Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

STASE ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN


ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN DENGAN TERJADINYA ABORTUS
INKOMPLIT

Dosen pembimbing Pendidikan: Sholaikah sulistyoningtyas, S.ST., M.kes

DISUSUN OLEH
Dini indrawati
2210106005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)
STASE ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN DENGAN TERJADINYA ABORTUS
INKOMPLIT
TAHUN AJARAN 2022/2023

Yogyakarta, november 2022

Pembimbing Akademik pembimbing lahan

(Sholaikah sulistyoningtyas, S.ST., M.kes) (Bdn. Indah retnani, S.TrKeb)

Mahasiswa

(Dini indrawati)
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar belakang................................................................................
2. Tujuan............................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Pengertian.....................................................................................
2. Etiologic........................................................................................
3. Patofisologi ..................................................................................
4. Klasifikasi.....................................................................................
5. Tanda dan gejala...........................................................................

BAB III DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT

1. Data subjektif.................................................................................
2. Data objektif...................................................................................
3. Analisa...........................................................................................
4. Penatalaksanaan.............................................................................
5. Rencana tindak lanjut.....................................................................

BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan..................................................................................
2. Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Abortus inkomplit adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Menurut data World Health Organisation (WHO) tahun 2008 presentase
kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi, sekitar 15-40% (abortus
incomplete 15-25%, abortus imminens 8-16,2%, abortus complete 4- 13,5%).
Riwayat abortus pada penderita abortus nampaknya juga merupakan predisposisi
terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3 – 5 %. Data dari beberapa
studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus spontan, pasangan punya risiko
15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya
akan meningkat 25%. Beberapa studi meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3
kali abortus berurutan adalah 30 – 45%.
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor yaitu,
kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, Kelainan pada plasenta, Penyakit ibu,
Kelainan Traktus genitalis, usia ibu paritas atau spasing. Kehamilan diusia
kurang dari 20 tahun dapat menimbulkan masalah seperti abortus karena kondisi
fisik yang belum 100% siap. Usia lebih dari 35 tahun digolongkam dengan
kehamilan berisiko tinggi yang dapat membahayakan ibu dan janinnya.
Abortus merupakan salah satu masalah didunia yang mempengaruhi
kesehatan,kesakitan dan kematian ibu hamil, abortus menyumbang kematian ibu
diseluruh dunia ,karena abortus dapat menyebabkan perdarahan pada ibu
hamil ,dampak dari abortus jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan
tepat akan menambah angka kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi dari
abortus yaitu dapat terjadi perdarahan,perforasi infeksi dan syok Abortus pada
kehamilan akan mengakibatkan pengaruh yang buruk pada ibu adalah
perdarahan, perforasi uterus terutama pada uterus dalam posisi hiperretofleksi,
syok hemoragik infeksi dan juga kematian pada ibu.
Menurut WHO (2019) mengatakan angka kematian ibu merupakan
jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan persalinan,pasca persalinan
yang dijadikan indicator derajat kesehatan perempuan ,angka kematian ibu
(AKI). Menurut data (Kemenkes RI,2019) mengatakan Jumlah kematian ibu di
Indonesia pada tahun 2019 yaitu sebanyak 4.221 kasus Penyebab kematian ibu di
Indonesia pada tahun 2019 adalah perdarahan,hipertensi dalam
kehamilan ,infeksi ,gangguan metabolic ,dan lain-lain sekitar 25- 50%,kematian
ibu disebabkan masalah yang berkaitadengan kehamilan,persalinan dan nifas
Menurut (Kemenkes RI, 2019) SDKI menyebutkan AKI di Indonesia tahun 2018
kematian ibu dengan kejadian abortus 140 (3,5%) dari 148.548 persalinan,
ditahun 2019 menunjukkan peningkatan 210 (5,8%) dari 156.622 persalinan.
Tahun 2020 mengalami peningkatan 305 (2,62%) dari 984.432 persalinan.
Penyebab kejadian abortus di Indonesia ialah jarak kehamilan 25%, paritas 14%,
umur ibu 11% dan tingkat pendidikan 9%. Insiden abortus di Indonesia ± 4,5%-
7,6% dari seluruh kehamilan (Lokadata, 2020) mengatakan tahun 2017 didunia
terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena
abortus tiap tahunnya. Kasus abortus di Asia Tenggara ialah 4,2 juta pertahun
termasuk Indonesia ialah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau
600.000- 900.000, sedangkan abortus buatan 0.750- 1,500.000 juta setiap
tahunnya, 2.500 diantaranya berakhir dengan kematian.
2. Tujuan
Untuk mengetahui dan memperdalam ilmu mengenai asuhan kebidanan
kehamilan khususnya pada kasus abortus inkomplit.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus
2. Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian.
Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam
keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai
berikut:
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada
hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan
ialah sebagai berikut : Kelainan kromosom, Lingkungan kurang sempurna,
pengaruh diluar.
2) Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.
3) Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis,malaria, dan lain-
lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium
dapat melalui plasenta ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan
kemudian terjadilah abortus.
4) Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri
gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting.
Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah servik inkompeten yang dapat
disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan,
amputasi, atau robakan serviks luas yang tidak dijahit.
3. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua
lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu
kemudian plasenta. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk
miniatur. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas (blighted ovum), mugkin pula janin telah mati lama (mised
abortion)
4. Klasifikasi
Menurut Mochtar Rustam abortus dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1) Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanisme
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktorfaktor ilmiah.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
 Abortus Kompletus ( keguguran lengkap) adalah seluruh hasil
konsepsi dikeluarkan, sehingga rongga rahim kosong.
 Abortus Inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian
dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah
desidua dan plasenta.
 Abortus Insipiens ( keguguran sedang berlangsung ) adalah abortus
yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan
ketuban yang teraba.
 Abortus Iminens ( keguguran membakat ) adalah keguguran
membakat dan akan terjadi.
 Missed Abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi
tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan
atau lebih.
 Abortus Habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami
keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
 Abortus Septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau
peritoneum.
2) Abortus Provokatus
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :
 Abortus Medisinalis Adalah abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan
jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat
persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
 Abortus Kriminalis Adalah abortus yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi
medis.
5. Tanda dan gejala
1) Terlambat haid.
2) Perdarahan pervaginam, tidak akan berhenti sampai hasil konsepsi
dikeluarkan.
3) Rasa mulas atau kram perut.
4) Keluhan nyeri pada perut bagian bawah.
BAB III
DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT

