% serta
dibaluk kassa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan setiap tali
pusat basah/kotor.Atau juga bisa menggunakan triplel T (larutan berwarna
biru) tanpa dibalut oleh kasa steril.Tali pusat harus dipantau dari
kemungkinan terjadinya perdarahan tali pusat.

4) Mempertahankan suhu tubuh bayi


Pada waktu bayi lahir, bayi mampu mengatur secara tetap suhu
tubuhnya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat, bayi baru lahir harus dibungkus dengan kain hangat karena
suhu tubuuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur
yang hangat sampai tubuhnya stabil.
Mekanisme kehilangan panas:
a. Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi.
b. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dan permukaan yang dingin.
c. Konveksi adalah kehilangan panas pada saat bayi terpapar dengan
udara sekitar yang lebih dingin.
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi
ditempatkan dekat benda-benda yang mempunyai temperatur lebih
rendah dari temperatur tubuh bayi.
Cara pencegahan kehilangan panas:
a. Keringkan bayi secara seksama.
b. Selimut bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
c. Tutup bagian kepala bayi.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi.
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
5) Memberikan vitamin K
Untuk mencegah perdarahan karena defesiensi vitamin K maka
setiap bayi yang baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K
peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tingi diberi vitamin
K parenferal dosis 0,5 – 1 mg (1 M).

6) Memberi obat salep/tetes mata


Tetes mata/salep antibrotika yang diberi dalam waktu 2 jam pertama
setelah kelahiran. Obat yang diberikan berupa tetes mata (larutan perat
nitrat 1%) atau salep (salep mata eritromisin 0,5%) salep/tetes mata yang
diberikan dalam 1 garis lurus, mulai dari bagian mata yang paling dekat
dengan hidung bayi menuju bagian luar mata.
7) Identifikasi bayi
Identifikasi bayi segera lakukan segera setelah bayi lahir dan ibu
masih berdekatan dengan bayinya dikamar bersalin. Tanda pengenal bayi
bisa menggunakan cap jari atau telapak kaki. Tanda pengenal bayi
umumnya menggunakan secarik kertas putih atau berwarna merah/biru
tergantung jenis kelamin dan ditulis nama (bayi nyonya), tanggal lahir,
nomor bayi, unit. Setelah itu kertas dimasukkan dalam kantong plastik
dengan pita diikatkan pada pergelangan tangan ibu, pengikatan pita
hanya dapat dilepas atau digunting. Di setiap tempat tidur harus diberi
tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomer identifikasi.
8) Pemantauan bayi baru lahir
Tujuannya yaitu untuk mengetahui bayi normal atau tidak dan
identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan
perhatian keluarga dan penolong persalinan, serta tindak lanjut petugas
kesehatan.
a. Dua jam pertama sesudah lahir, yang dipantau:
- Kemampuan menghisap.
- Bayi tampak aktif atau lunglai.
- Bayi kemerahan atau biru.
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya, yang
dipantau:
- Bayi kecil masa kehamilan atau kurang bulan.
- Gangguan pernafasan.
- Hipofernia.
- Infeksi.
- Cacat bawaan atau trauma lahir.
2.1.8 Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan dimana bayi beserta ibu
dirawat satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu berada di samping
ibu sejak segera setelah bayi lahir sampai pulang.(Sulaiman S.: 1983)
Tujuan rawat gabung adalah:
a. Bantuan emosional
b. Penggunaan ASI
c. Pencegahan infeksi
d. Pendidikan kesehatan
2.1.9 Tanda-Tanda Untuk Resiko Masalah Thermogenik
1) Hipotermia
Yaitu penurunan suhu tubuh sampai dibawah 36,5oC.Akibat dari
hipotermia adalah bayi akan mengalami stress dingin (cold stress).
Tanda-tanda klinis stress:
- Kaki teraba dingin.
- Kemampuan menghisap lemah.
- Aktifitas berkurang.
- Tangisan lemah.
Penanganan pada bayi baru lahir
- Segera menghangatkan bayi dalam inkubator atau melalui penyinaran
lampu.
- Menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu yaitu bayi diletakkan
telungkup di dada agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi.
Untuk menjaga agar tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di
dalam satu pakaian disebut metode kangguru.
- Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang
diseterilkan terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh
bayi dan ibu.
- Biasanya bayi hipotermia menderita hypoglikemia, sehingga bayi
harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi hendak
menghisap diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg/hr.
(Anonim: 2004)
2) Hipertermia
Adalah peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,5oC
