Disusun oleh:
Nama : Daspiah
NIM : PO.62.24.2.20.335
SAMPUL HALAMAN
DAFTAR ISI.............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................................. 2
C. Manfaat............................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perempuan dan menjadi salah satu komponen indeks pembangunan maupun indeks
kualitas hidup. AKI di Indonesia menunjukan tren menurun, dengan menyebutkan bahwa
rasio AKI di Indonesia sebesar 177 per 100.000 kelahiran hidup pada 2017. Dalam
tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainble Development Goals (SDGs), target AKI
adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut
diperlukan kerja keras, terlebih jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN, AKI
di Indonesia relatif masih sangat tinggi (Susiana, 2019).
Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas penyebab
langsung (faktor- faktor reproduksi, komplikasi obstetric) dan tidak langsung (3
terlambat, pengetahuan, sosio-ekonomi).Salah satu bagian 3 terlambat yaitu terlambat
mendapatkan pertolongan yang juga bisa disebabkan oleh penolong atau tenaga
kesehatan.Perlu adanya tindakan awal yang bersifat preventif agar meminimalkan kasus
tersebut, salah satunya adalah membiasakan diri bagi seorang bidan atau tenaga
kesehatan untuk berpikir kritis, rasional Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah
satu indikator untuk melihat derajat kesehatan terhadap setiap tindakan yang dilakukan,
setiap melakukan manajemen asuhan kebidanan. Proses manajemen kebidanan tersebut
merupakan proses yang khas, terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian
pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaransasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan
sumbersumber lainnya (Insani et al, 2016).
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan anak tidak
terkecuali peningkatan akses dan kualitas pelayanan melalui peningkatan kapasitas
tenaga kesehatan termasuk bidan, jaminan kesehatan dan meningkatkan outreach
pelayanan utamanya bagi daerah yang sulit akses.Pelayanan kesehatan yang bermutu
semakin diperlukan dalam memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat.Untuk
memenangkan persaingan yang semakin ketat tersebut, bidan harus mampu memberikan
kepuasan terhadap pelanggan dalam hal ini adalah pasien.Angka kunjungan merupakan
tolak ukur kesuksesan suatu bidan desa dalam menilai efektivitas dan efisiensi
1
pelayananan yang diberikan apakah sesuai dengan harapan pasien atau belum (Hanung et
al, 2018).
B. Tujuan
1. Umum
Menjelaskan tentang manajemen pelayanan kebidanan dan kepemimpinan mandiri.
2. Khusus
a. Menjelaskan tentang manajemen pelayanan kebidanan
b. Menjelaskan tentang kepemimpinan mandiri
C. Manfaat
1. Klien
Dapat lebih mengerti dan mengetahui hal-hal penting dalam menjaga serta
meningkatkan kesehatanibu dan anak, sehingga kesejahteraan ibu dan anak dapat
lebih ditingkatkan sejak awal masa kehamilan, persalinan hingga masa nifas.
2. Mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengaplikasikan
ilmu kebidanan, terutama dalam melakukan manajemen pelayanan kebidanan bagi
pasien, agar pelayanan yang diberikan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
3. Lahan Praktik
Dapat menjadi acuan dalam meningkatkan program kerja instansi yang
berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak, sehingga mampu menekan angka
kematian maternal dan neonatal.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
e. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah yang selanjutnya
f. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
g. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali
manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif (Mamik, 2014).
4
di dalam analisis ini adalah setiap organisasi perlu menilai kekuatan dan
kelemahan dibandingkan dengan para pesaingnya.
b. Weakness (Kelemahan)
Weakness merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi,
proyek, atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan
factor yng terdapat dalam tubuh organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu
sendiri.Yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kelemahan pada organisasi
ataupun proyek dibandingkan dengan yang lainnya.
c. Opportunities (Peluang)
Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa dating
yang akan terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari organisasi,
proyek, atau konsep bisnis itu sendiri misalnya, competitor, kebijakan
pemerintah, dan kondisi lingkungan sekitar, yaitu peluang yang dapat
dimanfaatkan bagi organisasi ataupun proyek untuk dapat berkembang di
kemudian hari. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun trobosan yang
memungkinkan suatu perusahaan ataupun organisasi bias berkembang di masa
yang akan dating.