1. Data subjektif
Tanggal 27-10-2022 RM: 292406
Identitas pasien:
Nama : Ny.E /G3P2A0
Umur : 36 tahun
Suku : jawa
Agama : islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Temandang 001/003 pendowo kranggan temanggung
Umur kehamilan : 16 +6 minggu
Keluhan pasien : ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir sudah 4 kali

2. Data objektif

Keadaan umum : baik, Kesadaran : Composmentis


TD : 133/100, N : 94x/menit, RR : 20x/mnt S : 36 C.
Pemeriksaan Fisik :
1. Kepala : tidak ada benjolan, kulit kepala bersih, tidak ada nyeri tekan
2. Muka : Simetris dan tidak pucat
3. Mata : Simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva merah muda.
4. Hidung : Bersih, tidak ada polip
5. Mulut : Mulut bersih dan tidak ada abses pada gigi, lidah tidak pucat.
6. Bibir : Tidak pucat
7. Telinga : Bersih, pendengaran baik
8. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, vena jugularis
9. Payudara : tidak ada benjolan, nyeri tekan, areola berwarna hitam.
10. Eksteremitas : simetris, Tidak ada kelainan
11. Leopold I : belum teraba
12. Leopold II : belum teraba
13. Leopold III: belum teraba
14. Leopold IV: belum teraba
3. Analisa
Ny.E usia 36 tahun G3P2A0 UK 16 +4 minggu dengan abortus inkomplit
4. Penatalaksanaan
1. Berikan salam, memperkenalkan diri
2. Memberitahu hasil pemeriksaan
3. Menjelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan
4. Melakukan komunikasi aktif dan kontak mata dengan klien selama Tindakan
5. Memberikan terapi sesuai arahan dokter:
menganjurkan puasa untuk persiapan curet
curet sesuai jadwal dokter
6. Mengobservasi Keadaan umum dan tanda-tanda vital
7. Mempersiapkan tempat, alat, bahan untuk curet
8. Melakukan pendokumentasian
5. Rencana tindak lanjut
1. Melakukan perawatan pasca Tindakan
2. Melakukan pemantauan pasa abortus
BAB IV
PEMBAHASAN