Gejala:
- Suhu lebih 37,5oC
- Frekuensi pernafasan > 60 x/mnt
- Tanda-tanda dehidrasi yaitu BB menurun, turgor kulit kurang, air
kemih berkurang.
Penanganan:
- Bayi dipindahkan keruangan yang sejuk dengan suhu kamar sekitar
26oC – 28oC.
- Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal
(jangan menggunakan air es).
- Berikan cairan dextrose: NaCl = 1:4 secara IV sampai dehidrasi
teratasi.
- Antibiotika diberikan apabila ada infeksi.(Anonim : 2004)
2.2 Asfiksia Neonatorum
2.2.1 Pengertian
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson, 1967).
Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan
asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan
faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap
kehidupan ekstrauterin (Gabriel Duc, 1971). Penilaian statistic dan
pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukan bahwa keadaan ini
merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Hal
ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa
skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat
lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi.
            Haupt (1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan
perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. Asidosis,
gangguan kerdiovaskular serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari
hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir
(James, 1958). Kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom
gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir (James, 1959).
Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce dan
Amakawa (1971) menunjukkan nekrosis berat dan difus  pada jaringan otak
bayi yang meninggal karena hipoksia. Karena itu tidaklah mengherankan
bahwa sekuele neurologis sering ditemukan pada penderita asfiksia berat.
Keadaan ini sangat menghambat pertumbuhan fisis dan mental bayi di
kemudian hari. Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan tersebut
diatas, perlu dipikirkan tindakan istimewa yang tepat dan rasionil sesuai
dengan perubahan yang mungkin terjadi pada penderita asfiksia.
2.2.2 Etiologi
           Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit
pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila
terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke
janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul
pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir
sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia
janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan
memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi.
Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu
disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan
bayi mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir.
2.2.3 Faktor Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi, adalah
1. Ibu
             Hipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi kerena hipoventilasi akibat
pemberian obat analgetika atau anastesia dalam.Gangguan aliran darah
uterus dapat mengurangi aliran darah pada uterus yang menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering
ditemukan pada keadaan ; gangguan kontraksi uterus, misalnya
hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit atau obat,
hipotensi mendadak pada ibu karna perdarahan, hipertensi pada
penyakit eklamsi dll.
2. Placenta
             Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksi janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan
placenta dll.
3. Fetus
             Kompresi umbilikus akan mengakibatkan gangguan aliran
darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran
gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan
pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat
antara janin dan jalan lahir dll.
4. Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena ; pemakaian
obat anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, traoma yang terjadi pada
persalinan mosalnya perdarahan intra cranial, kelainan kongenital pada
bayi masalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran
pernafasan,hipoplasia paru dan lain-lain.
2.2.4 Patogenesis
1. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah
rangsangan terhadap nesofagus sehingga jantung janin menjadi lambat.
Bola kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka nesofagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nefo simfatikus. Djj
menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang.
2. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar
sebagai tanda janin dalam hipoksia :