d. Threat (Ancaman)
Threat merupakan kondisi yang menganccam dari luar.Ancaman ini dapat
menganggu organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri.yaitu ancaman
yang akan dihadapi oleh organisasi ataupun proyek yang dapat menghambat
perkembangannya. Jika tidak segera diatasi, ancaman tersebut akan menjadi
penghalangbagi suatu usaha yang bersangkutan baik dimasa sekarang maupun
masa yang akan dating.
Metode analisis SWOT merupakan alat yang tepat untuk menemukan masalah
dari 4 (empat) sisi yang berbeda, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan
(strengths) mampu mengambil keuntungan dari sebuah peluang (opportunities) yang
ada, kemudian bagaimana cara mengatasi kelemahan (weakness) yang mencegah
keuntungan, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi
ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi
kelemahan (weakness) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.
5
Strategi Analisis
Internal Eksternal
6
1,2,3 untuk menunjukkan tingkat bahayanya, baik penularan yang cepat atau
kematian yang diakibatkan). Skor 1 untuk yang teringan dan 3 yang terberat.
2) magnitude (bobot) masalah yang dihadapi dalam arti populasi yang terkena
atau terancan masalah tersebut, dioberi skor 1,2,3 juga dimana 1 teringan
(mengenai sedikit penduduk, dan 3 erberat atau mengenai banyak penduduk).
Selanjutnya masalah yang teridentifikasi dihitung jumlah skornya.Sebagai
penentuan, bisa disepakati masalah yang terbesar atau tertinggi jumlah skornya
(Kurniati, 2016).
b. Penyusunan Rencana
Langkah perencanaan berikutnya ialah menyusun rencana.Pendekatannya
juga bermacam.Ada yang dengan menyewa konsultan, ada juga yang dibuatkan
oleh instansi yang lebih tinggi, tetapi juga ada yang dibuat sendiri. Bila
membuat sendiri maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Menentukan masalah, dengan menggunakan indikator kesehatan dan perilaku
kesehatan yang sesuai.
2) Menentukan solusi. Dari masalah (kasus) diatas, dibahas dan
diinventarisasikan alternatif solusi. Ini dilakukan dengan melakukan kajian
sebab akibat dan keterkaitan maslah ini dengan hal lainnya, sehingga
ditemukan beberapa alternatif solusi. Satu atau lebih solusi dapat dipilih dari
alternatif-alternatif ini.
3) Menyusun Rencana Kerja (Work Plan/Plan of Action)
4) Penyusunan Rencana Komunikasi. Ada pepatah mengenai perencanaan dan
rencana yang mengatakan bahwa “decision is nothing but its
communication”. Artinya suatu rencana agar dapat diimplementasikan secara
efektif, memerlukan komunikasi dengan semua pihak bahkan sejak suatu
rencana masih berupa gagasan. Paling tidak ini berlaku bagi Promosi
Kesehatan yang biasanya besifat spesifik, mensyaratkan peranserta, dan
Keberlangsungan (Kurniati, 2016).
7
kumpulan kegiatan dalam jangka panjang, menengah maupun jangka pendek (dr.
Maryono, 2018).
Plan of action adalah rencana yang sifatnya arahan biasa dilaksanakan.Jadi
berupa suatu rencana yang telah diatur agar biasa direncanakan.Biasanya PoA
berlaku untuk program-program yang tertentu atau kegiatan tertentu. Hal ini
dipergunakan agar:
a. Tahap pelaksanaan bias berjalan runtut
b. Tidak ada tahapan penting terlewati
c. Memudahkan yang terkait agar jelas posisinya dan kewajibannya
Bagi yang bekerja di lapangan sering ini dianggap menyita waktu, karena
menganggap telah biasa melaksanakan. Keadaan seperti ini akan menghambat
proses bekerja dari pengalaman. Karena PoA akan menjelaskan :
a. Apa yang dilakukan
b. Bagaimana melakukan
c. Bagaimana cara mengukur hasil
Dengan PoA uang tercatat, akan bisa dievaluasi untuk dapat meningkatkan
mutu pelayanan (dr. Maryono, 2018).