Tanggal 27-10-2022 Ny.E umur 36 tahun G3P2A0 mengatakan keluar


darah dari jalan lahir sudah 4 kali. Setelah dilakukan anamnese dan pemeriksaan
yang dilakukan oleh bidan dan di laporkan kepada dokter jaga, Ny.E di diagnosis
hamil 16 +4 minggu dengan abortus inkomplit.
Berdasarkan Hasil Asuhan Kebidanan kehamilan pada Ny.E dengan
abortus inkomplit, asuhan yang diberikan sesuai arahan dokter yaitu:
menganjurkan puasa untuk persiapan curet, sejalan dengan teori (Pudiastuti,2012)
bahwa Abortus Inkomplit harus segera dibersihkan dengan curettage atau secara
digital. Selama masih ada sisa-sisa plasenta akan terus terjadi pendarahan, maka
penanganan yang dilakukan dalam kasus ini adalah: Terapi abortus dengan
curetase.
Komplikasi abortus inkomplit:
1) Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabil pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2) Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus pada posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi perforasi,
laparatomi harus segerah di lakukan untuk menentukan luasnya perlukaan
pada uterus dan apakah ada perlukaan alat-alat lain.
3) Infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat terjadi disetiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
4) Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.
5) Kematian Abortus berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%. Data
tersebut sering kali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan.
Data lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60% -70% kematian ibu
disebabkan oleh perdarahan , dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan
tersebut, atau sekitar 35-40% dari seluruh kematian ibu, disebabkan oleh
perdarahan postpartum. Sekitar 15-20% kematian disebabkan oleh
perdarahan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Dari hasil analisis laporan dan di lahan praktik, bahwa curetase pada
pasien dengan abortus inkomplit adalah salah satu asuhan atau tindakan yang
bertujuan sebagai penanganan pada kasus abortus inkomplit yang sejalan dengan
teori. Tindakan curetase ini sudah menjadi standar pelayanan penatalaksanaan
pasien abortus inkomplit pada berbagai rumah sakit.
2. Saran
1. Bagi Ibu Hamil : diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam kehamilannya
terutama ibu yang memiliki Riwayat abortus atau yang beresiko mengalami
abortus.
2. Bagi bidan : untuk dapat mendeteksi secara dini faktor yang menyebabkan
abortus inkomplit pada kehamilan dengan cara memberikan pengarahan
untuk meningkatkan kesadaran atau lebih berhati-hati lagi dalam menjaga
kehamilannya, terutama ibu yang memiliki Riwayat abortus.
3. Bagi institusi : di harapkan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat khususnya pada ibu hamil tentang tanda dan gejala abortus dan
selalu memeriksakan kehamilannya pada layanan Kesehatan.
4. Bagi rumah sakit : Diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan untuk
menyelenggarakan pelatihan tentang mendeteksi secara dini factor penyebab
dan penanganan ibu hamil dengan abortus inkomplit sehingga bidan lebih
maksimal lagi dalam memberikan pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Aidil. "Faktor Penyebab Abortus Di Indonesia Tahun 2010-2019: Studi Meta
Analisis." Jurnal Biomedik: JBM 11.3 (2019).

Irayani, Fahrul. "Analisis Hubungan Anemia pada Kehamilan dengan Kejadian Abortus
di RSUD Demang Sepulau Raya Kabupaten Lampung Tengah." Jurnal
Kesehatan 6.2 (2016).

Kurniaty, Kurniaty, Djaswadi Dasuki, and Abdul Wahab. "Penanganan kasus abortus
inkomplit pada puskesmas PONED di Kabupaten Sumbawa Barat." Berita
Kedokteran Masyarakat 35.1 (2019): 17-22.

Pitriani, Risa. "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Abortus Inkomplit di Rumah


Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau." Jurnal Kesehatan
Komunitas 2.2 (2013): 83-87.

Pricilia Lepith, Phika, Indah Lestari, and Catur Prasastia Lukita Dewi. FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABORTUS INKOMPLIT. Diss. STIKES
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO, 2022.

Purwaningrum, Elisa Diyah, and Arulita Ika Fibriyana. "Faktor risiko kejadian abortus
spontan." HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development) 1.3
(2017): 84-94.

Silitonga, Jernita Megawati, and Rico Januar Sitorus. "Faktor-Faktor Penyebab Kejadian
Abortus Spontan Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang." Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 8.2 (2017).
Qibtiyah, Mariyatul. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY H DENGAN ABORTUS
INKOMPLETUS DENGAN TINDAKAN KURETASE DI RUANG BERSALIN
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SURABAYA. Diss. Universitas Muhammadiyah
Surabaya, 2012.

Anda mungkin juga menyukai