* Jika Djj normal dan ada mekonium maka janin mulai hipoksia.
* Jika Djj > 160 x/ menit dan ada mekonium maka janin sedang
hipoksia.
* Jika Djj < style > / menit dan ada mekonium maka janin dalam
keadaan gawat.
Janin akan mengadakan pernafasan intra uterine dan bila kita periksa
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronfus tersumbat
dan terjadi atelekrasis bila janin lahir aveoli tidak berkembang.

2.2.5 Macam asfiksia neonatorum

Dapat dibagi menjadi :


1. Vigorus baby. Skor Apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2. Mild-moderate asphyksia (asfiksia sedang). Skor APGAR 4-6 pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung > 100x/menit, tonus
otot kurang baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
3. Asfiksia berat skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100x / menit, tonus otot buruk, sianosis
berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
4. Asfiksia berat dengan henti jantung, dimaksudkan dengan henti jantung
adalahkeadaan:
1. Bayi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap.
2. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.
2.2.6 Tanda dan gejala klinis

Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan yang disebabkan


oleh beberapa keadaan diantaranya :
1. Hilang sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan
jantung.
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah
mengalami gangguan.
2.2.7 Gejala klinis
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat
dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan
akan berhenti, denyut jantung juga menurun, sedangkan tonus
neuromuskular berkurang secara barangsur-angsur dan memasuki periode
apnue primer. Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain
meliputi pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat.
Gejala lanjut pada asfiksia :
1. Pernafasan megap-magap dalam
2. Denyut jantung terus menurun
3. Tekanan darah mulai menurun
4. Bayi terlihat lemas (flaccid)
5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
7. Menurunnya PH (akibat acidosis respiratorik dan metabolik)
8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular.
2.2.8 Prinsip dasar asfiksia pada BBL
Bayi dapat mengalami apnue dan menunjukan upaya pernafasan yang
tidak cukup untuk kebutuhan fentilasi paru-paru. Kondisi ini
menyebabkan kurangnya pengambilan oksigen dan pengeluaran CO2.
Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini mencakup :
1. Asfiksia intra uterin
2. Bayi kurang bulan
3. Obat-obat yang diberikan/diminum oleh ibu
4. Penyakit neuromuskular bawaan
5. Cacat bawaan
6. Hipoksia intra partum
Asfiksia berarti hopoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan
asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak/kematian. Asfiksia juga mempengaruhi organ vital lainnya.
Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan
yang cepat dalam periode yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut gerakan
pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai menurun, sedangkan
tonus neuromuskular berkurang  sacara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apnue yang dikenal dengan nama apnue primer. Perlu
diketahui bahwa pernafasan yang megap-megap dan tonus otot yang juga
turun terjadi akibat obat-obat yang diberikan pada ibunya. Biasanya
pemberian rangsangan dan oksigen selama periode apnue primer dapat
merangsang terjadinya pernafasan spontan. Apabila asfiksia berlanjut bayi
akan menunjukan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus
menurun, dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apnue yang disebut apnue
sekunder, selama apnue sekunder ini denyut jantung, tekanan darah, dan
kadar oksigen dalam darah(PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak
bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernafasan
secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali apabila resusitasi dengan
pernafasan buatan dan pemberian oksigen dimulai dengan segera.
Gejala dan tanda-tanda asfiksia termasuk :
1. Tidak bernafas /bernafas megap-megap
2. Warna kulit kebiruan
3. Kejang
4. Panurunan kesadaran
2.2.9 Klasifikasi keparahan asfiksia
Pada kasus asfiksia ringan bayi dapat terkejut atau sangat waspada denan
peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan
normal atau cepat. Temuan ini biasanya berlangsung selama 24-48 jam
sebelum sembuh secara spontan. Pada kasus asfiksia sedang bayi dapat
letargi dan mengalami kesulitan pemberian makan. Bayi dapat mengalami
episode apnia kadang-kadang dan atau konvulsi selama beberapa hari.
Masalah ini biasanya sembuh dalam satu minggu, tetapi masalah
perkembangan saraf mungkin ada. Pada kasus asfiksia berat bayi dapat
terkulai atau tidak sadar dan tidak makan. Konvulsi dapat terjadi selama
beberapa hari dan episode apnia yang berat dan sering umumnya terjadi.
Bayi dapat membaik selama beberapa minggu atau tidak dapat membaik
sama sekali. Jika bayi ini dapat bertahan hidup mereka biasanya menderita
kerusakan otak permanen.
1. Jika asfiksia ringan
Jika bayi tidak mendapat oksigen ijinkan bayi mulai menyusui. Jika bayi
mendapat oksigen atau sebaliknya, tidak dapat menyusui berikan
perasan ASI dengan metode pemberian makan alternatif.
2. Jika asfiksia sedang atau berat
Pasang selang IV dan berikan hanya cairan IV selama 12 jam pertama.
-    batasi volume cairan sampai 60 ml/kg BB selama hari pertama dan
pantau haluaran urin.
Jika bayi berkemih kurang dari 6 kali/hari atau tidak menghasilkan urin
jangan meningkatkan volume cairan pada hari berikutnya, ketika jumlah
urin mulai meningkat tingkatkan volume cairan IV harian sesuai dengan
kemajuan volume cairan. Tanpa memperhatikan usia bayi yaitu untuk
bayi yang berusia 4 hari, lanjutkan dari 60 ml/kg sampai 80 ml/kg
sampai 100 ml/kg jangan langsung 120 ml/kg pada hari pertama. Ketika
konvulsi terkendali dan bayi menunjukan tanda-tanda peningkatan
respon. Ijinkan bayi mulai menyusui. Jika bayi tidak dapat menyusui
berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makan
alternatif. Berikan perawatan berkelanjutan.