a. Langkah-Langkah Plan of Action
Penyusunan rencana operasional dilakukan sesudah proses perencanaan
tahunan kesehatan kota/kabupaten selesai. Bila rencana tahunan telah disetujui,
maka dapat diartikan bahwa alokasi dana segera turun. Untuk itu perlu rencana
tahunan dijabarkan secara terinci dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan (Sudirman, 2012).
1) Menguraikan masalah untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang
masalah yang dihadapi.
Uraian masalah merupakan langkah pertama dalam suatu rencana
kesehatan.Kegiatan ini adalah gambaran singkat dari berbagai masalah yang
berkaitan dengan bidang kesehatan serta analisis dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya.Analisis akan menghasilkan rumusan pokok dan faktor
penyebab yang akan menjadi dasar untuk penyusunan tujuan, sasaran maupun
kebijaksanaan dalam langkah penyusunan rencana operasional yang berikutnya.
2) Perumusan tujuan, sasaran dan kebijaksanaan
Menentukan tujuan pada hakekatnya adalah menentukan tingkat
pengurangan masalah (problem reduction level) yang digariskan dalam kurun
8
waktu tertentu.Karena itu perumusan tujuan pada tingkat rencana operasional
harus dituliskan dengan jelas, menggunakan kata kerja aktif, dapat diukur
tingkat pengurangan masalahnya dan dapat dilihat pencapaian keberhasilannya.
Suatu perumusan tujuan harus jelas lingkup kurun waktunya, karena harus
dapat diperkirakan dalam waktu berapa lama problem reduction level tersebut
akan dicapai, apakah dalam tahunan atau mingguan. Masih dalam langkah ke
dua ini adalah penentuan sasaran dari rencana operasional.
3) Uraian program kesehatan
Langkah ini meliputi uraian semua program kesehatan baik yang bersifat
operasional di lapangan maupun yang bersifat manajerial. Uraian program yang
bersifat operasional di lapangan dapat diberikan dalam banyak contoh :
a. Penyusunan rencana kerja terpadu melalui mini lokakarya PKM
b. Penggerakan masyarakat dalam pelaksanaan berbagai kegiatan kesehatan
tingkat operasional yang telah disepakati bersama
c. Pemantapan dukungan kegiatan kesehatan yang melibatkan sektor lain.
d. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan termasuk perencanaan
dari hasil kegiatan yang telah dicapai.
Uraian program yang bersifat manajerial pada tingkat di atas tingkat
operasional/pelaksana dapat ditekankan pada :
a. Aspek pembinaan dan pemberian bimbingan pada tingkat pelaksanaan
kegiatan
b. Aspek pengawasan, bantuan sumber daya dalam bentuk langkahlangkah
kegiatan perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dana dan alat yang
diperlukan demi lancarnya kegiatan di tingkat operasional.
c. Penyusunan petunjuk pelaksanaan operasional dimana juklak tersebut dapat
menjadi pedoman langsung dalam pelaksanaan kegiatan di daerah yang
bersangkutan.
4) Pengawasan dan Pengendalian
Pengawasan dan pengendalian merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan.Pengendalian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
suatu rencana operasional. Secara garis besar mencakup :
a. Penentuan organisasi yang diperlukan untuk mengadakan pengawasan dan
pengendalian termasuk penentuan indikatornya
9
b. Mengadakan pengawasan dan pengendalian baik melalui kegaitan analisis
pelaporan, bimbingan teknis dan melalui pertemuan inti. Dalam hal ini
termasuk tindakan korektif dan umpan balik.
c. Mengadakan tindak lanjut untuk perbaikan kegiatan-kegiatan.
10
waktu manajer telah mengidentifikasi permasalahan dalam perolehan input
dan pelayanan serta dibutukan informasi tambahan. Monitoring dalam kasus
ini digunakan untuk mencari tahu permasalahan dan gaps dalam pelayanan,
serta pelayanan penunjang. Dalam praktek umumnya kedua jenis monitoring
tersebut diatas dapat saling melengkapi.