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


2.2.1. Pengertian
Asuhan kebidanan adalah suatu aktifitas atau interaksi yang dilakukan
oleh bidan kepada klien yang membutuhkan atau mempunyai
permasalahan dalam memberikan Asuhan kebidanan.
Dalam memberikan Asuhan Kebidanan kepada klien, bidan menggunakan
metode pendekatan pemecahan masalah dengan difokuskan pada suatu
proses sistimatis atau analisis. Dalam memberikan Asuhan ini, kita
menggunakan “ 7 langkah kebidanan menurut Varney”, yaitu :
I. Pengkajian
II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
III. Identifikasi Diagnosa Potensial dan Masalah potensial
IV. Identifikasi identifikasi Kebutuhan Segera
V. Intervensi
VI. Implementasi
VII. Evaluasi
2.2.2. Manajemen Kebidanan Varney
I. Pengkajian
Yaitu Tahap awal dari proses keperawatan / kebidanan dan
merupakan suatu proses yang sisematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien (Iyer et al, 1996)
Pengkajian dilakukan oleh petugas kesehatan dengan cara :
 wawancara, dan
 pemeriksaan langsung pada pasien.
Tetapi apabila pasien dalam keadaan koma, maka wawancarara
dilakukan kepada keluarga , pengantar atau pendamping pasien.
Data yang tercantum di dalam pengkajian adalah :
a) Data Subyektif
Adalah suatu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara ,
baik secara langsung kepada pasien ataupun kepada keluarganya.
Data subyektif terdiri dari anamnesa terhadap pasien mulai dari
keluhan utama, kebiasaan sehari-hari sampai riwayat kehamilan
dan persalinannya.
1) Anamnesa
Yaitu suatu data yang diambil dari hasil wawancara dengan
pasien untuk mengetahui riwayat kesehatannya.
 Nama bayi dan orang tua
Untuk mengetahui identitas pasien
 Umur bayi dan orang tua
 Tanggal dan jam bayi dilahirkan
Untuk mengetahui umur bayi
 Jenis kelamin bayi
 Berat badan dan panjang badan bayi
 Agama orang tua
Untuk mengetahui kepercayaan klien sehingga
memudahkan petugas dalam memberikan asuhan
kebidanan.
 Pendidikan orang tua
Untuk memudahkan petugas dalam memberikan konseling.
 Pekerjaan orang tua.
 Alamat
Untuk mengetahui suku, daerah, adat istiadat dan
kepercayaan sehingga memudahkan petugas untuk
berkomunikasi.
2) Riwayat Penyakit Kehamilan
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu saat
hamil baik dimasa lalu ataupun sekarang,supaya tindakan
medis yang diberikan tepat dan aman bagi ibu dan bayinya.
3) Kebiasaan Waktu Hamil
Aktifitas yang dilakukan ibu sewaktu hamil seperti :
 Makanan dan Minuman
 Obat-obatan / Jamu
 Kebiasaan Merokok
 Dan Lain-lainnya
4) Riwayat Persalinan Sekarang
 Jenis Persalinan : Normal / SC / Episiotomi / VE
 Ditolong Oleh : Dukun / Bidan / Dokter
b) Data Obyektif
Adalah suatu data yang diperoleh dengan cara melakukan
pemeriksaan secara langsung kepada pasien, untuk mengetahui
keadaan pasien sekarang.
1. Pemeriksaan fisik
Untuk mengetahui keadaan fisik pasien. Dilakukan secara
“Head to toe”.
- Tanda-tanda Vital
 Keadaan umum
 Suhu : normalnya 36˚ C, suhu rectal 36,5˚ C s/d 37,8˚ C.
 Pernafasan : BBL bernafas tidak teratur dengan jumlah
pernafasan 30 80 x/ menit, dengan rata-rata 40 x/menit.
 Nadi / HR : normalnya untuk BBL 110 – 160 x/menit,
rata-ratanya 130 x/menit. Tempat perhitungannya di
brachial, apeks, dan pangkal tali pusat.
 BB sekarang : Bayi aterm BB normalnya antara 2500 –
4000 gram.ngan caira.Sebaiknya tiap hari BB bayi
dipantau.Penurunan BB lebih dari 5 % BB waktu lahir
menunjukkan kekurangan cairan.
 Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling :Perlu dikenali
kurangnya reaksi terhadap rayuan,rangsangan sakit atau
suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.
 Keaktifan: Bayi normal melakukan gerakan-gerakan
tangan dan kaki yang simetris pada waktu
bangun.Aadanya tremor pada bibir ,kaki ,dan tangan
pada waktu menangis adalah normal,tetapi bila hal ini
terjadi pada waktu tidur kemungkinan gejala suatu
kelainan kelainan yang perlu dilaksanakan pemeriksaan
lebih lanjut.
 Simetri : Apakah secara keseluruhan badan seimbang.
- Pemeriksaan Fisik Secara Sistematis
Dilakukan dengan cara : Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi.
 Kepala
 Periksa kesimetrisan kepala
 Adanya kelainan cephal haematoma, caput
succadenum, anansefalus, meningokel.
 Ubun-ubun
 Sutura frontalis dextra + sinistra
 Sutura coronaria ( sela mahkota )
 Sutura lomboidea ( sela lamda )
 Sutura sagitalis ( sela panah )
 Muka
Periksa ekspresi, adanya kelainan seperti tidak dapat
mengerutkan dahi atau menutup mata sebelah, sudut
bibir tertarik ke satu sisi (paralysis wajah)
 Mata
 Periksa pupil, sclera, konjungtiva
 Tanda-tanda infeksi seperti pus
 Telinga
 Periksa kesimetrisan, dengan cara menarik garis
antara telinga dan mata bayi.
 Ada tidaknya serumen

 Hidung
 Periksa adanya pernafasan cuping hidung.
 Periksa kesimetrisan hidung kanan dan kiri.
 Mulut
 Periksa adanya sumbing “ palatogenatoskizis “
 Periksa bibir dan palatum
 Refleks hisap dan menoleh, dinilai pada saat
menyusui.
 Salivasi tidak terdapat pada bayi normal. Bila
terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan ada
kelainan bawaan saluran cerna.
 Leher
 Periksa kesimetrisan
 Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar
limfe, dan vena jugularis
 Periksa adanya cedera akibat persalinan..
 Dada
 Periksa kesimetrisan dan bentuk dada
 Putting susu menonjol atau tidak (pada bayi
perempuan)
 Dengarkan bunyi nafas dan bunyi jantung.
 Periksa adanya cedera akibat persalinan.
 Tali pusat
 Periksa adanya penonjolan disekitar tali pusat pada
saat bayi menangis.
 Keadaan tali pusat (kebersihannya, bau atau tidak,
perdarahan, dan bernanah/tidak).
 Tali pusat lembek saat tidak menangis.
 Punggung
 Periksa adanya spina bifida atau mielo meningokel
(defek tulang punggung sehingga medulla spinallis
dan slaput otak menonjol).
 Extremitas
 Perlu diperhatikan bentuk ,gerakannya,fraktus
paresis.
 Periksa adanya kelainan jari seperti :
- Mikroamelia : jumlah jari < 5
- Polidaktili : jumlah jari >5
- Amelia : tidak mempunyai jari.
- Sindaktili : jari seperti jari-jari katak, ada selaput antara
satu dan lainnya.
 Periksa adanya kelainan pada kaki seperti :
- Pes varus : kedua kaki mengarah kedalam, seperti
huruf “O”
- Pes valgus : kedua kaki mengarah keluar seperti
huruf “X”
 Genetalia
 Kelamin laki-laki
- Testis berada didalam skrotum
- Penis
 Kelamin perempuan
- Vagina berlubang
- Uretra berlubang
- Labia mayora menutupi labia minora
 Anus
 Periksa adanya atresia ani atau anus imperforate
dengan colok anus dengan term rectal.