3) Monitoring Bulanan: dilakukan terhadap IPMS (Indikator Potensi Masyarakat
Sehat), melalui PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) program pokok
Puskesmas khususnya KIA, imunisasi dan perbaikan gizi. Hasil PWS dibahas
pada monitoring bulanan ini, untuk ditindaklanjuti, desa mana yang harus
difasilitasi agar dapat mengejar ketinggalannya dalam pencapaian program
pokok Puskesmas
4) Monitoring Semesteran: dilakukan terhadap IPTS (Indikator Potensi Tatanan
Sehat) dan IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat) melalui pembahasan hasil
MEM (Monitoring dan Evaluasi Manfaat) yang dilakukan setiap semester.
c. Langkah-langkah Monitoring
1) Tahap Perencanaan
a) Menspesifikkan tujuan khusus (objectives) yaitu apa yang akan
dimonitor, apa tujuannya dan siapa yang melakukan serta menentukan
apakah akan memonitor indikator input, proses, output, atau outcome
11
b) Membuat ruang lingkup monitoring seperti area geografi, fasilitas yang
digunakan, tenaga yang terlibat, durasi monitoring (monitoring
rutin/jangka pendek) dan deadline monitoring.
c) Membuat indikator dan standar kinerja serta frekuensi minimal untuk
mengumpulkan data
d) Memilih sumber informasi
(1) sumber data yang sudah ada seperti laporan rutin, laporan
logistik,laporan register, laporan pasien, laporan kegiatan dan laporan
kependudukan
(2) Memodifikasi bentuk yang sudah ada
(3) Mengembangkan instrumen baru
e) Mengembangkan prosedur pengumpulan data (review dokumen/laporan,
observasi, survei cepat, wawancara setelah pelayanan/exit interview dan
interview tenaga Kesehatan).
2) Tahap Pelaksanaan
a) Mengumpulkan data
b) Mentabulasi dan menganalisis data
c) Membuat laporan hasil monitoring dengan cara mereview pasien (user),
mengadaptasikan laporan monitoring dengan kebutuhan user,
menggunakan grafik/table, mengemukakan hasil penemuan utama dan
mencari input tentang penyebab dan solusinya
d) Mengambil tindakan yang tepat (mengidentifikasi penyebab,
menggambarkan akar masalah, mengumpulkan data untuk mencari
penyebab yang belum diketahui, merencanakan dan
mengimplementasikan solusi dan memonitor hasil kegiatan apakah sesuai
dengan implementasi dan dampak yang diharapkan
3) Tahap Akhir/Penentuan
a) Memutuskan apakah akan meneruskan monitoring atau tidak dengan
menggunakan guideline review monitoring sebagai berikut:
(1) Jika pelaksanaan program meningkat maka kebutuhan data input
kurang penting dan kebutuhan data mengenai output dan outcome
akan menjadi lebih penting
(2) Jika masalah diatasi maka jumlah indikator dan frekuensi
pengumpulan data dapat dikurangi (Sudirman, 2012).
12
B. KEPEMIMPINAN MANDIRI
1. Definisi
Memimpin (leading) dan mengelola (managing) merupakan dua konsep yang
berbeda namun saling mengisi dlaam proses kepemimpinan di berbagai tatanan,
termasuk dalam tatanan pelayanan kesehatan. Kepemimpinan pada dasarnya adalah
proses dari pengaruh yang berhubungan erat dengan suatu tujuan yang telah
ditetapkan secara umum atau khusus, misalnya mengurangi kejadian tidak diinginkan
di rumah sakit, dan hal tersebut terjadi dalam konteks suatu kelompok social tertentu
(Soemantri et al, 2019).
Menurut Hetty Iskandar (2015), kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu tujuan
bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam melakukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
3. Orientasi Kepemimpinan
Orientasi kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang
dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.Orientasi kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu
organisasi dapat membantu menciptakan efektivitas kerja bagi pegawai. Adanya
orientasi kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi maka
13
pegawai akan lebih semangat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dan
mempunyai harapan terpenuhinya kebutuhan (Gunarto, 2016).