 Kulit dan Kuku


Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan.
Kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas
ringan. Pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan
kemungkinan adanya kelainan. Waspada timbulnya kulit
dengan warna yang tak rata ”cuti mammorata” telapak
tangan . Telapak kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit
menjadi pucat atau kuning. Bercak-bercak besar biru
yang terdapat disekitar bokong (Mongolion spot) akan
menghilang pada umur 1-5 tahun.
2. Reflek
 Reflek Moro
Reflek memeluk, terjadi jika kita menepuk tangan bayi
maka bayi akan kaget dgn pergerakan tangan simetris
secara spontan.
 Reflek Rooting
Reflek menoleh, terjadi jika kita menyentuh pipi bayi maka
bayi akan menoleh ke sumber rangsangan.
 Reflek Walking
Reflek berjalan, terjadi jika bayi diletakkan di perut ibu
maka bayi akan merangkak menuju putting susu.
 Reflek Graps / Plantar
Reflek tangan menggenggam , terjadi saat kita gosokkan
jari jari kita ke tangan (bagian telapak ) dan telapak kaki
bayi maka bayi akan menggenggam.
 Reflek Sucking
Reflek menghisap, terjadi apabila terdapat benda
menyentuh bibir bayi dan disertai reflek menelan. Bisa
diamati saat bayi menyusu pada ibunya.
 Reflek Tonick Neck
Reflek mengangkat kepala, sesaat setelah bayi bayi lahir
ditengkurapkan diatas perut ibu untuk menyusu.
3. Antropometri
 Lingkar Kepala , dibagi menjadi 3 yaitu :
 SOB “Sub Occipito Brecmatica”
Pengukuran dari Foramen magnum ke Ubun-Ubun
Besar. (Normalnya :32 cm)
 FO “Fronto Occipito”
Pengukuran dari pangkal hidung ke titik yang terjauh
pada belakang kepala.(Normalnya : 34 cm)
 MO “Mento Occipito”
Pengukuran dari dagu ke titik yang terjauh pada
belakang kepala.(Normalnya : 35 cm)
4. Eliminasi
 Miksi
- Pada 24 jam pertama berjumlah 15 – 20 cc , berangsur-
angsur meningkat hingga dapat 200 cc pada hari ke-6.
- Bila dalam 24 jam pertama bayi belum kencing harus
diselidiki penyebabnya : apakah ada anuria atau retensi.
 Meconium
Ialah tinja yang dikeluarkan bayi.
- Biasanya pada 1 jam – 2 jam pertama, bila >10 jam
Post Partum belum ada meconium ingat kelainan
kongenintal.
- Setelah 3 – 4 hari meconium berubah warna dan
disebut “Transitional stool” yang berlangsung selama 2
hari, dan kemudian disusul dengan Feces normal.
- Frekwensi dan sifat tinja bayi tergantung dari macam
susu yang diberikan.
- Adanya darah dalam tinja bayi dapat berasal dari darah
ibu atau dari bayi sendiri.
II. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah
Digunakan untuk menentukan diagnosa dan masalah berdasarkan data
subyektif dan obyektif.
III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Digunakan untuk menentukan diagnosa dan masalah potensial sesuai
dengan diagnosa dan masalah yang sudah diidentifikasi.
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Digunakan untuk mengidentifikasi perlunya tindakan segera guna
dikonsulkan atau ditangani bersama dgn anggota tim kesehatan yg
lain.
V. Intervensi
Menyusun rencana yang menyeluruh disertai dengan rasional yang
meliputi :
1) Terapi dan asuhan
2) Pendidikan kesehatan
3) Konseling
4) Kolaborasi
5) Rujukan
6) Tindak lanjut
VI. Implementasi
Merupakan pelaksanaan dari Asuhan secara menyeluruh sesuai
dengan intervensi.
VII. Evaluasi
Dilakukan sebagai evaluasi keefektifan dari Asuhan yang telah
diberikan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGIS NY “S”


USIA 0 HARI DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI PONED PUSKESMAS
JOGOROGO
TAHUN 2020

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
Tanggal Pengkajian : Pukul :
Tempat Pengkajian : Poned Puskesmas Jogorogo
1. Identitas Klien
1. Identitas Bayi
Nama : By.Ny. “S”
Tanggal lahir : WIB
Umur : 0 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :
2. Identitas Orang Tua

Nama Ibu : Ny. “S” Nama Suami : Tn.”H”


Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan :- Penghasilan :-
Alamat : Alamat :
3. Keluhan Utama
Bayi tidak segera menangis dan terlihat Agak sesak serta lemas.
4. Riwayat Kesehatan Ibu
a. Prenatal
2. HPHT :-
3. HPL: -
4. UK : 30-31 Minggu
5. Keluhan selama hamil
1. Trimester I : Muntah di pagi hari
2. Trimester II : Tidak ada keluhan
3. Trimester 111 : Tidak ada Keluhan
6. ANC
Ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 6x yaitu 4x di bidan
dan 2x di dr SpOG
7. Penyuluhan yang didapat
Ibu mendapat penyuluhan tentang tablet Fe, gizi ibu hamil,
dan cara mengatasi susah makan saat muntah.
b. Natal
Tempat persalinan : Poned Puskesmas Jogorogo
Penolong persalinan : Bidan
Jenis Persalinan : Spontan
c. Post Natal
Keadaan bayi lemah, tidak menangis spontan, Denyut jantung
lemah, warna kulit pucat.
5. Pola Kebiasaan
1. Nutrisi
Bayi minum ASI setiap kali bangun menangis atau tiap 2
jam sekali.
Eliminasi
2. Bayi sudah mengeluarkan mekonium pada 24 jam pertama
dan saat ini BAB dan BAK bayi dalam sehari 3-4 x
3. Istirahat
Bayi hanya tertidur dan terbangun hanya saat BAB dan BAK
atau saat lapar.
4. Personal Hygiene
Bayi hanya disibin 1x dan ganti pakaian bedong dan pempers
saat sibin dan saat kotor atau basah, dilakukan perawatan tali
pusat setiap pagi dan oral Hygiene.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : Nadi : 146 x/menit
RR : 42 x/menit
S : 36,8 o C
A-S : 5-6
2. Pemeriksaan Antopometri
a. SOB : 8,7 cm
b. MO : 12 cm
c. FO : 10 cm
d. Lingkar kepala : 28 cm
e. Lingkar dada : 32 cm
f. LILA : 10 cm
g. Bayi terlihat sesak, kulit pucat, kebiruan
3. Pemeriksaan Fisik