4. Citra Pemimpin
Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita
sebenarnya. Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu,
keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang
lain telah menilainya secara obyektif (Umam, 2013).
Pemimpin yang bercitra diri positif yaitu mereka yang berada pada posisi
golongan yang tidak pernah menyerah, yaitu pemimpin yang pantang putus asa,
pantang pesimis menjalani roda kepemimpinannnya, selalu optimis, dan merasa
bahwa dinamika organisasi yang ada pada kehidupan organisasinya adalah suatu
tantangan, selalu selalu ingin berhasil dalam setiap visi, misi dan tujuan
organisasinya dengan perolehan kualitas yang baik sebagai cerminan dari pimpinan
yang berkualitas (Umam, 2013).
Seorang pemimpin dalam prosesi memiliki citra diri yang positif, maka ia akan
memperhatikan dan mempertimbangkan serta memiliki filter yang kuat dalam
memilih dan memilah segala masukan, kritik dan saran dari pihak eskternal
dirinya.Dari beberapa sumber eksternal yang terseleksi dengan baik tersebut akan
memperkuat dan memperkaya terbentuknya pikiran pada diri dan pola
kepemimpinannnya. Pikiran tersebut akan membentuk keyakinan dan prinsip yang
kuat pada diri seorang pemimpin. Selain itu seorang pemimpin harus bisa
menambahkan sikap baru yang positif atau dan meminimalisir bahkan jika mungkin
secara totalitas menghilangkan hal-hal yang negatif. Akal menggabungkan sikap baru
tersebut sesuai dengan data sebelumnya sehingga proses pembentukan pikiran akan
semakin kuat dan mendalam. Dengan demikian seorang pemimpin akan mampu
menghadapi dunia luar, kemampuan ini akan menentukan sukses atau gagal
kepemimpinan seseorang (Umam, 2013).
Namun, yang terpenting bagi seorang pemimpin adalah pada karakteristik
internalnya yang baik dan memenuhi kualifikasi sebagai seorang pemimpin
dibidangnya.Hal ini dapat dilihat dari persepsi yang positif terhadap dirinya sendiri
yang dilakukan dengan penuh kejujuran (objektif).Persepsi adalah faktor yang
mempengaruhi terbentuknya pola pikir (mindset) manusia.Sedangkan faktor utama
14
yang menjadi tantangan terbesar dalam hidup manusia adalah dirinya sendiri (Umam,
2013).
15
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Maryono. 2018. Istilah-Istilah Dalam Kebijakaan Dana Manajemen Kesehatan. Jakarta:
Qiara Media
Hanung, Allania. 2018. Kepuasan Pasien Pada Pelayanan Bidan Di Poskesdes. Jurnal
Kebidanan, Vol. X, No. 01, Juni 2018
Indawati, Laela. 2017. Indentifikasi unsur 5Mdalam ketidaktepatan pemberian kode penyakit
dan tindakan (Systematic Review). Laporan Penelitian
Insani, Aldina Ayunda. 2016. Berpikir Kritis” Dasar Bidan Dalam Manajemen Asuhan
Kebidanan. Prodi S1 Kebidanan FK-UNAND
Kurniati, Desak Putu Yuli. 2016. Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Promosi
Kesehatan.
Mugianti, Sri. 2016. Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Modul
Bahan Ajar Cetak keperawatan
Soemantri, Diantha et al. 2019. Kolborasi dan Kerja Sama Tim Kesehatan. Surabaya: Sagung
Seto
Susiana, Sali. 2019. Angka Kematian Ibu:Faktor Penyebab dan Upaya Penanganannya.
Bidang Kesejahteraan Sosial Info Singkat Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual
dan Strategis Vol. XI, No. 24/II/Puslit/Desember/2019
Umam, Aguswan Khotibul. 2013. Citra Diri Pemimpin. NIZHAM, Vol. 01. No. 01, Januari-
Juni 2013