- Kepala : Bentuk kepala bulat, rambut hitam, tipis, halus,


penyebaran merata, kepala bersih, tidak ada caput
succedanium, tidak ada cephal hematoma, tidak
ada benjolan abnormal, tidak ada pelebaran sutura,
tidak ada moulase, UUK belum menutup

- Muka : Agak pucat, tidak odeme, tidak ikterus, tidak


sianosis

- Mata : Simetris, konjungtiva palpebra merah muda,


sclera putih.

- Mulut : Bibir Agak kebiruan, tidak ada kelainan seperti


labio palato skisis, tidak ada monoliasis, mukosa
mulut lembab, lidah bersih.

- Hidung : Simetris, tidak ada tumor, tidak ada secret, tidak


ada pernafasan cuping hidung, defiasi septumnasi
tidak ada pembesaran, terpasang Oksigen.

- Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan


abnormal.

- Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada


pembesaran kelenjar kelenjar tyroid dan limfe

- Dada : Simetris, tidak ada kelainan, bentuk dada normal,


tidak ada retraksi otot pernafasan puting tidak
menonjol.

- Perut :Tali pusat basah, tidak ada tanda infeksi, tali pusat
tidak ada kelainan, perut teraba lunak, tidak
kembung.

- Genetalia : Labiya Mayora Sudah menutupi labiya minora.

- Tungkai dan kaki : simetris, tidak ada kelainan, tungkai kaki


menyerupai buah tomat..
- Anus : Lubang ada, mekonium +, tidak ada lesi/iritasi.

- Punggung : tidak ada spina bifida.

5. Kulit : Kulit Agak kebiruan.


6. Reflek :
- Moro : Lemah
- Rooting : Lemah
- Graps : Lemah
- Sucking :Lemah
- Tonicneck : Lemah

7. Pemeriksaan penunjang
-
8. Terapi
O2

II. INTERPRESTASI DATA


Tanggal : Jam :
Dx : By Ny “S” usia 0 hari dengan asfiksia ringan
Ds :
Do : KU : sedang
Kesadaran : Composmentis
TTV :N : 135x/ menit
S : 36,80 C
R : 55x/ menit
BB : 2800 gr
PB : 49 cm
A-S : 2-3
Bayi tidak segera menangis setelah lahir,dan agak sesak
Gerakan dada sesuai pola nafas
Warna kulit Kebiruan
Tali pusat terlihat masih basah

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Apneu pada bayi
Hipotermi berat

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN TINDAKAN SEGERA


Pemberian Oksigen
Perawatan bayi dalam inkubator
Rujuk jika diperlukan

V. INTERVENSI

Tanggal : Pukul :
Dx : By Ny “S” usia 0 hari dengan asfiksia ringan

Tujuan :Diharapkan bayi tidak sesak, sianosis dan keadaannya semakin


membaik setelah dilakukan perawatan serta tindakan yang tepat.

Kriteria Hasil : KU : Baik


Kesadaran : Komposmentis
TTV :N :
S : 36.5- 37,5o C
R : 40-60 x/ menit
A-S : 7-10
Bayi tidak sesak lagi
Tali pusat terawat dengan baik.
Bayi tetap terjaga kehangatannya.
Bayi tidak sianosis.
Tidak terjadi apneu pada bayi.
Personal hygiene bayi terpenuhi dengan baik.
Intervensi
1. Cuci tangan 7 langkah dengan menggunakan sabun sebelum dan sesudah
tindakan
R/ Agar bayi terhindar dari infeksi
2. Pastikan ibu agar mengetahui kondisi bayinya
R/ agar ibu merasa lebih tenanag
3. Lakukan tindakan HAIKAP pada bayi sesegera setelah lahir
R/ agar bayi segera menangis dan dalam keadaan yang baik
4. Cegah kehilangan panas pada bayi dengan masukkan dalam inkubator
R/ Agar tidak sianosis dan terjaga dengan baik kehangatannya
5. Perawatan tali pusat dengan kasa steril
R/ Agar tidak terjadi infeksi
6. Ganti popok bayi jika basah
R/ Supaya bayi tetap bersih dan nyaman
7. Lakukan pemenuhan nutrisi bayi dengan ASI/PASI
R/ agar kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan baik
9. Terus pantau keadaan bayi secara berkala dengan menilai TTV pernafasan,
Nadi dan suhu bayi.
R/ untuk mendeteksi secara dini jika terjadi ketidak normalan.
10. Beritahu ibu tanda/ciri-ciri bahaya bayi dengan riwayat asfiksia yang harus
diwaspadai.
R/ agar sesegera mungkin dapat di pertolongan jika terdapat tanda bahaya.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : Jam : WIB
Dx : By Ny “S” usia 0 hari dengan asfiksia Ringan

1. Melakukan cuci tangan 7 langkah sesuai dengan SOP yang benar sebelum
dan sesudah tindakan terhadap bayi.
2. Memberi tahu hasil pemeriksaan
3. Melakukan tindakan HAIKAP
Hangatkan bayi sesegera mungkin setelah lahir
Atur posisi bayi sedikit ekstensi untuk mempermudah jalan nafas masuk
keparu paru
usap isap lendir bayi pada mulut dan kemudian hidung
keringkan kembal bayi ,atus posisi kembali dan lakukan penilaian jika bayi
sudah menangis kulit kemerahan gerak aktif nafas juga membaik maka
lakukan perawatan bayi selanjutnya.
4. Mencegah kehilangan panas pada bayi
1. Memakaikan baju, popok, bedong
2. Memasukkan kedalam inkubator
5. Merawat tali pusat bayi .
Mengganti dengan kasa steril kering
6. Mengganti popok saat bayi BAB/BAK serta bedong bayi jika basah.
7. Melakukan observasi bayi secara berkala dengan menilai TTV ( N, S, dan
R) bayi beserta pemeriksaan lainnya yang mendukung untuk pengobatan
bayi.
8. Memberitahukan ibu mengenai ciri-ciri atau tanda bahaya bayi yang memiliki
riwayat asfiksia.
VII. EVALUASI
Tanggal: Jam : WIB
Dx :By Ny “S” usia 0 hari dengan asfiksia Ringan.

S :-
O : KU :Baik
Kesadaran : Komposmentis
TTV :N : 135x/menit
S : 38,8o C
R : 55x/menit
A-S : 2-3
Bayi Sudah tidak sesak Tali pusat terawat dengan baik
Bayi tidak sianosis Warna kulit merah

A : By Ny “S” usia 0 hari dengan asfiksia Ringan dan masalah


teratasi.

P : Lanjutkan intervensi
1. Mencuci tangan 7 langkah sebelum dan sesudah tindakan
2. Menjaga kehangatan bayi
3. Memberi tahu ibu cara merawat tali pusat dengan benar.
4. Menjaga kehangatan personal Hygiene
a. Mengganti popok bayi saat basah dan saat BAB / BAK
b. Menyibin bayi.
5. Melakukan observasi bayi secara berkala.
6. Memberitahu Ibu untuk menyusui Bayinya sesering
mungkin ( saat bayi lapar) atau tiap 2 jam sekali.
7. Menganjurkan Ibu untuk menjemur bayinya pagi hari saat
dirumah.
8. Memberitahu ibu untuk melakukan imunisasi bayi secara
teratur sesuai jadwal imunisas.
9. Memberitahu ibu untuk kontrol kembali,
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan 2500 gram sampai 4000 gram.
Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir
a. Membersihkan jalan napas.
b. Memotong dan merawat tali pusat
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
d. Identifikasi.
e. Pencegahan infeksi
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan agar dapat menambah wawasan dalam
Dan memberikan asuhan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan bayi baru
lahir normal.
2. Bagi Pasien
Di harapkan melakukanpemeriksaan secara rutin bila timbul kelainan yang
lebih berlanjut dapat segera terdeteksi.
3. Bagi Pembaca
Diharapkan pada para pembaca agar menjadikan sebagai salah satu cara
untuk dapat memberikan asuhan yang benar pada bayi baru lahir.
4. Bagi Institusi
Diharapkan Institusi agar dapat dijadikan sebagai bahan tambahan
literatur.
5. Bagi Praktek Mandiri Bidan
Diharapkan kepada pihak PMB agar dapat membantu penerapan atau
penatalaksanaan bayi baru lahir dan menurunkan Angka Kematian
Perinatal.

DAFTAR PUSTAKA

Aliyah Anna, dkk. 1997. Resusitasi Neonatal. Jakarta : Perkumpulan


perinatologi Indonesia (Perinasia).

Manuaba, I. 1997. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan Kedokteran. Jakarta : EGC. 

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta :


PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prof. Dr. Mochtar, Rustam, MPH. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta : ECG..

Wiknjosastro,Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

http: // www.pediatrik.com/kanal.Php?pg=karyailmiah&id=03

Anda mungkin juga menyukai